Modul Psikologi Komunikasi [TM4]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PSIKOLOGI
KOMUNIKASI
FAKTOR INTERNAL DAN
EKSTERNAL YANG
MEMENGARUHI PERILAKU
MANUSIA
Fakultas
Program Studi
FIKOM
MARCOM &
ADVERTISING
Tatap Muka
04
Kode MK
Disusun Oleh
MELLY RIDARYANTHI S.S., M.Soc.Sc.
Abstract
Kompetensi
Modul ini berisi materi tentang faktor
internal dan eksternal yang
memengaruhi perilaku manusia.
Setelah mempelajari modul ini,
mahasiswa diharapkan paham dan
dapat menganalisis secara akademik
faktor internal dan eksternal yang
memengaruhi perilaku manusia dalam
kehidupan nyata.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PERILAKU MANUSIA
Pada Modul sebelumnya telah dibahas mengenai karakteristik manusia komunikan. Dapat
dipahami bahwa manusia, dilihat dari sudut pandang keilmuan psikologi, dapat dilihat
sebagai manusia yang berkeinginan, manusia berpikir, manusia mesin dan manusia
bermain. Kesemua konsep tersebut merupakan konsep-konsep dasar yang dirumuskan
para sarjana psikologi untuk melihat bagaimana kemudian manusia berpikir dan bertindak
atau berperilaku. Mulai dari proses berpikir yang terjadi di dalam diri manusia hingga
perilaku yang dapat dilihat dari luar merupakan proses panjang yang tidak berdiri sendiri.
Ada faktor-faktor yang memengaruhi bagaimana proses tersebut berlangsung, mengapa
satu orang dan lainnya akan menghasilkan wujud persepsi dan perilaku yang berbeda dari
satu stimulus yang sama.
Ketika berbicara mengenai proses komunikasi yang terjadi pada manusia, kita harus
dapat melihat proses tersebut secara menyeluruh. Bagaiman masing-masing komponen
berperan dan faktor yang memengaruhi. Ketika melihat pesan sebagai objek yang
disampaikan dalam proses komunikasi, kita bisa memprediksi bagaimana pesan itu
terbentuk dengan melihat faktor psikologis komunikator dalam membentuk pesan dan faktor
lingkungan yang menjadi pemicu atau bahkan gangguan sehingga pesan tersebut terbentuk.
Begitu pula dengan komunikan, pesan yang diterimanya belum tentu akan dipersepsikan
sama seperti yang dimaksudkan oleh komunikator. Faktor yang memengaruhi persepsi ini
terbentuk pun tidak sederhana, bisa kita lihat faktor dalaman diri komunikan mengenai
emosi, suasana hati, pengalaman pribadi dan lain sebagainya. Selain itu pengaruh dari
keadaan lingkungan, suasana sekitar tempat menerima pesan dan hal lainnya juga
memengaruhi bagaimana persepsi terbentuk.
Modul ini akan memaparkan bagaimana faktor-faktor dalaman dan luaran (internal
dan eksternal) diri manusia dapat memengaruhi perilaku manusia. Perilaku manusia di sini
dikaitkan dengan bagaimana manusia menjadi bagian dari suatu interaksi komunikasi yang
melibatkan tidak hanya individu itu saja namun juga orang lain di sekitar. Dalam bidang
keilmuan psikologi, terdapat dua pendekatan psikologi sosial, yaitu Psikologi sosial dan
psikologi Sosial (perhatikan penggunaan huruf kapital pada frasa psikologi sosial tersebut).
Hal ini menunjukkan adanya dua pendekatan dalam bidang keilmuan psikologi sosial ini.
Pertama adalah bahwa psikologi sosial menekankan pada faktor-faktor psikologis atau
‘13
2
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dalam diri manusia yang sifatnya personal. Kedua adalah bahwa psikologi sosial
menekankan pada faktor-faktor dari lingkungan yang memengaruhi diri individu.
