MODUL PERKULIAHAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA GAMBARAN UMUM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Fakultas Program Studi FIKOM MARKETING & ADV. Tatap Muka 01 Kode MK Disusun Oleh MELLY RIDARYANTHI, S.S., M.Soc.Sc. Abstract Kompetensi Modul ini berisi pemahaman konsep komunikasi dan kebudayaan dalam Komunikasi Antar Budaya Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep dasar dan pentingnya mempelajari Komunikasi Antar Budaya KOMUNIKASI: PEMAHAMAN DASAR Komunikasi merupakan proses yang terjadi di tengah-tengah interaksi manusia tanpa disadari maknanya. Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu cum sebuah preposisi yang berarti dengan atau bersama dan kata units yang berarti satu. Kedua kata itu membentuk kata baru, kata benda, communio yang berarti kebersamaan atau hubungan. Untuk dapat ber-communio diperlukan adanya usaha dan kerja, oleh karena itu kemudian terbentuk kata communicate yang berarti membangi sesuatu dengan orang lainnya, tukar menukar, transaksi, bercakap-cakap, berteman, dan beberapa definisi lain. Maka, komunikasi diartikan sebagai pemberitahuan, percakapan, pembicaraan, pertukaran pikiran atau hubungan (Hardjana 2003). Komunikasi merupakan hal yang penting bagi manusia, bisa dibayangkan bagaiamana jika komunikasi tidak wujud dalam kehidupan manusia, bagaimana kehidupan di dunia ini? Seperti diungkapkan oleh Dedy Mulyana (2003: 5) bahwa “Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan ‘tersesat’, karena ia tidak bisa menaruh dirinya dalam lingkungan sosial.” Manusia saling berbagi apa yang dipikirkan, mengedukasi, menghibur, mentransfer ilmu dan pengetahuan serta saling pengaruh memengaruhi satu dan lainnya. Oleh karena itu dapat dilihat bahwa kehidupan masyarakat terus berkembang, karena manusia selalu ‘penuh’ dengan hal baru dalam hidupnya akibat dari interaksi dan komunikasi yang terjadi di lingkungan sosial. Lingkup komunikasi menyangkut persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan substansi interaksi sosial individu dalam masyarakat; langsung dan tidak langsung. Dalam setiap komunikasi yang berlangsung memiliki beberapa tujuan komunikasi sebagai berikut: 1. To educate: bahwa komunikasi digunakan sebagai alat untuk penyampaian informasi-informasi dengan tujuan mendidik komunikan yang terlibat dalam interaksi komunikasi; contohnya dalam interaksi di kelas dalam tujuan belajar dan mengajar. 2. To persuade: bahwa komunikasi digunakan untuk memengaruhi komunikan yang terlibat berdasarkan pada opini, informasi, ide maupun gagasan yang disampaikan oleh komunikator; contohnya dalam interaksi yang bertujuan untuk menjual barang dalam bidang marketing. ‘13 2 Komunikasi Antarbudaya Melly Ridaryanthi, S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. To entertain: bahwa komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk memberikan hiburan kepada komunikannya melalui penuturan maupun gerakan tubuh; contohnya dalam bidang hiburan dari sebuah organisasi massa untuk menarik perhatian khalayak. 4. To inform: bahwa komunikasi memiliki tujuan dasar untuk memberikan informasi atas pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa tujuan utama komunikasi adalah untuk menciptakan pemahaman bersama baik itu mengenai suatu hal. Ketika seorang dosen menjelaskan, akan tercipta pemahaman yang sama terhadap suatu hal yang diterima oleh para mahasiswa peserta kelas. Ketika seorang penjual memperkenalkan produk, calon pembeli memahami apa pentingnya dan apa keperluan dari membeli dan memiliki produk tersebut. Dalam bidang hiburan, tercipta pemahaman konsep lelucon, santai, senang dan rasa terhibur dari materi yang ditayangkan atau disampaikan oleh komunikator. Terakhir sekali adalah bahwa tujuan dasar komunikasi adalah penyampaian pesan, maka tujuan untuk memberikan informasi ini adalah paling mendasar dan krusial bahwa dalam interaksi komunikasi akan terjadi aliran informasi yang dipahami oleh komunikator dan kemudian dipahami pula oleh komunikannya. Manusia merupakan makhluk sosial dengan struktur dan fungsi yang sangat sempurna dengan dilengkapi akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Manusia sebagai makhluk multidimensional, tidak dapat hidup sendiri, berinteraksi, komunikasi sebagai unsur penting di dalamnya. Indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah wujudnya perilaku komunikasi antara manusia dimana dapat dilihat bahwa manusia kerap berkeinginan