MODUL PERKULIAHAN PERILAKU KONSUMEN Pengantar Perilaku Konsumen, Definisi, Ruang Lingkup dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya Fakultas Program Studi Tatap Muka Ilmu Komunikasi Advertising & Marketing Communications 01 Kode MK Disusun Oleh P051730006 Sugihantoro, S.Sos, M.Ikom Abstract Kompetensi Modul ini membahas mengenai Setelah mempelajari modul ini pengertian perilaku konsumen serta diharapkan mahasiswa dapat faktor-faktor yang mempengaruhi memahami pengertian dasar perilaku perilaku konsumen. konsumen dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam perilaku konsumen. Pengantar Perilaku Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya 1.1. Pengertian Perilaku Konsumen Aktifitas yang melibatkan individu dalam mencari informasi suatu produk, memilih, mengambil keputusan pembelian, hingga proses pembelian produk untuk dikonsumsi merupakan bagian dari perilaku konsumen. Bahkan perilaku konsumen juga termasuk didalamnya adalah melakukan evaluasi pasca pembelian dalam memenuhi kebutuhannya. Sehingga dalam memasarkan produk ataupun jasa, hendaknya perusahaan atau produsen memahami betul akan permintaan pasar yang memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda. Tanggung jawab produsen tidak berhenti pada suksesnya penjualan produk/jasa saja, namun hingga pasca pembelian dan penggunaan produk dilakukan oleh konsumen. Salah satu definisi perilaku konsumen disampaikan oleh Solomon dalam Dwiastuti dkk (2012:4) sebagai berikut: It is study of the processes involved when individuals or group select, purchase, use, or dispose of products, services, ideas, or experiences to satisfy needs and desires. (Studi Perilaku Konsumen merupakan proses ketika individu atau kelompok menyeleksi, membeli, menggunakan atau membuang produk, pelayanan, ide dan pengalaman untuk memuaskan kebutuhannya) Sementara itu Kotler dan Keller (2008:166) menjelaskan definisi perilaku konsumen sebagai berikut: Perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan barang dan jasa, ide/gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Pendapat lain dari The American Marketing Association dalam Setiadi (2010:3) yang menjelaskan perilaku konsumen sebagai berikut: Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. 2015 2 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pendapat lain disampaikan Schiffman dan Kanuk (2008:6) yang mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut: Perilaku konsumen merupakan gambaran bagaimana cara individu dalam pengambilan keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia baik berupa waktu, uang maupun usaha guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi mereka. Selanjutnya menurut Engel, Blackwell dan Miniard yang dikutip oleh Suryani (2008:5) menjelaskan definisi perilaku konsumen sebagai berikut: Consumer behavior as those activities directly involved in obtaining, consuming, and disposing of products and services, including the decision processes that precede and follow these actions. Lebih lanjut Hawkins, Best, dan Coney dalam Suryani (2008:5) menyatakan pengertian perilaku konsumen sebagai berikut: Consumer behavior is the study if individuals, groups or organizations, and the processes they use to select, secure, use, and dispose of products, services, experiences or ideas to satisfy needs and the impact that these processes have on the consumer and society. Menurut Bello dalam Ijewere dan Odia (2012:140) perilaku konsumen didefinisikan sebagai perilaku seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Dengan kata lain perilaku konsumen berkaitan dengan apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membelinya, di mana mereka membelinya, seberapa sering mereka membelinya, seberapa sering mereka menggunakannya, bagaimana mereka mengevaluasi setelah pembelian dan evaluasi guna pembelian masa depan dan bagaimana mereka menghabiskannya. Konsep pemasaran modern kini menempatkan perilaku konsumen sebagai pusat perhatian dalam pengembangan strateginya. Perilaku konsumen menjadi gravitasi dan harus disiapkan kerangka kerja dan konseptualnya dalam pengembangan pemikiran strategis guna merumuskan segmentasi pasar yang tepat. Bahkan menurut Kassarjian dalam Demirdjian dan Mokatsian (2014:222) menyatakan bahwa pemahaman perilaku konsumen telah berkembang pesat, diikuti oleh keragaman perspektif dan sebagai hasilnya adalah kajian perilaku konsumen yang mengarah ke interdisipliner. 