C I N T A dari KEBIJAKSANAAN ABADI KOMENTAR dan PENUNTUN STUDI pada CINTA dari KEBIJAKSANAAN ABADI DAFTAR ISI Komentar Bagian Satu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 Pengantar Monfort dan Bab Pertama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 Topik A – Perkembangan Tradisi Kebijaksanaan . . . . . . . . . . . . . . 5 1. Kitab Suci Ibrani dan Kristiani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 2. Pengaruh Yunani Awal – (Agama-agama) “Misteri.” . . . . . . . 10 3. Perkembangan Pasca-Biblis – Gereja Besar “Hagia Sophia.” 13 4. Maria, Gambar Kebijaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17 5. Kebijaksanaan Pada Abad Pertengahan Kemudian: Harta Terpendam . . . . . . . 20 6. St. Louis de Montfort, Nabi Dari Tradisi Yang Hidup . . . . . . 22 7. Bertiupnya Sebuah Angin Baru . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 Topik B – Pengarang – Watak dan Risalat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29 Topik C – Cinta dari Kbijaksanaan Abadi“Jaman Akal Budi” . . . 33 Topik D – Tahap-tahap dalam penyusunan CKA . . . . . . . . . . . . . 38 1. Tahap Awal: Draft Pertama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38 2. Tahap Sementara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 3. Tahap Akhir: Sebuah Redaksi Akhir Yang Mungkin . . . . . . . 42 4. Tempatnya Dalam Spiritualitas Montfortan . . . . . . . . . . . . . . 44 5. Maknanya Untuk Abad Ke-21 Ini . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47 Komentar atas Bagian Dua\\ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50 Topik A CKA dan “Pengetahuan Hati.” . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50 Topik B – Tujuh “Pilar” dari “Spiritualitas Kebijaksanaan” . . . . . 53 Topik C – Pola-pola yang lebih mendalam dalam CKA . . . . . . . . 55 Topik D – “Tenunan” yang Berlawanan dalam CKA . . . . . . . . . . 59 Topik E – Mahkota Tiara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62 Komentar – Bagian Tiga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64 Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64 Topik A – Spiral dan Salib dalam Bagian Tiga . . . . . . . . . . . . . . . 65 Topik B – Kebijaksanaan yang Menjelma . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70 Topik C – “Misteri” pada inti semua agama . . . . . . . . . . . . . . . . . 76 Topik D - “Misteri” Kristiani dalam Mazhab Kardinal de Bérulle . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 81 1. “Pilar-pilar” Mazhab Prancis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82 2. Pencapaian-pencapaian Mazhab Prancis . . . . . . . . . . . . . . . . . 84 3 3. Mazhab Prancis dan “Pendamaian Hal-hal Berlawanan” . . . . 88 4. Bagaimana Mazhab Prancis Menyumbangkan Beberapa Aspek dari CKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 89 Topik E: Montfort – Manusia Paradoks . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 96 1. Introduksi Seorang Anak Kecil ke Dunia Paradoksal . . . . . . . 96 2. Raksasa Yang Lembut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100 3. Pemberontak Yang Taat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 103 4. Pencinta Salib Yang Riang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 105 5. Santo yang takut neraka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 107 6. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 109 Topik F: Bab Dua belas “Nubuat-nubuat dariKebijaksanaan yang Menjelma . . . . . . . . . . . . . . . . 110 1. “Injil” Montfort menggambarkan suatu seleksi “radikal” . . . 112 2. Yesus-Kebijaksanaan Melampaui Yesus Historis . . . . . . . . . 116 3. Mempribadikan Perjumpaan dengan Kebijaksanaan . . . . . . 118 4. “Madu dari Batu karang” – Kata kunci dari “Nubuat-nubuat” 120 Topik G: Tentang Misteri Salib . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 134 Bab Tiga Belas dan Empat Belas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 134 1. Dua Kesulitan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 134 2. Salib Dalam Pandangan Montfort . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 138 3. Bentuk dan Simbolisme Salib . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 143 Komentar Atas Bagian Empat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 145 Sarana Untuk Menggapai Kebijaksanaan Abadi . . . . . . . . . . . 145 1. Suatu Tinjauan atas Sarana-sarana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 145 2. Dua Sarana Pertama: Kerinduan dan Doa . . . . . . . . . . . . . . . 147 3. Sarana Ketiga: Rasa Sesal-rindu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 152 4. Sarana Keempat: Devosi Kepada Santa Perawan . . . . . . . . . 161 a. Keuntungan Psikologis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 162 b. Keuntungan-keuntungan Komunal . . . . . . . . . . . . . . . . . . 164 c. Tantangan Pemahaman – Landasan Biblis-Historis . . . . . 166 d. Tantangan Pemahaman – Dimensi Teologis . . . . . . . . . . . 167 4 KOMENTAR BAGIAN SATU Pengantar Monfort dan Bab Pertama TOPIK A – PERKEMBANGAN TRADISI KEBIJAKSANAAN Dalam pelbagai kumpulan tulisan-tulisan suci (Kitab Suci) dunia ini, ada beberapa yang oleh tradisi-tradisi keagamaan mereka disebut sebagai “harta-karun terpendam.” Orang-orang Tibet, misalnya, terutama sekali memakai judul istimewa ini untuk Kitab-kitab yang tidak diketahui atau tidak dihargai ketika diwariskan dari waktu ke waktu; tetapi dengan Penyelenggaraan Allah (atau, sebagaimana dipahami oleh orang-orang Tibet, beberapa kepastian batiniah yang luar biasa dari si pengarang) menjadi sesuatu yang bersifat profetis untuk masa yang akan datang. Kemudian, kadang-kadang bisa sampai berabad-abad kemudian, “harta-karun” itu ditemukan atau ditemukan kembali oleh sebuah angkatan yang mampu memahaminya. Kelompok yang akan datang itu mempunyai kebutuhan yang sangat mendalam untuk mendengarkan pesan-pesannya; dan hal ini akan menjadi sebuah penampung yang cukup besar untuk menyimpan “mutiara yang berharga itu.”1 Risalat St. Louis de Monfort, L'Amour de la Sagesse Éternelle - Cinta dari Kebijaksanaan Abadi (CKA) tampaknya merupakan kitab seperti itu. 1. Kitab Suci Ibrani dan Kristiani Untuk memahami betapa tepat saat kemunculannya kembali, kita harus menempatkan risalat itu dalam arus tradisi yang jauh lebih besar dari mana dia sendiri hanyalah sebuah arus yang sangat kecil. “Tradisi Kebijaksanaan” yang muncul secara sangat tidak terduga-duga dalam Kitab Suci – sepertinya dari beberapa sumber bawah tanah – pasti 1) Robert Thurman, “Treasure Teachings,” Parabola, vol.xix, No.4, Nov.1944). 5 merupakan tradisi mistik yang tertua di dunia “Barat.” Para ahli memperkirakan bahwa cita-rasa “kebijaksanaan” (sapiensia, wisdom, arif, hikmat) ada dalam kira-kira tigapuluh persen dari Septuaginta, yang adalah versi Yunani dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan yang menjadi landasan dari Kitab Suci Perjanjian Baru orang-orang Kristiani. Tetapi karena teks-teks ini sangat jarang dipergunakan di dalam liturgi, maka kita orang-orang modern pun seakan-akan merasa sedang mendengarkan pesan yang diingat secara samar-samar dalam bahasa asing. Rasanya seakan-akan memasuki sebuah negeri asing yang serentak terasa akrab dengan kita dan membuat kita betah tinggal di dalamnya. Tatkala St. Louis de Montfort memperkenalkan kembali kepada kita sumber-sumber alkitabiah ini, harta-karun Kebijaksanaan pun secara perlahan-lahan menjadi bagi kita laksana sebuah penggalan atau nukilan yang hilang dari penggalan kisah kita sendiri. Sebagai contoh, mungkin kita mendengarkan sebuah kisah penciptaan sebagaimana dikisahkan kepada kita dalam Nyanyian Kebijaksanaan dalam Kitab Amsal itu. Bagi kita hal ini tampak laksana sebuah gerbang terbuka ke dalam gambaran Allah sebagai seorang Ibu2 - Dia (She) yang membentuk planet dan atmosfernya dari bentuk dan pelbagai kemungkinan keberadaannya sendiri. Pada saat yang sama, hal ini memperlihatkan sebuah kaitan yang sangat kuat dengan pesan abadi dari Prolog Injil Yohanes kelak, “Pada awal mula adalah Sabda… dan Sabda itu menjadi daging.” “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaanNya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada. Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air. 2) Lih. misalnya Yes 49:12-16: dan banyak tokoh-tokoh lainnya dalam Kitab Suci Ibrani. 6 Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu daripada bukit-bukit aku telah lahir; sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnnya atau debu dataran yang pertama. Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras, ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku” (Ams 8:22-31). Bahasa yang digunakan dalam tradisi Kebijaksanaan alkitabiah jauh melampaui sebuah pernyataan teologis sederhana bahwa Allah menciptakan langit dan bumi. Karena alasan itulah maka di sana terkandung sesuatu yang sangat penting untuk disampaikan kepada kita. Pada jaman kita ini, kita diperhadapkan dengan tantangan-tantangan yang sebelumnya bahkan tidak pernah terbayangkan. Dengan begitu banyaknya sumber daya planet kita ini dihancurkan di sekitar kita, maka akhirnya kita pun sangat menyadari bahwa kita ini bertanggungjawab atas ciptaan. Oleh karena itu kita pun mendekati benang merah sebuah gambaran yang berjanji akan membawa kita lebih jauh menuju pemahaman kita bahwa Allah hadir di dalam ciptaan. Kita mendengar pelbagai macam kebenaran yang mengagumkan dalam kisah Kebijaksanaan tentang sebuah rancangan asali. Misalnya, kita menemukan bahwa: • Karena Kebijaksanaan itu Abadi, Allah pun mempunyai wajah feminin. • Wajah Kebijaksanaan tertuju kepada jangkauan-jangkauan terdalam dan terjauh dari kesadaran dan pengalaman manusiawi kita. • Kita umat manusia ini erat terkait dengan dan tergantung pada semua makhluk ciptaan yang lain. 7 • Kesaling-terkaitan kita yang erat itu merupakan perwujudan dari kodrat feminin Allah. • Allah senang mengumpulkan segala makhluk ciptaan bersama-sama dalam sebuah jaringan yang tidak dapat dihancurkan yaitu jaringan kesatuan dengan diri Allah. • Sukacitanya yang istimewa untuk berada bersama kita tatkala kita bertumbuh dan berkembang-mekar menuju kesadaran manusia yang penuh. Sang Perempuan Bijaksana sungguh-sungguh menuntun kita ke dalam Kehadiran-Nya yang berkelanjutan pada hati kasih seluruh perjalanan panjang – sebuah perjalanan yang senantiasa baru dan senantiasa diperbaharui “sejak awal mula.” Dari waktu ke waktu sepanjang perjalanan manusia yang mempunyai jangkauan-jangkauan luas, Kehadiran Kebijaksanaan itu menyembul keluar dari suatu tempat di mana orang bisa dengan sabar dan penuh perhatian mengamati pencarian yang kekanak-kanakan dari bangsa manusia. Kemudian Dia (She) menyingkapkan sebuah Cahaya yang bisa menyoroti kembali ke masa silam untuk menerangi awal mula kita. Tetapi dia juga menjangkau ke masa depan untuk menerangi rentang jalan yang terbentang di hadapan bangsa manusia. Yesus meringkaskan pesan-Nya sebagai sebuah saat seperti itu yang mendobrak masuk ke dalam ruang dan waktu kita manusia sendiri. Dia menggambarkan ajaran-ajaran-Nya sebagai harta terpendam – sebab mutiara Kebijaksanaan sangat bernilai tinggi untuk mana orang harus keluar dan menjual segala hal-hal yang lain yang kiranya dapat memberi arti penting terhadap hidupnya. Yesus pun melangkah lebih jauh: Dia mewahyukan Diri-Nya sendiri, dalam Injil-injil dengan banyak petunjuk-petunjuk kecil sebagai epifani Kebijaksanaan yang terselubung. Hal ini paling baik dilihat dalam tema injil tentang “sabda bahagia” sebagai ajaran-ajaran Kebijaksanaan, dan dalam penggubahan yang Dia lakukan sendiri terhadap undangan yang terkenal dari Kebijaksanaan: “Datanglah kepada-Ku kamu semua yang letih-lesu 8 dan berbeban berat, pikullah beban-Ku (yaitu kemuridan) dan belajarlah dari Aku sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati, dan kamu akan menemukan istirahat bagi jiwamu.”3 Pelbagai Pemahaman dan Penemuan Carilah tiga perbedaan antara kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian dan kisah yang ditampilkan di sini dari Kitab Amsal 8:22-31. Lakukanlah ini dalam bentuk tiga pernyataan seperti berikut ini: Kejadian mengatakan… … . Tetapi Amsal mengatakan… … dst. Sangkut-pautnya dengan Hidup • Ingatlah akan suatu saat ketika engkau menemukan Allah di dalam ciptaan – ketika suatu benda ciptaan yang sangat biasa tiba-tiba memancarkan cahaya kehadiran Allah. Tulislah sebuah doa singkat untuk mengungkapkan apa yang terjadi dan untuk bersyukur kepada Allah atas hal ini. • Hidupkan cd-player dan nyanyikanlah lagu Come to Me all you who labour and are heavy burdened (dari Weston Priory). Lakukanlah hal ini sebanyak dua kali: yang pertama dengan membayangkan dalam hati sang Putri Kebijaksanaan dan yang kedua dengan membayangkan dalam hati, Yesus, sang Kebijaksanaan yang Menjelma. 3) Celia Deutsch: “W isdom in Matthew: Transformation of a Symbol”, Catholic Biblical Quarterly, 36 (1971); dan Elisabeth Johnson, “W isdom W as Made Flesh and Pitched Her Tent Amongst Us.” Dalam Reconstructing the Christ Symbol: Essays in Feminist Christology. (ed. Marianne Stevens), Paulist Press, Mahwah, New Jersey, 1993). 9 2. Pengaruh Yunani Awal – (Agama-agama) “Misteri.” Kenangan akan arus tradisi Kebijaksanaan yang kita warisi melalui Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru juga sendiri dialiri oleh banyak air. Eleusinian Mysteries, misalnya, sudah ada, pada jaman Yesus, suatu “rentang waktu” selama dua ribu tahun - dalam kebijaksanaan sehingga banyak orang dari dunia Timur Tengah harus mengalaminya dalam rangka mempersiapkan diri mereka untuk suatu penglihatan akan Allah-Feminin dan suatu pengalaman akan kelahiran kembali yang kiranya akan memulihkan kembali keseimbangan dan kesehatan mereka.4 Ribuan orang mendaftarkan diri menjadi anggota di tempat latihan di kediaman kuil Demeter (Ibu Bumi) di dekat Athena. Di sana selama setahun mereka keluar dari rutinitas hidup mereka yang biasa untuk berlatih disiplin jasmaniah dan batiniah yaitu disiplin untuk pikiran dan badan. Latihan-latihan ini meliputi doa, puasa, hening (diam, silentium), tertawa, seni-seni penyembuhan, konfrontasi dramatik atas bayang-bayang dan ketakutan-ketakutan seseorang itu sendiri, meditasi tentang kesatuan hidup dan mati, dan aturan-aturan ketat lainnya yang dipertahankan sebagai teks-teks suci. Menurut Cicero, ritus-ritus dan transformasi yang mereka tempuh ini, menggambarkan latihan rohani yang paling mendalam dan paling stabil yang tersedia bagi para warga Kekaisaran Roma. Sebagai perayaan-perayaan misteri-misteri suci, upacara-upacara itu berfungsi sebagai pembukaan bagi dewa untuk masuk menerobos ke dalam hidup dari orang-orang ini. Maka tidaklah mengherankan bahwa komunitas-komunitas pertama dari dunia para bangsa (kafir) yang mengidungkan kidung-kidung kepada Yesus di bawah gelar Kebijaksanaan Allah mungkin sekali 4) Informasi tentang Eleusinian Mysteries ini, Lih. Carl Kerenyi. Eleusis: Archetypal Images of Mother and Daughter, Schocken Books, N ew York, 1967. Sumber yang lebih gampang tersedia bagi umum adalah: Anne Baring and Jules Cashford: The Myth of the Goddes. Evolution of an Image, Viking, London, 1991. 10 diilhami oleh para pemimpin yang berpengalaman dalam misterimisteri Kebijaksanaan, entah di Eleusis atau di salah satu dari banyak tempat-tempat suci atau sekolah-sekolah dia yang lain.5 Bahasa Kebijaksanaan muncul dalam “misteri-misteri” – perumusan secara simbolik, dan komunal dari suatu pengalaman batiniah yang mendalam yang tidak akan pernah bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pengalaman akan “hal-hal misteri” ini, lebih daripada pengaruhpengaruh yang lain, mempersiapkan generasi pertama orang-orang Kristen untuk mewartakan epifani keilahian dalam diri Yesus yang dibangkitkan. Bagi mereka, kemenangan Dia atas kegagalan, perendahan dan maut merupakan kepenuhan yang mengacau-balaukan kebijaksanaan palsu dari dunia, dan mewartakan kelahiran kembali roh manusia yang disempurnakan dengan kekuatan sang Kebijaksanaan itu sendiri. “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.”6 Pelbagai Pemahaman dan Penemuan * Di antara tata-tertib “sekolah-sekolah misteri” Timur Tengah adalah sbb: Doa Tertawa Simbol-simbol Puasa Kerja-tubuh (nafas, diet, Upacara-upacara bumbu, dll) Hening Kerja batin (“mimpi-mimpi, “rahasia-rahasia” bayang-bayang”) 5) Elisabeth Schuessler-Fiorenza, In Memory of Her, Crossroad, NY, 1986, pp.188191. 6) 1Kor 1:30. 