Komentar Bagian Satu

advertisement
C
I
N
T
A
dari
KEBIJAKSANAAN
ABADI
KOMENTAR
dan
PENUNTUN STUDI
pada
CINTA dari KEBIJAKSANAAN ABADI
DAFTAR ISI
Komentar Bagian Satu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
Pengantar Monfort dan Bab Pertama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
Topik A – Perkembangan Tradisi Kebijaksanaan . . . . . . . . . . . . . . 5
1. Kitab Suci Ibrani dan Kristiani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2. Pengaruh Yunani Awal – (Agama-agama) “Misteri.” . . . . . . . 10
3. Perkembangan Pasca-Biblis – Gereja Besar “Hagia Sophia.” 13
4. Maria, Gambar Kebijaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
5. Kebijaksanaan Pada Abad Pertengahan
Kemudian: Harta Terpendam . . . . . . . 20
6. St. Louis de Montfort, Nabi Dari Tradisi Yang Hidup . . . . . . 22
7. Bertiupnya Sebuah Angin Baru . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
Topik B – Pengarang – Watak dan Risalat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
Topik C – Cinta dari Kbijaksanaan Abadi“Jaman Akal Budi” . . . 33
Topik D – Tahap-tahap dalam penyusunan CKA . . . . . . . . . . . . . 38
1. Tahap Awal: Draft Pertama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38
2. Tahap Sementara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
3. Tahap Akhir: Sebuah Redaksi Akhir Yang Mungkin . . . . . . . 42
4. Tempatnya Dalam Spiritualitas Montfortan . . . . . . . . . . . . . . 44
5. Maknanya Untuk Abad Ke-21 Ini . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
Komentar atas Bagian Dua\\ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
Topik A CKA dan “Pengetahuan Hati.” . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
Topik B – Tujuh “Pilar” dari “Spiritualitas Kebijaksanaan” . . . . . 53
Topik C – Pola-pola yang lebih mendalam dalam CKA . . . . . . . . 55
Topik D – “Tenunan” yang Berlawanan dalam CKA . . . . . . . . . . 59
Topik E – Mahkota Tiara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62
Komentar – Bagian Tiga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64
Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64
Topik A – Spiral dan Salib dalam Bagian Tiga . . . . . . . . . . . . . . . 65
Topik B – Kebijaksanaan yang Menjelma . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70
Topik C – “Misteri” pada inti semua agama . . . . . . . . . . . . . . . . . 76
Topik D - “Misteri” Kristiani dalam
Mazhab Kardinal de Bérulle . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 81
1. “Pilar-pilar” Mazhab Prancis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82
2. Pencapaian-pencapaian Mazhab Prancis . . . . . . . . . . . . . . . . . 84
3
3. Mazhab Prancis dan “Pendamaian Hal-hal Berlawanan” . . . . 88
4. Bagaimana Mazhab Prancis Menyumbangkan
Beberapa Aspek dari CKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 89
Topik E: Montfort – Manusia Paradoks . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 96
1. Introduksi Seorang Anak Kecil ke Dunia Paradoksal . . . . . . . 96
2. Raksasa Yang Lembut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100
3. Pemberontak Yang Taat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 103
4. Pencinta Salib Yang Riang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 105
5. Santo yang takut neraka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 107
6. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 109
Topik F: Bab Dua belas “Nubuat-nubuat dariKebijaksanaan
yang Menjelma . . . . . . . . . . . . . . . . 110
1. “Injil” Montfort menggambarkan suatu seleksi “radikal” . . . 112
2. Yesus-Kebijaksanaan Melampaui Yesus Historis . . . . . . . . . 116
3. Mempribadikan Perjumpaan dengan Kebijaksanaan . . . . . . 118
4. “Madu dari Batu karang” – Kata kunci dari “Nubuat-nubuat” 120
Topik G: Tentang Misteri Salib . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 134
Bab Tiga Belas dan Empat Belas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 134
1. Dua Kesulitan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 134
2. Salib Dalam Pandangan Montfort . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 138
3. Bentuk dan Simbolisme Salib . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 143
Komentar Atas Bagian Empat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 145
Sarana Untuk Menggapai Kebijaksanaan Abadi . . . . . . . . . . . 145
1. Suatu Tinjauan atas Sarana-sarana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 145
2. Dua Sarana Pertama: Kerinduan dan Doa . . . . . . . . . . . . . . . 147
3. Sarana Ketiga: Rasa Sesal-rindu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 152
4. Sarana Keempat: Devosi Kepada Santa Perawan . . . . . . . . . 161
a. Keuntungan Psikologis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 162
b. Keuntungan-keuntungan Komunal . . . . . . . . . . . . . . . . . . 164
c. Tantangan Pemahaman – Landasan Biblis-Historis . . . . . 166
d. Tantangan Pemahaman – Dimensi Teologis . . . . . . . . . . . 167
4
KOMENTAR BAGIAN SATU
Pengantar Monfort dan Bab Pertama
TOPIK A – PERKEMBANGAN TRADISI KEBIJAKSANAAN
Dalam pelbagai kumpulan tulisan-tulisan suci (Kitab Suci) dunia
ini, ada beberapa yang oleh tradisi-tradisi keagamaan mereka disebut
sebagai “harta-karun terpendam.” Orang-orang Tibet, misalnya,
terutama sekali memakai judul istimewa ini untuk Kitab-kitab yang
tidak diketahui atau tidak dihargai ketika diwariskan dari waktu ke
waktu; tetapi dengan Penyelenggaraan Allah (atau, sebagaimana
dipahami oleh orang-orang Tibet, beberapa kepastian batiniah yang luar
biasa dari si pengarang) menjadi sesuatu yang bersifat profetis untuk
masa yang akan datang. Kemudian, kadang-kadang bisa sampai
berabad-abad kemudian, “harta-karun” itu ditemukan atau ditemukan
kembali oleh sebuah angkatan yang mampu memahaminya. Kelompok
yang akan datang itu mempunyai kebutuhan yang sangat mendalam
untuk mendengarkan pesan-pesannya; dan hal ini akan menjadi sebuah
penampung yang cukup besar untuk menyimpan “mutiara yang
berharga itu.”1 Risalat St. Louis de Monfort, L'Amour de la Sagesse
Éternelle - Cinta dari Kebijaksanaan Abadi (CKA) tampaknya
merupakan kitab seperti itu.
1. Kitab Suci Ibrani dan Kristiani
Untuk memahami betapa tepat saat kemunculannya kembali, kita
harus menempatkan risalat itu dalam arus tradisi yang jauh lebih besar
dari mana dia sendiri hanyalah sebuah arus yang sangat kecil. “Tradisi
Kebijaksanaan” yang muncul secara sangat tidak terduga-duga dalam
Kitab Suci – sepertinya dari beberapa sumber bawah tanah – pasti
1)
Robert Thurman, “Treasure Teachings,” Parabola, vol.xix, No.4, Nov.1944).
5
merupakan tradisi mistik yang tertua di dunia “Barat.” Para ahli
memperkirakan bahwa cita-rasa “kebijaksanaan” (sapiensia, wisdom,
arif, hikmat) ada dalam kira-kira tigapuluh persen dari Septuaginta,
yang adalah versi Yunani dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan yang
menjadi landasan dari Kitab Suci Perjanjian Baru orang-orang Kristiani.
Tetapi karena teks-teks ini sangat jarang dipergunakan di dalam liturgi,
maka kita orang-orang modern pun seakan-akan merasa sedang
mendengarkan pesan yang diingat secara samar-samar dalam bahasa
asing. Rasanya seakan-akan memasuki sebuah negeri asing yang
serentak terasa akrab dengan kita dan membuat kita betah tinggal di
dalamnya. Tatkala St. Louis de Montfort memperkenalkan kembali
kepada kita sumber-sumber alkitabiah ini, harta-karun Kebijaksanaan
pun secara perlahan-lahan menjadi bagi kita laksana sebuah penggalan
atau nukilan yang hilang dari penggalan kisah kita sendiri.
Sebagai contoh, mungkin kita mendengarkan sebuah kisah
penciptaan sebagaimana dikisahkan kepada kita dalam Nyanyian
Kebijaksanaan dalam Kitab Amsal itu. Bagi kita hal ini tampak laksana
sebuah gerbang terbuka ke dalam gambaran Allah sebagai seorang Ibu2
- Dia (She) yang membentuk planet dan atmosfernya dari bentuk dan
pelbagai kemungkinan keberadaannya sendiri. Pada saat yang sama, hal
ini memperlihatkan sebuah kaitan yang sangat kuat dengan pesan abadi
dari Prolog Injil Yohanes kelak, “Pada awal mula adalah Sabda… dan
Sabda itu menjadi daging.”
“TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaanNya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.
Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama,
sebelum bumi ada. Sebelum air samudera raya ada, aku telah
lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air.
2)
Lih. misalnya Yes 49:12-16: dan banyak tokoh-tokoh lainnya dalam Kitab Suci
Ibrani.
6
Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu daripada
bukit-bukit aku telah lahir; sebelum Ia membuat bumi dengan
padang-padangnnya atau debu dataran yang pertama. Ketika Ia
mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki
langit pada permukaan air samudera raya, ketika Ia menetapkan
awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan
deras, ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan
melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar
bumi, aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari
aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di
hadapan-Nya; aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan
anak-anak manusia menjadi kesenanganku” (Ams 8:22-31).
Bahasa yang digunakan dalam tradisi Kebijaksanaan alkitabiah jauh
melampaui sebuah pernyataan teologis sederhana bahwa Allah
menciptakan langit dan bumi. Karena alasan itulah maka di sana
terkandung sesuatu yang sangat penting untuk disampaikan kepada kita.
Pada jaman kita ini, kita diperhadapkan dengan tantangan-tantangan
yang sebelumnya bahkan tidak pernah terbayangkan. Dengan begitu
banyaknya sumber daya planet kita ini dihancurkan di sekitar kita,
maka akhirnya kita pun sangat menyadari bahwa kita ini bertanggungjawab atas ciptaan. Oleh karena itu kita pun mendekati benang merah
sebuah gambaran yang berjanji akan membawa kita lebih jauh menuju
pemahaman kita bahwa Allah hadir di dalam ciptaan.
Kita mendengar pelbagai macam kebenaran yang mengagumkan dalam
kisah Kebijaksanaan tentang sebuah rancangan asali. Misalnya, kita
menemukan bahwa:
• Karena Kebijaksanaan itu Abadi, Allah pun mempunyai wajah
feminin.
• Wajah Kebijaksanaan tertuju kepada jangkauan-jangkauan terdalam
dan terjauh dari kesadaran dan pengalaman manusiawi kita.
• Kita umat manusia ini erat terkait dengan dan tergantung pada
semua makhluk ciptaan yang lain.
7
• Kesaling-terkaitan kita yang erat itu merupakan perwujudan dari
kodrat feminin Allah.
• Allah senang mengumpulkan segala makhluk ciptaan bersama-sama
dalam sebuah jaringan yang tidak dapat dihancurkan yaitu jaringan
kesatuan dengan diri Allah.
• Sukacitanya yang istimewa untuk berada bersama kita tatkala kita
bertumbuh dan berkembang-mekar menuju kesadaran manusia yang
penuh.
Sang Perempuan Bijaksana sungguh-sungguh menuntun kita ke
dalam Kehadiran-Nya yang berkelanjutan pada hati kasih seluruh
perjalanan panjang – sebuah perjalanan yang senantiasa baru dan
senantiasa diperbaharui “sejak awal mula.” Dari waktu ke waktu
sepanjang perjalanan manusia yang mempunyai jangkauan-jangkauan
luas, Kehadiran Kebijaksanaan itu menyembul keluar dari suatu tempat
di mana orang bisa dengan sabar dan penuh perhatian mengamati
pencarian yang kekanak-kanakan dari bangsa manusia. Kemudian Dia
(She) menyingkapkan sebuah Cahaya yang bisa menyoroti kembali ke
masa silam untuk menerangi awal mula kita. Tetapi dia juga
menjangkau ke masa depan untuk menerangi rentang jalan yang
terbentang di hadapan bangsa manusia.
Yesus meringkaskan pesan-Nya sebagai sebuah saat seperti itu yang
mendobrak masuk ke dalam ruang dan waktu kita manusia sendiri. Dia
menggambarkan ajaran-ajaran-Nya sebagai harta terpendam – sebab
mutiara Kebijaksanaan sangat bernilai tinggi untuk mana orang harus
keluar dan menjual segala hal-hal yang lain yang kiranya dapat
memberi arti penting terhadap hidupnya. Yesus pun melangkah lebih
jauh: Dia mewahyukan Diri-Nya sendiri, dalam Injil-injil dengan
banyak petunjuk-petunjuk kecil sebagai epifani Kebijaksanaan yang
terselubung. Hal ini paling baik dilihat dalam tema injil tentang “sabda
bahagia” sebagai ajaran-ajaran Kebijaksanaan, dan dalam penggubahan
yang Dia lakukan sendiri terhadap undangan yang terkenal dari
Kebijaksanaan: “Datanglah kepada-Ku kamu semua yang letih-lesu
8
dan berbeban berat, pikullah beban-Ku (yaitu kemuridan) dan
belajarlah dari Aku sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati, dan
kamu akan menemukan istirahat bagi jiwamu.”3
Pelbagai Pemahaman dan Penemuan
Carilah tiga perbedaan antara kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian
dan kisah yang ditampilkan di sini dari Kitab Amsal 8:22-31.
Lakukanlah ini dalam bentuk tiga pernyataan seperti berikut ini:
Kejadian mengatakan… … .
Tetapi Amsal mengatakan… … dst.
Sangkut-pautnya dengan Hidup
• Ingatlah akan suatu saat ketika engkau menemukan Allah di dalam
ciptaan – ketika suatu benda ciptaan yang sangat biasa tiba-tiba
memancarkan cahaya kehadiran Allah. Tulislah sebuah doa singkat
untuk mengungkapkan apa yang terjadi dan untuk bersyukur kepada
Allah atas hal ini.
• Hidupkan cd-player dan nyanyikanlah lagu Come to Me all you who
labour and are heavy burdened (dari Weston Priory). Lakukanlah
hal ini sebanyak dua kali: yang pertama dengan membayangkan
dalam hati sang Putri Kebijaksanaan dan yang kedua dengan
membayangkan dalam hati, Yesus, sang Kebijaksanaan yang
Menjelma.
3)
Celia Deutsch: “W isdom in Matthew: Transformation of a Symbol”, Catholic
Biblical Quarterly, 36 (1971); dan Elisabeth Johnson, “W isdom W as Made Flesh and
Pitched Her Tent Amongst Us.” Dalam Reconstructing the Christ Symbol: Essays in
Feminist Christology. (ed. Marianne Stevens), Paulist Press, Mahwah, New Jersey,
1993).
9
2. Pengaruh Yunani Awal – (Agama-agama) “Misteri.”
Kenangan akan arus tradisi Kebijaksanaan yang kita warisi melalui
Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru juga sendiri dialiri oleh
banyak air. Eleusinian Mysteries, misalnya, sudah ada, pada jaman
Yesus, suatu “rentang waktu” selama dua ribu tahun - dalam
kebijaksanaan sehingga banyak orang dari dunia Timur Tengah harus
mengalaminya dalam rangka mempersiapkan diri mereka untuk suatu
penglihatan akan Allah-Feminin dan suatu pengalaman akan kelahiran
kembali yang kiranya akan memulihkan kembali keseimbangan dan
kesehatan mereka.4
Ribuan orang mendaftarkan diri menjadi anggota di tempat latihan
di kediaman kuil Demeter (Ibu Bumi) di dekat Athena. Di sana selama
setahun mereka keluar dari rutinitas hidup mereka yang biasa untuk
berlatih disiplin jasmaniah dan batiniah yaitu disiplin untuk pikiran dan
badan. Latihan-latihan ini meliputi doa, puasa, hening (diam,
silentium), tertawa, seni-seni penyembuhan, konfrontasi dramatik atas
bayang-bayang dan ketakutan-ketakutan seseorang itu sendiri, meditasi
tentang kesatuan hidup dan mati, dan aturan-aturan ketat lainnya yang
dipertahankan sebagai teks-teks suci. Menurut Cicero, ritus-ritus dan
transformasi yang mereka tempuh ini, menggambarkan latihan rohani
yang paling mendalam dan paling stabil yang tersedia bagi para warga
Kekaisaran Roma. Sebagai perayaan-perayaan misteri-misteri suci,
upacara-upacara itu berfungsi sebagai pembukaan bagi dewa untuk
masuk menerobos ke dalam hidup dari orang-orang ini.
Maka tidaklah mengherankan bahwa komunitas-komunitas pertama
dari dunia para bangsa (kafir) yang mengidungkan kidung-kidung
kepada Yesus di bawah gelar Kebijaksanaan Allah mungkin sekali
4)
Informasi tentang Eleusinian Mysteries ini, Lih. Carl Kerenyi. Eleusis: Archetypal
Images of Mother and Daughter, Schocken Books, N ew York, 1967. Sumber yang
lebih gampang tersedia bagi umum adalah: Anne Baring and Jules Cashford: The Myth
of the Goddes. Evolution of an Image, Viking, London, 1991.
10
diilhami oleh para pemimpin yang berpengalaman dalam misterimisteri Kebijaksanaan, entah di Eleusis atau di salah satu dari banyak
tempat-tempat suci atau sekolah-sekolah dia yang lain.5
Bahasa Kebijaksanaan muncul dalam “misteri-misteri” – perumusan
secara simbolik, dan komunal dari suatu pengalaman batiniah yang
mendalam yang tidak akan pernah bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Pengalaman akan “hal-hal misteri” ini, lebih daripada pengaruhpengaruh yang lain, mempersiapkan generasi pertama orang-orang
Kristen untuk mewartakan epifani keilahian dalam diri Yesus yang
dibangkitkan. Bagi mereka, kemenangan Dia atas kegagalan,
perendahan dan maut merupakan kepenuhan yang mengacau-balaukan
kebijaksanaan palsu dari dunia, dan mewartakan kelahiran kembali roh
manusia yang disempurnakan dengan kekuatan sang Kebijaksanaan itu
sendiri. “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh
Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan
menguduskan dan menebus kita.”6
Pelbagai Pemahaman dan Penemuan
* Di antara tata-tertib “sekolah-sekolah misteri” Timur Tengah adalah
sbb:
Doa
Tertawa
Simbol-simbol
Puasa
Kerja-tubuh (nafas, diet, Upacara-upacara
bumbu, dll)
Hening
Kerja batin (“mimpi-mimpi, “rahasia-rahasia”
bayang-bayang”)
5)
Elisabeth Schuessler-Fiorenza, In Memory of Her, Crossroad, NY, 1986, pp.188191.
6)
1Kor 1:30.
11
• Mana dari “disiplin-disiplin” ini paling akrab dengan anda
sehubungan dengan “praktek-praktek gereja” atau “pendidikan
keagamaan”?
• Mana dari “disiplin-disiplin” ini tidak begitu akrab dengan anda
sehubungan dengan “praktek-praktek gereja” atau “pendidikan
agama”?
• Berilah komentar anda untuk temuan-temuan anda dalam (a) dan
(b).
* Komentar-komentar Kitab Suci yang lebih tua pada umumnya
menyangkal bahwa ada suatu keterkaitan antara pewartaan Paulus
tentang “misteri” dan misteri-misteri kafir. Tetapi komentar-komentar
modern lebih terbuka terhadap peranan yang kiranya dimainkan oleh
simbol-simbol dan ritual-ritual ini dalam kehidupan para bangsa kafir
kepada siapa Paulus menyampaikan pewartaannya. Mereka
mengatakan: Paulus sadar akan kekuatan dari “misteri-misteri” kafir
itu:
• Dia memahami fungsi-fungsi
penyembuhan mereka.
inisiasi,
transformasi,
dan
• Dia segera memahami nilai mereka sebagai suatu sarana pengajaran
yang dapat membuat orang mampu berangkat dari apa yang sudah
diketahui (misteri-misteri kafir mereka sendiri) ke hal-hal yang tidak
diketahui (“misteri” Kebijaksanaan-Kristus).
Perbincangkanlah keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian dari
melihat “misteri-misteri” yang sudah ada sebagai sarana penginjilan. *
Bahaslah pertanyaan ini: “Apakah Kebijaksanaan itu sendiri hidup dan
aktif di luar Krisitianitas, yaitu, dalam tradisi-tradisi misteri kafir”?
Sangkut-pautnya dengan Hidup
* Pilihlah salah satu dari “tema-tema kebijaksanaan” ini yang
membangkitkan reaksi yang kuat (entah “positif” ataupun “negatif”)
dalam diri anda:
12
a. “wajah feminin” Allah.
b “jaringan kerja” atau “jaringan” dari segala benda ciptaan.
c “tubuh” dan “bumi” sebagai ungkapan-ungkapan dari keberadaan
Allah.
d Kesenangan dan sukacita Kebijaksanaan dalam pertumbuhan kita
ke arah keutuhan?
-
Bagaimana anda tahu (atau bagaimana anda mengalami) tema
yang dipilih?
Apa yang anda rasakan tentang hal ini?
Apakah reaksimu keras atau lembut. Menurut anda mengapa
hal ini demikian?
Unsur-unsur apa dari kebudayaan anda atau pengalaman hidup
anda yang dapat menyumbang kepada reaksi seperti ini?
Bicarakanlah jawaban-jawaban anda dengan seorang teman atau
dalam kelompok-kelompok kecil. Jika jumlah para peserta cukup
banyak, maka sesudah hal ini bolehlah diadakan sharing secara
sukarela dalam pleno yang lebih besar.
3. Perkembangan Pasca-Biblis – Gereja Besar “Hagia Sophia.”
Selama abad-abad permulaan Kristianitas, Kebijaksanaan terus
menyingkapkan diri sebagai harta-karun yang terpendam. Ada saatsaatnya manakala Dia tampaknya sudah secara definitif menembus
surga dan telah turun (ke bumi). Beberapa orang tampaknya memahami
bahwa Kebijaksanaan itu sungguh-sungguh telah memanifestasikan
Diri-Nya dalam kemanusiaan Yesus. Sebagai contoh misalnya, Para
Bapa Gereja yang paling awal, khususnya yang dari Timur, tidak
pernah lupa mengenangkan kemungkinan ini. Origenes: “Kami
percaya…. Bahwa Kebijaksanaan Allah masuk ke dalam rahim
13
seorangperempuan, dilahirkan sebagai seorang bayi, dan menangis
seperti anak-anak (lain) yang menangis.”7
Hanya satu generasi sesudah bertobatnya secara resmi Kekaisaran
Roma kepada Kristianitas, Kaisar Justinianus memulai pembangunan
sebuah kuil agung untuk Kebijaksanaan Kudus (Hagia Sophia). Sebagai
situsnya dia memilih sebuah “cela suci di antara bumi” (yaitu, tempat
yang sering terjadi gempa bumi) di mana para penyembah Ibu Bumi
selama berabad-abad telah merasakan betapa dekatnya kehadirannya
(Sang Ibu itu).8
Tempat itu juga merupakan sebuah “persimpangan jalan”, yakni halhal yang disukai Kebijaksanaan (bdk. Ams 8, dll), di mana secara
harafiah “utara bertemu selatan” dan “timur bertemu barat.”
Sesungguhnya, ini adalah sebuah tanjung bersegi-tiga yang menganjur
(menjorok) ke sebuah terusan sempit yang menghubungkan Laut Hitam
(dalam wilayah Rusia masa kini) dengan Laut Marmara (termasuk
dalam kawasan Mediteranian yang luas). Ini adalah sebuah tempat di
mana seorang petualang dengan berdiri di tepian Eropa dapat melihat
ke arah timur sepanjang permukaan air laut dan melihat cahaya-cahaya
pantai Asia, yang seakan-akan memperdengarkan ajakan mereka.
7)
Origenes, De Princp. 2:6.2. Di sini ada sebuah acuan terselubung terhadap Kitab
Kebijaksanaan 7:1, di mana Pseudo-Salomo berkata tentang dirinya sendiri: “Akupun
manusia yang fana sama seperti yang lain, keturunan orang yang pertama dibentuk
dari tanah. Di dalam rahim ibu aku diwujudkan menjadi daging, dalam tempo sepuluh
bulan aku membeku dalam darah, dari air mani seorang laki-laki dan kenikmatan
yang menyertai seketiduran.” Acuan-acuan lebih jauh terdapat dalam Elisabeth
Johnson, “Kebijaksanaan telah menjadi daging, dan membangun kemah-Nya di antara
kita,” dalam Reconstructing the Christ Symbol, ed. Stevens, Paulist Press, Mahwah
New Jersey, 1993.
8)
Sebagai sebuah pengantar visual dan historis untuk kuil Kebijaksanaan Kudus, lih.
Lord Kinross, Hagia Sophia, Newsweek Publications, Wonders of Man series, 1972.
Untuk pengalaman pribadi seorang peziarah modern, Lih. John S. Dunne, House of
Wisdom, Harper and Row, San Francisco, 1975.
14
Cahaya-cahaya ini selalu dapat dialami sebagai sebuah jaminan hidup
akan jalan yang aman dan mudah ke negeri yang terletak “di seberang
sana.”
Basilika Hagia Sophia sebelum menjadi mesjid
Basilika itu sendiri merupakan perwujudan dari dorongan lembut
tetapi bergairah untuk mengangkat harta-harta karun dunia – marmer
yang langka dan mutiara berkilauan yang tiada tara harganya juga emas
dan perak. Unsur-unsur yang cemerlang-bercahaya ini dipadukan
dengan kesenian-kesenian dan hasil kerajinan yang paling halus dari
seluruh dunia perdagangan Timur Tengah. Dan dengan cara ini – yaitu
dengan mengumpulkan kembali semua hal yang paling berharga dan
paling indah – sebuah mosaik Kristus raksasa sebagai “Pencipta Segala
Sesuatu” dirancang dan dilaksanakan. Sebuah gambar yang
mengagumkan ditempatkan di dalam latas arsitektual yang sangat asli
yang menonjolkan sebuah kubah melengkung dan interior yang gelap
– yang keduanya adalah simbol dari energi-energi feminin Allah yang
laksana sebuah rahim. Dalam Hagia Sophia, selama hampir seribu
tahun, Kebijaksanaan itu bertahta.
15
Tetapi pada kurun sejarah ini waktunya belum terasa matang bagi
suatu pengungkapan teologis yang kompleks dari Kebijaksanaan.
Teologi seperti itu kiranya perlu mencakupkan dalam dirinya sendiri
kesatuan simbol-simbol dan sifat-sifat feminin dan maskulin. Terlebih
lagi, kiranya dia harus menyapa semua tataran – dari yang ilahi sampai
ke yang manusiawi. Kendati didukung Kitab Suci, dan kendati devosi
dari umat biasa, para Bapa Gereja pada abad keempat tidak dapat
memecahkan permasalahan itu. Bagaimana mungkin wajah feminin
dari Kebijaksanaan Abadi secara teologis bisa sejalan dengan wajah
maskulin dari Yesus – sang Kebijaksanaan yang Menjelma sebagai
Putera yang sehakekat dari Bapa?
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa ketika mereka
menterjemahkan Kitab Amsal ke dalam bahasa Yunani, para Bapa
Gereja itu mengikuti tuntunan dari orang-orang Yahudi tertentu yang
hidup di Mesir dan yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran Yunani.9
Mereka membetulkan terjemahkan baris pertama dari Kidung
Kebijaksanaan dalam Kitab Amsal itu sehingga terbaca sebagai berikut:
“Allah menciptakan aku” dan bukannya terbaca “Allah memiliki aku.”10
Dalam keputusan ini dan dalam banyak hal-hal lain yang kecil-kecil
tetapi penting, mereka tidak bisa menyamakan sang Kebijaksanaan itu
dengan Yesus sebagai logos atau Firman.11
9)
Orang-orang Yahudi ini adalah mereka yang berdiam di Alexandria dan tempattempat lain yang sangat dipengaruhi oleh filsafat dan seni Yunani tetapi yang serentak
juga dengan gigih berpegang teguh pada pengalaman Ibrani akan satu Allah. Mereka
kiranya sangat curiga akan aspek-aspek feminin dari Hikmat sebagai sebuah metafor
untuk Allah.
10)
Lih. Ams 8:22.
11)
Lih. Elisabeth A. Johnson, “Jesus, The W isdom of God… .” Dalam Ephemerides
Theologicae Lovainienses, volume 61, no. 4, (1985), pp. 287-289, untuk memperoleh
sebuah ringkasan yang jelas tentang cara Philo dari Alexandria menghubungkan logos
dengan istilah sophos.
16
Kemudian hal ini akan menjadi tema yang problematik dalam tulisantulisan “Para Bapa Gereja” baik Yunani maupun Latin.12
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
* Latihan yang terbaik kiranya adalah mencari sebuah video atau
YouTube atau site atau sebuah buku untuk memperlihatkan dan
menjelaskan keajaiban-keajaiban Gereja Hagia Sophia.
4. Maria, Gambar Kebijaksanaan
Sepanjang Abad Pertengahan, Kebijaksanaan muncul di sana sini
dalam puisi, kidung, seni-seni visual dan dalam beberapa seni-seni
“rahasia” yang kurang begitu dilestarikan, seperti halnya alkemi dan
“geometri suci” dari para pembangun katedral. Di bawah sistem
patriarkal, “masalah” relasi Allah dengan yang feminin semakin banyak
dan banyak diabaikan oleh analisis teologis. Sesungguhnya,
Kebijaksanaan selama abad-abad ini mau tak mau harus menempuh
jalan terselubung.
Namun demikian toh tetap ada sebuah pemecahan parsial yang
dibiarkan muncul ke permukaan melalui devosi khusus yang diberikan
kepada Maria sebagai Bunda Allah dan gambar Kebijaksanaan.13
Secara sangat harafiah, Maria menjadi orang melalui siapa sang
Kebijaksanaan itu terus memancarkan sinarnya. Hal ini tampak
12)
Joan Chamberlain Engelsman, The Feminine Dimension of the Divine, Chiron
Press, W ilmette, Il, 1987, pp. 140-141. St. Louis de M ontfort sendiri lebih menyukai
terjemahan kedua dari Amsal 8:22 yang terasa lebih lancar. Lihat Cinta dari
Kebijaksanaan Abadi 18 dan p. 42, catatan 8.
13)
Saya mulai berbicara tentang Maria sebagai “gambar Kebijaksanaan” sesudah
membaca buku J. S. Dunne, op.cit., p.35 ff. Lihat juga buku Thomas Merton, Hagia
Sophia.
17
terutama dalam katedral-katedral besar di Eropa, yang ke semuanya
dipersembahkan kepada Maria. Di sana devosi kepada Tahta
Kebijaksanaan, yang pada masa-masa silam dipahami sebagai
pangkuan sang Ibunda Ilahi, hampir-hampir mendekati tahta Allah.
Pada saat yang sama, dalam
hampir setiap kasus, di bawah
Katedral (misalnya, seperti dalam
tempat suci bawah tanah di Chartres),
sang Madonna Hitam bertahan hidup
terus untuk mengingatkan kaum
beriman akan sang Kebijaksanaan
“Lama” (dari masa pra-Kristiani).14
Sesungguhnya, dia adalah sesuatu
yang menghubungkan ke masa silam
yaitu ke suatu cita-rasa kuno dan
mendalam akan Kehadiran suci Allah.
Mungkin dia juga merupakan suatu
penghubung ke awal mula, ke tahap
yang bahkan lebih awal lagi dari
perjalanan umat manusia ketika
pengalaman religius dibentuk di bawah tuntunan dan perlindungan Ibu
Bumi.15
“Gua” bawah tanah tempat kediaman Madonna Hitam menjadi
imbangan bagi menara-menara lancip yang menjulang-tinggi dan
jendela-jendela yang penuh bercahaya kemilauan dari Katedral bagian
14)
Gambar pada kulit muka Volume Satu dari terjemahan ini adalah gambar
“Madonna Hitam” ini yang diambil dari ruang bawah tanah Katedral Chartres. Sebagai
seorang seminaris yang sedang dalam ziarah, Montfort melewatkan banyak jam dalam
suasana doa di hadapan representasi kuno dari “tahta” kebijaksanaan itu.
15)
Anne Baring and Jules Cashford, The Myth of the Goddess: Evolution of an Image,
Viking, London, 1991, pp.643-647. Lihat juga China Galland, Longing for Darkness:
Tara and the Black Madonna. Harper, San Francisco, 1989.
18
atas; dia menggambarkan akar-akar bawah tanah dari Allah yang
Feminin, juga kesunyian dan masa kehamilan yang gelap dari segala
sesuatu yang masih harus berkembang-mekar. Wajahnya hitam dan
memancarkan kecantikan yang ajaib; wajahnya itu seringkali
bercucuran air mata. Lengan-lengannya menopang sang Anak dengan
penuh nuansa perlindungan; sementara mahkotanya menampakkan
permata-permata yang telah mengembangkan struktur-struktur
pancaran cahaya kristalin dalam kekelaman bawah tanah.
Dengan mengikuti tradisi Perempuan Bijaksana, sang Madonna
Hitam pun menarik para peziarah terutama sekali selama masa-masa
invasi, kelaparan, dan wabah sampar – sebab dia mempunyai
pengetahuan pribadi akan penderitaan umat manusia. Ketika jalan
sangat kelam dan sangat berbahaya, dia pun menemani anak-anaknya
secara lebih terbuka, seperti Sophia, “bagai bayang-bayang yang
menyejukkan di kala siang dan tiang-tiang api di kala malam.”
Pelbagai Pemahaman dan Penemuan
* Montfort berdoa di hadapan “Madonna Hitam” dari Kathedral
Chartres selama masa peziarahan yang diikutinya beberapa bulan
sebelum tahbisannya. Baca kembali sebuah laporan tentang hal ini.16
‚ Dari laporan ini, apa yang kiranya paling mengesankan anda?
‚ Bayangkanlah bahwa anda adalah Montfort yang sedang berada
di Chartres dan tulislah sebuah doa singkat kepada sang
“Madonna Hitam” itu.
* Contoh lain dari sang “Madonna Hitam” adalah patung Bunda Kita
dari Loretto (Our Lady of Loretto) di mana Montfort berdoa selama
beberapa hari sebelum tahap terakhir dari perjalanannya ke Roma.
Carilah beberapa gambar tempat suci itu dan patungnya.
16)
Tentang hal ini lihat Papasogli, Montfort – a Prophet for our Times, pp.136-138;
bagian ini kiranya merupakan sebuah sumber yang baik yang dapat digunakan di sini.
19
• Bagaimana perasaanmu tentang ide
“Madonna-madonna Hitam”?
• Apakah kamu tahu contoh-contoh lain
dari Eropa atau dari benua-benua lain?
• Apakah kiranya nilai istimewa dari
patung-patung kuno seperti itu (sebagai
sesuatu yang berbeda dari “Madonnamadonna Putih” dari masa-masa
kemudian)?
Black Madonna, Loreto
Sangkut-pautnya Dengan Hidup
• Paus Yohanes Paulus II seringkali dipotret sedang berlutut di kapel
pribadinya di Vatikan dan berdoa di hadapan Ikon sang “Madonna
Hitam” dari Czestochowa. Paus telah mengemukakan tentang
pentingnya ikon-ikon seperti itu untuk “akulturasi” – yaitu
keberhubungan dengan kultur-kultur lain. Apakah menurut kamu
sang “Madonna Hitam” itu dapat membantu dalam kebudayaan
anda? Mengapa ya atau mengapa tidak?
• Carilah sebanyak mungkin patung-patung Maria Montfort.
Keterkaitan-keterkaitan apakah yang anda lihat dengan tradisi
“Tahta Kebijaksanaan” dalam patung-patung ini?
5. Kebijaksanaan Pada Abad Pertengahan Kemudian:
Harta Terpendam
Di antara petunjuk-petunjuk langka yang memungkinkan kita bisa
menelusuri secara lebih jelas lorong yang ditempuh “spiritualitas
Kebijaksanaan” selama kurun abad pertengahan, adalah sebuah
manuskrip berjudul Aurora Consurgens, yang dalam bahasa Inggrisnya
berarti “The Rising Dawn” (Indonesia: Fajar Yang menyingsing). Buku
20
ini adalah sebuah laporan puitis, laksana-mimpi-mimpi tentang
pengalaman sang pengarang akan transformasi radikal. Pertobatan
batiniahnya yang terdalam terjadi di bawah bimbingan Allah Feminin
sebagaimana dilambangkan oleh Perempuan Bijaksana, dan hal ini
diimbangi oleh bimbingan Allah Maskulin sebagaimana dilambangkan
oleh Kristus Tuhan.17
Walaupun para ahli masih mempersoalkan perihal siapa
pengarangnya, toh tanggal dari salinan-salinan yang tersisa dan buktibukti lain mendukung tradisi bahwa pengarangnya adalah St. Thomas
Aquinas, atau paling tidak bahwa orang itu adalah orang yang dekat
dengan Thomas yang mampu menurun-alihkannya sebagai warisan
Thomas.18 Sejalan dengan teori ini, adalah sebuah tradisi yang sangat
terbukti kebenarannya yaitu pengalaman persatuan mistik yang terjadi
pada akhir hidup Thomas; suatu pengalaman yang menuntun dia
mengakui bahwa segala sesuatu yang dia tulis sebelumnya dalam karyakarya teologisnya adalah “laksana jerami” belaka bila dibandingkan
dengan apa yang akhirnya dia “ketahui” melalui suatu perjumpaan yang
langsung, trans-personal dengan bimbingan ilahi-Nya.
Barangkali kemudian, sesuai dengan para penafsir Jungian yang
telah mempelajari secara menyeluruh karya itu pada tataran simbolik,19
Aurora Exsurgens merupakan buah hasil transkripsi dari seorang
sahabat setia tentang laporan akhir Thomas sendiri mengenai
perjumpaan dengan sang Kebijaksanaan Feminin. Apakah dugaan yang
terdokumentasi dengan teliti ini akurat atau tidak, toh manuskrip itu
sendiri bersaksi tentang adanya “harta karun” yang lain, yang arti
17)
St. Thomas Aquinas, Aurora Consurgens, diedit dan dikomentari oleh Marie-Louise
von Franz, Bolingen series LXXVII, Random House, NY, 1966.
18)
Ibid., 407-442.
19)
Penafsiran dan komentar dari M arie-Louise von Franz melanjutkan karya dari Carl
Gustav Jung, yang pertama kali mempelajari manuskrip itu dari suatu perspektif
psikoanalitik dan membiarkan dia merampungkannya sesudah kematian Jung.
21
pentingnya dalam upaya menyingkapkan kekuatan simbolik dari
warisan Kebijaksanaan sekarang ini sampai kepada kita.
Pelbagai Pemahaman dan Penemuan
Thomas Aquinas sangat terkenal karena “isi pengetahuan
kepalanya.” Summa Theologica-nya dalam pelbagai volume yang
besar-besar masih tetap dipelajari dalam seminari-seminari. Tetapi dia
sendiri melukiskan karya utama ini sebagai “jerami tidak berguna”
apabila dibandingkan dengan penemuannya akan pengetahuan hati –
sebuah pengetahuan akan sang Kebijaksanaan itu Sendiri – sebuah
pengetahuan tanpa kata-kata.
• Gunakanlah sebuah drama singkat untuk melukiskan peristiwa ini
dalam kehidupan Thomas (Novel Louis de Wohl, The Quiet Light,
adalah sumber yang baik bagi kisah ini).
• Atau – ambillah sebuah kidung dari Thomas (seperti Pange Lingua
yang lebih dikenal sebagai Tantum Ergo) dan cobalah menemukan
kedua jenis pengetahuan dalam kidung yang telah anda pilih.
6. St. Louis de Montfort, Nabi Dari Tradisi Yang Hidup
St. Louis de Montfort termasuk dalam arus pemulihan kembali
Kebijaksanaan ini. Namun sayangnya, buku-buku yang ditulisnya
diterbitkan jauh sebelum orang mampu memahami dan menerimanya.
Tampaknya panggilan dia seakan-akan mempunyai dua segi:
• Untuk mengedepankan kehadiran Feminin Ilahi pada inti perjalanan
rohani bangsa manusia, dan dengan cara yang khusus
• Untuk menempatkan Kebijaksanaan Feminin pada pusat inspirasi
yang dialaminya untuk menyampaikan warta Injil kepada orang
miskin dan kaum tersisih.
Dua buku utama dari Louis Marie de Montfort – Bakti Sejati kepada
Perawan Maria (BS) dan Cinta dari Kebijaksanaan Abadi (CKA)
22
dengan caranya masing-masing mencoba mengangkat harta-karun
terpendam itu. Kalau kita melihat mereka sebagai karya berpasangan,
maka bersama-sama mereka membentuk suatu keterkaitan antara
devosi kepada Perawan Maria dan devosi kepada Kebijaksanaan Ilahi.
Dalam hatinya Montfort telah mengalami kedua sosok ini sebagai dua
bentuk dari ungkapan tentang “Tuntunan Feminin.” Walaupun secara
teologis dia tetap memisahkan mereka menurut (patokan) ortodoksi
yang ada pada jamannya, toh bagi Montfort sebagai seorang mistikus,
tidak ada suatu titik konflik di antara mereka. Secara intuitif, dari
relung-relung kedalaman jiwanya sendiri dia telah mengedepankan
simbol-simbol penyatu yang menghubungkan mereka.
Dengan suatu cara yang sangat tepat waktu, karya yang paling
terkenal dari St. Louis de Montfort, Bakti Sejati, memenuhi persyaratan
sebagai sebuah “harta terpendam” yang tujuan akhirnya kiranya
memberi sumbangan terhadap proses reintegrasi sang feminin menjadi
gambaran sang ilahi. Walau pun buku itu ditulis dalam kurun lima
tahun terakhir dari hidupnya,20 toh buku itu tetap tidak ditemukan dan
tidak diketahui selama 100 tahun sesudah wafat sang santo. Namun
akhirnya buku itu ditemukan secara kebetulan pada tanggal 22 April
1842, oleh seorang imam Montfortan, Pater Bautureau, pustakawan
Rumah Induk di St. Laurent-sur-Sèvre.21
Tidak lama sesudah buku itu ditemukan kembali, ada hal-hal lain
yang menyenangkan yang kebetulan berbarengan waktu dan tempatnya;
dan hal itu menyebabkan buku Bakti Sejati menjadi bagian dari
kekuatan penggerak lahirnya kembali devosi kepada “Maria Ilahi.” Hal
20)
Tanggal paling awal yang diusulkan adalah musim dingin 1710-1711; tanggal
paling akhir, yaitu antara musim semi dan musim panas tahun 1715. Lihat Montfort,
Oeuvres Completes, Editions du Seuil, 1966, pp. 481-2.
21)
Lihat A. Bossard, “True Devotion,” dalam Jesus Living in Mary: Handbook of the
Spirituality of St. Louis Marie de Montfort, Montfort Publications, Bay Shore, NY, p.
1212).
23
ini mampu menghidupkan orang-orang Katolik yang saleh-berbakti
selama lebih dari seabad sesudahnya, dan barangkali mencapai
puncaknya dalam kultur Katolik selama Tahun Maria pada tahun 1954.
Sebenarnya, buku Bakti Sejti melampaui buku Cinta dari
Kebijaksanaan Abadi selama kurun berkembang mekarnya devosi
marial ini. Tetapi dalam tahun-tahun yang lebih kemudian Mariologi
dari Montfort dikritik oleh pelbagai teolog (termasuk oleh Karl Rahner)
karena diduga mengandung pelbagai ketidak-telitian teologis. Salah
satu contoh penting ialah sebuah ungkapan yang muncul secara spontan
dari hati Montfort – “Maria Ilahi.” Beberapa orang juga menemukan
kesalahan sehubungan dengan model perjalanan rohaninya yang
tampaknya membuang keseimbangan kepasrahan rohani secara
membahayakan ke arah sang Feminin.22 Tetapi dalam refleksi-refleksi
kita tentang buku Cinta dari Kebijaksanaan Abadi, kita akan menggali
kaitan-kaitan yang penting antara kedua buku ini sedemikian rupa
sehingga kesulitan-kesulitan yang disebutkan di atas tadi dapat
dikurangi, kalau tidak diatasi seluruhnya.
