ISSN 0215 - 8250 960 PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM S1 PGSD TERHADAP MODEL PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR (Studi Pendahuluan tentang Model Pembelajaran IPA di SD Melalui Pendidikan Tinggi Jarak Jauh) oleh A.A. Ketut Budiastra, Achmad A. Hinduan, Suciati, Nuryani Y. Rustaman Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Di dalam kelas guru memiliki peran yang sangat menentukan terhadap penanaman wawasan akademik dan untuk menanamkan normanorma sosial bagi siswa karena salah satu fungsi guru di kelas, yaitu bertindak sebagai sumber informasi. Sebagai sumber, seorang guru dituntut antara lain (1) memiliki pengalaman untuk menerapkan ilmu yang digelutinya dalam masalah nyata di masyarakat (quantitative real-life problems); (2) mampu memilih dan menerapkan proses pembelajaran yang tepat; dan (3) mampu melaksanakan dan mengembangkan literative learning process. Di dalam kelas guru juga bertindak sebagai model bagi siswanya atau guru memberikan contoh perilaku, sikap, dan keterampilan yang dapat diamati langsung oleh siswa. Dalam tulisan ini dibahas antara lain persepsi dan harapan guru SD yang juga telah menjadi mahasiswa terhadap pembelajaran IPA di SD, harapan mereka terhadap LPTK sebagai lembaga pencetak guru terhadap model pembelajaran IPA, pendapat dan harapan mereka terhadap aspek-aspek lain yang terkait dengan penyiapan tenaga guru. Studi pendahuluan ini merupakan bagian dari siklus penelitian dan pengembangan (research dan development, R & D, Borg and Gall, 1979, 2003) dengan tema ’Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Guru Mengajarkan IPA di SD Melalui Pendidikan Tinggi Jarak Jauh (PTJJ)’. Hasil akhir menunjukkan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan dengan memanfaatkan modul dan media program video BMP dengan menerapkan strategi TDPSPM dalam proses pembelajaran ada indikasi dapat meningkatkan wawasan guru terhadap ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 961 materi yang dipelajari dan kemampuan mereka untuk mengajarkan IPA dengan inkuiri di SD. Kata kunci : PTJJ, TDPSPM, inkuiri, video BMP ABSTRACT In the classroom, teacher’s posses character to determine the process of implanting insight and social norm to their students. One of many other function of teacher in the classroom is act as a source of information. For this purposes, teachers obligatory, such as (1) have enough experiences to implement their knowledge in quantitative real-life problems; (2) have enough ability to choose and implement appropriate teaching and learning processes; and (3) able to implement and to develop literative learning process. In the classroom teachers also act as models for their students or teachers give an example of behavior, attitudes, and skills that can be observed directly by their students. In this article will be discussed such as teacher’s perception and expectation about science teaching and learning process in elementary school, about teacher’s college as an institution in preparing teachers candidate, and about the other aspect related with preparation of teacher’s candidate. This preliminary study is as a part of research and development study, R & D, (Borg and Gall, 1979, 2003) with the topic of ‘The Model of Instruction to Increase Teachers Ability to Teach Science in Elementary School by Distance Education’. In summary, based on the data analyses of pretest and posttest can be informed teacher’s ability in preparing lesson plan as well as in teaching science for students in elementary school increase significantly. Key words : distance education, strategy TDPSPM, inquiry, modules, and video recorded modelling ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 962 1. Pendahuluan Dari hasil kajian yang dilakukan oleh TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) untuk pelajar usia 9 tahun sampai 13 