pengumuman - Sinode Gereja Bethany Indonesia

advertisement
POKOK DOA SYAFAAT
Dukung Dalam Doa:
1. Kesehatan dan Pelayanan Bapak Bethany Pdt. Abraham Alex Tanuseputra.
2. Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Pdt.Prof.Dr.Ir. Bambang Yudho,M.Th.,
beserta Keluarga kiranya hikmat, rahmat dan Pimpinan Tuhan senantiasa
menyertai di dalam pelayanan dan segala hal yang dikerjakan.
3. Segenap Pegurus Majelis Pekerja Sinode (MPS) dan Majelis Pekerja Daerah
(MPD) kiranya pimpinan Tuhan hikmat marifat dan pimpinan Roh kudus
senantiasa menyertai.
4. Gereja-Gereja Bethany, Gembala, Pengerja dan seluruh jemaat mulai dari
Sabang sampai Merauke.
Pokok – Pokok Doa Untuk Kebutuhan Gereja Masing Masing
MAKALAH FAMILY ALTAR
SINODE GEREJA BETHANY
INDONESIA
EDISI : 09
Tgl : 18 Juli 2016
Motto FA :
Kesatuan Hati, Tumbuh Bersama & Memenangkan Jiwa
Tema Tahun 2016 :
Yesaya 54 : 3
“Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan
memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi."
JANGAN BERBANTAH DENGAN PENCEMOOH
Ams. 29:8 “Pencemooh mengacaukan kota, tetapi orang bijak
meredakan amarah.”
Sering kita melihat banyaknya perbedaan pendapat yang
diselesaikan dengan perdebatan-perdebatan yang seringkali berlanjut
dengan perbantahan dan debat-kusir, dengan perkataan yang tajam
dan menyakitkan, yang bertujuan untuk melukai dan saling
menjatuhkan, serta seringkali berakhir dengan pertengkaran, bahkan
perkelahian. Sehingga akhirnya bukan solusi atau jalan keluar yang
didapat, tetapi perbedaan pendapat yang semakin tajam, karena
dibubuhi kepahitan, sakit-hati, dendam dan permusuhan, yang didasari
perasaan paling benar sendiri dan mau menang sendiri.
Karena itu, kita sebagai orang percaya dan pengikut Kristus, harus
belajar untuk cerdik dan bijaksana, dalam menyelesaikan suatu
perbedaan pendapat. Sekiranya perbedaan pendapat tersebut akan
membawa dan memancing kita ke dalam suatu perdebatan dan
perbantahan yang tidak produktif dan kondusif, maka sebaiknya kita
mengambil sikap
A. Sabar.
Yak. 1:19-20 “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini:
setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk
berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia
tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.”
Apabila kita sebagai seorang Kristen memberikan kesempatan
kepada amarah, kita tidak akan mampu lagi bertindak obyektif, adil dan
benar. Sehingga, akan menyeret kita pada perdebatan dan
perbantahan yang tidak akan menghasilkan solusi apa-apa bagi kedua
belah pihak, karena itu, ketika kita harus masuk dalam suatu diskusi,
baik itu antar suami-istri di rumah, meeting di kantor, atau bahkan
rapat pelayanan di gereja, maka hendaknya kita belajar untuk menjadi
pendengar yang baik (cepat untuk mendengar), belajar untuk menahan
diri dalam memberikan pendapat, sehingga kita tidak memotong
pendapat orang lain, dan hanya memberikan pendapat kita, ketika
diminta atau diberi kesempatan, dan jangan memaksakan pendapat
kita pada orang lain (lambat untuk berkata-kata). Ketika terjadi
perbedaan pendapat, maka kita harus belajar untuk tetap sabar dan
menguasai diri (buah Roh ke 4 dan ke 9), sehingga emosi kita tidak
terpancing dan tetap stabil, sehingga kita bisa tetap fokus dan berpikir
jernih (lambat untuk marah).
Ams. 15:18 Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang
yang sabar memadamkan perbantahan.
B. Menghindar dan mengalah.
Ams. 17:14 Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air;
jadi undurlah sebelum perbantahan mulai.
Yang dimaksud dengan “seperti membuka jalan air” adalah,
sekali emosi kita terpancing dan kita tidak mampu menahan dan
menguasainya, maka kita akan terlibat dalam perbantahan dan
pertengkaran dalam intensitas yang semakin meninggi. Pada saat itu,
luapan emosi kita akan seperti aliran air yang terus mengalir deras
tanpa dapat ditahan, seringkali melalui perkataan yang tajam dan
melukai. Penulis amsal memberikan solusinya di dalam ayat ini, yaitu
hendaknya kita mundur terlebih dahulu untuk menghindari
perbantahan dan pertengkaran, serta mengambil sikap mengalah,
karena mengalah bukan berarti kalah.
C. Menjadi orang terhormat
Ams. 20:3 Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan,
tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak.
Kurangnya hikmat akan membuat orang bertindak tanpa kendali
diri. Ketidak-mampuan untuk mengendalikan diri juga akan tampak
dalam ketidak-mampuan untuk mengendalikan emosi, sehingga
menghasilkan ledakan amarah. Sebaliknya hikmat akan memampukan
orang tersebut untuk menahan diri, agar tidak terlibat dalam
perbantahan dan pertengkaran.
Orang yang tidak berhikmat tampak lewat perkataannya yang
banyak memuji diri sendiri, karena merasa dirinya hebat. Akibatnya,
karena merasa diri hebat, maka dia selalu merasa diri paling benar dan
mau menang sendiri, sehingga dia tidak bisa menghargai dan
menghormati orang lain maupun pendapat orang lain.
Hikmat seseorang terlihat melalui perilakunya. Orang berhikmat
adalah orang yang memiliki kerendahan hati untuk mau mendengarkan
pendapat orang lain, sehingga mampu menyelami isi hati dan
kedalaman pikiran orang lain, serta menghormati pendapatnya.
Seseorang yang bisa menghormati orang lain tanpa memandang
muka, akan menimbulkan rasa hormat orang lain kepadanya juga.
Hidup berhikmat dan terhormat hendaknya tidak hanya berlaku
pada hari minggu saja, sementara pada hari lain kita hidup dengan
cara berbeda. Buka hati, mata dan telinga senantiasa agar kita dapat
belajar untuk melakukan apa yang benar dan kudus menurut Allah,
sehingga kita diperkenan dan dihormati Allah dan sesama.
Untuk kita renungkan:
Dalam menghadapi pencemooh, bahkan mungkin pembenci
(hater), penjelasan paling baik dan paling bijaksana dari kita adalah
diam, “tersenyumlah”, serta membiarkan mereka merasa menang dan
paling benar sendiri. Jangan membiarkan diri kita terjebak dalam
perdebatan dan perbantahan yang sia-sia dan tidak ada gunanya.
Ijinkan Tuhan yang menjawab, serta fakta-fakta membuktikannya
Download