pengumuman - Sinode Gereja Bethany Indonesia

advertisement
POKOK DOA SYAFAAT
MAKALAH FAMILY ALTAR
Dukung Dalam Doa:
1. Kesehatan dan Pelayanan Bapak Bethany Pdt. Abraham Alex Tanuseputra.
2. Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Pdt.Prof.Dr.Ir. Bambang Yudho,M.Th.,
beserta Keluarga kiranya hikmat, rahmat dan Pimpinan Tuhan senantiasa
menyertai di dalam pelayanan dan segala hal yang dikerjakan.
3. Segenap Pegurus Majelis Pekerja Sinode (MPS) dan Majelis Pekerja Daerah
(MPD) kiranya pimpinan Tuhan hikmat marifat dan pimpinan Roh kudus
senantiasa menyertai.
4. Gereja-Gereja Bethany, Gembala, Pengerja dan seluruh jemaat mulai dari
Sabang sampai Merauke.
SINODE GEREJA BETHANY INDONESIA
Pokok – Pokok Doa Untuk Kebutuhan Gereja Masing - Masing
Motto FA : Kesatuan Hati, Tumbuh Bersama &
Memenangkan Jiwa
Edisi: Minggu ke 4 / 27 Pebruari 2017
Menyatakan & menunjukkan
kasih pada sesama
Markus 12:31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum
lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."
Pernah ada seorang teman yang memiliki seekor anjing yang diimpor dari
luar negeri, dan anjing tersebut diberi sebuah kamar yang dilengkapi dengan AC,
karpet, dan diberi makanan yang relative lebih mahal dari makanan manusia. Di sisi
lain, pernah ada kesaksian, tentang kehidupan para penghuni Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah, dimana mereka selalu menunggu sampah-sampah yang datang,
dan kemudian memilih diantara sampah-sampah itu, sisa-sisa makanan yang bisa
dimakan, yang seringkali sebenarnya kondisinya sudah tidak layak dimakan. Kita
melihat bagaimana nasib seekor anjing yang lebih baik dan lebih beruntung dari para
penghuni TPA itu, yang sebenarnya merupakan ciptaan Allah yang tertinggi dan
paling mulia.
Karena itu Yesus memberikan hukum yang kedua, tetapi yang nilainya sama
dengan hukum yang pertama, tentang mengasihi Allah, karena:
A. Manusia adalah “Gambar dan Rupa Allah”.
Kejadian 1:26
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa
Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara
dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang
merayap di bumi."
Di dalam Perjanjian Lama, kita melihat bagaimana Allah melalui hukum Musa,
melindungi hak-hak setiap orang Israel, baik individu, maupun golongan
khususnya kaum minoritas, dimana tidak ada seorangpun boleh memaksakan
kehendaknya dan mengekploitasi orang lain, khususnya mereka yang lebih
lemah. Oleh karena itu, para hakim orang Israel tidak boleh membedakan,
melainkan harus mendengarkan, baik perkara orang kecil, maupun perkara orang
besar, tanpa “memandang bulu”, artinya tanpa memandang kekayaan,
kedudukan maupun status sosial (Ul. 10:17; Ul. 16:19).
Melalui perumpaan tentang orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:25-37),
Yesus mengajar kita untuk mengasihi sesama kita, tanpa melihat suku, agama,
ras, golongan, kedudukan, dan status social, tetapi melihat melalui perspektif
sebagai sesama manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
B. Adanya hukum emas tentang perbuatan kepada sesama.
Matius 7:12
"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan
kitab para nabi.
Hukum emas di atas menyatakan tentang prinsip-prinsip keadilan yaitu,
perbuatlah terhadap orang lain seperti yang kita inginkan mereka perbuat pada
kita, perlakukanlah orang lain seperti kita ingin mereka memperlakukan kita. Kita
harus memperlakukan sesama kita, perlakuan yang pantas dan adil atau fair,
seperti kita mengharapkan perlakuan orang lain terhadap kita. Kita juga harus
menempatkan orang lain pada level yang setara dengan kita. Dimana kita dan
orang lain sama-sama terikat dengan prinsip-prinsip keadilan dan perasaan saling
menghormati.
Di samping itu, dalam berhubungan dengan orang lain, kita juga harus
memiliki empati, yaitu dengan menempatkan masalah, situasi dan kondisi kita ke
dalam masalah, situasi dan kondisi yang sama dengan orang-orang yang
berhubungan dengan kita, dan menanganinya sesuai dengan keadaan itu.
Sebagai umat Allah, kita harus hidup di dalam takut akan Allah, karena Allah
dalam keadilannya, akan menghakimi kita berdasarkan perbuatan kita kepada
sesama kita.
C. Kasih adalah dasar hubungan dengan sesama
1 Korintus 13:3
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan
menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,
sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.
Kasih memang penting untuk mendasari sebuah hubungan. Kita bisa saja
mentaati firman Allah tanpa dasar kasih, tetapi atas dasar takut. Namun ketaatan
demikian tidak ada artinya. Sebaliknya bila kita mengasihi Dia, niscaya kita akan
mentaati firman-Nya. Manifestasi kasih kita kepada Allah, adalah mengasihi
sesama seperti mengasihi diri sendiri.
Kemampuan mengasihi sesama bergantung pada pemahaman bahwa Allah
mengasihi mereka juga. Alkitab mengajar kita cara berhubungan dengan orang
lain, berdasarkan pengertian bahwa setiap manusia berharga di mata Allah,
sehingga hubungan kita dengan sesama harus didasari dengan hubungan kita
dengan Allah.
Ketika kita menyadari bahwa kita hidup di dalam kasih Allah, maka kita harus
belajar untuk memanifestasikan kasih Allah yang ada di dalam kita, dengan
mengasihi sesama kita di dalam kasih Kristus.
Kesimpulan:
Kristus datang bukan hanya mengajar kita mengenai firman dan iman yang
harus kita ketahui dan pahami, melainkan juga apa yang harus kita perbuat dalam
kehidupan kita, bukan saja terhadap Allah, melainkan juga terhadap sesama kita
manusia. Yang dimaksud sebagai sesama kita, bukan hanya terhadap sesama saudara
seiman, atau orang-orang yang se FA atau segereja dengan kita saja, tetapi juga
terhadap semua orang secara umum, tanpa memandang muka, berdasarkan prinsipprinsip keadilan dan kesetaraan yang berlandaskan kasih (Yak. 2:1-10).
Untuk direnungkan :
Apakah kita sudah belajar untuk menyatakan dan menunjukkan kasih kepada
sesama tanpa memandang muka?
Download