11 • Mana dari “disiplin-disiplin” ini paling akrab dengan anda sehubungan dengan “praktek-praktek gereja” atau “pendidikan keagamaan”? • Mana dari “disiplin-disiplin” ini tidak begitu akrab dengan anda sehubungan dengan “praktek-praktek gereja” atau “pendidikan agama”? • Berilah komentar anda untuk temuan-temuan anda dalam (a) dan (b). * Komentar-komentar Kitab Suci yang lebih tua pada umumnya menyangkal bahwa ada suatu keterkaitan antara pewartaan Paulus tentang “misteri” dan misteri-misteri kafir. Tetapi komentar-komentar modern lebih terbuka terhadap peranan yang kiranya dimainkan oleh simbol-simbol dan ritual-ritual ini dalam kehidupan para bangsa kafir kepada siapa Paulus menyampaikan pewartaannya. Mereka mengatakan: Paulus sadar akan kekuatan dari “misteri-misteri” kafir itu: • Dia memahami fungsi-fungsi penyembuhan mereka. inisiasi, transformasi, dan • Dia segera memahami nilai mereka sebagai suatu sarana pengajaran yang dapat membuat orang mampu berangkat dari apa yang sudah diketahui (misteri-misteri kafir mereka sendiri) ke hal-hal yang tidak diketahui (“misteri” Kebijaksanaan-Kristus). Perbincangkanlah keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian dari melihat “misteri-misteri” yang sudah ada sebagai sarana penginjilan. * Bahaslah pertanyaan ini: “Apakah Kebijaksanaan itu sendiri hidup dan aktif di luar Krisitianitas, yaitu, dalam tradisi-tradisi misteri kafir”? Sangkut-pautnya dengan Hidup * Pilihlah salah satu dari “tema-tema kebijaksanaan” ini yang membangkitkan reaksi yang kuat (entah “positif” ataupun “negatif”) dalam diri anda: 12 a. “wajah feminin” Allah. b “jaringan kerja” atau “jaringan” dari segala benda ciptaan. c “tubuh” dan “bumi” sebagai ungkapan-ungkapan dari keberadaan Allah. d Kesenangan dan sukacita Kebijaksanaan dalam pertumbuhan kita ke arah keutuhan? - Bagaimana anda tahu (atau bagaimana anda mengalami) tema yang dipilih? Apa yang anda rasakan tentang hal ini? Apakah reaksimu keras atau lembut. Menurut anda mengapa hal ini demikian? Unsur-unsur apa dari kebudayaan anda atau pengalaman hidup anda yang dapat menyumbang kepada reaksi seperti ini? Bicarakanlah jawaban-jawaban anda dengan seorang teman atau dalam kelompok-kelompok kecil. Jika jumlah para peserta cukup banyak, maka sesudah hal ini bolehlah diadakan sharing secara sukarela dalam pleno yang lebih besar. 3. Perkembangan Pasca-Biblis – Gereja Besar “Hagia Sophia.” Selama abad-abad permulaan Kristianitas, Kebijaksanaan terus menyingkapkan diri sebagai harta-karun yang terpendam. Ada saatsaatnya manakala Dia tampaknya sudah secara definitif menembus surga dan telah turun (ke bumi). Beberapa orang tampaknya memahami bahwa Kebijaksanaan itu sungguh-sungguh telah memanifestasikan Diri-Nya dalam kemanusiaan Yesus. Sebagai contoh misalnya, Para Bapa Gereja yang paling awal, khususnya yang dari Timur, tidak pernah lupa mengenangkan kemungkinan ini. Origenes: “Kami percaya…. Bahwa Kebijaksanaan Allah masuk ke dalam rahim 13 seorangperempuan, dilahirkan sebagai seorang bayi, dan menangis seperti anak-anak (lain) yang menangis.”7 Hanya satu generasi sesudah bertobatnya secara resmi Kekaisaran Roma kepada Kristianitas, Kaisar Justinianus memulai pembangunan sebuah kuil agung untuk Kebijaksanaan Kudus (Hagia Sophia). Sebagai situsnya dia memilih sebuah “cela suci di antara bumi” (yaitu, tempat yang sering terjadi gempa bumi) di mana para penyembah Ibu Bumi selama berabad-abad telah merasakan betapa dekatnya kehadirannya (Sang Ibu itu).8 Tempat itu juga merupakan sebuah “persimpangan jalan”, yakni halhal yang disukai Kebijaksanaan (bdk. Ams 8, dll), di mana secara harafiah “utara bertemu selatan” dan “timur bertemu barat.” Sesungguhnya, ini adalah sebuah tanjung bersegi-tiga yang menganjur (menjorok) ke sebuah terusan sempit yang menghubungkan Laut Hitam (dalam wilayah Rusia masa kini) dengan Laut Marmara (termasuk dalam kawasan Mediteranian yang luas). Ini adalah sebuah tempat di mana seorang petualang dengan berdiri di tepian Eropa dapat melihat ke arah timur sepanjang permukaan air laut dan melihat cahaya-cahaya pantai Asia, yang seakan-akan memperdengarkan ajakan mereka. 7) Origenes, De Princp. 2:6.2. Di sini ada sebuah acuan terselubung terhadap Kitab Kebijaksanaan 7:1, di mana Pseudo-Salomo berkata tentang dirinya sendiri: “Akupun manusia yang fana sama seperti yang lain, keturunan orang yang pertama dibentuk dari tanah. Di dalam rahim ibu aku diwujudkan menjadi daging, dalam tempo sepuluh bulan aku membeku dalam darah, dari air mani seorang laki-laki dan kenikmatan yang menyertai seketiduran.” Acuan-acuan lebih jauh terdapat dalam Elisabeth Johnson, “Kebijaksanaan telah menjadi daging, dan membangun kemah-Nya di antara kita,” dalam Reconstructing the Christ Symbol, ed. Stevens, Paulist Press, Mahwah New Jersey, 1993. 8) Sebagai sebuah pengantar visual dan historis untuk kuil Kebijaksanaan Kudus, lih. Lord Kinross, Hagia Sophia, Newsweek Publications, Wonders of Man series, 1972. Untuk pengalaman pribadi seorang peziarah modern, Lih. John S. Dunne, House of Wisdom, Harper and Row, San Francisco, 1975. 14 Cahaya-cahaya ini selalu dapat dialami sebagai sebuah jaminan hidup akan jalan yang aman dan mudah ke negeri yang terletak “di seberang sana.” Basilika Hagia Sophia sebelum menjadi mesjid Basilika itu sendiri merupakan perwujudan dari dorongan lembut tetapi bergairah untuk mengangkat harta-harta karun dunia – marmer yang langka dan mutiara berkilauan yang tiada tara harganya juga emas dan perak. Unsur-unsur yang cemerlang-bercahaya ini dipadukan dengan kesenian-kesenian dan hasil kerajinan yang paling halus dari seluruh dunia perdagangan Timur Tengah. Dan dengan cara ini – yaitu dengan mengumpulkan kembali semua hal yang paling berharga dan paling indah – sebuah mosaik Kristus raksasa sebagai “Pencipta Segala Sesuatu” dirancang dan dilaksanakan. Sebuah gambar yang mengagumkan ditempatkan di dalam latas arsitektual yang sangat asli yang menonjolkan sebuah kubah melengkung dan interior yang gelap – yang keduanya adalah simbol dari energi-energi feminin Allah yang laksana sebuah rahim. Dalam Hagia Sophia, selama hampir seribu tahun, Kebijaksanaan itu bertahta. 15 Tetapi pada kurun sejarah ini waktunya belum terasa matang bagi suatu pengungkapan teologis yang kompleks dari Kebijaksanaan. Teologi seperti itu kiranya perlu mencakupkan dalam dirinya sendiri kesatuan simbol-simbol dan sifat-sifat feminin dan maskulin. Terlebih lagi, kiranya dia harus menyapa semua tataran – dari yang ilahi sampai ke yang manusiawi. Kendati didukung Kitab Suci, dan kendati devosi dari umat biasa, para Bapa Gereja pada abad keempat tidak dapat memecahkan permasalahan itu. Bagaimana mungkin wajah feminin dari Kebijaksanaan Abadi secara teologis bisa sejalan dengan wajah maskulin dari Yesus – sang Kebijaksanaan yang Menjelma sebagai Putera yang sehakekat dari Bapa? Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa ketika mereka menterjemahkan Kitab Amsal ke dalam bahasa Yunani, para Bapa Gereja itu mengikuti tuntunan dari orang-orang Yahudi tertentu yang hidup di Mesir dan yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran Yunani.9 Mereka membetulkan terjemahkan baris pertama dari Kidung Kebijaksanaan dalam Kitab Amsal itu sehingga terbaca sebagai berikut: “Allah menciptakan aku” dan bukannya terbaca “Allah memiliki aku.”10 Dalam keputusan ini dan dalam banyak hal-hal lain yang kecil-kecil tetapi penting, mereka tidak bisa menyamakan sang Kebijaksanaan itu dengan Yesus sebagai logos atau Firman.11 9) Orang-orang Yahudi ini adalah mereka yang berdiam di Alexandria dan tempattempat lain yang sangat dipengaruhi oleh filsafat dan seni Yunani tetapi yang serentak juga dengan gigih berpegang teguh pada pengalaman Ibrani akan satu Allah. Mereka kiranya sangat curiga akan aspek-aspek feminin dari Hikmat sebagai sebuah metafor untuk Allah. 10) Lih. Ams 8:22. 11) Lih. Elisabeth A. Johnson, “Jesus, The W isdom of God… .” Dalam Ephemerides Theologicae Lovainienses, volume 61, no. 4, (1985), pp. 287-289, untuk memperoleh sebuah ringkasan yang jelas tentang cara Philo dari Alexandria menghubungkan logos dengan istilah sophos. 16 Kemudian hal ini akan menjadi tema yang problematik dalam tulisantulisan “Para Bapa Gereja” baik Yunani maupun Latin.12 Pelbagai Pemahaman dan Temuan * Latihan yang terbaik kiranya adalah mencari sebuah video atau YouTube atau site atau sebuah buku untuk memperlihatkan dan menjelaskan keajaiban-keajaiban Gereja Hagia Sophia. 4. Maria, Gambar Kebijaksanaan Sepanjang Abad Pertengahan, Kebijaksanaan muncul di sana sini dalam puisi, kidung, seni-seni visual dan dalam beberapa seni-seni “rahasia” yang kurang begitu dilestarikan, seperti halnya alkemi dan “geometri suci” dari para pembangun katedral. Di bawah sistem patriarkal, “masalah” relasi Allah dengan yang feminin semakin banyak dan banyak diabaikan oleh analisis teologis. Sesungguhnya, Kebijaksanaan selama abad-abad ini mau tak mau harus menempuh jalan terselubung. Namun demikian toh tetap ada sebuah pemecahan parsial yang dibiarkan muncul ke permukaan melalui devosi khusus yang diberikan kepada Maria sebagai Bunda Allah dan gambar Kebijaksanaan.13 Secara sangat harafiah, Maria menjadi orang melalui siapa sang Kebijaksanaan itu terus memancarkan sinarnya. Hal ini tampak 12) Joan Chamberlain Engelsman, The Feminine Dimension of the Divine, Chiron Press, W ilmette, Il, 1987, pp. 140-141. St. Louis de M ontfort sendiri lebih menyukai terjemahan kedua dari Amsal 8:22 yang terasa lebih lancar. Lihat Cinta dari Kebijaksanaan Abadi 18 dan p. 42, catatan 8. 