MODUL PERKULIAHAN PERILAKU KONSUMEN Kepribadian dan Gaya Hidup Fakultas Program Studi Tatap Muka Ilmu Komunikasi Advertising & Marketing Communications 03 Kode MK Disusun Oleh A41435EL Sugihantoro, S.Sos, M.Ikom Abstract Kompetensi Modul ini membahas mengenai Setelah mempelajari modul ini kepribadian dan gaya hidup diharapkan mahasiswa dapat konsumen. memahami kepribadian dan gaya hidup dan mengkaitkan dengan perilaku konsumen dalam perspektif komunikasi pemasaran. Kepribadian dan Gaya Hidup Pada dasarnya manusia memiliki karakteristik dan kepribadian yang berbeda-beda bahkan dengan orang-orang terdekat sekalipun. Sehingga banyak peneliti yang mencoba menjelaskan bagaimana motivasi dapat muncul bagi setiap individu melalui teori kepribadian. Hal ini penting mengingat kepribadian dan gaya hidup sangat mempengaruhi perilaku mereka dalam proses terjadinya pembelian. Kata kepribadian berasaldari bahawa Latin yaitu persona atau topeng yang dipakai oleh orang untuk menampilkan dirinya pada dunia luar, namun demikian psikologi memandang kepribadian lebih dari sekedar penampilan luar saja. Dalam bahasa Inggris persona disebut juga personality. Salah satu definisi kepribadian yang dipergunakan oleh psikologi modern sebagaimana dijelaskan oleh Setiadi (2010:60) adalah sebagai berikut: Kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisis individu yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya secara unik. Selain itu Jess Feist & Gregory J. Feist (2010:85) mendefinisikan kepribadian sebagai berikut: Kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik individu yang menentukan caranya yang khas untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Selanjutnya Suryani (2008:57) menjelaskan bahwa kepribadian sering diartikan sebagai karakteristik individual yang merupakan perpaduan dari sifat, temperamen, kemampuan umum dan bakat yang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh interaksi individu dengan lingkungannya. Kepribadian juga diartikan sebagai karakteristik yang ada dalam diri individu yang melibatkan berbagai proses prikologis yang akan menentukan kecenderungan dan respons seseorang terhadap lingkungannya. Pemamahan kepribadian juga diuraikan Lee (2009:28), bahwa kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis yang unik serta menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan. Teori kepribadian telah dikembangkan selama bertahun-tahun untuk menjelaskan struktur, proses dan pengembangan perilaku manusia. Menurut Setiadi (2010:57), untuk merencanakan program pemasaran, yaitu mulai dari merancang mendistribusikannya produk, kepada mengkomunikasikannya pemakai akhir, pemasar kepada dapat konsumen dan menggunakan faktor kepribadian dan gaya hidup. Penggunaan aspek gaya hidup dapat dilakukan dengan sikap, ketertarikan dan pendapat konsumen. Sehingga sikap tertentu yang dimiliki oleh konsumen 2015 2 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id terhadap suatu produk ataupun jasa bisa mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang juga bisa dilihat dari apa yang disenangi dan disukainya. Gaya hidup seseorang juga bisa ditunjukkan dengan melihat pada pendapatnya terhadap suatu obyek tertentu termasuk produk maupun jasa. Selanjutnya, menurut Suryani (2008:58) terdapat beberapa karakteristik penting berkaitan dengan definisi kepribadian antara lain: 1. Kepribadian antar manusia berbeda Tidak ada dua individu yang memiliki kepribadian yang sama, oleh karena itu dinyatakan bahwa kepribadian adalah unik, artinya khas hanya pada individu tertentu.Kekhasan itu terutama dalam hal karakteristik khusus yang membedakan dengan individu yang lai yang bersifat relatif menonjol. 2. Kepribadian terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan Tumbuh berkebang individu mulai dari dalam kandungan, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa tidak akan pernah terlepas dari lingkungan di mana individu melakukan interaksi. Sehingga bagaimanapun juga lingkungan memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk kepribadian konsumen. 3. Kepribadian bersifat relatif permanen Diyakini oleh para pakar psikologi, bahwa kepribadian yang ada pada individu bersifat relatif permanen artinya relatif sangat sulit untuk mengubah kepribadian, jika kepribadian itu telah terbentuk pada individu. Sifat dari kepribadian yang relatif permanen itu di sisi lain juga memungkinkan pemasar untuk memprediksi perilaku konsumen. 