CARL BILO SMM DAPATKAH MONTFORT MEMBERI JAWABAN ? Dapatkah Montfort membantu kita menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu yang timbul dalam manusia kini? Akibat kemajuan dalam bidang materi, banyak orang dalam masyarakat modern menganggap iman kristiani sudah tidak berguna lagi. Mereka bertanya-tanya apa yang dapat ditawarkan oleh iman untuk membuat mereka lebih sejahtera. Dunia tidak lagi dilihat sebagai karya ciptaan Allah, melainkan hanya sebagai wilayah kerja manusia dan sebagai sarana untuk dimanfaatkan oleh manusia. Walaupun pandangan ini seakan-akan menimbulkan kekosongan dalam hati banyak orang, ternyata dalam lubuk hatinya manusia masa kini pun masih memiliki kebutuhan religius yang sangat mendasar. Situasi aktual menantang manusia untuk bertanya dengan lebih jelas pada diri sendiri apa artinya menjadi manusia beriman. Apakah Montfort dapat membantu kita untuk menjawab pertanyaan ini? Pengaruh zaman Manusia masa kini cenderung bekerja sendiri untuk mengembangkan dirinya maupun dunia sekitarnya, dengan bantuan penemuan ilmu dan teknik, juga melalui undang-undang sosial yang lebih baik dan melalui organisasi-organisasi sosial. Sementara itu ada sejumlah orang yang menemukan bahwa pembebasan sejati manusia dan pembebasan dunia tidak dapat terlaksana tanpa Allah. Tanpa hubungan dengan Allah manusia seringkali merasa tak berdaya dan tanpa harapan. Manusia modern secara khusus membutuhkan Allah yang dialaminya sebagai sangat dekat. Apakah ada sesuatu di sini yang dapat disumbangkan oleh Montfort kepada kita? Pertama-tama kita perlu menyadari bahwa Montfort, walaupun hidup dalam abad ke-17 dan 18, sebetulnya masih menghayati hidup dan berpikir dengan pola abad pertengahan yang teosentris. Manusia maupun dunia belum dihargai menurut nilai otonominya sendiri. Selain itu, Montfort sebagaimana semua orang juga dipengaruhi oleh semangat zamannya. Walaupun Montfort menentang bidaah Yansenisme, ia toh kecipratan sedikit olehnya. Cara Montfort berbicara mengenai keburukan manusia dan dunia bagi banyak orang sekarang terkesan aneh. Namun bila kita berhasil menerobos keterikatan Montfort pada kebudayaan sezamannya, kita akan menemukan bahwa dunia dan manusia mempunyai tempat yang dekat di hatinya. Dengan cara yang mengagumkan ia memperlihatkan bahwa keselamatan dunia tidak begitu saja jatuh dari surga. Kendati doa selalu diperlukan, keselamatan yang dari Allah hanya datang melalui manusia. Itulah sebabnya Montfort begitu giat memperjuangkan nasib orang-orang miskin di dunia. Ia juga menganggapnya perlu untuk mencari pembantu-pembantu pria dan wanita untuk membawa keselamatan Allah dekat pada manusia. Allah dekat pada kita Dalam cara bicara Montfort tidak jarang cukup negatif terhadap nilai-nilai dunia. Sebenarnya melalui gaya bahasa seperti itu ia ingin mewartakan bahwa "hanya Allah" merupakan bagi dia nilai tertinggi dan paling utama dalam hidup. Montfort membawa pesan yang cukup jelas bagi mereka yang menyembah nilai-nilai duniawi sebagai tujuan tertinggi. Dengan pesan itulah ia pernah menggugah hati orang pada zamannya sendiri dan masih terus menggugah hati orang sampai sekarang. Dalam diri Kristus menjadi jelas bagi Montfort bahwa Allah mau membagikan milik-Nya, malahan hidup-Nya dengan manusia. Melalui jalan itu Allah mendekatkan diri pada manusia secara total. Bagi setiap orang yang mengenal Montfort jelas sekali bahwa gagasan Kebijaksanaan Ilahi sangat digemari Montfort. Dalam misteri Allah yang menjelma menjadi manusia, dalam Putra