13) Saya mulai berbicara tentang Maria sebagai “gambar Kebijaksanaan” sesudah membaca buku J. S. Dunne, op.cit., p.35 ff. Lihat juga buku Thomas Merton, Hagia Sophia. 17 terutama dalam katedral-katedral besar di Eropa, yang ke semuanya dipersembahkan kepada Maria. Di sana devosi kepada Tahta Kebijaksanaan, yang pada masa-masa silam dipahami sebagai pangkuan sang Ibunda Ilahi, hampir-hampir mendekati tahta Allah. Pada saat yang sama, dalam hampir setiap kasus, di bawah Katedral (misalnya, seperti dalam tempat suci bawah tanah di Chartres), sang Madonna Hitam bertahan hidup terus untuk mengingatkan kaum beriman akan sang Kebijaksanaan “Lama” (dari masa pra-Kristiani).14 Sesungguhnya, dia adalah sesuatu yang menghubungkan ke masa silam yaitu ke suatu cita-rasa kuno dan mendalam akan Kehadiran suci Allah. Mungkin dia juga merupakan suatu penghubung ke awal mula, ke tahap yang bahkan lebih awal lagi dari perjalanan umat manusia ketika pengalaman religius dibentuk di bawah tuntunan dan perlindungan Ibu Bumi.15 “Gua” bawah tanah tempat kediaman Madonna Hitam menjadi imbangan bagi menara-menara lancip yang menjulang-tinggi dan jendela-jendela yang penuh bercahaya kemilauan dari Katedral bagian 14) Gambar pada kulit muka Volume Satu dari terjemahan ini adalah gambar “Madonna Hitam” ini yang diambil dari ruang bawah tanah Katedral Chartres. Sebagai seorang seminaris yang sedang dalam ziarah, Montfort melewatkan banyak jam dalam suasana doa di hadapan representasi kuno dari “tahta” kebijaksanaan itu. 15) Anne Baring and Jules Cashford, The Myth of the Goddess: Evolution of an Image, Viking, London, 1991, pp.643-647. Lihat juga China Galland, Longing for Darkness: Tara and the Black Madonna. Harper, San Francisco, 1989. 18 atas; dia menggambarkan akar-akar bawah tanah dari Allah yang Feminin, juga kesunyian dan masa kehamilan yang gelap dari segala sesuatu yang masih harus berkembang-mekar. Wajahnya hitam dan memancarkan kecantikan yang ajaib; wajahnya itu seringkali bercucuran air mata. Lengan-lengannya menopang sang Anak dengan penuh nuansa perlindungan; sementara mahkotanya menampakkan permata-permata yang telah mengembangkan struktur-struktur pancaran cahaya kristalin dalam kekelaman bawah tanah. Dengan mengikuti tradisi Perempuan Bijaksana, sang Madonna Hitam pun menarik para peziarah terutama sekali selama masa-masa invasi, kelaparan, dan wabah sampar – sebab dia mempunyai pengetahuan pribadi akan penderitaan umat manusia. Ketika jalan sangat kelam dan sangat berbahaya, dia pun menemani anak-anaknya secara lebih terbuka, seperti Sophia, “bagai bayang-bayang yang menyejukkan di kala siang dan tiang-tiang api di kala malam.” Pelbagai Pemahaman dan Penemuan * Montfort berdoa di hadapan “Madonna Hitam” dari Kathedral Chartres selama masa peziarahan yang diikutinya beberapa bulan sebelum tahbisannya. Baca kembali sebuah laporan tentang hal ini.16 Dari laporan ini, apa yang kiranya paling mengesankan anda? Bayangkanlah bahwa anda adalah Montfort yang sedang berada di Chartres dan tulislah sebuah doa singkat kepada sang “Madonna Hitam” itu. * Contoh lain dari sang “Madonna Hitam” adalah patung Bunda Kita dari Loretto (Our Lady of Loretto) di mana Montfort berdoa selama beberapa hari sebelum tahap terakhir dari perjalanannya ke Roma. Carilah beberapa gambar tempat suci itu dan patungnya. 16) Tentang hal ini lihat Papasogli, Montfort – a Prophet for our Times, pp.136-138; bagian ini kiranya merupakan sebuah sumber yang baik yang dapat digunakan di sini. 19 • Bagaimana perasaanmu tentang ide “Madonna-madonna Hitam”? • Apakah kamu tahu contoh-contoh lain dari Eropa atau dari benua-benua lain? • Apakah kiranya nilai istimewa dari patung-patung kuno seperti itu (sebagai sesuatu yang berbeda dari “Madonnamadonna Putih” dari masa-masa kemudian)? Black Madonna, Loreto Sangkut-pautnya Dengan Hidup • Paus Yohanes Paulus II seringkali dipotret sedang berlutut di kapel pribadinya di Vatikan dan berdoa di hadapan Ikon sang “Madonna Hitam” dari Czestochowa. Paus telah mengemukakan tentang pentingnya ikon-ikon seperti itu untuk “akulturasi” – yaitu keberhubungan dengan kultur-kultur lain. Apakah menurut kamu sang “Madonna Hitam” itu dapat membantu dalam kebudayaan anda? Mengapa ya atau mengapa tidak? • Carilah sebanyak mungkin patung-patung Maria Montfort. Keterkaitan-keterkaitan apakah yang anda lihat dengan tradisi “Tahta Kebijaksanaan” dalam patung-patung ini? 5. Kebijaksanaan Pada Abad Pertengahan Kemudian: Harta Terpendam Di antara petunjuk-petunjuk langka yang memungkinkan kita bisa menelusuri secara lebih jelas lorong yang ditempuh “spiritualitas Kebijaksanaan” selama kurun abad pertengahan, adalah sebuah manuskrip berjudul Aurora Consurgens, yang dalam bahasa Inggrisnya berarti “The Rising Dawn” (Indonesia: Fajar Yang menyingsing). Buku 20 ini adalah sebuah laporan puitis, laksana-mimpi-mimpi tentang pengalaman sang pengarang akan transformasi radikal. Pertobatan batiniahnya yang terdalam terjadi di bawah bimbingan Allah Feminin sebagaimana dilambangkan oleh Perempuan Bijaksana, dan hal ini diimbangi oleh bimbingan Allah Maskulin sebagaimana dilambangkan oleh Kristus Tuhan.17 Walaupun para ahli masih mempersoalkan perihal siapa pengarangnya, toh tanggal dari salinan-salinan yang tersisa dan buktibukti lain mendukung tradisi bahwa pengarangnya adalah St. Thomas Aquinas, atau paling tidak bahwa orang itu adalah orang yang dekat dengan Thomas yang mampu menurun-alihkannya sebagai warisan Thomas.18 Sejalan dengan teori ini, adalah sebuah tradisi yang sangat terbukti kebenarannya yaitu pengalaman persatuan mistik yang terjadi pada akhir hidup Thomas; suatu pengalaman yang menuntun dia mengakui bahwa segala sesuatu yang dia tulis sebelumnya dalam karyakarya teologisnya adalah “laksana jerami” belaka bila dibandingkan dengan apa yang akhirnya dia “ketahui” melalui suatu perjumpaan yang langsung, trans-personal dengan bimbingan ilahi-Nya. Barangkali kemudian, sesuai dengan para penafsir Jungian yang telah mempelajari secara menyeluruh karya itu pada tataran simbolik,19 Aurora Exsurgens merupakan buah hasil transkripsi dari seorang sahabat setia tentang laporan akhir Thomas sendiri mengenai perjumpaan dengan sang Kebijaksanaan Feminin. Apakah dugaan yang terdokumentasi dengan teliti ini akurat atau tidak, toh manuskrip itu sendiri bersaksi tentang adanya “harta karun” yang lain, yang arti 17) St. Thomas Aquinas, Aurora Consurgens, diedit dan dikomentari oleh Marie-Louise von Franz, Bolingen series LXXVII, Random House, NY, 1966. 18) Ibid., 407-442. 19) Penafsiran dan komentar dari M arie-Louise von Franz melanjutkan karya dari Carl Gustav Jung, yang pertama kali mempelajari manuskrip itu dari suatu perspektif psikoanalitik dan membiarkan dia merampungkannya sesudah kematian Jung. 21 pentingnya dalam upaya menyingkapkan kekuatan simbolik dari warisan Kebijaksanaan sekarang ini sampai kepada kita. Pelbagai Pemahaman dan Penemuan Thomas Aquinas sangat terkenal karena “isi pengetahuan kepalanya.” Summa Theologica-nya dalam pelbagai volume yang besar-besar masih tetap dipelajari dalam seminari-seminari. Tetapi dia sendiri melukiskan karya utama ini sebagai “jerami tidak berguna” apabila dibandingkan dengan penemuannya akan pengetahuan hati – sebuah pengetahuan akan sang Kebijaksanaan itu Sendiri – sebuah pengetahuan tanpa kata-kata. • Gunakanlah sebuah drama singkat untuk melukiskan peristiwa ini dalam kehidupan Thomas (Novel Louis de Wohl, The Quiet Light, adalah sumber yang baik bagi kisah ini). • Atau – ambillah sebuah kidung dari Thomas (seperti Pange Lingua yang lebih dikenal sebagai Tantum Ergo) dan cobalah menemukan kedua jenis pengetahuan dalam kidung yang telah anda pilih. 