4. Kepribadian dapat berubah Meskipun kepribadian bersifat relative permanen, akan tetapi dalam kondisi tertentu kepribadian dapa berubah. Misalnya adalah adanya perubahan yang sangat drastic seperti perpisahan, perubahan lingkungan yang sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya, perceraian dan lain-lain dapat mengubah kepribadian seseorang. 1.1. Kepribadian dan Perilaku Konsumen Dijelaskan oleh Setiadi (2010:60), perilaku konsumen dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologi dari pembeli. Kepribadian memiliki pengertian yang luas, kepribadian bukan hanya mencakup sifat-sifat yang positif, sifat-sifat yang menarik ataupun segala sesuatu yang nampak secara lahiriah. Akan tetapi juga meliputi dinamika individu tersebut. Dengan demikian kepribadian merupakan hasil dari keturunan, lingkungan, dan juga faktor situasi. Setiadi (2010:60) menjelaskan secara rinci mengenai faktor-faktor pembentuk kepribadian sebagai berikut: 2015 3 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Keturunan Keturunan merujuk ke faktor-faktor yang ditentukan pada saat pembuahan. Sosok fisik, daya tarik wajah, kelamin, temperamen, komposisi otot dan reflek, tingkat energi, dan ritme hayati merupakan karakteritsik-karakteristik yang dianggap sebagai atau sama sekali atau sebagian besar dipengaruhi oleh faktor kedua orang tua. Pendekatan keturunan individu adalah struktur molekul gen-gen yang terletak dalam kromosom. Tiga aliran riset yang berlainan menyumbang suatu kredibilitas pada argument bahwa keturunan memainkan suatu bagian yang penting dalam menentukan kepribadian seorang individu. 2. Lingkungan Di antara faktor-faktor yang menggunakan tekanan pada pembentukan kepribadian kita adalah budaya dalam mana kita dibesarkan, pengkondisian dini kita, norma-norma di antara keluarga kita, teman-teman, dan kelompok sosial, serta pengaruh lain yang kita alami. Lingkungan yang dipaparkan kepada kita memainkan peranan yang cukup besar dalam membentuk kepribadian kita. 3. Situasi Situasi mempengaruhi efek keturunan dan lingkungan pada kepribadian. Kepribadian seseorang, sementara umumnya mantap dan konsisten, memang berubah dalam situasi yang berbeda. Tuntutan yang berbeda dari situasi yang berlainan memunculkan aspek-aspek yang berlainan dari kepribadian seseorang oleh karena itu hendaknya kita tidak melihat pola kepribadian dalam keterpencilan. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi. Menurut Setiadi (2010:61) terdapat batasan-batasan kepribadian dengan mengacu pada penjelasan di atas, antara lain: 1. Dinamis Dinamis berarti bahwa kepribadian itu selalu berubah-ubah. Perubahan ini digerakkan oleh tenaga-tenaga dari dalam diri individu yang bersangkutan, akan tetapi perubahan tersebut tetap berada dalam batas-batas bentuk polanya. 2. Organisasi Sistem Hal ini mengandung pengertian bahwa kepribadian itu merupakan suatu keseluruhan yang bulat. 2015 4 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Psikofisis Psikofisis mengandung pengertian bahwa kepribadian tidak hanya bersifat fisik dan juga tidak hanya bersifat psikis saja, melainkan merupakan gabungan dari kedua sifat tersebut. 4. Unik Unik berarti bahwa kepribadian antara individu yang satu dengan lainnya tidak ada yang sama. Selanjutnya menurut Setiadi (2010:62) menjelaskan mengenai segi-segi kepribadian, antara lain: 1. Self Secara singkat dapat dirumuskan sebagai taksiran perkiraan dan perasaan seseorang mengenai siapa dia? Apa dia? Dan di mana dia berada? 2. Personality Traits Kecenderungan-kecenderungan umum kita yang beraneka ragama untuk mengevaluasi situasi-situasi dengan cara-cara tertentu dan kemudian bertindak dengan hasil evaluasi tersebut. 3. Kecerdasan Kesiagaan abilitas belajar, kecepatan melihat hubungan-hubungan kesanggupan memutuskan sesuatu dengan cepat dan tepat dan kemudian kesanggupan menghimpun data dan inferensi-inferensi untuk meudian menarik suatu kesimpulan. 4. Apperance and Impressions Kedua hal ini merupakan bagian yang cukup penting dari kepribadian, walaupun ada perbedaan pendapat tentang appearance yang bagaimanakah yang dapat menimbulkan impressions yang menyenangkan, tetapi semua sependapat bahwa kedua hal ini merupakan satu aspek kepribadian. 