untuk berbicara, bertukar gagasan, mengirim dan menerima informasi, berbagi pengalaman dan lain sebagainya (Suranto Aw 2011). Oleh karena itu, pada dasarnya manusia tidak mampu untuk hidup sendiri di dunia baik sendiri dalam konteks fisik maupun konteks sosial dan budaya. Dalam konteks sosial dan budaya, manusia mempunyai kecenderungan untuk membutuhkan orang lain untuk berkolaborasi dalam pemenuhan fungsi-fungsi sosial, karena suatu fungsi yang dimiliki oleh seseorang akan berguna bagi orang lainnya. Saling memenuhi kebutuhan dan membantu satu sama lain merupakan bagian dari interaksi sosial ‘13 3 Komunikasi Antarbudaya Melly Ridaryanthi, S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dalam masyarakat yang kompleks.Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah komunikasi yang menjadi unsur penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi sebagai suatu proses sosial memberikan pengertian bahwa wujud tindakan komunikasi antara individu-individu dalam lingkungan masyarakat atau lingkungan sosial atau dalam jumlah besar adalah kelompok yang melibatkan intensitas, motivasi dan kemampuan untuk berbagi dan memengaruhi secara terus menerus. Pada kondisi ini, komunikasi yang terjadi bersifat sangat kompleks mengingat individu dan kelompok yang terlibat dalam interaksi komunikasi tersebut juga beragam. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat lepas antara satu dengan lainnya dan senantiasa terlibat dalam satu interaksi sosial dalam masyarakat dimana komunikasi digunakan dalam prosesnya. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial menjadikan mereka melakukan beberapa peran sebagai berikut: a. Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok; b. Membentuk kelompok-kelompok sosial; c. Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok. (Florentinus Sudiran 2011, 74) Tidak boleh dilupakan juga bahwa proses interaksi dan komunikasi ini tidaklah semudah yang dibayangkan. Masing-masing dari individu haruslah memiliki kemahiran untuk dapat berkomunikasi. Menjadi individu yang mindful dalam berkomunikasi adalah penting. Salah satunya dengan memahami latar budaya yang ada di antara individu-individu yang terlibat. Apa pentingnya? Bayangkan jika Anda berinteraksi dan bersikap sesuai apa yang Anda ketahui dan kebiasaan sehari-hari tanpa memerhatikan bagaimana lingkungan, lawan bicara, kepentingan, waktu, tempat, norma yang berlaku, aturan yang ada, tradisi dan lain sebagainya. Apakah terjalin interaksi sosial yang harmonis? Apakah kemudian proses komunikasi akan efektif? MENDEFINISIKAN BUDAYA Pada dasarnya, budaya merupakan nilai-nilai, yang diakui secara langsung maupun tidak, yang muncul dari proses interaksi antar individu (Rulli 2012: 15). Budaya berasal dari kata cultura yang merupakan bahasa Latin yang dapat diartikan sebagai hasil kegiatan intelektual manusia, suatu konsep yang mencakup berbagai komponen yang digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan dalam kehidupan sehari-hari. (Andrik 2003: ‘13 4 Komunikasi Antarbudaya Melly Ridaryanthi, S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 95). Dalam bahasa Sansekerta, kata budaya, dalam kebudayaan, diambil dari kata buddhayah yang berarti akal budi. Budaya adalah hasil penciptaan, perasaan dan prakarsa manusia berupa karya yang bersifat fisik maupun non fisik (ibid). Terdapat berbagai pemahaman budaya dilihat dari sudut pandang berbagai ilmu pengetahuan, sebagai berikut: 1. Pendekatan teori dalam tradisi Antropologi oleh Cliffort Geerzt (ibid) bahwa budaya adalah nilai yang secara historis memiliki karakteristiknya terseniri dan bisa dilihat dari simbol-simbol yang dimaknai sebagai sebuah sistem dari konsep ekspresi komunikasi di antara manusia yang mengandung makna dan akan terus berkembang; 2. Dari pandangan Psikologi dikemukakan oleh Geert Hofstede (1984: 21 dalam Rulli 2012: 16) bahwa budaya diartikan tidak sekadar sebagai respons dari pemikiran manusia, melainkan sebagai jawaban atau respons dari interaksi antar manusia yang melibatkan pola-pola tertentu sebagai anggota kelompok dalam merespons lingkungan tempat manusia itu berada. Dari apa yang dikemukakan oleh Hofstede, ditekankan bahwa manusia itu memiliki pemikiran, karakteristik, sudut pandang dan imej yang berbeda-beda. 3. Dari pendekatan Etnografi dikemukakan oleh Gerry (dalam Rulli 2012: 16) bahwa budaya diartikan sebagai konstruksi sosial maupun historis yang mentransmisi pola-pola tertentu melalui simbol, pemaknaan, premis bahkan bertulang pada aturan. 