6. St. Louis de Montfort, Nabi Dari Tradisi Yang Hidup St. Louis de Montfort termasuk dalam arus pemulihan kembali Kebijaksanaan ini. Namun sayangnya, buku-buku yang ditulisnya diterbitkan jauh sebelum orang mampu memahami dan menerimanya. Tampaknya panggilan dia seakan-akan mempunyai dua segi: • Untuk mengedepankan kehadiran Feminin Ilahi pada inti perjalanan rohani bangsa manusia, dan dengan cara yang khusus • Untuk menempatkan Kebijaksanaan Feminin pada pusat inspirasi yang dialaminya untuk menyampaikan warta Injil kepada orang miskin dan kaum tersisih. Dua buku utama dari Louis Marie de Montfort – Bakti Sejati kepada Perawan Maria (BS) dan Cinta dari Kebijaksanaan Abadi (CKA) 22 dengan caranya masing-masing mencoba mengangkat harta-karun terpendam itu. Kalau kita melihat mereka sebagai karya berpasangan, maka bersama-sama mereka membentuk suatu keterkaitan antara devosi kepada Perawan Maria dan devosi kepada Kebijaksanaan Ilahi. Dalam hatinya Montfort telah mengalami kedua sosok ini sebagai dua bentuk dari ungkapan tentang “Tuntunan Feminin.” Walaupun secara teologis dia tetap memisahkan mereka menurut (patokan) ortodoksi yang ada pada jamannya, toh bagi Montfort sebagai seorang mistikus, tidak ada suatu titik konflik di antara mereka. Secara intuitif, dari relung-relung kedalaman jiwanya sendiri dia telah mengedepankan simbol-simbol penyatu yang menghubungkan mereka. Dengan suatu cara yang sangat tepat waktu, karya yang paling terkenal dari St. Louis de Montfort, Bakti Sejati, memenuhi persyaratan sebagai sebuah “harta terpendam” yang tujuan akhirnya kiranya memberi sumbangan terhadap proses reintegrasi sang feminin menjadi gambaran sang ilahi. Walau pun buku itu ditulis dalam kurun lima tahun terakhir dari hidupnya,20 toh buku itu tetap tidak ditemukan dan tidak diketahui selama 100 tahun sesudah wafat sang santo. Namun akhirnya buku itu ditemukan secara kebetulan pada tanggal 22 April 1842, oleh seorang imam Montfortan, Pater Bautureau, pustakawan Rumah Induk di St. Laurent-sur-Sèvre.21 Tidak lama sesudah buku itu ditemukan kembali, ada hal-hal lain yang menyenangkan yang kebetulan berbarengan waktu dan tempatnya; dan hal itu menyebabkan buku Bakti Sejati menjadi bagian dari kekuatan penggerak lahirnya kembali devosi kepada “Maria Ilahi.” Hal 20) Tanggal paling awal yang diusulkan adalah musim dingin 1710-1711; tanggal paling akhir, yaitu antara musim semi dan musim panas tahun 1715. Lihat Montfort, Oeuvres Completes, Editions du Seuil, 1966, pp. 481-2. 21) Lihat A. Bossard, “True Devotion,” dalam Jesus Living in Mary: Handbook of the Spirituality of St. Louis Marie de Montfort, Montfort Publications, Bay Shore, NY, p. 1212). 23 ini mampu menghidupkan orang-orang Katolik yang saleh-berbakti selama lebih dari seabad sesudahnya, dan barangkali mencapai puncaknya dalam kultur Katolik selama Tahun Maria pada tahun 1954. Sebenarnya, buku Bakti Sejti melampaui buku Cinta dari Kebijaksanaan Abadi selama kurun berkembang mekarnya devosi marial ini. Tetapi dalam tahun-tahun yang lebih kemudian Mariologi dari Montfort dikritik oleh pelbagai teolog (termasuk oleh Karl Rahner) karena diduga mengandung pelbagai ketidak-telitian teologis. Salah satu contoh penting ialah sebuah ungkapan yang muncul secara spontan dari hati Montfort – “Maria Ilahi.” Beberapa orang juga menemukan kesalahan sehubungan dengan model perjalanan rohaninya yang tampaknya membuang keseimbangan kepasrahan rohani secara membahayakan ke arah sang Feminin.22 Tetapi dalam refleksi-refleksi kita tentang buku Cinta dari Kebijaksanaan Abadi, kita akan menggali kaitan-kaitan yang penting antara kedua buku ini sedemikian rupa sehingga kesulitan-kesulitan yang disebutkan di atas tadi dapat dikurangi, kalau tidak diatasi seluruhnya. Pelbagai Pemahaman dan Penemuan • Bandingkan BS 15-21 dengan CKA 105-108. Sebutkan tiga pemahaman yang sama pada kedua risalat itu. Sebutkan satu atau dua perbedaan yang anda temukan. • Bandingkan BS 1-12 dengan CKA 106-107. Sebutkan tiga pemahaman yang sama pada kedua risalat itu. Sebut satu atau dua perbedaan-perbedaan yang dapat anda temukan. 22) Karena kesulitan-kesulitan dengan Vatikan, maka Manuskrip setebal 500 halaman dari Karl Rahner sehubungan dengan masalah-masalah dalam Mariologi kontemporer masih tetap belum diterbitkan. Namun demikian, kritik-kritiknya mempunyai pengaruh sangat besar (dan kuat) dalam menyuramkan ungkapan-ungkapan devosi kepada Perawan Maria dalam iklim terakhir keterlibatan ekumenis. 24 Sangkut-pautnya dengan Hidup Dari BS 2, 5, 6, 7, dan CKA 106 buatlah sebuah litani dari beberapa nama-nama pujian Maria: • Gunakanlah mereka di dalam doa sebagai sebuah litani atau rangkaikan mereka menjadi sebuah Doa Maria. • Buatlah sebuah poster atau kolase untuk melukiskan beberapa dari antaranya. • Gunakanlah mereka sebagai syair nyanyian; ajaklah sebuah kelompok musik atau koor untuk mencari (menciptakan) nada bagi syair-syair itu. 7. Bertiupnya Sebuah Angin Baru Sejak masa Konsili Vatikan II, jumlah pembaca Bakti Sejati (BS) semakin mengalami kemerosotan sebab perhatian Gereja tampaknya telah beralih dari kehidupan batiniah, ke sebuah cita-cita yang lebih “maskulin.” Dengan ini kita maksudkan suatu cara hidup yang lebih praktis dan terarah keluar dalam artian bahwa dia mengarah keluar kepada relevansi sosial dan pelayanan sosial. Dengan fakta ini, dia pun menjadi kurang terbuka lagi kepada pelbagai ungkapan dari keadaan dan pengalaman mistik batiniah (internal). Pergeseran penekanan ini mempunyai banyak akar dan latarbelakangnya; tetapi salah satu di antaranya ialah suatu kecenderungan di Barat ke arah tindakan mereduksi segala sesuatu kepada pelbagai rancangan logik dan sistematik. Sesungguhnya ini adalah sebuah pendekatan yang telah merajalela selama tiga abad terakhir akibat pengaruh cara berpikir ilmiah. Tetapi bahayanya ialah bahwa dia cenderung menurunkan atau bahkan menyingkirkan nilai cara-cara lain dalam rangka mengetahui sesuatu. Teologi baru saja keluar dari kurun panjang ini; dan selama kurun itu, teologi memusatkan perhatian pada 25 rumusan yang konsisten dari konsep-konsep dan ide-ide, dan, dalam pada itu, semakin memperpanjang jaraknya dari tradisi-tradisi mistik yang hidup. Dewasa ini minat baru akan tradisi Kebijaksanaan sedang menanti kelahiran kembali sesuatu yang lain: yaitu suatu mistisisme yang otentik, terjelma, dan mendapat pengesahan secara sosial sebagai suatu pengimbang yang perlu bagi teologi-rasional. Hembusan angin baru ini dimeriahkan oleh situasi lingkungan pemikiran yang berubah, dalam mana ilmu pengetahuan itu sendiri menciptakan ruang bagi kemenduaan (ambiguitas). Pada jaman kita ini, ilmu pengetahuan akhirnya dapat mengakui keabsahan dari hasil-hasil yang aneh dan tidak dapat dipertanggungjawabkan sebagai hasil dari pelbagai eksperimen dan pengamatannya sendiri. Pada saat yang sama, dia menantikan saat ketika Alam Semesta akan menyingkapkan tatarantataran makna yang lebih mendalam. Demikian juga halnya dalam tradisi-tradisi keagamaan ortodoksi sedang belajar menyediakan ruangruang untuk hal-hal yang bersifat paradoks. Dengan cara ini menjadi lebih mudahlah bagi para pencari hal-hal rohani untuk membiarkan teologi dan pengalaman mistik berada bersama-sama dalam kesadaran manusia di bawah sosok-citra penyatu sang Kebijaksanaan. Sebab kita percaya, dia tahu pola-pola yang bisa memungkinkan benang-benang pemahaman pada akhirnya menyatu di dalam sebuah rancangan yang lebih besar. Maka Spiritualitas Kebijaksanaan pun berusaha menyatukan refleksi abstrak dengan pengalaman kongkret; dia menuntut suatu penyatuan hal-hal teologis dan hal-hal yang mistik. Dia merangkul semua yang bersifat manusiawi: dia tidak mengurangi arti pentingnya upaya menguji pengalaman rohani dalam hubungan dengan perkembangan yang sehat dari kehidupan batiniah. Dia juga tidak mengesampingkan tuntutan-tuntutan akal-sehat dari komunitas manusia yang membantu mendialogkan refleksi-refleksinya sendiri tentang masalah keadilan dan kebenaran. Di atas segalanya, dia berusaha, untuk tidak menghancurkan, melainkan untuk membangun iman akan suatu tatanan tertinggi 26 dan akan kesatuan realitas, dalam mana Tuan Puteri Kebijaksanaan berdiam laksana berdiam dalam kediaman istana-Nya. Dia hanya menganjurkan agar orang tunduk pada Sang Kebijaksanaan yang mengajar dan menuntun dengan sabar, yang pada akhirnya menjanjikan bahwa semua paradoks akan dapat terpecahkan; tetapi hal itu baru akan terjadi hanya di dalam persekutuan cinta, pengetahuan yang bercorak Trinitarian, dan dalam permainan roh yang bebas. Dengan cara ini, kita orang-orang modern mudah-mudahan bisa melihat bahwa deskripsi-deskripsi simbolik dari Louis de Montfort tentang Maria – sebagaimana tampak dalam buku Bakti Sejati (BS), misalnya sebagai “Model dalam mana Allah dibentuk,”23 mengacu kepada sebuah sumber ilahi yang tidak lain adalah sang Kebijaksanaan itu sendiri juga. Semoga dengan cara demikian kita juga bisa memahami Maria sebagai ungkapan yang nyata dan kelihatan atau “ikon” dari sang Tuan Puteri Kebijaksanaan itu. Pada jaman kita sekarang ini, banyak orang berusaha mencari kaitan rohani dan juga kaitan ilmiah dengan planet Bumi. Kita sedang menuju suatu pemahaman-jiwa yang baru akan ekologi duniawi dan spiritual dalam mana kita hidup. Sekarang ini kita semakin lebih menyadari bahwa dunia alami di sekitar kita, dalam artian tertentu, adalah sebuah “model” yang membentuk pertumbuhan jiwa dalam diri kita. Dan oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa, ketika kebutuhankebutuhan jiwa kita mendorong kita untuk menyesuaikan diri dengan model ini, maka kita pun melihat dengan lebih percaya akan sumber intuitif di dalam diri kita sendiri. Kita memahami dengan lebih baik kekuatan intuisi untuk memecahkan teka-teki utama di dalam hidup kita ini: • realitas dan hubungan baik dengan Sang Feminin maupun Sang Maskulin dalam Allah. 