Modul Komunikasi Antar Budaya [TM3]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
KOMUNIKASI
ANTAR
BUDAYA
KONSEP DASAR KOMUNIKASI
ANTAR BUDAYA
Fakultas
Program Studi
FIKOM
MARKETING & ADV.
Tatap Muka
03
Kode MK
Disusun Oleh
MELLY RIDARYANTHI, S.S., M.Soc.Sc.
Abstract
Kompetensi
Modul ini berisi konsep dasar
Komunikasi Antarbudaya berkaitan
dengan asumsi dalam KAB, hakikat
proses KAB dan dimensi KAB
Setelah mempelajari modul ini,
mahasiswa diharapkan dapat
memahami konsep dasar Komunikasi
Antarbudaya
Konsep dasar Komunikasi Antarbudaya
Untuk dapat mengupas Komunikasi Antarbudaya dengan lebih mendalam, kita tidak dapat
meninggalkan beberapa konsep yang membentuk bidang kajian Komunikasi Antarbudaya
itu sendiri. Konsep-konsep tersebut meliputi banyak hal seperti konsep komunikasi, budaya,
komunikasi antarbudaya, komunikasi lintas budaya, etnik, ras, etnosentrisme, rasisme,
stereotype dan multikultural (Lilweri).
Etnik:
Etnik atau biasa juga disebut dengan kelompok etnik adalah sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh suatu kesadaran atas kesamaan sebuah budaya atau sub budaya
tertentu (Lilweri). Kelompok etnis dan minoritas di manapun kerap mengalami kesulitan dan
hambatan dalam berkomunikasi ketika mereka berhadapan dengan kelompok etnis
mayoritas (Andrik 2003). Adanya hambatan tersebut biasanya disebabkan oleh beberapa
hal seperti (1) prasangka historis, (2) diskriminasi dan (3) perasaan superioritas in-group
feeling yang berlebihan dengan mengangga inferior pihak lain (out-group).
Ras:
Ras adalah suatu himpunan manusia (sub kelompok orang) dari suatu masyarakat yang
dicirikan oleh kombinasi karakteristik fisik, genetika keturunan atau kombinasi dari faktorfaktor tersebut yang memudahkan kita ntuk membedakan sub kelompok itu dengan yang
‘13
2
Komunikasi Antar Budaya
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
lainnya (Krogman 1999 dalam Lilweri). Manusia dilahirkan ke dunia dalam ras tertentu,
bukan karena pilihannya. Perbedaan fisik yang dimaksud adalah berkaitan dengan warna
kulit, bentuk kepala, wajah, warna pada rambut atau bulu di badan, dan faktor fisik lainnya
yang membuat kita memahami dan mengetahui adanya perbedaan ras di antara manusia di
dunia ini. Dapat dikatakan juga bahwa ras berkaitan dengan ciri fisik dan biologis yang
kemudian dapat berdampak terhadap interaksi sosial; kelompok interaksi manusia
contohnya. Dalam masyarakat multikultural atau multibudaya, perbedaan ras menjadi
penanda awal yang secara budaya sudah dilabelkan hambatan-hambatannya, yakni adanya
prasangka rasial.
Etnosentrisme:
Konsep etnosentrisme seringkali digunakan secara bersamaan dengan rasisme. Pada
dasarnya, konsep ini mewakili satu pengertian bahwa setiap kelompok etnik atau ras
mempunyai semangat dan ideologi untuk menyatakan bahwa kelompoknya lebih superior
daripada kelompok etnik atau ras lainnya (Lilweri). Dengan bahasa lain, etnosentrisme
diartikan sebagai penghakiman suatu kelompok masyarakat terhadap kebudayaan
kelompok masyarakat kelompok yang lain dengan cara membandingkan atau menggunakan
standar kebudayaannya sendiri (Andrik 2003).
Etnosentrisme adalah egoisme kultural. Akibat adanya ideologi ini, setiap kelompok etnik
atau ras akan memiliki sikap etnosentrisme yang tinggi dalam bentuk stereotipe, prasangka,
diskriminasi, dan munculnya jarak sosial antara satu kelompok dengan yang lainnya (Jones
1972 dalam Lilweri).
