Berdasarkan observasi pendahuluan pada beberapa

advertisement
ISSN 0215 - 8250
96
PEMAHAMAN KONSEP KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DENGAN
MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SLTP
oleh
I Ketut Ardana
Jurusan Pendidikan Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Hasil observasi pendahuluan pada beberapa SLTP Negeri di kotamadya
Denpasar menunjukkan bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru-guru
dalam proses pembelajaran. Salah satu kendalanya adalah sulit menanamkan
pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan kepada siswa. Adapun tujuan dari
penelitian tindakan ini adalah (1) Untuk mengetahui bahwa pemanfaatan
lingkungan sekolah dapat meningkatkan pemahaman konsep keanekaragaman
tumbuhan, (2) Untuk meningkatkan kemampuan siswa mengerjakan tugas secara
berkelompok dalam memahami konsep keanekaragaman tumbuhan. Data
diperoleh melalui tes dan penggunaan pedoman observasi, data diolah dengan
persentase. Hasil analisis data diperoleh keberhasilan belajar pada siklus I ; 71,79
%, siklus II ; sebesar 84,62 % dan pada siklus III, sebesar 94,874 %. Jadi
menunjukkan ada peningkatan pembelajaran siswa dari siklus I sampai dengan
siklus III. Dengan demikian, pemanfaatan lingkungan sekolah dapat meningkatkan
pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. Kerjasama siswa
dalam menyelesaikan tugas secara berkelompok juga meningkat, terbukti semakin
aktifnya diskusi dalam kelompok dan kemampuan mengerjakan tugas kelompok
semakin cepat dan sempurna.
Kata kunci : Pemahaman Konsep, Keanekaragaman Tumbuhan dan Lingkungan
Sekolah.
ABSTRACT
The result of preliminary observation at some SLTPN 10 Denpasar
Municipality, showed that there were some difficulties faced by the teacher in the
learning process. One of them was that it was difficult to teach concept
understanding of plant diversity to the students. The purposes of this action
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII Juli 2004
ISSN 0215 - 8250
97
research were (1) to fine out whether or not the benefit of school environment
could improve the concept understanding of plant diversity, (2) to improve the
student's ability in completing the group task in studying the plant diversity. The
data were obtained from the test and observation, they were analyzed by the use of
percentage. The result of data analysis showed the learning success in cycle I,
71,79%, in cycle II, 84,62%, and in cycle III, 94,87%. The showed that there was
good improvement from cycle I, to cycle III. There fore the benefit of school
environment could improve the student's concept understanding of plant diversity.
The student's cooperation in completing the group task improve, seen from their
activities in group discussion and their ability in completing the task.
Keywords : Concept understanding, plant diversity, and school environment.
1. Pendahuluan
Berdasarkan observasi pendahuluan pada beberapa sekolah di Denpasar,
seperti SLTPN 1, 2, 5 dan 10 Kotamadya Denpasar terdapat beberapa kendala
yang dihadapi guru dalam pembelajaran biologi. Salah satu kendalanya adalah
dalam mengajarkan konsep keanekaragaman tumbuhan. Menurut para guru
penanaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa sangat sulit. Kesulitan
itu disebabkan sulitnya siswa menghafal nama-nama tumbuhan yang ada, referensi
yang kurang, waktu terbatas dan jam mengajar guru cukup padat.