23) Bakti Sejati (BS), no. 129. Montfort menemukan metafor ini dalam Kotbah St. Agustinus; Sermo 208, inter Opera Sti. Augustini. 27 • Jalan dalam mana spiritualitas dapat digabungkan dengan keterlibatan aktif dalam penderitaan jaman kita sekarang ini. St. Louis de Montfort mempunyai keberanian untuk melakukan pelayaran ke dalam dua macam bidang ini. Sekarang ini kita baru saja mulai mengapresiasi (menghargai) betapa dia itu sesungguhnya jauh melampaui jamannya sendiri. Aneka Penemuan dan Pemahaman • Berilah contoh-contoh dari jaman kita sendiri tentang cara-cara bagaimana spiritualitas memberi kekuatan dan motivasi dalam rangka mengupayakan keadilan dan perdamaian. • Hubungan-hubungan apakah yang anda lihat antara ilmu pengetahuan modern dan spiritualitas? Sangkut-pautnya Dengan Hidup • Apakah anda merasa bahwa “saat” sang Kebijaksanaan itu telah tiba? Mengapa ya dan mengapa tidak? • Dengan gambaran-gambaran Allah macam manakah anda merasa paling senang? Dengan gambaran-gambaran Allah macam apakah anda merasa tidak senang? Bagaimana kebudayaan anda telah mengisi anda dengan ide-ide tentang Allah? 28 Topik B – Pengarang – Watak dan Risalat Adalah selalu benar adanya bahwa hidup seorang lelaki dan perempuan lebih besar dari produk kemampuan-kemampuan yang mereka miliki. Sesungguhnya, dalam musik atau seni seperti halnya dalam kesusasteraan, pemahaman akan suatu adikarya menuntut bahwa seseorang masuk secara lebih mendalam ke dalam situasi lingkungan personal sang seniman itu sendiri, (terutama situasi) pada saat disusunnya suatu karya cipta artistik itu. Namun setelah mengatakan hal ini, kita harus mengakui bahwa adalah sangat sulit untuk bisa menemukan “Sosok Montfort yang historis.” Selama berabad-abad telah terjadi pelbagai macam perubahan dalam cara-cara orang menulis biografi-biografi tentang para orang kudus. Pada jaman Montfort sendiri, misalnya, ada sebuah jenis khusus biografi yang disebut “biografi pujian;” biografi semacam ini cenderung menelanjangi si individu dari bayang-bayang kelabu dan kesalahan-kesalahannya karena hal-hal ini dipahami berdasarkan norma-norma yang ada (dianut) pada jaman itu. Dengan cara ini, banyak orang suci sesungguhnya telah dirampas dari individualitasnya oleh para biograf mereka. Berbeda dari masyarakat pada jamannya, Montfort adalah seorang pribadi yang luar biasa dan berkharisma yang memiliki suatu cita-rasa yang sangat kuat akan diri dan panggilannya yang mengandung daya dorong tertentu. Tidak mengherankan bahwa dia membingungkan sesama klerusnya oleh apa yang pada mereka tampaknya sebagai ciriciri yang hampir-hampir bersifat adimanusiawi. Para sahabatnya cenderung bereaksi kepada dia atau dengan sikap yang sangat berhatihati atau pun dengan pujian yang berlebih-lebihan. Hasil biografisnya adalah sebuah sosok kepribadian yang dewasa ini tampaknya tidak wajar (alamiah). Diri Montfort yang sejati tampaknya tetap tinggal terselubung di belakang layar yang menutup keseluruhan perjuangan manusiawinya yang sangat nyata. Pada saat yang sama, riwayat-riwayat dia telah dihiasi dengan gambaran-gambaran kekudusan yang 29 mengkhianati konsep-terpecah akan kekudusan yang telah diterima begitu saja oleh orang-orang sejamannya. Maka, orang pun menemukan dalam biografi-biografi yang semula bukan terutama “bayang-bayang” pribadi Montfort sendiri melainkan bayang-bayang agung dari jamannya dalam mana dia hidup. Prancis abad ketujuhbelas pada jaman Montfort benar-benar dalam keadaan terpecah-belah; banyak sektor kehidupan benar-benar terlepas dari satu sama lain. Di sini dapat diberikan beberapa contoh saja: • Cara-cara dan dalih-dalih yang digunakan pengadilan istana untuk merintangi perasaan dan relasi sejati manusia. • Gaya hidup yang berlebih-lebihan dari orang-orang kaya dan orang-orang yang mempunyai hak-hak istimewa, yang seakanakan meneriakkan penyangkalan mutlak akan kemiskinan kaum mayoritas yang teramat mengerikan. • Cita-cita keagamaan yang tinggi dan kudus seakan-akan berada di luar jangkauan dari yang dapat dicapai dengan keberanian yang sangat nyata, sehingga dia berusaha hidup secara otentik dalam suatu jaman dalam mana “kehormatan manusiawi” mendominasi tindakan-tindakan dari sebagian besar orang. • Agama dilumpuhkan, karena dia dianggap tidak mampu lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan dari “kaum yang mengalami pencerahan,” sementara itu dia juga gagal memberikan penjelasan logis dan rasional tentang realitas kepada kaum yang tercerabut. • Pada akhirnya, ada suatu kondisi pemisahan dari alam itu sendiri: hal itu tampak dalam pelbagai tempat-bermain artifisial yang ada dalam istana-istana dan rumah-rumah para tuan tanah, tampak juga dalam kehidupan orang-orang kaya yang benar-benar serba terjamin. Sebagai akibatnya mereka pun benar-benar terpisah dari kehidupan dalam dunia alamiah. Kalau dalam iklim dewasa ini, baik dari psikologi popular maupun psikologi profesional, Louis-Marie de Montfort tampaknya “anehasing” bagi kita, paling tidak kita harus membayangkan kesulitan psikis yang kiranya telah dia alami dan atasi. Bagaimanakah dia dapat 30 melaksanakan (menghayati) “ketaatan” sementara dia harus berusaha mengendalikan ekses-ekses kepribadiannya yang bersifat impulsif (yang diakuinya dengan jelas sebagai rusak) sementara pada saat yang sama mencoba menemukan jalannya sendiri. Bagaimana dia dapat menolak nilai-nilai palsu dari masyarakat kelas atas dan pada saat yang sama berusaha untuk tetap dapat diterima secara sosial? Untuk mengenal dia secara utuh-menyeluruh, orang tidak usah terlalu banyak bersandar pada kesan-kesan yang dapat tertangkap dari para biograf sejaman; melainkan orang harus lebih bersandar pada fakta semata-mata. Jika demikian halnya, barulah orang dapat memahami sejauh mana dia telah diturunkan, direndahkan, dan disangkal oleh hampir setiap orang baik dalam posisi untuk mendukung dia maupun dalam posisi untuk menilai karyanya. Untuk mengenal dia secara mendalam, orang harus mulai dengan menerima ketulus-murnian (kejujuran) dari tulisan-tulisannya sendiri. Di satu pihak, ada ungkapanungkapan dari jiwanya: lagu-lagu dan seni dan puisi juga surat-surat dan catatan-catatan harian. Di pihak lain, ada risalat-risalat besar yang, dari perspektif beliau, menggambarkan rencana (program) seluruh hidupnya. Keduanya harus sama-sama dipertimbangkan secara adil (seimbang). Fakta murni (telanjang) dari kehidupan Montfort, menampakkan banyak kesejajaran dan kemiripan dengan kehidupan Fransiskus dari Asisi. Seperti halnya Fransiskus, dia melepaskan harta-benda orangtuanya secara publik dan definitif; hal ini secara definitif memutuskan semua kemungkinan untuk dapat kembali ke kehidupan sosial yang normal. Dia mengikuti dorongannya untuk menghayati Injil secara harafiah, dengan memberikan pakaian-pakaiannya kepada orang-orang miskin. Lagi-lagi seperti halnya Fransiskus, dia pun menulis puisi-puisi dan kidung-kidung kepada sang Kekasih jiwanya. Bagi Montfort sang Kekasih ini tidak lain adalah sang Tuan Puteri Kebijaksanaan dan pengejawantahan-Nya sebagaimana tertampak dalam diri Yesus-YangHidup-Dalam-Maria. Bagi Fransiskus sang Kekasih itu tidak lain adalah Tuan Puteri Kemiskinan dan persaudaraan dan persaudarian yang 31 meliputi (mencakup) segala makhluk ciptaan. Bahkan Montfort sedikit jauh lebih besar dari Fransiskus, yaitu dalam hal kemampuan menarik cinta dan ketaatan banyak orang miskin sementara dia sendiri terus menerus dicurigai oleh para petinggi Gereja. Sesungguhnya, cita-cita Montfort sangatlah bertentangan dengan nilai-nilai yang tidak terbantahkan pada jamannya sehingga dia mengalami penolakan dari semua pihak.24 Dia menanggapi pelbagai macam penolakan ini dengan suatu disiplin-diri yang hampir-hampir bersifat atletik – melalui luasnya penderitaan-penderitaan akibat dari kekurangan jasmani dan tindakan kepatuhan yang heroik. Sementara dewasa ini kita justeru mempertanyakan nilai dari praktek-praktek asketisme yang bersifat ekstrem, faktanya memperlihatkan bukti bahwa Montfort mampu mencapai suatu penguasaan atas budi dan tubuhnya sendiri sedemikian rupa sehingga dia selalu tampaknya mampu memperbaharui harapannya dari relung-relung kedalaman latihan rohaninya. Pertanyaan yang nyata adalah demikian: dari mana asalnya daya tahan yang luar biasa mencolok ini melawan orang-orang yang dianggap “bijaksana” dari dunia ini? Jika kita mau percaya akan (perkataan) Montfort sendiri, daya tahan itu tidak datang dari kekuatan jasmaninya sendiri; juga tidak berasal dari karunia-karunia kharismatiknya; atau pun dari kehendaknya yang sulit terkendali; melainkan daya tahan itu berasal dari hubungan rohaninya dengan Sang Feminin Ilahi, entah disebut sebagai “Kebijaksanaan” atau sebagai “Yesus Yang Hidup Dalam Maria.” Pelbagai Pemahaman dan Temuan-temuan Kita telah menyebutkan lima buah contoh “dualisme” yang menandai jaman Montfort: 24) Benedetta Papasogli, Montfort, a Prophet for our Times, (Terjemahan dari edisi Bahasa Prancis oleh Sr. Ann Nielsen, d.W .,) Montfort Publications, Rome, 1991. 