Pelbagai Pemahaman dan Penemuan
• Bandingkan BS 15-21 dengan CKA 105-108. Sebutkan tiga
pemahaman yang sama pada kedua risalat itu. Sebutkan satu atau
dua perbedaan yang anda temukan.
• Bandingkan BS 1-12 dengan CKA 106-107. Sebutkan tiga
pemahaman yang sama pada kedua risalat itu. Sebut satu atau dua
perbedaan-perbedaan yang dapat anda temukan.
22)
Karena kesulitan-kesulitan dengan Vatikan, maka Manuskrip setebal 500 halaman
dari Karl Rahner sehubungan dengan masalah-masalah dalam Mariologi kontemporer
masih tetap belum diterbitkan. Namun demikian, kritik-kritiknya mempunyai
pengaruh sangat besar (dan kuat) dalam menyuramkan ungkapan-ungkapan devosi
kepada Perawan Maria dalam iklim terakhir keterlibatan ekumenis.
24
Sangkut-pautnya dengan Hidup
Dari BS 2, 5, 6, 7, dan CKA 106 buatlah sebuah litani dari beberapa
nama-nama pujian Maria:
• Gunakanlah mereka di dalam doa sebagai sebuah litani atau
rangkaikan mereka menjadi sebuah Doa Maria.
• Buatlah sebuah poster atau kolase untuk melukiskan beberapa dari
antaranya.
• Gunakanlah mereka sebagai syair nyanyian; ajaklah sebuah
kelompok musik atau koor untuk mencari (menciptakan) nada bagi
syair-syair itu.
7. Bertiupnya Sebuah Angin Baru
Sejak masa Konsili Vatikan II, jumlah pembaca Bakti Sejati (BS)
semakin mengalami kemerosotan sebab perhatian Gereja tampaknya
telah beralih dari kehidupan batiniah, ke sebuah cita-cita yang lebih
“maskulin.” Dengan ini kita maksudkan suatu cara hidup yang lebih
praktis dan terarah keluar dalam artian bahwa dia mengarah keluar
kepada relevansi sosial dan pelayanan sosial. Dengan fakta ini, dia pun
menjadi kurang terbuka lagi kepada pelbagai ungkapan dari keadaan
dan pengalaman mistik batiniah (internal).
Pergeseran penekanan ini mempunyai banyak akar dan latarbelakangnya; tetapi salah satu di antaranya ialah suatu kecenderungan
di Barat ke arah tindakan mereduksi segala sesuatu kepada pelbagai
rancangan logik dan sistematik. Sesungguhnya ini adalah sebuah
pendekatan yang telah merajalela selama tiga abad terakhir akibat
pengaruh cara berpikir ilmiah. Tetapi bahayanya ialah bahwa dia
cenderung menurunkan atau bahkan menyingkirkan nilai cara-cara lain
dalam rangka mengetahui sesuatu. Teologi baru saja keluar dari kurun
panjang ini; dan selama kurun itu, teologi memusatkan perhatian pada
25
rumusan yang konsisten dari konsep-konsep dan ide-ide, dan, dalam
pada itu, semakin memperpanjang jaraknya dari tradisi-tradisi mistik
yang hidup.
Dewasa ini minat baru akan tradisi Kebijaksanaan sedang menanti
kelahiran kembali sesuatu yang lain: yaitu suatu mistisisme yang
otentik, terjelma, dan mendapat pengesahan secara sosial sebagai suatu
pengimbang yang perlu bagi teologi-rasional. Hembusan angin baru ini
dimeriahkan oleh situasi lingkungan pemikiran yang berubah, dalam
mana ilmu pengetahuan itu sendiri menciptakan ruang bagi
kemenduaan (ambiguitas). Pada jaman kita ini, ilmu pengetahuan
akhirnya dapat mengakui keabsahan dari hasil-hasil yang aneh dan
tidak dapat dipertanggungjawabkan sebagai hasil dari pelbagai
eksperimen dan pengamatannya sendiri. Pada saat yang sama, dia
menantikan saat ketika Alam Semesta akan menyingkapkan tatarantataran makna yang lebih mendalam. Demikian juga halnya dalam
tradisi-tradisi keagamaan ortodoksi sedang belajar menyediakan ruangruang untuk hal-hal yang bersifat paradoks.
Dengan cara ini menjadi lebih mudahlah bagi para pencari hal-hal
rohani untuk membiarkan teologi dan pengalaman mistik berada
bersama-sama dalam kesadaran manusia di bawah sosok-citra penyatu
sang Kebijaksanaan. Sebab kita percaya, dia tahu pola-pola yang bisa
memungkinkan benang-benang pemahaman pada akhirnya menyatu di
dalam sebuah rancangan yang lebih besar.
Maka Spiritualitas Kebijaksanaan pun berusaha menyatukan refleksi
abstrak dengan pengalaman kongkret; dia menuntut suatu penyatuan
hal-hal teologis dan hal-hal yang mistik. Dia merangkul semua yang
bersifat manusiawi: dia tidak mengurangi arti pentingnya upaya
menguji pengalaman rohani dalam hubungan dengan perkembangan
yang sehat dari kehidupan batiniah. Dia juga tidak mengesampingkan
tuntutan-tuntutan akal-sehat dari komunitas manusia yang membantu
mendialogkan refleksi-refleksinya sendiri tentang masalah keadilan dan
kebenaran. Di atas segalanya, dia berusaha, untuk tidak menghancurkan, melainkan untuk membangun iman akan suatu tatanan tertinggi
26
dan akan kesatuan realitas, dalam mana Tuan Puteri Kebijaksanaan
berdiam laksana berdiam dalam kediaman istana-Nya.
Dia hanya menganjurkan agar orang tunduk pada Sang
Kebijaksanaan yang mengajar dan menuntun dengan sabar, yang pada
akhirnya menjanjikan bahwa semua paradoks akan dapat terpecahkan;
tetapi hal itu baru akan terjadi hanya di dalam persekutuan cinta,
pengetahuan yang bercorak Trinitarian, dan dalam permainan roh yang
bebas.
Dengan cara ini, kita orang-orang modern mudah-mudahan bisa
melihat bahwa deskripsi-deskripsi simbolik dari Louis de Montfort
tentang Maria – sebagaimana tampak dalam buku Bakti Sejati (BS),
misalnya sebagai “Model dalam mana Allah dibentuk,”23 mengacu
kepada sebuah sumber ilahi yang tidak lain adalah sang Kebijaksanaan
itu sendiri juga. Semoga dengan cara demikian kita juga bisa
memahami Maria sebagai ungkapan yang nyata dan kelihatan atau
“ikon” dari sang Tuan Puteri Kebijaksanaan itu. Pada jaman kita
sekarang ini, banyak orang berusaha mencari kaitan rohani dan juga
kaitan ilmiah dengan planet Bumi. Kita sedang menuju suatu
pemahaman-jiwa yang baru akan ekologi duniawi dan spiritual dalam
mana kita hidup. Sekarang ini kita semakin lebih menyadari bahwa
dunia alami di sekitar kita, dalam artian tertentu, adalah sebuah
“model” yang membentuk pertumbuhan jiwa dalam diri kita.
Dan oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa, ketika kebutuhankebutuhan jiwa kita mendorong kita untuk menyesuaikan diri dengan
model ini, maka kita pun melihat dengan lebih percaya akan sumber
intuitif di dalam diri kita sendiri. Kita memahami dengan lebih baik
kekuatan intuisi untuk memecahkan teka-teki utama di dalam hidup kita
ini:
• realitas dan hubungan baik dengan Sang Feminin maupun Sang
Maskulin dalam Allah.
23)
Bakti Sejati (BS), no. 129. Montfort menemukan metafor ini dalam Kotbah St.
Agustinus; Sermo 208, inter Opera Sti. Augustini.
27
• Jalan dalam mana spiritualitas dapat digabungkan dengan
keterlibatan aktif dalam penderitaan jaman kita sekarang ini.
St. Louis de Montfort mempunyai keberanian untuk melakukan
pelayaran ke dalam dua macam bidang ini. Sekarang ini kita baru saja
mulai mengapresiasi (menghargai) betapa dia itu sesungguhnya jauh
melampaui jamannya sendiri.
Aneka Penemuan dan Pemahaman
• Berilah contoh-contoh dari jaman kita sendiri tentang cara-cara
bagaimana spiritualitas memberi kekuatan dan motivasi dalam
rangka mengupayakan keadilan dan perdamaian.
• Hubungan-hubungan apakah yang anda lihat antara ilmu
pengetahuan modern dan spiritualitas?
Sangkut-pautnya Dengan Hidup
• Apakah anda merasa bahwa “saat” sang Kebijaksanaan itu telah
tiba? Mengapa ya dan mengapa tidak?
• Dengan gambaran-gambaran Allah macam manakah anda merasa
paling senang? Dengan gambaran-gambaran Allah macam apakah
anda merasa tidak senang? Bagaimana kebudayaan anda telah
mengisi anda dengan ide-ide tentang Allah?
28
Topik B – Pengarang – Watak dan Risalat
Adalah selalu benar adanya bahwa hidup seorang lelaki dan
perempuan lebih besar dari produk kemampuan-kemampuan yang
mereka miliki. Sesungguhnya, dalam musik atau seni seperti halnya
dalam kesusasteraan, pemahaman akan suatu adikarya menuntut bahwa
seseorang masuk secara lebih mendalam ke dalam situasi lingkungan
personal sang seniman itu sendiri, (terutama situasi) pada saat
disusunnya suatu karya cipta artistik itu. Namun setelah mengatakan hal
ini, kita harus mengakui bahwa adalah sangat sulit untuk bisa
menemukan “Sosok Montfort yang historis.” Selama berabad-abad
telah terjadi pelbagai macam perubahan dalam cara-cara orang menulis
biografi-biografi tentang para orang kudus. Pada jaman Montfort
sendiri, misalnya, ada sebuah jenis khusus biografi yang disebut
“biografi pujian;” biografi semacam ini cenderung menelanjangi si
individu dari bayang-bayang kelabu dan kesalahan-kesalahannya
karena hal-hal ini dipahami berdasarkan norma-norma yang ada
(dianut) pada jaman itu. Dengan cara ini, banyak orang suci
sesungguhnya telah dirampas dari individualitasnya oleh para biograf
mereka.
Berbeda dari masyarakat pada jamannya, Montfort adalah seorang
pribadi yang luar biasa dan berkharisma yang memiliki suatu cita-rasa
yang sangat kuat akan diri dan panggilannya yang mengandung daya
dorong tertentu. Tidak mengherankan bahwa dia membingungkan
sesama klerusnya oleh apa yang pada mereka tampaknya sebagai ciriciri yang hampir-hampir bersifat adimanusiawi. Para sahabatnya
cenderung bereaksi kepada dia atau dengan sikap yang sangat berhatihati atau pun dengan pujian yang berlebih-lebihan. Hasil biografisnya
adalah sebuah sosok kepribadian yang dewasa ini tampaknya tidak
wajar (alamiah). Diri Montfort yang sejati tampaknya tetap tinggal
terselubung di belakang layar yang menutup keseluruhan perjuangan
manusiawinya yang sangat nyata. Pada saat yang sama, riwayat-riwayat
dia telah dihiasi dengan gambaran-gambaran kekudusan yang
29
mengkhianati konsep-terpecah akan kekudusan yang telah diterima
begitu saja oleh orang-orang sejamannya. Maka, orang pun menemukan
dalam biografi-biografi yang semula bukan terutama “bayang-bayang”
pribadi Montfort sendiri melainkan bayang-bayang agung dari
jamannya dalam mana dia hidup.
Prancis abad ketujuhbelas pada jaman Montfort benar-benar dalam
keadaan terpecah-belah; banyak sektor kehidupan benar-benar terlepas
dari satu sama lain. Di sini dapat diberikan beberapa contoh saja:
• Cara-cara dan dalih-dalih yang digunakan pengadilan istana
untuk merintangi perasaan dan relasi sejati manusia.
• Gaya hidup yang berlebih-lebihan dari orang-orang kaya dan
orang-orang yang mempunyai hak-hak istimewa, yang seakanakan meneriakkan penyangkalan mutlak akan kemiskinan kaum
mayoritas yang teramat mengerikan.
• Cita-cita keagamaan yang tinggi dan kudus seakan-akan berada
di luar jangkauan dari yang dapat dicapai dengan keberanian yang
sangat nyata, sehingga dia berusaha hidup secara otentik dalam
suatu jaman dalam mana “kehormatan manusiawi” mendominasi
tindakan-tindakan dari sebagian besar orang.
• Agama dilumpuhkan, karena dia dianggap tidak mampu lagi
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari “kaum yang mengalami
pencerahan,” sementara itu dia juga gagal memberikan penjelasan
logis dan rasional tentang realitas kepada kaum yang tercerabut.
• Pada akhirnya, ada suatu kondisi pemisahan dari alam itu sendiri:
hal itu tampak dalam pelbagai tempat-bermain artifisial yang ada
dalam istana-istana dan rumah-rumah para tuan tanah, tampak
juga dalam kehidupan orang-orang kaya yang benar-benar serba
terjamin. Sebagai akibatnya mereka pun benar-benar terpisah dari
kehidupan dalam dunia alamiah.
Kalau dalam iklim dewasa ini, baik dari psikologi popular maupun
psikologi profesional, Louis-Marie de Montfort tampaknya “anehasing” bagi kita, paling tidak kita harus membayangkan kesulitan psikis
yang kiranya telah dia alami dan atasi. Bagaimanakah dia dapat
30
melaksanakan (menghayati) “ketaatan” sementara dia harus berusaha
mengendalikan ekses-ekses kepribadiannya yang bersifat impulsif
(yang diakuinya dengan jelas sebagai rusak) sementara pada saat yang
sama mencoba menemukan jalannya sendiri. Bagaimana dia dapat
menolak nilai-nilai palsu dari masyarakat kelas atas dan pada saat yang
sama berusaha untuk tetap dapat diterima secara sosial?
Untuk mengenal dia secara utuh-menyeluruh, orang tidak usah
terlalu banyak bersandar pada kesan-kesan yang dapat tertangkap dari
para biograf sejaman; melainkan orang harus lebih bersandar pada fakta
semata-mata. Jika demikian halnya, barulah orang dapat memahami
sejauh mana dia telah diturunkan, direndahkan, dan disangkal oleh
hampir setiap orang baik dalam posisi untuk mendukung dia maupun
dalam posisi untuk menilai karyanya. Untuk mengenal dia secara
mendalam, orang harus mulai dengan menerima ketulus-murnian
(kejujuran) dari tulisan-tulisannya sendiri. Di satu pihak, ada ungkapanungkapan dari jiwanya: lagu-lagu dan seni dan puisi juga surat-surat
dan catatan-catatan harian. Di pihak lain, ada risalat-risalat besar yang,
dari perspektif beliau, menggambarkan rencana (program) seluruh
hidupnya. Keduanya harus sama-sama dipertimbangkan secara adil
(seimbang).
Fakta murni (telanjang) dari kehidupan Montfort, menampakkan
banyak kesejajaran dan kemiripan dengan kehidupan Fransiskus dari
Asisi. Seperti halnya Fransiskus, dia melepaskan harta-benda orangtuanya secara publik dan definitif; hal ini secara definitif memutuskan
semua kemungkinan untuk dapat kembali ke kehidupan sosial yang
normal. Dia mengikuti dorongannya untuk menghayati Injil secara
harafiah, dengan memberikan pakaian-pakaiannya kepada orang-orang
miskin. Lagi-lagi seperti halnya Fransiskus, dia pun menulis puisi-puisi
dan kidung-kidung kepada sang Kekasih jiwanya. Bagi Montfort sang
Kekasih ini tidak lain adalah sang Tuan Puteri Kebijaksanaan dan
pengejawantahan-Nya sebagaimana tertampak dalam diri Yesus-YangHidup-Dalam-Maria. Bagi Fransiskus sang Kekasih itu tidak lain adalah
Tuan Puteri Kemiskinan dan persaudaraan dan persaudarian yang
31
meliputi (mencakup) segala makhluk ciptaan. Bahkan Montfort sedikit
jauh lebih besar dari Fransiskus, yaitu dalam hal kemampuan menarik
cinta dan ketaatan banyak orang miskin sementara dia sendiri terus
menerus dicurigai oleh para petinggi Gereja.
Sesungguhnya, cita-cita Montfort sangatlah bertentangan dengan
nilai-nilai yang tidak terbantahkan pada jamannya sehingga dia
mengalami penolakan dari semua pihak.24 Dia menanggapi pelbagai
macam penolakan ini dengan suatu disiplin-diri yang hampir-hampir
bersifat atletik – melalui luasnya penderitaan-penderitaan akibat dari
kekurangan jasmani dan tindakan kepatuhan yang heroik. Sementara
dewasa ini kita justeru mempertanyakan nilai dari praktek-praktek
asketisme yang bersifat ekstrem, faktanya memperlihatkan bukti bahwa
Montfort mampu mencapai suatu penguasaan atas budi dan tubuhnya
sendiri sedemikian rupa sehingga dia selalu tampaknya mampu
memperbaharui harapannya dari relung-relung kedalaman latihan
rohaninya.
Pertanyaan yang nyata adalah demikian: dari mana asalnya daya
tahan yang luar biasa mencolok ini melawan orang-orang yang
dianggap “bijaksana” dari dunia ini? Jika kita mau percaya akan
(perkataan) Montfort sendiri, daya tahan itu tidak datang dari kekuatan
jasmaninya sendiri; juga tidak berasal dari karunia-karunia
kharismatiknya; atau pun dari kehendaknya yang sulit terkendali;
melainkan daya tahan itu berasal dari hubungan rohaninya dengan Sang
Feminin Ilahi, entah disebut sebagai “Kebijaksanaan” atau sebagai
“Yesus Yang Hidup Dalam Maria.”
Pelbagai Pemahaman dan Temuan-temuan
Kita telah menyebutkan lima buah contoh “dualisme” yang menandai
jaman Montfort:
24)
Benedetta Papasogli, Montfort, a Prophet for our Times, (Terjemahan dari edisi
Bahasa Prancis oleh Sr. Ann Nielsen, d.W .,) Montfort Publications, Rome, 1991.
32
‚ Cara-cara dan dalih-dalih yang mencekik emosi yang nyata.
‚ Gaya-gaya hidup yang berlebih-lebihan – “kesenjangan” antara yang
kaya dan yang miskin.
‚ Agama “tidak menyentuh” umat.
‚ Agama tidak mampu menjawab persoalan-persoalan jamannya.
‚ Pemisahan kebudayaan dari alam.
• Dari biografi-biografi Montfort carilah contoh-contoh dari kelima
“pemisahan-pemisahan” dalam hidup di atas tadi.
• Ungkapkanlah, sejauh mana masing-masing dari hal itu
tampaknya masih benar jika dihubungkan dengan jaman-jaman
kita sendiri.
Topik C – Cinta dari Kebijaksanaan Abadi
dan “Jaman Akal Budi”
Selama kurun klasik di Prancis, ada suatu “persaingan sengit” yang
kuat antara akal budi dan pengetahuan intuitif. Benih-benihnya sudah
ada selama masa hidup dan pelayanan Montfort sendiri. Tetapi arti
penting dari “perpecahan besar” itu barulah menjadi matang dalam dua
generasi sesudahnya. Menjelang akhir abad kedelapanbelas barulah
muncul kegeraman dahsyat yang bersifat destruktif melawan simbolsimbol iman.
Ketika “Jaman Akal Budi” dimulai secara resmi, bahkan tanda-tanda
iman yang paling akrab sekalipun, dijadikan sasaran penghancuran oleh
orang-orang-yang-tidak-beriman. Sebagai contoh, ialah upaya
mengganti keterkaitan kalender Barat dengan kelahiran Kristus, sebuah
kalender baru yang memulai kembali penghitungan waktu dengan
Tahun Satu. Bahkan lebih buruk lagi, hampir semua patung-patung
kuno ukiran sang Perawan di Gereja-gereja pedusunan Prancis
(“Madonna Hitam”) dibakar sebagai lambang-lambang dari “takhayul”
masa silam.
33
Dari pengalaman-hidup Montfort sendiri ada sebuah contoh konkret
yang dapat membantu kita untuk menyadari bagaimana bersih dan
mendalamnya pedang kontroversi iman melawan akal budi menembus
struktur-struktur sosial dan keluarga. Di dalam satu keluarga saja ada
“para pemikir bebas”25 yang seringkali terpisah dari umat beriman.
Sebagai contoh, pembimbing rohani Montfort yang pertama adalah
seorang Yesuit, Pater Philippe Descartes, kemanakan dari René
Descartes yang terkenal itu. Pater inilah salah satu dari pembimbing
rohani yang paling mendukungnya. René Descartes dikenal oleh banyak
orang sebagai Bapa Filsafat Modern dan pencipta dan pendukung
“dualisme” dalam ilmu pengetahuan baru pada jaman itu. Tetapi sang
kemanakan, Pater Philippe Descartes, tentu saja berada pada kubu yang
berlawanan dari sang pamannya. Tentang sang Jesuit itu dikatakan
bahwa, “Dia mengajarkan kebijaksanaan spiritual dengan suatu daya
tarik yang kuat kepada hati orang-orang sederhana, dan menghindari
25)
Kata Perancis-nya adalah libertins. Istilah yang sangat populer dan sangat negatif
ini tampaknya telah mencakup pelbagai macam tipe manusia. Dia mencakup setiap
orang yang mencoba mempersoalkan tradisi ortodoks atau untuk melangkaui prinsipprinsip moral dalam perilaku hidup mereka. Label itu pun mencakup kelompokkelompok orang yang sangat berbeda seperti para pembangun model pemikiran ilmiah
modern seperti Descartes, para seniman seperti Moliere dan orang-orang lain yang
mengejek istana kerajaan, dan kaum Calvinis Hugenots. Tetapi dia juga mencakup
kaum intelektual yang menjadi lawan mereka – kaum muda pemuja kesenangan yang
secara terbuka menantang hukum-hukum Gereja yang bersifat restriktif. Barangkali
semua tipe orang-orang ini, mempunyai padanan dalam konteks dunia dewasa ini.
Pikirkanlah, misalnya, tentang para filsuf “dekonstrusi”, tentang para reporter yang
tidak bertanggung-jawab dari media masa, dan tentang kaum intelektual palsu yang
menimbulkan perilaku seksual yang longgar dan keputus-asaan. Pikirkanlah tentang
kaum muda yang mengupayakan segala cara untuk menghindar dari ketakutanketakutan dan tuntutan-tuntutan kehidupan batiniah.
Pada jaman Montfort, penindasan “para pemikir bebas” dengan suatu aliansi yang
kotor antara hirarki Gereja dan mahkota Kerajaan seringkali menjadi suatu penindasan
yang memalukan akan kebebasan suara hati (seperti dalam kasus penyiksaan keji atas
kaum Hugenot). Pemakaian kekuasaan secara sengaja ini menjadi salah satu dari
penyebab-penyebab yang menyumbang kepada munculnya Revolusi Perancis .
34
kebijaksanaan dari para filsuf…. dia cepat menentang nilai-nilai
sekular, dan sebaliknya menekankan tuntutan-tuntutan radikal…. dari
Kristus.”26
Pemikiran Montfort berada di dalam kerangka-kerangka acuan yang
dianutnya sendiri sejak dia masih berusia belasan tahun. Di Kolese di
Rennes dia mengikuti para guru dan model-model peranan yang, seperti
Pater Philippe Descartes tadi, mendorong nilai-nilai Injil yang
tradisional, tetapi juga sekaligus sangat radikal. Kontroversi-kontroversi
pedih yang tampaknya justeru semakin memperburuk keteganganketegangan yang telah mencabik-cabik Prancis selama berabad-abad,
tidak berlaku bagi nilai-nilai Injil tradisional tadi.
Lagipula, sebagai seorang siswa seminari di Paris, Louis membaca
pengarang-pengarang rohani besar pada jamannya dan memasukkan ke
dalam hatinya sendiri tema-tema utama dari warisan Sulpician.27 Dalam
26)
Papasogli, op .cit., p. 33.
27)
Pastor Gilbert mengatakan demikian: “Dalam setiap halaman orang dapat
menemukan para pendahulunya.” “L’Exegese spirituelle de Montfort,” Nouvelle
Revue Theologique, vol. 104, 1982, p. 67. Beberapa dari antaranya adalah sumbersumber yang langsung, seperti St. Jure, De la connaissance et de l’amour de NotreSeigneur Jéus-Christ, Paris, 1634, yang menyumbang banyak bahan untuk Bab satu
dari Cinta dari Kebijaksanaan Abadi, juga untuk Bab Tiga belas yang berbicara
tentang salib. Dalam Bagian Ketiga dan struktur dari tiga “prasarana” pertama yang
dibicarakan dalam Bagian Keempat. Sumber langsung yang lain adalah Pater Amable
Bonnefons (Petit livre de vie qui apprend a bien vivre et a bien prier), Paris 1650,
yang memberi sumbangan besar kepada Bab Dua belas. (Lihat Catatan Pengantar
Untuk Bagian Ketiga).
Sumber-sumber yang lain adalah tidak langsung, seperti sebuah wewangian yang
memasuki spiritualitas kehidupan batiniah Montfort dengan penekanannya pada tematema Inkarnasional dan marial. Untuk sebagian terbesar hal-hal ini diwariskan dari
“Mazhab Prancis” yang dimulai oleh Cardinal de Bérulle dan dilanjutkan melalui
karya dari orang suci Pater Olier, pendiri seminari St. Sulpice pada awal abad ketujuh
belas. Sumber-sumber yang penting diacu dalam catatan-catatan terjemahan ini;
banyak sumber-sumber kecil yang lain diidentifikasi dalam catatan-catatan untuk
terjemahan Inggris dari Cinta dari Kebijaksanaan Abadi (CKA) dalam kompilasi God
Alone (bdk. Op. cit.,) dalam Pengantar untuk Volume Satu.
35
bukunya CKA dia membuat sebuah integrasi yang mendalam dari tematema ini; dan kita dapat melihat betapa hal-hal ini dihayati secara
otentik dalam kesaksian teguh hidup pribadinya: misalnya, devosi
kepada salib, misi kepada orang-orang miskin, dan spiritualitas
Penjelmaan (Inkarnasi), yang dalam tema Sulpician ditunjukkan dengan
ungkapan “Yesus yang Hidup Dalam Maria.”
Tetapi apa yang paling menarik bagi kita dalam introduksi ini adalah
tindakan Montfort yang memakai Kitab Kebijaksanaan sebagai latar
belakang untuk sintesis ini, dan sebagai sebuah kerangka kerja yang
lebih besar dalam mana dia menempatkan upayanya memperluas
pengetahuan intuitifnya, yaitu “pengetahuan hati.”
Inspirasi Kebijaksanaan yang tampak dalam risalat ini jelas-jelas
adalah prakarsa asli Montfort sendiri. Menurut Pater Gilbert, “Adalah
pasti bahwa tidak ada komentar tentang Kitab Kebijaksanaan yang telah
bertahan hidup dari para Bapa Gereja,”28 yang kiranya dapat
mengilhami munculnya sebuah sintesis seperti itu.
Tidak ada seorang pengarang pun dari jaman Montfort sendiri yang
pernah mencoba mengungkapkan sebuah pandangan menyeluruh yang
serupa itu tentang kehadiran Sang Kebijaksanaan:
• dalam penciptaan alam semesta
• dalam kandungan alam yang mendalam dan menopang
• dalam rencana sejarah keselamatan “sebelum inkarnasi.”29
Terlebih lagi, sesudah abad keempat tidak ada seorang pengarang
rohani dari aliran arus utama tradisional telah meneguhkan dengan
sangat kuat dan dengan suatu cara yang sangat langsung, penyamaan
28)
Ibid., p. 684.
29)
“M asalah eksegese rohani dari Montfort akan Kitab Kebijaksanaan adalah sesuatu
yang luar biasa.” Loc. cit.
36
(identitas) dari personifikasi Kebijaksanaan Feminin pra-Kristen
dengan Firman Allah, sang Putera Manusia yang adalah Yesus.30 Oleh
karena itu, kita dapat melihat dengan mudah bahwa lompatan intelek
yang berani seperti itu bersumber dari “pengetahuan hati” yang
membuka pintu budi dan hati Montfort ke jalan-jalan yang belum
pernah dilalui. Walaupun kita mengakui bahwa dalam masa hidupnya
yang singkat dia tidak memperoleh kesempatan untuk menggali secara
mendalam semua jalan-jalan ini,31 tetapi toh dia tetap tinggal terbuka
30)
Seorang pendahulunya mungkin sekali adalah Beato Henry Suso, yang biografinya
dikenal baik oleh Montfort ( CKA 101-102, 132). Karya Suso yang terkenal adalah
The Little Book of Eternal Wisdom; buku itu memang ada dalam perpustakaan St.
Sulpice. Tetapi tampaknya aneh bahwa Montfort, yang mengutip begitu banyak
pengarang, tidak membuat acuan yang dapat diidentifikasi kepada panduan klasik
untuk bimbingan rohani. Tentu saja titik fokusnya menarik bagi dia, sebab titik fokus
itu adalah suatu penyelidikan akan misteri Salib. Gilbert menemukan bahwa “Montfort
tidak menurunkan sesuatu apapun dari bahan yang dia gunakan untuk menulis kitab
ini,” ibid., p. 680. Sesungguhnya, Suso agak bersifat tidak langsung ketika dia
mengidentifikasi Putri Kebijaksanaan dengan Yesus. Sementara dia memulai Bab
pertama kitabnya dengan kutipan yang terkenal dari Raja Salomo, “Dia telah aku
cintai sejak masa mudaku, dan aku memilih dia sebagai mempelaiku,” dia hanya
menyebut dua acuan yang lebih jauh kepada teks-teks Kebijaksanaan. P. Prevost, art.
cit., dalam Dictionaire op. cit., p. 51. Sebagaimana dikomentari oleh seorang penterjemah yang bernama James Clarke, “Para pembicara dalam dialog (antara
Kebijaksanaan dan jiwa) cenderung untuk berselisih dengan peranan-peranan
mereka.” (Introduksi, 771e Little Book of Eternal Wisdom, Harper Brothers, NY, seriseri Classics 17f Contemplative Life, ed. Allison Peers, 1960, p. 13). Singkatnya, ada
sangat sedikit pemakaian metafor dan sifat-sifat yang berlandaskan-gender dalam
karya Suso, juga tidak ada pengaruh yang dapat dideteksi dari Sastra Kebijaksanaan.
31)
M ontfort memilih tema-tema Kebijaksanaan untuk dikembangkan lebih lanjut
dalam ajarannya; Dan justru hal ini menyebabkan Montfort sangat akrab dengan dunia
pengalamannya sendiri ( CKA 12,97,100,.193). Tetapi ada tema-tema lain, yang
diidentifikasinya, dan dia putuskan untuk tidak dikembangkannya lebih lanjut( CKA
84-85, DAN 93-94). Para biograf dewasa ini, yang peka terhadap konteks historis dari
tugas perutusan Montfort dan terhadap kelemahan-kelemahan model kepribadiannya,
mulai menekankan rasa ingin tahunya yang semakin meningkat pada tahun-tahun
belakangan dalam hidupnya dan juga keterbukaannya yang semakin meningkat
37
kepada semua kemungkinan-kemungkinan Kebijaksanaan, apapun
risikonya.
TOPIK D – TAHAP-TAHAP
DALAM PENYUSUNAN CKA
Karya yang sedang kita pelajari dengan tekun dalam tulisan ini, Cinta
dari Kebijaksanaan Abadi , mempunyai sejarah yang sangat berbeda dari
buku Bakti Sejati. Kalau buku Bakti Sejati ditulis belakangan yaitu
dalam tahap-tahap kehidupan misioner Montfort, dari perspektif tahuntahun pastoral dan pengalaman mengajarnya, paling tidak outline buku
Cinta dari Kebijaksanaan Abadi (CKA) ditulis pada awal, yaitu kira-kira dua
tahun sesudah dia ditahbiskan.
1. Tahap Awal: Draft Pertama
Pada awal tahun 1703 Louis-Marie baru saja dipaksa berhenti dari
pekerjaannya sebagai seorang Kapelan di Rumah Sakit Umum di
Poitiers. Di sana dia meninggalkan dua perempuan muda yang
kemudian menjadi pendiri sekaligus anggota dari Putri-putri
Kebijaksanaan (Daughters of Wisdom). Di bawah pengarahannya
mereka mencoba menghayati “kebodohan Injil” di tengah-tengah orang
miskin yang mereka layani. Sementara itu, Montfort datang ke Paris
untuk mencari bimbingan; tetapi awan-awan kegagalan terus
membayang-bayangi dia. Pengalaman pahitnya yang pertama di sana
adalah pengalaman ditolak oleh komunitas yang justru telah mengasuh
dia pada masa-masa pendidikannya.
terhadap pendapat-pendapat orang-orang lain. (Papasogili, op.cit., pp.372-373).
38
Sekarang dia tinggal sendirian dalam sebuah ruangan tua yang sudah
ditinggalkan di bawah sebuah tangga, sangat dekat dengan Seminari St.
Sulpice dan seminari kaum Yesuit. Barangkali dia telah memilih
“tempat retret” ini dengan maksud agar lebih dekat dengan
perpustakaan-perpustakaan dan para pembimbing rohani yang tidak
lama sebelumnya telah menopang dia dalam pencariannya akan
panggilannya yang otentik.32
Selama kurun ini, ada sebuah kesempatan pertemuan yang bisa
mengangkat dia keluar dari kebingungan dan kelumpuhan dan memberi
dia suatu jalan keluar untuk mengimpikan kembali cita-citanya. Dia
bertemu dengan seorang teman akrab dari masa kanak-kanaknya yang
bernama, Claude Poullart des Places; orang ini pun terlibat langsung
dalam mendukung dan menuntun sebuah komunitas para seminaris
miskin yang kemudian menjadi Kongregasi Roh Kudus (Congregation
of the Holy Spirit). Pemahaman di antara kedua imam muda itu
sangatlah akrab sehingga Montfort pun diundang untuk memberikan
serangkaian konferensi-konferensi kepada para seminaris muda Claude,
dengan harapan untuk “menguji-cobakan” ide-ide dan cita-citanya
sendiri.
Sudah diterima umum bahwa penyusunan awal dari Cinta dari
Kebijaksanaan Abadi terjadi selama kurun waktu ini. Karena satu dan
lain hal, surat-suratnya kepada Marie-Louise Trichet pada masa-masa
ini penuh dengan referensi-referensi kepada Kebijaksanaan. Untuk yang
lain-lain, tulisan-tulisan dari Pater Philippe Descartes mengusulkan
32)
Mungkin untuk sementara orang rasanya mengejutkan bahwa Montfort bertugas
sebagai seorang pustakawan selama tahun-tahun hidupnya di Seminari St.Sulpice.
Alih-alih mengikuti kuliah-kuliah teologis, dia lebih suka melewatkan waktunya
dalam Lectio Divina (Bacaan Rohani). Referensi-referensinya kepada sastra Patristik
dan kemampuannya untuk mensintesis tema-tema spiritual utama pada jamannya,
menunjukkan betapa dia tenggelam dalam dunia sastra itu. Sahabatnya Blain berkata
tentang dia bahwa dia “pasti telah membaca setiap karya rohani yang penting” dalam
perpustakaan.
39
bahwa secara tertentu dia mendukung Louis dalam sebuah karya yang
sedang dia lakukan di mana dia menulis tentang Kebijaksanaan pada
tahun 1703-4.33 Walau pun tidak dapat ditetapkan secara pasti,
hipotesis ini memberikan penjelasan yang paling mungkin tentang
konteks penyusunan paling tidak draft pertama dari CKA.
2. Tahap Sementara
Menurut hipotesis yang sama ini, perampungan karya itu kiranya
membuahkan hasil kurang-lebih sepuluh tahun kemudian, yaitu ketika
Montfort kembali untuk membaharui lagi kontaknya dengan komunitas
Roh Kudus, dengan harapan-harapan agar dapat mewujud-nyatakan
impiannya yaitu merekrut “sekelompok kecil para imam.”34 Tetapi
sementara itu apa yang sedang terjadi? Seberapa jauh rancangan agung
kitab CKA itu masuk ke dalam kehidupan misionernya?
Montfort sendiri tidak mempunyai sebuah Buku Harian; dia pun
sangat berhati-hati dengan kehidupan batiniahnya sendiri. Oleh karena
itu, kita hanya dapat menduga-duga saja tentang bagaimana proses yang
terjadi dalam pemikirannya yang mempengaruhi pembentukan risalat
orisinalnya untuk pertama kalinya, dan bagaimana proses itu kemudian
bertumbuh menjadi matang melalui pengalaman hidupnya. Kita yang
lebih menyukai teori dua-tahap dalam proses penyusunannya,
beryakinan bahwa karena originalitasnya yang sangat asli dan
pandangannya yang luas, buku CKA itu pasti merupakan suatu karya
yang sentral bagi pandangan-dunia pribadinya selama tahun-tahun pada
tahap sementara ini.
33)
Lihat tulisan-tulisan dari Philippe Descartes, Bab Dua, p. 60, yang dilaporkan dalam
Bernard Guitteney, Grignon de Montfort: missionaire des pauvres, les Editions du
Cerf, Paris, 1993, p. 202.
34)
Diajukan oleh Pater Marcel Gendrot, yang sebelumnya adalah superior jenderal
Company of Mary, dan seorang arsiparis sejarah Montfortan. Juga ada Komunikasi
personal dengan Barbara Moore.
40
Seperti biji pohon eik raksana, dia mulai menumbuhkan akarakarnya pada masa mudanya selama masa evaluasi-diri dan masa
introspeksi. Di sini dia diberkati dengan rahmat yang berlimpah-limpah
yang seringkali memelihara tunas-tunas panggilan pada masa muda.
Kemudian, ketika mencapai hasilnya dalam bentuknya yang terakhir,
sang imam yang matang itu pun mampu menyempurnakannya dalam
terang pengetahuan eksperiensialnya sebagai seorang misionaris yang
berpengalaman.
Ada petunjuk-petunjuk tentang tahap perkembangan pada masa
antara ini:
• Empat dari Kidung-nya yang paling sering dinyanyikan adalah
lagu-lagu cinta yang sealur dengan tradisi terbaik dari (puisi
cinta) para troubadour Abad Pertengahan; dan kesemuanya itu
ditujukan kepada sang Puteri Kebijaksanaan.
• Kita tahu bahwa dia memahat, atau melibatkan para pemahat
setempat untuk membuat patung-patung dari sang Puteri
Kebijaksanaan Kita.
• Pada bulan April 1708 Kapel di St. Lazare dipersembahkan
kepada sang Puteri Kebijaksanaan Kita.
• Khotbah Montfort tentang “Kelemah-lembutan Yesus”, sebuah
khotbah yang seringkali dia sampaikan selama dia menjalankan
tugas-tugas misinya dan bahkan pada hari sebelum dia wafat,
berasal dari risalatnya tentang Cinta dari Kebijaksanaan Abadi.
Kita masih perlu menguraikan lebih panjang lebar lagi tentang poin
yang terakhir ini. Petunjuk yang sangat penting ini berasal dari Kotbahkotbah Montfort, yang ditemukan dalam rumah Para Bruder St. Gabriel
pada tahun 1842. Nomor 80-90, yang tanggalnya berasal dari dua tahun
terakhir dari tahap kehidupan misionaris Montfort, mengandung sebuah
kotbah tentang kelemah-lembutan Yesus – pasti ini adalah sebuah
kotbah yang sangat sering dia pergunakan dalam karya-karya misinya.
41
Tetapi apa yang menarik kita di sini adalah bahwa isinya – hampir
kata perkata – sama semuanya dengan yang ditulis dalam Cinta dari
kebijaksanaan Abadi, Bab 10 dan 11. Rupanya untuk para petani
sederhana pedesaan kepada siapa dia sangat sering berkotbah, Louis
Marie de Montfort memakai kata “Yesus” daripada kata
“Kebijaksanaan.” Tetapi dia sendiri sangat menyadari bahwa dia sedang
mengkotbahkan pandangan Kebijaksanaan dari masa mudanya. Tentang
hal ini kita tanpa ragu dapat memastikan karena (pada) poin ketiga, subpoin kelima dari kotbah itu terbaca sbb: “Dia adalah Kebijaksanaan –
yang tidak diciptakan dan menjelma. Betapa manisnya!”35
Dalam hal ini adalah tidak mungkin untuk mencapai kepastian mutlak;
tetapi kemungkinan yang lebih besar terletak pada sisi pengaruh
Kebijaksanaan yang sama sekali tidak terlupakan; tetapi sebaliknya hal
itu sangat mempengaruhi spiritualitas dan praxis Louis Marie.
3. Tahap Akhir: Sebuah Redaksi Akhir Yang Mungkin
Ada pelbagai macam petunjuk yang sangat penting tentang Montfort
yang menaruh perhatian penuh terhadap sang Kebijaksanaan selama
dua tahun terakhir dari masa hidupnya.
•
Selama masa kunjungannya yang terakhir ke Seminari Roh
Kudus pada tahun 1714, dia memberi serangkaian pembicaraan
tentang sang Kebijaksanaan.36
35
Montfort, Sermons, (ed. Henry Frehen, SM M), Centre International Montfortain,
Rome, 1983, nos.80-90, pp.32-34. Keterkaitan itu dikutip oleh Ann Nielsen, d.w.
36
Charles Bernard, Vie de M.Louis-Marie Grignion de Montfort, Documents et
Recherches, IV, Centre International Montfortain, Rome, 1981, pp.280-281.
42
• Pada pertengahan tahun 1715 atau awal tahun 1716 dia memberi
patung sang “Kebijaksanaan” kepada komunitas para Puteri
Kebijaksanaan.37
• Adalah juga sangat pasti bahwa, sekitar saat ini, dia memberi
sebuah “buku” tertentu kepada Muder Marie Louise of Jesus.
Apakah buku ini adalah salinan dari Bakti Sejati atau apakah
buku ini adalah salinan dari Cinta dari Kebijaksanaan Abadi?38
Tentang hal ini kita tidak dapat memastikannya; tetapi dari
komentar tentang konstitusi yang dipersiapkan oleh Marie Louise
pada tahun 1759, yakni setahun sebelum dia wafat, kita dapat
memastikan bahwa paling tidak garis-garis besar bagan luas dari
buku The Love of Eternal Wisdom sudah sangat dikenal baik oleh
sang Muder itu dan menjadi sesuatu yang sangat penting bagi
spiritualitas Kongregasi baru itu.39
• Suratnya kepada Marie Louise, yang ditulis sekitar Paskah tahun
1716, yakni hanya beberapa hari saja sebelum wafatnya, penuh
dengan referensi-referensi kepada sang Kebijaksanaan (mirip
dengan surat-surat yang ditulis pada tahun 1703).40
37)
En Direct avec Marie-Louise de Jésus: Écrits et Paroles, Document et Recherches,
XI, Centre International Montfortain, Rome, 1994, p.103.
38)
Apakah ini buku yang disebut dalam Surat no. 15? Lihat, En Direct avec Marie
Louise…, p.50, dan p.135, fn.71-74.
39)
Ibid., pp. 134-136; 142-169 passim.
40)
Montfort, Oeuvres Completes, pp. 81-83.
43
4. Tempatnya Dalam Spiritualitas Montfortan
Bahwa buku CKA mempunyai peranan penting (sentral) dalam
spiritualitas para Puteri sang Kebijaksanaan (Daughters of Wisdom)
mulai dari saat berdirinya pada tahun 1703 sampai masa Revolusi
Prancis, pasti tidak dapat diperdebatkan. Kita sudah melihat arti
pentingnya dalam redaksi Konstitusi-konstitusi dari tahun 1757-1759.