1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen 2015 3 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kotler (2005:202), menjelaskan bahwa perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. 1) Faktor Budaya Faktor budaya merupakan salah satu faktor perilaku konsumen yang memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Faktor budaya ini terdiri dari beberapa unsur antara lain: a) Budaya / Kultur Karakter mendasar dari tatanan sosial dan dapat membedakannnya dengan kelompok masyarakat lain adalah budaya. Budaya menurut Hofstede dalam Ijewere dan Odia (2012:140) diartikan sebagai pemrograman mental kolektif yang membedakan satu kelompok dari yang lain. Budaya mengacu pada seperangkat nilai, ide-ide, artefak, dan simbol bermakna lainnya yang membantu individu berkomunikasi, menafsirkan, dan mengevaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya adalah cara hidup yang menyeluruh dari orang-orang yang hidup bersama-sama. Budaya memberikan identitas diri, menentukan keyakinan dan sistem nilai dan membangun norma, peran, adat istiadat, ritual dan artefak. Hal ini yang menyebabkan setiap individu sebagai konsumen memahami dunia dan obyeknya melalui kacamata budaya yang berbeda-beda. Kotler (2005:202) menjelaskan bahwa budaya ini juga menjadi penentu yang fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang dan terdiri dari tata nilai, preferensi, persepsi dan perilaku suatu kelompok. Kotler dan Armstrong (2008:159) menjelaskan bahwa pemasar selalu berusaha menemukan perubahan budaya untuk menemukan produk baru yang mungkin di inginkan orang. Sebagai contohnya, pergeseran budaya terhadap kesehatan dan kebugaran yang semakin besar telah menciptakan industri raksasa untuk jasa kesehatan dan kebugaran, peralatan dan pakaian olahraga, makanan yang lebih alami, dan beragam diet. Perubahan menunu informalitas telah menghasilkan lebih banyak permintaan atas pakaian santai (casual) dan perabot yang lebih sederhana. b) Sub Budaya / Subkultur Sub budaya ini dapat diartikan sebagai bagian lebih kecil dari suatu budaya yang memberikan ciri identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik dari anggotanya. Sub budaya ini terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, serta wilayah geografis suatu kelompok. Banyak sub budaya membentuk segmen pasar yang 2015 4 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id penting dan pemasar sering sering merancang produk dan program pemasaran yang dibuat untuk kebutuhan mereka. c) Kelas sosial Semua masyarakat memiliki beberapa bentuk struktur kelas sosial. Kelas sosial atau social classs adalah pembagian masyarakat yang relative permanen dan berjenjang di maan anggotanya berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial ini tidak ditentukan hanya oleh satu faktor seperti pendapatan, tetap diukur kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variabel lainnya. Dalam beberapa system sosial, anggota kelas yang berbeda memegang peran tertentu dan tidak dapat mengubah posisi mereka. Pemasar tertarik pada kelas sosial orang di dalam kelas sosial tertentu cenderung memperlihatkan perilaku pembelian yang sama. Kelas sosial memperlihatkan selera produk dan merek yang berbeda di bidang seperti pakaian, perabotan rumah tangga, aktifitas hiburan/bersantai, dan kendaraan. 