5. Kesehatan Kesehatan yang dimiliki individu tersebut, baik secara lahiriah maupun batiniah yang mendukung pengambilan keputusan. 6. Tinggi, Berat dan Bentuk Badan Ketiga faktor ini sangat berhubungan erat dengan appearance dan impressions walaupun sering pula bahwa dua orang yang memiliki tinggi, berat, dan bentuk badan yang serupa tapi appearance-nya berlainan dan karenanya menimbulkan impressions yang berlainan juga. 2015 5 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 7. Sikap Terhadap Orang Lain Beberapa sikap kita terhadap orang lain seringkali mencerminkan bagaimana sikap kita terhadap diri kita sendiri, akan tetap ada hal yang harus diingat bahwa kepribadian mencakup seluruh sikap yang ada pada diri seseorang. 8. Knowledge Pengetahuan yang kita miliki merupakan unsure dari kepribadian kita, semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang, maka akan semakin mantab serta lebih berhati-hati dalam menentukan keputusan. 9. Skills Kecakapan seseorang sangat mempengaruhi bagaimana pandangan orang lain terhadap diri kita, bahkan turur mempengaruhi pandangan kita terhadap diri kita sendiri. 10. Nilai Sering disebut juga dengan nama karakter, ini merupakan segi kepribadian yang sangat mempengaruhi karena menyangkut soal-soal baik dan tidak baik, etika dan moral. 11. Emotional Tone and Control Emotional tone merupakan suatu segi dari kepribadian, sering disebut juga dengan istilah temperamen yaitu istilah yang dipergunakan waktu melukiskan nada emosi yang terjadi pada diri seseorang. 12. Peranan Peranan mempunyai pengaruh yang penting antar kepribadian kita. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian sesungguhnya lebih dalam dari gaya hidup. Dalam kaitannya dengan perilaku konsumen, memahami karakteristik kepribadian konsumen akan sangat bernilai bagi pemasar, bila seorang pemasar mengetahui perilaku konsumen yang bersifat lebih permanen maka dia dapat menjadikan hal tersebut menjadi peluang bisnis, karena karakteristik kepribadiand apat dijadikan dasar untuk memposisikan produknya di pasar, asalkan jenis kepribadian tersebut dapat diklasifikasikan dengan akurat dan terdapat korelasi yang kuat antar jenis kepribadian tertentu dengan pilihan produk ataupun merek. 1.2. Karakteristik Pribadi yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Karakteristik pribadi yang mempengaruhi keputusan membeli dari seseorang, antara lain umur dan tahap dahur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Setiadi (2010:64) menjelaskan karakteristik pribadi yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain: 2015 6 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Umur dan Tahap Daur Hidup Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli semasa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap-tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar seringkali menentukan sasaran pasar dalam bentuk tahap dan daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap tahap. Tahap-tahap daur hidup keluarga tradisional meliputi bujangan dan pasangan muda dengan anak. 2. Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang akan dibelinya. Pekerja kasar cenderung membeli lebih banyak pakaian untuk bekerja, sedangkan pekerja kantor membeli lebih banyak jas dan dasi. Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata akan produk dan jasa mereka. Sebuah perusahaan bahkand apat melakukan spesialisasi dalam memasarkan produk menurut kelompok pekerjaan tertentu. 3. Situasi Ekonomi Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produknya. Misalnya seorang direktur perusahaan akan membeli kendaraan yang memiliki fitur keamanan dan tingkat kenyamanan yang tinggi. Akan sangat berbeda dengan level ekonomi dibawahnya yang cenderung membeli kendaraan dengan standar fungsionalnya saja, misalnya sebagai alat transportasi ataupun untuk mengangkut barang yang menunjang pekerjaannya. 