Tetapi pengaruh destruktif dari Revolusi itu sendiri pun, tidak dapat
disangkal. Selama masa-masa ini Rumah Induk dijarah dan dibakar;
banyak dokumen yang penting hilang. Yang jauh lebih mengerikan lagi
ialah bahwa, hampir semua komunitas porak-poranda, tiga puluh empat
orang suster dibunuh, dan 127 orang meninggalkan kongregasi. Dalam
kurun waktu antara wafatnya Marie-Louise dan berakhirnya Revolusi
Prancis, kongregasi kehilangan separuh dari para anggotanya.41
Dari tahun 1810 sampai tahun 1850 ada kenaikan (pertumbuhan) 500
persen dalam jumlah para suster. Orang hanya dapat bertanya-tanya apa
yang telah terjadi pada spiritualitas asli selama kurun ini yaitu kurun
perkembangan cepat yang tidak wajar (alamiah) ini.
Kemudian pada tahun 1842, Superior Jenderal dari (Kongregasi)
para pater montfortan, Pater Dalin merencanakan bahwa para pater
montfortan akan diangkat menjadi para pemimpin retret (dan seringkali
juga menjadi para pembimbing rohani) bagi para Puteri Kebijaksanaan
(Daughters of Wisdom). Tetapi pada tahun yang sama ini, 1842, buku
Bakti Sejati ditemukan, dan secara serempak, dari tahun 1850 sampai
1950 muncullah suatu gelombang devosi Marial yang belum pernah
terjadi sebelumnya yang melanda seluruh Gereja Katolik. Ada satu hal
yang pasti, suatu penekanan yang kuat pada segi Marial pun
diperkenalkan ke dalam spiritualitas Kongregasi.42
41)
Lihat Lepers, M., Les Files de la Sagesse, tanpa tahun, tidak disebutkan
penerbitnya, tetapi tersedia di Rumah-rumah Generalat dari tiga kongregasi
montfortan di Roma, pp.37-59.
42)
B-M.,v.d., Hoef and S.de Flores, “The Daughters of Wisdom,” dalam Jesus Living
in Mary, Handbook… pp.291-2.
44
Selama kurun waktu ini ada sebuah suara tunggal yang diangkat atas
nama sang Kebijaksanaan. Pada tahun 1929, Pater Jenderal, H. Huré,
menerbitkan untuk pertama kalinya “risalat doktriner dari Montfort
yang secara pasti sesuai dengan manuskrip dari buku Cinta dari
Kebijaksanaan Abadi.43
Namun demikian, karena sebagian terbesar buku ini bersifat terbatas
untuk sebuah kelompok yang relatif kecil dari para anggota sang
Pendiri Komunitas-komunitas religius, maka buku CKA pun untuk
sebagian terbesarnya tetap merupakan misteri. Orang menduga-duga
bahwa secara samar-samar buku itu dipahami sebagai sebuah “risalat
mistik” yang diperuntukkan hanya untuk segelintir orang saja.
Komunitas-komunitas Montfortan, yang merasa bahwa kharisma
mereka adalah untuk terlibat dalam karya pelayanan aktif, tampaknya
tidak menganutnya dengan sepenuh hati. Sebenarnya, buku Cinta dari
Kebijaksanaan Abadi baru sangat sedikit diselidiki (digali); dan bahkan
lebih kurang lagi disediakan bagi orang-orang luar. Bahkan seorang
biograf terakhir dari Montfortian Company of Mary, Pater Louis
Perouas, tampaknya meremehkannya, sebab dia mengingatkan para
pembacanya untuk tidak menaksir terlalu tinggi maknanya. Sebenarnya,
sang sejarawan ini menetapkannya ke suatu posisi yang lebih rendah
dibandingkan dengan tulisan-tulisan Montfort dari masa-masa
kemudian.44 Komentar-komenmtar dari beliau ini mengisyaratkan
bahwa spiritualitas sang Kebijaksanaan masih tetap merupakan sesuatu
43)
Art. cit., p. 194.
44)
Jean-Pierre Prevost meneliti pendapat Pater Perouas tatkala pendapat itu sedang
gencar-gencarnya dikumandangkan selama bertahun-tahun; hasil penelitian itu dimuat
dalam artikel “Amour de la Sagesse Éternelle,” yang terdapat dalam Dictionaire de
la Spiritualite Montfortaine, op. cit., p. 59. Dan, menurut Pater Gilbert, op. cit., p. 678,
yang berbicara dalam peranannya sebagai seorang pengamat, “Tidak seorang pun
pernah menganggapnya sebagai salah satu dari karya-karya fundamentalnya.”
45
yang agak memalukan bagi kalangan para teolog.45
“M. Grignion rupanya tergila-gila dengan upaya mencari sang
Kebijaksanaan: sebuah kebijaksanaan yang tidak hanya melulu sebuah
kebenaran yang harus ditemukan melainkan seorang Pribadi untuk
dikenal, yakni sang Putera Allah yang terlihat di bawah bentuk feminin,
sang Kebijaksanaan. Dia bahkan berbicara tentang hal mengambil sang
Kebijaksanaan itu sebagai mempelainya.” “Adalah terasa meragukan,
dan bahkan berbahaya,” lanjut Perouas, “untuk mempertimbangkan
tema-tema (dari CKA) sebagai suatu outline untuk membaca Montfort.
Akan merupakan suatu penyederhanaan yang berlebih-lebihan,
misalnya, untuk mengatakan bahwa Allah-nya Montfort adalah sang
Kebijaksanaan.”46 Kemudian dia menambahkan, dalam sebuah ibarat
(singgungan) yang cukup berhati-hati terhadap “sukacita besar” dari
bahasa Montfort dalam suatu saat entusiasme masa muda.”47
45)
Louis Perouas, A Way to Wisdom, Montfortian Publications, Bayshore NY, 1982,
p.51. Pater Prevost (art. cit., p. 59) mengajukan sebuah poin yang mendukung, yang
dilandaskan pada sebuah konsensus para ahli montfortan masa kini yang secara garis
besar dikaitkan dengan pandangan-pandangan dari Pater Perouas. Stephan de Fiores
dalam artikel yang lain dari Dictionaire: “La Spiritualite Montfortaine” tadi menganut
pendapat yang sama dalam penyelidikannya atas pelbagai sintesis dari Spiritualitas
Montfortan yang telah diajukan oleh para pater montfortan dalam seluruh rentang abad
yang lalu (abad 19).
Hanya Pater H. Huré sajalah, sang superior Jenderal pada tahun 1929, yang memberi
tempat unggul kepada buku CKA itu, dalam mana dia melihat sebuah struktur bipartit
“yang secara teologis kuat” – yang meliputi prakarsa sang Kebijaksanaan pada paruh
pertama, dan tanggapan dari umat manusia pada paruh kedua. Pendapat yang kita anut
di sini sejalan dengan pendapat minoritas dari Pater Huré: “Buku CKA adalah sebuah
buku yang mempunyai kemungkinan berkembang di masa yang akan datang. Dia dan
hanya dia sendiri sajalah yang menyingkapkan bagi kita matriks terpadu dari
keseluruhan Spiritualitas Montfort.”
46)
Ibid., p. 115
47)
Ibid., p. 118, pp. 130-131
46
Seorang biograf yang lain, Bernard Guitteney, yang menulis pada
tahun 1994, mengungkapkan banyak sudut pandang yang sama.48
Tetapi jika kita menangkap kata-kata Pater Montfort sendiri dan
tanpa takut akan kegairahan dan keyakinannya, kita dapat melihat
pentingnya sang Kebijaksanaan itu untuk dia. Sudah barang tentu,
otentisitas sumber yang dia gunakan, tidak boleh dinilai berdasarkan
ketepatan waktunya dalam seluruh proses “perkembangan-“nya,
melainkan menurut kesaksian yang tampak dari pencapaian-pencapaian
yang terjadi sepanjang hidupnya. Seluruh hidupnya harus dilihat
sebagai suatu penglepasan dengan sepenuh-hati dari kebenaran tentang
dirinya sendiri, yang, pada akhirnya, dia singgung kembali pada
pembaktian-dirinya kepada sang Kebijaksanaan Abadi.
Catatan-catatan (keberatan) dari Perouas dan Guitteney tentang
pernyataan mendasar dari seorang santo dan pendiri dua Kongregasi
religius ini tampaknya diajukan dengan sangat berhati-hati.
Bagaimanapun juga, karya Montfort sudah diajukan kepada pengujianpengujian yang ketat berdasarkan tolok ukur kebenaran ortodoks.
Bisakah pendapat ini, yang dianut oleh dua orang murid yang sangat
bersimpati kepada Montfort, tidak berfungsi sebagai suatu contoh yang
jelas dari masa kini tentang betapa dalamnya tempat persembunyian
sang Kebijaksanaan itu selama berabad-abad di mana dia telah
menyimpan rahasia-rahasia-Nya dan kini sedang menantikan saatnya
untuk kembali?
5. Maknanya Untuk Abad Ke-21 Ini
Kemudian kita pun diundang untuk bermeditasi bersama dengan St.
Louis de Montfort, seraya mengakui bahwa dia merupakan garispenghubung yang sangat penting dalam spiritualitas Barat. Dia
menuntun kita kembali ke suatu tradisi spiritualitas sang Kebijaksanaan
48)
Lihat Bernard Guitteney, op.cit., pp. 203
47
yang otentik, suatu spiritualitas yang benar-benar hidup di dalam Gereja
Katolik.
Oleh karena itu, marilah kita mendengarkan dia secara langsung,
dengan telinga hati dan jiwa kita, seraya membuka harta karun
terpendam yang dia singkapkan dengan kelembutan dan sangat hatihati. Marilah kita memperhatikan dampak yang ditimbulkan oleh
bahasa ungkapannya atas diri kita tatkala dia memperkenalkan kita
kepada perwahyuan-perwahyuan diri dari sang Kebijaksanaan itu.
Setelah mencicipi dan merasakan kemanisannya, marilah kita
menanggapi undangan untuk senantiasa mendengarkan, karena katakatanya senantiasa bergema bersama dengan kata-kata sang
Kebijaksaan itu sendiri; dan kata-kata itu akan membangunkan dalam
diri kita tanggapan kita sendiri yang paling personal dan paling otentik
.
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
* Luangkan waktu untuk memeriksa sumber-sumber referensi tentang
arti pentingnya sang Kebijaksanaan itu:
• Dalam kehidupan Montfort
• Dalam kehidupan Marie-Louise
• Dalam sejarah Para Puteri-puteri Kebijaksanaan.
Penilaian apa yang dapat anda berikan sehubungan dengan tempat
kedudukannya dalam spiritualitas Montfortan?
* Jika anda adalah seorang anggota puteri-puteri Kebijaksanaan,
seorang bruder St. Gabriel, atau seorang pater/bruder montfortan,
pertimbangkanlah tempat yang anda berikan kepada buku CKA itu:
• Dalam pendidikan awal anda
• Dalam retret dan masa-masa pendidikan kemudian
• Sebagai sebuah pengaruh yang efektif dalam kehidupan religius
anda.
Bagi-bagikanlah hasil pengamatanmu itu dengan seorang teman atau
dalam sebuah kelompok.
48
* Bagaimana anda melihat masa depan dari Spiritualitas sang
Kebijaksanaan itu, dan khususnya, sumbangan Montfort kepada masa
depan itu? (Janganlah membatasi diri anda pada kongregasi-kongregasi
Montfortan saja, melainkan pertimbangkanlah juga “para pencari
spiritual” yang lain, baik itu orang-orang Kristen maupun yang nonKristen).
49
KOMENTAR ATAS BAGIAN DUA
TOPIK A: CKA DAN “PENGETAHUAN HATI.”
Sebagaimana sudah dikatakan bahwa riwayat hidup Montfort bisa
menjelaskan sesuatu tentang CKA; tetapi CKA juga bisa menjelaskan
sesuatu tentang riwayat hidup Montfort. Karena itu, pasti ada gunanya
kalau di sini kita ajukan sebuah pertanyaan penting: selain dari sumbersumber tertulis, pengalaman-hidup apakah yang memunculkan buku
yang kuat dan penting ini.
Barangkali, seperti dikatakan sementara orang, Montfort dulu tidak
mampu melihat dengan jelas dan sungguh-sungguh memahami betapa
luasnya implikasi-implikasi dari pandanganya sendiri.49 Kalau dilihat
secara psikologis, mungkin hal ini sebagian besar ada benarnya juga.
Tetapi apakah hal itu tidak dibuat demi ide bahwa pemahaman dan
keyakinan Louis memancar keluar dari sumber yang lebih dalam
daripada kesadaran budi dan pendidikannya di seminari?
Apakah Louis tidak menulis berdasarkan “pengetahuan hati” seperti
yang selalu diulanginya? Apakah tidak masuk akal untuk menduga
bahwa dia sungguh merasakan sukacita “nafas kekuatan”
Kebijaksanaan yang mengangkatnya keluar dari krisis panggilan?
Sebab ketika dia mulai menulis risalatnya, dia tiada henti-hentinya
mencoba menyingkapkan untuk apa Allah memanggilnya dan mau buat
apa dengan imamatnya. Sebenarnya, saat itu dia adalah pemuda terasing
yang berada di persimpangan jalan hidupnya.50
49)
J. P. Prevost, art. cit., p. 59 meringkaskan pendapat terkini dari ahli montfortan
Pater L. Perouas: “W alaupun dia mengakui watak asli dari teologi yang diungkapkan
dalam CKA, dia tidak mau melihat di dalamnya suatu sintesis dari spiritualitas
montfortan…. Agaknya dia melihatnya sebagai peristiwa yang sedang berlalu dalam
perkembangan montfortan, suatu tanda jasmaniah dari krisis masa muda… . (produk
dari) suatu kombinasi dari terobosan psikologis, jaman yang matang, dan penemuan
intelektual.
50)
Lihat Komentar ini atas Bagian Satu, pp.33-35 untuk informasi tentang latar
belakang biografis dari penyusunan CKA.
50
Sebab dia meninggalkan Poitiers pada tahun 1703 di bawah awan
kebingungan, antara sukses dan gagal. Sekarang di Paris lagi-lagi dia
merasa berada dalam situasi yang membingungkan dan pedih. Di satu
pihak, dia direndahkan dan ditolak di depan umum oleh para pemimpin
rohaninya yang terdahulu di komunitas St. Sulpice. Tetapi, di pihak
lain, dia diterima dan dihargai sebagai guru rohani dalam komunitas
muda dan sedang bertumbuh, yaitu komunitas Roh Kudus.
Haruskah kita heran kalau kegairahannya menulis selama kurun ini
berasal dari sumber yang lebih mendalam daripada hiruk-pikuk prinsipprinsip spiritual yang bertentangan pada jamannya? Sesungguhnya, inti
inspirasi untuk bab-bab ini dari CKA tidak diambil dari salah satu
mazhab-mazhab tradisional tempat dia belajar. Tidak berasal dari
mazhab Bérullian, Sulpician, ataupun Jesuit; juga tidak dari mistik
Spanyol atau Rhineland. Akhirnya, juga tidak berasal dari kaum
skolastik abad pertengahan, juga tidak dari para penulis rohani lain di
masa silam yang buku-bukunya telah dia baca secara luas dan
mendalam di perpustakaan seminari.
Berdasarkan sejarah dan pengaruh CKA di kemudian hari, tidakkah
kita harus simpulkan bahwa hal ini berasal dari Kebijaksanaan itu
sendiri?
Tidakkah kita harus siap menghormati saat ini dalam kehidupan
Montfort sebagai “terobosan harta terpendam?” Apakah Pater Montfort,
seraya melihat kembali hidupnya, tidak merasa senang mencatat betapa
lembut dan tenangnya Kebijaksanaan itu masuk ke dalam pandangandunianya. Di dalam tempat pribadi itu, di dalam relung kedalaman
kalbunya sendiri Dia “berayun-ayun dengan lembut dan kuat dari satu
ujung ke ujung yang lain” tetapi tanpa mengganggu percikan
pengalaman dan pemikiran yang sudah kokoh pada tempatnya.
Tentu mungkin saja untuk membayangkan dia sedang merayakan
bersama kita “terobosan”-Nya yang kedua di masa yang akan datang
tatkala Kebijaksanaan mulai berbicara lagi “dengan suara-Nya sendiri.”
Sebab bagi kita orang modern Dia tentu berbuat demikian pada tataran
yang lain dari keagungan, kerumitan, kekuatan, kemanisan, dan
51
kehadiran-Nya dalam sebuah dunia yang cakrawalanya merentang jauh
melampaui batas-batas pemikiran abad ke-18. Ada banyak cara untuk
menemukan pusat, sebagaimana ilmu pengetahuan modern menunjuk
pada banyak pusat atau “pelbagai daya penarik asing” dalam semesta
yang semakin berkembang-meluas. Dari perspektif kita, pusat risalat
Montfort, mungkin juga sebagian besar dari seluruh pandangan
spiritualnya, ada dalam Bagian Dua ini, tampak paling jelas dalam
karyanya yang paling asli dan kreatif.
Barangkali, untuk dapat diperhitungkan di antara para “pencari
harta” dalam saat yang teramat berbahagia ini, orang harus
meninggalkan beberapa “harta-miliknya yang paling berharga.” Dengan
kata lain, untuk benar-benar masuk ke dalam Spiritualitas
Kebijaksanaan kita masing-masing ditantang untuk mengubah cara
“pandang” kita dan, sebagai akibatnya, juga cara “hidup” kita. Tentu
usaha ini berat! Syukurlah, risalat Montfort sangat membantu dalam
memberi cara-cara melakukan transformasi agar terasa “manis” dan
“berhasil.”
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
Dari biografi yang tersedia bacalah kembali kehidupan Montfort
antara tahun 1700 sampai 1703. (Kalau bisa, bacalah juga surat 3
sampai 11 dalam God Alone).
• Keragu-raguan apa yang ditanggulangi Louis sesudah tahbisannya?
• Kesulitan, penolakan, dan kegagalan apa saja yang dia alami?
• Pengalaman apa saja yang dia punyai dengan perempuan dan
dengan ciri feminin hidup ini?
• Rasa tertarik apakah yang dia ungkapkan kepada Kebijaksanaan?
Bicarakanlah dalam kelompok kecil bagaimana faktor-faktor ini
mempersiapkan dia untuk mengalami dan mengungkapkan keindahan
dari Kebijaksanaan sebagai sebuah jalan rohani.
52
Sangkut-pautnya dengan Kehidupan
• Siapkan waktu yang cukup untuk refleksi pribadi. Bagaimana
peristiwa tertentu dalam hidupmu mempersiapkan anda
menghadapi pengalaman tak terduga-duga akan Allah?
• Ungkapkanlah pengalaman-pengalamanmu dalam kelompk kecil.
• Dalam pleno, ungkapkanlah apa yang berguna atau membantu
dalam sharing kelompok anda.
TOPIK B – TUJUH “PILAR” DARI “SPIRITUALITAS
KEBIJAKSANAAN”
Dalam Amsal 9:1 kita baca: “Hikmat telah mendirikan rumah-Nya,
menegakkan ketujuh tiangnya.” Dengan memakai gambaran ini sebagai
ajakan kita akan berhasil mengambil dari harta-karun-Nya “hal-hal baru
dan lama.” Para pencari spiritual pada jaman kita sendiri yang kacau
balau ini telah menemukan bahwa tema-tema yang kuat berikut ini
menyatu secara mengagumkan dalam “Rumah Kebijaksanaan.”
Semuanya diusulkan dengan lembut atau dinyatakan dengan lantang
dalam Bagian Dua dari CKA Montfort.
T ia ng
01.
02.
Harta Karun Kebijaksanaan
G ambaran-gambaran
“Mencari Harta Karun”
A llah baik
CKA
Doa kontemplasi yang mengalir
maskulin maupun feminin.
dari persatuan mereka.
Apresiasi hidup sebagai “jaringan”
Penemuan
yang menyatukan semua ciptaan.
m e n c ip takan
Kebijaksanaan
“ja rin ga n ”
yang
31.
31-34.
dan
berdiam di dalamnya.
03.
Ciptaan
sebagai K ebijaksanaan
“yang sedang bermain.”
M engungkapkan
kehadiran
Kebijaksanaan dari relung terdalam
kreatifitas dalam diri kita sendiri.
53
32-33,
44.
04.
Kebijaksanaan sedang bekerja dalam
Membuka diri kita kepada pelbagai
22, 47,
tradisi agama-agama lain di dunia
jalan Kebijaksanaan.
62-66.
“Karya batin” – Enneagram.
29, 35.
Kebijaksanaan sangat “manis dan
Mengembangkan pelbagai kemam-
2
lembut” tetapi juga “perkasa dan
puan komplementer kita.
52-3.
ini.
05.
Pelbagai rancangan Kebijaksanaan
untuk
keanekaragaman
perubahan
dalam
dan
kepribadian
manusia.
06.
lantang.”
07.
0 ff.
61, 66.
Kebijaksanaan sebagai teman dan
Mencicipi “manisnya” Kebijaksa-
59, 61.
pembela kaum miskin.
naan dalam melayani orang miskin.
Bgn III.
Dengan kesabaran dan kehendak baik semua tema-tema ini dapat
ditemukan dalam Bagian Satu dan Dua dari CKA, sebab semua sumber
dan inspirasi mereka berakar dan disiram dalam Kebijaksanaan.
Beberapanya jelas merupakan objek-objek perhatian Montfort (tiang 1,
7). Yang lain berada di luar cakrawala kesadarannya, tetapi mengalir
secara kesinambungan dengan pandangannya (tiang 2, 3, & 6). Banyak
yang memainkan peranan aktif dalam hidupnya, mungkin tanpa
diupayakannya dengan sengaja. Beberapanya menyentuh masalahmasalah yang menariknya, atau paling tidak menarik perhatiannya, walau
mereka tidak bisa digali secara mendalam pada jaman dia hidup (pilar 4,
5).
Pertanyaan mendasar bagi para pembaca CKA di kemudian hari ialah:
Bagaimana kita dapat membaca karya itu dalam semangat Montfort?
Apakah dia memutuskan untuk “membekukan” karyanya sebagai nubuat
yang selesai dan tidak dapat disentuh lagi? Atau apakah dia mendorong
eksplorasi penuh akan semua tema yang muncul dari “harta karun” yang
ingin sekali dia sharing-kan? Apakah dia tidak menafsirkan CKA sebagai
54
cetak biru untuk karya yang akan dilakukan di abad-abad yang akan
datang? Apakah dia tidak menganggap Kebijaksanaan itu sebagai
tuntunan abadi untuk selamanya?
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
• Periksalah “tiang-tiang” yang dibentangkan dalam tabel tadi sambil
mendoakan nomor-nomor sumber yang ada pada kolom terakhir.
• Sendirian atau dalam kelompok:
· Buatlah sebuah tabel kecil dengan dua kolom:
Kolom 1: Sudah Saya Ketahui (yaitu, sebelum membaca CKA).
Kolom 2: Baru Buat Saya.
· Renungkanlah masing-masing ketujuh tiang itu secara terpisah
dan tulislah nomornya dalam kolom satu atau dua, tergantung
mana yang cocok.
• Sekarang pikirkanlah “tiang-tiang” yang benar-benar baru untukmu:
! Untuk mengilustrasikannya, berilah contoh-contoh untuk masingmasingnya dari kehidupan sehari-hari.
! Jelaskanlah bagaimana tiang itu menyampaikan sesuatu yang
penting atau berguna dalam kultur tempat engkau hidup?
Sangkut Pautnya Dengan Hidup
• Dari ketujuh “harta karun terpendam” itu mana yang paling menarik
bagimu? Mengapa?
• Mana yang kiranya sulit anda terima pada saat ini? Carilah alasanalasan untuk penolakan itu.
TOPIK C – POLA-POLA YANG LEBIH MENDALAM
DALAM CKA
Cara lain untuk memikirkan penjalinan tema-tema dalam Bagian Dua
adalah dengan membayangkan semacam anyaman. Pola ini dapat dilihat
55
dengan sangat baik kalau kita memandang paragraf pertama dan terakhir
masing-masing bab. Kata-kata kunci pun sepertinya merajut dan
menganyam tema-tema dengan cara iluminasi gaya-Keltik.
UNTAIAN “ANYAMAN” DALAM CKA – BAGIAN DUA
1. Siapa dapat menjelaskan Kebijaksanaan?
2. Betapa dalam, betapa padatnya Kebijaksanaan Allah? Siapa dapat
menjelaskan ASAL-USUL Kebijaksanaan kepada kita? Orang yang
menjelaskannya kepadaku akan memperoleh hidup kekal.
3. Sesudah KEABADIAN dalam keintiman relasi-Nya dengan Allah
kekuatan Kebijaksanaan pertama pun memancar keluar….
Dalam kejatuhannya, Adam putus asa… Tidak ada sesuatu pun dapat
memperbaiki keadaannya.
4. Kebijaksanaan sangat tersentuh oleh kemalangan Adam dan anak
keturunannya. Oh Tuhan, orang-orang yang menyukakan Dikau
SEDARI AWAL MULA, disembuhkan oleh Kebijaksanaan. Baiklah
sekarang kami berseru: “Beribu-ribu kali berbahagialah jiwa dalam
siapa Kebijaksanaan menemukan kediaman-Nya!”
5. Dia memerintah seluruh dunia dengan kemanisan dan kekuatan… Dia
lembut dalam pendekatannya…. Kalau dia menyertai maka tidak ada
kecemasan…
Setelah (melihat) keindahan, keunggulan dan harta karun Sang
Kebijaksanaan, siapa yang tidak akan mengejar-Nya dengan segala
kekuatannya? Terutama karena Dia adalah HARTA KARUN YANG
TAK TERBATAS yang diperuntukkan bagi umat manusia dan karena
Dia sendiri mempunyai kerinduan yang tak terbatas untuk
menyerahkan Diri-Nya kepada umat manusia.
6 Ada ikatan kemesraan antar umat manusia dan Kebijaksanaan yang
sangat mendalam sehingga tidak dapat dipahami.
Kebijaksanaan Adalah Untuk Setiap Umat Manusia dan Setiap Umat
Manusia Adalah Untuk Kebijaksanaan.
Kalau kita tahu apa yang dibuat HARTA KARUN TAK TERBATAS
56
dari Hikmat bagi kita umat manusia kita pun akan mendesah siang dan
malam bersama Dia; kita akan terbang ke ujung-ujung dunia.
7 Tetapi bagaimana kita dapat memilih yang lain selain HARTA KARUN
YANG BERLIMPAH-LIMPAH?
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
1. Pelbagai tema meretas masuk melalui teks ini seperti warna-warna
yang berbeda-beda muncul berulang-ulang kali dalam sebuah kain
tenunan atau anyaman pita aneka-rona. Salinan teks yang ada di halaman
berikut ini dan bagian atas halaman ini. Dalam kerja pribadi atau kerja
kelompok, soroti atau garis bawahi setiap “anyaman” atau tema dengan
warna yang berbeda:
- awal mula, keabadian, asal-muasal. (MERAH).
- Bencana – perpisahan dari Kebijaksanaan (UNGU).
- Tindakan dan Ciri Kebijaksanaan (KUNING atau ORANYE).
· tindakan-tindakan (penyembuhan, karunia, dll).
· ciri-ciri (kedekatan dengan Allah, simpati, dll).
- Kebijaksanaan sebagai harta karun (HIJAU).
- Tanggapan kita (carilah Kata Kerja) (BIRU).
Lalu buatlah sebuah rancangan dengan memakai warna dan kata-kata
ini.
Sangkut-pautnya Dengan Hidup
2. Salah satu kata kunci dalam untaian anyaman itu adalah “harta
karun.”51
< Dapatkah anda mengidentifikasi satu “harta karun” dalam hidupmu
sendiri? Di manakah dia?
< Apa simbol yang baik untuknya? Gambarkan atau lukiskan dia!
51)
Kita mencatat juga bahwa kata “harta karun” digunakan lebih dari 1000 kali dalam
Complete works dari Montfort (edisi Prancis).
57
< Tengoklah ke masa silam untuk menemukan di mana dan kapan dia
mulai menarikmu. Bagaimana anda mendapat pemahaman (ide)
pertama anda akan dia? Apa “yang menumbuhkan benih” “harta
karun” itu dalam kerinduanmu.
< Bagaimana kita tidak tertarik lagi akan “harta” itu?
< Bagaimana dia memanggil kita lagi? Pernahkah dia muncul kembali
kepadamu dalam bentuk lain?
< Apa cara anda untuk menemukan harta karunmu dan bergantung
padanya?
3. Dengan daya kreatif, tim formasi (atau yang lain) dapat menciptakan
suatu “pencarian harta karun” yang sesungguhnya dengan memakai
petunjuk yang dibuat berdasarkan ucapan bahagia atau “ucapan
kebijaksanaan” yang lain.
4. Cara memulainya dapat dilakukan dengan pelbagai cara.
< Cara sederhana adalah masuk kembali, kembali, dan kembali lagi ke
dalam ingatanmu, ke ingatanmu yang paling awal. Apa itu?
(Lukiskan secara rinci situasi lingkungannya, perasaan yang
menyertainya, dll. Bagaimana awal mula yang khusus ini muncul
kembali ke permukaan terus menerus dalam hidupmu?
< Cara lain ialah menelusuri salah satu aspek hidup (harapan, sukacita,
kemarahan, dukacita, kepercayaan, putus-asa, dll):
· pengalamanmu yang terbaru akan hal-hal ini.
· Beri satu atau lebih contoh-contoh semula
· Salah satu yang paling awal yang bisa anda pikirkan.
Lalu berilah tanggapan yang tepat (tindakan ritual kecil, surat, puisi,
doa) untuk menghormati awal mula dari aspek hidup ini dalam dirimu.
5. Dalam kebudayaan di mana tarian, drama, dan lagu, masih bersifat
spontan, ciptakanlah sebuah tarian menenun atau menganyam untuk
merayakan anyaman-anyaman yang ditemukan di dalam teks.
58
TOPIK D – “TENUNAN” YANG BERLAWANAN DALAM
CKA
Di sini kita gali lebih dalam pemikiran yang sudah ada dalam
Introduksi Bagian Dua. Apa yang paling menarik dalam drama timbultenggelamnya hal-hal yang jelas bertentangan dalam spiritualitas
Kebijaksanaan, sebagaimana sungguh-sungguh terjadi dalam hidup kita,
adalah efek harmonis dari hal memandang “keduaan” dari hal-hal yang
bertentangan yang terus menerus dirajut menjadi “kesatuan.” Misalnya,
pertimbangkanlah hal sbb:
Beberapa pasangan hal-hal yang berlawanan yang diulang dalam
Bagian Dua
· Kekuatan dan kemanisan.
· Kekuatan dan kerahiman.
· Keagungan dan keakraban.
· Ilahi tetapi berada “bagi umat mnusia.”
· Transenden dan berdiam di sini.
· Melampaui komunikasi tetapi berkomunikasi.
· Abadi dan Menjelma.52
Marcel Gilbert, yang sudah disinggung dalam Introduksi Bagian
Dua,53 mengagumi gambaran dan cita-cita yang penuh kekuatan ini yang
sarat dengan ketegangan antara hal-hal yang bertentangan. Di sana dia
melihat pemahaman Montfort yang mendalam akan teologi Kitab
Kebijaksanaan. Bahwa Montfort menemukan misteri yang mendalam ini
jauh sebelum kebangkitannya kembali dalam sorotan studi ilmiah modern
dan sebelum kesadaran baru akan yang feminin merupakan suatu
52)
Tentu kita dapat menambahkan pada daftar itu “maskulin dan feminin,” yang dijalin
secara sangat jelas dan juga sangat lembut yang tidak dperhatikan oleh sebagian besar
para komentator terdahulu. Beberapa orang yang sadar akan hal ini mencoba dengan
hasil yang paling kaku untuk “menetapkan” metafor ganda menjadi metafor tunggal
dari kepriaan. Apakah mereka berpikir “inkonsistensi” dalam pronoun yang dipakai
Montfort disebabkan oleh kekeliruannya?
53)
Lihat Volume Satu dari terjemahan ini, hal.35-36.
59
pencapaian yang mengagumkan.54
Tetapi ada beberapa kesulitan.
Kesulitan pertama ialah bahwa tak seorang pun dapat menghadirkan
secara penuh “drama hal-hal yang berlawanan” karena hal ini masih
belum disingkapkan. Benar bahwa baik Pater Montfort, maupun penuntun
spiritualnya, Pseudo-Salomo, misalnya, tidak selalu konsisten secara
teologis. Hal ini mungkin karena mereka tidak dapat menyingkapkan
kepada para pembaca seluruh makna diri mereka dan apa yang mereka
pikirkan, mereka ketahui atau ingin mengetahui keberadaan
Kebijaksanaan dan rancangan-Nya yang kreatif.
Kesulitan kedua ialah bahwa banyak orang tidak dapat dengan mudah
merangkum pelbagai gambaran Allah dalam kalbu mereka pada saat yang
sama – khususnya bila hal-hal ini tampak kontradiktoris. Pada masa
Pseudo-Salomo sendiri, rasanya komunitas Yahudi tradisional, sadar atau
tidak, menyembunyikan diri mereka dari cahaya patriarkal yang sangat
kuat. Mereka menghormati kesulitan-kesulitan besar yang telah dialami
oleh banyak kaum beriman Yahudi khususnya dalam berhadapan dengan:
# beberapa gambaran Allah yang tidak begitu dikenal dalam Kitab
Suci mereka sendiri,
# beberapa gambaran Allah yang mempunyai sejarah dalam dunia
Yunani di luar tradisi mereka sendiri,
# dan bahkan dengan pemakaian gambar ketika berbicara tentang
ke-Allah-an.
Demikian juga pada jaman Montfort: kiranya benar bahwa dia
memikirkan konteks kebijaksanaan sebagai presentasi yang masih agak
maju dari puncak-puncak dan kedalaman spiritualitasnya. Kiranya dia
mengetahui bahwa tidak semua orang dapat melihatnya dengan mudah,
khususnya tidak bagi rakyat pedesaan di wilayah misinya yang
mempunyai sedikit sekali kemungkinan untuk membaca Alkitab.
54)
Untuk survei historis, lihat Anne Baring dan Jules Cashford, The Myth of the
Goddess: Evolution of an Image, Viking, 1991. Dan untuk survei psikologis, lihat
E.W hitmont, The Return of the Goddess, Crossroad, 1982.
60
Demikian juga pada jaman sekarang ini: kita berjalan perlahan-lahan
tetapi dengan peluang lebih besar ke wilayah ini yang memberi kita
banyak cahaya dan banyak kenikmatan. Kita percaya sebagaimana halnya
Pater de Montfort, bahwa Kebijaksanaan-lah yang paling baik
mengetahui bagaimana menyusun kesempurnaan dari perwahyuan-diriNya. Dan bersama Dia, kita menangkap terlebih dahulu bahwa “orang
yang menjelaskan kehendak-Nya akan menikmati hidup yang kekal.”
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
Penting memikirkan apa yang dimaksudkan dengan “mendamaikan”
hal-hal yang berlawanan. Yang dimaksudkan bukan mencampurkan
“hitam” dan “putih,” misalnya, untuk menghasilkan abu-abu.
Dalam proses ini “hal-hal yang berlawanan” itu tetap mempertahankan
identitasnya sendiri. Tetapi “hal-hal yang berlawanan” itu bertumbuh dan
menjadi lebih besar melalui relasinya dengan “yang lain.”
Sebagai contoh, ketika hujan sumber-hidup turun ke bumi, maka bumi
tetaplah bumi dan air tetaplah air. Mereka bukan sekadar pasangan yang
bekerja sama sebab mereka saling meresapi satu sama lain. Mereka tetap
sebagai dirinya sendiri, tetapi bersama-sama mereka menghasilkan buahbuah baru.
Dalam arti itulah, tidak ada cahaya tanpa kegelapan dan tidak ada
kegelapan tanpa cahaya. Mereka bermain bersama dan mempercantik
satu sama lain. Ingatlah selalu pikiran-pikiran ini ketika anda melakukan
latihan-latihan berikut.
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
1). Beri contoh praktis untuk masing-masing ketujuh pasangan hal-hal
yang berlawanan yang ada dalam Topik D (dua halaman di depan).
2). Temukan pasangan hal-hal yang berlawanan yang lain dalam CKA.
3). Jika anda tahu sistem Enneagram secara keseluruhan:
# Tarian berlawanan apakah yang bersitegang satu sama lain ketika
nomor-nomor tertentu saling mendekati?
61
# Manakah beberapa sifat berlawanan dari poin-poin yang diperlukan
oleh sebuah komunitas agar dapat berfungsi secara maksimal?
Sangkut-pautnya Dengan Hidup
4). Jika anda tahu nomor Enneagram-mu, pasangan berlawanan manakah
yang anda temukan dalam nomormu?
TOPIK E – MAHKOTA TIARA
Masih mungkin juga untuk mendeteksi pola-pola interior yang
barangkali menyingkapkan sesuatu tentang sukacita Montfort akan
keindahan bentuk dan struktur.
Sebagai contoh, Bab Dua, Tiga, dan Empat tampaknya membentuk
satu unit yang cocok dengan tema-tema dari Mahkota Tiara Perawan
Maria:
# Mahkota Keagungan
# Mahkota Kekuatan
# Mahkota Kasih-kelembutan.55
Tetapi dalam hal ini, tentu Mahkota Tiara diterapkan pada
Kebijaksanaan. Ini adalah contoh terkemuka tentang banyak gambar
melalui mana Maria – sebagai “gambar” yang kelihatan – berfungsi untuk
mencerminkan Kebijaksanaan.
55)
Mahkota Tiara terbuat dari tiga “untaian-kembang” yang jalin-menjalin, yang
masing-masingnya mengandung duabelas Salam Maria. (BS 26). Doa-doa Salam
Maria itu diselang-selingi dengan litani puji-pujian yang ditujukan kepada Perawan
Maria. Rupanya, mereka dilandaskan pada “duabelas bintang” dalam penglihatan St.
Yohanes (W hy 12:1-8). Ini adalah praksis yang sangat terkenal, yang dianjurkan oleh
para orang kudus dan misionaris pada masa itu. Montfort mempelajari hal ini dalam
jurnal seminarinya dan cukup menghargainya untuk mengantar versi modifikasi
daripadanya (“Mahkota Kecil”) menjadi doa pagi dari para Puteri-puteri
Kebijaksanaan. Dewasa ini kita menyadari bahwa hakekat “Tiga tingkat” dari
Kebijaksanaan Ilahi mempunyai akarnya dalam mitologi-mitologi yang sangat kuno,
dan bahwa dia dibangkitkan oleh kontemplasi akan lingkaran natural dari
pembaharuan hidup itu sendiri.
62
“Ikon” dalam simbologi Yunani bukan hanya sebuah “gambar” dalam
artian biasa dari kata itu. Ikon adalah representasi yang mengundang
kontemplasi. Melalui kontemplasi kekuatan dan kekudusan nyata dari
pribadi atau misteri yang dihadirkan memancar keluar ke arah pengamat
yang tekun berdoa.
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
1). Lihatlah “Mahkota Kecil” dari Montfort Petunjuk-petunjuk apakah
yang anda temukan:
a. Keagungan,
b. kekuatan,
c. Kasih kelembutan.
2). Ucapkanlah Doa Mahkota Kecil sebagaimana adanya – atau tulislah
kembali dalam kata-kata yang lebih modern, kemudian doakanlah
bersama-sama.
3). Apa artinya ungkapan Maria adalah “ikon” Kebijaksanaan?
a. Carilah beberapa teks “kebijaksanaan” yang diterapkan oleh liturgi
Gereja kepada Maria. (Lihat Misa untuk St. Perawan Maria dalam
buku Misa dan/atau dalam Ofisi untuk St. Perawan Maria).
b. Bagaimana mereka merupakan Kebijaksanaan sejati?
c. Seberapa jauh mereka benar tentang Maria?
Sangkut-pautnya Dengan Hidup
4). Dengan cara apakah Maria merupakan “ikon” Kebijaksanaan bagi
anda? Gambarkanlah dia, atau susunlah sebuah doa singkat
daripadanya.
63
KOMENTAR – BAGIAN TIGA
Pengantar
Ketika kita mulai mempelajari Bagian Tiga dari Risalah St. Louis-Marie
de Montfort, kita berdiri di pintu gerbang menuju ranah yang baru sama
sekali. Kita mau meninggalkan Kitab Kebijaksanaan yang menjadi latar
belakang untuk sebagian terbesar dari Bagian Dua. Setelah diperkaya oleh
pemahaman-pemahaman yang kita peroleh di sana, kita lalu mengikuti
ketika sang santo menyingkapkan manifestasi baru yang mengagumkan
dari Kebijaksanaan Yang Menjelma.
Dalam Bab Satu sampai Delapan, kita menjumpai spiral yang pertamatama sebagai pola makna. Pada pelbagai tataran luas yang berbeda, kita
mencicipi kemanisan dari Kebijaksanaan dalam asal-usulnya, kodratnya,
dan efeknya.56 Sekarang dalam Bab Sembilan sampai Tujuhbelas, kita
akan mengetahui spiral itu lebih baik sebagai pola transformasi spiritual.
Tatkala kita berbuat demikian, mudah-mudahan pelbagai pola dimensi
baru akan tampak menjadi terang.
Bagian ini merupakan bagian terpanjang dari Komentar kita; dalam
tradisi Kebijaksanaan yang terbaik, dia mengambil dari khasanahnya halhal lama dan baru.
Spiral dalam Bagian 1 dan 2
Spiral “yang diperluas” dalam
Bagian 3 & 4
* perjalinan lingkaran (pengulangan
ritmik) dan garis lurus (gerakan
maju melalui ruang dan waktu).
* Salib pada pusat pola spiral.
* Spiral sebagai tarian yang
mendamaikan hal-hal berlawanan.
* Spiral dan salib sebagai pola
transformasi.
56)
Lihat Volume Satu terjemahan ini, hal. 37-39, 107-108, dan 172. Lihat juga Bagian
Dua, Topik D dari Volume ini.
64
* Kebijaksanaan Abadi sebagai * Jesus, Kebijaksanaan Yang
p e n d a m a i d a r i h a l - h a l Menjelma, sebagai “pendamai halberlawanan.
hal berlawanan”
* Spiral sebagai “harta * Spiral dan ‘misteri’ pada inti
terpendam” dari Kebijaksanaan. semua ‘agama.’
Setelah “merasakan” pemahaman-pemahaman fundamental ini dalam
teori, kita ambil waktu untuk mencicipi dampaknya dalam praktek
dengan:
• menemukan kehadiran mereka dalam “Mazhab Prancis” dari
Kardinal de Bérulle yang sangat mempengaruhi Montfort secara
mendalam.
• Menggali ‘tarian dari hal-hal berlawanan’ dalam evolusi rohani
Montfort sendiri.
• Menggali ‘harta terpendam’ dalam ‘Nubuat-nubuat Yesus’ (Bab
12) dalam terang ‘misteri,’ ‘spiral,’ dan ‘Salib.’
• Mengkonfrontir ‘salib’ itu sendiri dalam pengalaman Yesus,
Kebijaksanaan Yang Tersalib, dan menemukan bagaimana polapola tersembunyi dari tradisi kebijaksanaan membangun
‘jembatan’ menuju pengetahuan dan kebutuhan-kebutuhan dari
pencari spiritual dewasa ini.
TOPIK A – SPIRAL DAN SALIB DALAM BAGIAN TIGA
Pada tataran personal yang paling dalam spiral itu adalah pola DNA
dengan mana kita masing-masing dibentuk sebagai manusia unik.57
Dalam skema penciptaan kosmik yang luas dia adalah pola mendasar
57)
Lihat Jill Purce, The Mystic Spiral: Journey of the Soul, Thames and Hudson, New
York, 1974, cetak ulang tahun 1985, pp.13,24-28.
