PENGHAKIMAN TERAKHIR Yohanes 13 : 34-35 Kata "kasih" sangat sering kita dengar dan pergunakan dalam kehidupan kita sehari-hari baik di lingkungan gereja maupun bermasyarakat. walaupun katanya hanya satu,namun maknanya sangat luas sehingga orang pun memahaminya beraneka-ragam. Pada dasarnya pemahaman akan iman kristen bermuara pada Kasih. Oleh sebab itu tema sentral dari Alkitab itu sendiri adalah "kasih" dengan pengertian bermacam-macam dan dipakai silih berganti. Ada dua pengertian "kasih" dalam alkitab yang sangat bertentangan maknanya. Pertama,kasih dalam pengertian "Agape" adalah kasih yang berasal dari Tuhan sendiri yaitu kasih yang tidak egois,sabar dan rela berkorban bagi kepentingan dan kesejahteraan orang lain. Sedangkan pengertian kasih yang kedua adalah "Eros" yang merupakan lawan maknanya dari "agape",yaitu kasih yang berasal dari manusia yang egois,hanya mementingkan diri sendiri dan tidak rela berkorban bagi orang lain. Perenungan tentang kasih menurut Injil Matius 25:31-46 menggambarkan tentang kedatangan Tuhan Yesus kedalam dunia ini sebagai Anak manusia yang dengan kematian dan kebangkitanNya telah mempersekutukan manusia dengan Allah dan manusia dengan sesamanya yang masih banyak belum percaya kepadaNya. Hal ini diperumpamakan sebagai gandum dan lalang yang dibiarkan tumbuh bersama sampai tiba saat pemisahannya pada hari penuaian (Matius 13:24-30),yakni Tuhan Yesus Kristus,Anak manusia akan datang dalam kemuliaan sebagai Raja dan Hakim Agung untuk manghakimi dan memisahkan antara orang-orang yang percaya dan yang tidak percaya. Orang-orang yang percaya ialah orang-orang yang taat dan menjalankan perintah Tuhan sesuai dengan FirmanNya. Dan kepada mereka itulah Tuhan menegaskan: "Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan." Mereka akan disambut dalam kebahagiaan dan keselamatan kekal. Akan tetapi bagi mereka yang tidak percaya; yang hanya hidup dalam ketegaran dan kekerasan hatinya,tempat siksaan yang kekal (ayat 46) telah disediakan. Dihadapkan pada situasi gereja saat ini,jemaat Tuhan sangat mendambakan persatuan dan kesatuan senantiasa saling mengasihi satu dengan yang lain,namun nyatanya hampir tidak nampak sama sekali. Disana-sini justru yang tampak adalah pengkotakan-pengkotakan dalam jemaat itu sendiri yang menjurus pada perpecahan, dimana tidak ada lagi rasa peduli terhadap yang lain sehingga terjadilah kesenjangan sosial atau perbedaan yang mencolok antara orang ataupun kelompok yang satu dengan yang lain. Situasi dan keadaan inilah yang menimbulkan kecemburuan sosial mulai berperan,artinya irihati antara yang satu dengan yang lain telah menggantikan posisi "Kasih" yang seharusnya, sehingga kesatuan jemaat Tuhan terancam. Menghadapi kenyataan inilah maka Firman Tuhan memperingatkan kita akan cara hidup kita saat ini. oleh sebab itu kita dipanggil dan diserukan kepada kita agar sebelum hari penghakiman itu tiba, kita harus berjaga-jaga dan menggunakan masa-masa hidup kita untuk bertindak sesuai dan berkenan kepada Tuhan, yaitu hidup mengasihi Dia lewat sesama kita,dimana Tuhan telah lebih dulu mengasihi kita. Apa artinya dan bagaimana kita mengasihi Tuhan? mengasihi Tuhan berarti mengenal Tuhan,demikian sebaliknya orang yang mengenal Tuhan tentu mengasihiNya. Dengan demikian pengenalan akan Tuhan adalah mutlak didalam rangka mengasihi Dia. Dapatkah kita mengenal Tuhan tanpa berhubungan denganNya? Contohnya, dua orang yang saling jatuh cinta itu terjadi karena mereka selalu menyediakan waktu bersama,berbicara antara mereka berdua. jadi mereka tentunya selalu dalam hubungan yang erat dan intim satu dengan yang lain. Demikian halnya juga kita dalam mengasihi Tuhan hanya dapat terjadi apabila kita mau menyediakan waktu untuk selalu berbicara membina hubungan erat dan intim dengan Tuhan lewat Doa, pembacaan Alkitab dan persekutuan ibadah-ibadah jemaat di tiap-tiap waktu. Selain itu kita juga mengabdikan diri bagi Tuhan sebagai wujud nyata akan kasih kepada Tuhan dengan membantu sesama kita yang sangat membutuhkan pertolongan, seperti membantu mereka yang kelaparan dan haus, memberi pakaian kepada yang telanjang, melawat orang sakit bahkan mengunjungi orang-orang yang terpenjara. Karena,tanpa kita sadari bahwa ditengah-tengah mereka yang manderita itulah Tuhan Yesus hadir dan bersekutu dengan mereka sekaligus mengakuinya sebagai saudaraNya sendiri. sehingga pada hakekatnya apa yang kita perbuat itu,telah kita lakukan bagi Tuhan. Tuhan Yesus berkata; "Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini,kamu telah melakukannya untuk aku." Bagi pengertian Kristiani,kasih itu tidak pernah hanya sebuah perasaan hangat atau suatu prinsip yang abstrak, melainkan kasih itu diwujudkan dalam tindakan aktif dan nyata sebagai sesuatu yang hidup. Rasul Yohanes mengatakan: "Jikalau seorang berkata: aku mengasihi Allah,padahal ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta." (I Yohanes 4:20). maka mustahil bagi kita untuk mencapai kesatuan dengan mengasihi Tuhan dan sesama kalau kita masih hidup jauh dari Kristus. Kita diminta untuk mencintai dan mengasihi Tuhan dengan seganap hati dan jiwa,segenap akal budi dan dengan segala kekuatan yang kita miliki. Rasul Paulus pun mengatakan, bahwa kasih itu adalah ukuran dari segala perbuatan kita. kasih berarti mempertaruhkan kepentingan kita dalam perbuatan-perbuatan yang mendatangkan sejahtera bagi hidup orang lain. Dalam Tuhan Yesus Kristus, Allah mempertaruhkan hidupNya sendiri dalam pekerjaanNya untuk menyelamatkan manusia. Itulah kasih; "saya hidup bukan lagi bagi saya, tetepi terlebih bagi Allah dan sesama manusia. Teolog Jerman yang hidup dizaman Hitler,bernama Dietrich Bonhoefer mengatakan: Bahwa kasih itu membawa gaya hidup orang percaya, lain daripada yang lazim. Maksudnya, yang lazim yaitu kita menuntut dari orang lain. Namun kasih justru menuntut dari diri kita sendiri. Ketika Tuhan Yesus mencanangkan Hukum kasih, maka yang pertama-tama Ia lakukan adalah memberlakukan kasih itu pada diriNya sendiri seperti yang terjadi diatas Kayu salib. Merupakan perwujudan dari kasihNya kepada Allah yang melebihi dari segala sesuatu, dan kasihNya kepada manusia yang membakar sukmaNya. Yang lazim saat ini adalah mengorbankan orang lain, bila terpaksa, demi kepentinga sendiri. Padahal yang diperlukan saat ini adalah sebaliknya, Kasih yang mengorbankan diri sendiri, bila perlu, demi kepentingan orang lain.