2) Faktor sosial Faktor sosial yang mempengaruhi dalam perilaku konsumen terdiri dari kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. a. Kelompok acuan Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok (group) kecil. Dalam konsep perilaku konsumen, kelompok acuan merupakan semua kelompok yang memiliki pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang sebagai konsumen. Sebagaimana dijelaskan Duhachek, Zhang, dan Krishnan (2007) dalam Wei dan Yu (2012:41), menjelaskan bahwa kelompok acuan / referensi memiliki dampak langsung pada sikap merek dan pilihan konsumen. Lebih lanjut Kotler (2005) menjelaskan kelompok acuan ini adalah kelompok di mana seseorang berada dan berikteraksi. Keluarga, teman, tetangga maupun rekan kerja merupakan kelompok acuan yang bersifat primer dan cenderung informal. Selanjutnya beberapa contoh kelompok sekunder dan bersifat formal adalah kelompok profesi, kelompok keagamaan, kelompok bisnis dan lain sebagainya. Biasanya produsen mencoba mengidentifikasi kelompok referensi yang menjadi pasar sasaran mereka. Kelompok referensi memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada seseorang, mempengaruhi sikap dan konsep diri seseorang dan menciptakan tekanan untuk menegaskan apa yang mungkin mempengaruhi berbagai produk dan merek seseorang. Arti penting kelompok mempengaruhi 2015 5 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berbagai produk dan merek. Pengaruh ini berdampak paling kuat ketika produk itu dapat dilihat oleh orang lain yang dihormati oleh pembeli. b. Keluarga Faktor perilaku konsumen yang memiliki peran sangat penting dalam suatu masyarakat adalah keluarga. Dalam suatu keluarga masing-masing anggotanya memiliki pengaruh yang sangat besar serta mereka termasuk dalam kelompok primer. Bahkan anggota keluarga memiliki pengarih secara langsung terhadap perilaku pembelian seseorang. Seorang kepala rumah tangga akan memiliki peran dan pengaruh terhadap perilaku pembelian istrinya maupun anak-anaknya, demikian juga sebaliknya. Keterlibatan suami istri dalam kategori produk dan tahap proses pembelian sangat beragam. Peran pembelian berubah sesuai dengan gaya hidup konsumen yang berubah. Sehingga produsen harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai peran masing-masing anggota keluarga dalam suatu proses pembelian. Selanjutnya mengacu pada hasil penelitian Chang, et.al (2008:433) perilaku konsumsi saat remaja biasanya dimulai pada masa kanak-kanak. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh masing-masin peran dari anggota keluarga sehingga membentuk suatu pola perilaku pembelian yang berlaku dalam keluarga. c. Peran dan status Seseorang yang memiliki posisi dan pengaruh dalam suatu kelompok dapat diartikan sebagai peran dan status. Mereka akan terus berpartisipasi dalam kelompoknya sepanjang hidupnya. Produk ataupun jasa yang dipilih seseorang cenderung menunjukkan peran dan status yang dimilikinya, sehingga apa yang dipilihnya merupakan bentuk komunikasi dari eksistensi terhadap peran dan statusnya. Dengan demikian orang biasanya memilih produk yang sesuai dengan peran dan status mereka. 3) Faktor pribadi Faktor pribadi merupakan karakteristik yang mempengaruhi seseorang dalam perilaku pembelian. Beberapa diantaranya adalah karakteristik seperti usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep pribadi dari seseorang. a. Usia dan tahap siklus hidup 2015 6 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam perjalanan hidupnya, seseorang akan hal berbeda-beda dalam melakukan perilaku pembelian. Hal ini dipengaruhi oleh tahap-tahap dalam siklus hidup seseorang. Perilaku pembelian akan berbeda ketika seseorang dalam status remaja, belum menikah, pasangan muda, keluarga dan anak, serta keluarga tanpa anak dan sebagainya. Namun demikian pemasar saat ini semakin banyak mengantarkan produk untuk sejumlah tahap diluar kelompok di atas, misalnya pasangan yang tidak menikah, bujangan yang akan menikah, pasangan tanpa anak, orang tua tunggal, orang tua lanjut dan sebagainya. Produsen sering mendefinisikan pasar sasaran mereka dengan tahap siklus hidup dan mengembangkan produk dan rencana pemasaran yang sesuai