32 Cara-cara dan dalih-dalih yang mencekik emosi yang nyata. Gaya-gaya hidup yang berlebih-lebihan – “kesenjangan” antara yang kaya dan yang miskin. Agama “tidak menyentuh” umat. Agama tidak mampu menjawab persoalan-persoalan jamannya. Pemisahan kebudayaan dari alam. • Dari biografi-biografi Montfort carilah contoh-contoh dari kelima “pemisahan-pemisahan” dalam hidup di atas tadi. • Ungkapkanlah, sejauh mana masing-masing dari hal itu tampaknya masih benar jika dihubungkan dengan jaman-jaman kita sendiri. Topik C – Cinta dari Kebijaksanaan Abadi dan “Jaman Akal Budi” Selama kurun klasik di Prancis, ada suatu “persaingan sengit” yang kuat antara akal budi dan pengetahuan intuitif. Benih-benihnya sudah ada selama masa hidup dan pelayanan Montfort sendiri. Tetapi arti penting dari “perpecahan besar” itu barulah menjadi matang dalam dua generasi sesudahnya. Menjelang akhir abad kedelapanbelas barulah muncul kegeraman dahsyat yang bersifat destruktif melawan simbolsimbol iman. Ketika “Jaman Akal Budi” dimulai secara resmi, bahkan tanda-tanda iman yang paling akrab sekalipun, dijadikan sasaran penghancuran oleh orang-orang-yang-tidak-beriman. Sebagai contoh, ialah upaya mengganti keterkaitan kalender Barat dengan kelahiran Kristus, sebuah kalender baru yang memulai kembali penghitungan waktu dengan Tahun Satu. Bahkan lebih buruk lagi, hampir semua patung-patung kuno ukiran sang Perawan di Gereja-gereja pedusunan Prancis (“Madonna Hitam”) dibakar sebagai lambang-lambang dari “takhayul” masa silam. 33 Dari pengalaman-hidup Montfort sendiri ada sebuah contoh konkret yang dapat membantu kita untuk menyadari bagaimana bersih dan mendalamnya pedang kontroversi iman melawan akal budi menembus struktur-struktur sosial dan keluarga. Di dalam satu keluarga saja ada “para pemikir bebas”25 yang seringkali terpisah dari umat beriman. Sebagai contoh, pembimbing rohani Montfort yang pertama adalah seorang Yesuit, Pater Philippe Descartes, kemanakan dari René Descartes yang terkenal itu. Pater inilah salah satu dari pembimbing rohani yang paling mendukungnya. René Descartes dikenal oleh banyak orang sebagai Bapa Filsafat Modern dan pencipta dan pendukung “dualisme” dalam ilmu pengetahuan baru pada jaman itu. Tetapi sang kemanakan, Pater Philippe Descartes, tentu saja berada pada kubu yang berlawanan dari sang pamannya. Tentang sang Jesuit itu dikatakan bahwa, “Dia mengajarkan kebijaksanaan spiritual dengan suatu daya tarik yang kuat kepada hati orang-orang sederhana, dan menghindari 25) Kata Perancis-nya adalah libertins. Istilah yang sangat populer dan sangat negatif ini tampaknya telah mencakup pelbagai macam tipe manusia. Dia mencakup setiap orang yang mencoba mempersoalkan tradisi ortodoks atau untuk melangkaui prinsipprinsip moral dalam perilaku hidup mereka. Label itu pun mencakup kelompokkelompok orang yang sangat berbeda seperti para pembangun model pemikiran ilmiah modern seperti Descartes, para seniman seperti Moliere dan orang-orang lain yang mengejek istana kerajaan, dan kaum Calvinis Hugenots. Tetapi dia juga mencakup kaum intelektual yang menjadi lawan mereka – kaum muda pemuja kesenangan yang secara terbuka menantang hukum-hukum Gereja yang bersifat restriktif. Barangkali semua tipe orang-orang ini, mempunyai padanan dalam konteks dunia dewasa ini. Pikirkanlah, misalnya, tentang para filsuf “dekonstrusi”, tentang para reporter yang tidak bertanggung-jawab dari media masa, dan tentang kaum intelektual palsu yang menimbulkan perilaku seksual yang longgar dan keputus-asaan. Pikirkanlah tentang kaum muda yang mengupayakan segala cara untuk menghindar dari ketakutanketakutan dan tuntutan-tuntutan kehidupan batiniah. Pada jaman Montfort, penindasan “para pemikir bebas” dengan suatu aliansi yang kotor antara hirarki Gereja dan mahkota Kerajaan seringkali menjadi suatu penindasan yang memalukan akan kebebasan suara hati (seperti dalam kasus penyiksaan keji atas kaum Hugenot). Pemakaian kekuasaan secara sengaja ini menjadi salah satu dari penyebab-penyebab yang menyumbang kepada munculnya Revolusi Perancis . 34 kebijaksanaan dari para filsuf…. dia cepat menentang nilai-nilai sekular, dan sebaliknya menekankan tuntutan-tuntutan radikal…. dari Kristus.”26 Pemikiran Montfort berada di dalam kerangka-kerangka acuan yang dianutnya sendiri sejak dia masih berusia belasan tahun. Di Kolese di Rennes dia mengikuti para guru dan model-model peranan yang, seperti Pater Philippe Descartes tadi, mendorong nilai-nilai Injil yang tradisional, tetapi juga sekaligus sangat radikal. Kontroversi-kontroversi pedih yang tampaknya justeru semakin memperburuk keteganganketegangan yang telah mencabik-cabik Prancis selama berabad-abad, tidak berlaku bagi nilai-nilai Injil tradisional tadi. Lagipula, sebagai seorang siswa seminari di Paris, Louis membaca pengarang-pengarang rohani besar pada jamannya dan memasukkan ke dalam hatinya sendiri tema-tema utama dari warisan Sulpician.27 Dalam 26) Papasogli, op .cit., p. 33. 27) Pastor Gilbert mengatakan demikian: “Dalam setiap halaman orang dapat menemukan para pendahulunya.” “L’Exegese spirituelle de Montfort,” Nouvelle Revue Theologique, vol. 104, 1982, p. 67. Beberapa dari antaranya adalah sumbersumber yang langsung, seperti St. Jure, De la connaissance et de l’amour de NotreSeigneur Jéus-Christ, Paris, 1634, yang menyumbang banyak bahan untuk Bab satu dari Cinta dari Kebijaksanaan Abadi, juga untuk Bab Tiga belas yang berbicara tentang salib. Dalam Bagian Ketiga dan struktur dari tiga “prasarana” pertama yang dibicarakan dalam Bagian Keempat. Sumber langsung yang lain adalah Pater Amable Bonnefons (Petit livre de vie qui apprend a bien vivre et a bien prier), Paris 1650, yang memberi sumbangan besar kepada Bab Dua belas. (Lihat Catatan Pengantar Untuk Bagian Ketiga). Sumber-sumber yang lain adalah tidak langsung, seperti sebuah wewangian yang memasuki spiritualitas kehidupan batiniah Montfort dengan penekanannya pada tematema Inkarnasional dan marial. Untuk sebagian terbesar hal-hal ini diwariskan dari “Mazhab Prancis” yang dimulai oleh Cardinal de Bérulle dan dilanjutkan melalui karya dari orang suci Pater Olier, pendiri seminari St. Sulpice pada awal abad ketujuh belas. Sumber-sumber yang penting diacu dalam catatan-catatan terjemahan ini; banyak sumber-sumber kecil yang lain diidentifikasi dalam catatan-catatan untuk terjemahan Inggris dari Cinta dari Kebijaksanaan Abadi (CKA) dalam kompilasi God Alone (bdk. Op. cit.,) dalam Pengantar untuk Volume Satu. 35 bukunya CKA dia membuat sebuah integrasi yang mendalam dari tematema ini; dan kita dapat melihat betapa hal-hal ini dihayati secara otentik dalam kesaksian teguh hidup pribadinya: misalnya, devosi kepada salib, misi kepada orang-orang miskin, dan spiritualitas Penjelmaan (Inkarnasi), yang dalam tema Sulpician ditunjukkan dengan ungkapan “Yesus yang Hidup Dalam Maria.” Tetapi apa yang paling menarik bagi kita dalam introduksi ini adalah tindakan Montfort yang memakai Kitab Kebijaksanaan sebagai latar belakang untuk sintesis ini, dan sebagai sebuah kerangka kerja yang lebih besar dalam mana dia menempatkan upayanya memperluas pengetahuan intuitifnya, yaitu “pengetahuan hati.” Inspirasi Kebijaksanaan yang tampak dalam risalat ini jelas-jelas adalah prakarsa asli Montfort sendiri. Menurut Pater Gilbert, “Adalah pasti bahwa tidak ada komentar tentang Kitab Kebijaksanaan yang telah bertahan hidup dari para Bapa Gereja,”28 yang kiranya dapat mengilhami munculnya sebuah sintesis seperti itu. Tidak ada seorang pengarang pun dari jaman Montfort sendiri yang pernah mencoba mengungkapkan sebuah pandangan menyeluruh yang serupa itu tentang kehadiran Sang Kebijaksanaan: • dalam penciptaan alam semesta • dalam kandungan alam yang mendalam dan menopang • dalam rencana sejarah keselamatan “sebelum inkarnasi.”29 Terlebih lagi, sesudah abad keempat tidak ada seorang pengarang rohani dari aliran arus utama tradisional telah meneguhkan dengan sangat kuat dan dengan suatu cara yang sangat langsung, penyamaan 28) Ibid., p. 684. 