65
dengan mana galaksi kita bergerak melewati waktu dan ruang.58 Arti
pentingnya dalam dunia jasmani tidak dapat ditekankan secara
berlebihan; fungsinya dalam perjalanan rohani juga tidak dapat
diremehkan. Sebab pada level roh kita manusia ini terus menerus di
ditarik ke dua arah. Secara serentak kita rindu akan Allah sebagai awal
mula nostalgia keberadaan kita (penciptaan) dan sebagai tujuan
kerinduan kita yang paling bergairah (persatuan mistik). Dia adalah
poros spiral itu yang menghubungkan keduanya, sebab “dalam tujuanakhir kita terletak awal-mula kita dan dalam awal mula kita terletak
tujuan-akhir kita.”59
Dari posisi-Nya di pusat kasat mata pola spiral, Kebijaksanaan ilahi
terus melaksanakan peranan-Nya sebagai pencipta dunia. Dalam Yesus,
Kebijaksanaan yang Menjelma, Dia melaksanakan peranan yang lebih
kompleks sebagai orang yang mengubah dunia (world-transformer).
Dengan mengatasi hukum-hukum pembusukan, pembagian, dan
penyusutan, Kebijaksanaan Yang Menjelma menyampaikan melalui
misteri-misteri-Nya persediaan tenaga yang tiada habis-habisnya, dan
sebuah gudang penampungan yang tak terbatas dari kemungkinankemungkinan baru. “Dari akhir hingga akhir memerintah segala sesuatu
dengan kuat-kuasa dan dengan lembut,” Dia terus menerus merangkaikembali rancangan agung-Nya dengan memerintahkan “batas-batas
terluar” untuk memperluas cakupan mereka pada setiap pembalikan
suksesif dari spiral yang senantiasa berkembang.
Tetapi tidak sesuatu pun dari hal-hal ini terjadi tanpa penderitaan;
spiral itu tidak mungkin tanpa Salib.
Dalam Bagian Tiga kita menjumpai untuk pertama kalinya Salib
sebagai sebuah struktur tersembunyi dalam interior spiral itu. Untuk
melihat bagaimana kehadiran konstruktif ini terjadi secara simbolis,
pertama pertimbangkan pola salib itu dalam bentuknya yang paling
sederhana, sebagai sosok simetris yang dipahat dalam sebuah lingkaran
58)
Ibid., pp.13-14.
T.S.Eliot, “Four Quarter,” Collected Poems 1909-1935, Harcourt Brace &
Company, New York 1936.
59)
66
yang menggambarkan “peta penciptaan.” Di
sana salib dapat divisualisasi sebagai roda yang
mengikat-satukan empat arah berlawanan.60
Tetapi dalam pola spiral, Salib “meloncat” ke
tataran lain. Dia menjadi sarana transformasi
Kebijaksanaan. Melalui dia tuntunan
evolusioner Kebijaksanaan diisi kembali
dengan energi baru, mendapatkan momentum,
dan memperlihatkan daya kemampuan adaptasi
mengagumkan.61 Sebagaimana halnya sosokgambar lingkaran mengatasi gejala kehabisantenaga yang tak terhindarkan dalam suatu gariswaktu lurus, historis, berakhir terbuka,
demikian juga spiral dengan kapasitasnya yang
mengagumkan ke arah perluasan mengatasi
“pembalikan abadi” lingkaran.
Salib Kelt
60)
Lingkaran itu sendiri mendukung ide tentang titik kasat mata ke arah mana semua
hal yang bertentangan harus berkonvergensi. Salib menggambarkan arah-arah
berlawanan. Maka, bagi orang-orang Keltik Matahari dan Salib merupakan simbolsimbol primer dari rancangan kosmik. Bdk., Jacob Streit, The Sun and the Cross: The
Development from megalithic culture to early Christianity in Ireland, Floris Books,
Edinburgh, 1984.
Dalam sebuah model tiga-dimensional (seperti halnya planet Bumi), arah-arah kompas
dapat dibentuk sebagai dua garis berlawanan yang tidak akan pernah bertemu lagi
dengan sisi ini dari “yang tak terbatas,” yaitu, pada sisi sang pengamat bidang itu.
Sama pentingnya adalah fakta bahwa mereka tidak bertemu pada sisi yang gelap –
yaitu, sisi yang tidak dilihat si pengamat.
61)
Spiral-spiral banyak menghiasi salib-salib Keltik Kristen semula, sebagaimana
mereka membuat “lintasan pekuburan (bawah tanah)” Irlandia Neolithicum. Kita juga
menjumpai mereka menghiasi huruf besar “T” (yang menggantikan Salib dan Pohon
Kehidupan) di dalam Kitab Kells. Lihat Joseph Campbell, The Masks of God:
Occidental Mythology, Penguin, 1982, pp. 468-469.
67
Bahkan secara geometris, tidak bisa ada satu spiral tanpa Salib.
Untuk membentuk sebuah spiral, pada setiap putaran baru orang
mengukur dua radius pada sudut kanan pada satu sama lain, yang
kedua lebih panjang dari yang pertama; dengan kata lain, orang
mendefinisikan dimensi-dimensi sebuah salib asimetris.62
Ketika mempersiapkan catatan-catatan ini, saya berbahagia
mengalami suatu hal kebetulan yang menyenangkan, yaitu menemukan
larik-larik berikut ini:63
“Whirpool Galaxy” adalah sebuah roda doa yang memperpanjang
kerinduan-kerinduan kita sampai ke jurang-ngarai kelam, sebuah
bahtera yang berlayar menuju kosmos yang mungkin tidak
terbatas dengan setiap makhluk ciptaan berdua-dua, yang
dilahirkan dalam kecemerlangan berkobar-kobar, dan terarah
menuju ke arah yang tidak diketahui.
Kalau Montfort hidup dalam kurun waktu yang lain, rohnya yang
senantiasa menyelidik itu kiranya bersukaria bersama kita karena
pandangan akan kemanusiaan ini yang sedang dalam perjalanan, yang
dilingkupi oleh ‘sosok-Kebijaksanaan’ dinamik yang menuntun kita
dengan lembut dan aman, ‘berdua-dua,’ tatkala kita menempuh
perjalanan kita melewati kedalaman ruang dan waktu. Kita membuat
perjalanan itu terkait bersama dan terkait pada Kebijaksanaan itu
62)
Para mistikus-geometris mazhab Pythagorean (6 abad SM ), yang sendiri merupakan
pewaris Mazhab Mesir yang lebih kuno lagi, menyelidiki properti-properti spiral dan
menemukan di dalam mereka simbol-simbol penting dari proses kosmik.
63)
Pakar itu berasal dari kolom Chat Raymo’s dalam bagian ilmu pengetahuan Boston
Globe. Topik yang dia bicarakan adalah Whirpool Galaxy yang adalah nebula spiral
pertama yang ditemukan. Pelukisan imajinatif Raymo akan penemuan astronomis ini
tampaknya memverifikasi relevansi dari simbolisme purba ini untuk kita dewasa ini.
68
sendiri dengan pola Salib, “pendamai hal-hal berlawanan.”64
Dengan menemukan dua pola simbolik Salib dan Spiral dalam CKA
dan sumber-sumbernya akan diberi pahala setinggi-tingginya. Tentu hal
ini akan mengubah cara kita memahami sebuah teks.65 Terlebih lagi, dia
menjauhkan kita dari tugas yang jauh lebih membosankan lagi, yaitu
memisahkan hal-hal pokok dari ajaran Montfort dari unsur-unsur “yang
terikat waktu.” Kita akan menemukan bahwa begitu kita sudah
memahami landasan universal dari mana risalah ini menimba ilhamnya,
aspek-aspeknya terikat pada kultur kuno dan “rintangan-rintangan”
teologis terkait akan jatuh dengan gampang dan tenang.
Pelbagai Pemahaman dan Penemuan
• Dari Paulus dan teks-teks lain dari Perjanjian Baru kita akrab
dengan Salib sebagai alat rekonsiliasi. Secara pribadi, atau dalam
kelompok kecil, carilah pasangan-pasangan hal berlawanan yang
didamaikan oleh salib tadi.
• Tanpa “melihat” ke unit berikut, dapatkah anda mengusulkan
beberapa pasang hal-hal berlawanan yang sudah dijumpai dalam
64)
Teilhard de Chardin memakai dengan cara yang serupa akan metafor-metafor ini
sebagai model-model proses kosmik. Dia mengusulkan dua matra pertumbuhan untuk
melengkapi rekonsiliasi aspek-aspek “dalam” dan “luaran” dari evolusi. Matra-matra
salib abstrak di dalam spiral mirip dengan daya-daya “tangential” dan “radial” dari
Teilhard. Lihat The Phenomenology of Man, Harper and Row, New York, 1959, p. 64.
65)
Untuk mendukung ramalan ini kita cukup hanya melihat bagaimana pandangan
‘sebelum melawan sesudah’ mempengaruhi terjemahan-terjemahan Inggris terdahulu
dari CKA, seperti yang diterbitkan dalam God Alone. Kalau apa yang terjadi
sesudahnya menolak (atau menyebabkan “daluwarsa”) semua yang terjadi
sebelumnya, maka dalam kilas balik orang bebas untuk merombak semua teks yang
mengacu pada Kebijaksanaan Feminin sehingga mereka dapat sesuai dengan gender
maskulin Yesus yang sangat jelas. Salah satu masalah (di antara masalah lainnya)
adalah masalah ilmiah. M asa kini yang menolak masa silamnya, terpotong dari akarakarnya sendiri. Dia hanya membuang-buang energi saja.
69
Tuan Puteri Kebijaksanaan yang anda harapkan juga temukan
dalam Kristus-Kebijaksanaan?
Sangkut-pautnya Dengan Hidup
Renungkanlah Salib-salib kehidupanmu sendiri sampai saat ini.
Bagaimanakah mereka mengubah anda (yaitu mengangkat anda ke atas
menuju dimensi baru kehidupan dan rahmat).
Pada kertas A4 atau lebih besar, gambarlah sebuah spiral sederhana,
mulai dengan lebih kecil pada bagian bawah dan semakin besar setiap
putarannya sampai dia menjadi sangat besar pada bagian atas.
Pikirkanlah judul-judul singkat yang deskriptif (tanpa merinci)
tentang Salib-salib transformasi dalam kehidupanmu sendiri dan
selipkan sebagai label pada setiap putaran spiral itu.
TOPIK B – KEBIJAKSANAAN YANG MENJELMA
Dalam Bagian Dua dari Komentar ini kita menyelidiki pelbagai
pasangan dari hal-hal berlawanan yang khas ditemukan dalam
Kebijaksanaan “sebelum Dia menjelma.”66 Di sana kita menarik
perhatian pada pasangan-pasangan berikut ini:
66)
Kekuatan dan kelembutan
Kekuatan dan kerahiman
Keagungan dan keakraban
Ilahi tetapi berada bagi umat manusia
Transenden dan berdiam di sini
Melampaui komunikasi tetapi berkomunikasi.
Abadi dan Menjelma.
Lihat hal. 51 Volume ini.
70
Masih ada pasangan lain yang mengisyaratkan suatu kedalaman dan
kemungkinan baru tatkala kita mendekati manifestasi Kebijaksanaan
yang Menjelma. Ini adalah sang Feminin ilahi dan sang Maskulin ilahi
yang secara ajaib terpadukan dalam kemanusiaan Yesus.67 Walaupun
Pater de Montfort tidak pernah menarik perhatian kita secara eksplisit
kepada pasangan ini, tentu hal ini pantas kita perhatikan.
Kebudayaan tempat kita hidup umumnya menghindari masalahmasalah yang terkait-gender dalam wasana formal dan buku-buku
serius. Hal yang makin mencolok ialah bahasa spesifik dan metafor
yang digunakan Louis-Marie dalam seluruh risalat itu. Dengan
kekaguman dan kadang sukacita, pembaca memperhatikan bagaimana
dia mengubah-ubah gender, kadang-kadang lebih dari satu kali dalam
kalimat yang sama!68 Dalam namanya sendiri kita dapat menemukan
sebuah kebetulan yang menyenangkan: “Louis”, maskulin, dan
“Marie,” feminin.
Mungkin benar kalau dikatakan bahwa Louis-Marie sendiri lebih
sadar daripada apa yang dapat diakui oleh para komentatornya akan
“berpasangannya” yang maskulin dan feminin dalam Kebijaksanaan.
Kita mengikuti kesenangan Montfort dalam mengutip pandangan
Henry Suso tentang Kebijaksanaan dalam mana pelbagai bentuk
“pertentangan” saling mengganti satu sama lain:
67) Dewasa ini sulitlah mendefinisikan polaritas-polaritas ini. Untuk tujuan-tujuan kita
di sini, cukup untuk mengandaikan bahwa masing-masing orang yang mencintai
“Hikmat” mempunyai pengalamannya sendiri tentang sifat-sifat terkait dengan-gender
yang dibangkitkan melalui simbol-simbol arketipal yang berbicara kepada kita masingmasing berdasarkan sejarah dan kultur pribadi kita.
68) Lihat misalnya, perubahan-perubahan gender dalam CKA 107,124, dan 126. Rene
Laurentin telah mengomentari sifat yang membingungkan dari ketidak-stabilan gender
bahkan dalam bahasa Perancis! Lihat Deiu Seul est ma Tendresse, OEIL, Paris, 1984,
p.176.
71
Apa yang paling mengherankan Henry ialah bahwa kadangkadang dia tampak sebagai gadis muda yang merupakan
mujizat dari surga dan bumi dalam kecantikan dan kadangkadang dia itu seperti pemuda yang dilihatnya, yang wajahnya
berkilauan dengan segala keagungan Ciptaan…69
Penting dicatat bahwa inilah satu-satunya tempat di dalam tulisantulisannya di mana kita diberi sebuah citra visual Kebijaksanaan
arketipal. Yang sama pentingnya ialah fakta bahwa potret ini diselipkan
dalam Bab Sebelas yang berbicara tentang kemanisan Kebijaksanaan
Yang Menjelma, Yesus Kristus. Tentu pertentangan-pertentangan
gender, yang diakui psikologi modern sebagai hal yang esensial bagi
struktur kepribadian manusia, harus hidup juga dalam jiwa-psike
Yesus-Kebijaksanaan. Mereka adalah simbol yang berubah-ubah atau,
diungkapkan secara lain, gambaran dan energi dengan mana kepenuhan
dari kesempurnaan ilahi diungkapkan di dunia kita.
Inilah sebabnya mengapa proklamasi yang paling mengejutkan
dalam seluruh Bagian Tiga adalah ini: Yesus adalah Kebijaksanaan
Yang Menjelma!
Adalah benar bahwa bagian pertama dari CKA telah mempersiapkan
kita dengan cermat bagi perwahyuan yang sekarang ini akan kita
dengar. Tetapi, loncatan besar dari keagungan kosmik Kebijaksanaan
sebagaimana dilukiskan Salomo tentang Dia dalam Kitab Suci Ibrani
menuju kehadiran yang dina dari Kebijaksanaan dalam Yesus, sebagai
manusia biasa, muncul sebagai sebuah kejutan yang menarik perhatian.
Bagian Dua dari CKA telah membuat kita akrab dengan Kebijaksanaan
dan dengan itu membuat kita mampu berhubungan dengan Yesus, tetapi
sesungguhnya, dia tidak membuat dampak perwahyuan itu kurang
berdaya-tenaga.
69)
CKA, 132.
72
Dalam Bagian II kita sungguh menghargai Yesus sebagai
Kebijaksanaan yang akhirnya kita ketahui dalam Delapan Bab pertama
CKA, khususnya ketika kita melihat Dia:
- menghampakan Diri dari keagungan-keagungan ilahi.70
- menjalin persahabatan dengan semua orang
• dari sampah masyarakat hingga ke orang-orang Farisi yang mulia
dan
• dari para bangsa dan para pemungut pajak hingga ke puteri-puteri
Israel.
- Melimpahkan berkat melimpah-ruah dan memberi jalan
masuk menuju sifat-sifat ilahi melalui misteri-misteri
penyerahan Diri-Nya sendiri.
Justru sebagai Kebijaksanaanlah, Yesus merupakan cahaya yang
“menerangi setiap orang yang datang ke dunia ini.” Cahaya Dialah yang
menyalakan kerinduan untuk ikut ambil bagian dalam misteri
pendamaian yang merupakan puncak dari “tarian hal-hal berlawanan.”
Dalam Bab 9-14, Montfort memperlihatkan kesadaran dia yang penuh
akan semua yang dirayakan tarian itu:
• Martabat Yesus yang diperlawankan dengan kerendahanNya.
• Warisan ilahi Yesus yang diperlawankan dengan kemiskinanNya dan sikap-Nya yang memperjuangkan orang miskin.
• Kekuatan dahsyat Yesus yang diperlawankan dengan
penampilan manusia-Nya yang lemah lembut.
70)
Fil 2:5-6-8: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan
perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di
kayu salib”.
73
•
•
•
Penderitaan Yesus yang diperlawankan dengan “sukacita
yang dibentangkan di hadapan-Nya.”
“kebodohan Salib” Yesus yang diperlawankan dengan
“kebijaksanaan dunia ini” tempat Dia hidup.
Rancangan mulia dan yang memberi-hidup yang muncul dari
peristiwa-peristiwa yang jelas acak dalam kelahiran, hidup,
penderitaan, dan kematian, dan kebangkitan Yesus-Sophia.
Pembaca akan mengakui bahwa banyak dari kontras di atas tadi
sudah diselidiki sehubungan dengan Kebijaksanaan tatkala Dia
ditampilkan dalam Kitab Suci Ibrani. Di sini dalam Bagian Tiga kita
menyelidiki mereka dalam Yesus-Kebijaksanaan Yang Menjelma di
mana maknanya yang mendasar tetap sama, tetapi “cita-rasanya”
berbeda.
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
Tugas berikut bisa dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil atau
dikerjakan sendiri:
• Pilihlah beberapa dari “hal-hal berlawanan” dalam Yesus,
Kebijaksanaan Yang Menjelma, yang menarik anda.
• Dengan hanya memakai Injil Markus, carilah beberapa contoh dari
ciri-ciri ini dalam Yesus.
• Buatlah sebuah Litani singkat untuk memuji dan bersyukur kepada
Yesus atas sifat-sifat yang telah anda pikirkan.
• Doakanlah Litani itu dua kali: satu kali sambil memikirkan Yesus
dan satu kali lagi sambil memikirkan Tuan Puteri Kebijaksanaan.
Sangkut Pautnya Dengan Hidup
• Pasangan berlawanan manakah yang anda rasakan bertarung satu
sama lain dalam watak dan temperamen anda sendiri? Buatlah
gambar untuk melukiskan hal-hal ini.
74
• Ada sebuah ilustrasi manis tentang tarian dari hal-hal berlawanan
dalam injil-injil non-kanonik.71 Temanya ialah kemuridan. Bayangkan sang Guru (Yesus-Hikmat) sedang berdiri di tengah lingkaran
para murid yang sedang menari. Sang Guru menyanyikan pesannya
dalam bentuk “teka-teki” dan para murid menjawab dengan
menyanyikan Amin! Di sini diberikan beberapa contoh:
• Aku akan diselamatkan dan aku akan selamat. Amin.
• Aku akan dibebaskan dan aku akan bebas. Amin.
• Aku akan dilukai dan aku akan luka. Amin.
• Aku akan dilahirkan dan aku akan lahir. Amin.
• Aku akan makan dan aku akan dimakan. Amin.
• Aku akan mendengar, dan aku akan didengarkan.
Amin.
• Aku akan diketahui – Aku adalah dia yang tak dapat
diketahui. Amin.
• Aku akan dibasuh dan aku akan membasuh. Amin.
• Rahmat mengitari. Aku akan meniup seruling. Kamu
semua akan menari melingkar. Amin.
a. Dari pengamatan dan pengalaman anda sendiri dalam karya misi,
katakan bagaimana hal-hal berlawanan ini terkait dengan seorang
murid yang belajar di kaki sang guru dan sesudah itu “diutus.”
b. Jika kamu punya band musik atau pemimpin paduan suara berbakat,
gubahlah teka-teki ini menjadi musik dan nyanyikanlah. Bahkan
menarilah juga “melingkar” kalau kamu bisa.
71)
Lihat Max Pulver, “Jesus’ Round-Dance and Crucifixion according to the Acts of
St. John” dalam The Mysteries, ed. Joseph Campbell, Bollingen Series, XXX,
Princeton University Press, pp. 179ff. Sebagai yang paling tua dari “Kisah-kisah”
apokrif, Acts of St. John disusun pada abad kedua menurut gaya injil Yohanes. Sebuah
contoh modern adalah lagu-rakyat yang penuh ilham ‘The Lord of the Dance”… ..
dengan koornya yang semarak-mulia, “Dance, dance, whereever you maybe!”
75
(Misalnya anda bisa pikirkan lagu sbb: “For Everything, Turn, Turn,
Turn,” oleh Petrus, Paulus, dan Maria atau lagu “All Things Have Their
Time” oleh John Kavanagh dari St. Louis Jesuits).
TOPIK C: “MISTERI” PADA INTI SEMUA AGAMA
Penekanan pada “kesempurnaan,” atau “keseluruhan,” sebagai
perkawinan misterius dari hal-hal berlawanan, adalah suatu ungkapan
rohani yang lebih tua dari injil-injil, bahkan lebih tua daripada para
leluhur mereka dari tradisi dewi Timur Tengah.
Sudah sejak Jaman Neoliticum dan Anatolia (Turki Modern),
perjumpaan dengan kekuatan-kekuatan penciptaan, dalam perimbangan
dengan kekuatan-kekuatan-kontra dari perubahan dan peleburan,
senantiasa didekati di bawah perlindungan citra-ilahi yang feminin. Dia
yang adalah “rahim segala sesuatu” dan pemberi hidup, juga merupakan
“kubur segala sesuatu” dan “pendaur ulang” kehidupan. Sebagai
nyonya dari empat elemen, Dia mengalahkan substansi kematian, dan
dalam menyelami isinya, Dia melahirkan bentuk-bentuk baru.72
Dia juga memastikan bahwa sesuatu yang mati pasti akan dilahirkan
kembali, sehingga bahkan “sehelai rambut dari kepala seseorang pun”
akan luput dari perhatiannya apalagi sampai dilupakan atau hilang sama
sekali.
Bagi para leluhur kita yang pra-Kristen, kemunculan dewa yang
memainkan drama ungkapan ilahi pada panggung dunia adalah sebuah
“misteri” yang mengubah lingkaran repetitif-purba menjadi spiral
72)
“Empat elemen” klasik, yang sesungguhnya ditemukan dalam semua tradisi dunia,
dapat disamakan dengan empat metode pendauran-ulang orang mati: penguburan
dalam bumi; pelarutan dalam air (penguburan di laut atau dalam sungai);
pembaharuan oleh api; menggantung jenazah-jenazah pada pohon-pohon – dibiarkan
di udara (burung-burung pemakan bangkai). Kembali ke unsur-unsur itu divisualisasi
sebagai gerak masuk-kembali ke dalam “rahim segala sesuatu.”
76
transformasi. Akar dari kata itu sendiri – mystis – menunjukkan suatu
“rahasia” yang tiada terkatakan. Ini disebabkan karena:
• dia berlawanan dengan semua kategori yang diketahui oleh bahasa
rasional.
• dan dia perlu “bertumbuh di dalam rahim” relung-relung
kedalaman tataran pra-sadar jiwa sebelum lahir dalam cahaya
percakapan biasa.
Karena dia “mendobrak masuk” ke dalam kesadaran dengan sifatsifat dan energi ilahi yang sebelumnya tidak diketahui atau dialami,
misteri itu pun menyingkapkan “rahasia” kodrat Allah dalam bentuk
kejasmanian. Ini adalah sebuah proses penyingkapan dengan daya
kekuatan transformatif, tentu sebuah dimensi baru dalam rancangan
spiral itu sendiri.
Apa yang ditambahkan adalah “inti” atau “tangkai pusat” yang
menghubungkan awal dengan akhir dan membiarkan perluasan dan
kontraksi dalam kedua arah itu. Baik dalam kultur Kristen maupun nonKristen, ini adalah poros bumi (axis mundi), “pusat dunia yang dalam
proses pembalikan” atau “pohon dunia.” Dalam tradisi Biblis ini adalah
tunggul “Pohon Kehidupan.” Di sekeliling lingkaran pusat hiduplah
cabang-cabang, dan pola integral dari keseluruhan, juga dari setiap
tataran baru, adalah sebuah salib-dalam-lingkaran.
Secara tradisional “Pohon Kehidupan” selalu merupakan “simbol
Kebijaksanaan” dan dia adalah sebuah simbol yang paling cocok sebab
dia menunjukkan:
• evolusi baik dalam kompleksitas maupun ukuran
• pertumbuhan penjelmaan Kebijaksanaan dalam pertukaran suci
antara surga dan bumi.
Yang kemudian ini mudah dilihat dalam pertumbuhan ekspansif ke
atas dari cabang-cabang yang menggapai langit juga dalam aktifitas
pemeliharaan dari akar-akar yang meretas jalan mereka melalui
77
kekelaman dalam tanah. Apa yang tidak mudah terlihat ialah logika
internal dari pertumbuhannya.
Nomor seri ini (di mana nomor paling akhir selalu sama dengan
jumlah dari dua jumlah terdahulu dalam rangkaian) disebut Fibonacci
Series. Ini adalah pola pertumbuhan yang ditemukan sangat melimpah
dalam alam (misalnya, dalam kerang laut naulitus). Bagi para filsufgeometris yang mempelajari spiral, ini adalah pola yang suci karena dia
menandakan kemampuan alam semesta untuk memasukkan dan
“mendamaikan” semua yang berangkat duluan secara “berdua-dua.”
Setiap putaran baru dari spiral itu bertumbuh secara organis dari apa
yang pergi duluan. Semua dipadukan dalam tataran baru, tetapi tidak
satupun dihapus atau dilenyapkan.
Dalam kaitan ini pentinglah untuk dicatat bahwa rekonsiliasi
bukanlah sebuah kompromi yang membiarkan hal-hal berlawanan
berada bersama-sama seakan-akan masing-masingnya memberi yang
lain “kesempatan yang sama” untuk mengungkapkan diri dalam
kepribadian. Agaknya, peristiwa pendamaian menghasilkan penciptaan
suatu yang baru yang lebih dinamik daripada salah satu elemen yang
diikat-satukannya.
Laksana dua kembang bakung yang mengapung berdampingan pada
permukaan kolam, hal-hal berlawanan tidak hanya mengalami
penyusunan yang menyenangkan yang membiarkan mereka bergerak
lemah-gemulai di sekeliling satu sama lain. Realitasnya ialah bahwa
mereka terlihat sedang bergerak bersama pada permukaan karena
mereka terpadu bersama-sama selama-lamanya dalam sistem akar oleh
semacam tali pusat bersama. Bersama-sama mereka minum dari sumber
yang terkubur dalam relung kedalaman kolam yang, sebenarnya,
merupakan inti dari ekosistem yang kelam dan mendidih dari mana
daya kekuatan hidup memancar. Maka, hal-hal berlawanan tidak hanya
78
disatukan; mereka dileburkan menjadi satu kesatuan yang mula-mula
membingungkan (con-fuses) budi yang sadar (permukaan).73
Dalam pertumbuhan psikologis dan rohani, kita mengalami pelbagai
padanan dari daya-daya kosmik yang dapat dilihat ilmu pengetahuan.
Hal-hal ini memperlihatkan diri mereka kepada kita sebagai energienergi yang “saling berperang” dalam diri kita, dan mereka menuntut
pemecahan dengan cara diterima dalam kesadaran yang insaf. Beberapa
dari hal ini meliputi:
• upaya kreatif dan penyerahan yang taat
• mengetahui dan tidak mengetahui
• maskulin dan feminin
• peleburan dan individuasi
• “memakan dan dimakan”
• menderita dan kemenangan di atas penderitaan.
Maka tidak mengherankan kalau kita menemukan bahwa “Pohon
Kehidupan” sudah sejak sangat dini dikaitkan dengan salib dari
Kebijaksanaan Tersalib. Dalam “mazhab” Kebijaksanaan, sebagaimana
dialami oleh banyak orang Kristiani pertama, kehadiran rahmat ilahi
pada inti Misteri Paskah adalah daya hidup baru yang membawa
kemungkinan rekonsiliasi yang lebih kuat ke dalam kisah masingmasing pribadi tetapi juga ke dalam “kisah umat manusia.”
Tatkala mereka menjumpai hal-hal berlawanan dalam “misteri” itu,
“para leluhur kita dalam Kristus” akhirnya “melihat” apa yang tidak
dapat mereka ketahui hanya dengan logika juga tidak dengan akal budi
saja secara sistematik. Mereka merasa bahwa mereka telah masuk ke
73)
Lalu dalam proses perkembangan mereka menuju kematangan, ciri yang terpisahpisah cenderung muncul dan hilang secara spontan sebelum budi berkesempatan untuk
mengenal mereka sebagai terpisah. Ini disebabkan karena mereka itu termasuk dalam
kategori ada (being) yang mendahului budi (mind). Pada saat yang sama, hal-hal
berlawanan menuntut sebagai prasyarat eksistensi mereka persetujuan budi yang
memilah-milah untuk memberi mereka nama-nama yang jelas dan memisahkan
mereka dalam kategori-kategori yang khas.
79
dalam suatu wilayah yang jauh melampaui kemampuan mereka yang
biasa. Akhirnya mereka berhadapan langsung dengan “Apa yang tidak
pernah dilihat mata dan tidak pernah didengar telinga; apa yang tidak
dapat divisualisasikan oleh budi manusia.”
Mereka mengalami, mereka tidak tahu bagaimana, “semua yang telah
Allah persiapkan bagi orang-orang yang mencintai-Nya.”74
Pengalaman kita akan “misteri” berhubungan dengan pengalaman
mereka ketika kita sadar bahwa:
• pandangan kita mulai semakin banyak terwujud (yaitu,
“cakrawala” kita pun diperluas)
• partisipasi kita dalam jaringan ada menjadi lebih luas dan lebih
terlibat
• intuisi kita berfungsi secara lebih hebat sejalan dengan simfoni
universal
• lambat laun kita disadarkan akan identitas kita dalam keseluruhan
Kristus Kosmik.
Sesungguhnya, inilah maksud dari “persekutuan para kudus” dan
“Tubuh Kristus.” Secara perlahan-lahan kita melampaui batas-batas
budi manusiawi kita yang biasa dan mendekati tataran budi Allah
sendiri:
Sebab siapakah yang pernah mengetahui? Siapakah yang menjadi
penasihatNya? Tetapi kita adalah orang-orang yang memiliki budi
Kristus.75
74)
1Kor 2:9. Lihat juga The Gospel of Thomas, logion 17: “Aku akan memberi kamu
apa yang belum pernah dilihat mata dan apa yang belum pernah didengar telinga, dan
belum disentuh tangan, dan apa yang belum masuk ke dalam hati manusia.”
75)
1Kor 2:16. Untuk landasannya dalam sastra Kebijaksanaan lihat Ayub 15:8; 21:22.
80
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
Renungkanlah sukacita dan dukacita sebagai unsur-unsur
pertumbuhan dalam hidup anda. Dapatkah anda memberi contoh
“tarian” mereka bersama? Bagaimana yang satu “menyuapi” yang lain?
Bagaimana mereka “mengandung” satu sama lain tetapi toh terlepas
dari satu sama lain?
Sharingkan temuan-temuan anda dengan seorang teman atau
dalam kelompok.
Sangkut-Pautnya Dengan Hidup
Spiral dapat dibayangkan sebagai “lorong” kehidupan pencari
Kebijaksanaan Ilahi. Bagaimana Kebijaksanaan telah membentuk anda
melalui pengalaman-hidup? Apa yang harus anda lakukan agar
transformasi itu dapat terjadi?
TOPIK D - “MISTERI” KRISTIANI DALAM
MAZHAB KARDINAL DE BÉRULLE
Di St. Sulpice Montfort dididik dalam mazhab spiritualitas yang
orientasinya tampak sangat dekat dengan orientasi para murid pertama
Yesus-Kebijaksanaan. Mazhab yang dimaksud ialah mazhab Kardinal
de Bérulle dan para pengikutnya, yang kemudian dikenal sebagai
“Mazhab Prancis.”76 Walaupun dalam tulisan-tulisan mereka, para
pembaharu dan visioner agung ini hanya menyebut Kebijaksanaan
secara sekilas, toh seluruh orientasi mereka berada dalam arah “misteri”
sebagaimana kita mengetahuinya sekarang.
Karena Montfort itu sangat original dalam beberapa hal, toh dalam
beberapa hal lain dia memperlihatkan diri sebagai cabang pohon agung
76)
Henri Bremond menciptakan sebuah epitet dalam karya komprehensifnya tentang
seluruh kurun itu: A Literary H istory of Religious Thought in France, vol.3, The
Triumph of Mysticism, trans. KL Montgomery, London, SPCK, 1936.
81
spiritualitas Prancis. Sebagaimana akan kita lihat, banyak dari ide-ide
spesifik dan cara-cara pengungkapan yang digunakan Montfort dalam
CKA berasal dari tradisi Mazhab Prancis.
Oleh karena itu, akan sangat berguna bagi kita untuk mengakrabi
kerangka pikiran “para leluhur yang lebih baru” ini. Mereka
mempunyai banyak hal untuk disampaikan kepada kita tentang aspekaspek tertentu dari tradisi Kebijaksanaan dan latar belakang dari
beberapa konsep dalam CKA. Dari sudut pandang yang lebih praktis,
mungkin mereka dapat mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus
menghadapi tantangan-tantangan dari masa depan yang tidak diketahui
dengan kekuatan penuh dan kejujuran yang telah mereka perlihatkan
dalam menghadapi masalah-masalah pada jaman mereka.77
1. “Pilar-pilar” Mazhab Prancis
Sebagian besar sejarawan sependapat bahwa pada inti Mazhab
Prancis ini berdirilah Bérulle, laksana tunggul kokoh yang menopang
pohon yang rimbun. Para muridnya saat itu dalam perkembangan dan
penerapan aplikatif “ajaran” rohaninya ialah Charles de Condren, yang
menggantikan dia dalam memimpin Oratorium,78 dan Jean-Jacques
77)
Orang yang berbicara bahasa Inggris mempunyai sedikit kesempatan untuk
mengetahui pengaruh Mazhab Perancis. Bahkan di perpustakaan Sekolah Teologi
Harvard, misalnya, karya-karya Bremond dipindahkan ke (kelompok) “koleksi tua.”
Acuan yang paling gampang tersedia dalam bahasa Inggris adalah volume buku The
Classics of Western Spirituality: Bérulle and The French School, ed.W illiam
Thompson, Paulist Press, Mahwah, New Jersey, 1992. Tetapi sastra Perancis tentang
Monfort dan pokok-pokok terkait, cenderung untuk menerima begitu saja latar
belakang ini.
78)
Oratorian adalah upaya pelopor untuk menyediakan pendidikan bermutu bagi para
calon iman “diosesan” atau “sekulir”, yaitu, para calon yang tidak berencana untuk
masuk ke dalam Ordo religius.
82
Olier, yang mendirikan Seminari St. Sulpice di Paris dua generasi
sebelum Montfort tiba di sana.
Sebagaimana dicatat dengan penuh sesal oleh sejarawan HenriDaniel-Rops dan yang lainnya, Gereja merasa tidak cocok
mengkanonisasikan salah satu dari tiga orang ini yang mempunyai
pengaruh besar.79 Tetapi paling tidak ada 27 orang kudus yang
dikanonisasikan dari abad ketujuhbelas dan awal abad kedelapan belas;
dengan satu dan lain cara mereka mempunyai kaitan langsung dengan
ketiga orang tadi, terutama kepada Bérulle sebagai inspirasi dasar.
Beberapa dari nama-nama dalam daftar para santo-santa ini
terdengar akrab bagi sebagian besar orang Katolik. Mereka adalah St.
Fransiskus dari Sales,80 St. Vincentius à Paulo, St. Yohanes Pembaptis
de la Salle, dan St. Yohanes Eudes. Semuanya adalah pendiri
kongregasi-kongregasi yang melanjutkan tema-tema Bérullian dengan
cara mereka masing-masing. Di antara kaum wanita, yang umumnya
tidak begitu kita ketahui, adalah Ibu Acarie (sepupu Bérulle). Kemudian
dia dikenal dan dibeatifikasi sebagai Beata Marie de L‘Incarnation.81
Selain itu adalah sahabat Bérulle dan wanita kepercayaan rohani
79)
M ereka adalah pribadi-pribadi yang mempunyai banyak segi yang mengurangi
kehidupan yang kompleks. Bérulle, misalnya terlibat dalam politik. Olier mempunyai
“gangguan syarat” pada saat masa mudanya. W alaupun mereka jelas-jelas orang
kudus, namun mereka memperlihatkan ciri-ciri yang sangat “manusia”.
80)
St.Fransiskus dari Sales mengatakan, “Bérulle adalah orang kepada siapa Allah
telah memberi sangat banyak, dan yang tidak mungkin didekati tanpa keuntungan
yang besar. Aku ingin menjadi orang seperti dia; aku belum pernah mengetahui roh
yang sangat menghantui aku, kendati aku belum pernah melihat atau menjumpai dia.”
81)
Dalam masa awal kariernya Bérulle adalah anggota dari “Salon” Ibu Acarie.
“Salon” adalah sebuah kelompok kecil dari para pencari hal-hal spiritual yang bertemu
bersama-sama secara berkala. Bérulle juga bertanggung-jawab untuk memperkenalkan
ke Perancis kaum Karmelites Spanyol; kelak sepupunya yang menjanda menjadi
atasan (priores) mereka.
83
Bérulle, yakni Yang Mulia Madelaine de St.Yosef.82 Kita masih bisa
menemukan pengaruh yang kurang kentara tetapi tetap lestari sampak
jauh ke abad kesembilan-belas: misalnya, dalam diri St. Theresia dari
Lisieux; dia merasa berutang budi kepada ajaran dari mazhab ini dalam
proses perumusan pelbagai pemahamannya akan daya transformasi dari
kehidupan biasa.
Variasinya sangat banyak, dan dalam variasi itu tiap-tiap cabang
memperlihatkan keaneka-ragaman kreatifnya sendiri. Beberapanya
mengangkat tataran debat teologis jauh melampaui pertikaianpertikaian sepele yang muncul sebagai akibat Konsili Trente; yang lain
menciptakan pelbagai macam struktur baru bagi transformasi sosial;
sementara yang lain mengkhususkan diri pada tuntunan yang sangat
manusiawi dari jiwa-jiwa ke arah puncak-puncak spiritual.
Pater Montfort, sesungguhnya, merupakan salah satu dari orang
terakhir yang menciptakan pada masa hidupnya suatu variasi original
dari visi agung Bérulle akan keseluruhan. Tak seorang pun kiranya
dapat menerka seberapa cepatnya sumbangan Mazhab Prancis ini
diliputi oleh gelombang pasang kontroversi sekularisme, dan ekses
material yang akhirnya mengarah ke revolusi Prancis itu.
2. Pencapaian-pencapaian Mazhab Prancis
Ajaran Mazhab Prancis membawa seluruh masyarakatnya dari
“Abad Agung” kembali ke akar-akar spiritualitas yang didasarkan pada
kodrat manusia tempat terjadinya rekonstruksi sejati. Yang berikut ini
adalah ringkasan dari tiga pencapaiannya yang terbesar:
• Mereka menyoroti akar yang menyatukan semua polaritas besar,
yaitu, “keberlainan yang agung” dan “sifat dina yang dapat
82)
Muder Madelaine adalah priores pertama kaum Karmel Paris. Dia dan Bérulle
mempunyai korespondensi yang luas, dalam mana kita dapat melihat mutu bimbingan
spiritual yang mereka dukung perkembangannya. Lihat juga W illiam Thomason,
Bérulle and the French School, pp.191-216.
84
•
•
•
•
didekati” sebagai dua aspek dari satu Allah. Dengan cara ini
mereka menyediakan sebuah kerangka-kerja, “sebuah bidang
interkoneksi,” sebuah landasan, dan sebuah bahasa bersama untuk
mendukung integrasi pelbagai macam mazhab spiritualitas
kontemporer juga.83
Tanpa membuang tradisi skolastik, yang pada saat itu telah merosot
menjadi sebuah sistem debat logis formal yang gersang, mereka
memulai suatu metode penyelidikan baru dan refleksi tentang
tema-tema besar dari puncak Abad Pertengahan. Dengan cara ini
mereka mendorong (sebagaimana dilakukan Kebijaksanaan itu
sendiri) dialog antara pelbagai pemahaman terdalam dari para
doktor abad pertengahan dan pengalaman para peneliti itu sendiri.
Kata kuncinya di sini ialah dialog yang menggantikan diskuisisi,
dan pengalaman yang menggantikan pengetahuan abstrak.
Sebagai bagian dari reaksi kreatif melawan pemisahan teologi dan
spiritualitas, para pemimpin Mazhab Prancis melakukan
pengembangan “ilmu-ilmu santo-santa” yang baru.84 Dalam
terminologi ini:
* “Ilmu pengetahuan” mengkaitkan mazhab itu dengan sebuah
kritik cerdas atas pendekatan yang sangat formalistik terhadap
teologi. Dalam hal ini dia jauh mendahului apa yang kelak menjadi
kepemimpinan Prancis yang mengesankan dalam bidang keahlian
Kitab Suci, ungkapan liturgis, dan perkembangan dogma.
* “Para Santo-santa” menandakan keagungan mazhab itu dalam
seni bimbingan rohani dan “misi” melalui mana pencapaian
83)
Beberapa dari spiritualitas-spiritualitas ini mencakup: Karmelit (baik “humanisme”
Teresa maupun kekerasan Yohanes dari Salib) – mazhab Rhineland (dari para guru
abstrak seperti Ruysbroek, Suso, dan Eckhardt), - “humanisme saleh” dari
St.Fransiskus dari Sales – perspektif-perspektif spiritual yang berbeda dari para “Bapa
Gereja,” mulai dari Dionysus hingga ke Agustinus.
84)
Lihat CKA 93.
85
spiritual akhirnya dibawa kepada orang dari setiap lapisan
masyarakat.
Dengan energi yang dilepaskan dari suatu sistem akar yang
diperbarui, sebuah kultur yang tinggi pun mampu berkembang-mekar
secara singkat tetapi gemilang, dengan menyatukan visi dan aksi. Selain
dari negarawan-kardinal yang adalah pendiri mereka, contoh-contoh
dari mazhab baru mencakup:
-
para pembaharu sosial,
pembela orang miskin,
pelopor pendidikan umum,
para perancang reformasi klerikal,
para misionaris kepada para petani yang diabaikan di
Perancis,
para misionaris ke Dunia Baru yang mengasyikkan,
para pendiri kehidupan religius “apostolik,”
para pendiri apa yang dewasa ini kita sebut “komunitas basis”
bagi kebangkitan kembali nilai-nilai spiritual,
para guru seni bimbingan rohani yang metodenya tetap
menjadi model sampai dewasa ini.
Sebuah tanda yang mengesankan dari dampak kultural mazhab itu
ialah kemampuannya untuk melintasi semua rintangan sosial yang
berasal dari kelas dan privilese atas dasar kelahiran. Misalnya,
Vincentius à Paulo berasal dari sebuah keluarga petani miskin di
Camargue (pelosok Prancis yang amat miskin), sementara de Condren
terlahir dari kalangan aristokrat, dan Olier berasal dari keluarga kota
Paris dari “kelas menengah atas” baru. Mereka bertiga bekerja sama
erat pada setiap waktu dalam hidup mereka, dan melaksanakan
pelayanan mereka di antara orang dari semua kelas. Dalam semangat
kerja-sama ini, dan sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan jaman mereka,
86
pengikut Mazhab Prancis mampu menunda untuk beberapa saat
datangnya “pertumpahan-darah” Revolusi Prancis itu.