tahun, Indonesia berada pada peringkat 34 dari 45 negara yang diikutkan dalam bidang Matematika, sedangkan untuk bidang sains, Indonesia berada pada peringkat 36. Dalam studi tersebut, untuk bidang sains, urutan tertinggi diraih oleh Singapura diikuti oleh Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong dan Estonia. Gambaran tersebut memperlihatkan perolehan rerata hasil pendidikan di Indonesia. Akan tetapi, secara individu ada beberapa siswa yang memiliki kemampuan sangat menonjol bahkan sampai ada yang memenangkan lomba Olimpiade Fisika pada taraf Internasional. Secara nasional hasil belajar IPA belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pendapat ini lebih didasarkan pencapaian hasil belajar menurut standar kelulusan UAN maupun NEM yang diterapkan secara nasional pada tahun-tahun belakangan ini. Bahkan Jalil (2003) mengatakan bahwa mutu pendidikan kita tidak saja rendah, tetapi juga menampakkan gejala menukik dari tahun ke tahun. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi capaian hasil belajar IPA, yaitu antara lain materi pelajaran terlalu padat dan dikemas dengan kurang menarik, kemampuan pengajar dalam menguasai dan menyampaikan materi, serta sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran. Pangkal penyebab dari semua ini tentu sangat banyak, tetapi tudingan utama banyak ditujukan kepada guru, karena gurulah yang merupakan ujung tombak di lapangan yang bertemu dengan siswa secara terprogram (Wardani, 1999). Dari hasil kajian yang dilakukan oleh Tim Direktorat Tenaga Kependidikan (Dittendik) bersama pusat kurikulum, PGRI dan LPTK (2003: 12), menunjukkan bahwa skor kompetensi guru SD untuk semua ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 963 mata pelajaran di bawah 50%, kecuali bahasa Indonesia paling tinggi 54%, terendah IPS dan IPA yaitu masing-masing 35% sampai 40%. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam mengajar di kelas. Dari hasil penelitian yang dilakukan Kuswaya (1997: 3), untuk beberapa SD terutama SD yang terpencil, karena keterbatasan jumlah guru maka guru lulusan PGA dan SGO terpaksa diberi tugas untuk menjadi guru kelas yang nota bene harus mengajar semua mata pelajaran termasuk IPA. Kondisi seperti ini menyebabkan pengajaran IPA di SD lebih banyak didominasi ceramah, guru kurang mampu mengaktifkan siswa dalam berpikir dan pelajaran yang diberikan tidak dikaitkan dengan permasalahan dalam kehidupan seharihari siswa (Sunaryo, 2000: 65-66). Di samping itu, latar belakang pendidikan tutor juga mempengaruhi keefektivan tutorial dalam matakuliah IPA (Faqih, 1996: 27). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada program penyetaraan D-II PGSD UT, hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa calon guru D-II PGSD prajabatan di beberapa LPTK menunjukkan permasalahan yang hampir sama. Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan oleh Hinduan, et al. (2001: 10), menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru SD pada D-II PGSD pra jabatan sangat lemah dalam penguasaan materi maupun dalam keterampilan-keterampilan mengajar. Mereka mengalami kesulitan dalam memilih model mengajar yang tepat untuk mengajarkan topik-topik IPA. Mereka membutuhkan contoh bagaimana menerapkan teori mengajar ke dalam praktek. Lebih jauh Hinduan, et al. (2001: 2) mengidentifikasi beberapa kelemahan pelaksanaan perkuliahan bidang studi IPA di pendidikan Prajabatan guru SD dengan kurikulum yang berlaku, yaitu: 1) Para mahasiswa calon guru tidak diberi peluang yang maksimal untuk memadukan konsep IPA dan cara mengajarkannya di SD karena bekal ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 964 untuk itu diajarkan dalam dua matakuliah terpisah; 2) Kuliah bidang studi IPA hampir semua diajarkan melalui ceramah; 3) Kuliah bidang studi IPA sebagian besar diampu oleh dosen yang tidak memiliki pengalaman mengajar IPA di SD, sehingga tidak