Dari hasil wawancara dengan para guru biologi SLTPN 10 Kodya Denpasar
juga diperoleh keterangan bahwa lingkungan sekolah belum pernah dimanfaatkan
dalam proses pembelajaran, khususnya keanekaragaman tumbuhan. Temuan ini
sesuai dengan pendapat Arief (1996) bahwa dalam proses belajar mengajar biologi
guru masih dominan untuk memindahkan ilmu pengetahuan kepada siswa tanpa
membuat siswa aktif dalam belajar. Pada kenyataannya guru lebih banyak
menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran biologi. Menurut Sukmadinata
(1988), guru yang baik adalah guru yang berhasil dalam pengajaran, yaitu guru
yang dapat mempersiapkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai
dengan yang dirumuskan dalam kurikulum. Sudah banyak tulisan yang menyoroti
tentang lingkungan, tetapi penelitian - penelitian tersebut belum menyentuh
langsung tentang upaya peningkatan pemahaman konsep khususnya konsep
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII Juli 2004
ISSN 0215 - 8250
98
keanekaragaman tumbuhan. Proses pembelajaran dengan metode ceramah dalam
pembelajaran biologi cenderung membuat siswa menjadi pasif, dan tidak ada
keinginan siswa untuk mencoba melakukan penelitian sederhana dalam belajar.
Dengan demikian mempelajari biologi, khususnya keanekaragaman tumbuhan
diperlukan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan
proses.
Pendekatan keterampilan proses melatih siswa untuk melakukan
pengamatan dan mencoba secara langsung masalah yang diamati dalam proses
pembelajaran.
Menurut Funk dan Harlen (1993), keterampilan proses merupakan
keterampilan intelektual yang dipergunakan untuk memproses informasi yang
diperoleh dalam pembelaiaran. Sebagaimana dimuat dalam Depdikbud (1994)
bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan dalam proses belajar
mengajar yang menekankan kepada pembentukan keterampilan memperoleh dan
mengkomuni-kasikan
perolehannya.
Dengan
menggunakan
pendekatan
keterampilan proses diharapkan mencapai sasaran belajar sesuai dengan tujuan
kurikulum pengajaran seperti dikemukakan oleh Bloom meliputi aspek
pengetahuan (cognitive domain), aspek sikap (affective domain), dan aspek
keterampilan (psychomotor domain) (Darmodjo dan Kaligis, 1992). Dari pendapat
para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, pendekatan keterampilan proses
merupakan pendekatan yang dianggap paling tepat untuk pengajaran biologi.
Dalam penelitian Sarjono (2000) dinyatakan, penerapan keterampilan
proses siswa sangat kurang sehingga siswa menunjukkan ketidakmampuan
mengekspresikan ide-ide dengan cara mereka sendiri. Pada sisi lain juga terlihat
bahwa rata-rata NEM IPA pada SLTPN di Jawa Timur masih rendah, seperti tahun
1996/1997 sebesar 5,18, 1997/1998 sebesar 4,81 dan tahun 1998/1999 sebesar
4,74, sedangkan rata-rata NEM IPA pada SLTPN 10 Kotamadya Denpasar tahun
1998/1999 sebesar 5,29, lebih rendah dibanding bidang studi lain seperti
Matematika (6,26), PPKN (7,16), Bahasa Indonesia (6,76), IPS (6,47), dan Bahasa
Inggris (7,70).
Menyimak
gejala-gejala
tersebut
di
atas
diperlukan
peningkatan
pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. dan pelaksanaannya
dalam pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII Juli 2004
ISSN 0215 - 8250
99
belajar. Lingkungan sekolah adalah segala sesuatu yang berada di sekitar sekolah,
meliputi lingkungan hidup (biotik) seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan serta
lingkungan yang tidak hidup (abiotik) seperti tanah, air, udara, iklim dan sinar
matahari (Depdikbud, 1994). Sehubungan dengan hal tersebut Kimmins (1997)
menyatakan ada dua komponen penting di lingkungan organisme yaitu faktor
abiotik (fisik dan kimia) dan biotik. Lingkungan inilah dimanfaatkan sebagai
sumber belajar dalam pembelajaran biologi di SLTPN 10 Kotamadya Denpasar.
Menurut Rifai (1992) anak didik harus diakrabkan dengan upaya-upaya
nyata pelestarian keanekaragaman hayati di lingkungan sekitarnya seperti
mengadakan kunjungan ke kebun koleksi bibit, taman kota, halaman sekolah,
kebun binatang, cagar alam dan sebagainya. Kunjungan tersebut akan menambah
wawasan mereka tentang pentingnya pemanfaatan sumber daya keanekaragaman
hayati, secara bijaksana terutama dalam proses belajar. Dampak lain dari upaya
tersebut menyebab-kan siswa memahami arti penting dari keanekaragaman
khususnya
keanekaragaman
tumbuhan.
