PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU SAINS

advertisement
ISSN 0215 - 8250
68
PENINGKATAN PROFESIONAL GURU SAINS
oleh
Ketut Suma
Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Untuk menjadi guru sains profesional terdapat sejumlah kompetensi dasar
yang berkaitan dengan kualitas profesional yang perlu ditingkatkan. Kompetensi
itu meliputi, penguasaan materi subjek, pemahaman terhadap pembelajar,
pemahaman terhadap prinsip-prinsip keterampilan mengajar dan penerapannya
dalam praktik, pemahaman terhadap cabang-cabang pengetahuan lainnya, dan
pemahaman serta apresiasinya terhadap profesi keguruan. Di samping itu, untuk
mengikuti perkembanagan iptek guru sains juga harus memiliki kompetensi lain
seperti: belajar sepanjang hayat (lifelong learning); memahami konten sains dalam
perspektif inkuiri; literat sains dan teknologi; mengintegrasikan pengetahuan
konten, pembelajaran, pedagogy, dan siswa; menguasai bahasa asing khususnya
bahasa Inggris; melaksanakan penelitian tindakan kelas; mampu berkomunikasi
secara ilmiah, dan memanfaatkan information technology. Upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas profesional guru sains adalah: studi
lanjut; in-service training; memberdayakan musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP), memberdayakan organisasi profesi, mengevaluasi kinerja mengajar di
dalam kelas; sertifikasi dan uji kompetensi.
Kata kunci: guru sains profesional, kualitas profesional, kompetensi
ABSTRACT
There are amount of basic abilities that need to improve to become a
profesional science teachers. These abilities include : mastery of the subject
matter, understanding of the leaner, understanding of teaching principles and skill
in the use of techniques and their implementation, general understanding of other
branch of knowledge. In addition, to following the rapid of development of science
and technology, the science teacher also need to have amount of the abilities.
These are : life long-learning; understanding of science content an inquiry
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004
ISSN 0215 - 8250
69
perspective; literate science and technology; integrate content knowledge, learning
pedagogy, and student; mastery of English language; doing classroom action
research; communicate scientifically; making use of information technology.
There are some efforts to improve the profesional of science teachers there are :
further study; in-service training, improving the MGMP performance; improving
the profesional organization performance; evaluating the classroom teaching
performance; certificate and competence assessment.
Key words : the profesional science teacher, basic ability
1. Pendahuluan
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen
Pendidikan Nasional untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan
pendidikan sains pada khususnya. Namun demikian, sampai saat ini mutu
pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Hasil penelitian TIMS
misalnya menunjukkan bahwa hasil belajar siswa SLTP dalam bidang sains berada
pada peringkat 32 dari 38 negara yang diteliti (Ali, 2004).
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya
pendidikan sains. Tanpa mengesampingkan faktor lainnya, guru merupakan salah
satu faktor yang paling langsung menentukan kualitas pendidikan sains. Hal ini
ditegaskan oleh
Sharma (1983) bahwa kualitas pendidikan sains sangat
bergantung pada kualitas guru sains, bukan pada fasilitas dan material semata.
Tenaga guru merupakan unsur penentu terciptanya mutu pelayanan dan hasil
pendidikan (Zamroni, 2001).
Berdasarkan hasil tes kompetensi guru pada jenjang SLTP yang
menggunakan instrumen dari Pusat Kurikulum dan Pusat Sistem Pengujian
Balitbang Diknas diperoleh nilai rata-rata penguasaan kurikulum dan mata
pelajaran guru fisika, Biologi, IPA masing-masing adalah: 4,17 dan 6,64; 4,14 dan
7,15; 4,15 dan 7,10. sementara itu rata-rata penguasaan kurikulum dan mata
pelajaran guru-guru fisika, biologi, dan kimia pada tingkat SMA adalah berturut____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004
ISSN 0215 - 8250
70
turut: 4,33 dan 4,86; 4,31 dan 5,23; 4,20 dan 5,26 (Dirjen Dikdasmen, Depdiknas,
2003)
Dari hasil tes kompetensi di atas tampak bahwa rata-rata penguasaan
kurikulum dan mata pelajaran guru SLTP dan SMA masih di bawah standar
nasional, yakni 8,0 (Zamroni,2001). Sejumlah penelitian menunjukkan (CSMTP,
2001) bahwa pencapaian hasil belajar siswa berkorelasi dengan kualitas dan level
pengetahuan guru dalam sains dan matematika. Dengan demikian, dapat diduga
bahwa rendahnya kualitas hasil belajar siswa berkaitan dengan rendahnya kualitas
guru. Bertolak dari fakta di atas, upaya peningkatan kualitas profesional guru
harus dilakukan secara kontinu.