untuk setiap tahap tersebut. b. Pekerjaan Pola konsumsi seseorang/individu sangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaannya. Misalnya seseorang yang bekerja secara formal di perkantoran tentu akan membeli pakaian kerja seperti pakaian formal, sepatu kerja, tas kerja dan sebagainya. Demikian juga jika seseorang bekerja yang sektor informal yang cenderung menghabiskan waktu kerja di lapangan, tentu akan memiliki perilaku pembelian yang berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya. Direktur sebuah perusahaan akan membeli pakaian yang bermerek dan mahal, menggunakan alat transportasi pesawat terbang kelas eksekutif, liburan keluar negeri atau menggunakan kapal pesiar dan sebagainya. c. Keadaan ekonomi Keadaan ekononomi seseorang sangat mempengaruhi dalam pemilihan produk maupun jasa. Produsen yang semakin sensitif terhadap pendapatan mengamati gejala pendapatan pribadi, tabungan, dan suku bunga. Semakin baik keadaan ekonomi seseorang maka cenderung akan mengkonsumsi barang-barang yang lebih berkualitas. Beberapa hal yang melingkupi kondisi ekonomi seseorang antara lain pendapatan mereka, tabungan dan kekayaan, kekuatan dalam meminjam dan sebagainya. Misalnya adalah Rolex yang memposisikan jam tangan mewahnya sebagai sebuah penghargaan untuk kemewahan, sebuah keinginan, symbol keabadian. Produsen lain menargetkan konsumen dengan cara lebih sederhana. d. Gaya hidup 2015 7 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam keadaan psikografisnya. Gaya hidup ini terdiri dari pola hidup mereka serta kegiatan minat dan pendapatan seseorang. Gaya hidup seseorang mencerminkan keseluruhan dari individu yang melakukan kontak dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang di dunia. Jika digunakan secara cermat, konsep gaya hidup dapat membantu pemasar memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku pembelian. Seringkali sebuah perusahaan harus melakukan riset mengenai gaya hidup suatu masyarakat agar produk/jasa yang dipasarkan diterima oleh kelompok masyarakat dengan gaya hidup tertentu. e. Kepribadian dan konsep pribadi. Kepribadian merupakan karakteristik psikologis dari individu yang mengakibatkan adanya tanggapan yang relatif konsisten dan tetap di dalam lingkungannya. Individu akan memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Karakteristik kepribadian dapat dijelaskan melalui ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, kondisi sosial, kemampuan adaptasi dan sebagainya. Kepribadian ini memiliki pengaruh yang besar dalam perilaku konsumen, sehingga pemilihan terhadap suatu produk/jasa sangat ditentukan oleh jenis kepribadian yang dimiliki seseorang. 4) Faktor Psikologis Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler terdiri dari empat hal antara lain motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan dan sikap pendirian. a. Motivasi Motif merupakan kebutuhan yang mampu mendorong seseorang dalam bertindak, memuaskan kebutuhan mereka guna mengurangi rasa dan ketegangannya. Kebutuhan seseorang akan menjadi suatu motif jika telah mencapai pada tingkat intensitas yang kuat. Motif atau dorongan adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mengarahkan seseorang mencari kepuasan. Salah satunya adalah kebutuhan biologis, timbul dari dorongan tertentu seperti rasa lapar, haus, dan ketidaknyamanan. Kebutuhan lainnya 2015 8 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id adalah kebutuhan psikologis, timbul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Ahli psikologi telah mengembangkan teori motivasi manusia. Dua teori yang paling popular adalah teori Sigmund Freud dan Abraham Maslow. Kedua teori tersebut memiliki perspektif yang berbeda dalam analisis kebutuhan konsumen dan pemasaran. b. Persepsi Proses persepsi terjadi bila individu telah melakukan penyeleksian, penganturan, dan menginterpretasikan berbagai informasi guna menciptakan gambaran yang menyeluruh dan bermakna. Persepsi seseorang terjadi karena