Sulasmi
(2000)
menyatakan
keanekaragaman tumbuhan merupakan bentuk penampilan atau perwujudan
alamiah yang berbeda-beda dari tumbuhan yang terdapat di suatu wilayah.
Perwujudan alamiah tersebut dapat berupa ciri atau sifat morfologi, anatomi,
fisiologi, genetik dan ekosistem dari tumbuhan.
Dari latar belakang dan landasan teori di atas, masalah dalam penelitian
dirumuskan sebagai berikut. (1) Apakah pemanfaatan lingkungan sekolah dalam
pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan
pada siswa kelas IB SLTPN 10 Kotamadya Denpasar? (2) Apakah pemanfaatan
lingkungan sekolah dapat meningkatkan kemampuan siswa mengerjakan Lembar
Kegiatan
Siswa
(LKS)
secara
berkelompok
dalam
memahami
konsep
keanekaragaman tumbuhan?
Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah. (1) untuk meningkatkan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan
pada siswa kelas IB SLTPN 10 Kotamadya Denpasar, dan (2) untuk meningkatkan
kemampuan siswa mengerjakan lembar kegiatan secara berkelompok dalam
memahami konsep keanekaragaman tumbuhan.
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII Juli 2004
ISSN 0215 - 8250
100
2. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Dilaksanakannya penelitian tindakan kelas di SLTPN 10 Kotamadya
Denpasar karena kendala yang muncul dalam proses pembelajaran seperti
kurangnya pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. Untuk
mengatasi hal tersebut maka perlu upaya perbaikan proses pembelajaran oleh guru,
sebab hanya gurulah yang paling tahu tentang keadaan kelas yang dikelolanya.
Lewin (dalam Kemmis dan McTaggart, 1988) mendeskripsikan penelitian tindakan
sebagai tindakan berkelanjutan dari langkah-langkah berbentuk spiral, setiap
langkah (siklus) berisi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi (evaluasi)
dan refleksi tindakan. Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti
dengan guru biologi kelas I SLTPN 10 Kotamadya Denpasar. Penelitian ini
berlangsung tiga siklus, setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu (1) tahap
perencanaan, meliputi: pembekalan kepada guru, penyusunan model pembelajaran,
penyiapan instrumen tes (pretes, postes), lembar observasi dan membentuk
kelompok belajar siswa, (2) tahap pelaksanaan tindakan, meliputi: pelaksanaan
kegiatan dari perencanaan yang dibuat, (3) tahap observasi, yaitu pengamatan dari
pelaksanaan tindakan melalui pedoman observasi, dan (4) tahap refleksi, yaitu
menganalisis dan memberi pemaknaan dari pelaksanaan tindakan, sehingga dapat
dibuat perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan alat tes dan
pedoman observasi. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan
pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. Alat tes yang
digunakan terdiri atas 25 item soal pada setiap siklus, sehingga jumlah soal dari
ketiga siklus menjadi berjumlah 75 item. Agar dalam penyusunan tes dapat
mengukur aspek yang diperlukan dan sesuai dengan pokok dan sub pokok bahasan
yang diajarkan, maka terlebih dahulu disusun kisi-kisi tes (Sujana, 1989).