FAKTOR PERSONAL DALAM DIRI YANG MEMENGARUHI PERILAKU MANUSIA
Perspektif yang memusatkan perhatian pada persona memberikan banyak pertanyaan
berkaitan dengan faktor internal apakah yang dapat menjelaskan perilaku manusia. Apakah
itu berupa sikap, instink, motif, kepribadian dan lain sebagainya. terdapat dua faktor
personal yang dapat memengaruhi perilaku manusia (Jalaluddin Rakhmat 2011: 33-42),
sebagai berikut:
1. Faktor Biologis
Manusia adalah mahluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan. Misalnya, manusia
akan lapar kalau tidak makan selama 20 jam, kucing pun demikian. Manusia memerlukan
lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya, sapi pun juga begitu. Faktor biologis terlibat
dalam seluruh kegiatan manusia, dan berswatu dengan faktor sosiopsikologis. Warisan
biologis menusia menentukan perilakunya, hal ini dapat dilacak sampai pada tingkatan
struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua
orang tuanya. Sedemikian besarnya pengaruh warisan biologis ini, sampai muncul aliran
baru yang memandang segala kegiatan manusia, termasuk agama, kebudayaan, dan
moral yang bersumber pada struktur biologinya. Aliran ini dinamakan sosiobiologi.
Menurut
Wilson, perilaku social manusia dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah
diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Program ini disebut epigenetic yang
mengatur perilaku manusia seperti kecenderungan menghindari incest, kemampuan
memahami ekspresi wajah, samapai kepada persaingan politik. Meskipun pemikiran
bahwa
sosiobiologis
sebagai
determinisme
biologis
dalam
kehidupan
sosial,
kenyataannya menunjukkan bahwa struktur biologis manusia seperti genetika, sistem
syaraf, dan sistem hormonal, sangat mempengaruhi perilaku manusia. Struktur biologis
manusia seperti genetika, system syaraf dan system hormonal sangat berpengaruh
terhadap perilaku manusia. Struktur genetis misalnya akan berpengaruh terhadap
kecerdasan, kemampuan sensasi, dan emosi. Sistem syaraf mengatur pekerjaan otak
dan pengolahan informasi dalam jiwa manusia. System hormonal bukan saja
mempengaruhi mekanisme biologis, tetapi juga mempengaruhi proses psikologis.
‘13
3
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Belajar memahami pengaruh biologis terhadap perilaku manusia adalah penting, terlebih
bagi para sarjana komunikasi yang akan memerhati dan meneliti lebih dalam bagaimana
proses komunikasi terjadi dalam interaksi manusia; terlepas hal ini akan berhubungan
dengan bidang politik, ekonomi, dan lain sebagainya, karena pada prinsipnya sama yaitu
interaksi manusia. Berikut ini adalah dua hal yang mendasar mengapa pemerhatian
pengaruh biologis ini penting untuk memahami perilaku manusia:

Perilaku tertentu merupakan bawaan manusia dan tidak melulu hasil dari
pengaruh lingkungan atau situasi. Seperti bercumbu, memberi makan, merawat
anak, agresif dan lain sebagainya yang mendasar adalah contoh-contohnya.

Terdapat motif biologis yang mendasari dorongan perilaku manusia. Hal yang
penting merujuk pada kebutuhan biologis adalah makan, minum dan istirahat,
kebutuhan seksual dan emelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit
dan bahaya. Anda dapat merujuk pandangan Freud mengenai dorongan dalaman
diri manusia untuk kebutuhan ini, bahwa ada kebutuhan mendasar manusia yang
tidak dapat dihindari.
Walaupun faktor biologis ini menjadi faktor dasar pada pembentukan perilaku, namun
manusia bukan sekadar makhluk biologis. Ada faktor lain yang memengaruhi perilaku
manusia yang tidak dapat dengan sederhana dijelaskan dari sudut pandang faktor
biologisnya semata; yaitu faktor sosiopsikologis.