4. Gaya Hidup Gaya hidup juga mempengaruhi pola perilaku konsumen. Gaya hidup biasanya dijelaskan melalui karakterisk psikografisnya. Gaya hidup mencerminkan kehidupan seseorang dalam lingkungannya. Misalnya kelompok pasar dengan usia 25-30 tahun akan memiliki gaya hidup yang berbeda antara yang bertempat tinggal di kota besar dengan pedesaan, atau antara satu kota dengan kota lainnya. Gaya hidup tersebut akan mempengaruhi mereka dalam perilaku pembelian terhadap produk ataupun jasa. 5. Kepribadian dan Konsep Diri Pembeli Setiap individu memiliki karakteristik sendiri yang unik. Kumpulan karakteristik perilaku yang dimiliki oleh individu dan bersifat permanen biasa disebut kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai pola perilaku yang konsisten dan bertahan lama (enduring). Oleh karena itu, variabel kepribadian bersifat lebih dalam dari gaya hidup. 2015 7 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1.3. Teori-Teori Kepribadian Terdapat beberapa teori yang menjelaskan kepribadian seseorang. Menurut Setiadi (2010:66) teori-teori tersebut diantaranya teori psychoanalitis, teori sosial, teori konsep diri. 1. Teori Psychoanalitis Teori ini menunjukkan bahwa perilaku manusia dikuasai oleh personalitasnya atau kepribadiannya. Teori ini dikemukakan oleh Sigmund Freud yang telah menunjukkan betapa besar sumbangan karyanya pada bidang psikologi, termasuk konsepsinya mengenai suatu tingkah ketidaksadaran dari kegiatan mental. Freud juga menandaskan bahwa hamper semua kegiatan mental seseorang tidak dapat diketahui dan tidak bisa didekati secara mudah, namun kegiatan tertentu dari mental ini dapat mempengaruhi perilaku manusia. Freud menganalisis mimpi sebagai studi dari ketidaksadaran tersebut. Dia mengatakan bahwa mimpi itu adalah suatu bentuk pengharapan yang menyenangkan yang kemudian memberikan akses bagi seseorang terhadap kegiatan ketidaksadarannya. Konsepsi Freud tentang sikap dan pentingnya tingkat ketidaksadaran dari kegiatan mental, membentuk dan menjadi sadar dari pendekatan psikoanalitis ini. Teori ini sebenarnya bercermin atas adanya suatu pandangan konflik dari perilaku manusia ini. Konsepsi tentang adanya manusia menurut kepercayaan orang Barat secara ajeg bermula dari adanya konflik di dalam tubuh manusia itu sendiri. Kepercayaan ini secara tradisional ada dalam alam pemikiran primitive yang terpatri dalam perjuangan antara baik dan buruk. Setiadi selanjutnya menjelaskan bahwa pandangan primitive tentang konflik itu akan tetap ada dalam banyak bagian di dunia ini. Ia tidak hanya ada di Timur dan di Negara kurang maju, melainkan ia pun ada di Barat di dalam susunan masyarakat yang super modern. Memang secara jelas sekali, bahwa model ini disubstansikan pada metodologi ilmiah. Ia berasal dar berlandaskan pada pemikiran magis dan supernatural yang ada di luar realita ilmu. Teori psikoanalitis ini menekankan pada sifat-sifat kepribadian yang tidak disadari sebagai hasil dari kongflik masa kanak-kanak. Konflik itu diturunkan menjadi tiga komponen kepribadian yang terdiri atas: a. Id (Libido) Id mengendalikan kebutuhan dan kepentingan individu yang paling dasar seperti rasa lapar, haus, seks, dan pertahanan diri. Id adalah sumber kekuatan yang dibawa sejak lahir yang mengendalikan perilaku dan merupakan sub-sistem dari kepribadian. Id adalah penampungan dan sumber dari semua kekuatan jiwa yang menyebabkan berfungsinya suatu sistem. Sumber kekuatan itu bekerja hanya 2015 8 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dengan satu prinsip yaitu mengarahkan perilaku untuk mencapai kesenangan dan menghindari penderitaan. Id secara keseluruahn tidak disadari. Id ini seringkali dilukiskan sebagai kawah mendidih yang berisi pengharapan dan keinginan-keinginan yang memerlukan pemuasan secepatnya. Dalam rangka mencari kepuasan dari keinginan-keinginannya Id tidak terbelenggu oleh faktorfaktor pembatas seperti etik, moral, alasan atau logika. Oleh karenya tidaklah heran jika terdapat dua hal yang bertentangan terjadi bersama-sama dalam satu Id. Misalnya adalah keinginan untuk menghargai pimpinan dan keinginan mencacinya bisa saja terjadi dan dilakukan oleh seorang karyawan secara simultan pada saat tertentu. Id secara tetap merupakan suatu upaya untuk mendapatkan penghargaan, pemuasan dan kesenangan. Upaya ini secara pokok diwujudkan melalui libido dan agresi. Libido mengarah pada hubungannya dengan keinginan seksual dan kesenangan-kesenangan, tetapi juga kehangatan, makanan dan confortable. Agresi mendorong Id kea rah kerusakan, termasuk diantaranya bersifat merusak. Hasrat mendapatkan pangkat yang tinggi dan