Beberapa contoh membuka cakrawala luas dan tuntunan karya
mereka mendamaikan hal-hal berlawanan:
• Ilmu pengetahuan dan Spiritualitas seringkali dilihat sebagai hal-hal
berlawanan. Tetapi Bérulle menaruh perhatian pada ilmu
pengetahuan pada jamannya, dan menterjemahkan pemahaman dan
kosa-katanya menjadi gambaran hubungan Allah dengan umat
manusia.
Misalnya, dengan mengacu pada sistem-solar Kopernikus, dia
berkata, “Ilmu pengetahuan ini mempunyai kegunaannya dan harus
diikuti dalam ilmu pengetahuan keselamatan…..” Dari gambaran
matahari (bukan bumi) sebagai pusat benda-benda, dia membuat
perbandingan yang berguna: “Dikau (Yesus) adalah Pusat,
Lingkaran, dan Bulatan dari semua Emanasi Allah.” Demikian juga
halnya, ketika Harvey menemukan rancangan sistem peredaran
(darah) sejalan dengan fungsi sentral jantung, St. Yohanes Eudes
memperkenalkan perayaan Hati Kudus, yang melingkari energi
cinta ilahi dalam Tubuh Mistik Kristus.
• Dalam rangka memungkinkan orang biasa ikut ambil bagian dalam
rencana pembaharuan, kaum misionaris Mazhab Prancis
mengembangkan dan memakai bahan-bahan pengajaran yang
canggih. Karena alasan inilah kita melihat St. Louis-Marie de
Montfort mengutip terjemahan-terjemahan dari Le Maître
(Lemaistre) de Sacy dalam bahasa kerakyatan daripada bersandar
pada Vulgata yang mungkin sangat dia hafal. Buku-buku pegangan
Olier yang dirancang untuk rakyat biasa mencapai semangat-hidup
yang tinggi, keakraban pribadi, dan gaya yang elegan.85
• Dalam laporan para lawan mereka dalam kubu heretik, para
pendukung Mazhab Prancis memperlihatkan tataran kesopanan
85)
Jean Jacques Olier, Catechisme Chretien pour la vie intereure et Journee
chretienne, ed., Francois Amiot, Paris, Le Rameau, 1954.
87
yang kiranya dapat menjadi teladan untuk dewasa ini. Biograf
Condren, Père Denis Amelote, mengatakan bahwa dia selalu
mendengarkan dengan penuh perhatian orang yang menentangnya,
dan tidak pernah menertawakan atau menghancurkan argumen yang
berlawanan. Sebaliknya, dia selalu memberi lawannya “jalan
keluar, dan ‘kata terakhir’ dengan mana dia dapat menyelamatkan
martabatnya dan membawa debat itu ke penyingkapan yang dapat
dihormati kedua belah pihak.
Sebagaimana Condren sendiri mengingatkan para muridnya:
“Dalam proces presentasi (pelbagai kebenaran ilahi) kehilangan
sesuatu dari martabat mereka. Seringkali mereka berkurang agar
makhluk ciptaan dapat memahami mereka.” “Dengan cara ini
kadang-kadang mereka bahkan terputus dari kebenaran esensial
mereka yang orisinal.”
Beberapa baris ini belum menggambarkan secara adil sumbangan
yang sangat besar dari Mazhab Prancis kepada Gereja dan masyarakat.
Yang jelas, dia meletakkan landasan bagi gelombang historis dari
sintesis, keaneka-ragaman, kreatifitas, pembaharuan, dan harapan yang
tumbuh dari pelbagai kemungkinan baru. Walaupun gelombang itu
sudah mencapai puncaknya yang tertinggi pada masa Montfort, dia
mampu bertahan dalam momentumnya dalam penemuannya kembali
akan Kebijaksanaan Ilahi.
Pelbagai Pemahaman dan Penemuan
Pilihlah tiga poin dari pelbagai pencapaian mazhab Prancis dan
katakanlah mengapa hal itu anda anggap penting. Kegunaan apa kiranya
yang mereka punyai bagi jaman kita sendiri?
3. Mazhab Prancis dan “Pendamaian Hal-hal Berlawanan”
Apa yang membuat Mazhab Prancis sangat terkemuka bukanlah
hanya banyaknya tokoh-tokoh penting yang mempunyai nama besar
88
pada jaman mereka. Mazhab Prancis berhasil, lebih baik daripada
sebagian besar gerakan spiritual yang kita ketahui, dalam mendamaikan
hal-hal berlawanan.
Rekonsiliasi mereka yang terbesar dapat dihargai sehubungan dengan
dua ketegangan besar kehidupan rohani, yang ditemukan secara
universal, tidak hanya dalam Kristianitas, melainkan juga dalam banyak
tradisi dunia yang lain. Ketegangan yang satu ialah penghapusan diri di
hadapan transendensi dan “keberlainan” Allah yang tak terkatakan;
ketegangan yang lain, cita rasa akan sifat Allah yang dapat didekati,
keserupaan-Nya dengan manusia dan “kecenderungan”-Nya kepada
umat manusia, bahkan sampai mau tinggal di antara kita.
Dari perspektif yang pertama, kadang-kadang disebut perspektif
“abstrak”, Bérulle melihat kehadiran ilahi yang mengisi semua ciptaan,
tetapi serentak “lain sama sekali,” jauh melampaui benda tercipta.
Tetapi (perspektif) yang kedua, perspektif “inkarnasional”, dia melihat
keakraban yang ilahi mencapai kepenuhannya dalam persatuan dengan
kemanusiaan Kristus: “Untuk masuk dan keluar melalui pintu ini, yakni
Yesus Kristus, adalah suatu cara penuturan yang berarti merampungkan
secara bebas segala sesuatu yang Allah minta dari kita, dengan masuk
ke dalam keilahian dan keluar menuju kemanusiaan Yesus Kristus.”86
4. Bagaimana Mazhab Perancis Menyumbangkan Beberapa Aspek
dari CKA
Akhirnya, baiklah kita renungkan beberapa tilikan Mazhab Perancis
yang jelas-jelas terpantul dalam CKA. Mungkin sekali, bahwa tanpa
memperoleh pandangan dari mazhab spiritualitas ini, Montfort kiranya
tidak bisa mencapai puncak ketinggian dan kedalaman dalam babbabnya tentang Inkarnasi Kebijaksanaan Ilahi.
86)
Ibu Madeleine de St. Joseph, dikutip dalam W illiam Thomson, op.cit., p.198.
89
Agar dapat mencicip poin-poin yang paling lezat dalam perjamuan,
kita memberi beberapa teks representatif dari “guru” mazhab kenamaan
itu. Beberapa paralel yang perlu dilihat ialah:
• acuan kepada kebijaksanaan yang begitu sering, walau pun
kasual.
• Pemakaian bahasa misteri yang meresap ke mana-mana.
• Penekanan pada rancangan ilahi dalam evolusi sejarah.
• Gambaran Kristus kosmik yang meresapi Yesus “historis.”
• Redefinisi agama menurut makna primitirnya, yakni kaitan yang
menyatukan manusia dengan Allah.
• Fokus pada Kehadiran imanen Allah dalam dunia sebagai
kekuatan yang mengangkat dan mengubah kemampuan dan
tujuan manusia.
Bérulle: Wasana Tentang Keadaan dan Kemuliaan Yesus.87
Sabda Ilahi…. setelah diutus ke dunia, ingin membangun sebuah
Akademi kudus di sini, suatu keadaan rahmat, sebuah dewan ilahi,88
yang dituntun dan dijiwai oleh Roh-Nya, untuk berbicara bahasa surga
kepada dunia….. dan untuk memperkenalkan pengetahuan yang mulia
dan halus akan Allah kepada umat manusia…. yang tidak akan pernah
bisa diajarkan kepada mereka oleh pemahaman budi manusia.
Salah satu pelajaran yang paling utama dan paling penting yang
diajarkan kepada kita dalam “sekolah kebijaksanaan dan keselamatan”
ini, yang didirikan dan disediakan bagi dunia, ialah “misteri suci
Inkarnasi.” Misteri itu sedemikian mulianya sehingga dia melampaui
pemikiran-pemikiran yang paling tinggi dari manusia dan para malaikat.
87)
Ibid., pp.109-112; 135-137. Dari salah satu dari duabelas wasana oleh Kardinal de
Bérulle yang dipersembahkan kepada Louis XIII, yang dikenal sebagai Les
Grandeurs.
88)
“Dewan” jelas berarti “ekklesia” atau gereja dan “agama”, sementara “Akademi”
berarti sebuah sekolah kebijaksanaan atau spiritualitas di dalamnya.
90
Sedemikian agungnya dia sampai-sampai mengandung dan mencakup
baik Allah maupun manusia dalam dirinya sendiri. Misteri ini
sedemikian dalamnya sampai-sampai dia tersembunyi sejak keabadian
dalam pemikiran-pemikiran yang paling rahasia Masa-masa Purba dan
dalam cara sang Rasul berbicara secara benar tentangnya di pelbagai
tempat seperti berikut ini: tugas penyelenggaraan rahasia yang telah
berabad-abad tersembunyi di dalam Allah, yang menciptakan segala
sesuatu.89
Namun demikian misteri ini, yang sedemikian agung dan mulia,
sedemikian dalam dan sedemikian tersembunyi, serentak sangat bersifat
umum. Dia terwujud dalam kepenuhan masa, di pusat dunia, agar dapat
dilihat oleh semua orang, jangkar pengharapan mereka, pangkal
keselamatan mereka dan pemenuhan kemuliaan Allah dalam semesta.
Sebab melalui misteri inilah surga terbuka, bumi dijadikan kudus dan
Allah disembah. Penyembahan ini adalah baru. Dia tidak dapat
dilukiskan90 dan tidak diketahui surga dan bumi bahkan pada masa-masa
terdahulu. Sebab walaupun surga sudah terlebih dahulu memiliki roh
yang menyembah dan Allah yang disembah toh dia masih belum
memiliki Allah yang menyembah(!).
Melalui misteri inilah Allah hadir di muka bumi ini sedang
menyembunyikan keagungan-Nya dalam kerendahan hati. Dia
dibungkus dengan kelemahan-kelemahan kita dan berbusanakan
kefanaan kita. Dia sendiri menyempurnakan keselamatan dunia di
tengah-tengah kita seakan-akan Dia adalah salah satu dari kita. Melalui
misteri ini bumi pun menjadi surga baru, di mana Allah berdiam dalam
satu cara yang lebih tinggi dan lebih mulia, lebih kudus dan lebih ilahi
89)
Efesus 3:9.
90)
“Tidak dapat dilukiskan” berarti “misteri” yang tidak dapat diungkapkan dalam
kata-kata manusia. Dia adalah sebuah axioma spiritualitas dalam semua tradisi bahwa
“orang-orang yang tahu janganlah berbicara; orang yang berbicara tidaklah tahu.”
Lihat CKA 1-2.
91
dari cara Dia berdiam sebelumnya dalam surga yang tinggi. Dengan
iman, cinta, dan penghormatan akan misteri suci inilah Allah sendiri,
ketimbang melalui para malaikat dan para abdi, membangun sebuah
agama di bumi.91 Agama ini Dia jamin sampai ke zaman akhir, karena
misteri ini juga mengandung di dalamnya pelbagai manifestasi terakhir
dari kekuatan, cinta, dan kebijaksanaan abadi-Nya.
Karya ini, misteri ini adalah unik dan tidak sama seperti yang lain di
dunia ini. Kebijaksanaan Abadi menghasilkannya sebagai karya muliaNya dan misteri agung-Nya. Kita melihat kesatuan Allah ditanamkan
dalam kesatuan misteri ini dan diukir dalam dunia ini, seperti pada intan
mulia…. Maka kesatuan Allah dimuliakan tidak hanya seperti
sebelumnya melalui ciptaan, melainkan juga dengan kesatuan dari yang
ilahi dan pribadi tak tercipta dalam adikarya Inkarnasi… Sebab Yesus
adalah dunia, dunia yang indah.92
Putera Allah memancar keluar dari sumber tanpa meninggalkannya…. Dengan cara yang sama kita diikat-satukan secara erat
dengan Anak Allah seperti halnya ranting dengan pokok anggur, persis
sebagaimana Dia sendiri erat bersatu dengan Bapa. Kita harus berada
dan berdiam selamanya di dalam Dia, sebagaimana halnya Dia berada
dan berdiam dalam Bapa-Nya. Kita harus senantiasa hidup dan
bertindak melalui Dia dan bagi Dia, sebagaimana halnya Dia hidup dan
bertindak melalui Bapa-Nya. Sebab Dia itu serentak sumber dan tujuan
eksistsensi dan hidup kita.
Condren: Keagungan dan kehadiran Allah
Sesuatu yang tak dapat kuungkapkan kumohon agar Dia
melengkapinya; Dia sendiri lebih agung dari alam semesta, dan yang
91)
Bérulle memakai kata “agama” dalam pengertiannya yang primitif, yaitu, suatu
jembatan atau penghubung yang menghubungkan (Latinnya, ligo) manusia dengan
Allah, surga dan bumi, yang di bawah dengan yang di atas.
92)
Lihat CKA, 64.
92
pribadinya sama dengan prinsip yang memperanakkan Dia. Dia adalah
tempat terpenuhinya semua kerinduanku. Agama-ku terpuaskan dalam
Dia….. Allah sendiri sajalah yang dapat pantas sebagai Allah; hanya
Pribadi sang Firman yang Menjelma dan dari Kebijaksanaan, yang
mengetahui Dia secara memadai sehingga dapat memberi Dia
penghormatan yang seharusnya (sepantasnya).
Kalau Inkarnasi disebut oleh Roh suatu perendahan dari Bentuk
Allah karena Anak Manusia tidak mengejawantahkan semua
kesempurnaan (ilahi) pada jaman Kedagingan-Nya, lalu apa makna
(akan kita katakan tentang) kehampaan tempat Dia turun ketika Dia
wafat di salib?….. Jadi dari perpaduan kodrat manusia dengan kodrat
Ilahi, dari Ada dengan yang tidak ada, dari semua dengan kehampaan,
muncullah semacam persembahan mengagumkan yang dapat
dibayangkan; dan dengan penyatuan begitu banyak hal berlawanan,
muncullah mahkota persembahan dan agama…. Korban Yesus Kristus
ialah…. upaya terakhir dari Kebijaksanaan Ilahi untuk membentuk
model tertinggi dari kemuliaan sempurna yang dapat diberikan kepada
sang Kekal.93
Jean-Jacques Olier: Kehidupan Harian Orang Kristen
Kalau memang ada di antara manusia seorang penyembah sejati, itu
hanya mungkin melalui partisipasi dalam penyembahan dan pujian
(Yesus); kalau ada satu orang yang sungguh berdoa, itu hanya mungkin
melalui partisipasi dan komunikasi dengan doa-Nya; sehingga tujuan
luhur kesempurnaan dan agama kita ialah masuk ke dalam persekutuan
dengan Yesus Kristus, yang membuat kehidupan-Nya yang tersembunyi
dan jiwa kita menjadi hal yang satu dan sama melalui partisipasi.
Dari meditasinya pada saat matahari terbit:
93)
Denis Amelote, La vie du père Charles de Condren,V.2, Paris, 1643, pp.134-136.
93
Aku menyalami-Mu, gambaran guruku Yesus Kristus. Engkau adalah
emanasi orisinal dari Allah-ku, yang penuh dengan cahaya dan
keagungan-Nya…. Allah melahirkan Firman-Nya dalam Keabadian,
sebagai cahaya yang memancar dari cahaya, Allah yang mengalir dari
Allah. Ketika dunia diciptakan untuk pertama kalinya Allah
menciptakan cahaya dan melekatkannya pada matahari, yang menerangi
seluruh dunia.
Demikian juga, dalam penciptaan dunia baru Yesus Kristus
menerangi semua orang. Dengan datang ke dunia ini, Dia menerangi
setiap orang.94 Dia yang berkata, 'Biarkanlah cahaya yang bersinar
dalam kegelapan, bersinar dalam hati kami…'95 Yesus Kristus,
matahariku, engkau mengisi dengan kekuatan-Mu sakramen-sakramen
kami yang adalah laksana planet-planet dan bintang-bintang yang
menopang dunia. O Matahari Keadilan yang indah, sudilah kiranya
cahaya-Mu tidak pernah meninggalkan kami, agar Gereja-Mu tidak
pernah mengalami gerhana-Mu, agar terang-Mu dan daya pengaruh-Mu
yang suci akan dicurahkan ke atas kami selama-lamanya.96
Di dalam ajaran Bérulle, Condren, dan Olier, tiga “misteri” agung,
yaitu penciptaan, penjelmaan, dan wafat-kebangkitan mempunyai
peranan sentral. Melalui “keadaan” Yesus yang suci ini kita dapat
masuk ke dalam misteri ke-Allah-an.
Maka dalam pendekatan dan kosa kata Mazbab Prancis, kita
menemukan tempat sentral “misteri.”
• Dalam Yesus, Kebijaksanaan Abadi dan Menjelma.
•
Dalam “keadaan” makhluk ilahi yang disediakan misteri itu bagi
kita melalui Dia.
94)
Yohanes 1:9.
95)
2 Kor 4:6.
96)
Dalam W illiam Thomson, Bérulle and the French School, p.279.
94
Tetapi St. Louis de Montfort semakin mengkaitkan pada jaman kita
cita rasa yang penting ini akan komunikasi ilahi dalam kemanusiaan,
dan partisipasi manusia dalam keilahian. Dia menampilkan
Kebijaksanaan dalam begitu banyak aspek: aspek biblis, aspek simbolis,
aspek kosmik, dan akhirnya (dengan kesaksian hidupnya) dunia nyata
tempat dia hidup. Di sana kita menjumpai dia dalam prakarsa sepi dan
heroiknya untuk mengembalikan Puteri Kebijaksanaan ke tahta-Nya
yang asli di dalam kemuliaan.
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
• Barangkali ciri yang paling penting dari Mazhab Prancis ialah bahwa
dia benar-benar bersifat Kristosentris. Carilah tiga poin tentang
Kristus yang menyapa hatimu. Sharingkanlah hal-hal ini dengan
teman atau dalam kelompok kecil.
• Ungkapkanlah satu hal yang telah anda ketahui tentang “misteri” dari
masing-masing tiga guru hidup rohani ini?
• Mana dari ketiga pengarang ini yang paling anda sukai? Mengapa?
• Ide-ide apa yang sudah akrab dengan anda dari CKA?
Sangkut Pautnya Dengan Hidup
• Nyanyikanlah atau mainkanlah rekaman beberapa ayat dari Le
Triomphe de la Croix (Kidung no.19: Salib dalam misteri….). Kalau
kamu mempunyai kelompok musik atau Paduan Suara, gubahlah
versi modern dari ayat satu.
• Dengan memakai majalah atau koran baru carilah contoh-contoh dari
“misteri kehadiran Allah” pada jaman kita sekarang ini.
95
TOPIK E: MONTFORT – MANUSIA PARADOKS
Setelah merenungkan spiral, Salib, “misteri” sebagai hal yang
penting bagi “pendamaian kembali hal-hal berlawanan,” kita sampai
pada suatu saat ideal untuk menggali tema-tema yang sama ini dalam
perjalanan hidup yang nyata dari Pater de Montfort. Di sini kita akan
mencoba melihat lebih dekat kesaksiannya sendiri dan menggali
kebenaran tulisannya sebagaimana dia menghayatinya ketimbang
sebagaimana dia menemukannya dari “orang yang berwibawa” pada
jamannya. Kita akan memberi perhatian khusus pada cara dia membuka
dirinya sendiri dalam keadaannya yang paling rentan kepada
“permainan dari hal-hal berlawanan.” Dengan pemahaman dan
keharuan kita akan masuk ke dalam pola penuntun yang terus mengubah
dia sepanjang hidupnya, sampai wafatnya.
Walaupun sembilan atau sepuluh pasangan hal-hal berlawanan akan
dijalin-jalin dalam pelbagai refleksi kita, namun lima bidang dasar yang
akan digali meliputi hal-hal sbb:
• kebebasan (dari kodrat dan naluri) melawan perbudakan (pada norma
masyarakat).
• Kekuatan melawan kelemah-lembutan.
• Ketaatan melawan “ketidak-taatan suci.”
• Sukacita melawan penderitaan.
• Percaya akan kebaikan Kebijaksanaan melawan teror hukuman
abadi.
1. Introduksi Seorang Anak Kecil ke Dunia Paradoksal
Sebagaimana halnya dengan banyak orang lain yang mempunyai
kharisma luar biasa, pola-pola yang menuntun dan mengilhami
panggilan St. Louis-Marie de Montfort mulai tampak pada awal masa
hidupnya. Adalah masuk akal untuk mengatakan bahwa pertentangan
pertama dari hal-hal berlawanan dalam perkembangan pribadi Louis
96
muncul ke permukaan tatkala dia berjuang menemukan jalannya sendiri
dalam hubungan dengan ayah dan ibunya. Tantangan keluarga ini
tampaknya bersamaan secara kronologis dengan tantangan yang lebih
mendalam untuk mendamaikan konflik antara gambaran Ibu Bumi yang
memelihara dan gambaran masyarakat patriarkat Prancis yang mencekik
pada masa Louis XIV.
Sebagaimana diijinkan oleh adat-istiadat masa itu, orang tua Louis
mempercayakan dia tidak lama sesudah kelahirannya kepada
pemeliharaan seorang petani perempuan, “Ibu Andrea,” yang akan dia
kenang dengan kasih yang hangat sepanjang hidupnya. Dengan dia dan
dua ibu perawat lain dalam Rumah tangga petani itu, dia mengarungi
tahun-tahun pertamanya di wilayah estat pedesaan keluarga Grignion,
hanya beberapa mil dari kota orang tuanya sendiri di Montfort-sur-Meu.
Seorang biograf mengatakan sbb:
“Sulit rasanya menemukan di mana pun di dunia ini daerah
pedesaan yang lebih menyenangkan daripada la Bachelleraie…. di
mana anak bertumbuh dikelilingi objek-objek sederhana dalam
sebuah pondok Breton kecil terbuat dari adukan jerami dan lumpur,
akrab dengan irama musim-musim, dan dirawat dengan lembut
oleh tangan-tangan yang melepuh karena kerja.”97
Demikian juga, orang tidak akan sulit membayangkan ‘inisiasi’-nya
yang pertama. Bayangkan kebingungan dan kepedihan seorang anak
kecil berusia empat tahunan yang kembali ke rumah tangga orangtuanya
setelah melewati masa-masa kebebasan yang mengagumkan dan masamasa pemeliharaan di daerah pedesaan terbuka. Pada usia yang lembut
ini, si anak Louis diperhadapkan dengan “tugas kepahlawanannya” yang
pertama.
Menurut para biograf pertama, “Di samping suami yang brisik dan
mengganggu, ada isteri yang pendiam, yang tetes-tetes air mata bisunya
97)
Papasogli, Bernadetta, Montfort, a Prophet for Our Times, p.17.
97
merupakan satu-satunya cara baginya untuk mengatasi ledakan-ledakan
amarah sang suami.”98 Ternyata, temperamen Louis sendiri, mewarisi
kegairahan yang hangat ayahnya,99 tetapi para biograf semula
mengisahkan bahwa dia menerima peranan sebagai seorang yang
bersimpati dan penghibur dalam hubungan dengan ibunya.100
Barangkali ketegangan energi-energi yang bertentangan ini di dalam
temperamennya yang memunculkan motivasi pertama Louis untuk
melakukan pengawasan atas ungkapan dirinya sendiri. Sesungguhnya,
sudah sejak dini dia bisa menguasai reaksi-reaksinya terhadap pelbagai
kritik dan tuntutan orang lain, seraya di dalam hatinya mengusahakan
ketenangan yang dibawanya serta sebagai kenangan-badani dari la
Bachelleraie. Sebagai bukti pendukung, kita tahu dari pelbagai peristiwa
berikut di dalam hidupnya yakni “untuk seterusnya, dia mau
menghargai ikatan kokoh dan sederhana dengan bumi yang baik.”101
Sisi lain dari mata-uang itu ialah bahwa dia terus menerus merasa
tidak senang dalam rumah megah-molek kelas pedagang atau
“bangsawan kecil” yang dia kaitkan dengan pelbagai kerasnya
perjuangan dan kecemasan ayahnya untuk bangkit.102 Perjuangan ini
98)
Ibid., p.16. Kalau penilaian Pater Gendrot tentang usia anak itu tepat, kita harus
mengandaikan suatu tipe kepribadian yang sudah sangat terbentuk yang sedang
memasuki-kembali rumah tangga orang-tuanya. Barangkali sepotong kecil data ini
menjelaskan lebih jauh tentang paradoks-paradoks yang tidak terpecahkan dalam
kepribadian Montfort daripada data masa kecil lain yang diketahui yang dicatat oleh
para biograf semula.
99)
Banyak dari ciri-corak kepribadian asli-bawaan yang ditunjukkan dalam tinjauan
biografis ini dapat diklarifikasi dalam konteks Enneagram tipe 8.
100)
Besnard, Charles, Vie de M. Louis-Marie Grignion de Montfort, no. 1.
101)
Papasogli, op.cit., p.17.
102)
Dalam sebuah surat paling akhir yang ditulisnya (kepada Marie-Louise Trichet),
dia mengatakan, “Kalau Allah tidak memberi aku sebuah sumber pandangan yang lain
dari yang diberikan oleh para orang-tuaku, aku akan mengeluh dan cemas-gelisah
98
antara harmoni dengan alam (dalam seluruh sifat liarnya), dan konflikkonflik tandus masyarakat patriarkal (dalam seluruh sifat artifisialnya),
menggambarkan suatu tataran tersembunyi dari ketegangan femininmaskulin yang terus menerus mempengaruhi reaksi-reaksi emosional
sepanjang hidupnya.
Oleh karena itu, merupakan suatu pencapaian baginya, ketika
menjelang akhir hidupnya, dia menemukan bahwa dia telah belajar
untuk merasa nyaman makan dengan para anggota kelas-atas dalam
'istana-istana' mereka (dengan syarat bahwa dia dapat membawa orang
miskin bersama dengannya untuk makan bersama). Kita beruntung
mempunyai pernyataan tertulis yang memberi kita suatu pemahaman ke
dalam Pater de Montfort dalam penguasaannya yang matang atas “halhal berlawanan” yang mengganggu dia terus menerus. Sebab kita
mempunyai kesaksian tertulis dari Madame d’Orien,103 seorang wanita
bangsawan; di paroki tempat tinggal wanita inilah dia melakukan salah
satu dari misinya yang terakhir. Si wanita muda bersemangat ini yang
baru berusia 25 tahunan siap menghibur dirinya sendiri dengan menguji
keberanian tamunya yang “terkenal kesuciannya,” tetapi dia menulis
dengan sederhana kesan-kesannya yang positif.
Kami bersantap bersama hampir setiap hari (selama misi), baik
di Providence yang mempunyai persediaan yang baik (basis misi),
maupun di chateau kami. Pada setiap perjamuan, dia mempunyai
satu atau dua orang miskin di sisinya dan beberapa dari mereka ini
tampak agak menjijikkan. Dia berbagi bersama mereka apa saja
yang ada pada piringnya; dia selalu berusaha memberi mereka
seperti orang-orang bodoh dari dunia yang bejat ini. Tetapi aku tidak mau berbuat
demikian.” Ibid., p.489.
103)
Biograf-biograf sebelum tahun 1990 cenderung menyebut perempuan ini Madame
d’Orion. Tetapi penyelidikan terakhir mengidentifikasi dia sebagai janda dari M .
Jourdan de Villiers d’Orion. Lihat Guitteny, Bernard, Grignion de Montfort:
missionaire des pavres, les Éditions du cerf, Paris, 1993, p.44.
99
bagian yang lebih baik. Dia tidak pernah minum tanpa memberi
mereka terlebih dahulu, dan setelah doa dipanjatkan dia memeluk
mereka dan menemani mereka sepanjang jalan. Karena
menghormati mereka dia melakukan hal ini tanpa memakai topi,
yang dikepitnya dengan lengannya…. Tutur-wicaranya
menyenangkan, membangun, dan jenaka; bahkan ketika saya
menggodanya untuk melihat apakah dia akan gusar mendengar
pelbagai kisah dan lagu saya yang carut, dia menanggapi semuanya
dengan sangat ringan.104
2. Raksasa Yang Lembut
Serangkaian lain dari hal-hal berlawanan tampak jelas dalam
kelembutan, bisa juga disebut sebagai “kemanisan,” kepribadian Louis
(pasti berkembang secara penuh dalam lingkungan yang harmonis dan
mendukung dari awal masa kecilnya) melawan energi perkasa dan tipebadan berotot tinggi yang merupakan perawakan bawaannya.105
Dilaporkan bahwa ketika masih kecil dia disodori sebuah pertanyaan
besar, “Apa cita-citamu nanti kalau engkau sudah dewasa?”, katanya,
“Aku ingin berbuat sesuatu yang akan memungkinkan aku bekerja
dengan tangan-tanganku.”106
104)
Ibid., pp.482-483.
105)
Potret-potret Montfort mirip sebuah salib antara seorang Pahlawan Keltik yang
keras dan seorang Senator Roma (mungkin saja dia benar-benar berasal dari garis
keturunan kedua-duanya) sesuatu yang sama dengan “Seneca” Indian Amerika, yang
dinamakan demikian karena keagungan klasik profil mereka yang dipadu dengan sifat
“berlawanan” dari keganasan.
106)
Lihat Josef Grandet, La vie de Messire Louis Marie Grignion de Montfort, centre
International Montfortain, St. Laurent-sur-Sèvre, 1994, p. 192 (atau p. 349 dari
manuskrip asli). Ini dikutip dalam Papasogli, op.cit., p.41.
100
Karena pada dasarnya dia adalah orang “suci”, pada masa mudanya
dia tunduk pada sindiran dan lelucon-lelucon praktis dari para sahabat
yang hanya ingin menguji si “raksasa lembut” (sama seperti Ibu
d’Oriou!). Pola ini dia pertahankan dengan baik dalam hidupnya di
Seminari, sampai pada satu hari dia membuat para sahabatnya terheranheran melihat manifestasi kehadirannya yang serba tiba-tiba dan kuatkuasa di mimbar. Mereka semakin terheran-heran lagi melihat
pelajaran-pelajaran katekismusnya yang berhasil cemerlang yang diikuti
banyak anak-anak jalanan yang gaduh (di satu pihak) dan tak tertangani
di Paris.
Tetapi, selama masa sisa hidupnya, Louis merasa mutlak perlu untuk
melanjutkan pelatihan diri dalam seni yang sulit untuk menyeimbangkan kepekaan sosial dengan komitmen yang tegar untuk
melaksanakan kebenaran sebagaimana dia melihatnya secara tulus.
Walau dia berjuang untuk melihat dan memeriksa pelbagai dorongan
hatinya yang tegar, mereka seringkali meliputi kemampuannya untuk
menampungnya atau bahkan untuk membayangkan efek-efeknya atas
orang lain. Semua biografnya memperlihatkan bahwa ada saat-saat di
mana dia melewati batas-batas dari apa yang dapat diterima secara
sosial.
Kepada sahabatnya Blain dia membuka rahasianya bahwa ketika para
atasannya memanggil dia untuk menegurnya karena perilaku yang
berlebihan, seringkali dia tidak sadar telah “melakukan sesuatu yang
salah.” Belakangan, tahun 1714, ketika Pastor Blain mengingatkannya
bahwa suatu saat dia menegur secara tidak tepat seorang gadis belia
yang telah memandangnya selama kotbah, dia hanya bisa menjawab,
“Apa saya bilang begitu yah? Saya sungguh tidak ingat lagi!”107
Seringkali dia mempertahankan “ketidak-bersalahan”-nya, tetapi pada
saat yang sama dia mengakui suatu kelemahan pribadinya yaitu
107)
Jean-Baptiste Blain, Abrege de la Vie de M. Louis de Montfort, Rome, Centre
International Montfortain, 1973, p.187.
101
seringkali bersikap kurang begitu arif. Dia mengaku kepada Blain
bahwa dia mempunyai banyak kesempatan untuk “perendahan.”
Cita-rasa akan rasa malu yang membingungkan ini barangkali bisa
menjelaskan mengapa dia mengembangkan dan dengan rela
mempertahankan sikap lembut menghadapi kritik. Seringkali dia bahkan
menerimanya dengan ketenangan dan konsistensi yang luar biasa karena
dia menyadari bahwa dalam banyak hal pengalamannya sendiri akan
dirinya sendiri bukanlah pengalaman orang lain akan dia. Biograf
Papasogli menyatakannya secara ringkas: “Dalam beberapa hal dia
sangat kuat dan dalam beberapa hal lain dia sangat rapuh.”108
Sebuah peristiwa yang menunjukkan ketulusan nan lembut ini yang
tercapai dalam tahun-tahun belakangan hidupnya (tetapi konsisten
dengan kebiasaannya sepanjang hidup yaitu penguasaan-diri) dilukiskan
dalam buku yang sama dari Madam d’Oriou:
Di tengah kotbah penutup di Calvary yang disusun selama karya
perutusan, dia diserang oleh dua orang ketika dia sedang
berbicara, seorang pria dan seorang perempuan, yang
menunggang kuda dan melontarkan kepadanya tuduhan keji
bertubi-tubi, dengan menyebut dia sebagai pendusta, pembohong,
dan penipu. Mereka bahkan mengatakan bahwa dia dengan
sengaja menyesatkan umat. Sesudah menunggu selama 45 menit
sesudah mereka selesai, dia tergerak untuk berlutut dan memohon
pengampunan dari mereka atas apa saja yang mungkin telah dia
katakan yang telah sedemikian rupa sehingga membuat mereka
tersandung dan menyebabkan mereka menyakiti hati Allah. Mereka
pun kabur tanpa berkata apapun. Pada saat makan malam, Pater
de Montfort tidak mengijinkan orang berbicara sedikitpun tentang
mereka.109
108)
Papasogli, op.cit., p. 479.
109)
Ibid., p .484. Kisah itu telah diringkas untuk dipakai dalam komentar ini.
102
3. Pemberontak Yang Taat
Rangkaian lain dari hal-hal berlawanan yang ditemukan secara
perlahan-lahan dan dengan pedih oleh Montfort dalam dirinya sendiri
muncul ke permukaan selama masa-masa hidupnya sebagai seminaris
dan sebagai imam muda yang sedang berjuang mewujudkan
panggilannya. Pendidikannya di seminari telah menuntun dia untuk
sungguh-sungguh menghormati orang-orang yang berbakti yang telah
menjadi guru-gurunya dan pembimbing rohaninya di komunitas
Sulpician, dan sangat menghargai “ketaatan” sebagai jalan untuk
menaklukkan kehendak-diri.
Tetapi walaupun dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk
mempercayakan dirinya pada tuntunan para pembimbingnya, dia lambat
laun dan dengan kesulitan yang semakin meningkat menemukan bahwa
cita-cita komunitarian mereka tidaklah sebanding dengan energi-energi
yang kuat dan cita-rasa yang kuat dari panggilan individu yang sedang
bertumbuh di dalam dirinya. Oleh karena itu, dia harus belajar
bagaimana mempercayai panggilan batiniahnya. Dengan percaya akan
intuisinya, dia harus masuk ke dalam usaha mencari kehendak Allah
baginya dari hari ke hari. Apa yang dipertaruhkan tidak lain adalah
panggilan pribadinya.
Sebuah tugas yang tidak kurang mendesaknya ialah menemukan
konteksnya sendiri yang tepat untuk mempraktekkan ketaatan.
Sesungguhnya, sesudah tahbisannya dibutuhkan beberapa tahun untuk
menemukan “di mana” dan “bagaimana” dia harus menghayati
ketaatannya dengan suatu cara yang membuat dia bisa memastikan
bahwa dia berada pada lorong yang direncanakan Allah baginya.110
Untuk maksud-maksud praktis, akhirnya dia memikirkan ketaatan
sebagai semacam pengawas perbatasan, yang perlu untuk melestarikan
110)
Dalam Introduksi untuk Bab Empat; kita membicarakan kontras antara spiritualitas
Ignatian dan Berullian yang masing-masingnya menarik Montfort dan telah memasuki
kehidupannya yang mempengaruhi kurun formatifnya.
103
keteraturan dalam sebuah gereja institusional yang, dalam banyak hal,
tercabik-cabik oleh pertikaian. Setelah meminta mandat secara langsung
dari Paus Klemens XI (Pater de Montfort tidak pernah melakukan
sesuatu pada skala kecil!),111 dia tunduk, hampir seperti rasa hormat
militer terhadap perintah-perintah, pada penilaian hirarki karena hal ini
mempengaruhi pelbagai rencana dan proyek misionernya.112
Tetapi pada tataran yang lebih personal, dia memakai ketaatan sebagai
sebuah disiplin batiniah untuk mempertinggi pengetahuan-dirinya
sendiri dan mengurangi rasa puas-diri dalam suatu pekerjaan yang
hampir selalu mencapai sukses yang populer. Tetapi kita perhatikan
bahwa Louis telah menyimpan di dalam kepribadiannya suatu cita-rasa
kebebasan yang luas yang harus “didamaikannya” dengan cita-rasanya
akan ketaatan.
Suatu kali ketika sahabatnya Blain menantangnya untuk menurunkan
prakarsa-prakarsa heroiknya dan lebih sering mengikuti nasihat-nasihat
dari orang-orang lain, agar terasa bisa lebih “cocok” dan menghindari
reputasi sebagai “ganjil” atau “aneh”, dia pun menjawab dengan
semangat (Blain mengimplikasikan bahwa sebuah syaraf yang peka
telah tersentuh) bahwa “ada pelbagai jenis kebijaksanaan…
Kebijaksanaan dari orang yang harus menghayati kehidupan dalam
111)
Paus Klemens XI mendengarkan M ontfort dengan penuh perhatian dan peduli.
Kuatir akan bahaya-bahaya Gallicanisme di Prancis, dia menolak permohonan si
pemohon untuk mengabdi di Amerika, seraya mendorong dia untuk melakukan karya
misi ke tempatnya sendiri: “Pastor, anda mempunyai cakupan pandang yang cukup
besar akan semangatmu bagi Prancis; janganlah pergi ke mana-mana, tetapi bekerjalah
selalu dalam kepatuhan sempurna kepada para uskup dioses dalam mana kamu
dipanggil. Dengan cara ini, Allah akan memberkati kamu semua.” Lihat Papasogli,
op.cit., p.279.
112)
Seraya kembali dengan berkaki dari Roma, Montfort memperluas ziarahnya
dengan ret-ret dua mingguan di Bukit St. Mikhael. Di sana dia menjumpai arketipe
Mikhael, Malaekat pahlawan yang berdiri antara langit dan bumi seraya menahan laut
yang kacau-balau. Penglihatan ini mengkonsolidasi cita-rasa Louis akan misi.
104
komunitas sangat berbeda dari (kebijaksanaan) seorang misionaris atau
pewarta apostolik yang harus memprakarsai usaha-usaha baru.”113 Di
dalam sebuah doa untuk memperoleh Kebijaksanaan yang disalinnya
dari kitab Kebijaksaan Salomo, dan yang dianjurkannya sebagai salah
satu “sarana-sarana” yang tersedia untuk sang pencari-Kebijaksanaan,
Pater de Montfort menyingkapkan beberapa petunjuk yang jelas tentang
kepercayaannya pada tuntunan-Kebijaksanaannya (yaitu intuisinya).
Adalah tugas Louis untuk menghindari perangkap-perangkap yang
paling berlawanan yang menjadi pokok kepedulian temannya, Pastor
Blain, yaitu, sifat malu-malu dan ketidak-pastian.
Ide-ide manusia kurang berani, dan rencana-rencana kita bersifat
coba-coba. Adalah sulit bagi kita untuk memahami apa yang
sedang terjadi di muka bumi; sesungguhnya, sangatlah sulit untuk
memahami makna apa yang sedang terjadi persis di depan mata
kita. Lalu bagaimanakah kita dapat memahami apa yang sedang
terjadi di surga? Bagaimana kami bisa mengetahui pikiran-pikiranMu kalau Engkau tidak mengutus kepada kami Kebijaksanaan-Mu,
Tuhan, untuk menuntun lorong-lorong kami dan mengajar kami
bagaimana agar berkenan pada-Mu.114
4. Pencinta Salib Yang Riang
Ada banyak kisah dalam biografi-biografi Montfort yang melukiskan
dia sebagai orang yang direndahkan, ditolak, dan dicobai melampaui
batas-batas daya tahan manusia “normal.” Dari hal-hal ini tidak ada satu
pun yang menyentuh daripada kisah-kisah tentang bulan-bulan dan harihari terakhir hidupnya. Walau dia baru berusia 43 tahun, kesehatannya
113)
Blain, Op.cit., no.335.dst. Peristiwa ini dikisahkan kembali secara rinci dalam
Introduksi untuk Bab Duabelas, yang menyusul bagian ini.
114)
Lihat CKA 191. Perhatikan bahwa terjemahan Montfort memperlihatkan adaptasi
yang penting dari Kebij.9:1-19.
105
tampak hampir rusak tatkala dia mengadakan misi Prapaskahnya yang
terakhir di kota-kota pedesaan di Vendée.
Pada saat ini setiap mimpi-mimpi dan harapan-harapannya sudah
hampir di ambang kepunahan:
• Para penguasa tidak mengijinkan dia untuk membangun pertapaan
kecil di hutan Vouvant (tanah Raja) untuk penyegaran diri setelah
melakukan tugas-tugas misionernya (kelak).
• Satu-satunya teman yang paling dipercayainya demi kelanjutan
karyanya (Pater des Bastières) telah mundur tanpa penjelasan.
• Dua teman pastornya yang masih ada adalah calon-calon baru yang
harus memperhatikan batas-batas dan syarat-syarat mereka.
• Dua perempuan yang selama 10 tahun di Poitiers begitu setia pada
aturan hidupnya dan karya pelayanannya kepada orang miskin, baru
saja pindah ke La Rochelle untuk memulai suatu pelayanan
pendidikan cuma-cuma bagi orang miskin, dan sekarang mereka akan
kehilangan kehadiran dan dukungan pembimbing. Surat terakhir yang
ditulis sendiri dengan tangan Pater de Montfort adalah sebuah
tanggapan terhadap permohonan yang mendesak dari Marie-Louise
Trichet akan bantuan:
"Kalau engkau adalah murid Kebijaksanaan, kalau engkau adalah
salah satu yang terpilih di antara ribuan, maka penolakan-penolakanmu
yang menyedihkan, rasa malumu, kemiskinanmu, dan keadaanmu yang
tampak seperti tawanan akan tampak sangat manis bagimu, karena
mereka semua akan dilihat sebagai harga dari mutiara paling berharga
– Kebijaksanaan. Ketahuilah bahwa aku menantikan pergolakanpergolakan yang lain.... untuk menguji iman dan harapan kita, sehingga
komunitas Kebijaksanaan dapat didirikan bukan di atas pasir-pasir
emas dan perak yang goyah juga bukan di atas kekuatan manusia
melainkan agar dia harus dibangun di atas Kebijaksanaan Kalvari."115
115)
Lihat Surat no.34 dalam God Alone, p.36. Juga dikutip dalam Papasogli, op.cit.,
p.489.
106
Pater Perouas memberi komentar demikian, “Tatkala kita membaca
surat ini kita tergoda untuk mengatakan ini adalah benar-benar Louis
yang kasar, keras, kejam, dan masih liar.”116 Tetapi bisa saja ada titik
pandang yang lain. Apakah Louis tahu pada tataran intuitif yang cukup
mendalam bahwa masa akhir hidupnya sudah dekat? Apakah surat ini
adalah cara dia memperlembut tamparan bagi Marie-Louise?