Prasangka:
Prasangka adalah sikap antipati yang didasarkan pada kesalahan generalisasi yang
diekspresikan sebagai perasaan. Dapat dinyatakan juga bahwa prasangka dapat diarahkan
kepada sebuah kelompok secara keseluruhan, atau kepada seseorang hanya karena orang
itu adalah anggota kelompok tersebut (Lilweri). Efek dari prasangka adalah menjadikan
orang lain sebagai sasaran prasangka, misalnya mengkambinghitamkan melalui stereotipe,
diskriminasi dan penciptaan jarak sosial (Bennet & Janet 1996 dalam Lilweri).
Stereotipe:
Stereotipe adalah pandangan umum dari suatu kelompok masyarakat terhadap kelompok
masyarakat yang lain. Padangan umum ini biasanya ersifat negatif, yang artinya adalah
bahwa pandangan yang ditujukan kepada komunitas tertentu; sebagai contoh orang
Semarang dikenal dengan “gertak Semarang”, yaitu suka menggertak. Stereotipe juga dapat
‘13
3
Komunikasi Antar Budaya
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dipahami sebagai sikap mengeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan
membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok.
Stereotipe dibangun dari waktu ke waktu, hampir setiap kelompok masyarakat memiliki
stereotipe dengan kerangka interpretasi sendiri-sendiri berdasarkan lingkungan budayanya
(Andrik 2003).
Multikulturalisme:
Multikulturalisme merupakan suatu paham atau situasi kondisi masyarakat yang tersusun
dari banyak kebudayaan. Multikultur adalah tempat pembelajaran masyarakat dari berbagai
budaya yang berbeda-beda—melalui proses komunikasi kemudian melahirkan tingkah laku
sosial, menyepakati norma dan nilai bersama, serta membangun struktur kelembagaan.
Multikultur adalah proses transaksi pengetahuan dan pengalaman yang digunakan oleh
anggota masyarakat untuk menginterpretasikan pandangan dunia mereka yang berbeda
untuk menuju ke arah kebaruan budaya (Andrik 2003).
Pengetahuan itu dibangun oleh keterampilan yang mendukung suatu proses komuniksi yang
efektif, dengan setiap orang dari setiap kebudayaan yang ditemui, dalam situasi yang
melibatkan sekelompok orang yang berbeda latar belakang kebudayaannya (Lilweri).
Perasaan nyaman itu merujuk pada suasana tanpa kecemasan, tanpa mekanisme
pertahanan diri dalam pengalaman dan perjumpaan budaya dalam interaksi manusia.
Orang-orang yang masuk dalam kategori multibudaya adalah mereka yang telah
mempelajari dan menggunakan kebudayaan secara cepat, efektif, jelas serta ideal dalam
interaksi dan komunikasi dengan orang lain (Hopes 1979 dalam Lilweri).
Keragaman budaya:
Banyak budaya hidup di daerah-daerah perbatasan antar-negara, antar-suku bangsa, antaretnik, antar-ras dan antar geografis. Di sinilah muncul situasi dan kondisi masyarakat yang
memiliki keragaman budaya. Kita menggunakan istilah metafora untuk menggambarkan
kebudayaan campuran (mixed culture) bagi suku bangsa yang berbatasan dengan negara
lainnya di mana masyarakat kedua-dua negara berbaur berinteraksi dan terjadi pertukaran
budaya yang kemudian mungkin diadaptasi oleh masing-masingnya (Lilweri)
‘13
4
Komunikasi Antar Budaya
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Asumsi dalam Komunikasi Antarbudaya
Melting pot merupakan metafora yang pada masa terkonstruksinya menggambarkan
Amerika Serikat sebagai wadah besar tempat di mana orang-orang dari negara bagian
mana pun bisa datang dan mengadu nasib di sana. Para imigran akhirnya berbaur bersamasama dengan orang-orang dar kebudayaan lain dalam satu kebudayaan besar sehingga
terbentuklah sebuah kebudayaan yang kuat dan kokoh, melebihi kebudayaan asal mereka
(Lilweri). Kenyataan ini memperlihatkan bagaimana budaya dapat berubah. Walau demikian,
para imigran tetap memegang ciri budayanya untuk dapat membedakan diri mereka dengan
keunikan budaya yang lain dan mencirikan keturunan mereka dengan yang lainnya.