adanya rangsangan fisik maupun rangsangan lain yang berhubungan dengan lingkungan individu berada. Manusia mempelajari aliran informasi melalui lima indera antara lain penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan rasa. Meskipun demikian masing-masing diri kita menerima, mengatur, dan menginterpretasikan informasi sensorik dalam caranya sendiri. Persepsi (perception) adalah proses di mana orang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang berarti. c. Pengetahuan Pengetahun seseorang sangat mempengaruhi dalam perilaku pembelian. Pengetahuan ini dihasilkan oleh individu melalui suatu proses yang paling mempengaruhi dorongan stimuli, petunjuk, tanggapan serta penguatan. Pengetahuan individu dapat menjelaskan terjadinya perubahan perilaku yang dihasilkan dari pengalaman-pengalaman yang diperolehnya. d. Kepercayaan dan sikap pendirian Kepercayaan dan sikap pendirian seseorang juga mempengaruhi dalam perilaku pembelian. Kepercayaan dan pendirian ini diperoleh individu melalui proses bertindak dan belajar. Pola pikir deskriptif yang dianut oleh individu mengenai suatu hal itulah yang disebut kepercayaan. Kepercayaan individu dapat melahirkan penilaian dan citra terhadap produk/jasa yang dipasarkan oleh perusahaan. Keyakinan bisa didasarkan pada pengetahuan nyata, pendapat, atau iman dan bisa membawa muatan emosi maupun tidak. Pemasar tertarik pada keyakinan yang diformulasikan seseorang tentang produk dan jasa tertentu, karena keyakinan ini membentuk citra produk dan merek yang mempengaruhi perilaku pembelian. Jika ada keyakinan yang tidak sesuai dan mencegah pembelian, produsen akan meluncurkan kampanye untuk memperbaikinya. 2015 9 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten dari seseorang terhadap sebuah obyek atau ide. Sikap menempatkan orang ke dalam suatu kerangka pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu, untuk bergerak menuju atau meninggalkan sesuatu. Kotler dan Arsmtrong (2008:160) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen sebagai berikut: Gambar 1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen (Kotler dan Armstrong 2008:160) Budaya Sosial Pribadi Budaya Kelompok referensi Sub Budaya Keluarga Kelas Sosial Peran dan status Usia dan tahap siklus hidup Psikologis Pekerjaan Situasi ekonomi Persepsi Gaya Hidup Kepribadian dan konsep diri Motivasi Pembeli Pembelajaran Kepercayaan dan sikap 1.3. Jenis-Jenis Perilaku Keputusan Pembelian Perilaku pembelian sangat berbeda antara satu orang dengan lainnya. Kotler dan Armstrong (2008:177) menjelaskan bahwa perilaku keputusan pembelian terdiri dari perilaku pembelian komplek, perilaku pembelian pengurangan disonansi, perilaku pembelian yang mencari keragaman, dan perilaku pembelian kebiasaan. Gambar 1.2 Empat Tipe Perilaku Pembelian Banyak perbedaan antar merek 2015 10 Keterlibatan Tinggi Keterlibatan Rendah Perilaku Pembelian Kompleks Perilaku Pembelian yang Mencari Keragaman Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi Perilaku Pembelian Kebiasaan Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Sedikit perbedaan antar merek Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sumber: Kotler dan Armstrong (2008:177) a. Perilaku Pembelian Kompleks Menurut Kotler dan Armstrong (2008:177), konsumen melakukan perilaku pembelian yang komplek (complex buying behavior) ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan merasa ada perbedaan yang signifikan antar merek. Konsumen mungkin sangat terlibat ketika produk itu mahal, beresiko, jarang beli, dan sangat memperlihatkan ekspresi diri. Umumnya konsumen harus mempelajari banyak hal tentang kategori produk. Misalnya adalah seorang pembeli computer mungkin tidak mengetahui spesifikasi apa yang harus dipertimbangkan. Banyak fitur produk yang tidak membawa arti sebenarnya; “prosesor Pentium 3,4 Ghz”, “layar matriks aktif WUXGA,” atau “memori 4 GB dual-channel DDR2 DRAM.” Pembeli ini akan melewati proses pembelajaran, mula-mula ia