Juga ini adalah Louis yang dalam beberapa hari akan menaiki
mimbar untuk terakhir kalinya, seraya membuat para pendengarnya
menangis tatkala dia berbicara tentang tema “kelemah-lembutan
Yesus.”117 Ini adalah Louis yang dengan kekuatan sakrat-mautnya akan
memegang erat-erat tangan Pater Mulot dan meyakinkan dia bahwa dia
akan mampu “melanjutkan karya itu,” karena dia, Pater de Montfort,
akan “berdoa kepada Allah baginya.” Ini adalah Louis yang pada
ranjang mautnya berusaha memimpin para penghuni dusun yang
mengelilingi dia dalam kidung-kidung pujian surgawi.
5. Santo Yang Takut Neraka
Tetapi bahkan bagi Montfort yang suci pun, tidak segala sesuatu bisa
terpecahkan. Cakrawala yang disingkapkan oleh Kebijaksanaan Ilahi
tidak pernah berhenti menyingkapkan hal-hal yang tidak diketahui.
Ketegangan lain yang paling menyusahkan dia datang dari
keyakinannya akan neraka dan dia sangat bisa membayangkan
kengerian-kengeriannya. Karena dia terbatas pada momen historisnya
116)
Louis Perouas, A Way to Wisdom, Montfort Publications, Bayshore, New York,
p.92.
117)
Kotbah ini (no.80-90 dalam buku Sermons) sangat mirip dengan Bab 10 dan 11
dari CKA. W alaupun Montfort memakai kata “Yesus” dalam kotbah-kotbahnya
kepada orang-orang sederhana, adalah jelas dari catatan 5 di bawah no. 82 bahwa dia
tahu dia sedang berbicara dalam kotbah ini tentang “Kebijaksanaan Yang Tak Tercipta
dan M enjelma.” Lihat Frehen, Henri (ed), Sermons, Centre International Montfortain,
Rome, 1983. (Kaitan ini, sejauh kita ketahui belum diterbitkan, telah digali oleh Sr.
Ann).
107
sendiri, dia tidak mempunyai akses ke dalam teologi di kemudian hari
juga tidak kepada pemahaman-pemahaman dari psikologi manusia dan
mitologi lintas-kultur yang memperlembut pemahaman teologis kita
akan konsep neraka.
Louis menerima secara penuh ortodoksi sejaman yang telah
diajarkan kepadanya di St. Sulpice. Sebagai hasilnya, dia harus
mendamaikan dua hal yang bertentangan; dan hal itu sangat sulit:
• ajaran tentang hukuman abadi, yang dia yakini berasal dari Keadilan
Allah, dengan
• Kebaikan dan kerahiman abadi sang Kebijaksanaan.118
Bahkan pada saat-saat sakratmaut Louis, ketakutan akan neraka
datang menyiksanya. Rasa takut yang mengerikan melintasi wajahnya,
dan dia pun bangun untuk mengucapkan teriakan kerasnya yang
terakhir, “Engkau menyerangku sia-sia; Aku berada di antara Yesus dan
Maria! Pujilah Allah dan Bunda-Nya yang kudus aku telah tiba pada
tujuan akhir hidupku. Semuanya sudah selesai; Aku tidak akan pernah
berdosa lagi!”119
118)
Lihat Volume Satu, Bab Empat, catatan 4, p. 59 dari terjemahan ini. Menurut
pemikiran-pemikiran dari Bede Griffiths dan Pierre T eilhard de Chardin tentang
makna neraka, kita boleh menambahkan catatan-catatan ini dari Thomas Merton yang
kiranya menanggapi ketakutan Pater de M ontfort akan neraka: “Dalam sebuah teks
yang bagus (von Balthasar) pada dasarnya mengatakan apa yang dikatakan Juliana
dari Norwich tentang “segala sesuatu akan baik-baik saja,” yaitu bahwa Kristus
menghakimi dan memisahkan yang baik dari yang jahat untuk menyingkapkan
kebenaran tentang manusia di dalam pemisahan ini; tetapi orang yang ditolak ternyata
adalah orang-orang yang telah dipilih dengan kerahiman yang lebih besar dan lebih
misterius. Apakah ada batas bagi kerahiman Kristus yang telah secara penuh
memuaskan untuk selamanya semua keadilan Allah dan sekarang menguasai dunia
sehingga Dia berbuat sesuatu atasnya menurut kasih-Nya yang penuh kerahiman?”
Thomas Merton, A Vow of Conversion, Farrar, Strauss & Giroux, New York, 1988,
p.87.
119
Papasogli, Op.cit., p.495.
108
6. Kesimpulan
• Sekarang kita berada pada posisi yang lebih baik untuk memperluas
ringkasan orisinal kita dari beberapa hal-hal berlawanan di dalam
kepribadiannya sendiri yang coba didamaikan oleh Pater de
Montfort dalam Mazhab Kebijaksanaan.
• kekuatan yang adalah sifat maskulin vs. kerapuhan yang adalah sifat
feminin.120
• Penyesuaian mendalam terhadap alam vs. latihan untuk tunduk pada
struktur-struktur sosial.
• Panggilan personal dan intuisi vs. ketaatan tradisional.
• Solidaritas dengan masyarakat kelas bawah vs apresiasi yang tidak
memihak pada orang-orang dari semua golongan.
• Nafsu vs. kelembutan.
• Kekuatan dan kehadiran vs. kerendahan-hati.
• Sukacita abadi dari Karunia Asali, sesuai dengan kerelaan untuk
menyambut Salib.
• Percaya akan Penyelenggaraan Ilahi, sejalan dengan dedikasi
kepada tujuan yang tidak kenal lelah.
• Ketakutan (akan neraka, akan setan-setan, dan akan hal-hal yang
tidak diketahui) vs. kepercayaan (akan Kebijaksanaan).
Masih ada tema-tema lain yang bertentangan yang harus diselidiki oleh
murid yang ingin tahu akan kebijaksanaan Montfort untuk memperoleh
lebih banyak pemahaman historis maupun psikologis. Ada juga hal-hal
yang berlawanan yang tidak pernah benar-benar didamaikan (misalnya
120)
Perhatikanlah bahwa kita tidak sedang membuat definisi akan yang maskulin dan
yang feminin berdasarkan sepuluh sifat dalam daftar ini. Sebaliknya kita sedang
memakai gambaran-gambaran arketipal dalam konteks psikologis yang tepat, yaitu,
berdasarkan pengalaman Montfort sendiri akan keluarga dan kebudayaannya.
Pentinglah untuk dicatat juga bahwa bagi dia, kerapuhan benar-benar merupakan
sebuah sifat yang secara sadar diusahakannya.
109
cita-rasa akan Karunia Asali dan ketakutan akan neraka). Dalam
pelbagai cara studi lebih jauh tentu akan membantu:
• mempertajam pemahaman seseorang akan konflik-konflik dalam
hidupnya.
• memperdalam kesadaran bahwa resolusi dan transformasi adalah
karya Kebijaksanaan dan bukan hasil dari usaha orang itu sendiri.
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
- Pilihlah salah satu dari pasangan-pasangan hal-hal berlawanan dalam
watak Montfort.
< Jelaskan bagaimana anda memahaminya, dan berilah contohcontoh lain dari “pasangan” ini dari hidup Montfort sendiri.
< Perkirakanlah seberapa jauh dia berhasil dalam upayanya
“mendamaikan hal-hal berlawanan ini.”
- Dalam hidup rohani kita seringkali berbciara tentang:
· upaya menggapai kesempurnaan
· pertobatan
· transformasi.
< Mana dari istilah-istilah ini yang anda sukai? Mengapa?
< Bagaimana anda melihat proses ini dalam kehidupan Montfort?
TOPIK F: BAB DUABELAS
“NUBUAT-NUBUAT”
DARI KEBIJAKSANAAN YANG MENJELMA
Bab Dua belas, “Nubuat-nubuat” dari Kebijaksanaan Yang Menjelma,
mengandung kaitan yang paling kuat dari CKA antara Kebijaksanaan
Kosmik – Abadi, Menjelma, Tersalib, dan Dimuliakan, di satu pihak,
110
dan di pihak lain, Yesus historis yang berbicara sebagai “nabi
Kebijaksanaan.”121 Inilah jawaban, yang seringkali paradoks, terhadap
pertanyaan itu: “Bagaimanapun juga, apa yang diajarkan
Kebijaksanaan itu?”
Dengan menempatkannya sesudah dua babnya tentang “Kemanisan
Yang Menarik dari Kebijaksanaan Yang Menjelma”, Montfort rupanya
bermaksud memperjelas kaitan antara apa yang dilakukan
Kebijaksanaan Yang Menjelma dan apa yang Dia katakan.
Tetapi adalah penting untuk diingat bahwa bab ini mengandung sebuah
pilihan khusus dari ajaran-ajaran Yesus yang sudah ada dan berdiri
sendiri dalam sebuah kumpulan yang sebelumnya sudah ada.122
Beberapa kritikus berkata ini adalah sebuah pilihan radikal,123 tetapi
yang jelas ini adalah sesuatu yang pada jaman Montfort diterima
sebagai suatu refleksi akurat atas Yesus historis dan sebuah pernyataan
murni dari cita-cita Kristen. Sebagaimana diakui dengan rela oleh para
biograf, sedikit saja orang yang mampu merealisasikan dalam
121)
Paling tidak sebagian dari ucapan-ucapan “Q” dan Injil Thomas adalah kumpulan
yang dihimpun oleh orang Kristen generasi pertama yang “ingat” apa yang telah
mereka dengar dari Yesus-Kebijaksanaan.
Para ahli Perjanjian Baru dengan spesialisasi ucapan-ucapan “Q” mengatakan kepada
kita bahwa:
pertama-tama Yesus dilihat sebagai “anak Kebijaksanaan.”
Kemudian Dia dipahami sebagai “nabi Kebijaksanaan.”
Akhirnya, Dia dipahami sebagai “Kebijaksanaan itu sendiri.”
Lihat Elizabeth A. Johnson, She Who Is: The Mystery of God in Feminist Theological
Discourse, Crossroads, New York, 1993, p.157-159.
122)
Montfort menyari empat puluh sembilan yang pertama dari ucapan-ucapan itu
dalam kumpulannya dari karya Pater Amable Bonnefons, op.cit., Tetapi dia
menambahkan, beberapa ucapan yang dipilihnya sendiri, yang secara efektif
meletakkan “cap” Kebijaksanaan bahkan secara lebih kuat lagi pada kumpulan itu.
123)
Lihat Laurentin, op.cit., p.65 dst, dan juga Gilbert, art.cit.,p.686-87.
111
kehidupan mereka versi injil ini, walau tak seorang pun dapat
membantah bahwa Montfort sendiri adalah salah satu di antara yang
sedikit itu.
Tatkala kita berusaha “menikmati” ajaran-ajaran yang disampaikan
kepada kita oleh St. Louis-Marie-de Montfort, kita akan mencoba
menyiapkan jalan melalui tiga pertanyaan yang “mendesak” berikut ini:
• Apa hubungan Montfort sendiri dengan seleksi khusus dari ucapanucapan Yesus?
• Bagaimana seleksi ini cocok dengan ajaran-ajaran dari “Yesus
Historis?”
• Bagaimana orang mempersonalisasikan kumpulan ucapan-ucapan
itu dalam semangat seorang pencari Kebijaksanaan?
1. “Injil” Montfort menggambarkan suatu seleksi “radikal”
Bentuk “orakel” yang dipakai Montfort untuk membingkai
kumpulan ucapan-ucapannya mengkaitkan dia dengan tradisi
Kebijaksanaan yang berkembang subur selama beberapa dasawarsa
antara wafatnya Yesus dan proses editing final dari Injil-injil
Sinoptik.124 Kalau ucapan-ucapan yang dicatat Montfort itu dianggap
“radikal”, itu disebabkan karena seleksinya mengandung cukup banyak
ucapan yang kadang-kadang disebut “ucapan-ucapan keras.” Mengapa
mereka disebut demikian? Ada dua kemungkinan yang bisa dicatat:
• Mereka dilihat sebagai “teka-teki” yang sulit dipecahkan; atau
• Menurut bahasa dari kritik bentuk mereka digolongkan sebagai
“ucapan-ucapan anti-sosial” karena hampir semuanya tidak
mungkin dipraktekkan kalau orang hidup dalam sebuah
124)
Tradisi yang mengumpulkan himpunan ucapan-ucapan dan menurun-alihkan
mereka dalam konteks komunitarian, sampai sejauh tertentu, adalah genre
kebijaksanaan. Seperti amsal-amsal mereka itu mudah dihafalkan dan diajarkan.
112
komunitas, atau dalam sebuah keluarga, atau dalam suatu relasi
integral dengan masyarakat.125
Montfort sendiri berbakti kepada gaya hidup “radikal” yang secara
sangat harafiah menunjukkan versi Injil ini. Dengan hidup sebagian
besar di jalanan, dia tidak membawa uang, makanan, ataupun pakaian
ganti. Walau suatu saat dia menarik perhatian dalam sebuah surat
kepada upaya-upaya yang telah dibuatnya demi para saudarinya, dia
menjaga agar sedikit mungkin menaruh kepedulian pada kewajibankewajiban sebagai anak kepada orangtuanya. Atas nama orang miskin
dia membebaskan diri (tidak mau menerima) dari pemberian yang
diberikan orangtuanya dan para calon dermawan. Akhirnya, dia
bersandar pada Penyelenggaraan Ilahi tidak hanya untuk makanannya,
melainkan juga untuk dukungan yang kiranya dia butuhkan dari para
penguasa gerejawi untuk melaksanakan tujuannya sebagai seorang
pengkotbah berkeliling dengan misi tertentu.
Terlebih lagi, selain “nasihat-nasihat Injil,” dia mempraktekkan
kekerasan jasmani yang dianjurkan “dalam riwayat hidup orang-orang
kudus,”126 agar bisa termasuk di kalangan orang-orang yang
menyesuaikan dirinya dengan Kristus dengan cara “menyalibkan
125)
Ivan Havener memberi komentar demikian: Ada sejumlah ucapan dalam “Q” yang
mengkhianati beberapa ciri yang agak tidak biasa yang mungkin bisa menyebabkan
mereka disebut “ucapan-ucapan antisosial… ” Ucapan-ucapan ini menyinggung
beberapa keyakinan yang dianut ketat tentang arti penting rumah kediaman, ketaatan
dan tanggung-jawab keluarga, dan rasa hormat akan dan bangga akan harta milik dan
kekayaan. Sebagian terbesar… muncul dalam bagian dari “Q” [yang berjudul] “Misi
para Rasul”… Kita dapat menyebut pendengar awal ini sebagai para nabi Kristen awal
yang berkeliling, orang-orang Kharismatik tunawisma… dan yang menganggap diri
sebagai pengikut setia Yesus, seraya meniru cara hidupNya yang dinamis dan
menerima kata-kataNya yang mendukung hal itu.” Lihat Ivan Havener, Q: The
Sayings of Jesus, The Liturgical Press, Collegeville, MN, 1987, p.92-94.
126)
Lihat CKA 20.
113
kedagingan beserta segala idamannya.”127 Walaupun cara hidup ini
mungkin tampak heroik dan luar biasa menurut tolok-ukur kita, toh
harus diakui bahwa hal ini mempunyai daya tarik yang kuat bagi
Montfort, yang tertarik kepadanya oleh keadaan jasmani, oleh
temperamen, dan oleh sebuah panggilan yang benar-benar cocok
baginya.128
Tetapi, harus juga diingat dalam hati bahwa dalam beberapa hal
“ucapan-ucapan keras” sangat sulit dimengerti karena paham dualisme
yang membingungkan pada masa itu. Suatu dualisme khusus yang
mengatakan bahwa materi adalah jahat sementara roh adalah baik;
dualisme ini memunculkan persoalan-persoalan bagi orang-orang
sejaman Montfort, dan melalui mereka bagi Montfort sendiri juga. Kita
beruntung, karena hanya dua tahun sebelum Louis-Marie wafat, teman
masa kecil dan biografnya yang pertama, Jean-Baptiste Blain, meminta
dia untuk memberi alasan mengapa dia memilih gaya-hidup yang “antisosial.” Setelah itu, kedua sahabat itu pun terlibat dalam sebuah adu
“argumen” yang sungguh cemerlang yang poin-poin utamanya telah
dicatat Blain.129 Pada dasarnya, Montfort dengan gigih memper
127)
Lihat CKA 194 dan Surat kepada Sahabat-sahabat salib, 27.
128)
Montfort mempunyai cadangan energi, stamina, dan dinamisme atletik luar biasa.
Profil kepribadiannya memperlihatkan ciri-ciri Enneagram tipe 8. Mereka yang
termasuk tipe ini mengatakan bahwa ada landasan fisiologis bagi kebutuhan mereka
untuk mengeluarkan adrenalin berlebihan. Pada tataran lain, kita bisa menganggap dia
sebagai orang berarketipe pahlawan-santo Keltik.
129)
Jean-Baptiste Blain adalah pengagum Montfort sejak masa-masa sekolah mereka
di Kolese Rennes. Kemudian, ketika mereka berdua menjadi seminaris muda di
Seminari St. Sulpice di Paris, Blain berencana mengikuti Montfort dalam karya
pelayanan imamatnya. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak mengikuti Louis-Marie,
dan pikirannya yang kedua ialah, barangkali, dipengaruhi oleh penilaian skeptis
superior mereka yang terdahulu dan yang juga pembimbing Montfort, Pater
Leschassier. Namun demikian, Blain selalu tergugah rasa ingin tahu akan sang genius
misioner ini dan akan kemampuan-kemampuan luar biasa dari sahabatnya.
114
tahankan cara hidupnya atas dasar Injil, tetapi dia berbuat demikian
dalam konteks pilihannya sendiri (karena dia percaya Yesus juga
berbuat demikian) untuk hidup sebagai seorang tunawisma.
Tetapi dia sadar, bahwa Blain mengedepankan pandangan lain dari
kesempurnaan rohani dalam mana mereka berdua telah dididik di St.
Sulpice. “Spiritualitas Inkarnasi” Bérullian mengedepankan sebuah
cita-cita yang lebih ‘humanistik’130 dalam mana semua aspek dari hidup
Kalau terjadi adu “argumen,” Blain adalah kanonik pada Kathedral Rouen dan direktur
pendidikan umum keuskupan, sementara Montfort, pada puncak-puncak sukses
misionernya, sedang menderita rumor-rumor kejam dan jahat yang beredar di
sekitarnya. Terlebih lagi, dia sudah dalam keadaan mengalami gejala kesehatan yang
memburuk.
Sahabatnya bertanya kepada Louis-Marie mengapa dia tidak mau memperlunak
”sikapnya yang sangat keras” itu. Menurut Blain, Montfort menjawab dengan balik
bertanya kepadanya, “apakah saya punya keberatan terhadap apa yang telah diajarkan
dan dilaksanakan Yesus Kristus dan apakah saya memperlihatkan kepada-Nya suatu
cara hidup yang lebih menyerupai cara hidup Yesus dan para murid-Nya selain dari
hidup orang miskin, yang dipermalukan, dan dilandaskan pada ketergantungan total
pada Penyelenggaraan Ilahi?” Tantangan ini adalah tanggapan Montfort yang pertama
dalam sebuah putaran “debat” dalam mana Blain mencoba memahami mengapa
sahabatnya ini tampaknya cenderung menciptakan masalah-masalah bagi dirinya
sendiri dan orang-orang lain dengan tetap bertahan dalam “perilaku eksentrik.”
Sesudah berdiskusi tentang panggilan-panggilan yang berbeda dari mereka yang hidup
dan berkarya dalam komunitas, melawan mereka yang (dalam pandangan Montfort)
menerobos pola-pola sosial untuk menghasilkan sesuatu yang baru, kurang lebih
mereka tiba pada suatu perhentian. Blain mengakui ketidak-mampuannya untuk
memahami dimensi-dimensi heroik dari kepribadian kudus, sementara Montfort
mampu mempertahankan panggilannya sendiri. Sesudah kematian dini Montfort, Blain
mulai menyusun biografi pertama sang bakal-santo-itu. Lihat Blain, op.cit., no.331332. Laporan Blain tentang perjumpaan ini diringkaskan dalam Papasogli, op.cit., Part
IV, Chapter Three.
130)
Para arsitek Mazhab Prancis terbuka pada aliran-aliran “humanisme” yang menjadi
kultur dominan yang mereka berusaha menembusnya. (Banyak dari mereka lahir dari
keluarga aristokrat). M ontfort, di pihak lain, adalah seorang populis. Fakta bahwa dia
telah dibentuk sebagian oleh titik pandangan “berlawanan” di St. Sulpice adalah
Kebijaksanaan yang mengajar dalam dirinya sendiri.
115
manusia, termasuk ujian-ujian hidup bersama-sama di dalam
komunitas, dilihat sebagai suatu yang tercakup dalam “hidup
sempurna” dari Anak Manusia, dalam mana orang ikut ambil bagian
melalui “misteri” yang berdaya-transformatif yang memungkinkan kita
ikut ambil bagian dalam ‘keadaan-Nya.’
2. Yesus-Kebijaksanaan Melampaui Yesus Historis
Sekarang kita mendekati pertanyaan kita yang kedua: “Bagaimana
seleksi ini cocok dengan ajaran-ajaran dari “Yesus Historis”?
Tatkala kita mendekati Bab Dua belas, kita harus mengakui bahwa
upaya untuk mengontak Kebijaksanaan dalam Injil bukan berarti
berjumpa dengan Yesus historis yang “sebenarnya.” Walau kita bisa
berharap untuk sedapat mungkin mendekati lapisan-lapisan paling awal
dari Perjanjian Baru, toh harus diakui bahwa pada akhirnya Yesus
historis yang sesungguhnya itu menghindarkan diri dari kita.
Ini disebabkan karena hakekat sebagai guru selalu menunjuk pada
suatu realitas yang tidak bisa ditampung oleh kata-katanya,
kepribadiannya, atau lingkungan sosialnya. Sang pengantara
Kebijaksanaan adalah jauh lebih dinamik, lebih kompleks, lebih kaya
dan lebih kreatif daripada kesadaran dari para murid untuk mampu
menyerap, apalagi mengkodifikasi dan mencatat. Banyak dari apa yang
Dia ajarkan hanya diketahui melalui pencerahan hati, dalam
keheningan dan dalam kehadiran Sang Guru. Kadang-kadang dia
diteruskan dalam suatu saat yang dipersiapkan dengan sangat indah
melalui perantaraan pertanyaan orang itu sendiri, yang memunculkan
jawabannya sebagai sebuah pencerahan budi secara tiba-tiba.131
131)
Cara melihat sang guru seperti ini diterapkan pada beberapa tataran pada Montfort
sendiri. Orang senang berada bersamanya, dan merasakan sukacitanya, bahkan ketika
dia sedang berbicara tentang “salib.” Dia seringkali dapat menghasilkan efek yang
diinginkannya hanya dengan diam seribu basa. Dalam salah satu kotbahnya yang
paling mengesankan konon dikatakan bahwa dia terangkat ke atas salib.
116
Hasilnya adalah bahwa hidup dan keberadaan Yesus sebagaimana
kita menerimanya secara mental ditengahi (diperantarai) melalui
sebuah saringan persepsi yang terbatas, persis sebagaimana halnya
cahaya ditengahi (diperantarai) kepada tatapan manusia lewat objekobjek yang memantulkannya. Seperti pelangi, transmisi terjadi
melewati medium yang memecah-mecah sumber cahaya sehingga dia
dapat dilihat. Sebagaimana dikatakan baru-baru ini oleh seorang
penulis kreatif, “warna adalah penderitaan cahaya.”
Oleh karena itu, jalan masuk yang paling baik yang kita punyai
kepada Injil Cahaya, adalah melalui injil-injil dalam warna-warna yang
khusus: Injil-injil menurut Mateus, Markus, Lukas dan Yohanes.132
Kebijaksanaan datang menjumpai kita ketika kita telah menemukan
kebenaran ini bagi diri kita sendiri: bahwa untuk “merealisasikan” injil
bukanlah masalah memandang kebenaran historisnya, juga bukan
menggunakannya secara mental seakan-akan dia adalah sebuah
petunjuk perilaku. Ketika Dia (She) datang, kita pun menemukan
bahwa “upaya merealisasi” berarti “menjadikan nyata” melalui suatu
perjumpaan dengan Dia (Her):
• yang mendamaikan hal-hal berlawanan.
• yang tahu dan memahami segala sesuatu.
• yang senang berada di tengah anak-anak manusia.
Dalam proses ini kita secara perlahan-lahan, langkah-demi-langkah,
dapat berpindah dari serangkaian resolusi dan reorientasi ke suatu
pandangan hati yang dianut terus menerus, di mana hal-hal berlawanan
disimpan dalam hati dan juga dalam perasaan-perasaan bersama-sama,
132)
Orang dapat menambahkan beberapa hal lagi kalau orang terbuka terhadap
eksplorasi atas sumber-sumber non-kanonik. Sebagaimana telah kita lihat dalam
penyatuannya akan kisah-kisah non-kanonik ke dalam kisah hidup Yesus, karya
Montfort sendiri memperlihatkan (tentu secara tidak sengaja) bahwa “injil menurut St.
Louis-Marie” adalah salah satu tarian kompleks yang beralih dari sumber historis.
Lihat, misalnya, CKA 121.
117
secara serentak. Pada titik itu kita pun bebas untuk menghargai injilinjil dengan sebuah cara baru, dengan mengatasi bertahun-tahun
pengalaman keakraban yang membosankan dengan mereka.
3. Mempribadikan Perjumpaan dengan Kebijaksanaan
Di basilika Hagia Sophia di Konstantinopel masih ada sebuah
mosaik Kristus sang pendamai yang mengagumkan dalam sebuah panel
samping tribun di bawah kubah. Dalam adikarya ini kita melihat suatu
penggubahan sangat indah dari ciri-ciri yang paling halus: sebuah
wajah:
• lembut, tetapi memancarkan kekuatan
• transenden, tetapi benar-benar hadir
• mengetahui semuanya, tetapi mau menerima hal baru
• menang-berjaya, tetapi akrab dengan duka.
• khikmad, tetapi mengulum sebuah senyuman.
• Ilahi, tetapi manusiawi.
Di belakang kepala-Nya ada sebuah lingkaran cahaya emas, yang
digambar dengan halus pada sebuah ubin biru untuk menyingkapkan
sebuah bentuk salib. Tingginya dan kedalamannya, panjangnya dan
lebarnya, dunia di atas dan dunia di bawah, yang kuno dan yang masih
akan datang, berkonvergensi pada sebuah titik yang tidak dapat
kelihatan pada pusat kepala itu.
Orang mencoba masuk ke dalam “pertobatan” (at-one-ment)
sempurna dari sang seniman yang menyusun kemenangan seperti itu,
dengan memakai sebagai bahan mereka potongan-potongan paling kecil
dari batu dan lapisan kilat berwarna, masing-masing potongan pada
tempatnya menyumbang pada kehalusan wajah itu. Hati pun mengakui
pandangan ini akan sang Pantokrator, sang Kristus-Kebijaksanaan,
pencipta semuanya, pembuka sebuah tatanan baru berdasarkan
tindakan-Nya yang telah mendamaikan dalam hati-Nya segala dimensi
dari perjalanan manusia.
118
Seorang peziarah mencatat refleksi-refleksi berikut ini dalam buku
hariannya sesudah merenungkan lukisan ini:
Kalau orang harus menyusun ajaran Kebijaksanaan dalam sebuah
sistem aturan-aturan, atau bahkan mau menyusun daripadanya sebuah
peta bagi perjalanan rohani, atau juga mau menggambarkan darinya
cita-cita sempurna untuk dibentangkan di hadapan seseorang, orang
belumlah benar-benar bertemu dengan Yesus-Sophia.
• Karena kalau anda mau bertanya pada-Nya tentang kedamaian, Dia
akan berbicara kepadamu tentang hidup dengan sebuah pedang;
• kalau anda menghendaki agar Dia mendukung rencana
revolusionermu, mungkin Dia akan menyuruhmu melihat gambar
Kaisar pada koin-mu sendiri;
• kalau anda mencari pengecualian dari praktek umum, Dia akan
menunjukkan padamu bahwa setiap catatan dan titik hukum
mempunyai tempatnya;
• kalau anda merasa tersandung karena cara Dia mengabaikan hukum,
Dia akan mengingatkan anda bahwa Sabbath dibuat untuk manusia;
• kalau anda merasa terhimpit oleh beban kekayaan yang banyak,
kiranya Dia akan mendorongmu untuk memandang bunga-bunga
bakung di ladang;
• kalau anda berpikir bahwa cara sempurna untuk mencari
Kebijaksanaan adalah seperti orang tunawisma yang hanya
mengenakan satu jubah dan sepasang kasut, kiranya Dia akan
mengundangmu untuk berpesta bersama para pemungut cukai, atau
membawamu beserta-Nya untuk menikmati waktu senggang selama
satu jam di rumah seorang Farisi yang kaya.
Poinnya adalah bahwa tidak satupun ucapan Yesus yang terpisah
dapat diambil dan dipastikan begitu saja. Seorang murid harus selalu
terbuka pada paradoks dan pada apa yang diajarkan Kebijaksanaan pada
saat khusus dari pengalaman hidup seseorang.
Kita semua membutuhkan seorang Yesus dari Nazareth, seorang
Fransiskus dari Asisi, atau seorang Louis-Marie Grignion de Montfort
119
yang isyarat profetiknya tentang ziarah abadi menunjuk pada kebebasan
batiniah yang begitu besar. Sesungguhnya, kita tidak ditantang untuk
melewatkan hidup kita secara harafiah sebagai “petualang” atau “para
pengembara abadi” pada jalan layang 6-jalur atau jalanan berdebu.
Tetapi masing-masing dari kita ditantang, apapun kewajiban-hidup kita,
untuk sampai, melalui proses transformasi Kebijaksanaan, pada
kebebasan batin yang sama. Sebab “Boleh jadi ia dituntun
kebijaksanaan di jalan yang berbelok-belok dahulu, sehingga didatangi
ketakutan dan getaran; boleh jadi kebijaksanaan menyiksa dia dengan
siasat sampai dapat percaya padanya, dan mengujinya dengan segala
aturannya. Tetapi kemudian kebijaksanaan kembali kepadanya dengan
kebaikan yang menggembiarakan, dan menyingkapkan kepadanya
pelbagai rahasia.”133
4. “Madu dari Batu karang” – Kata kunci dari “Nubuat-nubuat”
Lalu bagaimanakah caranya kita menjadikan ucapan-ucapan Yesus
milik kita sendiri? Melalui sebuah proses dialog batin dan jasmani yang
dibuktikan oleh buah-buah dari disiplin ke mana kita dipanggil. Sejauh
ucapan-ucapan itu mengedepankan disiplin Kebijaksanaan atau aturanaturan hidup, mereka adalah “kuk” atau “beban” yang orang pikul
untuk melayani-Nya. Tetapi Montfort memerintahkan kita bahwa kalau
orang menerima kuk ini sebagai suatu langkah awal (inisiasi) ke dalam
pengalaman akan kemanisan-Nya, maka “Kuk-Nya pun mudah dan
beban-Nya pun ringan.”134
Kepada kumpulan ucapan-ucapan Yesus yang diturun-alihkannya,
dia menambahkan Sabda Bahagia dan logion tentang perwahyuan-diri
133)
Sirakh 4:17-18.
134)
Montfort seringkali berbicara tentang “cara yang mudah” untuk mencapai dan
mengamankan Kebijaksanaan. Lihat CKA 96. 97, 98, 112.
120
sang Kebijaksanaan itu kepada “orang-orang kecil.”135 Hal-hal ini
melengkapi kumpulan itu dengan sebuah sentuhan akhir yang penting
yang menyebarkan “kemanisannya” ke atas seluruh kumpulan.
Sesungguhnya, adalah mengagumkan bahwa tanpa bantuan dari alatalat modern seperti kritik-bentuk atau acuan-silang, Montfort secara
intuitif mengidentifikasi dan memilih secara khusus teks-teks yang
menyoroti Yesus dalam aspek-Nya sebagai sang guru Kebijaksanaan.
Pada titik ini dalam diskusi kita, adalah bermanfaat menyediakan
beberapa waktu untuk memeriksa secara lebih dekat kata-kata kunci
dari teks-teks ini yang menambahkan nilai kebijaksanaan pada
kumpulan Bonnefons. Kalau dijalin-jalin dengan tema pengatur
“kemanisan,” tema-tema terkait ini dapat, kalau orang mau memilih,
menyediakan benang penuntun dengan mana orang menemukan
jalannya melalui “tema-tema Kebijaksanaan” dari sebagian besar teksteks injil:
a. Kuk
Kuk (akar katanya dalam Sanskrit, yuj, berarti menghubungkan atau
menyatukan; Latin, jugum; Yunani, zygon) adalah sebuah tanda purba
dan kuat. Makna fundamentalnya barangkali harus ditelusuri sampai ke
cita-rasa para leluhur pra-sejarah akan adanya hubungan suci antara
binatang dan manusia dalam sebuah proyek luar biasa untuk mengolah
tanah. Dalam bentuk Timurannya, kata yoga masih mengacu pada
tindakan menghubungkan budi dengan suatu prinsip yang lebih tinggi
dengan mana budi mengetahui, yaitu, menciptakan sebuah jembatan di
135)
Mat 11:25-26. Perikop lengkap dalam Mat 11:25-30 yang mencakup undangan
untuk “memikul kuk” perlu direkonstruksi dengan mengumpulkan ucapan-ucapan
nomor 10 dan 21 dari kumpulan Montfort. Lihat Vol. Satu, Bab 12, catatan 10,
hal.145.
121
atas “pembagian semu” antara yang ilahi dan yang manusiawi, yang
seringkali dipikirkan sebagai dua “dunia” yang terpisah.136
Sebagaimana telah dicatat Joseph Campbell, equivalennya di Barat
adalah “agama” (religion, Latin, re-ligo, yang berarti menghubungkan
atau mengikat-satukan; yaitu sesuatu yang menghubungkan dua hal
yang pada dasarnya tidak sama: yaitu Allah dan manusia).137 Dalam
konteks Kebijaksanaan, kita bisa berpikir tentang beban (yoke) sebagai
tindakan membawa manusia ke dalam hubungan “perkawinan” dengan
Allah dalam suatu proyek evolusioner dengan mana bumi ditaburi
dengan benih-benih inkarnasi Allah, dan materi itu sendiri pun pada
akhirnya dibawa ke ambang kesadaran.
b. Kerajaan, Pemerintahan, Warisan
Dengan suatu paradoks yang aneh, Kebijaksanaan mengubah
perhambaan menjadi ahli waris kerajaan.138 Murid yang memikul kuk
Kebijaksanaan mencapai status kebangsawanan-Nya dan kedaulatanNya.139 Dia berdiam dengan aman sentosa di rumah laksana mempelai
di dalam “kemuliaan” Shekinah.140 Dalam metafor yang lain, dengan
menemukan warisannya, sang penemu Kebijaksanaan diangkat kembali
136)
Joseph Campbell, The Masks of God: Oritental Mythology, Penguin, 1962, p.13.
137)
Loc.cit., Kita telah mencatat bahwa ini adalah makna dalam mana Mazhab Prancis
memakai istilah “agama”.
138)
Lihat Sirakh 6:29-31, “Maka sengkelanya akan menjadi suatu benteng kokoh kuat
bagimu, dan pasungannya suatu baju kebesaran. Kuknya merupakan perhiasan emas,
dan pengikat-pengikatnya adalah pita ungu tua. Laksana baju kebesaran akan
kaukenakan, dan kaupasang bagaikan karangan kegembiraan.”
139)
Lihat CKA 66, yang mengutip Amsal 8.
140)
Lihat Sirakh 14:20,27, “Berbahagialah orang yang merenungkan
kebijaksanaan...dan diam di dalam kemuliaannya.” Lihat juga Sirakh 4:11, yang
“menghubungkan” cinta kasih dan Kebijaksanaan sebagai pendidik.
122
ke “status anak” – ke keserupaan dengan Allah, dan ikut ambil bagian
di dalam kehidupan ilahi-Nya sendiri.141
“Memerintah” mengandung ide-ide kekayaan dan kekuasaan. Dia
juga mengandung gagasan-gagasan kedaulatan, kebebasan, dan
imortalitas. Bersama-sama semua gagasan-gagasan ini adalah metaformetafor bagi transformasi rohani dari seseorang yang menemukan
Kebijaksanaan; mereka tidak lagi dipahami secara harafiah dalam sastra
ini ketimbang ide menemukan harta karun terpendam. Oleh karena itu,
adalah sulit untuk mendefinisikan kerajaan (dia hanya dibicarakan
dalam “perumpamaan-perumpamaan” saja). Dia serentak di luar dan di
dalam, “di dalam kita” dan “di tengah-tengah kita,” individual dan
komunal, personal dan antar-pribadi, duniawi dan surgawi. Injil
Thomas menyoroti beberapa dari atribut-atribut “berlawanan” ini
dengan mengkontraskan mereka secara lebih kuat lagi daripada (yang
dilakukan) kaum sinoptisi.
c. Kaum Miskin
Dalam artian harafiah, orang miskin adalah lawan dari orang-orang
yang telah menemukan harta karun terpendam. Tetapi oleh karena
Kebijaksanaan mendamaikan hal-hal berlawanan, “orang-orang yang
miskin dalam roh” pun mewarisi kerajaan; dan “yang terakhir menjadi
yang pertama, dan yang pertama, menjadi yang terakhir.”
Maria, Bunda Yesus, dilukiskan dalam injil Lukas sebagai intisarisulingan dari “orang miskin” yang disiapkan untuk menerima
Kebijaksanaan. Hal ini disebabkan baik karena “kehampaan”
141)
Dalam Sabda Bahagia, ada kesesuaian antara “hal mewarisi K erajaan” dan “hal
disebut sebagai anak-anak Allah.” Injil Thomas mengatakan (no.3): “Kerajaan itu ada
di dalam dirimu dan di luar dirimu. Kalau engkau mengenal dirimu sendiri, maka
engkau akan dikenal, dan engkau akan tahu bahwa engkau adalah anak-anak dari Bapa
yang hidup. Tetapi kalau engkau tidak mengenal dirimu sendiri, maka engkau berada
dalam kemiskinan dan engkau adalah kemiskinan.”
123
rohaninya,142 maupun karena solidaritasnya dengan “orang miskin
Israel.”143 Injil Lukas dimulai dengan melukiskan banyak model orang
miskin selain Keluarga Kudus: Elizabeth dan Zakharia, Simeon dan
Hanna. Pada akhirnya, hanya orang “miskin” yang otentik sajalah yang
memenuhi syarat sebagai tamu pada “pesta perkawinan” yang
dipersiapkan Kebijaksanaan bagi orang-orang yang menanggpi
panggilan-Nya.144
Tema kemiskinan rohani dilambangkan dengan sangat baik dalam
sosok “darwish” Sufi, barangkali sosok yang paling akrab dikenal dari
tradisi mistik Islam. Sang guru Ansari mengatakan: “Apa itu menjadi
darwish? Dia adalah suatu eksterior yang tidak dicat dan suatu interior
tanpa percekcokan. Darwish tidak mempunyai nama atau reputasi, dan
tidak mengenal baik perang maupun damai.”145 Dan si penyair Rumi
pun menambahkan: “Darwis adalah orang yang dalam setiap hembusan
nafasnya melepaskan secara bebas seluruh alam semesta, yang
meneriakkan rahasia-rahasia dari setiap dunia.”146
Dengan mengikuti komitmennya pada “injil radikal,” Pater de
Montfort sendiri dapat dipikirkan sebagai seorang “darwis.” Dia
menimba banyak “sukacita” murni dalam hidupnya dari hubungannya
dengan orang-orang miskin, dan tidak pernah makan di rumah orang
kaya tanpa membawa serta seorang tamu dari kalangan yang paling
miskin. Dia senang menampilkan diri dengan “menyamar” sebagai
orang miskin, untuk sekadar mencari-tahu kalau dia memang akan
142)
Lukas 1:38.
143)
Lukas 1:46-55.
144)
Lukas 14:21-24.
145)
Dalam Javad Nurbaksh, Spiritual Poverty in Sufism, Khaniqahi-Nirmatullahi
Publications, London, 1980, p.44.
146)
Ibid., p.48.
124
diterima dengan penampilan seperti itu. (Biasanya, sang tuan rumah
tidak lolos ujian itu). Tetapi untuk sebagian terbesar, dia bersukacita
ketika rencana-rencananya menjadi kacau, sebab dalam keadaan
kehampaan seperti ini dia seringkali menerima karunia-karunia yang
paling mendalam dari persatuan ilahi.
d. Rendah hati, Lemah lembut, Lembut, mulia, terbuka hati, dan
menjadi manis
Permainan kata-kata di sekitar sifat-sifat ini bisa menjadi suatu
tarian yang sangat indah ketika, katakanlah, dipahami “di bawah sayapsayap” kata Prancis doux, yang dalam peranan suatu kata-induk dapat
menggantikan semua atau salah satu dari kata-kata itu. Tetapi kita harus
melihat pada kata-kata Yunani yang terpisah dalam teks-teks Injil yang
mengembangkan nuansa-nuansa makna. Kata-kata itu ialah praus,
tapeinos, dan chrestos.
Praus biasanya diterjemahkan dengan “lembut” dalam proklamasi
Kebijaksanaan dalam Mateus 11:29, dan dalam Sabda Bahagia dari
Mateus 5:7.147 “Kelembutan” adalah kata yang tidak lagi dipahami oleh
sebagian terbesar orang modern, dan banyak yang menolaknya sama
sekali. Tetapi pencari Kebijaksanaan, menyelidiki hal itu lebih jauh
lagi.
• Pertama kita menemukan bahwa dia merangkul “kesopanan”
(civilty) yang menurut Scott Peck benar-benar sangat kurang dalam
kebudayaan kita.148
147
Karena ptochos (miskin, melarat) secara tradisional dikaitkan dengan praus
(lemah-lembut), maka Sabda Bahagia ketiga dianggap sama (atau suatu keterangan
dari) dengan Sabda Bahagia pertama.
148)
Scott Peck, A World Waiting to be Born: Civility Rediscovered, Bantam, New
York, 1993.
125
• Oleh karena itu, dia mencakup “rasa hormat” (courtesy, seni yang
pernah diajarkan dalam “istana-istana” para raja), dan pertimbangan
murni. (Bagaimana kita dapat “mencintai sesama kita seperti diri
kita sendiri,” kalau kita tidak mampu membayangkan diri kita
sendiri dalam situasi sesama kita?)
• Dia adalah ahimsa (non-violence), seperti Gandhi; dan (dia adalah)
rasa hormat sepenuhnya akan keberadaan “orang miskin” dan
terluka.149
• Dia adalah lapang juga sangat ramah (debonair, demikian
ungkapan orang-orang Prancis pada jaman Montfort melukiskan
rasanya “udara segar”).
• Dia tersentuh oleh rasa humor yang tidak menonjolkan diri sendiri,
seperti suara tawa Dalai Lama ketika mendapat pertanyaan yang
bisa memalukan.
• Akhirnya dia itu “penuh-damai” seperti Paus Yohanes Paulus II
yang sedang berarak menelusuri lorong bangku Katedral St. Patrick,
seraya berhenti sejenak untuk menyentuh masing-masing kepala
orang dengan kelemah-lembutan yang peduli, seakan-akan di dunia
ini selalu ada waktu untuk menyambalewa pada setiap perhentian.
Barangkali dengan campuran dari semua gambaran ini, kita dapat
sampai pada suatu gambaran positif tentang Yesus yang sedang
menunggang “dalam kelembutan” seekor keledai yang rendah, yang
adalah “seekor binatang bagal,”150 pada hari Minggu sebelum SengsaraNya.
149)
Sirakh 4:8, “Condongkanlah telinga kepada yang miskin, dan dengan ramah
balaslah salamnya.”
150)
Zak 9:9.