4. Dalam perspektif semiotika, budaya diartikan sebagai persoalan makna. Menurut Thwaites et al (2002:1 dalam Rulli 2013: 17) dijelaskan bahwa budaya adalah sekumpulan praktik sosial yang melaluinya makna diproduksi, disirkulasikan dan dipertukarkan. Makna berada pada tataran komunikasi baik antar individu maupun yang terjadi dalam kelompok. Raymond Williams (dalam Sutrisno 2005:8) melihat budaya sebagai tiga pandangan pokok berikut: 1. Budaya mengacu pada perkembangan intelektual, spiritual dan estetis dari seorang individu, sebuah kelompok atau masyarakat; 2. Mencoba memetakan khazanah kegiatan intelektual dan artistic sekaligus produkproduk yang dihasilkan; 3. Menggambarkan keseluruhan cara hidup, berkegiatan, keyakinan-keyakinan dan adat istiadat sejumlah orang, kelompok dan masyarakat. ‘13 5 Komunikasi Antarbudaya Melly Ridaryanthi, S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Budaya merupakan nilai-nilai yang muncul akibat adanya interaksi manusia; dari buah pikiran, perilaku, kebiasaan, ritual, aturan yang kemudian kekal diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di wilayah tertentu. budaya inilah yang menjadi acuan dasar bagi proses komunikasi antar manusia. Karena budaya ini terkonstruksi secara berbeda dalam setiap wilayah, maka dari itu ditemukan keberagaman budaya dalam masyarakat luas. KAITAN ANTARA KOMUNIKASI DAN BUDAYA Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa budaya adalah bagian dari interkasi manusia, dan komunikasi adalah bagian dari terbentuknya budaya itu. Seperti yang diungkapkan oleh Edward T. Hall bahwa “Culture is communication and communication is culture” (Hall 1959, 186). Dari pernyataan Hall tersebut dapat diketahui bahwa antara budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan karena satu sama lain member makna dan terikat. Namun dalam bidang keilmuan komunikasi, terbentuk satu bidang kajian Komunikasi Antarbudaya yang melihat bagaimana individu-individu berinteraksi dengan alat bantu komunikasi dan dilatari oleh budaya-budaya yang berbeda. Ketika individu-individu yang berlainan budaya berkomunikasi, penafsiran keliru atas sandi merupakan pengalaman yang lazim terjadi (Ahmad 2011: 3). Komunikasi Antarbudaya akan merujuk pada aspek-aspek perilaku komunikasi kita sendiri yang tidak disadari sebagai bentuk yang khas. Devito (1997) dalam Ahmad (2011: 4) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempelajari Komunikasi Antarbudaya yaitu 1) orang dari budaya yang berbeda berkomunikasi secara berbeda, 2) melihat perilaku masing-masing budaya sebagai sistem yang mungkin, namun tetap bersifat arbiter, 3) cara kita berpikir tentang perbedaan budaya mungkin tidak ada kaitannya dengan cara kita berperilaku. Komunikasi Antarbudaya menjadi satu cabang Ilmu Komunikasi yang penting mengingat pergerakan manusia pada era Globalisasi ini semakin aktif. Beberapa faktor penting memahami Komunikasi Antarbudaya adalah wujudnya pola imigrasi, kebergantungan ekonomi antar Negara-negara di dunia, berkembangnya teknologi komunikasi yang memudahkan pertukaran informasi dan stabilitas politik, berikut ini penjelasannya: ‘13 6 Komunikasi Antarbudaya Melly Ridaryanthi, S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Mobilitas: mobilitas masyarakat dunia di seluruh dunia terjadi akibat pergerakan arus globalisasi. Perjalanan dilakukan oleh penduduk dunia bukan hanya pada tataran domestik tapi juga perjalanan melintasi benua. Bertemunya orang-orang dari wilayah-wilayah yang berbeda dalam fenomena mobilitas ini menjadikan bidang kajian komunikasi antarbudaya menjadi penting untuk dapat menggali dan memahami fenomena yang ada. 2. Pola Imigrasi: di hampir setiap kota besar dapat kita jumpai orang-orang dari bangsa lain. Pengalaman hari-hari mereka yang berpindah menjadi sorotan menarik untuk dikaji. Motivasi berhijrah menentukan bagaimana mereka berinteraksi di tempat barunya. Bagaimana mereka bertahan dan berinteraksi di tempat berhijrah merupakan fokus kajian yang selalu menarik untuk diteliti. 3. Saling Ketergantungan Ekonomi: Globalisasi bukan saja berefek pada mobilitas manusia namun juga distribusi barang serta supply dan demand pada peringkat internasional. 