mengembangkan keyakianan tentang produk, lalu sikap, dan kemudian membuat pilihan pembelian yang dipikirkannya masak-masak. Produsen produk yang memerlukan keterlibatan tinggi harus memahami pengumpulan informasi dan perilaku evaluasi yang dilakukan konsumen dengan keterlibatan tinggi. Produsen perlu membantu konsumen untuk mempelajari atribut produk dan kepentingan relative atribut tersebut. Mereka harus membedakan fitur merekanya, mungkin dengan menggambarkan kelebihan merek lewat media cetak dengan teks yang lengkap dan jelas. Mereka harus memotivasi wiraniaga toko dan orang yang member penjelasan kepada pembeli untuk mempengaruhi pilihan merek terakhir. b. Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi Perilaku pembelian pengurangan disonansi (dissonance-reducing buying behavior) terjadi ketika konsumen sangat terlibat dalam pembelian yang mahal, jarang dilakukan, atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan antarmerek. Sebagai contoh, konsumen yang membeli karpet mungkin menghadapi keputusan dengan keterlibatan tinggi karena karpet adalah barang yang mahal dan memperlihatkan ekspresi diri. Tetapi pembeli mungkin menganggap sebagain besar merek karpet dalam kisaran harga tertentu adalah sama. Dalam kasus ini karena anggapan perbedaan merek tidak besar, pembeli mungkin berkeliling untuk mempelajari merek yang tersedia, tetapi membeli dalam waktu relative singkat. Mereka akan memberikan respons terutama terhadap harga yang bagus atau kenyamanan membeli. Setelah pembelian konsumen mungkin mengalami disonansi 2015 11 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pascapembelian (ketidaknyamanan pasca penjualan) ketika mereka mengetahui kerugian tertentu dari merek karpet yang dibeli atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek yang tidak dibeli. Untuk menghadapi disonansi semacam itu, komunikasi pascapenjualan yang dilakukan produsen harus memberikan bukti dan dukungan untuk membantu konsumen merasa nyaman dengan pilihan merek mereka. c. Perilaku Pembelian yang Mencari Keragaman Perilaku pembelian kebiasaan (habitual buying behavior) terjadi dalam keadaan keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan merek. Contohnya adalah garam. Konsumen hanya mempunyai sedikit keterlibatan dalam kategori produk ini, mereka hanya pergi ke toko dan mengambil satu merek. Jika mereka terus mengambil merek yang sama, hal ini lebih merupakan kebiasaan daripada loyalitas yang kuat terhadap sebuah merek. Konsumen tampaknya memiliki keterlibatan rendah dengan sebagian besar produk murah yang sering dibeli. Dalam kasus semacam ini, perilaku konsumen tidak melewati urutan keyakinan sikap perilaku yang biasa. Konsumen tidak secara ekstensif mencari informasi tentang merek, mengevaluasi karakteristik merek, dan mempertimbangkan keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Sebagai gantinya, mereka menerima informasi secara pasif ketika mereka menonton televisi atau membaca majalah. Pengulangan iklan menciptakan kebiasaan akan suatu merek dan bukan keyakinan merek.Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap sebuah merek, mereka memilih merek katerna terbiasa dengan merek tersebut. Karena mereka tidak memiliki keterlibatan tinggi dengan produk tersebut, konsumen mungkin tidak memiliki keterlibatan tinggi dengan produk tersebut, konsumen mungkin tidak mengevaluasi pilihan bahkan setelah melakukan pembelian. Oleh karena itu, proses pembelian melibatkan keyakinan merek yang dibentuk oleh pembelajaran pasif, diikuti oleh perilaku pembelian, yang mungkin diikuti oleh evaluasi atau mungkin juga tidak. d. Perilaku Pembelian Kebiasaan Konsumen melakukan perilaku pembelian mencari keragaman (variety seeking buying behavior) dalam situasi yang mempunyai karakter keterlibatan konsumen rendah tetapi anggapan perbedaan merek yang signifikan. Dalam kasus semacam itu, konsumen sering melakukan banyak pertukaran merek. Sebagai contoh ketika membeli biskuit, konsumen mungkin memegang