komunikasi kelompok - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PSIKOLOGI
KOMUNIKASI
Komunikasi Kelompok
Fakultas
Program Studi
FIKOM
ADVERTISING &
MARKETING
COMMUNICATION
Tatap Muka
09
Kode MK
Disusun Oleh
MELLY RIDARYANTHI S.S., M.Soc.Sc.
Abstract
Kompetensi
Modul ini berisi materi Komunikasi
kelompok
Setelah mempelajari modul ini,
mahasiswa diharapkan dapat paham
megnenai jenis-jenis kelompok dan
pengaruhnya terhadap interaksi
komunikasi
KOMUNIKASI KELOMPOK
Setiap dari kita merupakan bagian dari kelompok, dan bahkan dari beberapa kelompok.
Setiap hari kita menjadi bagian dari kelompok. Komunikasi kelompok digunakan untuk saling
bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh dan mengubah sikap. Tapi tidak
setiap himpunan orang disebut kelompok. Kerumunan orang di pasar, stasiun, atau yang
sedang antri di suatu tempat tidak dapat disebut kelompok, tetapi disebut agregat. Supaya
agregat menjadi kelompok diperlukan kesadaran dari anggota-anggotanya akan adanya
ikatan yang sama yang mempersatukan mereka. Kelompok mempunyai tujuan dan
organisasi (meskipun tidak selalu formal) dan melibatkan interaksi di antara anggotaanggotanya. Jadi, terdapat tanda atau ciri yang secara psikologis menjadikan seseorang
menjadi bagian dari sebuah kelompok, sebagai berikut:
1. Anggota dalam kelompok merasa terikat dengan kelompok tersebut (ada rasa saling
memiliki yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota).
2. Nasib para anggota saling bergantung satu sama lain, sehingga hasil setiap orang
terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain.
‘13
2
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Klasifikasi Kelompok
Telah dijelaskan di atas bahwa tidak semua kumpulan orang adalah kelompok. Berikut ini
beberapa klasifikasi kelompok yang dirumuskan oleh beberapa para ahli:
Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
Kelompok primer mengikat anggota-anggotanya secara emosional seperti keluarga dan
hubungan saudara. Sementara kelompok sekunder tidak mengikat anggota kelompoknya
secara emosional, atau dengan kata lain tidak menyentuh hati para anggotanya. Kualitas
komunikasi pada kelompok primer bersifat mendalam dan meluas, karena banyak informasi
yang dapat dibagi dalam kelompok ini, dan sifatnya hampir tak terbatas. Dapat dikatakan
bahwa sifat komunikasi dalam kelompok ini adalah personal. Sementara dalam kelompok
sekunder, informasi yang dibagi sifatnya terbatas, sesuai kebutuhan masing-masing
anggotanya atau kebutuhan hubungan antar anggota dalam kelompok tersebut. Berikut ini
secara rinci perbedaan kelompok prmer dan kelompok sekunder dari karakteristik
komunikasinya adalah sebagai berikut :
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan luas.
Artinya dalam kelompok primer kita mengungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi
dengan menggunakan berbagai lambang, verbal maupun nonverbal. Sebaliknya
pada kelompok
sekunder, komunikasi bersifat dangkal karena tidak menyentuh
perihal pribadi seseorang dan terbatas. Di sini lambang komunikasi umumnya verbal
dan sedikit sekali nonverbal.
2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat mendalam karena menyangkut hal
personal. Kita bahkan bisa berbagi informasi tentang seluruh pribadi kita. Hubungan
kita dengan anggota kelompok primer bersifat unik dan tidak dapat dipindahkan
(non-transferable). Ciri ini tidak wujud dalam kelompok sekunder.
3. Pada kelompok primer, komunikasi lebih menekankan aspek hubungan daripada
aspek isi. Komunikasi dilakukan untuk memelihara hubungan baik, dan isi
komunikasi bukan merupakan hal yang sangat penting. Namun ciri yang berbeda
terdapat pada kelompok sekunder.
In-group dan Out-group
In-group adalah kelompok kita, dan Out-group adalah kelompok mereka. In-group dapat
berupa kelompok primer maupun sekunder. Keluarga kita adalah in-group kelompok primer.
‘13
3
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Fakultas adalah in-group kelompok sekunder. Perasan in-group diungkapkan dengan
kesetiaan, solidaritas, kesenangan, dan kerja sama. Untuk membedakan in-group dan outgroup, kita membuat batas/boundaries, yang menentukan siapa masuk orang dalam dan
siapa
orang
luar.
Batas-batas
ini
dapat
berupa
lokasi
geografis,
sukubangsa,
pandangan/ideologi, profesi, bahasa, status sosial.
Kelompok keanggotaan dan Kelompok Rujukan
Pembagian kelompok ini dikemukakan oleh Theodore Newcomb (1930) yang melahirkan
istilah membership group dan reference group. Kelompok rujukan diartikan sebagai
kelompok yang digunakan sebagai standar untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk
sikap. Jika Anda menggunakan kelompok itu sebagai teladan bagaimana seharusnya
bersikap, maka kelompok itu menjadi kelompok rujukan positif Anda.
Jika Anda
menggunakannya sebagai teladan bagaimana seharusnya tidak bersikap, kelompok itu
menjadi kelompok rujukan negatif Anda.