dapat memberikan contoh; 4) Pengayaan materi dinilai terlalu tinggi, sehingga sulit dipahami mahasiswa dan tidak relevan bagi peserta didik; dan 5) Waktu pendidikan dirasakan sangat pendek, yaitu dua tahun. Program S1 PGSD merupakan kelanjutan dari program D-II PGSD yang dimaksudkan untuk membantu para guru lulusan D-II PGSD (Guru Kelas) guna mengembangkan dan meningkatkan kualitas diri menjadi guru SD yang profesional (Pedoman Pengelolaan PGSD UT, 2005: 1). Dalam UU No. 20 Tahun 2003, PP No. 19 Tahun 2005, Permen No. 16 Tahun 2007, dan Permen No. 18 Tahun 2007, disebutkan bahwa pendidik pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1). Hal ini berarti bahwa pada saat yang akan datang lulusan D-II PGSD sudah tidak memadai lagi untuk mengajar di SD, walaupun dalam kenyataannya masih ada guru-guru SD yang berijasah D I, DII, dan bahkan ada yang masih tamatan SLTA (Kuswaya, 1997: 3). Dalam NSTA (1996: 72) disebutkan guru yang profesional seharusnya dapat mengintegrasikan antara pengetahuan tentang IPA, belajar, pedagogi, siswa, dan aplikasi dari pengetahuan dalam mengajarkan IPA. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain (1) belajar IPA melalui investigasi dan inkuiri; (2) mengintegrasikan antara IPA dan pengetahuan mengajar; (3) mengintegrasikan teori dan praktik di kelas; (4) pengembangan aktivitas profesional yang bervariasi; dan (5) guru sebagai anggota komunitas yang profesional. Joyce, et al. (1992: 1) mengemukakan bahwa upaya yang dapat ditempuh agar mahasiswa calon guru berkompeten ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 965 menggunakan strategi mengajar secara tepat dan efektif memerlukan banyak belajar dan latihan. Untuk itu, mereka menyarankan dalam mengajar materi bidang studi termasuk IPA hendaknya terpadu dengan cara-cara mengajarkannya. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang hasil studi pendahuluan terhadap pendapat atau harapan guru SD yang juga menjadi mahasiswa S1 PGSD terhadap proses pembelajaran IPA di SD. Survey dilakukan di salah satu Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) pada bulan Desember tahun 2005. Studi ini dilakukan sebagai rangkaian dari penelitian dengan judul ”Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Guru Mengajar IPA di Sekolah Dasar Melalui Pendidikan Tinggi Jarak Jauh”. Studi pendahuluan ini melibatkan sebanyak 48 responden dengan mengacu pada desain penelitian dan pengembangan, R & D (Borg & Gall, 1979, 2003). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan profesionalisme guru dalam mengajarkan IPA setelah mereka menamatkan studinya pada program S1 PGSD UT. 2. Hasil Penelitian dan Pembahasan 2.1 Hasil Penelitian Dalam studi pendahuluan ini dijaring pendapat para mahasiswa S1 PGSD di salah satu UPBJJ UT terhadap model pembelajaran yang kiranya sesuai dengan harapan mereka dalam konteks pendidikan tinggi jarak jauh. Dalam program S1 PGSD UT untuk yang masukan D II PGSD, ada satu (1) matakuliah IPA yang harus mereka tempuh yaitu materi pembelajaran IPA SD yang berbobot 3 SKS dengan karakteristik antara konten IPA terpisah dengan metodologinya dan tidak dirancang untuk dilaksanakannya kegiatan laboratorium. Studi pendahuluan ini dilakukan untuk mendapatkan ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 966 gambaran terhadap persepsi dan harapan para guru yang juga telah menjadi mahasiswa terhadap model pembelajaran IPA di SD. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan yang menghendaki jawaban dengan 5 (lima pilihan jawaban) yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), biasa saja (BS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Penggambaran jawaban mahasiswa ditulis dalam dua kolom, yaitu pernyataan pada kolom sebelah kiri dan jawaban responden pada kolom sebelah kanan, seperti pada diagram berikut. 