Selanjutnya tes yang telah disusun diakukan uji coba terlebih dahulu agar tes
(instrumen) dapat dipergunakan untuk menjaring data secara akurat. Kaitannya
dengan uji coba tes tersebut maka dilakukan (a) uji validitas, (b) uji reliabilitas, (c)
uji tingkat kesukaran, dan (d) uji daya beda. Selanjutnya, setelah tes tersebut
memenuhi syarat sesuai dengan persyaratan tes yang baik barulah tes tersebut
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII Juli 2004
ISSN 0215 - 8250
101
digunakan menjaring data dalam penelitian, seperti mengadakan pretes dan postes
pada setiap siklus. Siswa yang dianggap tuntas belajar, bila telah mencapai nilai
6,5 ke atas atau 65%, siswa yang mendapat nilai kurang dari 6,5 dinyatakan belum
tuntas belajar. Pengadaan postes dilaksanakan pada setiap akhir siklus sedangkan
untuk mengamati kegiatan guru dan siswa digunakan pedoman observasi. Untuk
mendukung hasil pengamatan, peneliti juga melakukan perekaman kegiatan proses
pembelajaran dengan menggunakan kamera foto.
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan rumus persentase. Selanjutnya,
nilai yang diperoleh siswa di cocokkan kedalam tabel konversi nilai dengan skala
lima. Hasil analisis ini digunakan untuk mencari ketuntasan belajar. Menurut
Depdikbud (1994) ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 85% dari siswa
memperoleh nilai 6,5 atau 65%, artinya siswa baru dapat dikatakan tuntas bila
siswa telah mendapat nilai minimal 6,5. Bila siswa memperoleh nilai kurang dari
6,5 dianggap belum tuntas belajar, selanjutnya bagi siswa yang bersangkutan
dimasukkan kedalam satu atau dua kelompok tergantung dari jumlah siswa yang
belum tuntas bekajar. Siswa inilah yang mendapatkan perhatian (fokus) dari guru
saat pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus berikutnya.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Setahun sebelum penelitian yang sebenarnya dimulai terlebih dahulu
peneliti bersama guru biologi dan siswa kelas I pada tahun 1999/2000 tepatnya
tanggal 9 Agustus 2000 mengadakan penanaman tumbuh-tumbuhan di halaman
sekolah SLTPN 10 kotamadya Denpasar. Tujuannya adalah untuk menambah jenis
keanekaragaman tumbuhan di lingkungan sekolah, sehingga nantinya lingkungan
sekolah sudah mendukung pelaksanaan penelitian. Adapun jenis-jenis tumbuhan
yang ditanam meliputi: pacar air, bunga mawar, bunga kembang sepatu, bogenvil,
cempaka, puring, palma dan tumbuhan paku, seperti paku suplir, paku sarang
burung dan paku tanduk rusa. Pada saat penelitian tumbuhan tersebut telah tumbuh
dengan sempurna, karena selama ini tumbuhan tersebut telah dipelihara dengan
baik oleh petugas disekolah. Pada saat penanaman tersebut siswa diberikan tugas
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII Juli 2004
ISSN 0215 - 8250
102
menyusun laporan secara berkelompok mulai dari pemilihan tanaman yang akan
ditanam sampai pada tumbuhnya tanaman tersebut.
Selanjutnya, penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Pada siklus I
dilakukan tiga kali pertemuan, membahas tentang konsep alga, jamur dan lumut,
masing-masing pertemuan memerlukan waktu 2 x 45 menit. Pembagian waktunya
10 menit motivasi awal dari guru dan pembagian kelompok, 30 menit kegiatan di
lapangan dan 40 menit diskusi kelas serta presentasi hasil dan 10 menit kemudian
diakhiri dengan rangkuman oleh guru. Setiap siklus diawali dengan pretes dan
pada akhir siklus diadakan postes. Hasil pengamatan pada pelaksanaan siklus I
adalah sebagai berikut, yakni (a) guru telah memulai pembelajaran dengan
memberi motivasi pada siswa dan mengakhiri dengan membuat rangkuman, (b)
pada setiap kegiatan guru telah berusaha mendampingi siswa, (c) kerja kelompok
siswa masih kurang aktif, terutama kelompok 5, 6, dan 7 yang aktif kelompok 1, 2,
3, dan 4, (d) dari hasil postes ada sebanyak 28 orang atau 71,79% siswa telah
tuntas belajar, sedangkan 11 orang atau 28,21% siswa belum tuntas belajar. Hasil
refkeksi pada siklus I adalah (a) keaktifan siswa dalam kerja kelompok kurang, (b)
siswa belum mampu membuat kesimpulan dengan benar, (c) guru mendorong
siswa berani mengajukan dan menjawab pertanyaan, dan (d) terdapat 71,79%
siswa telah tuntas belajar dan 28,21% siswa belum tuntas belajar.