2. Faktor Sosiopsikologis
Dari proses sosial, interaksi sosial, manusia memeroleh beberapa karakteristik yang
dapat memengaruhi perilakunya. Terdapat tiga komponen faktor sosiopsikologis yang
terlibat yaitu kognitif, afektif dan konatif (Jalaluddin Rakhmat 2011: 36). Berikut ini
penjelasannya:
1). Komponen kognitif yang berkaitan dengan apa yang diketahui oleh manusia sebagai
bagian dari aspek intelektualitas. Kepercayaan merupakan komponen kognitif dari faktor
sosiopsikologis yaitu berkaitan dengan keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah
atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman atau intuisi (Hohler et al 1978 dalam
Jalaluddin Rakhmat 2011: 41). Kepercayaan ini bisa bersifat rasional maupun tidak yang
mampu memberikan perspektif kepada manusia sebagai dasar pengambilan keputusan
dan menentukan sikap. Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan dan
kepentingan (Asch 1959 dalam Rakhmat 2011: 41).
‘13
4
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2). Komponen afektif yang merupakan aspek emosional, dan berkaitan dengan faktor
sosiopsikologis. Terdapat beberapa hal yang termasuk dalam komponen afektif yaitu
motif sosiogenesis, sikap, emosi, berikut ini penjelasannya:
 Motif Sosiogenis
Motif ini sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif
biologis) yang perannya sangat menentukan dalam pembentukan perilaku sosial
manusia.
Sebagai informasi tambahan, berikut ini beberapa klasifikasi motif sosiogenesis
yang dirumuskan oleh beberapa sarjana:
W.I. Thomas dan Florian Znaniecki
-
keinginan memperoleh pengalaman baru
-
keinginan untuk mendapat respons
-
keinginan akan pengakuan
-
keinginan akan rasa aman
David McClelland
-
kebutuhan berprestasi
-
kebutuhan akan kasih saying
-
kebutuhan berkuasa
Abraham Maslow
-
kebutuhan fisiologis
-
kebutuhan akan rasa aman
-
kebutuhan akan keterikatan dan cinta
-
kebutuhan akan penghargaan
-
kebutuhan untuk pemenuhan diri
Melvin H. Marx
-
kebutuhan Organisme :
 motif ingin tahu
 motif kompetensi
 motif rpestasi
-
Motif-motif sosial
 motif kasih sayang
‘13
5
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 motif kekuasaan
 motif kebebasan
Motif-motif di sosiogenis di atas dapat dijabarkan dengan lebih rinci sebagai
berikut:
Motif ingin tahu
Setiap orang berusaha memahami dan memproleh arti dari dunianya. Kita
memerlukan
kerangka
rujukan
untuk
mengevaluasi
situasi
baru
dan
mengarahkan tindakan yang sesuai. Karena kecendrungan untuk memahami
dan membri arti pad apa yang dialami, bila informasi yang diperoleh bersifat
terbatas, maka orang akan mencari jawaban sendiri. Orang akan menarik
eksimpulan sendiri tanpa menunggu informasi itu lengkap terlebih dahulu.
Misalnya bila hujan tiba-tiba turun dengan lebat siang ini, maka orang akan
menafsirkannya karena tadi pagi Pak Ali yang dermawan meninggal dunia.
Motif kompetensi
Setiap orang ingin membuktikan bahw ia mempunyai kemampuan untuk
mengatasi maslah yang dihadapinya. Perasaan mampu ini sangat bergantung
pada perkembangan intelektual, sosial, dan emosional. Motif kompetensi ini
berhubungan erat dengan kebutuhan akan rasa aman, misalnya kita ingin
memproleh jaminan masa depan, jaminan bahwa anak kita bisa sekaolah
dengan baik. Bila orang sudh memenuhi kebutuhan biologinya, yakin akan masa
depannya lebih baik, maka ia dianggap sudah memenuhi kebutuhannya akan
kemampuan diri (kompetensi).
Motif cinta
Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal yang esensial dari perkembangan
kepribadian manusia. Setiap orang ingin diterima di dalam kelompoknya sebgai
anggota secara sukarela. Berbagai penalitan membuktikan bahwa kebutuhan
akan kasih sayang yang tidak terpenuhi akan menimbulkan perilaku manusia
yang kurang baik; orang akan menjadi agresif; kesepian; pendiam, dan akan
bunuh diri.