1. Materi yang terdapat pada MK Materi & Pemb. IPA SD sangat relevan dengan materi yang SANGAT RELEVAN DG MATERI IPA DI SD SS S diajarkan di SD TT TS STS 2% STS SS 17% TS 40% S 41% TT 0% 2. Materi yang terdapat pada MK Materi & Pemb. IPA SD terlalu teoritis dan abstrak MATERI IPA SANGAT TEORITIS & ABSTRAK SS TS 21% S TT TS STS SS 2% 8% STS TT 4% S 65% Pada dasarnya para mahasiswa S1 PGSD merasa bahwa materi yang dikemas dalam bentuk matakuliah Materi & Pemb. IPA SD relevan dengan ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 967 materi yang diajarkan di SD dengan pilihan jawaban setuju dan sangat setuju (58 %). Akan tetapi materi matakuliah tersebut dirasakan terlalu teoretis dan abstrak oleh sebagian besar mahasiswa dengan pilihan jawaban setuju dan sangat setuju (77 %). 3. Saya memerlukan contoh nyata cara memadukan antara PERLU CONTOH MEMADUKAN KONSEP DENGAN METODE MENGAJAR TS 0% konsep IPA dengan cara mengajarkannya di TT 4% SD STS 0% SS 44% SS S TT TS S 52% 4. Saya merasa perlu latihan teman sejawat/ peer teaching tentang STS PERLU ADA PEER TEACHING CARA MEMADUKAN KONSEP DENGAN METODE MENGAJAR SS cara memadukan antara konsep IPA dengan cara mengajarkannya di SD S 48% TT 0% S TS 0% TS TT STS STS 0% SS 52% ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 968 Berdasarkan hasil angket di atas diperoleh informasi bahwa pada dasarnya para mahasiswa S1 PGSD merasa perlu adanya contoh nyata cara memadukan antara konsep IPA dengan cara mengajarkannya di SD dengan pilihan jawaban setuju dan sangat setuju (96 %). Demikian halnya dengan adanya simulasi teman sejawat, sebagian besar responden mengatakan bahwa mereka memerlukan adanya latihan teman sejawat (peer teaching) tentang cara memadukan antara konsep IPA dengan cara mengajarkannya di SD dengan pilihan jawaban setuju dan sangat setuju (100 %). 5. Saya merasa perlu pengayaan tentang landasan psikologi PERLU PENGAYAAN LANDASAN PSIKOLOGI PERKEM BANGAN M ENTAL SISWA SD TT 0% perkembangan mental siswa untuk SS S TS 0% mengajarkan IPA di TT TS STS 0% SD STS SS 44% S 56% 6. Saya merasa perlu pengayaan tentang PERLU PENGAYAAN LANDASAN TEORI/FILOSOFIS PEND. KONSTRUKTIVIS landasan teoritis / filosofis pentingnya TS 4% pendekatan konstruktivis untuk TT 0% mengajarkan IPA SD S 50% STS 0% SS SS 46% S TT TS STS ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 969 Berdasarkan hasil angket di atas diperoleh informasi bahwa pada dasarnya para mahasiswa S1 PGSD merasa perlu pengayaan tentang landasan psikologi perkembangan mental siswa untuk mengajarkan IPA di SD dengan pilihan jawaban setuju dan sangat setuju (100 %). Selain itu mereka juga merasa perlu pengayaan tentang landasan teoretis/filosofis pentingnya pendekatan konstruktivis untuk mengajarkan IPA SD dengan pilihan jawaban setuju dan sangat setuju (96 %). 2.2 Pembahasan 2.2.1 Dampak Strategi TDPSPM dalam Proses Pembelajaran terhadap Kemampuan Guru Merencanakan dan Melaksanakan Pembelajaran IPA di SD Adapun model pembelajaran dalam penelitian sebagai kelanjutan studi pendahuluan adalah menggunakan strategi tayangan program video, diskusi, penyusunan renpel, simulasi mengajar teman sejawat, pengayaan, dan mengajar riil di SD (TDPSPM) dengan langkah-langkah kegiatan meliputi (1) menayangkan program video BMP yang berisikan seorang guru yang memodelkan pembelajaran IPA di SD, dengan memadukan antara materi IPA dengan cara mengajarkannya di SD, dalam hal ini ini tutor menyiapkan sumber-sumber yang diperlukan dan para mahasiswa menyimak tayangan yang diberikan; (2) mendiskusikan materi yang ditayangkan dalam program video BMP, dengan tutor memfasilitasi diskusi dan para mahasiswa berbagi ide, pengalaman, dan pendapat tentang materi Video yang ditayangkan; (3) menyusun rencana pembelajaran (renpel), yaitu para mahasiswa ditugasi untuk mengembangkan renpel merujuk pada materi IPA SD (diharapkan untuk mengembangkan materi yang berbeda___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 