Dari refleksi tindakan pada siklus I disusun rencana tindakan siklus II
sebagai berikut, yakni (1) guru merubah susunan kelompok dengan memasukkan
siswa yang kurang berhasil menjadi dua kelompok (kelompok 1 dan kelompok 2),
(2) memasukkan siswa yang belum tuntas kedalam dua kelompok tadi, (3) guru
harus lebih memfokuskan perhatian kepada siswa yang belum tuntas, (4) guru
menyarankan siswa bekerja lebih sistematis, dan (5) siswa diwajibkan membaca
pelajaran minimal sehari sebelumnya.
Pada siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan, konsep yang dibahas
adalah tumbuhan paku dengan rincian waktu 2 x 45 menit. Pelaksanaan tindakan
dalam pembelajaran secara umum sama dengan siklus I, kecuali focus perhatian
guru pada dua kelompok yang belum tuntas. Hasil pengamatan tindakan pada
siklus II sebagai berikut, yakni (a) diskusi kelompok meningkat, (b) siswa aktif
berdiskusi dan bertanya, (c) setiap kelompok mampu menyelesaikan tugasnya, (d)
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII Juli 2004
ISSN 0215 - 8250
103
dari hasil postes terdapat 33 orang atau 84,62% siswa sudah tuntas belajar,
sedangkan 6 orang atau 15,38% yang belum tuntas belajar. Refleksi tindakannya
adalah (a) siswa telah aktif dalam pembelajaran, (b) siswa aktif mengajukan dan
menjawab pertanyaan, (c) siswa lebih cepat menyelesaikan tugas dan (d) masih
terdapat 15% siswa yang belum tuntas belajar.
Dari refleksi tindakan pada siklus II, kemudian disusun rencana tindakan
pada siklus III sebagai berikut, yakni (1) guru merubah susunan kelompok, dengan
memasukkan 6 orang siswa yang belum berhasil kedalam satu kelompok yaitu
kelompok 1, (2) guru lebih memfokuskan perhatian kepada kelompok siswa yang
belum tuntas, dan (3) guru membagi model pembelajaran siklus selanjutnya pada
akhir pertemuan siklus II.
Pada siklus III dilaksanakan tiga kali pertemuan, masing-masing 2 x 45
menit, konsep yang dibahas adalah tumbuhan biji (Spermatophyta) meliputi:
tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae), tumbuhan biji tertutup (Angiospermae).
Pembagian waktu dan teknik pelaksanaannya secara umum sama dengan siklus I
dan siklus II. Hasil pengamatan tindakan pada siklus III adalah sebagai berikut,
yakni (a) guru melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, (b) kerja kelompok
siswa berjalan baik, (c) siswa aktif berdiskusi dan mengajukan pertanyaan, (d)
aktivitas kelompok yang menjadi focus penelitian berjalan dengan baik dan aktif,
(e) dari hasil postes terdapat 94,87% (37 orang) yang telah tuntas belajar,
sedangkan 5,13% (2 orang) belum tuntas belajar dari 39 orang siswa yang menjadi
subjek penelitian. Refleksi tindakan pada siklus III sebagai berikut: (a) kerja sama
kelompok dan keaktifan berjalan dengan baik, (b) Kelompok yang menjadi fokus
penelitian mampu meningkatkan pemahaman konsepnya, (c) tingkat ketuntasan
belajar secara klasikal mencapai 94,87% atau sebanyak 37 orang berarti sudah
berada di atas 85%, dan (d) pelaksanaan siklus berikutnya tidak diperlukan kagi.