nafsu untuk menyingkirkan kawan ataupun lawan secara sadis dapat terjadi pada saat yang bersamaan pada diri seseorang, sebagai perwujudan adanya libido dan agresi yang ditimbulkan oleh Id. b. Ego Jika ego menjelaskan sebagai sumber ketidaksadaran manusia, maka ego menunjukkan hal yang sebaliknya, yaitu sumber rasa sadar. Ia mewakili logika dan dihubungkan dengan prinsip-prinsip realitas. Ego merupakan sub-sistem yang berfungsi ganda yaitu melayani dan sekaligus mengendalikan dua sitem yang lainnya dengan cara interaksi dengan dunia luar atau lingkungan luar. Ego mengembangkan kepentingan Id dengan menghubungkan ke dunia luar untuk mendapatkan pemuasan-pemuasan keinginannya. Dengan kata lain ego bertindak sebagai perantara Id. Tujuan ego adalah untuk melindungi kehidupan ini dengan cara menafsiri dan menggali apa yang terjadi di dalam lingkungan luar, sehingga ego menjadi sadar apa yang terjadi di dunia dan apa yang dialaminya. Ia dapat mengembangkan suatu fasilitas untuk menimbang dan belajar guna menyesuaikan dan bertindak sesuai dengan lingkungannya. Ego akan bereaksi terhadap keinginan-keinginan Id dengan mempertimbangkan terlebih dahulu apakah keinginan itu dapat memuaskan atau tidak. Jika keputusannya ya, maka ego kemudian akan berusaha untuk mendapatkan alat untuk mendapatkan keinginan Id tersebut. Jika jawabannya tidak, maka ego 2015 9 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menekan keinginan-keinginan tersebut atau mengarahkan ke tempat yang lebih aman atau ke daerah yang lebih memungkinkan tercapainya realitas. c. Superego Superego adalah tali kekang untuk Id, sehingga superego menjadi penekan gejolak-gejolak nafsu yang ada pada manusia. Superego tidak mengatur Id, tetap superego sebagai pengekang dengan memberikan hukuman pada perilaku yang tidak dapat diterima dengan menciptakan perasaan bersalah. Seperti halnya Id, superego bekerja tanpa disadari dan sering menekan perilaku yang didasarkan pada Id. Oleh karena itu, superego adalah sesuatu yang ideal yang ada pada manusia. Superego menjadi motivasi untuk bertindak secara bermoral. Superego sebenarnya adalah kekuatan moral dari personalitas. Ia adalah sumber norma atau standar yang tidak sadar yang menilai dari semua aktivitas ego. Superego menetapkan suatu norma yang memungkinkan ego memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah. Ia juga dapat bertindak sebagai mediator terhadap hukuman dari penyimpangan-penyimpangan norma. Supergo berkembang dari saling interaksinya ego dengan masyarakat. Superego membantu seseorang dengan menolong ego dengan melawan impulsinya Id. Namun, dalam keadaan tertentu superego dapat pula perlawanan sehingga menimbulkan konflik dengan ego. 2. Teori Sosial Dari perspektif teori sosial, kepribadian dijelaskan dengan pola perilaku yang konsisten yang memperlihatkan hubungan orang-orang dengan situasi sosial. Dalam pandangan teori sosial, setiap orang berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial. Ketika dalam suatu masyarakat terdapat dogma-dogma yang kuat sehingga mengungkung anggota masyarakatnya, maka tindakan perilaku seseorang akan diarahkan oleh dogma-dogma tersebut. 3. Teori Konsep Diri Teori konsep diri memandang manusia mempunyai perspektif dan persepsi atas dirinya sendiri. Dengan demikian, setiap individu berfungsi sebagai subyek dan obyek persepsi. Konsep diri yang dimiliki oleh seorang individu adalah berupa penilaian penilaian terhadap dirinya sendiri. Dalam pandangan ini konsep diri seperti yang dikembangkan oleh Cooley mengenai looking glass self, yakni seakan-akan individu bercermin. Selanjutnya individu akan menilai bagaimana diri mereka memandang mereka sendiri. Konsep diri yang ada pada konsumen bisa berhubungan dengan sifat-sifat seperti bahagia, keberentungan, modern, praktis, energetic, serius, pengendalian diri, kesuksesan sensitive dan agresif. 