970 beda) di bawah bimbingan tutor; (4) melakukan simulasi antarmahasiswa (peer teaching) untuk mengajarkan materi dengan menggunakan renpel yang telah mereka susun secara bergilir dan tutor melakukan observasi dan mengomentari simulasi dari mahasiswa untuk perbaikan; memberikan pengayaan materi, dalam hal ini materi pengayaan disesuaikan dengan materi IPA yang akan diajarkan. Pengayaan yang diberikan tidak terlalu akademis, akan tetapi pengayaan hendaknya melatarbelakangi pengetahuan yang berkaitan langsung dengan kebutuhan pengajaran IPA di SD; dan (5) mengajarkan IPA dalam suasana riil di SD berdasarkan renpel yang telah direvisi hasil simulasi dalam peer teaching dengan tujuan untuk melihat implementasinya di kelas. Strategi TDPSPM yang diaplikasikan dalam penelitian ini mengacu pada model PAT-UT I. Tayangan program video yang berisikan seorang guru yang memodelkan pembelajaran IPA di SD, dengan memadukan antara materi IPA dengan cara mengajarkannya di SD digunakan untuk menggantikan sajian tutor. Pengembangan renpel dan simulasi dalam bentuk peer teaching yang dilaksanakan setelah diskusi, mengacu pada hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Hinduan (2001) dan Prasetyo (2004). Memberikan kesempatan pada para mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dalam bentuk mengajar di kelas riil merupakan perluasan dari hasil penelitian kedua peneliti tadi dan juga mengacu pada saran beberapa konsultan pada program prajabatan PGSD (Hinduan & Setia Adi, 1997). Ada tujuh komponen yang dinilai dalam perencanaan pembelajaran (APKG I), yaitu (1) Sasaran, mencantumkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator, serta mencantumkan efek iringan dan sikap ilmiah; (2) Bahan ajar, kesesuaiannya dengan silabus, standar kompetensi, dan tingkat perkembangan siswa; (3) Strategi pembelajaran, ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 971 sesuai dengan kondisi, urutan & prasyarat, isu-isu di lingkungan, alokasi waktu, dan dapat mengaktifkan siswa; (4) Merancang kegiatan laboratorium/hands-on, menentukan masalah/gejala, memilih alat/bahan, menentukan langkah kegiatan, membimbing sampai kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil; (5) Media, sesuai dengan materi pelajaran, tujuan pembelajaran, dan prinsip pembuatan media; (6) Evaluasi, sesuai dengan tujuan/indikator, merencanakan evaluasi kinerja, menyiapkan kunci jawaban; dan (7) Tampilan fisik dokumen, kebersihan dan kerapihan, serta penggunaan bahasa tulis. Sedangkan kemampuan yang dinilai dalam melaksanakan pembelajaran meliputi (APKG II) meliputi tujuh komponen, yaitu (1) Apersepsi yang dilakukan guru untuk mengawali pembelajaran; (2) Arahan guru kepada siswa untuk melakukan kegiatan laboratorium (hands-on activities); (3) Aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas; (4) Pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran sains; (5) Kemampuan guru dalam pembelajaran; (6) Penilaian yang dilakukan guru terhadap capaian siswa secara individu atau kelas; dan (7) Kegiatan guru dalam menutup pelajaran. Berdasarkan nilai yang dihitung dalam uji-t, skor pretest dan skor posttest para mahasiswa kelompok ujicoba untuk merancang pembelajaran dan untuk melaksanakan pembelajaran diperoleh mean -36,42; standar deviasi 11,37 dan harga t = -13,96. Bila dilihat korelasi antara skor pretest dan skor posttest diperoleh angka 0,149. Sedangkan nilai yang dihitung dalam uji-t, skor pretest dan skor posttest para mahasiswa kelompok uji validasi untuk merancang pembelajaran dan untuk melaksanakan pembelajaran diperoleh mean -30,0000; standar deviasi 18,2923 dan harga t = -8,034. Sedangkan korelasi antara skor pretest dan skor posttest diperoleh angka 0,013. ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 972 2.2.2 Karakteristik Pembelajaran IPA di SD Siswa sekolah dasar adalah sekelompok anak yang berusia antara enam tahun sampai dengan 12 tahun yang diwajibkan untuk mengikuti pendidikan dasar pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa peserta didik berhak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, serta dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Gage & Berliner (1978), dalam mempelajari IPA sebaiknya kepada siswa SD dihadirkan benda nyata atau benda tiruannya untuk memberikan kesempatan kepada siswa menyentuh, melakukan tindakan, melihat dan merasakan benda-benda yang dihadapinya sehingga membantu siswa memperoleh dan memahami konsep yang harus mereka kuasai. Alat bantu yang digunakan untuk pembelajaran IPA di SD tidak harus selalu mahal tetapi dapat juga menggunakan peralatan sederhana yang ada di lingkungan sekitar sebagai salah satu sumber pembelajaran IPA. Kegiatan belajar mengajar yang paling sesuai untuk mengaktifkan siswa agar dapat belajar adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centred). Dalam ini peran guru lebih banyak bertindak sebagai inisiator, motivator, membimbing dan mengarahkan anak untuk sampai pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa harus dilibatkan baik secara fisik maupun secara emosional selama proses pembelajaran berlangsung. Agar suasana pembelajaran seperti ini dapat terjadi, maka guru harus membuat persiapan yang matang, menyusun rencana pembelajaran (renpel) termasuk menyiapkan alat peraga pendidikan apabila diperlukan. Guru yang baik harus dapat memotivasi siswa untuk belajar, dapat mengorganisasikan kelas dengan baik, dapat melibatkan siswa dalam aktifitas pembelajaran, dapat menggali jawaban/respon dari siswa dengan ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 973 memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya probing, dan banyak lagi peran yang lainnya. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, dalam Pasal 1, Ayat 1 disebutkan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Selanjutnya dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007, kualifikasi akademik guru SD/MI atau bentuk lain yang sederajat, harus memenuhi kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari program studi terakriditasi. Sedangkan dalam poin B, dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007, disebutkan ada empat kompetensi utama yang merupakan standar kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. 2.2.3 Model Penyiapan Guru untuk Mengajarkan IPA di SD Hinduan, dkk. (2003), menyebutkan bahwa banyak permasalahan yang dihadapi guru SD dalam mengajarkan IPA, meliputi (1) jumlah siswa SD dalam satu kelas cenderung besar terutama di kota besar seperti Bandung, bahkan ada yang mencapai 70 siswa dalam satu kelas; (2) isi kurikulum terlalu padat, berorientasi pada tuntutan disiplin ilmu dan hanya cocok untuk siswa dengan kemampuan di atas rerata dan superior, guru terpaksa mengejar target kurikulum dan melupakan ketuntasan belajar siswa dalam satu ungkapan “luas 1 km persegi dengan kedalaman satu sentimeter”, perubahan kurikulum nampaknya belum berhasil “melangsingkan kurikulum secara berarti”; (3) pengaruh orang tua murid ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 974 yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan pengaruh negatif; dan 4) perlengkapan dan alokasi dana masih perlu ditata kembali. Dari hasil kajian yang dilakukan oleh tim Direktorat Tenaga Kependidikan (Dittendik) bersama pusat kurikulum, PGRI dan LPTK (2003: 12), menunjukkan bahwa skor kompetensi guru SD untuk semua mata pelajaran di bawah 50%, kecuali Bahasa Indonesia paling tinggi 54%, terendah IPS dan IPA yaitu masing-masing 35% sampai 40%. Studi yang dilakukan Hinduan, et. al. (2001: 1) menunjukkan bahwa ada kecenderungan guru-guru lulusan pendidikan prajabatan D-II kurang mampu mengajar IPA dengan baik karena mereka kesulitan dalam memadukan konsep-konsep IPA dan cara mengajarkannya di SD. Mereka pada umumnya masih kesulitan