126
Tapeinos
biasanya diterjemahkan sebagai “rendah hati”151 bersama dengan
praus, “lemah-lembut” dan muncul dalam Mateus 11:29. Tetapi kata
terdahulu mempunyai konotasi yang lebih spesifik daripada kata praus,
yang menghubungkannya dengan status rendahan atau status yang
tidak menguntungkan. Maria berbicara sebagai “Puteri Sion” yang
mewakili seluruh golongan “Kaum miskin Israel” ketika dia
mewartakan dalam Magnifikat-nya bahwa “Tuhan telah memperhatikan
kerendahan hambanya”. Paulus menerapkan gagasan yang sama ini
kepada Kristus dalam teks kenosis-nya yang terkenal yaitu Filipi
2:12(?) (6-7), di mana dia mengatakan bagaimana Kristus telah
merendahkan Diri-Nya sendiri dari status keilahian-Nya untuk ikut
ambil bagian dalam status umat manusia.152
Chrestos:
diterjemahkan sebagai “baik”,153
151)
Mazmur 18:27(28), “Karena Engkaulah yang menyelamatkan bangsa yang
tertindas, tetapi orang yang memandang dnegan congkak Kaurendahkan”. Ini
dikaitkan dengan ide “anawim,” kaum Miskin Israel. Lihat juga Mazmur 34:6(7),
“Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia
dari segala kesesakannya.”
152)
Filipi 2:6-7 berbunyi sbb: “...walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah
mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi
sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan
diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
153)
Seringkali bersama dengan “sabar.” Lihat Roma 2:4, “Maukah engkau
menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau
kepada pertobatan?”
127
atau “lemah-lembut”,154 atau kadang-kadang “manis.”155 Dalam
Perjanjian Baru kata ini juga dikaitkan dengan kelembutan tak bersyarat
yang melekat kuat dalam kemurahan-hati dari Inkarnasi itu sendiri.156
Para ahli mencatat bahwa kemiripan bunyi antara chrestos, dan
christos, mungkin menyebabkan nama-nama ini tidak dapat dibedakan
oleh banyak orang Yunani, dan dengan itu berfungsi untuk
mencampurkan ide “dia yang terurapi” dengan “dia yang baik.”
Perasaan ini menggaris-bawahi tradisi bahwa nama Yesus adalah
“kemanisan” dan “penuh perhatian”.157
Adalah benar bahwa ciri-ciri ini tidak dapat diketahui secara abstrak.
Kita baru akan bisa mengetahui mereka manakala kita menemukan
mereka dalam diri seseorang yang mengyandang ciri-ciri itu – yaitu
orang yang telah menemukan “harta karun terpendam” dalam bidang
di mana “hal-hal berlawanan diperdamaikan.” St. Louis-Marie de
Montfort adalah seorang duta “kelemah-lembutan” seperti itu untuk
orang-orang pada jamannya.
154)
Mateus 11:30, “Sebab kuk yang K upasang itu enak dan bebanKupun ringan.”
Adalah menarik bahwa akar makna dari kata ini diterapkan pada alat-alat yang mudah
digunakan dan cocok untuk tugas tertentu. Karena itu dalam konteks ini dapat juga
diterjemahkan sebagai “mudah.”
155)
Kebijaksanaan 8:1, “Dengan kuat ia meluas dari ujung yang satu ke ujung yang
lain, dan halus memerintah segala sesuatu.”
156)
Titus 3:4, “Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasihNya
kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena
perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya… ”
157)
Lihat CKA 120.
128
e. Berkat, Kebahagiaan
Sabda Bahagia dalam Injil Mateus ditampilkan sebagai sebuah
bentuk yang terkenal dalam sastra Kebijaksanaan.158 Karena ditemukan
sekali lagi dalam konteks Kebijaksanaan tantangan untuk mencari
“Sabda Bahagia” mengingatkan kita bahwa upaya pencarian
Kebijaksanaan selalu dilihat sebagai pencarian akan “kebahagiaan” atau
apa yang dalam spiritualitas penciptaan disebut “Berkat Asali”
(Original Blessing).
Pada saat yang sama, dia mengandung suatu keyakinan bahwa apa
yang harus “ditemukan” (atau Dia “yang” harus ditemukan) sudah
“duduk di ambang pintu kita”, sedang menantikan perhatian kita.
Sabda-sabda bahagia dari kitab-kitab pra-Kristen seringkali
menganjurkan “meditasi,” “mendengarkan,” atau “menaruh perhatian,”
sebagai latihan dasar. Dari perspektif ini, ”mendengarkan orang
miskin,” atau menemukan “kemiskinan”-nya sendiri dalam kehadiran
dari sang Ada Kebijaksanaan yang meresapi segala sesuatu, “yang
menjangkau dari ujung yang satu ke ujung yang lain seraya
memerintahkan segala sesuatu dengan perkasa dalam kelembutan demi
kebaikan kita” tentu merupakan tahap yang lain sepanjang jalan yang
sama untuk meningkatkan perhatian.
Pater de Montfort dikenang karena devosinya yang tak kenal
kompromi kepada Salib, tetapi banyak bakal murid dari Kebijaksanaan
berbalik dari pesannya karena mereka tidak dapat memahami bahwa
apa yang sesungguhnya dia cari, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi
158)
Bandingkan, misalnya, Sirakh 14:20-21,27, “Berbahagialah orang yang
merenungkan kebijaksanaan serta menimbang-nimbang dengan pengertian. Barangsiapa yang dalam hati memikirkan jalan-jalan kebijaksanaan merenungkan pula segala
rahasianya.... maka ia terlindung olehnya terhadap panas terik, dan dial di dalam
kemuliaannya.”
129
para pengikutnya, adalah “sabda bahagia” atau kebahagiaan.159 Walau
dia mengungkapkan suatu pesimisme Agustinian sehubungan dengan
“kodrat kita yang rusak” (“kecanduan-ego” kita), apa yang dia inginkan
bagi umat manusia adalah hubungan yang mendalam dengan “kodrat
Kebijaksanaan” originalnya yang murni. Montfort, sang pencinta
keindahan alam, musik, puisi, seni, liturgi, ritus, dan kontak otentik
manusia mewariskan suatu kesaksian yang luas terhadap “sabda
bahagia” yang telah dia temukan sendiri dalam “harta karun
tersembunyi” dari Kebijaksanaan.
f. Istirahat, Pengejaran, Nyaman
Kita telah melihat bahwa kuk Kebijaksanaan diandaikan “nyaman,”
bahkan menuntun ke suatu tempat “istirahat”.160 Dalam artian tertentu
kuk-Nya merupakan sarana terakhir untuk “menekan reduksi.” Para
pengikut Kebijaksanaan merasakan tuntunan-Nya yang aman-nyaman:
tiang awan di waktu malam dan awan yang menuntun di depan pada
siang hari; sebuah kemah di gurun di mana orang dapat memperoleh
penyegaran.161 Rasa “mau istirahat” yang menyelinapi murid
Kebijaksanaan merupakan akibat wajar dari “kedaulatan,” atau jaminan
batiniah bahwa orang telah menemukan tempatnya dalam jaringan ada
itu, merasa betah dalam sebuah kosmos yang dirembesi dengan
kehadiran-Nya yang meliputi segala sesuatu.
159)
Lihat CKA 5: “Dia (She) memanggil mereka untuk mengajarkan kepada mereka
jalan-jalan kebahagiaan.” Lihat juga CKA 10,73, 153, 206.
160)
Sirakh 51:26-27, “Tundukkanlah tengkukmu di bawah kuk, dan hendaklah hatimu
menerima pengajaran. Dekatlah dia untuk ditemui. Lihatlah dengan mata kepala
sendiri bahwa hanya sedikit saja aku berikhtiar, namun telah kutemukan banyak
istirahat.”
161)
Kebijaksanaan 10:17 dan 8:16, “Setelah masuk ke dalam rumahku aku
mendapatkan ketenangan pada kebijaksanaan.”
130
Dalam kata Yunani chrestos, “baik,” ada suatu makna terkait yaitu
“nyaman:” dalam metafor sebuah alat, alat itu adalah ‘baik’ karena dia
“bekerja” secara efisien. Dalam menganjurkan metode-metodenya
Montfort selalu ingin sekali menasihati para pembacanya bahwa
jalannya yang tergantung pada Kebijaksanaan/Maria adalah “mudah.”162
g. Perwahyuan Rahasia-rahasia
Dalam tradisi Kebijaksanaan penemuan akan pengetahuan
tersembunyi adalah sebuah tema utama, bahkan barangkali merupakan
komponen yang paling kuat dari lorong itu. Dia tidak
mengimplikasikan “elitisme” (sekelompok kecil kaum pilihan dan
kelompok eksklusif “orang-orang yang tahu”).163 Sesungguhnya,
sebagaimana dikatakan oleh Yesus-Kebijaksanaan, “wahyu-wahyu”
dari Kebijaksanaan paling banyak tersedia bagi “orang-orang kecil” di
dunia ini. Apa yang dapat lebih tersembunyi dan sulit untuk dapat
dilihat daripada kemuliaan Allah dalam kehidupan sehari-hari?164 Siapa
162)
Lihat Surat kepada Sahabat-sahabat Salib, no.34: “Tetapi kalau engkau menderita
dalam jalan yang benar, salib akan menjadi kuk yang mudah dan ringan, karena
Kristus sendiri akan memikulnya bersamamu. Dia akan memberimu sayap-sayap, ya,
untuk mengangkatmu ke surga… ..”
163)
1Kor 2:7-9, “Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan
rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.
...Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan
yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk
mereka yang mengasihi Dia.” Pada saat yang sama, orang harus merasa istimewa
menjadi pencari Kebijaksanaan: “Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi
kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu.” Amsal 25:2.
164)
Lihat Injil Thomas, no.113. Para murid-ya berkata, “Pada hari apakah kerajaan itu
akan datang?” (Kata-ya): “Dia tidak akan datang karena ditunggu-tunggu. Mereka
tidak akan berkata “Lihat sini!” atau “Lihat sana!” tetapi kerajaan Bapa tersebar di
muka bumi dan orang tidak melihatnya.”
131
dapat memahami proses misterius dengan mana “Salib-salib” dalam
hidup kita justeru mendatangkan transformasi atas hidup kita? Tetapi
apakah yang kiranya dapat “lebih manis” daripada pengakuan akan
“jalan rahasia” dengan mana – kendati kegelapan – kita telah
melaksanakan kehendak-ya (perempuan). “Dan sekarang aku
memahami segala sesuatu, tersembunyi atau kelihatan, karena
Kebijaksanaan, sang perancang segala sesuatu, telah mengajar aku.”165
“Mencari” dan “menemukan” adalah sebuah irama kehidupan bagi
orang yang memimpikan Kebijaksanaan sebagai “harta karun
terpendam” – “mutiara yang sangat berharga” untuk mana orang
menjual segala sesuatu yang lain.166
h. Hidup
Kata ini adalah satu-satunya kata yang terdaftar dalam “kosa kata”
ini yang tidak eksplisit dalam teks-teks yang ditambahkan Montfort
pada kumpulan Bonnefons. Tetapi, hal ini dianjurkan oleh ucapanucapan Yohanian yang digunakan dalam CKA 17,22,23,31,56.
Tema “kehidupan” seringkali ditemukan dalam injil Yohanes.
Dalam arti tertentu mengimbangi “ucapan-ucapan keras” dari para
sinoptisi. “Sabda-sabda Bahagia” dalam Sastra Kebijaksanaan terus
menerus memusatkan perhatian kita pada “hidup” sebagai sebuah tema
yang menuntut perhatian kita dan berbicara tentang upaya kita mencari
makna.167 Pada saat yang sama, “hidup” adalah sebuah sumber energi
165)
Kebijaksanaan 7:21.
166)
Ams 3:13-14, “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang
memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan
hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata”.
167)
Ams 8:34-35, “Berbahagialah orang yang mendengarkan daku, yang setiap hari
menunggu pada pintuku, yang menjaga tiang pintu gerbangku. Karena siapa
mendapatkan aku, mendapatkan hidup, dan TUHAN berkenan akan dia”.
132
melalui mana kita secara ke dalam dihubungkan dengan sumber
Kebijaksanaan.168 Kaitan ini adalah sedemikian kuatnya sehingga Injil
Thomas tampaknya memakai “Dia yang Hidup” sebagai sebuah gelar
alternatif bagi Yesus-Kebijaksanaan. Sebagaimana halnya hidup
Montfort sendiri, yang sangat penuh dengan sukacita dan bukti-bukti
energi, ini adalah sebuah tema yang pantas diselidiki lebih lanjut dalam
upaya kita mencari Kebijaksanaan.
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
• Pilihlah tiga dari “ucapan-ucapan keras” yang dibentangkan dalam
Bab Dua elas dari CKA. Untuk setiap ucapan yang anda pilih
carilah sebuah kisah dalam hidup Montfort untuk mengilustrasikan
bagaimana dia menghayatinya.
• Carilah dalam Injil Markus pasangan dari ucapan-ucapan Yesus
yang tampaknya bertentangan satu sama lain. Bagaimana anda
menjelaskan hal yang tampaknya berkontradiksi ini?
Sangkut-pautnya Dengan Hidup
• Yang mana dari delapan kata-kunci (kuk, kerajaan, miskin, rendah,
berkat, istirahat, rahasia, hidup) yang paling menarik anda sebagai
bagian dari proses transformasi? Dari pengalaman hidup anda
sendiri, ceritakanlah sebuah kisah tentang bagaimana kata ini
menjadi “nyata” bagi anda.
168)
Beberapa contoh: Ams 3:17-18, “Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala
jalannya sejahtera semata-mata”. Ams 4:22. Kata-kata Kebijaksanaan adalah “itulah
yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi
seluruh tubuh mereka”. Ams 8:35, “Karena siapa mendapatkan aku, mendapatkan
hidup”. Sir 4:12, “Siapa yang mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan”.
133
TOPIK G: TENTANG MISTERI SALIB
BAB TIGA BELAS DAN EMPAT BELAS
Montfort memulai Bab Empat belas dengan sebuah kalimat yang
sangat mengagumkan:
"Sekarang aku mau menyingkapkan kepada kamu apa yang saya
pikirkan sebagai rahasia paling besar dari Kebijaksanaan Abadi,
yakni sacramentum regis, “rahasia” dari sang raja, dan itu adalah
Salib.”169
Tetapi ternyata apa yang sesungguhnya paling “rahasia” dan paling
bernilai dalam persembahannya sangat sulit untuk diterima dalam cara
berpikir modern kita dewasa ini. Sesungguhnya dia datang secara
sangat tersembunyi seperti mutiara yang tidak ternilai yang dibungkus
dalam seting hiasan yang berlebih-lebihan.
1. Dua Kesulitan
Kita mulai dengan Bab Tiga belas, yang pertama dari pasangan bab
ganda yang berbicara tentang Salib. Kesulitan-kesulitan yang paling
mengganggu dari Bab ini datang dari fakta bahwa Montfort telah
mengambil seluruhnya dari sebuah teks seorang Yesuit, St. Jure.170
Pertama, haruslah diakui bahwa gaya dari si penulis ini tidak begitu
169)
CKA 167.
170)
Jean-Baptiste St. Jure S.J., De la Connaissance et de l’Amour de N. S. JésusChrist, Paris, 1634, “Motif Ketujuh: Penderitaan dan wafat-Nya.
Bremond, yang menulis tahun 1921, memilih St. Jure sebagai contoh “JesuitBérullian.” “Dia menulis lebih baik daripada sebagian besar para penulis rohani kita;
dia hampir tidak sangat tua dan jarang membosankan.” Tetapi penilaian ini harus
dilihat berdasarkan jaman Victorian yang menyukai ornamen yang berlebih-lebihan.
Lihat Bremond, Op.cit., p.223.
Tetapi, kemudian, Bremond mengakui, “Yang mendominasi kelancaran (St. Jure)
adalah amplifikasi oratoris (ketimbang puisi sejati), op.cit., p.393.
134
menarik bagi pembaca modern. Untuk menekankan secara sungguhsungguh hal “memperhitungkan” penderitaan dari Kisah Sengsara
Yesus, dia terlalu banyak menambahkan sentimentalitas pada kisah Injil
yang tenang.
Pada gilirannya, St. Jure sendiri telah mengikuti gaya Thomas
Aquinas yang caranya menyusun peristiwa-peristiwa Sengsara dalam
kategori-kategori penderitaan menyapa mentalitas “petani” tertentu
yang suka memperluas kedalaman dan intensitas penderitaan.171 Tetapi
metode ini bisa saja menjadi rintangan penghalang bagi pembaca
modern. Sebagai akibat dari pemberitaan televisi setiap hari tentang
“statistik” penderitaan, banyak orang seringkali mengalami semacam
“roh yang mematikan.” Hati manusia tidak dapat menanggung banyak
kengerian.
Suatu kesulitan teologis yang lebih berat lagi terletak dalam
penafsiran yang salah atas sebuah teks yang adalah penting bagi
pemahaman biblis akan misteri Salib.172
Marilah kita menatap tanda pada Yesus: …demi sukacita yang
terletak di hadapan-Nya, Dia pun menanggung Salib, tanpa
mempedulikan rasa malu yang menyertainya; dan Dia telah duduk
di tahta kanan Allah.173
171)
René Laurentin, op.cit., p.32. Laurentin membandingkan “mentalitas petani” ini
dengan pemikiran yang menciptakan indulgensi-indulgensi numerik.
172)
Lihat CKA 163.
173)
Ibrani 12:2. Lihat juga Filipi 2:6-8, yaitu himne yang menghormati “kenosis”
Yesus. Sumber bahan dari kidung-kidung awal ini dapat ditelusuri hingga ke kidungkidung yang jauh lebih kuno yang memuji Sophia dan dewa-dewi tertentu lain yang
lebih tua. Lihat, misalnya, “Keturunan Innana” dalam terjemahan Diane W olkstern
atas sebuah puisi epik Sumerian. Ini adalah salah satu dari teks-teks suci yang paling
tua yang masih ada. Innana, Queen of Heaven and Earth, Harper Row, New York,
1983.
135
Dari teks ini St. Jure menyimpulkan bahwa Yesus “memilih” Salib
daripada sukacita. Yang lebih penting lagi pengarang ini mengatakan
bahwa Dia “lebih menyukai” penderitaan daripada alternatif-alternatif
lain yang mungkin saja bisa mewujud-nyatakan penebusan, seperti
kesenangan, keindahan, kesehatan, kelimpahan, dan berkat lain yang
memenuhi kerinduan manusia.
Sebaliknya, pengarang Ibrani mengatakan bahwa Penyelamat
menanggung salib demi sukacita yang adalah bagian dan paket utuh
daripadanya. Boleh dikatakan, bahwa sukacita itu mempunyai dua
sumber ganda:
• cinta dari umat manusia yang keadaan berdosanya dan tugas
rekonsiliasinya Dia panggul sendiri dalam peranan-Nya sebagai
Imam Agung.
• Sukacita yang termasuk dalam semacam pencapaian dan
“pengetahuan” yang hanya dicapai dalam penderitaan.174
C. S. Lewis, dalam uraiannya yang sangat personal tentang
penderitaan, memberi suatu pemahaman yang tajam ke dalam
pertanyaan “mengapa” ada penderitaan. Alih-alih menempatkan
jawabannya berdasarkan pilihan Allah, dia menempatkannya
berdasarkan kemutlakan Allah untuk bersikap benar terhadap diri-Nya
sendiri.
Dapatkah seorang makhluk fana mengajukan pertanyaanpertanyaan yang ternyata menurut Allah tidak dapat dijawab?
Saya kira, itu sangat gampang. Semua pertanyaan-pertanyaan
yang tidak masuk akal tidak dapat dijawab. “Berapa jam ada
dalam satu mil?” “Apakah kuning itu persegi empat atau
174)
J.Bonsirven, pakar dengan spesialisasi Surat kepada orang Ibrani, meringkaskan
sbb: “Dalam teologi surat ini, masuknya Kristus ke dalam kemuliaan adalah tindakan
utama penebusan, maut hanyalah kondisinya, suatu hal yang bermanfaat.” Lihat
L’Epitreaux Hebreaux, 1943, p.211.
136
bundar?” Barangkali separuh dari pertanyaan-pertanyaan yang
kita ajukan – separuh dari masalah-masalah teologis dan
metafisika kita yang besar-besar – adalah seperti itu.175
Kitab Suci sendiri berbicara tentang “penderitaan yang mutlak
perlu,” ketimbang tentang “penderitaan optional” yang dipilih demi
dirinya sendiri. “Apakah tidak mutlak perlu bahwa Kristus harus
menderita untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” tanya Yesus, sambil
mengajar murid-murid-Nya dalam perjalanan ke Emmaus.176 Terlebih
lagi, injil-injil memberi kita semua pendalaman yang intim yang dapat
kita tanyakan tentang pendekatan Yesus sendiri tentang penderitaan
yang mutlak perlu: Bapa, kalau boleh, biarlah piala ini berlalu
daripada-Ku…177
Tetapi, tidak bisa disangkal bahwa apa yang dipinjamnya dari St.
Jure memantulkan citarasa Montfort sendiri. Perhatikanlah, misalnya,
bahwa dalam Bab Empat belas Louis-Marie melanjutkan dalam nada
yang kurang lebih sama, seraya memuji-muji penderitaan sebagai
sebuah unsur dari pilihan ilahi yang selalu berada di luar pemahaman
manusia.178
Tetapi kalau kita bersedia tinggal bersamanya dengan cukup sabar
untuk menemukan apa yang dia maksudkan, kita akan menemukan
“harta karun” ajaran-Kebijaksanaannya dalam enam motivasi yang
menjadi alasan “mengapa kita harus mencintai Salib”. Inilah tiga dari
antaranya:
175)
C.S.Lewis, A Grief Observed.
176)
Lukas 24:26.
177)
Mateus 26:39.
178)
Bab Empatbelas mungkin sekali diilhami oleh pengarang favorit lain dari Montfort,
yaitu Henry Boudon, The Holy Pathways of the Cross.
137
• karena dengannya kita menjadi serupa dengan Yesus Kristus.
• Karena dia menerangi roh dan menanamkan ke dalamnya
pengetahuan yang lebih banyak daripada yang dapat diberikan
oleh semua kitab di dunia ini. Dia yang belum pernah dicobai,
apakah yang dia ketahui?
• Karena dia adalah sumber, makanan, dan bukti dari cinta.179
Di mana Montfort melampaui sumber materialnya dia memberi kita
harta karun spiritualitas, dan siapa dapat meragukan bahwa hal-hal ini
berasal dari pengalaman hidupnya?
2. Salib Dalam Pandangan Montfort
Tradisi Kebijaksanaan mengakui bahwa Salib tidak dapat dipahami
oleh akal budi. Paulus berkata dia tidak “memberitakan Injil dan itupun
bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi
sia-sia.”180 Tetapi apa yang memungkinkan dia terus mengajar dan
“bernubuat,” adalah kemampuan-kemampuan yang berkembang dari
murid-muridnya yang berpengalaman yang telah membiarkan warta itu
menjadi matang dalam diri mereka dan telah belajar untuk menyuling
pemahaman-pemahamannya selama kurun refleksi sunyi yang panjang:
Aku telah memutuskan untuk mengetahui apa-apa di antara kamu
selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.... Sungguhpun
demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang
telah matang.181
Montfort menghadapi dilema yang sama ini, yaitu sulit berbicara
tentang sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata tetapi
hanya dapat dipahami berdasarkan pengalaman. Seperti Paulus, dia juga
179)
CKA 176.
180)
1Kor 1:17.
181)
1Kor 2:1,2, dan 6.
138
harus mengandalkan “kebijaksanaan” dari para muridnya yang
“matang” untuk mengkomunikasikan rahasia-rahasianya yang paling
berharga.
Kamu boleh, dan kamu harus, berdoa memohonkan
Kebijaksanaan Salib, sebab pengetahuan akan kebenaran itu yang
kita alami dalam diri kita sendiri, dan yang dengan terang iman
memperdalam pengetahuan kita tentang misteri-misteri yang
paling tersembunyi, termasuk misteri Salib.182
Ketika dia meminta “Sahabat-sahabat Salibnya” untuk menyambut
salib-salib mereka dengan sukacita, kita harus memahami ajakan ini
sehubungan dengan “misteri,” dan bukan dengan penderitaan itu pada
dirinya sendiri (per se).
Kalau kamu memang membutuhkan…. harta karun abadi dengan
mana orang-orang yang telah memakainya dengan baik dapat
bersahabat dengan Allah, mintalah dia terus menerus dan dengan
sangat, tanpa ragu-ragu atau takut akan tidak mendapatkannya,
dan dia akan menjadi kepunyaanmu. Kemudian kamu akan secara
jelas memahami dari pengalamanmu sendiri bahwa merindukan,
mencari, dan menemukan sukacita dalam salib adalah
mungkin.183
Seperti Paulus, Pater de Montfort mengalami “sukacita” dalam
“misteri” yang terkait dengan persepsi “rancangan” dalam wahyu Allah,
yang memakai “hal-hal bodoh untuk mengacaukan orang-orang
bijaksana.”184 Ini adalah sebuah sukacita yang secara jelas memancar
keluar ketika Paulus berseru,
182)
Surat kepada Sahabat-sahabat Salib, no.45.
183)
Loc.cit.,
184)
1Kor 1 passim.
139
“Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang
tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah
disediakan Allah bagi kemuliaan kita.”185
“Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena
kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada
penderitaan Kristus, untuk tubuh-ya, yaitu jemaat. Aku telah
menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang
dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-ya
dengan sepenuhnya kepada kamu, yaitu rahasia yang tersembunyi
dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang
sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya.”186
Hanya pengalaman yang bisa meyakinkan kita bahwa berkat
(“kebahagiaan”) dapat muncul di tengah-tengah kontradiksi
(“penderitaan”). Dalam nasihatnya kepada orang-orang bagi siapa dia
berfungsi sebagai pembimbing rohani, Henry Suso (Venerabilis)
mempunyai ayat-puitis terkenal yang memperkuat pengalamannya dan
pengalaman sebagian besar orang: “Tidak ada sesuatu yang lebih
menyakitkan daripada penderitaan; dan tidak ada sesuatu yang lebih
membawa sukacita daripada pengalaman menderita.”187
Pater de Montfort membuat sebuah pernyataan berbeda (dengan
berbicara dari pengalamannya sendiri): bahwa adalah mungkin untuk
menemukan sukacita bahkan di tengah-tengah penderitaan yang besar.
Tetapi adalah penting untuk mencatat bahwa dia teliti untuk
185)
1Kor 2:7.
186)
Kol 1:24-26.
187)
The Little Book of Eternal Wisdom, Chapter 13, dalam Henry Suso (seri Classics
of Western Spirituality), ed., F.Tobin, Paulist Press, Mahwah, NJ, 1989. Lihat juga
CKA, Bab 8, catatan 35.
140
menetapkan bahwa hal ini tidak mutlak perlu merupakan sebuah
sukacita emosional, tetapi paling tidak sukacita “pada puncak jiwa.”188
Kalau kita secara teliti mencari landasan dari keyakinan personalnya
yang mendalam kita menemukannya dalam “sukacita” sejati yang
disarikannya dari pengalaman di mana dia mengalami kehancuran
harapan-harapan dan rencana-rencananya. Dari pengalaman ini, yang
sedemikian sering berulang-ulang dalam hidupnya, dia belajar untuk
membuka dirinya sendiri secara lebih penuh terhadap kekuatan sang
Kebijaksanaan, yang selalu memanifestasikan suatu terobosan
pemahaman, kalau bukan previsi yang lebih tepat dari rancangan yang
jauh lebih besar.
Dengan satu tangan, [Allah] dalam kekuatan-Nya yang tak
terbatas dan kebaikan-Nya menopangmu, sementara dengan
tangan yang lain Dia menimpamu. Dengan satu tangan Dia
mendatangkan maut, sementara dengan tangan yang lain Dia
memberi kehidupan. Dia mencampakkanmu ke debu dan
mengangkatmu ke atas, dan dengan lengan-lengannya Dia
merentang dari ujung yang satu hidupmu ke ujung yang lain
dengan kelembutan dan kekuatan.189
Bagi dia Kebijaksanaan sungguh-sungguh merupakan kemanisan
yang datang ketika Kebenaran tampak terlihat dalam rekonsiliasi halhal berlawanan. Dia adalah hembusan nafas dari seruan “aha” besar
188)
Surat kepada Sahabat-sahabat salib, nos.50-53.
189)
Loc. cit., Montfort tidak memakai metafor Kebijaksanaan feminin dalam Surat
kepada Sahabat-sahabat Salib, tetapi dia mengutip salah satu teks kesukaannya, Keb
8:1. Lihat juga CKA nos. 53, 167.
Salah satu alasan mengapa beberapa ahli tidak percaya Kebijaksanaan merupakan
pusat spiritualitas pendiri mereka karena adanya “ketegangan” yang jelas dalam
ketertarikannya akan Kebijaksanaan antara komposisi awal CKA (1703) dan
korespondensinya dengan Marie-Louise Trichet menjelang akhir hidupnya (1715).
Sebuah hipotesis yang lebih menarik adalah bahwa M ontfort dalam kotbahnya
memakai bahasa yang akrab dengan para pendengarnya. (Lihat catatan no. 62, p. 93).
141
yang terucap ketika kejutan dari suatu pola yang lebih besar tiba-tiba
disingkapkan.
Adalah penting untuk memahami bahwa rasa bakti Montfort kepada
Salib tidak mengganggu kreatifitas ataupun rasa ingin-tahunya. Hal ini
tidak mencegah dia untuk mengejar apa yang sungguh-sungguh dia
inginkan, atau apa yang dia anggap penting.190 Tetapi kesukaannya
mencapai puncaknya ketika Kebijaksanaan membuka jalan lain untuk
mewujud-nyatakan cita-citanya. Seringkali dia mencapai tidak hanya
tujuan-tujuan yang disadarinya, melainkan juga mencapai hal-hal yang
jauh melampaui apa yang dia sendiri dapat bayangkan.
Rasa suka inilah yang mendorong dia suka mengandalkan
Penyelenggaraan Ilahi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya pada
setiap tataran, dengan memberi kejutan-kejutan kepada dia terus
menerus dengan hal-hal yang tidak terduga. Kemanisan inilah yang
menuntun dia untuk berseru dengan tulus-murni: “Tidak ada salib? Oh,
itulah Salib!”
Keyakinan mendalam yang sama inilah, yang muncul dari
pengalaman hidup pribadi, yang memberi kekuatan seperti itu dan
kesenangan pahit-manis pada ayat pertama dari Kidungnya yang
terkenal tentang The Triumph of the Cross: (Kemenangan Salib).
Salib adalah sebuah misteri agung
Terlalu mendalam bagi pemahaman manusia
Tanpa cahaya Kebijaksanaan
Rahasia-rahasianya bukan pelanggaran.
Kalau engkau mau berusaha menemui-Nya
Di tempat kediaman-Nya sendiri
Engkau harus menundukkan hatimu
Diremukkan oleh rahmat yang mengagumkan.191
190)
Surat kepada Sahabat-sahabat Salib, no.42.
191)
Kidung, no.19.
142
3. Bentuk dan Simbolisme Salib
Kita akhiri refleksi ini tentang Salib dengan suatu kontemplasi
langsung akan simbol itu sendiri. Dari titik pandang manusia yang
terbatas, dimensi vertikal dari Salib menjangkau ke atas dan ke bawah:
• ke atas yaitu ke arah cita-cita kita, gambaran-gambaran dan
konsep-konsep kita tentang yang ilahi;
• ke bawah ke dalam akar-akar kita dalam masa silam evoluisioner
kita, - warisan kita, pilihan-pilihan kita, ingatan-ingatan kita,
keterbatasan-keterbatasan kita, sejarah pribadi kita.
Karena kita tenggelam dalam kultur kolektif progres ini, sebagian
besar dari kita hidup terarah kepada dimensi vertikal ini. Ketika kita
mengalami kepedihan salib, itu biasanya terjadi dalam konfrontasi
dengan hal yang bertentangan, yaitu dimensi horisontal.
Yang horizontal menarik kita ke arah komunitarian, yang seringkali
bertentangan satu sama lain dengan yang vertikal. Dengan satu cara
yang sangat nyata dan pedih dia menarik kita ke dalam aspek sosial dan
ekologis dari hidup kita, sehingga kita mengalami diri kita terperangkap
dalam tuntutan-tuntutan kekeluargaan dan hubungan sosial dan juga
dalam jaringan kehidupan jasmani.
Dalam dimensi horizontal ini kita ditarik keluar dari ego kita, keluar
dari individualitas kita, keluar dari persepsi kita yang mutlak terbatas
akan yang ilahi dan akan kisah manusia. Sebagai gantinya kita dituntun
ke dalam keharuan, pengampunan, pelayanan, penerimaan-diri, dan
akhirnya, ketaatan.
Tak peduli ke arah apa pun yang kita melihat, Salib menantang kita
dan mengubah kita. Juga, secara perlahan-lahan dia mengubah dan
memberdayakan kita:
• memperluas perspektif kita
• lebih mencakup, melindungi yang lemah
• mengangkat lebih tinggi jangkauan cita-cita kita.
143
• Menarik keluar dari relung-relung kedalaman kebenarankebenaran yang paling kita takuti.
• Menjumpai satu sama lain dalam suatu pendirian yang semakin
terisi-kepercayaan dari persekutuan, keberanian, dan keterbukaan
kepada hal-hal yang tidak diketahui yang melampaui pemahaman
kita yang sekarang ini.
Dalam daya transformasionalnya Salib mengantar kita ke dalam
dimensi ketiga, di mana kita, secara sangat harafiah, “didorong untuk
melupakan konflik ide-ide dan kepentingan-kepentingan personal kita.”
Dalam ruangan itu kita “mengetahui lebih banyak.” Kita tahu “dalam
hati,” sebuah sumber yang lebih besar dari ada yang meleburkan dan
melahirkan kembali cita rasa kita akan diri sendiri dalam tataran ada
yang semakin lebih luas lagi. Maka tatkala kita, menjadi “lebih
bijaksana” lagi, bahan kehidupan kita (betapapun “bodoh” atau
“skandalnya” kita memikirkannya sebelumnya) bertumbuh menjadi
lebih dan lebih indah lagi, tatkala dia menemukan tempatnya yang unik
dalam rancangan yang lebih besar dan lebih kompleks dari spiral, Salib,
dan misteri yang tertinggi.
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
• Bandingkan CKA 178 dengan SSS 34-40. Presentasi manakah yang
lebih anda sukai? Berilah alasan-alasan dan penjelasan mengapa
demikian?
Sangkut-pautnya Dengan Hidup
• Dari lima tantangan “salib yang disebut di atas” manakah yang
menyapa ssecara nyaring kepadamu secara pribadi? Mengapa?
• Dalam kebudayaan anda sendiri saat ini yang mana dari lima
tantangan yang sama dari Salib yang paling dibutuhkan saat ini?
144
KOMENTAR ATAS BAGIAN EMPAT
SARANA UNTUK MENGGAPAI KEBIJAKSANAAN ABADI
1. Suatu Tinjauan atas Sarana-sarana
St. Louis-Marie de Montfort tidak memahkotai risalatnya sendiri
dengan peta rinci mengenai perjalanan rohani. Entah karena pengaruh
dari pendidikannya atau karena penyingkapan dari kecerdasan
religiusnya sendiri, metode yang dia usulkan pada kesimpulan
tampaknya bertumbuh secara organik keluar dari kontemplasinya akan
Kebijaksanaan.192 Namun demikian, rumusan dari ketiga yang pertama
dari “sarana-sarana” yang dia ajukan tidak seluruhnya original
melainkan mempunyai sumbernya dalam empat tradisi penting
terdahulu:
• Kerinduan, doa, dan kemuridan dipanggil Tuan Puteri
Kebijaksanaan; mereka adalah tema khas dalam tradisi sastra
Kebijaksanaan Kitab Suci Ibrani.193
• Ketiga sarana ini muncul kembali dalam ajaran-ajaran YesusKebijaksanaan; mereka adalah kekhasan dari lapisan
“kebijaksanaan” Perjanjian Baru.194
192) Adalah penting untuk diingat bahwa Montfort mengembangkan karya
pelayanannya sebagai misionaris, dan bukan, pertama-tama sebagai pembimbing
rohani. Karena inilah nasihat-nasihatnya kurang terasa hidup, akrab, dan pengalaman
anekdot yang misalnya dapat orang temukan dalam diri Fransiskus dari Sales atau
Jean-Jacques Olier.
193)
Sebagai contoh dari teks Perjanjian Lama tentang ketiga tema itu, lihat:
•
kerinduan – Ams 3:15, 8:17; Keb 6:13-17; 8:2-9; Sirakh 6:37, dll.
•
Doa – Ams 8:34; Keb 7:7; 9:1,2,5; Sir 14:20. dll.
•
Kemuridan – Sir 4:17-19; 6:20,25,28; 14:20, dll.
194 )
Untuk contoh teks Perjanjian Baru tentang tiga sarana ini lihat:
•
kerinduan – Lukas 13:34; 22:15; Mrk 10:17; Yoh 1:35-40, dll.
145
• Tiga “jalan” yang sama (Yesus di depan mata, dalam hati, dalam
tangan) sangat berurat berakar dalam praktek Mazhab Prancis yang
sangat mempengaruhi pembentukan spiritual Montfort sendiri.195
• Tetapi, pengaruh yang paling dekat dan paling penting tampaknya
datang dari pengarang Yesuit kesukaan Montfort, Jean-Baptiste
St. Jure.196
Dalam Komentar ini kita menggali dua “sarana” pertama dari sudut
pandangan Mazhab Prancis. Sehubungan dengan sarana ketiga kita
akan menarik perhatian pada perubahan-perubahan tertentu yang
pertama dilakukan St. Jure dan kemudian diambil oleh Montfort. Di
sana kita akan menyelidiki secara agak rinci perbedaan penting berikut
ini:
< Mazhab Prancis cenderung memusatkan perhatian pada tata tertib
“kesetiaan” dan “kepasrahan” (“memegang erat” dan
“melepaskan”) sebagai sarana latihan rohani.
< St. Jure, di pihak lain, cenderung memakai rumusan “sesal-rindu”
dalam artian yang lebih proaktif ketimbang Mazhab Bérullian.
•
•
Doa – Luk 6:12; 11:9-13; Yoh 17, dll.
Kemuridan – Mrk 3:13-14; 4:34; Mat 14:22; 16:13; 16:24; 28:16, dll.
195 )
Lihat Bremond, A Literary History of Religious Thought in France, vol.III, The
Triumph of Mysticism,pp.93-123.
196)
J. B. St. Jure, L’homme spirituel. Bremond, sambil memperhatikan besarnya
pengaruh Bérulle atas St.Jure, membagi karya si Yesuit itu dalam dua kurun: sebelum
dan sesudah pertemuannya dengan Bérulle. L’homme spiritual sendiri termasuk dalam
kurun pertama, sedangkan De la connaisance et l’amour de N.S.Jesus-Christ, yang
dikutip Montfort dalam Bab Dua dan Tiga, termasuk dalam tahap yang terdahulu.
146
2. Dua Sarana Pertama: Kerinduan dan Doa
Menurut Montfort, begitu kita mengenal Kebijaksanaan, maka
kerinduan akan Dia pun muncul secara spontan dalam diri kita, sebab
“mengenal Kebijaksanaan adalah merindukan Dia.”197 Begitu hati sadar
akan kehadiranNya, maka doa pun mengalir secara alamiah. Dalam
prakteknya, kerinduan dan doa saling mempengaruhi satu sama lain.
Pada masing-masing putaran spiral, yang satu menyuapi yang lain
tatkala mereka bersama-sama memperluas “kemampuan murni jiwa
untuk menerima Allah.”198
Gerakan ganda dari jiwa ini, kerinduan dan doa, didukung secara
berlimpah-ruah dalam spiritualitas Mazhab Prancis. Ini adalah sebuah
contoh dari pengalaman Bérulle akan kerinduan:
Di samping nasihat-nasihat umum yang telah diberikan Allah
berikan dalam Kitab Suci, Dia meletakkan – bukan memaksakan
– pada masing-masing jiwa nasihat-nasihat, sehingga ketika Roh,
dengan kata-kata khusus berbisik dalam jiwa, menarik dia (jiwa)
dari beberapa nasihat umum…. kemudian dia harus mengikuti....
Suatu kali selama Misa saya sadar akan sebuah kesan yang luar
biasa yang sedang bekerja dalam diri saya, yang menarik jiwa
saya segera dan seluruhnya dari kehidupan religius (hidup yang
ditandai kaul-kaul)…. dan menarik saya ke sesuatu yang lebih
sulit.199
197)
Lihat LEW, no.98-101.
198)
Ini adalah pemahaman Berulle. Lihat W .Thomson, op.cit., pp.120,147-151.
199)
Berulle, Oeuvres, p.1302. “Kerinduan” yang dimaksudkan di sini tidak
menyangkal kaul-kaul melainkan menarik orang ke arah pencarian yang lebih tinggi,
suatu “langkah yang lebih jauh lagi.”
147
Di antara dua puluh empat “nasihat” yang diberikan Bérulle tentang
pokok doa, kita menemukan nasihat berikut ini yang tampaknya
mengambil langkah lain ke arah pengosongan-diri secara total dari
semua kerinduan yang lain selain kerinduan akan Allah.
Kita harus diilhami dan dikuduskan bukan demi kebaikan dan
keuntungan rohani kita sendiri, melainkan demi kemuliaan Allah
semata-mata, tanpa memperhitungkan kepentingan dan kepuasan
kita sendiri; sehingga kita harus mengusulkan kepada diri kita
sendiri sebagai akhir dan tujuan doa, untuk menghormati, mengakui,
dan menyembah kekuasaan mahatinggi Allah, sebagaimana Dia
berada dalam diri-Nya sendiri, ketimbang sebagaimana Dia bersikap
kepada kita, dan untuk mencintai kebaikan-Nya demi dirinya sendiri
ketimbang karena apa yang dilakukannya bagi kita. Karena
kemurnian yang sama yang dituntut dalam cinta juga dituntut dalam
doa…. Semua yang lain hanyalah tambahan belaka.200
Bahwa Bérulle menulis dalam aliran ini bagi audiensi umum adalah
mengherankan. Sesungguhnya, kita catat dengan penuh kekaguman
bagaimana banyak orang dari abad ketujuhbelas, baik orang sederhana
maupun orang terdidik, menanggapi ajakan mulia dari Mazhab Prancis
ini.201
Lalu mengapa abad kita ini, tidak lebih dari 300 tahun kemudian,
tampaknya telah kehilangan nilai-nilai agung dari spiritualitas
inkarnasionalnya yang berbicara dengan sangat kuat kepada para nenek
moyang pendahulu kita? Jawaban untuk pertanyaan yang penting ini
sangatlah kompleks; tetapi di sini ada tiga usulan dari para ahli
terkemuka dari tiga disiplin yang sangat jelas berbeda: filsafat, sejarah,
dan ilmu perbandingan agama.
200)
Bremond dalam risalat tentang doa mengikuti metode Bérulle. Lihat Bremond,
op.cit., Counsel 5, Avis 24, p.161.
201)
Terhadap fenomena ini ada pelbagai kesaksian dalam surat-surat dan bukubuku harian dari para pembimbing rohaninya yang sangat dihormati.