2015 10 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sebagainya contohnya adalah jika seseorang sebagai konsumen merasa dirinya sebagai orang yang modern dan merasa sukses, maka tindakan-tindakannya baik dalam perilaku soaial maupun dalam perilaku pembeliannya diusahakan untuk mencapai konsep diri yang dimilikinya yaitu modern dan kesuksesan. Perilaku pembeliannya akan diarahkan untuk mencapai konsep dirinya itu dengan membeli mobil mewah untuk menunjukkan kesuksesan, membeli tas bermerek, pergi ke café atau diskotik untuk menunjukkan pergaulan modernnya. Secara umum konsep diri diatur oleh dua prinsip yaitu keinginan untuk mencapai konsistensi dan keinginan untuk meningkatkan harga diri (self esteem). Pencapaian konsistensi berarti bahwa konsumen akan bertindak menurut konsep diri yang sebenarnya. Perilaku pembelian konsumen diarahkan untuk pencapaian konsep diri, itulah yang disebut sebagai keinginan yang konsisten antara konsep diri dan perilakunya. 4. Teori Sifat/Ciri (Trait Theory) Pendekatan teori ciri (trait) kepribadian berusaha mengklasifikasikan manusia menurut karakteristik atau ciri-ciri dominan. Trait adalah setiap karakteristik yang berbeda dari satu dengan lainnya dan ciri atau sifat itu relatif permanen dan konsisten. Teori trait ini berusaha menjelaskan serangkaian kecenderungan sifatsifat manusia. Menurut penjelasan Setiadi (2010:75) terdapat 16 ciri-ciri kepribadian yang ada pada manusia yang dikemukakan oleh Cattel dan kawan-kawan, antara lain: 1. Pendiam versus ramah 2. Bodoh versus cerdas 3. Tidak stabil versus stabil 4. Patuh versus agresif 5. Serius versus bersenang-senang 6. Bijaksana versus hati-hati 7. Pemalu versus tidak pemalu 8. Keras hati versus lembut 9. Penuh kepercayaan versus curiga 10. Praktis versus imajinatif 11. Rendah hati versus pulasan 12. Percaya diri sendiri versus menyalahkan diri sendiri (minder) 13. Konservatif versus mencoba-coba 14. Bergantung pada kelompok versus mandiri 15. Tidak disiplin versus terkendali 16. Santai versus tertekan 2015 11 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pendekatan kepribadian dengan teori trait ini berusaha untuk mengkuantitatifkan karakteristik-karakteristik yang dimiliki oleh seseorang. Misalnya adalah orang dapat dibedakan berdasarkan derajat keramahtamahannya secara sosial. Beberapa ciri spesifik yang relevan dengan perilaku konsumen misalnya innovativeness (derajat seseorang menginginkan mencoba sesuatu yang baru), materialism (keinginan orang untuk memperoleh dan memiliki suatu produk sebanyak-banyaknya), need cognition (derajat seseorang berusaha memikirkan tentang sesuatu yang akhirnya akan menimbulkan usaha untuk memproses informasi merek). 1.4. Dimensi Kepribadian Setiadi (2010:76) menjelaskan dimensi kepribadian berdasarkan sekumpulan riset yang mendukung bahwa lima dimensi kepribadian mendasari semua dimensi lain. Faktor lima besar tersebut adalah: 1. Ekstraversi Suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang senang bergaul banyak bicara dan tegas. 2. Sifat menyenangkan Suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang baik hati, kooperatif, dan mempercayai. 3. Sifat mendengarkan kata hati Suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang bertanggung jawab, dapat diandalkan, tekun, dan berorientasi prestasi. 4. Kemantapan emosional Suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang tenang, bergairah, terjamin (positif), lawan dari kepribadian tegang gelisah, murung, dan tak kokoh (negatif). 5. Keterbukaan terhadap pengalaman Suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang imajinatif, secara artistic peka, dan intelektual. Berdasarkan penjelasan di atas maka perusahaan harus mampu memahami dimensi kepribadian tersebut, agar dapat mengklasifikasikan pasar sasarannya dalam dimensidimensi kepribadian yang ada. Dengan dasar itulah maka sebuah perusahaan diharapkan akan mampu menciptakan produk ataupun jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen berdasarkan kepribadiannya. 2015 12 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1.5. Aplikasi Kepribadian dalam Strategi Pemasaran Menurut Suryani (2008:71), meskipun relatif sulit untuk mengetahui dan mengukur kepribadian seseorang sebagai konsumen, namun bukan berarti bahwa hal ini menyulitkan pemasar dan membuat pemasar tidak dapat berbuat apa-apa. Pada hakekatnya, kepribadian adalah suatu kondisi kenyataan yang melekat pada konsumen. Misalnya pemasar dapat mengimplementasikan karakteristik kepribadian konsumen untuk melakukan segmentasi pasar dari suatu produk ataupun jasa. Suryani menambahkan bahwa untuk kepentingan perumusan segmentasi dan penentuan pasar sasaran, pemahaman terhadap teori kepribadian ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan strategi pemasaran atau promosi. Selain itu karakteristik kepribadian konsumen juga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan dari konsumen. 