2. Pembahasan
2.1 Kualitas Profesional Guru Sains
Peningkatan kualitas profesional guru ditujukan pada peningkatan lima
kompotensi dasar, yaitu penguasaan materi pelajaran yang akan diajarkan,
pemahaman terhadap pembelajar, pemahaman terhadap prinsip-prinsip
keterampilan mengajar dan penerapannya dalam praktik, pemahaman terhadap
cabang-cabang pengetahuan lainnya, dan pemahaman serta apresiasinya terhadap
profesi keguruan (CSMTP, 2000:2-5). Berikut adalah uraian singkat dari masingmasing kompetensi tersebut.
Pemahaman terhadap materi pelajaran. Materi pelajaran merupakan
komponen esensial dari pengetahuan guru. Jika mengajar adalah membantu siswa
belajar, maka pemahaman terhadap apa yang akan diajarkan merupakan kebutuhan
sentral dalam pembelajaran (Ball & McDiarmid, 1990). Guru sains yang efektif
adalah guru yang memahami secara luas dan mendalam konten sains
(McDermott,1990). Guru atau calon guru sains harus mendapatkan kuliah-kuliah
sains berbasis inkuiri, seperti yang akan mereka ajarkan di kelas ( NRC, 1996).
Pemahaman terhadap pembelajar. Komponen kedua yang esensial bagi
tugas-tugas mengajar dan mendidik guru sains adalah pemahaman terhadap
pembelajar. Yang dimasudkan dengan pemahaman terhadap pembelajar adalah
pemahaman terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia (Lardizabal, et al,
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004
ISSN 0215 - 8250
71
2000:2-5). Jika guru berharap mengajar dengan efektif, ia harus tahu berapa
banyak siswa yang berada pada berbagai level kedewasaan dan kemampuan
memahami. Mereka harus tahu minat siswa dan pengalaman awal yang bisa
digunakan untuk memotivasi belajarnya.
Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dan keterampilan-keterampilan
mangajar serta menerapkannya pada tataran implementasi. Agar
pembelajaran menjadi efektif, seorang guru sains harus mengetahui bukan hanya
apa yang akan diajarkan, tetapi juga bagaimana mengajarkannya. Jadi, komponen
ketiga yang esensial bagi tugas mengajar adalah keterampilan-keterampilan
metode mengajar. Metode mengajar meliputi pemahaman terhadap teori dan
praktik kurikulum, hakikat dan prinsip-prinsip belajar, tipe-tipe belajar, tipe-tipe
hasil belajar, dan psikologi motivasi dan perbedaan individu. Pengetahuan ini
merupakan dasar bagi pemilihan dan mengorganisasikan pengalaman belajar.
Pemahaman umum tentang cabang-cabang pengetahuan. Jika guru
berharap membantu siswa memahami dan mengapresiasi dunia, di mana mereka
hidup, mereka harus memahami saling keterkaitan dan saling kebergantungan
berbagai bidang pengetahuan. Ia harus mampu menunjukkan bagaimana kaitan
antara materi pelajarannya dengan bidang lainnya, khususnya untuk masalahmasalah kehidupan nyata.
Pemahaman dan apresiasi terhadap profesi mengajar. Derajat
keberhasilan guru bergantung seberapa baik sikap mereka terhadap pekerjaannya.
Mengajar melibatkan berbagai hubungan antar berbagai individu. Guru harus
mengetahui bagaimana bekerja secara efektif, tidak hanya dengan siswa tetapi
juga dengan orang lain yang ada di sekolah.. Guru penting memahami bahwa
rofesi mereka merupakan kerja yang berguna secara sosial. Ia harus sadar terhadap
nilai organisasi profesional bagi dirinya dan juga bagi pendidikan secara umum.
2.2 Sosok Guru Sains Masa Depan
Menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
demikian cepat, terdapat sejumlah kompetensi lain yang harus dimiliki guru sains
pada masa depan. Komptensi tersebut adalah belajar sepanjang hayat, leterasi sains
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004
ISSN 0215 - 8250
72
dan teknologi, menguasai bahasa Inggris, terampil melaksanakan penelitian
tindakan kelas (Susilo, 2004); berkomunikasi secara ilmiah (McDermott, 1990;
Leibbrandt,1999 ); mampu menggunakan dan mengakses information technology
sytem (Leibbrandt (1999). Berikut adalah uraian secara singkat kompetensikompetensi dimaksud.
Mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat. Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus tumbuh dan berkembang menuntut guru sains harus selalu
meningkatkan pengetahuan mereka tentang sains dan bidang-bidang lain yang
terkait. Dalam konteks ini, pengembangan profesional guru hendaknya
menyediakan kesempatan bagi adanya refleksi individual dan kolegial secara
regular (NRC, 1996). Selain pengetahuan konten, pengetahuan tentang psikologi
anak,psikologi pembelajaran, model-model pembelajaran juga terus tumbuh dan
berkembang. Demikian pula kehidupan sosial masyarakat akan terus-menerus
mempengaruhi kehidupan dan pengalaman siswa. Oleh karena itu, guru perlu juga
mempelajari strategi pembelajaran dan strategi evaluasi yang paling tepat.
Literat sains dan teknologi. Guru sains masa depan diharapkan juga
literat sains dan teknologi. Susilo (2000) menggambarkan guru yang literat sains
dan teknologi adalah (1) memiliki pemahaman mengenai aspek-aspek sains dan
teknologi yang bermanfaat bagi mereka, (2) menganggap sains dan teknologi ini
menarik dan memberi manfaat, (3) menggunakan pemahaman mengenai sains dan
teknologi itu dalam lingkungan, dan (4) memiliki kepercayaan diri untuk
mempelajari teknologi..
Menguasai bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Hampir sebagian
besar komunikasi ilmiah dewasa ini, baik lewat jurnal, media masa, maupun
internet menggunakan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Demikian juga
literatur-literatur dalam bidang sains ataupun dalam bidang pendidikan sains. Oleh
karena itu tuntutan akan kemampuan guru dalam berbahasa Inggris, baik lisan
maupun tertulis merupakan sesuatu yang wajar (Leibbrandt, 1999).
Terampil melaksanakan penelitian tindakan kelas. Guru sains masa
depan diharapkan selalu aktif dalam melakukan perbaikan-perbaikan
pembelajarannya melalui penelitian tindakan kelas. Pada masa depan hendaknya
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004
ISSN 0215 - 8250
73
kebiasaan meneliti ini tumbuh dan berkembang secara alami. Guru sains
seyogianya tidak lagi menjadi sasaran kegiatan penelitian atau pengabdian pada
masayarakat oleh dosen LPTK, tetapi lebih banyak menjadi sumber
pengembangan profesinya sendiri sekaligus pendukung perkembangan profesi
guru sains lainnya (NRC, 1996).
Mampu berkomunikasi secara ilmiah. Pada masa depan guru diharapkan
memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian tindakan
kelas atau pemikiran-pemikiran mereka dalam bidang pendidikan sains, baik
secara lisan maupun tertulis. Mereka harus dapat mengeskpresikan ide-ide mereka
secara ringkas dan jelas (Leibbrandt, 1999; McDermott, 1990). Guru diharapkan
dapat memanfaatkan pertemuan-pertemuan ilmiah dan terbitan ilmiah untuk
mengkomunikasikan ide-ide mereka.
Mampu menggunakan dan mengakses information technology.
Teknologi informasi melalui jaringan internet dewasa ini merupakan sumber
informasi dan sumber belajar yang penting. Oleh karena itu, guru harus memiliki
kemampuan untuk memanfaatkan media ini dalam mencari informasi atau
menggunakannya sebagai sumber belajar. Sekolah hendaknya mampu
menyediakan fasilitas ini, dan memungkinkan bagi guru mereka harga yang
terjangkau.
2.3 Upaya-Upaya Peningkatan Profesional Guru Sains
Peningkatan profesional guru sains dapat ditempuh melalui beberapa cara,
yaitu studi lanjut, inservice training; memberdayakan musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP), memberdayakan organisasi profesi, mengevaluasi kinerja
mengajar di dalam kelas (Collette & Chiappetta, 1994; Trowbridge & Bybee,
1990), sertifikasi dan uji kompetensi.