148
‚
‚
‚
Kita orang-orang modern telah jatuh ke dalam sebuah
kontradiksi yang aneh: tuntutan kita akan pengendalian terus
menerus bekerja berlawanan dengan realitas ketergantungan
intim kita pada pada sang Ibu Ilahi yang membentuk dan
menghidupi dunia kita.202
Setelah kita kehilangan keterkaitan simbolik dengan dunia
alamiah, kita pun cenderung mengabaikan dan menghindari
(dengan risiko kita sendiri) kesempatan untuk “merasakan”
kemanisan yang selalu tersedia dari alam sebagai sumber
wahyu khusus.203
Umat manusia telah kehilangan atau melupakan kekuatan
untuk menyarikan energi murni dari jiwa berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang membentuk kehidupan orang
(sehari-hari).204
Menurut pengarang yang terakhir ini, Prof. Jacob Needleman, apa
yang telah kita lupakan bukan hanya “kebenaran-kebenaran” atau
“kisah-kisah” saja. Jelasnya, kita telah melupakan keahlian sederhana
untuk “mendengarkan” dengan “mutu perhatian” tertentu yang
memungkinkan kita mempertahankan dalam tubuh itu sendiri suatu
keterkaitan antara kehidupan kita sebagai pribadi-pribadi manusia dan
cita-rasa kita akan “misteri” yang tersingkap melalui kita. Dengan kata
lain, “perhatian” nyata atau “kehati-hatian” atau “konsentrasi” adalah
sarana sejati dari kerinduan, yang, sayangnya sudah tidak dipakai lagi.
202)
Richard Tarnas (filsuf), The Passion of the Western World, Ballantine, New York,
1991. Teks yang ada di sini sudah dirumuskan kembali (parafrase) .
203)
Thomas Berry, The Dream of the Earth, Sierra Club Books, San Francisco, 1988.
204)
Jacob Needleman, Lost Christianity: A Journey of rediscovery to the center of
Christian Experience, Element Books, Rockport, MA, 1990.
149
Khabar gembiranya ialah, bahwa kalau kerinduan menghilang
tatkala pandangan kita pun memudar, kita masih bisa mengusahakan
kebangkitan kembali dari “kemampuan murni akan Allah” yang hidup
dalam diri kita dengan membangunkan kembali cita-rasa batiniah kita.
Dengan cara ini kita bisa secara efektif memperbaharui kembali kontak
dengan Kebijaksanaan dalam kehadiran-Nya yang nyata dan kekal
dalam dunia kita yang menderita ini.
Dengan cara yang benar-benar tidak terduga, Montfort menanggapi
kebutuhan-kebutuhan kita pada masa kini untuk menyalakan kembali
kerinduan dan menjaganya tetap bernyala dengan suatu latihan
konsentrasi dan kesadaran dari mana doa muncul dengan mudahnya. Ini
adalah pemberian yang paling berharga dengan implikasi-implikasi
besar bagi sebuah spiritualitas Kebijaksanaan yang akan menyinggung
masalah-masalah nyata dari jaman kita.
Adalah berguna untuk membaca tabulasi pada halaman berikut ini
dengan cara berikut ini:
• Pertama, membacanya secara horizontal untuk menikmati sumber
dalam CKA dan menguji ungkapannya dalam istilah-istilah yang
lebih kontemporer.
• Kedua, membacanya secara vertikal, khususnya kolom dua, untuk
memperoleh cita-rasa bagaimana kerinduan akan Kebijaksanaan
dapat berfungsi paling baik dalam “praktek” rohani seseorang.
No.
182
183
Pernyataan CKA
Bantuan Bagi
Spiritualitas Kebijaksanaan
Kalau kamu merindukan
Kerinduan akan Kebijaksanaan
Kebijaksanaan… Tuhan akan
memberikan harapan nyata akan
memberikannya kepadamu.
pencapaian spiritual.
Kebijaksanaan, kurindukan untuk
Dia dibantu dalam relasi personal dengan
menjadi mempelaiku…
sang kekasih.
150
181
182
Dia datang menemui orang-orang
Kebijaksanaanlah yang mengambil
yang merindukan dia.
prakarsa untuk memenuhi kerinduan ini.
Renungkanlah perintah-perintah
Apa yang dituntut dari kita ialah
Tuhan, dan sibukkan dirimu setiap
mengkaitkan perhatian kita kepada
saat dengan perintah-perintah-
kehendak Dia dalam segala hal, besar dan
(Nya).
kecil, dan memusatkan energi-energi kita
untuk taat pada suara-Nya.
183
Dengan mengikuti kata-hati aku
Kerinduan akan Kebijaksanaan harus
menelusuri segala arah untuk
menghanyutkan seluruh diri orang.
mencari Dia.
182
Sepanjang hari orang yang tidak
Dia dibedakan dari keranjingan dan
bertuhan disiksa oleh kerinduan.
pelbagai ketagihan yang menggerogoti
kerinduan sejati dalam diri kita yang
terbagi-bagi.
181
Kerinduan akan Kebijaksanaan
Dia menuntun ke kekuasaan (suatu
menuntun ke suatu kerajaan…
penguasaan atas dorongan-dorongan kita
yang saling bertentangan dan pikiranpikiran kita yang terpecah-pecah).
184
Aku pergi kepada Tuhan dan
Dia membuat kita menjadi pencari yang
memohon kepadaNya, dan aku
berani, yang rela pergi dalam doa bahkan
berkata dengan segenap hatiKu:
ke tahta Allah, dengan penuh keyakinan
Berilah daku Kebijaksanaan ini
bahwa apa yang paling kita butuhkan dan
yang bertahta di sisi-Mu.
rindukan serentak merupakan apa yang
paling didambakan Allah bagi kita.
151
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
• Diagnosis atas “hambarnya” kerinduan kita pada masa kini,
sebagaimana ditampilkan di sini, termasuk tiga “kehilangan kontak”
yang mendasar: yaitu dengan yang feminin, dengan alam, dan
dengan praktek perhatian dan kesadaran. Seberapa jauh diagnosis ini
“cocok” dengan penyakit-penyakit rohani dalam kebudayaan anda
sendiri?
• “Kerinduan” apakah yang menjadi ciri khas spiritualitas yang
merupakan warisan dari masa silam – kebudayaan anda dalam
bentuknya lebih tua yang “ideal,” atau pengalaman akan masa kini
– apa yang sedang terjadi pada kebudayaan anda sekarang ini,
khususnya di pusat-pusat urban – sebagai hasil dari saling pertukaran
dengan kebudayaan-kebudayaan lain.
• Perhatikanlah tabel pada halaman terdahulu: Pemahaman manakah
dari tabulasi itu yang paling menarik bagi anda? Manakah yang
paling menantang?
Sangkut-pautnya Dengan Hidup
Dengan memakai artikel dari koran dan/atau lagu-lagu pop, selidikilah
hal-hal berikut ini: Kerinduan-kerinduan palsu, kehilangan kerinduan
– hambar, dan kebosanan, kerinduan sejati (“Hati kami bagi-Mu, ya
Allah….”)
3. Sarana Ketiga: Rasa Sesal-rindu
Dalam akar-akar tertua dari sarana ketiga, kata yang digunakan
adalah ‘kemuridan’ ketimbang penyesalan. Montfort sangat dipengaruhi
oleh dua mazhab “kemuridan”: Mazhab Bérullian (dari masa-masa
152
seminari dengan kaum Sulpician) dan Mazhab Ignatian (dari masamasa kolese dengan kaum Yesuit).205
Bagaimana perbedaan satu sama lain dari kedua mazhab ini? Dan
bagaimanakah “kemuridan” berubah menjadi “rasa sesal-malu”?
Sekarang kita mau mengarahkan perhatian terhadap kedua pertanyaan
kunci ini.
Sebagai tuntunan utama dalam refleksi ini, kita mengikuti buku
Literary History of Religious Thought in France, karya Henry
Bremond. Kata kunci dia untuk latihan rohani atau kemuridan adalah
exposisi, tetapi ada juga pelbagai macam sinonim.
Mazhab Kardinal de Bérulle memberi tekanan pada sifat-sifat
“pasif” dari jiwa yang setia pada lorong menuju peniadaan-ego-nya.
Orang tidak menelusuri lorong penilaian-diri, ketetapan hati, dan
upaya-upaya pribadi untuk memperbaiki diri dalam hal-hal praktis.
Sebaliknya:
• Orang menampilkan diri pada rahmat ilahi yang diperantarai
melalui misteri-misteri Firman yang Menjelma.
• Orang menerapkan kemampuan-kemampuan budi seseorang dan
imajinasi orang kepada kontemplasi akrab akan misteri-misteri.
• Melalui kehendak orang setia pada keadaan-keadaan melalui
mana kemanusiaan Yesus mengubah kehidupan biasa dan
perkembangan biasa dari kepribadian manusia menjadi tindakan
penyembahan.
205)
Sebagai murid muda di Kolese di Rennes, Montfort mempunyai hubungan khusus
dengan bapa pengakuannya, seorang Yesuit, Pater Descartes, dan guru retorikanya,
Pater Gilbert. Di Seminari, tentu dia dididik oleh para imam Sekulir seperti Pater
Barmondiere, dan, kemudian, oleh paling tidak tiga pater Sulpician yang berbeda.
Keterkaitan dia dengan kaum Yesuit menjadi penting lagi ketika dia gagal mendapat
dari pemimpin Sulpiciannya, Pater Leschassier, dukungan yang diperlukannya untuk
mewujudkan panggilannya. Ketegangan di antara kedua tradisi itu menyelip keluarmasuk dalam tulisan-tulisannya (dan hidupnya) dan tidak pernah sepenuhnya teratasi.
153
Dari sekian banyak halaman yang ditulis oleh Bremond untuk
merumuskan sejelas mungkin bahasa ini bagi para pembaca pada awal
abad keduapuluh ini, kita hanya mengutip sekelumit saja:
· Kita harus mempelajari istilah-istilah baru tertentu (dari
Bérulle): “kesetiaan,” “penerapan”, kehilangan diri kita dan
memasrahkan diri kita pada Allah. Tetapi, logika dari sistem
ini, menuntut permulaan dengan kata “keadaan” yang entah
dalam bentuk tunggal ataupun bentuk jamak dapat dijumpai
pada hampir setiap halaman dari buku-buku kaum
Oratorian…..206
Dengan “melekat” pada “keadaan” dari keilahian yang menjelma,
kehendak kita harus berurusan dengan pelbagai realitas yang terlepas
dari pilihan kita sendiri. Ini bukanlah lorong quietisme tetapi lorong
kehendak dengan penerapan, kekuatan, dan sukacita, untuk benar-benar
menjadi apa adanya diri kita, dalam ketergantungannya pada Allah.207
Bremond secara khusus sangat tertarik pada upaya membandingkan
pendekatan ini dari Mazhab Prancis dengan metodologi Ignatian
sehubungan dengan pemakaian kehendak:
Volo (“Aku ingin”) menderingkan panggilan terompet dari Latihan
(Ignatius), yang memanggil orang untuk berjuang,
mempermalukan dirinya sendiri, menaklukkan dirinya sendiri,
untuk memperluas kerajaan Allah dan semuanya seakan-akan
keberhasilan dari upaya-upaya kita sendiri yang semata-mata
tergantung pada daya-tenaga kita. Voluntarisme (dari Condren)
tidaklah kurang hebatnya, tetapi objeknya itu berbeda:
206)
Henri Bremond, op.cit., p.54. “Keadaan-keadaan” yang biasa disinggung
mempunyai kaitan dengan kelahiran dan kematian Yesus, yaitu, prinsip manifestasi
dari ‘kenosis-Nya. Tetapi pada umumnya mereka diterapkan pada apa saja yang
inheren dalam kondisi manusia, yang diambil Yesus dalam segala isinya.
207)
Ibid., p.110. Tanda kurung dihapus.
154
•
•
menghendaki agar Allah menjadi sebagaimana adanya Dia;
menghendaki penyembahan dan pengorbanan Yesus Kristus,
sang Imam Agung;
•
menghendaki (penganugerahan rahmat ilahi) bagi diri kita
sendiri;
•
dan akhirnya, menghendaki bahwa karya “destruktif” dari
rahmat dapat terlaksana dalam diri kita.208
Barangkali karena lebih menyukai Mazhab Prancis ketimbang
Mazhab Ignatian, Bremond memakainya karena dia lebih dekat pada
mistisisme:209
Penghancuran-diri yang terus menerus didorong oleh para
pemimpin Mazhab Prancis sudah dimulai dan ditelusuri sehingga
penghancuran lain yang lebih mendalam yang dilukiskan kaum
mistikus. Kalau istilah-istilah yang paling khas dari kosa kata
Bérullain dipertimbangkan….. maka akan terlihat betapa mereka
sangat mirip dengan ungkapan-ungkapan para mistikus. Ini
bukanlah yang menjadi masalah dari mazhab rivalnya yang besar.
Dalam Latihan, penerapan sukarela, super-aktif, dan gigih dari
kekuatan-kekuatan jiwa – bernalar, menghendaki, dan
menghendaki lagi, - membangkitkan ide tentang askesis, tentang
latihan…..210
Perbandingan penting lain antara kedua mazhab itu dibuat
sehubungan dengan ketajaman melihat sesuatu:
208 )
Ibid., p.335 (Formatnya diubah; tetapi tidak isinya). Rahmat “menghancurkan” apa
yang jahat dalam diri kita dan memurnikan kita.
209)
Bremond teringat akan St. Yohanes dari Salib dan mistikus Rhineland, yaitu
Eckhart. Perhatikan bahwa volume sejarah literernya yang berurusan dengan abad ke17 berjudul The Triumph of Mysticism.
210 )
Ibid., p.425.
155
Seorang peserta retret menurut model Latihan, pada saat harus
memilih, bertanya pada dirinya sendiri: “Keputusan apa yang
harus kuambil? Untuk tinggal di dunia ataukah
meninggalkannya? Tetap menyimpan harta-bendaku ataukah
membagi-bagikannya kepada orang-orang miskin?” Di sisi lain,
seorang Bérullian bertanya pada dirinya sendiri: “Apa yang
menjadi bagianku dalam warisan Kristus? Untuk mereproduksi
bagian yang mana dari ‘keadaan-Nya yang khas aku dipanggil?
Pada mana aku mulai sekarang ini harus bergantung dan
melekatkan diriku sendiri?” Ini bukanlah masalah untuk serta
merta menjadikan diri kita sendiri orang-orang kudus dan sampai
sejauh itu mengalahkan diri kita sendiri sebagaimana diterapkan
St. Ignatius pada permulaan dari Latihan itu.211
Setelah melihat beberapa perbedaan dramatik antara kedua mazhab
itu, akhirnya kita sampai pada pertimbangan tentang pertanyaan kedua,
yang telah kita ajukan pada diri kita sendiri pada awal bagian ini.
Bagaimana ide “kemuridan” dari Kitab Suci menjadi “penyesalan”?
Kita mengatakan bahwa suatu peralihan terjadi melalui pandangan
seseorang tentang “asketisme.” Yang terakhir ini, dalam artiannya yang
paling luas berarti praktek pembinaan-diri yang keras. Kata ini berasal
dari bahasa Yunani asketes yang berarti rahib (pertapa), dan kata ini,
pada gilirannya berasal dari akar-kata kerja askeo, yang berarti
“berlatih.” Yang jelas kata ini mempunyai konotasi atletik dan militer.
Dalam mazhab Bérullian kita merasakan suatu kelembutan,
seperti sang Kebijaksanaan sendiri, dalam pendekatan kepada
asketisme:
Dalam pendekatan Bérullian terhadap asketisme, tidak ada
pertanyaan tentang bekerja secara langsung dan eskklusif untuk
membasmi ketamakan yang itu-itu juga atau upaya menggapai
kebajikan yang sebaliknya, tetapi hanya melekatkan pada diri
211)
Ibid., p.62.
156
seseorang kebajikan-kebajikan dan keadaan-keadaan dari Dia
yang adalah “jalan pintas” bagi kita menuju kebaikan, kebenaran
moral dan kehidupan kita.212
[Olier]: [Roh Kudus] tanpa paksaan dari pihak-Nya, dan tanpa
upaya dari pihak kita, senantiasa melakukan dua hal dalam diri
kita – yang satu adalah penglihatan akan ketidak-murnian kita
dan kehampaan kita; dan yang lain adalah pengunduran diri dari
ketidak-murnian ini dan transformasi kehampaan ini.213
Seorang Yesuit yang dibentuk hanya oleh tradisi Ignatian saja
kiranya akan mengatakan: “Rahasia kehidupan rohani adalah mengikuti
Kristus sang Raja dan meniru Dia; atau keinginan untuk menjadi kudus;
atau untuk mengalahkan diri sendiri.” Tetapi St. Jure [seorang Yesuit
Bérullian] berkata, “Seluruh rahasia kehidupan rohani terkandung
dalam kata-kata misterius ini, ‘Firman sudah menjadi daging.’
Keilahian diikat-satukan secara personal dengan kemanusiaan, yang
dengan suatu persatuan yang tak terkatakan itu telah menjadi benarbenar rohani, dan sangat kudus.”214
Akhirnya, kita mencatat bahwa apa yang paling disukai Ignatius
adalah injil-injil sinoptik sedangkan pilihan kaum Bérullian adalah injil
Yohanes. St. Jure [seorang Yesuit Bérullian] menulis: “Kita harus
membiasakan diri kita dengan Perjanjian Baru, khususnya dengan injil
Yohanes dan surat-surat Paulus.”215
212)
Ibid., p.338.
213)
Olier, La Journee Chretienne, dikutip dalam Bremond, Ibid., p.322.
214)
bid.,p.228.
215)
Thomson, Op.cit., p.34. Kita sudah melihat dalam Bagian Satu dari LEW no.7 dan
14, bagaimana Montfort memakai parabola Yohanian-Paulinian sebagai outline untuk
seluruh Cinta dari Kebijaksanaan Abadi
157
Lalu bagaimanakah kita harus membaca rekomendasi-rekomendasi
St. Louis-Marie tentang “rasa sesal-malu” sebagai sarana-sarana untuk
menggapai Kebijaksanaan Ilahi? Di satu pihak, bab yang ditulisnya itu
tampaknya mengungkapkan Spiritualitas Ignatian sebagaimana secara
umum dipahami pada jaman dia:
• Dia menekankan hal peniruan Kristus dan para kudus.216
• Dia menganjurkan pendekatan ‘heroik’ terhadap penaklukan
alam.217
• Tampaknya dia menempatkan nilai esensial pada praktek-praktek
kekerasan sukarela.218
Di pihak lain, makna dari hal-hal di atas tadi mengalami
perombakan besar ketika teks-teks yang sama dipertimbangkan dalam
konteks St. Jure, seorang Yesuit Bérullian dari siapa Montfort menimba
ilham untuk babnya: Barangkali, seperti St. Jure, Montfort “memakai
bahasa kaum Yesuit dan kaum Oratorian secara bergantian.”
Misalnya, orang perhatikan dalam tulisan-tulisan Montfort hal-hal
sbb:
• pertanyaan-pernyataan yang lebih Ignatian tentang mortifikasi
sukarela dalam karyanya Surat kepada Sahabat-sahabat Salib.
• Pandangan-pandangan yang lebih Bérullian tentang lorong
spiritual dalam Bakti Sejati kepada Maria
Poin kunci untuk mendamaikan pandangan-pandangan dari kedua
mazhab itu tentang mortifikasi adalah ini: dengan upaya terus menerus
217)
CKA , 201.
217)
CKA 195.
2 1 8 ))
CKA 199, 201.
158
dari kehendak, sang pencari dapat melakukan tidak lebih daripada
“memberikan” dirinya sendiri untuk transformasi. Adalah
Kebijaksanaan yang melakukan “karya destruktif dari rahmat”
sebagaimana dikatakan Condren secara berlebih-lebihan.219 St. Jure
mengatakan hal yang cukup sama:
Maka perlulah bagi siapa saja yang mau berpartisipasi dalam
rahmat dan menerima roh dari suatu misteri, untuk memberikan
dirinya sendiri dengan beberapa tindakan kemiskinan, dengan
kedinginan yang membuat menderita, atau beberapa rasa tidak
enak tertentu….220
Montfort sendiri mengakui bahwa penghancuran ego “defensif” ini
merupakan tujuan dari seluruh asketisme.221 Sesungguhnya suatu
pencapaian di luar tujuan ini hanya dapat datang dari ego-sentrisme –
ingat diri murni dan keangkuhan. Oleh karena itu, sang pencari harus
mengetahui bahwa suatu mortifikasi ekstra yang dia timpakan pada
dirinya sendiri akan membawa dia tidak lebih jauh daripada ke mana
Kebijaksanaan ingin menuntun dia dalam setiap hal melalui yang paling
menantang dari semua pencobaan yang mungkin – pencobaan dari
hidupnya yang nyata.
Sebagai hasilnya, asketisme, atau mortifikasi sebagaimana dia
seringkali disebut, dalam bentuknya yang paling bermanfaat adalah
landasan bagi suatu latihan perhatian dan konsentrasi. Sebagaimana
telah kita lihat, hal ini mendukung sarana-sarana lain dari doa dan
219)
Lihat halaman 131 dari bagian ini dan catatan no.17.
220)
Loc.cit.,
221)
Lihat CKA 202. Ini adalah tujuan di belakang rekomendasi Montfort yang kuat
bahwa kita harus menyampaikan semua mortifikasi sukarela kita kepada penilaian
pembimbing rohani.
159
kerinduan, sebagaimana disebut dalam bagian terdahulu.222 Namun
demikian, apa saja yang tetap “tidak terpecahkan” pada tataran ini
diangkat oleh Montfort ke level yang lain tatkala dia melingkar maju ke
dalam sarana keempat.
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
# Konsentrasi pada penyesalan-diri yang tenang, sebagaimana
diketahui Montfort sendiri dari para pembimbing rohaninya dan dari
berdasarkan pengalaman, dapat menjadi sesuatu yang sangat
membantu ataupun sangat berbahaya. 1). Bicarakan seluas-luasnya
keuntungan-keuntungan dari latihan-latihan seperti itu. 2).
Bicarakan batasan-batasan dan bahaya-bahaya dari latihan-latihan
seperti itu.
# Bicarakanlah pernyataan ini: Tatkala Montfort maju dalam
kebijaksanaan, rahmat, dan usia, sedikit demi sedikit penyesalanpenyesalan yang tenang yang ditimpakan atas diri memberi tempat
222)
Lihat Michael Murphy, The Future of the Body: Explorations into the Further
Evolution of Human Nature, Tarcher, 1992, p.562. Direktur Esalen Institute yang
terkenal bagi Kemajuan potensi manusia mengevaluasi praktek-praktek asketik dari
masa silam berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang kompleks dari manusia modern.
Dia menekankan pentingnya individu menyesuaikan diri dengan latihan-latihan
jasmani sehingga mereka membangun di atas kemampuan-kemampuan bawaan badan
dan membiarkannya menjadi sahabat ketimbang musuh proses transformasional.
“Usul sentral saya adalah bahwa latihan-latihan kreatif membangkitkan di atas seluruh
organisme kita, secara sensitif menuntun pelbagai prosesnya ke arah efisiensi-efisiensi
baru… Untuk melakukan hal ini, latihan-latihan kita harus mendorong komunikasi
perseptual, kinestetik, dan kemampuan-kemampuan gerakan; vitalitas, kognisi,
kemauan; perintah-perintah dari kepedihan dan kesenangan; cinta, dan strukturstruktur badan. Semua ini mengimplikasikan kreatifitas sosial, karena tidak seorang
pun dari kita berkembang tanpa bantuan besar dari sesama kita. Tata tertib yang
menyeluruh, singkatnya, membutuhkan semua bagian-bagian kita, semua prosesproses kita, dan dukungan sosial kreatif.”
160
kepada asketisme yang lebih mendalam dari pengalaman hidup.
Berilah contoh-contoh untuk mendukung sudut pandang anda.
Sangkut-pautnya Dengan Hidup
# Beberapa orang, karena temperamen, lebih tertarik kepada tipe
spiritualitas Ignatian; yang lain lebih tertarik pada tipe Berullian.
Dalam kubu manakah anda menempatkan diri anda sendiri? Apa
yang menjadi daya tarikmu? (Perhatikan bahwa adalah mungkin
untuk tertarik ke unsur-unsur dari kedua-duanya).
4. Sarana Keempat: Devosi Kepada Santa Perawan
Monfort paling senang mempromosikan sarana Keempat ini.
Yang paling besar dari semua sarana dan yang paling
mengagumkan dari semua rahasia untuk menggapai dan
melestarikan Kebijaksanaan Ilahi adalah ini: devosi lembut
dan sejati kepada Santa Perawan.223
Oleh karena itu, Perhambaan Suci Maria, Ibunda Allah,
sesungguhnya benar-benar meliputi tiga sarana pertama tetapi lebih
besar daripada masing-masing dan mereka semuanya. Dengan
membentangkan enam motivasi “untuk menguduskan diri seutuhnya
kepada dia, dan kepada Yesus melalui dia,” Montfort menjelaskan
mengapa sarana ini “merupakan rahasia yang paling mengagumkan
untuk menggapai dan melestarikan Kebijaksanaan Ilahi.”
Tetapi untuk membentangkan (menyebarkan) pontensi penuh dari
sarana keempat dalam kehidupan kita dan dalam dunia kita sendiri
adalah mutlak perlu untuk menarik keuntungan baik dari “yang lama
maupun yang baru.” Pencari yang serius akan terus menerus minum
223)
CKA 203.
161
dari tradisi dari mana Montfort datang; tetapi pencari itu juga perlu
memakai secara penuh tantangan-tantangan dan kebutuhan-kebutuhan
milenium ketiga yang sedang kita masuki sekarang ini.
Untuk itu kita perlu memusatkan perhatian terutama pada dua aspek
kunci dari sarana keempat.
# Dia mempersilahkan kita untuk mewujudkan keadaan cinta dan
“pelayanan” tanpa syarat terutama sekali dalam bentuk
sebagaimana digali dan dilukiskan Mazhab Prancis.
# Dia menganjurkan kita untuk mempercayakan seluruh diri kita
tanpa syarat kepada dia yang dihormati sebagai sang Ibunda
universal. Dengan cara ini “kemampuan murni akan Allah” akan
berkembang dalam diri kita, secara singkat, pasti, dan mudah
sebagaimana dikatakan Montfort.
Ini adalah lorong yang akan membutuhkan perjalanan sepanjang
hidup. Sekarang kita mengarahkan perhatian untuk melihat segi-segi
keuntungan dan tantangannya.
a. Keuntungan Psikologis
Secara sekilas kita mencatat bahwa keuntungan-keuntungan
psikologis yang didaftarkan di bawah ini sudah ditangkap (intuisi)
secara mendalam tetapi dipahami secara samar-samar saja oleh para
pembimbing rohani Mazhab Prancis. Kita orang-orang modern
menikmati keuntungan dari hasil empat puluh tahun penelitian dan
pengalaman dalam bidang “psikologi-trans-personal.” Adalah suatu
kejutan yang membahagiakan ketika menemukan bagaimana
pemahaman-pemahaman dan kosa-kata jaman modern, digunakan
sebagai lensa, yang berfungsi untuk menggali lapisan-lapisan yang
paling dalam dari makna dalam tulisan-tulisan Mazhab Prancis.
Beberapa dari “pengetahuan” yang paling berguna meliputi hal-hal
sbb:
162
‚ Bagaimana keterlibatan-keterlibatan ego cenderung menjadi lebih
buruk kalau orang memusatkan perhatian pada “pencerahan”
sebagai tujuan personal.224
‚ Luka yang kita semua terima pada masa kanak-kanak - ini adalah
bekas-bekas luka yang berkembang secara pasti dalam proses
perkembangan dari ketergantungan pada masa kanak-kanak menuju
ke kebebasan (ketidaktergantungan) sebagai orang dewasa. Kalau
mereka tidak disembuhkan melalui pengkaitan-kembali dengan
sumber Ilahi atau “Esensi,” maka mereka akan mengalami
keretakan dalam kepercayaan dasariah dan menyebabkan ego
menjadi defensif. Begitu mereka disembuhkan, maka orang bisa
mempertahankan keadaan alamiah dari “keterbukaan” dan “rasa
ingin-tahu” yang sangat penting bagi perkembangan rohani.225
‚ Distorsi kerinduan akan pemenuhan rohani; hal ini muncul paling
biasa dalam kasus kecanduan.226
‚ “Proses pengambilan keputusan” yang terpaksa dan “upaya yang
terlalu keras” (lawan dari tata-tertib yang lembut dari
Kebijaksanaan) yang dengan kodratnya melaksanakan-kembali
otoritas yang salah dan tirani destruktif super-ego.227
‚ Kebiasaan-kebiasaan menaruh perhatian atau “fixasi-fixasi” yang
cocok untuk masing-masing gaya-ego-Enneagram. Ini adalah
pelbagai macam pembelaan-ego yang melakukan kontak dengan
224)
Lihat Jack Kornfield, “The Seven Factors of Enlightenment,” dalam Paths Beyond
Ego, ed., Francis Vaughn and Roger W alsh, Tarcher, Los Angeles, 1993.
225 )
Lihat A. H. Almaas, The Pearl Beyond Price: Integration of Personality into
Being; An Object Relations Approach, Diamond Books, Berkeley, 1988.
226 )
227)
Lihat M. Scott Peck, Further Along the Less Traveled Road, Harper, 1995.
A. H. Almaas, op.cit.,
163
suara batiniah dari intuisi otentik melalui mana Kehendak universal
atau ilahi memperkenalkan diri kepada kita.228
Pembaca yang penuh perhatian tentu sudah melihat bagaimana
sarana keempat menyinggung banyak dari rintangan-rintangan pokok
untuk kemajuan rohani yang telah dialami oleh para pencari pada masa
kini.
b. Keuntungan-keuntungan Komunal
Sarana keempat juga membantu perkembangan beberapa sikap
pokok yang melampaui identitas-identitas personal kita sendiri. Hal-hal
ini membantu kita menanggapi tantangan-tantangan besar yang
menghadapi kita sebagai individu dalam masyarakat dan sebagai
peserta dalam Komunitas Global. Karena dalam sejarah saat ini – entah
sadar atau tidak – “dusun global” kita sedang bergerak melalui suatu
titik balik dalam tujuan planet ini.
< Dengan memasrahkan “agenda-agenda” kita dan keasyikan kita
dengan kemajuan kita sendiri, kita belajar menjadi murid-murid
yang “setia;” yaitu kita masuk secara rohani ke dalam harmoni
dengan gerakan semesta yang arahnya sebagian besar senantiasa
tidak diketahui.
< Dengan memelihara iman yang akrab akan sifat-sifat keibuan Maria
yang membesarkan Kristus, sang manusia utuh,”
kita sampai pada Dia (She)
< yang adalah “arsitek seluruh ciptaan”
< yang ‘menggapai dari satu ujung ke ujung yang lain seraya
mengatur segala sesuatu dengan kelembutan.’
228)
Lihat Helen Palmer, The Enneagram, Harper Collins, San Francisco, 1989.
164
Kalau diungkapkan secara lain, kita mengembangkan kepercayaan
dasariah dalam tuntunan yang menyingkapkan hakekat sejati pada
segala tataran – dari yang personal sampai ke yang kosmik.
Maka sarana keempat memprakarsai suatu pembalikan baru dari
spiral dengan “menangkap dan meninggikan tiga sarana yang pertama.
Hal-hal ini, kalau dipraktekkan hanya demi diri mereka sendiri saja,
akan menyebabkan kita berjuang dalam cara “usaha” dan “pembenturan
ego.”
< Kerinduan, misalnya, ditinggikan melalui Maria ke tataran
yang lebih tinggi dengan relaksasi sederhana dalam sikap
tanpa pamrih. Pada gilirannya, hal ini membuka pintu ke
agenda Kebijaksanaan bagi hidup kita. Pada saat yang sama
dia mengurangi tekanan untuk menilai kemajuan kita.
< Seperti Maria dalam Magnifikatnya, doa-doa kita belajar
mengkombinasikan doa kerinduan dan doa permohonan
dengan doa kemuliaan “seraya mengambil sudut pandang
Allah.”
< Juga, melalui konsentrasi budi pada Patung Maria dan
membangkitkan kehadirannya di dalam hati, seorang murid
memurnikan praktek penyesalan (mortifikasi). Dia
mengetahui perbedaan antara mortifikasi sebagai penghancuran-diri (transfomasi otentik) dan mortifikasi yang
dilakukan dengan kesadaran diri sebagai semacam heroisme.
Dalam diri sebagian besar orang, hal yang terakhir ini
cenderung sangat terpusat pada diri sendiri. Jauh lebih
penting, dia mempelajari perbedaan antara penderitaan yang
mutlak perlu, yang sungguh bersifat transformatif, dan
penderitaan neurotik, yang merintangi perkembangan
kematangan seorang pribadi.229
229)
Lihat M.Scott Peck, op.cit., Harper, 1995.
165
c. Tantangan Pemahaman – Landasan Biblis-Historis
Komitmen sepenuh hati kepada sarana ke-empat, menuntut
pemahaman, dan hal ini bukanlah suatu hal yang sederhana. Dalam hal
ini, Kitab Suci, sejarah, dan teologi masing-masingnya mempunyai
sesuatu untuk disumbangkan. Oleh karena itu, kita mulai dengan yang
biblis-historis.
Kalau dilihat dari sudut pandang ini, sarana keempat berarti masuk
ke dalam budi Maria sebagai representasi paling penuh dari mereka
yang “menantikan Allah.” Dia adalah Puteri Sion sempurna, orang yang
sudah dipersiapkan bagi kedatangan Kristus oleh seluruh perjalanan
komunal umat Allah. Dia mewujudkan sikap seorang “hamba”,
tempayan tanah liat yang murni yang panggilan tertingginya adalah
mengatakan, “Terjadi kehendak-Mu!”
Untuk menjadikan sikap batinnya sebagai sikap sendiri - yang
dengan tepat dipunyai seluruh orang yang merindukan dan yang
menderita sepanjang jalan – berarti pada saat yang sama setia mengikuti
sikap dan “keadaan” Kristus. Ini disebabkan karena Dia, dengan cara
yang sama, “menghampakan Diri-Nya sendiri” ke dalam keadaan
manusia dan melakukan kembali dalam keadaan seperti ini perjalanan
paskah yang sama demi kita.
Maka “misteri-misteri” Maria, sebagaimana dilukiskan Alkitab,
adalah ko-ekstensif dengan misteri-misteri sejarah keselamatan. Mereka
mencapai puncaknya dalam citra hati manusia yang telah menjadi
Kenisah Baru – tempat persekutuan ilahi dan penyembahan yang
menghancurkan semua batas-batas ruang dan waktu, dan karena itu
terbuka kepada semua umat manusia.230
230)
Lihat Rene Laurentin, Structure et Theologie de Luc 1-2.
166
d. Tantangan Pemahaman – Dimensi Teologis
Dalam dimensi ini, “bakti sejati kepada Maria” dilandaskan pada
statusnya sebagai “Bunda Allah” dalam artian penuh dalam mana gelar
itu diberikan kepadanya pada abad ke-lima oleh para Bapa Gereja dalam
Konsili Efesus (431). Menurut Para Bapa Yunani awal juga para Bapa
Latin yang dipengaruhi Filsafat Yunani, ini adalah status ontologis. Hal
ini mengangkat Maria ke tataran emanasi dan transmisi ilahi, yang,
karena alasan esensinya, memberi dia suatu peranan untuk dimainkan
dalam melahirkan Allah dalam jiwa-jiwa kita.
Dalam sebuah teks yang penting dari Bakti Sejati, Montfort
mengutip sebuah ucapan dari Agustinus yang memuji Perawan Maria:
“Engkau pantas disebut cetakan Allah.”231 Tentang pemahaman teologi
ini Louise-Marie mendasarkan “dampak ke-enam” dari Perhambaan
Suci – “transformasi jiwa setia oleh Maria menjadi serupa dengan Yesus
Kristus.”232
Harapan akan transformasi murni ini membuktikan diri sebagai
sebuah inspirasi mendalam bagi pengudusan total yang dituntut oleh
sarana keempat. Tetapi, untuk menghargai dimensi “perhambaan suci”
ini tanpa syarat kiranya perlu juga untuk menyelidiki akar-akar
gnostiknya dalam tradisi Kristen.233 Hal-hal ini dapat ditemukan dalam
231)
BS 219, yang mengutip Agustinus, Sermo 208.
232)
Tema “melahirkan Allah dalam jiwa-jiwa kita” ini juga memasuki Mazhab Prancis
melalui mistisisme para mistikus Rhineland. “Ketika Allah menjadi manusia di
Betlehem kira-kira 2000 tahun silam, apakah Dia sungguh masuk ke dalam hati
manusia?” Dalam pandangan Eckhart, hal inilah yang justru Dia lakukan… . Eckhart
menganggap turunnya Allah ke dalam “ranah jiwa” sebagai Inkarnasi sejati.” Cyprian
Smith, Meister Eckhart, The Way of Paradox, Paulist Press, Mahwah, New Jersey,
1987, p .82.
233)
Dalam komentar ini kita memakai kata asal “gnostik” dalam artian umumnya yang
paling luas: yakni “rahasia” yang non-historik, dan simbolik.
167
injil Yohanes dan dalam para Bapa Gereja semula, tetapi mereka
dimengerti paling baik dalam terang sorotan pandangan dunia Platonik
orang-orang Yunani.234
Barangkali tantangan terbesar sehubungan dengan ajaran Montfort
tentang “devosi sejati” adalah bahwa latar belakangnya – teologi
patristik dan Filsafat Platonik – untuk sebagian terbesar, tidak dapat
dimengerti oleh pembaca modern.
Di pihak lain, sebagian besar pembaca yang “berkehendak baik”
mudah untuk menerima Maria sebagaimana digambarkan Kitab Suci.
Di sini hal-hal berikut ini sangat membantu:
< Tema Perjanjian Lama tentang “Puteri Sion” dan “anawim” dari
Israel.
< Perkembangan Perjanjian Baru dari tema ini dalam Injil Lukas.
< Puteri dalam Kitab Wahyu.
Ini disebabkan karena dalam tema ini Maria mewakili: seluruh
Gereja, pribadi manusia, dan komunitas manusia, yang dikembangkan
sampai ke titik terakhir “kemampuan murni akan Allah.”
234)
W arisan dari metafisika Yunani dalam tradisi Kristen adalah mendalam dan
fundamental baik bagi teologi mistik maupun teologi sistematik. Gereja berutang
kepadanya untuk pemahamannya yang paling fundamental akan Kristus dan akan
Trinitas.
Untuk sebagian besar orang adalah sulit untuk memasuki dan seringkali dikaburkan
oleh argumen-argumen antara kaum “Platonis” (dalam mistisisme awal Dionysius
Aeropagita dan para Bapa Gereja) dan kaum “Aristotelian” (dalam Summa Theologica
dari Thomas Aquinas dan para pengikutnya). Pada titik ini, tidak satu “pihak” pun
yang memenangkan argumen itu. Tetapi jelas bahwa banyak pemahaman Platonik
perlu dipulihkan kembali.
168
Di pihak lain, dalam peranan-peranan “ilahinya,”235 adalah sangat
sulit, kalau tidak mau dikatakan tidak mungkin, menempatkan Maria
dalam model Trinitarian dalam mana hanya Pribadi Kedua saja yang
serentak ilahi dan manusia.236
Dalam soal-soal devosi kepada Maria, dua aspek teologi ini selalu
ada untuk didamaikan: aspek biblis-historis dan aspek ontologisteologis. Murid yang “sadar” akan sarana keempat secara bertahap
menjadi sadar akan keduanya, karena mereka sangat vital bagi tradisi
Kristen. Keseimbangan yang rawan antara mereka merupakan sumber
dari ketegangan kreatif yang memungkinkan ajaran Kristen
berkembang.
Untungnya, seperti kata pepatah, “kesalehan mendahului teologi.”
Apa yang diketahui oleh sebagian besar orang – secara mendalam dan
secara intuitif – adalah bahwa keibuan merupakan sifat Allah. Ini adalah
kebenaran yang mutlak perlu diterima dan dirayakan pada jaman kita
ini. Sejauh Maria adalah perwahyuan total dari sifat itu, dia adalah ikon
yang penuh-bercahaya dari generatifitas ilahi, pemeliharaan ilahi, dan
cinta yang tidak bersyarat.
235)
Kalau Montfort kadang-kadang menyebut “Maria Ilahi,” dia memperbaiki dirinya
sendiri dengan mengatakan: “Apa yang saya katakan tentang Yesus adalah mutlak,
saya berkata tentang Maria adalah relatif.” Tetapi cara intuitif dalam mana dia
meminta agar sifat-sifat dan gelar-gelar “ilahi-“nya dan juga peranan-peranan “ilahi”,
dia kaitkan kepadanya sebagai perantara universal (mediatrix) dan “cetakan Allah”
perlu dikembangkan dan dijelaskan lebih lanjut dalam teologi yang baru dan masih
hidup.
236)
Karl Rahner dan René Laurentin telah menarik perhatian terhadap kesulitankesulitan ini, tetapi seorang liturgis dan sejarawan Sulpician, Louis Bouyer,
mengusulkan suatu pendekatan pengganti terhadap mereka. Dia mengusulkan bahwa
benih-benih dari kaitan teologis antara peranan-peranan dan tema Marian dan
Sapiential sudah secara spontan muncul dalam liturgi-liturgi Gereja perdana. Baik
Liturgi Bizantium maupun Liturgi Roma memakai teks-teks Kebijaksanaan untuk
“memuji” Maria dalam pesta-pesta besarnya. Lihat Louis Bouyer, Le Trone de la
Sagesse, Editions du Cerf, Paris, 1987.
169
Maria mengejawantahkan atribut-atribut Kebijaksanaan Ilahi yang
giat dalam sang Ibunda-Perancang yang menciptakan dan menciptakan
kembali dunia dan dalam Kehadiran Feminin yang tidak pernah berhenti
mencari dan menyediakan perjamuan bagi anak-anak-Nya. Hal ini
khususnya benar sehubungan dengan anak-anak yang telah tersesat atau
menyadari diri sedang “berada pada persimpangan jalan.”
Sejauh Maria adalah juga pribadi manusia dalam arus-lintasan
sejarah manusia, dia juga dapat dilihat sebagai representasi dari
kehadiran Kebijaksanaan yang berdiam di dunia ini, dan dari kesediaanNya untuk “turun” dan ikut ambil bagian dalam perjalanan umat
manusia, seraya mengemban peranan dan penampilan seorang “hamba.”
Tindakan menyatukan gambaran historis Maria dan gambaran
metafisis Kebijaksanaan Ilahi tidak memecahkan semua masalah yang
tetap ada dalam teologi Gereja sehubungan dengan Maria, tetapi dia
memberi jalan untuk membantu pemahaman intelektual kita akan sarana
keempat agar “cocok” dengan pengalaman hidup kita yang nyata. Ini
adalah salah satu jalan untuk memvalidasi apa yang sudah diketahui
oleh hati kita.
Jelasnya, ini adalah jalan yang telah ditelusuri Louis-Marie Grignion
de Montfort sebelum kita. Kita berharap bahwa pada suatu hari kelak
kedua buku agungnya – Cinta dari Kebijaksanaan Abadi dan Bakti
Sejati kepada Maria – akan diterima sebagai “harta karun terpendam.”
Kita berharap bahwa pada suatu hari kelak mereka akan melengkapi
satu sama lain dan pendamaian mereka, khususnya dalam ranah
kemuridan dan devosi, akan dapat terlaksana.
Pelbagai Pemahaman dan Temuan
•
•
Pada halaman 162 dikatakan bahwa tiga sarana pertama ditinggikan
ke dalam dan diubah oleh sarana keempat. Anda setuju atau tidak?
Berilah alasan bagi pendapatmu.
Referensi biblis-historis manakah kepada Maria yang bagi anda
tampaknya sangat penting?
170
•
Referensi ontologis-teologis manakah kepada Maria yang paling
membantu anda?
Sangkut Pautnya Dengan Hidup
‚ Dalam pengalaman anda mempraktekkan “Bakti Sejati,” sejauh
manakah pemahaman-pemahaman psikologis yang disebut di atas
sangat membantu anda?
‚ Apakah Maria merupakan sebuah “ikon” Kebijaksanaan bagi anda?
Dalam cara-cara apa?
171
Download