Hakikat proses Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi Antar Budaya adalah proses di mana pesan, simbol, lambang ditransmisikan
oleh komunikator kepada komunikan dengan catatan bahwa terdapat perbedaan latar
belakang budaya antara kedua-duanya. Dalam setiap proses terjadi proses pembelajaran
budaya-budaya yang ditransmisikan. Dalam Komunikasi Antar budaya, terdapat dua hakikat
penting bagaimana individu akhirnya mengamalkan suatu budaya dalam kehidupannya
sehari-hari, berikut penjelasannya:
1. Enkulturasi: merujuk pada proses transmisi budaya yang terjadi dari generasi ke
generasi. Kita tidak pernah sadar bahwa sejak lahir, kita telah dikenalkan dengan
budaya-budaya yang biasa diamalkan dalam keluarga secara turun temurun. Budaya
bukanlah unsur yang bersifat genetika sehingga diwariskan, namun melalui proses
interaksi sosial melalui komunikasi, budaya ditransmisikan dan kemudian dipelajari
oleh penerima. Orangtua, kelompok, teman, lembaga pendidikan dan bahkan
lembaga sosial mentransmisikan budaya-budaya tertentu kepada kita yang
kemudian kita pelajari.
2. Akulturasi: merujuk pada proses di mana budaya yang dipahami dan dianut
seseorang dimodifikasi melalui adanya kontak atau pemaparan langsung dengan
budaya lainnya. Bayangkan bahwa Anda pindah tinggal ke tempat yang belum
pernah dikunjungi, menetap untuk lebih dari 6 bulan, apa yang Anda lakukan?
Bertahan dengan hal-hal yang biasa Anda lakukan? Dengan jenis makanan yang
biasa dimakan? Dengan cara hidup yang biasa digunakan? Atau akan belajar
budaya setempat dan mengamalkannya untuk bisa bertahan?
‘13
5
Komunikasi Antar Budaya
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Budaya yang dimiliki manusia akan senantiasa berkembang. Manusia berinteraksi satu
dengan lainnya tanpa menyadari bahwa terjadi transaksi budadaya dalam proses tersebut.
Proses belajar terus terjadi, konstruksi pemikiran terbentuk, maka akan memungkinkan
terjadi pergeseran-pergeseran budaya yang diamalkan oleh masing-masing individu.
Dimensi Komunikasi Antarbudaya
Terdapat 3 (tiga) dimensi dalam Komunikasi Antarbudaya yang perlu diperhatikan (Kim
1984) sebagai berikut ini:
1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi
Wilayah
dunia
Negara
Kelompok etnik/ras
Kelompok Sosiologis
Individu
Istilah kebudayaan telah digunakan untuk dapat menunjuk pada macam-macam tingkat
lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Pada umumnya, istilah kebudayaan ini
mencakup beberapa pengertian berikut:
(i) Kawasan dunia: dunia barat, dunia timur
(ii) Sub-kawasan dunia: budaya Amerika Utara, budaya Asia Tenggara
(iii) Nasional/negara: budaya Indonesia, budaya Perancis, budaya Jepang
(iv) Kelompok etnik dan ras: budaya orang Asia, budaya orang Cina-Indonesia
‘13
6
Komunikasi Antar Budaya
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(v) Sub-kelompok sosiologis berdasarkan demografi yang berbeda/merujuk kelas sosial:
budaya kemiskinan, budaya hippies
Dimensi ini dapat dicontohkan pada terjadinya komunikasi antar individu dengan
kebudayaan nasional yang berbeda; pelajar Amerika dengan pelajar Indonesia. Atau, antar
individu dengan kebudayaan ras-etnik yang berbeda. Dimensi ini juga dapat dilihat dari
masing-masing individu yang menggambarkan kepelbagaian dari setiap individu yang
terlibat dalam interaksi manusia.