Dari ketiga siklus tersebut diperoleh hasil secara berturut-turut, yaitu (a)
71,79% pada siklus I, (b) 84,62% pada siklus II, dan (c) 94,87% pada siklus III.
Artinya ada peningkatan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan yang
dikuasai oleh siswa kelas IB SLTPN 10 kotamadya Denpasar dalam proses
pembelajaran biologi. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan berbunyi
pemanfaatan lingkungan sekolah secara optimal dapat meningkatkan pemahaman
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII Juli 2004
ISSN 0215 - 8250
104
konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa kelas IB SLTPN 10 Kotamadya
Denpasar dapat diterima, karena telah terbukti kebenarannya.
3.2
Pembahasan
Pemanfaatan lingkungan sekolah dalam pembelajaran biologi dapat
meningkatkan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. Hal ini
telah terbukti dari hasil pelaksanaan tindakan pada setiap siklus seperti diuraikan
dalam bab IV yaitu pada hasil penelitian. Dari data tersebut terdapat peningkatan
pemahaman konsep siswa yang sangat meyakinkan, artinya lingkungan sekolah
sangat mendukung bila dimanfaatkan dalam proses pembelajaran karena dapat
mempercepat pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa kelas IB
SLTPN 10 Kotamadya Denpasar. Temuan ini sesuai dengan pendapat Arief (1996)
yang menyatakan penggunaan media dalam bentuk asli akan lebih bermakna bagi
anak didik dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan biologi dibandingkan media
bentuk model, gambar dan sketsa. Temuan ini juga didukung oleh penelitian
Lisowski dan Disinger (1984) yang mengemukakan bahwa konsepsi siswa
mengenai konsep ekologi dan pengaruh strategi pengajaran lapangan dapat
meningkatkan pemahaman mereka dan retensi pada konsep ini. Senada dengan
temuan tersebut Yount dan Horton (1992) mengemukakan bahwa siswa yang
memiliki sikap terhadap lingkungan yang lebih baik akan dapat mengambil
keputusan yang lebih baik pula dalam upaya pelestarian lingkungan sekitarnya.
Bila dibandingkan dengan temuan peneliti lain yang dirujuk, maka
penelitian ini mempunyai karakteristik tersendiri yaitu pemanfaatan tumbuhan
yang ada di lingkungan sekolah dalam upaya mempercepat pemahaman konsep
keanekaragaman tumbuhan pada siswa. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa,
seperti (1) siswa memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu yang berupa
“keterampilan proses” atau metode ilmiah, (2) gairah belajar siswa meningkat,
tercermin dari keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan di lapangan dan di kelas,
dan (3) belajar menjadi bermakna, karena setelah konsepnya dipahami maka
konsep tersebut lebih lama dapat diingat. Temuan ini didukung oleh pendapat
Arikunto (1990) bahwa lingkungan sekolah merupakan sesuatu yang dekat dengan
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII Juli 2004
ISSN 0215 - 8250
105
dunia siswa dan mudah dikenal dalam kehidupan sehari-hari, serta lingkungan
sekolah merupakan tempat yang menunjang sebagian dari kebutuhan siswa.
Penelitian ini juga berguna bagi guru, karena (1) guru dapat memperdalam
pendekatan dan metode yang digunakan, (2) guru menjadi lebih profesional,
karena meningkatnya pengetahuan dan pemahaman tentang PTK. Temuan ini
didukung oleh Susilo (2000) menyatakan bahwa guru yang terampil melaksanakan
penelitian tindakan kelas (PTK) adalah guru yang selalu mau meningkatkan proses
pembelajaran yang dikelolanya.
Implikasi penelitian ini bagi sekolah adalah sekolah memiliki guru yang
profesional dan sekolah dapat menambah koleksi tumbuhan yang berguna dalam
proses pembelajaran, keindahan, kesejukan, dan pelestarian lingkungan. Tidak
kalah penting artinya temuan ini bagi peneliti karena (1) dapat meningkatkan
pengetahuan tentang PTK, (2) mengenal lebih dalam pembelajaran biologi di
SLTP, dan (3) dapat merintis kerja sama kemiteraan dengan sekolah dan guru.