1.6. Gaya Hidup Dari berbagai literature tidak terdapat kesepakatan yang berlaku umum mengenai definisi gaya hidup berdasarkan pola aktifitas individu. Menurut Hasan dan Ukkusuri (2015:2), kebanyakan definisi gaya hidup cenderung menggunakan salah satu dari dua perspektif di bawah ini: a) Gaya hidup sebagai pola perilaku seperti aktivitas dan pemanfaatan waktu dan pola penggunaannya. b) Gaya hidup sebagai orientasi perilaku. Selanjutnya, pengertian gaya hidup sebagaimana dikemukakan Mowen dan Minor dalam Suryani (2008:73) adalah sebagai berikut: Gaya hidup lebih menunjukkan bagaimana individu menjalankan kehidupan, bagaimana membelanjakan uang dan bagaimana memanfaatkan waktunya. Sementara itu gaya hidup menurut Kotler (2005:210) didefinisikan sebagai berikut: Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap / diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Setiadi (2010:77) menjelaskan bahwa gaya hidup secara luas dipahami sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana seseorang menghabiskan waktu mereka (aktitifas) apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia sekitarnya (pendapat). 2015 13 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Gaya hidup suatu masyarkat akan berbeda dengan masyarakat yang lainnya. Bahkan, dari masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat tertentu akan bergerak dinamis. Namun demikian, gaya hidup tidak cepat berubah sehingga pada kurun waktu tertentu gaya hidup relative permanen. Gaya hidup akan berkembang pada masing-masing dimensi (aktivitas, interest, opini) seperti telah diidentifikasi oleh Plummer dalam Assael dalam Setiadi (2010:79) sebagai berikut: Tabel 1.1. Inventarisasi Gaya Hidup Aktivitas Interest Opini Bekerja Keluarga Diri sendiri mereka Hobi Rumah Masalah-masalah sosial Peristiwa sosial Pekerjaan Politik Liburan Komunitas Bisnis Hiburan Rekreasi Ekonomi Anggota klub Pakaian Pendidikan Komunitas Makanan Produk Belanja Media Masa depan Olahraga Prestasi Budaya Sumber: Plummer dalam Assael dalam Setiadi (2010:79) Gaya hidup bisa juga merupakan suatu identitas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai ciri-ciri unit tersendiri. Walaupun demikian, gaya hidup akan sangat relevan dengan usaha-usaha pemasar untuk menjual produknya. Pertama, kecenderungan yang luas dari gaya hidup seperti perubahan peran pembelian dari pria ke wanita, sehingga mengubah kebiasaan, selera, dan perilaku pembelian. Dengan perkataan lain, perubahan gaya hidup suatu kelompok akan mempunyai dampak yang luas pada berbagai aspek konsumen. Perubahan gaya hidup dapat membawa implikasi pada perubahan selera (selera pria dan wanita berbeda), kebiasaan dan perilaku pembelian. Perubahan gaya hidup ini dapat dimanfaatkan oleh para produsen dalam memasarkan produknya. Misalnya pemasar dapat lebih mengetengahkan tema iklannya untuk menarik kaum wanita dikarenakan adanya peran barunya. Untuk menarik kaum wanita ini para produsen dapat menggunakan model wanita untuk iklannya. Misalnya di Indonesia dewasa ini banyak bermunculan klub-klub kebugaran yang menawarkan program untuk menjaga dan meningkatkan stamina tubuh. Hampir di setiap 2015 14 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id hotel berbintang dan tempat-tempat strategis lainnya ada fasilitas untuk fitness. Tidak ketinggalan muncul juga iklan-iklan produk yang mengetengahkan manfaat produk dengan menampilkan kandungan gizi yang ada dalam suatu produk. Misalnya produk sereal seperti Energen, menawarkan sarapan yang mudah disiapkan dengan kandungan gizi yang baik. Produk multivitamin bermunculan seperti Enervon-C, Hemaviton, dan sebagainya. Produkproduk dari susu menampilkan kandungan kalsium untuk menjaga tulang keropos dan kandungan gizi lainnya. 1.7. Memanfaatkan Karakteristik Gaya Hidup Dalam Strategi Pemasaran Karakteristik gaya hidup sangat bermanfaat bagi produsen dalam memahami gaya hidup konsumen. Mengutip penjelasan Setiadi (2010:85), terdapat empat manfaat yang bisa diperoleh produsen dalam pemahaman gaya hidup konsumen. 