Motif harga diri dan kebutuhan akan identitas
Erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kekmampuan dan
memperoleh kasih sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di
dunia. Kita ingin kehadiran kita di manapun kita berada diperhitungkan oleh
‘13
6
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
orang-orang di sekitar kita. Hilangnya identitas diri akan menimbulkan perilaku
yang patologis seperti gelisah, impulsif, mudah terpengaruh, dan sebagainya.
Kebutuhan akan nilai dan makna hidup
Dalam kehidupannya, manusia memerluakan nilai-nilai yang berguna untuk
menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberikan makna pada
kehidupanya. Bila manusia tidak mempunyai nilai, atau bahkan kehilangan nilai,
maka manusia tidak tahu tujuan hidupnya dan ia tidak mempunyai kepastian
dalam bertindak.
Kebutuhan akan pemenuhan diri
Manusia bukan sajaingin mempertahankan kehidupan, akan tetapi ia juga butuh
peningkatan kualitas kehidupan. Kebutuhan akan pemenuhan diri ini dilakukan
melalui berbagai bentuk sebagai berikut :
a) menggunakan dan mengembangkan segenap potensi kita dengan cara
kreatif konstruktif, misalnya dengan seni, musik, lukis, dan lain-lain.
b) memperkaya kualitas kehidupan daengan memperluas rentangan dan
kualitas pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan piknik, jalan-jalan ke
tempat wisata.
c) Membentuk hubungan yang hangat dan berarti dengan orang-orang lain di
sekitar kita.
d) Berusaha ”memanusiakan” diri, dalam arti menjadi pribadi/person yang
didambakan orang.
 Sikap
Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi social dan yang paling
banyak didefinsikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif
sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar. Ada pula yang melihat sikap
sebagai kesiapan syaraf sebelum memberikan respon.
Berikut ini adalah beberapa kesimpulan tentang sikap:
a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu
terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa benda, orang, tempat, gagasan,
‘13
7
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
atau situasi, atau kelompok. Sikap haruslah diikuti oleh kata “terhadap”, atau
“pada” objek sikap.
b. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi.Sikap bukan merupakan
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra
terhadap sesuatu.
c. Sikap relatif lebih menetap
d. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan
atau tidak menyenangkan.
e. Sikap timbul dari pengalaman, artinya tidak dibawa dari lahir, tetapi
merupakan hasil belajar, oleh akrena itu sikap bisa berubah atau diperteguh.
 Emosi
Emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala gejala
kesadaran, perilaku, dan proses fisiologis. Misalnya, bila orang yang kita cintai
mencemooh kita, kita akan bereaksi secara emosional, kemudian jantung akan
berdetak cepat dan napas terengah-engah, kemudian kita akan balas
mencemooh atau memukulnya. Emosi tidak selalu jelek. Emosi merupakan
bumbu dalam kehidupan; tanpa emosi hidup manusia kering dan gersang. Ada 4
fungsi emosi yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
-
Emosi adalah pembangkit energi/energizer. Tanpa emosi kita tidak
sadar atau mati. Hidup berarti merasakan, mengalami, bereaksi, dan
bertindak. Emosi membangkitakan dan memobilisasi energi kita;
misalnya marah menggerakkan kita untuk menyerang, takut
menggerakkan kita untuk lari, cinta menggerakkan kita untuk
berdekatan dan bermesraan.
-
Emosi adalah pembawa informasi/messenger. Bagaimana keadaan
diri kita dpat kita ketahui dari emosi kita. Jika kita marah, kita
mengetahui bahwa kita dierang oleh orang lain; sedih berarti kita
kehilangan sesuatu atau seseorang, jika kita bahagia berarti kita
memperoleh sesuatu yang kita senangi.