sejumlah keyakinan, memilih merek biskuit tanpa melakukan banyak evaluasi dan kemudian mengevaluasi merek tersebut selama ia mengkonsumsinya. Tetapi pada saat berikutnya, konsumen mungkin memilih merek lain agar tidak bosan atau hanya untuk mencoba sesuatu 2015 12 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang berbeda. Penukaran merek terjadi untuk mencari keragaman dan bukan karena ketidakpuasan. Dalam kategori produk seperti itu, strategi pemasaran mungkin berbeda untuk pemimpin pasar dan merek kecil. Pemimpin pasar atau market leader akan mencoba mendorong perilaku pembelian kebiasaan dengan mendominasi ruang rak, membuat rak tetap penuh, dan menjalankan iklan untuk mengingatkan konsumen sesering mungkin. Perusahaan penantang akan mendorong pencarian keragaman, dengan menawarkan harga yang lebih murah, kesempatan khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan yang menampilkan alasan untuk mencoba sesuatu yang baru. 1.4. Proses Keputusan Pembeli Menurut Kotler dan Armstrong (2008:179) proses keputusan membeli terdiri dari beberapa tahap diantaranya pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian dan perilaku pascapembelian. Gambar 1.3 Proses Keputusan Pembeli Kotler dan Armstrong (2008:179) Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Perilaku Pasca pembelian Keputusan Pembelian a. Pengenalan Kebutuhan Proses pembelian dimulai dari pengenalan kebutuhan (need recognition) dalam hal ini pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang seperti rasa lapar, haus, seks dan sebagainya timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga bisa dipicu oleh rangsangan eksternal. Misalnya adalah iklan atau diskusi dengan teman bisa membuat seseorang berpikir untuk membeli produk tertentu. Pada tahap ini pamasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang timbul apa yang menyebabkannya, dan bagaimana masalah tersebut bisa mengarahkan konsumen terhadap produk tertentu. b. Pencarian Informasi 2015 13 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tahap berikutnya adalah konsumen akan mencari banyak informasi jika ia merasa tertarik. Jika dorongan konsumen itu kuat, dan produk yang memuaskan ada di dekat konsumen tersebut, maka mungkin ia akan membelinya. Jika tidak, konsumen bisa menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau melakukan pencarian informasi (information search) yang berhubungan dengan kebutuhan. c. Evaluasi Alternatif Tahap berikutnya yang dilakukan konsumen adalah melakukan evaluasi dari sejumlah informasi yang diperolehnya. Bagaimana cara konsumen memilih di antara merek alternative tersebut? Produsen harus memahami tentang evaluasi alternatif, yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai pada pilihan merek. d. Keputusan Pembelian Keputusan pembelian (purchase decision) konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Jika seseorang mempunyai arti penting bagi Anda berpikir bahwa Anda seharusnya membeli mobil yang paling murah, maka peluang Anda untuk membeli mobil yang paling mahal berkurang. Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun, kejadian tak terduga bisa mengubah niat pembelian. Misalnya adalah kondisi ekonomi yang memburuk, pesaing dekat mungkin menurunkan harganya, atau seorang teman mungkin memberitahu kita bahwa ia pernah kecewa dengan mobil yang kita sukai. Oleh karena itu preferensi dan niat pembelian tidak selalu menghasilkan pilihan pembelian yang aktual. e. Perilaku Pascapembelian Sesungguhnya pekerjaan produsen tidak hanya berakhir ketika produk telah dibeli konsumen. Namun setelah konsumen membeli produk, ia akan merasakan puas atau tidak puas dan terlibat dalam perilaku pascapembelian (postpurchase behavior) yang harus diperhatikan oleh produsen. Apa yang menentukan kepuasan atau ketidakpuasan pembeli terhadap suatu pembelian? Jawabannya terletak pada hubungan antar ekspektasi konsumen dan kinerja anggapan produk. Jika produk yant tidak memenuhi ekspektasi, konsumen kecewa, jika produk memenuhi ekspektasi maka konsumen puas, jika produk melebihi ekspektasi maka konsumen sangat puas. 2015 14 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Semakin besar kesenjangan antara ekspektasi dan kinerja, semakin besar pula ketidakpuasan konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa penjual hanya boleh menjanjikan apa yang dapat diberikan mereknya sehingga pembeli terpuaskan. 