2. Konteks sosial tempat terjadinya Komunikasi Antarbudaya
KONTEKS
BISNIS
ORGANISASI
KONTEKS
PENYEMBUHAN
TERAPI/
KONSELING
KONTEKS
POLITIK
KAB
KONTEKS
ALIH
TEKNOLOGI/
PEMBANGUNAN
KONTEKS
PENDIDIKAN
KONTEKS
AKULTURASI
IMIGRAN
KONTEKS
PENYESUAIAN
PENDATANG/
WISATAWAN
SEMENTARA
Dimensi ini berkaitan dengan konteks sosial Komunikasi Antar Budaya pada organisasi,
bisnis, pendidikan, akulturasi imigran, politik dan lain sebagainya. dalam dimensi ini dapat
pula muncul variasi kontekstual seperti komunikasi yang terjadi antara orang Korea dan
Indonesia pada transaksi bisnis yang akan berbeda jika dibandingkan dengan proses
komunikasi antara pelajar dari Indonesia dan Jepang. Oleh karena itu, setiap bentuk
interaksi pada Komunikasi Antar Budaya akan memberikan peran, harapan, norma, aturan
dan tingkah laku yang khusus dan berbeda dari yang lainnya. Sehingga konteks, isi,
kandungan, sebuah interaksi menjadi penting untuk dikaji mengingat ragamnya yang
pelbagai.
3. Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan Komunikasi Antarbudaya
Secara garis besar, saluran komunikasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu Antarpribadi dan
Media massa. Saluran komunikasi dalam Komunikasi Antar Budaya akan dapat
‘13
7
Komunikasi Antar Budaya
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
memengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari proses komunikasi tersebut. Manusia
mendapatkan informasi dan pengetahuan tidak hanya dari hasil interaksi secara langsung
dengan individu-individu di sekitarnya, namun juga melalui media yang digunakan. Tidak
perlu pergi ke Jepang untuk mengetahui bahwa bunga sakura adalah bunga khas yang ada
di sana, tidak perlu ke Korea untuk tahu bibimbap itu adalah salah satu makanan khas
Korea, tidak perlu juga ke Kutub utara untuk melihat pinguin. Namun, memperoleh informasi
melalui pengalaman interaksi antar individu akan berbeda maknanya jika dibandingkan
dengan penggunaan media massa sebagai sumber informasi.
Komunikasi menggunakan media massa memiliki kekurangan dalam wujudnya umpan balik
secara langsung antara komunikator dan komunikan. Seperti diketahui bahwa tidak ada
hubungan personal antara komunikator dan komunikan dalam komunikasi massa
menjadikan interaksi dalam proses komunikasi menjadi terbatas. Namun, saluran
komunikasi antarpribadi tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media massa yang dapat
mencapai jumlah besar komunikan sekaligus dalam proses penyampaian pesan dengan
kandungan nilai-nilai budaya bila partisipan proses komunikasi tersebut berlatar belakang
budaya yang berbeda-beda. Dimensi-dimensi tersebut di atas dapat digunakan secara
terpisah atau pun bersamaan ketika kita mengklasifikasikan fenomena komunikasi
antarbudaya.
TUGAS
Tontonlah sebuah film yang, menurut Anda, mengandung unsur-unsur budaya dan
keberagaman di dalamnya. Coba analisis isi film tersebut, uraikan dimensi-dimensi
Komunikasi Antar Budaya yang terkandung di dalamnya!
‘13
8
Komunikasi Antar Budaya
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Jandt, F. E. 2010. An introduction to Intercultural Communication: Identities in a Global
Community. California: Sage Publication
Klyukanov, I. E. 2005. Principles of Intercultural Communication. Boston: Pearce Education,
Inc.
Rulli, Nasrullah. 2012. Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber. Jakarta: Kencana.
Andrik, Purwasito. 2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta Press.
Alo, Lilweri. 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: LKiS Pelangi
Aksara
‘13
9
Komunikasi Antar Budaya
Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download