Berikut ini beberapa cara untuk menggunakan kelompok rujukan untuk tujuan persuasi yang
dikemukakan oleh Erwin P. Bettinghaus:
1. Jika mengetahui kelompok rujukan khalayak kita, hubungkanlah pesan kita dengan
kelompok rujukan kita itu.
2. Kelompok itu mempunyai nilai yang beragam sebagai kelompok rujukan. Dalam
merencanakan pesannya, komunikator harus memperhitungkan relevansi dan nilai
kelompok rujukan yang lebih tepat bagi kelompok tertentu.
3. Kelompok keanggotaan jelas menentukan serangkaian perilaku yang baku bagi
anggota-anggotanya. Standar perilaku ini dapat digunakan untuk menambah
peluang diterimanya pesan kita.
4. Suasana fisik komunikasi dapat menunjukkan kemungkinan satu kelompok rujukan
didahulukan dari kelompok rujukan yang lain.
5. Kadang-kadang kelompok rujukan yang positif dapat dikutip langsung dalam pesan,
untuk mendorong respons positif dari khalayak.
‘13
4
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok pada dua kategori, yaitu
kategori deskriptif dan kategori preskriptif. Kategori deskriptif merujuk pada klasifikasi
kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Sementara kategori
preskriptif mengklasifikasikan kelompok menurut langkah-langkah rasional yang harus
dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuannya.
Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi
Dalam berinteraksi, kita akan mengalami berbagai situasi ketika kita berhadapan dengan
kelompok yang berbeda dalam interaksi komunikasi. Mungkin Anda dapat memimpin rapat
di kantor dengan baik, tapi belum tentu hal yang sama dapat terjadi ketika Anda harus
melakukan presentasi di kantor client. Adanya pengaruh sosial dapat menyebabkan bentuk
perilaku yang berbeda. Anda boleh lantang ketika berbicara dengan teman-teman, tetapi
akan menjadi sangat pendiam ketika berada di kelas. Kelompok di mana Anda berada pada
situasi tertentu dapat memengaruhi bagaimana perilaku berkomunikasi Anda. Berikut ini
terdapat 3 (tiga) macam pengaruh kelompok sebagai berikut :
1) Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma kelompok sebagai
akibat tekanan kelompok, baik secara nyata maupun hanya bayangan atau yang hanya ada
di benak kita saja. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan
sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang
sama. Jadi kalau Anda merencanakan untuk menajdi ketua kelompok, aturlah teman-teman
Anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika Anda meminta persetujuan anggota,
usahakan rekan-rekan Anda secara berurutan menunjukkan persetujuan mereka.
‘13
5
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2) Fasilitas sosial
Fasilitas sosial adalah peningkatan prestasi individu karena disaksikan kelompok. Sebagai
contoh, banyak pemain teater yang pada waktu latihan aktingnya “biasa-biasa” saja, tetapi
pada waktu pertunjukan yang sesungguhnya di atas panggung, mereka mampu berakting
secara luar biasa dalam penghayatan peran, penguasaan panggung dan lainnya. Jadi ketika
mereka ditonton oleh khalayak banyak atau orang banyak, prestasi pemain teater itu jauh
lebih baik.
3) Polarisasi
Yang terjadi dalam komunikasi kelompok adalah, bahwa sebelum diskusi kelompok para
anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan
lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota
kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih
keras lagi.
Faktor Situasional yang Mempengaruhi Kelompok
Terdapat beberapa faktor situasional yang dapat memengaruhi efektifitas komunikasi
kelompok sebagai berikut :
1) Ukuran kelompok
Hubungan
antara
ukuran kelompok
dengan prestasi kerja kelompok/performance
bergantung pada jenis tugas yang arus diselesaikan oleh kelompok. Sehubungan dengan
hal tersebut, ada dua tugas kelompok, yaitu tugas koaktif dan tugas interaktif. Pada tugas
koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi.
Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara terorganisir untuk
menghasulkan produk, atau keputusan.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah
tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memerlukan kegiatan yang konvergen (mencapai
satu pemecahan yang benar), maka hanya diperlukan kelompok kecil supaya sangat
produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, ketrampilan, dan
kemampuan yang terbatas. Bila tuga memerlukan kegitan yang divergen (menghasilkan
berbagai kegiatan gagasan kreatif ), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
‘13
6
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2) Jaringan komunikasi
Pada suatu kesempatan, Anda berbicara di depan rekan-rekan kerja menghadapi barisan
kursi yang sejajar. Di waktu yang lain, Anda bersama rekan-rekan duduk melingkari meja
bundar. Perbedaan ruang ternyata dapat menumpulkan perbedaan dalam pola komunikasi.
Berikut ini terdapat 5 (lima) macam jaringan komunikasi , yaitu :