Allah yang menyelesaikan puncak tugas-Nya di kayu salib, Montfort mengalami kedekatan Allah dengan cara yang sungguh berkesan di hatinya. Ia menghayati kedekatan ini dalam doa dan kontemplasinya. Itulah sebabnya Montfort begitu kuat menekankan unsur ini. Apa yang diwartakannya berlaku untuk abad ke-18, tetapi juga masih merupakan pesan inti pewartaan Injil sekarang. Dari sudut ini perlu kita juga melihat tempat penting yang menurut Montfort dalam karya keselamatan diberikan kepada Maria. Juga dalam diri Maria Montfort mengalami Allah sebagai yang sungguh dekat, dan seperti itulah ia juga ingin mewartakan Allah kepada kita. Maka menurut hemat saya, yang paling hakiki dalam seluruh bakti Montfort kepada Maria bukanlah tempat dan perhatian yang disediakan bagi Maria dalam tulisan-tulisannya, melainkan kedekatan Allah pada manusia, sebagaimana menjadi kelihatan dan terasa dalam diri Maria dan akhirnya dalam Yesus. Allah yang menghadirkan cinta dan pengharapan Jika kita peka untuk apa yang dibutuhkan manusia zaman ini, kita menemukan suatu paradoks. Dari satu pihak manusia modern lebih dari pernah sebelumnya terserang oleh gejala kesepian. Karena itu banyak orang merindukan kasih sayang dan afeksi. Dari lain pihak lebih dari pernah di masa lampau manusia dipanggil untuk bertanggung jawab bersama dan menunjukkan solidaritas. Istilah seperti "bersama-sama" hampir-hampir mendapat suatu nilai magis. Oleh karena itu sebaiknya ditekankan dalam riwayat hidup Montfort bahwa hidupnya bersandar pada Allah yang solider dengan manusia. Allah tidak membiarkan manusia merana. Montfort jelas sekali menghayati hal ini dalam kesetiakawanannya dengan orang-orang miskin. Dalam periode terakhir hidupnya, Montfort dengan jelas berbicara mengenai Allah yang dalam Kristus mewahyukan diri sebagai cinta yang menjelma. Zaman kita juga ditandai oleh paradoks yang lain. Banyak orang percaya bahwa umat manusia akan menjadi sama sekali bebas di masa mendatang. Mereka siap sedia untuk melibatkan diri sepenuhnya agar kebebasan ini tercapai, malahan dengan menimbulkan revolusi. Sementara itu juga ada orang lain yang tidak percaya lagi akan masa depan yang cerah. Baik dalam hidup pribadi maupun dalam hidup bermasyarakat mereka merasa sangat kecewa. Kemakmuran material ternyata tidak menjamin kebahagiaan manusia secara memadai. Selain itu mereka prihatin mengenai lomba persenjataan, mengenai pencemaran alam: air, udara, tanah. Mereka bertanya-tanya apakah hidup di bumi ini nanti masih mungkin dilestarikan. Justru bagi kelompok terakhir ini Montfort mempunyai suatu pesan yang aktual. Pengalaman rohaninya bersandar pada keyakinan bahwa kebaikan akhirnya akan mengalahkan yang jahat. Montfort melihat dirinya terbawa oleh arus besar keselamatan yang dari Allah, yang mulai dengan panggilan Abraham dan mencapai puncaknya dalam terobosan kepenuhan pada diri Yesus Kristus, dan yang sejak peristiwa Pentekosta melalui sejarah umat kristiani mengalir menuju penyempurnaannya kelak. Berdasarkan keyakinan mendalam ini Montfort berdoa bagi "para rasul zaman akhir" dan ia mencari pembantu-pembantu yang dipenuhi dengan semangat para rasul ini. Tidak ada apapun yang pernah berhasil menggugurkan keyakinan ini pada diri Montfort, entah itu kekecewaan berat atau kegagalan besar yang ia alami selama hidupnya. Ia tampil di hadapan umat sebagai nabi sejati yang menyerukan pertobatan, namun yang sekaligus hidup dari pengharapan bahwa Allah akhirnya akan menang. Bagi Montfort Maria menjadi saksi pengharapan ini.