Pemanfaatan lingkungan sekolah dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengerjakan LKS secara berkelompok. Hal ini dapat terwujud karena pada
setiap pelaksanaan tindakan, guru selalu membentuk kelompok-kelompok yang
terdiri atas lima sampai enam orang siswa, baru kemudian dibagikan LKS.
Kelompok ini tidak selalu tetap, karena pada setiap siklus selalu berubah susunan
anggotanya. Perubahan ini bertujuan (a) memudahkan guru membimbing siswa,
(b) membiasakan siswa bekerja secara berkelompok pada setiap orang, dan (c)
meningkatkan keaktifan berdiskusi dengan suasana baru, serta siswa akan lebih
bergairah belajar.
Pada siklus I ada tiga kelompok yang belum aktif seperti kelompok 4, 6,
dan kelompok 7. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok ini belum
aktif berdiskusi, belum dapat menyelesaikan tugas dengan tuntas dan belum
mampu membuat kesimpulan dengan benar. Dentsch (dalam Lazarowith dan
Slavin, 1984) menyatakan agar pembelajaran dapat berlangsung secara kerja
kelompok, maka siswa harus mempersiapkan diri saling tergantung secara positif
antara anggota kelompok lain.
Pada siklus II dengan diadakan perubahan susunan kelompok dan fokus
guru lebih diarahkan pada kelompok yang kurang tuntas, ternyata dapat
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII Juli 2004
ISSN 0215 - 8250
106
meningkatkan aktivitas kelompok menjadi lebih baik dan aktif. Kenyataan ini
terlihat pada (a) masing-masing kelompok mampu menyelesaikan tugasnya, dan
(b) siswa telah berani mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan temannya.
Hal ini menunjukkan kerja sama kelompok dapat dibangun dari kesadaran masingmasing individu dalam kelompok. Temuan ini didukung pendapat Slavin (1986)
bahwa ciri khusus yang membentuk belajar kelompok adalah metode ini
mendorong siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab.
Pada siklus III dirubah lagi susunan kelompoknya. Perubahan ini
diperlukan karena pada siklus II masih ada enam orang siswa yang belum tuntas
belajar, walaupun secara umum kerja kelompok sudah menunjukkan aktivitas yang
baik. Dimasukkannya siswa yang belum tuntas ke dalam satu kelompok, ternyata
dapat memacu mereka untuk belajar dan berkarya lebih baik, ini dibuktikan pada
siklus III hasil postes mencapai 94,87%. Dengan hasil tersebut berarti pemahaman
konsep keanekaragaman tumbuhan dan kemampuan siswa mengerjakan tugas
secara berkelompok berada dalam kategori baik.
4. Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
Berikut. (1) Pemanfaatan lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan
pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. Hal
ini dibuktikan dengan terjadinya peningkatan ketuntasan belajar siswa pada setiap
siklus, yaitu 71,79% pada siklus I, 84,62% pada siklus II, dan 94,87% pada siklus
III. (2) Ketuntasan belajar pada siklus III yaitu 94,87% telah melampaui dari
standar baku yaitu 85%, sehingga pembelajaran sudah dianggap tuntas. (3) Kerja
sama kelompok semakin meningkat pada setiap siklus. Keberhasilan ini
ditunjukkan dengan aktifnya siswa dalam diskusi kelompok dan diskusi kelas,
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. (4) Guru semakin
kreatif dan profesional karena dengan pengalaman mengadakan PTK guru
mendapatkan bekal dalam peningkatan profesional dan pengembangan proses
pembelajaran di kelasnya.
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disarankan sebagai berikut.