Jaringan komunikasi model roda; seseorang, biasanya pemimpin, menjadi fokus
perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap
anggota kelompok hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya.

Jaringan komunikasi rantai; A dapat berkomunikasi dengan B, B dengan C, C
dengan D, dan begitu seterusnya.

Jaringan komunikasi Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan orangorang di sampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya
dapat berkomunikasi dengan hanya seseorang di sampingnya.

Jaringan komunikasi lingkaran; setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan
dua orang, di samping kiri dan kanannya. Dengan prekataan lain, di sini tidak ada
pemimpin .

Jaringan komuniksi bintang, disebut juga jaringan komunikasi semua saluran/all
channel/menyeluruh, setiap anggota dapat berkomuniksi dengan semua anggota
kelompok yang lain.
Dalam hubungannya dengan prestasi kelompok, Leavit menemukan bahwa jaringan
komunikasi roda, yaitu yang paling memusat dari seluruh jaringan komunikasi,
menghasilkan produk kelompok yang tercepat dan terorganisasi. Sementara kelompok
‘13
7
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
lingkaran, yang paling tidak memusat, adalah yang paling lambat dalam memacahkan
masalah. Jaringan komunikasi lingkaran cenderung melahirkan sejumlah kesalahan.
Penelitian-penelitian selanjutnya membuktikan bahwa pola komunikasi yang paling
efektif adalah pola semua saluran. Mengapa? Karena pola semua saluran tidak terpusat
pada satu orang pemimpin, dan pola ini juga paling memberikan kepuasan kepada anggota
serta paling cepat menyelesaikan tugas bila tugas itu brhubungan dengan masalah yang
sulit. Pola roda adalah pola komunikasi yang memberikan kepuasan paling rendah.
3) Kohesi kelompok
Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi, hubungan interpersonal
yang akrab, kesetiakawanan, dan perasaan “kita” yang dalam. Kohesi kelompok merupakan
kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan
mencegahnya meninggalkan kelompok. Kohesi kelompok diukur dari beberapa hal berikut
ini:
a. keterikatan anggota secara interpersonal satu sama lain
b. ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
c. sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan
kebutuhan personalnya.
Menurut Bestinghaus, terdapat beberapa implikasi komunikasi dalam kelompok kohesif,
sebagai berikut :
a.
Komunikator
dengan mudah
berhasil
memproleh
dukungan kelompok
jika
gagasannya sesuai dengan mayoritas anggota kelompok.
b.
Pada umumnya kelompok yang lebih kohesif lebih mungkin dipengaruhi persuasi.
Ada tekanan ke arah uniformitas dalam pendapat, keyakinan, dan tindakan.
c.
Komuniaksi dengan kelompok yang kohesif harus memperhitungkan distribusi
komunikasi di antara anggota-anggota kelompok.
d.
Dalam situasi pesan tampak sebagai ancaman kepada kelompok, kelompok yang
lebih kohesif akan cenderung menolak pesan.
e.
Sebagai konsekuensi dari poin 4 di atas, maka komunikator dapat meningkatkan
kohesi kelompok agar kelompok mampu menolak pesan yang bertentangan.
‘13
8
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4) Kepemimipinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk
bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan
keefektifan komunikasi kelompok.
Dengan mengutip Bales, Morissan mengatakan bahwa kelompok yang sama akan memiliki
dua
jenis
pemimpin
yang
berbeda,
yaitu
‘pemimpin
pekerjaan’
dan
‘pemimpin
sosioemosional’.
1) Pemimpin Pekerjaan
Pemimpin pekerjaan (task leader) adalah anggota kelompok yang memfasilitasi dan
mengkoordinasikan berbagai pandangan atau komentar anggota yang terkait dengan
pekerjaan dan mengarahkan energi dan upaya bersama untuk menyelesaikan
pekerjaan. Misalnya dalam kelompok mahasiswa yang sedang mengerjakan
penelitian, biasanya terdapat satu orang yang ‘rajin’ yang memberitahu anggota
lainnya
mengenai
siapa
saja
yang
tidak
hadir,
apa
rencana
kelompok,
mempersiapkan topik yang akan dibahas oleh kelompok, atau mengambil inisiatif
untuk memulai pekerjaan. Pendeknya ia menunjukkan perhatiannya yang besar
terhdap kualitas pekerjaan kelompok. Orang seperti ini masuk dalam kategori
pemimpin pekerjaan,
2) Pemimpin Sosioemosional
Pemimpin sosioemosional ialah anggota kelompok yang bekerja untuk memperbaiki
hubungan dalam kelompok. Ia memusatkan perhatiannya pada interaksi dalam
sektor positif dan negatif sebagaimana terdapat dalam skema. Pemimpin seperti ini
adalah orang yang memberikan perhatian pada hubungan dalam kelompok. Ia selalu
memberikan semangat kepada anggota lainnya, berupaya meredam konflik dan
ketegangan, memuji keberhasilan seseorang dan ia secara umum mendorong
terciptanya hubungan yang positif.
Faktor Personal yang Mempengaruhi Kelompok
1) Kebutuhan Interpersonal
William C. Schultz merumuskan teori FIRO ( Fundamental Interpersonal Relation
Orientation). Menurut teori ini, orang memasuki kelompok
kebutuhan interpersonal sebagai berikut :
‘13
9
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
karena didorong oleh 3
a. Inclusion: ingin masuk, menjadi bagian kelompok;
b. Control: ingin mengendalikan orang lain dalam suatu tatanan hirarkis.
c. Affection: ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.
2) Tindakan komunikasi
Bila kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha
menyampaikan atau menerima informasi, baik secara verbal maupun nonverbal. Dalam
tindakan komunikasi, termasuk pernyataan, pertanyaan, pendpat, atau isyarat yang
disampaikan atau yang diterima oleh para anggota kelompok.
3) Peranan
Seperti halnya tindakan komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat
membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara hubungan emosional yang baik, atau
hanya menampilkan kepentingan individu saja. Peranan yang pertama disebut peranan
tugas kelompok; sedngkan yang kedua disebut peranan pemelihara kelompok; yang ketiga
disebut peranan individual.
Peranan tugas kelompok mencakup :