1.5. Pentingnya Memahami Perilaku Konsumen dalam Komunikasi Pemasaran Menurut Setiadi (2010:6), pemahaman atau studi mengenai perilaku konsumen akan menjadi dasar yang amat penting dari manajemen pemasaran. Hasil dari kajiannya akan membantu para pemsar dalam merumuskan: a) Merancang bauran pemasaran b) Menetapkan segmentasi c) Merumuskan positioning dan pembedaan produk d) Menformulasikan analisis lingkungan bisnis dari sebuah perusahaan e) Mengembangkan riset pemasarannya Selanjutnya Suryani (2010:8) menambahkan bahwa manfaat mempelajari perilaku konsumen bagi pemasar adalah untuk kepentingan strategi maupun bauran pemasaran. Melalui pemahaman terhadap psikografis konsumen dan juga perilaku penggunaan, pemasar dapat melakukan segmentasi berdasarkan variabel tersebut. Berdasarkan sikap konsumen, pemasar dapat menyusun strategi promosi, khususnya iklan secara tepat. Manfaat lain dari mempelajari perilaku konsumen bagi perusahaan adalah memungkinkan perusahaan memahami dengan tepat kebutuhan dan keinginan pelanggannya sehingga dapat membantunya untuk memuaskan pelanggan, menerapkan konsep pemasaran dan memperluas legitimasi ke masyarakat. Dengan demikian memahami perilaku konsumen tidak hanya bermanfaat secara individu tetap secara bisnis sangat memiliki nilai strategis bagi perusahaan. *** 2015 15 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Buku: Dwiastuti, Rini, Agustina Shinta dan Riyanti Isaskar. (2012). Ilmu Perilaku Konsumen. UB Press. Malang. Kotler, Philip. (2005). Manajemen Pemasaran. Jilid II, Edisi Kesebelas, Alih Bahasa Benyamin Molan. Indeks. Jakarta. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. (2009). Manajemen Pemasaran. Edisi Ketiga Belas, Jilid 1, Penerbit PT. Erlangga. Jakarta. Kotler, Philip dan Gary Armstrong. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 12 Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Peter, J. Paul dan Jerry C.Olson. (2013). Perilaku Konsumen & Strategi Pemasaran. Edisi 9. Salemba Empat. Jakarta. Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk. (2008). Perilaku Konsumen. Edisi Ketujuh. PT Indeks. Jakarta. Setiadi, Nugroho J. (2010). Perilaku Konsumen. Edisi Revisi. Kencana. Jakarta Suryani, Tatik. (2008). Perilaku Konsumen. Cetakan Pertama.Graha Ilmu. Yogyakarta. Jurnal: Chang, Wei-Lung, Hsiang-Te Liu, Tai-An Lin, Yung-Sung Wen. (2008). Influence of Family Communications Structure and Vanity Trait on Consumption Behavior: A Case Study of Adolescent Student in Taiwan. Adolescence; Vol. 43, No. 170; pg: 417 Cheon, Eunyoung. (2013). Energizing Business Transactions in Virtual Worlds: An Empirical Study of Consumers’ Purchasing Behaviors. Inf Technol Manag. 14:315–330. DOI 10.1007/s10799-013-0169-6 Demirdjian, Z. S., Zara Mokatsian. (2014). Paradigm Shift in Consumer Behavior: A Meta Analysis.ASBBS Annual Conference: Las Vegas. Volume 21 Number 1. pp:220-231. Ijewerw, Anthony A., Edith O. Odia. (2012). Cultural Influences on Product Choice of The Nigerian Consumer. Indian Journal of Economics & Business. Vol. 11. No. 1. pp: 139155. Lin, Chien-Hsiung. (2011). Personality, Value, Life Style and Postmodernism Consumer Behavior: A Comparison Among Three Generations. International Journal of Organizational Innovation. pp:203-230. 2015 16 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Wei, Yujie, Chunling Yu. (2012). How Do Reference Groups Influence Self-Brand Connections Among Chinese Consumers? Journal of Advertising. Vol.41. No.2. pp: 39–53. 2015 17 Perilaku Konsumen Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id