4. Teknologi Komunikasi: kemajuan teknologi komunikasi menjadikan arus informasi semakin cepat dan dapat dijangkau oleh siapa saja dan di mana saja dengan lebih mudah. Dengan begitu, banyak nilai-nilai baru dari belahan dunia manapun terpapar oleh masyarakat. Hal ini menyebabkan adanya kesenjangan pemahaman, gegar budaya dan pengetahuan. Dengan demikian, fokus penelitian pada perkembangan teknologi komunikasi dalam memengaruhi perkembangan interaksi dan komunikasi manusia menjadi sorotan penting dalam penelitian-penelitian komunikasi antarbudaya. 5. Stabilitas Politik: jarak antar Negara dan benua bukan lagi satu hambatan untuk mobilitas manusia, kerjasama ekonomi dan politik antara bangsa. Perkembangan alat transportasi dan komunikasi menjadikan hubungan antara Negara semakin intim. Namun hal ini juga memengaruhi stabilitas politik, dan ekonomi, setiap Negara yang saling terkait satu dan lain. Memahami latar budaya, perkembangan penduduk dan masyarakat dari setiap Negara menjadi satu studi yang penting untuk menciptakan hubungan antara bangsa yang harmonis dan saling menguntungkan. (Ahmad 2011: 6-9) Seperti telah disinggung pada bagian awal bahwa komunikasi merupakan dasar dari interaksi sosial. Sebagai fondasi dari hubungan sosial, komunikasi memainkan peran utama dalammembangun budaya (Andrik 2003: 114). Komunikasi sebagai kegiatan interaksional yang melibatkan penyampai (source) dengan peneriam (receiver) yang memungkinkan terjadi efek dan efek balik. Samovar dan Porter, seperti yang dikutip Andrik (2003), menyatakan bahwa komunikasi bersifat dinamik, interaktif, tidak tergantikan, berlangsung ‘13 7 Komunikasi Antarbudaya Melly Ridaryanthi, S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dalam konteks fisik dan sosial. Di sinilah budaya berkembang dan kemudian menjadi bagian dari interaksi sosial, di mana komunikasi berperan sebagai alat dalam interaksi tersebut. Jandt (dalam Andrik 2003) merumuskan bahwa komunikasi antarbudaya merupakan interaksi tatap muka antara orang-orang yang berbeda budaya. Ditambahkan oleh Collier dan Thomas bahwa komunikasi antarbudaya terjadi antara orang-orang yang mengidentifikasikan dirinya berbeda dari yang lainnya dalam tataran budaya. Secara sederhana, komunikasi dan budaya dalam kajian komunikasi antarbudaya dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator dan komunikan yang memiliki latar budaya yang berbeda-beda. Kajian komunikasi antarbudaya dapat dilihat sebagai satuan-satuan fokus kajian, sebagai berikut: 1. Komunikasi lintasbudaya: menekankan pada letak geografis yang berbeda serta membandingkan fenomena-fenomena antara satu budaya dan yang lainnya. Sebagai contoh adalah kajian tentang fenomena peranan perempuan di Negara X dengan perempuan di Negara Y. 2. Komunikasi antarrasial: menekankan pada perbedaan ras di antara individu-individu yang terlibat dalam interaksi komunikasi. Ras tertentu bukan karena pilihan manusia, namun merupakan bawaan secara genetika. Dalam masyarakat multikultur, perbedaan ras menjadi penanda awal yang secara budaya sudah dilabelkan hambatan-hambatannya, yakni prasangka rasial. Oleh karena itu, isu ini dijadikan fokus kajian karena senantiasa menjadi bagian dari interaksi sosial. 3. Komunikasi antaretnik: kelompok etnis dan minoritas di mana pun kerap menemui kesulitan dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Latar belakang hambatan dipicu oleh adanya prasangka historis, diskriminasi dan perasaan superioritas dari pihak lain. Isu ini yang kemudian jadi pemerhatian dalam penelitian komunikasi antaretnik. 4. Banyak fokus kajian lainnya seperti komunikasi antaragama, komunikasi antarkelas, komunikasi antarjender dan lain sebagainya yang berkaitan dengan adanya perbedaan latar budaya komunikator dan komunikan berdasarkan konteks interaksi sosialnya. (Andrik 2003) ‘13 8 Komunikasi Antarbudaya Melly Ridaryanthi, S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Ahmad, Sihabudin. 2011. Komunikasi Antarbudaya: Satu Perspektif Multidimensi. Bumi Aksara: Jakarta. Andrik, Purwasito. 2003. Komunikasi Multikultural. Muhammadiyah University Press: Surakarta. Deddy, Mulyana. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya Devito, J. A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Florentinus, Sudiran. 2011. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta: LakssBang PRESSindo. Neuliep. J.W. 2009. Intercultural Communication: A Contextual Approach. Sage Publication: California. Rulli, Nasrullah. 2012. Komunikasi Antarbudaya: Di Era Budaya Siber. Kencana: Jakarta. ‘13 9 Komunikasi Antarbudaya Melly Ridaryanthi, S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id