untuk memilih strategi yang tepat untuk mengajarkan IPA di SD. Pembelajaran IPA untuk anak-anak telah diketahui lebih efektif bila dibangun dengan menggunakan benda-benda konkret sebagai dasar untuk membangun konsep-konsep ilmiah. Para guru hendaknya memiliki pemahaman yang sangat mendalam terhadap materi yang dipelajari bila dibadingkan dengan apa yang akan dikuasai oleh siswa. Apakah sebagai sesuatu yang diharapkan atau tidak, metode mengajar dipelajari melalui contoh yang diberikan. Bila kemampuan untuk mengajar dengan inkuiri menjadi suatu tujuan, maka guru harus merefleksikan semangat tersebut melalui serangkaian kegiatan yang diperlukan. Sebagai contoh, untuk menyiapkan guru mengajarkan rangkaian listrik dengan menggunakan inquiri, kita harus melibatkan mereka pada serangkaian kegiatan tahap demi tahap untuk membangun model kualitatif yang antara lain dapat mereka gunakan untuk memprediksikan dan menjelaskan rangkaian sederhana yang terdiri dari bateri, lampu, dan kabel (McDermott, 2000). ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 975 Hinduan, dkk. (2003) menyebutkan bahwa model pengajaran yang diberikan kepada calon guru SD sebaiknya memenuhi karakteristik berikut. (1) Memadukan pengetahuan tentang konsep-konsep IPA dan pengetahuan tentang cara mengajarkannya; (2) Memberikan contoh konkret tentang cara mengajarkan suatu topik dengan menerapkan teori pengajaran yang akan dibahas pada waktu itu. Contoh itu diberikan dalam bentuk demonstrasi oleh dosen; (3) Pembahasan secara rinci teori yang penerapannya baru saja didemonstrasikan; (4) Memberi kesempatan pada calon guru untuk berlatih memperaktekkannya; (5) Memberikan pengayaan dalam pengetahuan IPA yang diperlukan guru untuk dapat mengajar IPA dengan baik. Senada dengan pendapat tadi, Prasetyo (2004), menyebutkan bahwa strategi perkuliahan terpadu yang melibatkan aktivitas demonstrasi, diskusi, penyusunan rencana pembelajaran, peer-teaching, dan pengayaan tidak memberatkan dan tidak pula merepotkan, akan tetapi justru menyenangkan. 3. Penutup Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, dalam Pasal 1, Ayat 1 disebutkan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Selanjutnya dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007, kualifikasi akademik guru SD/MI atau bentuk lain yang sederajat, harus memenuhi kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari program studi terakriditasi. Sedangkan dalam poin B, dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007, ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 976 disebutkan ada empat kompetensi utama yang merupakan standar kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembekalan bidang studi IPA pada mahasiswa program S1 PGSD melalui PTJJ sebaiknya memenuhi prinsip-prinsip berikut, yaitu: 1) Dilaksanakan secara terintegrasi antara konsep-konsep dasar IPA dan metodologi pembelajarannya; 2) Diberikan contoh langsung tentang pembelajaran IPA di SD; 3) Diberikan peluang sebanyak mungkin kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan mengajarnya melalui peningkatan jumlah dan kualitas pelaksanaan peer teaching; dan 4) Diberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada mahasiswa untuk menerapkan keterampilan-keterampilan mengajar yang diperoleh pada saat peer teaching dalam situasi yang sebenarnya di SD. Apabila tutor bermaksud memberi contoh langsung kepada mahasiswa tentang pembelajaran IPA di SD, maka tidak ada cara lain kecuali tutor yang bersangkutan haruslah betul-betul memahami atmosfer ke-SD-an. Untuk itu, dosen/tutor harus pernah dan bersedia terjun langsung dalam pembelajaran di sekolah dasar. DAFTAR PUSTAKA Beyer, B. K. 1971. Inquiry in the Social Studies Classroom: A Strategy for Teaching. Ohio: Charles E. Merril Publishing Company. Bogdan, R. C., dan Biklen, S. K. 1982. Qualitative Research for Education, An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc. ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 977 Carin, A. A. 1997. Teaching Science through Discovery. 8th edition. New Jersey: Prentice Hall. Curtis, Thomas E., dan Bidwell, Wilma W. 1976. Curriculum and Instruction for Emerging Adolescents. New York: State of New York at Albany. Charbonneau, Manon P., dan Reider, Barbara E. 1995. The Integrated Elementary Classroom. Boston: Allyn and Bacon. ISBN 0-20515462-X. Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. deMarrais, Kathleen B., dan LeCompte, Margaret D. 1994. The Way School Work. A Sociological Analysis of Education. Second Edition. New York: Longman Publishers USA. FKIP - UT 1997, 2002. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG I dan APKG II). Jakarta: Universitas Terbuka. Gall, M.D., Gall, J.P., dan Borg, W. R. 2003. Educational Research. An Introduction. Seventh Edition. Boston: Allyn and Bacon. Gall, M. D. dan Borg, W. R. 1979. Education Research, an Introduction. (Third Edition). USA: Pearson Education, Inc. Hinduan, A. A. dan Setia Adi, D. 1997. Asignment Report Primary School Science Education PPS IKIP Bandung. Departemen Pendidikan dan Kejuruan, Program Pascasarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Unpublished. Hinduan, A. A., et al. 2001. The Development of Teaching and Learning Science at Primary School and Primary School Teacher Education. Final Report URGE Project. Loan IBRD No. 3754-IND Graduate Program Indonesian University of Education: Unpublished. ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 978 McDermott, L. C., Shaffer, P. S., dan Constantinou, C. P. 2000. Preparing Teachers to Teach Physics and Physical Science by Inquiry. Physics Education Journal, 35 (6), 411-416. Mendiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Mendiknas. Mendiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan. Jakarta: Mendiknas. NRC. 1996. National Science Education Standards. Washington, DC: National Academy Press. NSTA. 1998. Standards for Science Teacher Preparation. National Science Teacher Association in Collaboration with the Association for the Education of Teachers in Science. Patton, M. C. 1987. How to Use Qualitative Methods in Evaluation. Newbury Park, California: SAGE Publications, Inc. Ramsey, J. 1993. Reform Movement and Implication to Social Responsibility. Science Education Journal, 77 (2). 235-258. Rustaman, N. Y. 2005. Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia Bekerjasama dengan FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 22-23 Juli 2005. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia. Rutherford, J. F., dan Ahlgren, A. 1990. Science for All Americans. Scientific Literacy. New York Oxford: Oxford University Press, Inc. ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 ISSN 0215 - 8250 979 SNP. 2005. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Bandung: Fokusmedia. Suparman, A., dan Zuhairi, A. 2004. Pendidikan Jarak Jauh Teori dan Praktek. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Sutarno, N., dkk. 2003. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Buku Materi Pokok, PGSD4403/3 SKS/Modul 1-9. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Tuckman, B., W. 1978. Conducting Educational Research. Second Edition. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc. UT. 2005. Pedoman Tutorial Program S1 PGSD (PTS1GSD). Edisi Pertama. Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan Nasional. Wardani, I G.A.K. 1999. Peningkatan Kualifikasi Guru dan Program Penyetaraan. (Diambil dari Kumpulan Makalah Dalam Pendidikan Terbuka dan Jarak jauh). Universitas Terbuka. Wihardit, K. 1997. Kemampuan Kognitif Awal Guru SD Sebelum Mengikuti Program Penyetaraan D-II PGSD. Laporan Penelitian. Jakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka. ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007