(1)
Pemerintah dalam membangun sekolah diharapkan supaya membuat halaman yang
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII Juli 2004
ISSN 0215 - 8250
107
rindang dan kaya akan keanekaragaman tumbuhan, sehingga dapat digunakan
dalam pembelajaran biologi, pelestarian lingkungan dan keindahan. (2) Kepada
Depdiknas agar memberikan perhatian kepada guru-guru sehingga memahami dan
mampu melakukan PTK, sehingga dapat mengikuti masalah yang dihadapi dalam
proses pembelajaran di sekolahnya. (3) Bagi kepala sekolah disarankan agar
memberikan peluang kepada gurunya untuk mengembangkan kreativitas dan
profesionalismenya dalam pembelajaran, sehingga guru tidak hanya mentransfer
ilmu pengetahuan tetapi mendorong siswa menemukan atau membuktikan teori
melalui pengalaman langsung. (5) Bagi guru diharapkan selalu menambahkan
pengetahuan gagasan baru dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
gairah belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 1996. “Menciptakan Situasi Belajar Mengajar yang Dinamis”. Jurnal
Chimera 1 (1)/96:5 – 21.
Arikunto, S. 1990. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar di Sekolah. Jakarta:
Dirjen Dikti P2Tk. Depdikbud.
Arikunto, S. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumiaksara.
Darmodjo, H, & Kaligis, J.R.E. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikti P2TK.
Depdikbud. 1994. Kurikulum SLTP. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikdas & Menengah, Direktorat
Pendidikan Menengah Umum.
Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan (Action Research). Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Funk, J., & Harlen, W. 1993. The Teaching in Science. London: David Fulton
Publisher.
Kemmis, S., & Mc Taggart, R. 1988. The Action Research Planer. Victoria:
Deakin University Press.
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII Juli 2004
ISSN 0215 - 8250
108
Kimmins, J.P. 1997. Forest Ecology, A Foundation for Sustainable Management.
Second Edition. New Jersey 07458: Prentice-Hall, Inc
Lazarowitz, C.W., & Slavin, R. 1984. Learning to Cooperative, Cooperative to
Learn. New York: Plenum Press.
Lisowski, M. dan Disinger, J.F. 1987. Cognitive Learning in The Environment:
Secondary Students. ERIC/SMEAC Environment Education Digest No. 1,
1987.(http://www.ed.gov/databases/ERIC_Digests/ed.286756-html.13-197).
Rifai, M.A. 1992. Keanekaragaman Hayati dalam Kelas Sekolah. Surabaya:
FPMIPA IKIP Surabaya.
Sardjono. 2000. Permasalahan Pendidikan di Sekolah dan Upaya Pemecahannya.
Malang: Dirjen Dikti Depdiknas.
Sujana, N.1989. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung : Penerbit PT.
Remaja Rosdakarya.
Slavin, R. 1986. Cooperative Learning Theory, Research and Practice (2nd).
Boston: Allyn and Bacon.
Sukmadinata, N.S. 1988. Prinsip dan Landasan Perkembangan Kurikulum.
Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. P2LPTK.
Sulasmi. E.S. 2000. Pengajaran Keanekaragaman Tumbuhan di SMU,
Permasalahan dan Pemecahannya. Malang: Depdiknas UM, FMIPA.
Makalah, 23 Pebruari 2000.
Susilo, H. 2000. Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru Masa Depan.
Malang: Depdiknas Universitas Negeri Malang. Disajikan dalam Seminar
Pemberdayaan Penalaran dengan Tema Penyiapan Generasi yang
Berkualitas Melalui Pengembangan Penalaran Siswa SLTP di SLTPN 2
Malang 15 April 2000.
Tim Peneliti Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2GSM (Secondary School
Teacher Development Project).
Yount, J.R & Horton, P.B. 1992. Factor Influenching Environmental Attitude: The
Relationship Between Environmental Attitude Defensibility and Cognitive
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII Juli 2004
ISSN 0215 - 8250
109
Reasoning Level. Jurnal of Research in Science Teaching 29(10)10511077.
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII Juli 2004
Download