1. Produsen dapat menggunakan gaya hidup konsumen untuk melakukan segmentasi pasar sasaran. Jika produsen dapat mengidentifikasi gaya hidup sekelompok konsumen, maka berarti produsen mengetahui satu segmen konsumen. Sebagai contoh adalah produsen produk susu mengidentifikasi gaya hidup konsumennya. Diketahui terdapat tiga kelompok konsumen yang terdiri dari: a. Konsumen yang menginginkan kesehatan dan kebutuhan gizinya terpenuhi b. Kelompok konsumen yang sangat memperhatikan kandungan kadar lemak susu karena takut kegemukan c. Konsumen yang mengkonsumsi karena kebiasaan saja. Ketiga kelompok konsumen tersebut menjadi segmen pasar untuk produk susu. Berdasarkan kepada ketiga kelompok tersebut, produsen dapat menawarkan dua jenis produk susu, yaitu produk dengan kadar lemak dan kandungan gizi yang normal, dan produk ini diperuntukkan bagi konsumen kelompok a dan c. Jenis produk kedua yaitu susu yang mempunyai kadar lemak yang rendah, sehingga konsumen kelompok kedua akan menyukai produk tersebut. 2. Pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam memposisikan produk di pasar dengan menggunakan iklan. Misalnya adalah produk yang memposisikan produknya untuk orang-orang yang melakukan diet seperti Tropicana Slim. Dalam iklan tersebut digambarkan bagaimana wanita yang mengkonsumsi produk Tropicana Slim tetap langsing. Untuk lebih meyakinkan konsumen, iklan ditambah dengan dialog berupa testimoni konsumennya. 2015 15 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Gaya hidup yang telah diketahui dengan baik dapat membantu produsen menempatkan iklan produknya pada media-media yang potensial dan paling cocok. Tentu saja ukuran kecocokan adalah media mana yang paling dibanyak dibaca atau didengar oleh kelompok konsumen yang menjadi target marketnya. Sehingga kemampuan media menjangkau segmen pasar merupakan criteria yang sangat penting dalam pemilihan media periklanan. Jika produknya ditargetkan kepada wanita yang melakuka diet, maka media yang paling cocok untuk iklannya adalah media yang sering dibaca oleh kaum wanita. Namun demikian juga harus diketahui secara mendalam kelompok wanita yang melakukan diet itu berasal dari kelompok mana, dan berasal dari kelas sosial mana. 4. Dengan mengetahui gaya hidup konsumen maka produsen bisa mengembangkan produk ataupun jasanya sesuai dengan tuntutan gaya hidup mereka. Ketika para wanita muda dan setengah baya banyak menginginkan tubuh yang langsing dan tetap energik, produsen dapat mengembangkan produk susu yang mengandung kadar lemak yang rendah, tetap dengan kandungan gizi yang lengkap seperti yang dilakukan oleh produsen Tropicana Slim. *** 2015 16 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Buku: Feist, Jess & Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian. Terjemahan Handriatno. Salemba Humanika. Jakarta. Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. Peter, J. Paul dan Jerry C.Olson. 2013. Perilaku Konsumen & Strategi Pemasaran. Edisi 9. Salemba Empat. Jakarta. Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Edisi Ketujuh. PT Indeks. Jakarta. Setiadi, Nugroho J. 2010. Perilaku Konsumen. Edisi Revisi. Kencana. Jakarta Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen. Cetakan Pertama.Graha Ilmu. Yogyakarta. Jurnal: Chang, Wei-Lung, Hsiang-Te Liu, Tai-An Lin, Yung-Sung Wen. (2008). Influence of Family Communications Structure and Vanity Trait on Consumption Behavior: A Case Study of Adolescent Student in Taiwan. Adolescence; Vol. 43, No. 170; pg: 417 Hasan, Samiul, Satish V. Ukkusuri. (2015). Location Contexts of User Check-Ins to Model Urban Geo Life-Style Patters. Plos One. | DOI:10.1371/journal.pone.0124819. Lee, Jung Wan. (2009). Relationship Between Consumer Personality and Brand Personality as Self-Concept: From The Case of Korean Automobile Brands. Academy of Marketing Studies Journal. Volume 13. Number 1. pp:25-44. Lin, Chien-Hsiung. (2011). Personality, Value, Life Style and Postmodernism Consumer Behavior: A Comparison Among Three Generations. International Journal of Organizational Innovation. pp:203-230. Mishra, Abhisek, Satya Bhusan Dash.(2014). Linking user experience and consumer-based brand equity: the moderating role of consumer expertise and lifestyle. Journal of Product & Brand Management. 23.4/5. pp:333–348 2015 17 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id