-
Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi
intrapersonal, akan tetapi juga pembawa pesan dalam komunikasi
interpersonal. Berbagai penelitian membuktikan bahwa ungkapan
‘13
8
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
emosi dapat dipahami secara universal. Dalam retorika diketahui
bahwa pembicara yang menyertakan seluruh emosinya dalam pidato
dipandang lebih hidup dan menarik, dan dinamis serta lebih
meyakinkan.
-
Emosi juga merupakan sumber informasi mengenai keberhasilan kita.
Kita mendambakan kesehatan, dan emngetahuinya ketika kita merasa
sehat wal afait. Kita menginginkan keindahan, dan mengetahui bahwa
kita memperolehnya ketika kita meraskan kenikmatan estetika dalam
diri kita.
Dari segi lamanya, ada emosi yang berlangsung singkat dan ada yang
berlangsung lama. Mood adalah emosi yang menetap selama berjama-jam atau
ebberapa hari. Mood mempengaruhi persepsi kita atau penafisran kita pada
stimuli yang merangsang alat indera kita. Bila mood atau suasana emosional ini
menjadi kronis dan menjadi bagian dari struktur kepribadian orang, kita
menyebutnya temperamen, misalnya pemarah, penyedih, dan ceria.
3). Komponen konatif diantaranya terdiri dari kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan
adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak
direncanakan. Kebiasaan mungkin merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada
waktu yang sama sebagai reaksi khas yang diulang-ulang. Sementara kemauan erat
kaitannya dengan tindakan atau usaha seseorang untuk mencapai tujuan.
FAKTOR SITUASIONAL YANG MEMENGARUHI PERILAKU MANUSIA
Setelah pemaparan panjang mengenai faktor personal yang memengaruhi perilaku
manusia, bagian ini akan menjelaskan faktor lain yang juga dapat memengaruhi perilaku
manusia yaitu faktor situasional. Edward G. Sampson menjelaskan beberapa faktor
situasional yang dimaksudkan, sebagai berikut:
1. Faktor ekologis: keadaan alam memengaruhi gaya dan perilaku manusia.
2. Faktor rancangan dan arsitektural: satu rancangan arsitektur dapat memengaruhi
pola komunikasi di antara orang-orang yang hidup dalam naungan arsitektural
tertentu.
‘13
9
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Faktor temporal: waktu dapat memengaruhi bioritma manusia, hal ini berhubungan
dengan fungsi tubuh manusia. Banyak kegiatan manusia yang diatur oleh waktu;
jam kerja, waktu bangun pagi, waktu makan dan lainnya.
4. Faktor Suasana Perilaku (Behavioral Setting): sarjana membagi lingkungan, yang
dianggap dapat memengaruhi perlilaku, menjadi beberapa satuan yang terpisah
yang disebut dengan suasana perilaku. Diantaranya ada pesta, ruang kelas, toko,
rumah ibadah, dan lain sebagainya. Pada setiap suasana terdapat pola hubungan
yang mengatur perilaku orang-orang yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu,
perilaku pun akan terbentuk berdasarkan setting suasana yang ada.
5. Faktor Teknologi: perkembangan teknologi (komunikasi) sedikit banyak telah
membawa perubahan terhadap peradaban manusia; sejak jaman adanya mesin
ceta, televisi, dan hingga sekarang di mana segala hal dapat dilakukan hanya
dengan sekali click.
6. Faktor Sosial: sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur
kelompok dan organisasi, serta karakteristik populasi merupakan faktor-faktor yang
menata perilaku manusia.
7. Faktor Lingkungan Psikososial: persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan
dapat memuaskan atau mengecewakan kita akan dapat memengaruhi perilaku kita
ketika berada dalam lingkungan tersebut.
‘13
10
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Aw, S. (2010). Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu
Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi. Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana
Fudyartanta, K. (2011). Psikologi Umum 1&2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Haryanto, D., & Nugrohadi, E. (2011). Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher
Pearce, B. W. (1989). Communication and the Human Condition. Illinois: Southern Illinois
University Press.
Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Vivian, J. (2007). The Mass of Media Communication. Boston: Allyn and Bacon
‘13
11
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download