Studi Lanjut. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu
pesat mangharuskan guru untuk meningkatkan pengetahuannya. Untuk itu, sekolah
harus selalu mendorong dan memberi kesempatan pada guru-gurunya untuk
mengambil kuliah lanjut (magister) untuk menambah wawasan akademik ataupun
profesionalnya. Untuk membantu guru meningkatkan kualitas profesionalnya,
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004
ISSN 0215 - 8250
74
pendidikan lanjut bagi guru hendaknya diarahkan paling tidak pada tiga hal, yaitu
peningkatan pengetahuan materi subjek; peningkatan pengetahuan pendidikan
spesifik bidang studi; pendidikan profesional (Lardizabal et al, 2001).
In-Service Training. Sekolah harus memberi kesempatan pada guru untuk
berpartisipasi dalam program in-service yang difokuskan pada perolehan
pengetahuan tentang
kurikulum baru, pendekatan pengajaran baru, atau
perkembangan sains terkini. Beberapa kegiatan dapat berupa pelatihan guru dalam
mengimplementasikan suatu pendekatan baru, pengayaan penguasaan materi
subjek misalnya meningkatkan kemampuan guru dalam membimbing olimpiade
siswa, peningkatan kemampuan meniliti/menulis dan kegiatan lain yang sesuai
dengan kebutuhan guru.
Pemberdayaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Kedepan
dalam upaya peningkatan profesional guru peran MGMP ditingkatkan menjadi
sebuah gugus kendalai mutu pendidikan sains. Di gugus ini, para guru berkumpul
secara berkala untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi
mereka dan tugas-tugas mengajar mereka. Lewat gugus ini dapat diupayakan
kegiatan pengayaan penguasaan bidang studi yang diajarkan, mendiskusikan
metode baru, mendiskusikan temuan-temuan baru dalam bidang pendidikan sains.
Pemberdayaan Organisasi Profesi. Guru di Indonesia sudah dihimpun
dalam suatu organisasi yang bernama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Kedepan PGRI hendaknya dapat meningkatkan kesejahrteraan anggotanya,
memperjuangkan hak-hak profesional guru, dan memberi perlindungan hukum
terhadap profesi keguruan. Organisasi ini hendaknya mampu memfasilitasi
peningkatan kualitas profesionalnya, melalui penerbitan jurnal, seminar, dan
lokakarya.
Mengevaluasi Kinerja Mengajar Guru di Kelas. Evaluasi secara kontinu
terhadap kinerja guru di kelas merupakan hal yang esensial dalam pertumbuhan
profesional guru sains (Collette & Chiappetta, 1994). Evaluasi ini dapat dilakukan
oleh guru sendiri, teman sejawat, siswa, dan supervisor. Dalam konteks ini,
peranan supervisor perlu direformasi. Pelaksanaan supervisi yang selama ini lebih
menitikberatkan pada administrasi guru harus digeser ke supervisi kegiatan
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004
ISSN 0215 - 8250
75
mengajar guru di dalam kelas. Hasil supervisi ini dapat dijadikan umpan balik
dalam meningkatkan kualitas profesional guru.
Sertifikasi dan uji kompetensi. Tujuan sertifikasi guru sains adalah untuk
mengetahui apakah guru telah memiliki kemampuan profesional dan akademik
yang memadai. Sertifikasi dan uji kompetensi dapat menjadi instrumen untuk
standarisasi profesi guru. Dalam kaitan ini CSMTP(2001) menyarankan agar uji
kompetensi benar-benar merefleksikan standar kompetensi yang ditetapkan.
Dengan program sertifikasi akan terpetakan kemampuan guru secara nasional.
Data ini dapat digunakan sebagai dasar perumusan kebijakan dan pengembangan
dan peningkatan tenaga kependidikan khususnya guru. Melalui program sertifikasi
juga akan diperoleh peta kebutuhan pembinaan mutu guru sebagai dasar
peningkatan kompetensi dan kualifikasi. Program sertifikasi juga diharapkan dapat
menumbuhklan kreatifitas, inovasi, keterampilan, kemamdirian, dan tanggung
jawab guru.
3. Penutup
Kualitas proses dan hasil pendidikan sains terkait erat dengan kualitas guru
sains. Keterkaitan ini memberikan landasan untuk peningkatan profesional guru
secara berkelanjutan. Peningkatan profesional guru sains harus diarahkan agar
guru dapat mengikuti laju pertumbuhan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin cepat. Peningkatan kualitas profesional guru ditujukan
pada peningkatan lima kemampuan dasar (kualitas profesional), yaitu penguasaan
materi pelajaran yang akan diajarkan, pemahaman terhadap pembelajar,
pemahaman terhadap prinsip-prinsip keterampilan mengajar dan penerapannya
dalam praktik, pemahaman terhadap cabang-cabang pengetahuan lainnya, dan
pemahaman serta apresiasinya terhadap profesi keguruan.
