PENDAHULUAN Latar Belakang Target konsumsi protein hewani asal ternak yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia adalah 6 g/kapita/hari (Agung, 2011). Konsumsi protein hewani asal ternak penduduk Indonesia pada tahun 2011 baru mencapai 4,19 g/kapita/hari (Santoso, 2011). Daging adalah salah satu hasil ternak yang menyumbang konsumsi protein hewani manusia. Daging dapat diolah dengan cara dimasak, digoreng, dipanggang, diasap atau diolah menjadi produk lain yang lebih menarik (Soeparno, 2009). Upaya peningkatan konsumsi protein hewani dapat dilakukan dengan penganeka ragaman produk daging olahan. Bakso merupakan salah satu produk olahan hasil ternak yang termasuk dalam produk restrukturisasi daging dan sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat di berbagai negara-negara Asia maupun Eropa (Purnomo, 2008). Bakso mengandung nilai gizi yang tinggi karena kaya akan protein hewani yang sangat diperlukan oleh manusia terutama untuk pertumbuhan (Lestari, 1991). Daging yang lazim digunakan dalam pembuatan bakso adalah daging sapi, ayam dan ikan. Penggunaan daging selain dari ketiga sumber tersebut belum lazim dilakukan dan akan memunculkan suatu peluang usaha baru yang dapat menciptakan varian baru produk bakso (Kusnadi, 2012). Sebagai contoh 1 menggunakan daging domba. Penggunaan bahan tambahan baik filler, binder maupun bumbu merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan sehingga produk yang dihasilkan dapat diterima oleh konsumen dalam hal rasa, aroma, tingkat keempukan dan lain-lain. Penambahan bahan pengenyal pada proses pembuatan produk daging olahan seperti bakso dapat memperbaiki stabilitas emulsi dan daya ikat air sehingga kandungan nutrien pada produk bakso tidak mudah hilang pada proses pemasakan serta meningkatkan mutu produk yang dihasilkan (FAO, 2007). Sodium tripolyphosphat, gelatin dan albumen merupakan contoh bahan pengenyal yang dapat digunakan dan diizinkan penggunaannya. Sodium tripolyphosphat (STTP) digunakan sebagai bahan pengenyal karena kandungan bahannya mampu mengikat dan mempertahankan stabilitas emulsi dari adonan bakso sehingga kekenyalan dan keempukan bakso menjadi lebih baik (Soeparno, 2009). Gelatin digunakan sebagai bahan pengenyal karena kemampuannya untuk mengikat air dan membentuk gel sehingga dapat menstabilkan emulsi dan menjaga kekompakan adonan bakso (Imeson, 1999). Albumen digunakan sebagi bahan pengenyal karena bahan tersebut mempunyai sifat membentuk gel jika dipanaskan sehingga dapat mengompakkan daging dan dapat menstabilkan emulsi (Stadelman et al, 1990). Penggunaan bahan pengenyal dengan jenis bahan dan level yang berbeda dapat mempengaruhi kualitas kimia, fisik maupun sensoris bakso yang dihasilkan. Berdasarkan uraian diatas penelitian ini dilaksanakan 2 untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan pengenyal Sodium tripolyphosphat, gelatin dan albumen terhadap karakteristik fisik, kimia dan sensoris bakso daging domba. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sodium tripolyphosphat, gelatin, dan albumen terhadap kualitas kimia, fisik, dan sensoris bakso daging domba. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjang penganeka ragaman produk pangan dalam bentuk bakso daging domba dan untuk mendapatkan bakso yang memiliki kualitas lebih baik dengan pemilihan penambahan bahan pengenyal sodium tripolyphosphat, gelatin, dan albumen berdasarkan karakteristik kimia, fisik, dan sensoris. 3