Initiator – contributor; menyarankan kepada kelompok mengenai gagasan
yang baru berkenaan dengan tujuan kelompok

Information seeker; meminta penjelasan saran yang diajukan ditinjau dari
kecermatannya, otoritasnya dan fakta tentang masalah yang dibicarakan

Opinion seeker; bukan hanya menanyakan fakta mengenai suatu kasus,
tetapi juga penjelasan mengenai nilai yang relevan dengan usaha kelompok
yang mendasari saran yang diajukan

Information giver; memberikan fakta atau generalisasi yang otoritatif atau
menghubungkan pengalamannya sendiri dengan masalah kelompok

Opinion giver; menyatakan keyakinan atau pendapatnya yang relevan
dengan saran yang diajukan

Elaborator; menjabarkan saran-saran dengan contoh atau makna yang lebih
luas, serta memberikan dasar rasional dari saran yang sudah dibuat

Summarizer; mengumpulkan saran, gagasan dan komentar serta kelutusan
kelompok untuk membantu proses pengambilan tindakan

Coordinator – integrator; memperjelas hubungan di antara berbagai gagasan
dan saran

Orienter; mendefinisikan posisi kelompok dalam hubungannya dengan tujuan
kelompok
‘13
10
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Disagreer; memberikan pandangan yang berbeda, mengajukan bantahan,
menunjukkan kesalahan fakta atau penalaran

Evaluator – critic; mengukur prestasi kelompok berdasarkan serangkaian
standar kerja kelompok

Energizer; mendorong kelompok untuk bertindak atau mengambil keputusan

Procedural – technician; melayani keperluan kelompok untuk melaksanakan
tugas rutin

Recorder; menuliskan saran, keputusan kelompok dan produk diskusi
.
‘13
11
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Aw, S. (2010). Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu
Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi. Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana
Dani Vardiansyah. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia
Fudyartanta, K. (2011). Psikologi Umum 1&2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Haryanto, D., & Nugrohadi, E. (2011). Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher
Pearce, B. W. (1989). Communication and the Human Condition. Illinois: Southern Illinois
University Press.
Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Vivian, J. (2007). The Mass of Media Communication. Boston: Allyn and Bacon
‘13
12
Psikologi Komunikasi
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download