Peningkatan kualitas guru sains, juga dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan
yang dibutuhkan guru menghadapi abad ke-21.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut guru sains masa depan
harus memiliki kemampuan-kemampuan: menjadi pembelajar sepanjang hayat
(lifelong leaner), memahami konten sains dalam persepktif inkuiri, literat sains
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004
ISSN 0215 - 8250
76
dan teknologi, mengintegrasikan pengetahuan konten, pembelajaran, pedagogi,
dan siswa, menguasai bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, melaksanakan
penelitian tindakan kelas, dan berkomunikasi ilmiah, mengakses informasi melalui
pemanfaatan information technology.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan profesional guru antara
lain: studi lanjut, program inservice training; memberdayakan musyawarah guru
mata pelajaran (MGMP), pemberdayaan organisasi profesi, mengevaluasi kinerja
mengajar didalam kelas, sertifikasi dan uji kompetensi.
Pembinaan guru dalam meningkatkan profesionalnya harus ditangani
secara berkelanjutan, terpadu dan terarah sesuai dengan kebutuhan guru. Oleh
karena itu, pemetaan mutu guru sains dan pemetaan kebutuhan pembinaan guru
sains secara nasional perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Moh. (2004). Peningkatan Pemerataan Memperoleh Pendidikan Berkualitas
Melalaui Akreditasi Sekolah. Makalah. Disampaikan pada Konvensi
Nasional Pendidikan Indonesia V. Surabaya, 5-9 Oktober 2004.
Ball,D.L. & McDiarmid,G.W. (1990).Yhe Subject Matter Preparation of
Teacher’s. Hanbook of Reasearch on Teacher Education. A Project of the
Association of Teacher Educators.
Committee on Science and Mathematics Teacher Preparation (CSMTP). (2001).
Educating Teachers of Science, Mathematics, and Technology. New
Practices for the New Millenium. NRC. New York: National Academy
Press.
Collette, A.T & Ciappetta, E.L. (1994). Science Instruction in The Midedle and
Secondary Schools. New York: Macmillan Publishing Company.
Dirjen Dikdasmen. (2003). Kebijakan Pengembangan Kurikulum Manajemen
Suplai dan Kebutuhan Guru Pendidikan Dasar dan Menengah Pada Era
Otonomi dan Implementasinya Untuk Pengembangan LPTK Masa Depan.
Makalah. Disampaikan dalam Rapat Kerja Pimpinan LPTK Negeri di
Lingkungan Depdiknas. Tanggal 10-12 Oktober 2003 di Jakarta.
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004
ISSN 0215 - 8250
77
Lardizabal, eat al. (2000). Principles and Methods of Teaching. Quzon City:
Phonix Publishing House, Inc.
Leibbrandt, G. (1999). The Unesco World Conference on Higher Education in the
21st Century and its Follow-up. Makalah. International Seminar Managing
Higher Education in the Third Millennium, October 26-27. Jakarta:
Bidakara Complex.
McDermoot, L.C. (1990). A persepective on Teacher Preparation in Physics and
Other Sciences. “The Need for Special Sciece Courses for Teachers”.
American Journal of Physics. 58 (8), 734-742.
National Research Council (NRC).(1996). National Science Education Standard.
Washington DC: National Press.
Sharma, R.C. (1981). Modern Science Teaching. New Delhi: Dhanpat Rai & Sons.
Susilo, H. (2000). Beberapa Pemikiran Mengenai Guru MIPA Masa Depan dan
Cara-Cara Mempersiapkannya. Makalah disampaikan pada National
Seminar on Science Education Faculty of Science and Mathematic
Education on Collaboration with Japan International Cooperation Agency
and Directorate General of Higher Education. Malang. February, 23, 2000.
Trowbridge, L.W. & Bybee, R.W. (1990). Becoming A Secondary School Science
Teacher. Fith Edition. Colombo: Merril Publishing Company.
Zamroni. (2001) Peran Kolaborasi Sekolah-Universitas dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Indonesia.
Makalah disampaikan pada National Seminar on Science Education
Faculty of Science and Mathematic Education on Collaboration with Japan
International Cooperation Agency and Directorate General of Higher
Education. Bandung August 21, 2001.
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004
Download