29) “M asalah eksegese rohani dari Montfort akan Kitab Kebijaksanaan adalah sesuatu yang luar biasa.” Loc. cit. 36 (identitas) dari personifikasi Kebijaksanaan Feminin pra-Kristen dengan Firman Allah, sang Putera Manusia yang adalah Yesus.30 Oleh karena itu, kita dapat melihat dengan mudah bahwa lompatan intelek yang berani seperti itu bersumber dari “pengetahuan hati” yang membuka pintu budi dan hati Montfort ke jalan-jalan yang belum pernah dilalui. Walaupun kita mengakui bahwa dalam masa hidupnya yang singkat dia tidak memperoleh kesempatan untuk menggali secara mendalam semua jalan-jalan ini,31 tetapi toh dia tetap tinggal terbuka 30) Seorang pendahulunya mungkin sekali adalah Beato Henry Suso, yang biografinya dikenal baik oleh Montfort ( CKA 101-102, 132). Karya Suso yang terkenal adalah The Little Book of Eternal Wisdom; buku itu memang ada dalam perpustakaan St. Sulpice. Tetapi tampaknya aneh bahwa Montfort, yang mengutip begitu banyak pengarang, tidak membuat acuan yang dapat diidentifikasi kepada panduan klasik untuk bimbingan rohani. Tentu saja titik fokusnya menarik bagi dia, sebab titik fokus itu adalah suatu penyelidikan akan misteri Salib. Gilbert menemukan bahwa “Montfort tidak menurunkan sesuatu apapun dari bahan yang dia gunakan untuk menulis kitab ini,” ibid., p. 680. Sesungguhnya, Suso agak bersifat tidak langsung ketika dia mengidentifikasi Putri Kebijaksanaan dengan Yesus. Sementara dia memulai Bab pertama kitabnya dengan kutipan yang terkenal dari Raja Salomo, “Dia telah aku cintai sejak masa mudaku, dan aku memilih dia sebagai mempelaiku,” dia hanya menyebut dua acuan yang lebih jauh kepada teks-teks Kebijaksanaan. P. Prevost, art. cit., dalam Dictionaire op. cit., p. 51. Sebagaimana dikomentari oleh seorang penterjemah yang bernama James Clarke, “Para pembicara dalam dialog (antara Kebijaksanaan dan jiwa) cenderung untuk berselisih dengan peranan-peranan mereka.” (Introduksi, 771e Little Book of Eternal Wisdom, Harper Brothers, NY, seriseri Classics 17f Contemplative Life, ed. Allison Peers, 1960, p. 13). Singkatnya, ada sangat sedikit pemakaian metafor dan sifat-sifat yang berlandaskan-gender dalam karya Suso, juga tidak ada pengaruh yang dapat dideteksi dari Sastra Kebijaksanaan. 31) M ontfort memilih tema-tema Kebijaksanaan untuk dikembangkan lebih lanjut dalam ajarannya; Dan justru hal ini menyebabkan Montfort sangat akrab dengan dunia pengalamannya sendiri ( CKA 12,97,100,.193). Tetapi ada tema-tema lain, yang diidentifikasinya, dan dia putuskan untuk tidak dikembangkannya lebih lanjut( CKA 84-85, DAN 93-94). Para biograf dewasa ini, yang peka terhadap konteks historis dari tugas perutusan Montfort dan terhadap kelemahan-kelemahan model kepribadiannya, mulai menekankan rasa ingin tahunya yang semakin meningkat pada tahun-tahun belakangan dalam hidupnya dan juga keterbukaannya yang semakin meningkat 37 kepada semua kemungkinan-kemungkinan Kebijaksanaan, apapun risikonya. TOPIK D – TAHAP-TAHAP DALAM PENYUSUNAN CKA Karya yang sedang kita pelajari dengan tekun dalam tulisan ini, Cinta dari Kebijaksanaan Abadi , mempunyai sejarah yang sangat berbeda dari buku Bakti Sejati. Kalau buku Bakti Sejati ditulis belakangan yaitu dalam tahap-tahap kehidupan misioner Montfort, dari perspektif tahuntahun pastoral dan pengalaman mengajarnya, paling tidak outline buku Cinta dari Kebijaksanaan Abadi (CKA) ditulis pada awal, yaitu kira-kira dua tahun sesudah dia ditahbiskan. 1. Tahap Awal: Draft Pertama Pada awal tahun 1703 Louis-Marie baru saja dipaksa berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang Kapelan di Rumah Sakit Umum di Poitiers. Di sana dia meninggalkan dua perempuan muda yang kemudian menjadi pendiri sekaligus anggota dari Putri-putri Kebijaksanaan (Daughters of Wisdom). Di bawah pengarahannya mereka mencoba menghayati “kebodohan Injil” di tengah-tengah orang miskin yang mereka layani. Sementara itu, Montfort datang ke Paris untuk mencari bimbingan; tetapi awan-awan kegagalan terus membayang-bayangi dia. Pengalaman pahitnya yang pertama di sana adalah pengalaman ditolak oleh komunitas yang justru telah mengasuh dia pada masa-masa pendidikannya. terhadap pendapat-pendapat orang-orang lain. (Papasogili, op.cit., pp.372-373). 38 Sekarang dia tinggal sendirian dalam sebuah ruangan tua yang sudah ditinggalkan di bawah sebuah tangga, sangat dekat dengan Seminari St. Sulpice dan seminari kaum Yesuit. Barangkali dia telah memilih “tempat retret” ini dengan maksud agar lebih dekat dengan perpustakaan-perpustakaan dan para pembimbing rohani yang tidak lama sebelumnya telah menopang dia dalam pencariannya akan panggilannya yang otentik.32 Selama kurun ini, ada sebuah kesempatan pertemuan yang bisa mengangkat dia keluar dari kebingungan dan kelumpuhan dan memberi dia suatu jalan keluar untuk mengimpikan kembali cita-citanya. Dia bertemu dengan seorang teman akrab dari masa kanak-kanaknya yang bernama, Claude Poullart des Places; orang ini pun terlibat langsung dalam mendukung dan menuntun sebuah komunitas para seminaris miskin yang kemudian menjadi Kongregasi Roh Kudus (Congregation of the Holy Spirit). Pemahaman di antara kedua imam muda itu sangatlah akrab sehingga Montfort pun diundang untuk memberikan serangkaian konferensi-konferensi kepada para seminaris muda Claude, dengan harapan untuk “menguji-cobakan” ide-ide dan cita-citanya sendiri. Sudah diterima umum bahwa penyusunan awal dari Cinta dari Kebijaksanaan Abadi terjadi selama kurun waktu ini. Karena satu dan lain hal, surat-suratnya kepada Marie-Louise Trichet pada masa-masa ini penuh dengan referensi-referensi kepada Kebijaksanaan. Untuk yang lain-lain, tulisan-tulisan dari Pater Philippe Descartes mengusulkan 32) Mungkin untuk sementara orang rasanya mengejutkan bahwa Montfort bertugas sebagai seorang pustakawan selama tahun-tahun hidupnya di Seminari St.Sulpice. Alih-alih mengikuti kuliah-kuliah teologis, dia lebih suka melewatkan waktunya dalam Lectio Divina (Bacaan Rohani). Referensi-referensinya kepada sastra Patristik dan kemampuannya untuk mensintesis tema-tema spiritual utama pada jamannya, menunjukkan betapa dia tenggelam dalam dunia sastra itu. Sahabatnya Blain berkata tentang dia bahwa dia “pasti telah membaca setiap karya rohani yang penting” dalam perpustakaan. 39 bahwa secara tertentu dia mendukung Louis dalam sebuah karya yang sedang dia lakukan di mana dia menulis tentang Kebijaksanaan pada tahun 1703-4.33 Walau pun tidak dapat ditetapkan secara pasti, hipotesis ini memberikan penjelasan yang paling mungkin tentang konteks penyusunan paling tidak draft pertama dari CKA. 2. Tahap Sementara Menurut hipotesis yang sama ini, perampungan karya itu kiranya membuahkan hasil kurang-lebih sepuluh tahun kemudian, yaitu ketika Montfort kembali untuk membaharui lagi kontaknya dengan komunitas Roh Kudus, dengan harapan-harapan agar dapat mewujud-nyatakan impiannya yaitu merekrut “sekelompok kecil para imam.”34 Tetapi sementara itu apa yang sedang terjadi? Seberapa jauh rancangan agung kitab CKA itu masuk ke dalam kehidupan misionernya? Montfort sendiri tidak mempunyai sebuah Buku Harian; dia pun sangat berhati-hati dengan kehidupan batiniahnya sendiri. Oleh karena itu, kita hanya dapat menduga-duga saja tentang bagaimana proses yang terjadi dalam pemikirannya yang mempengaruhi pembentukan risalat orisinalnya untuk pertama kalinya, dan bagaimana proses itu kemudian bertumbuh menjadi matang melalui pengalaman hidupnya. Kita yang lebih menyukai teori dua-tahap dalam proses penyusunannya, beryakinan bahwa karena originalitasnya yang sangat asli dan pandangannya yang luas, buku CKA itu pasti merupakan suatu karya yang sentral bagi pandangan-dunia pribadinya selama tahun-tahun pada tahap sementara ini. 33) Lihat tulisan-tulisan dari Philippe Descartes, Bab Dua, p. 60, yang dilaporkan dalam Bernard Guitteney, Grignon de Montfort: missionaire des pauvres, les Editions du Cerf, Paris, 1993, p. 202. 34) Diajukan oleh Pater Marcel Gendrot, yang sebelumnya adalah superior jenderal Company of Mary, dan seorang arsiparis sejarah Montfortan. Juga ada Komunikasi personal dengan Barbara Moore. 40 Seperti biji pohon eik raksana, dia mulai menumbuhkan akarakarnya pada masa mudanya selama masa evaluasi-diri dan masa introspeksi. Di sini dia diberkati dengan rahmat yang berlimpah-limpah yang seringkali memelihara tunas-tunas panggilan pada masa muda. Kemudian, ketika mencapai hasilnya dalam bentuknya yang terakhir, sang imam yang matang itu pun mampu menyempurnakannya dalam terang pengetahuan eksperiensialnya sebagai seorang misionaris yang berpengalaman. Ada petunjuk-petunjuk tentang tahap perkembangan pada masa antara ini: • Empat dari Kidung-nya yang paling sering dinyanyikan adalah lagu-lagu cinta yang sealur dengan tradisi terbaik dari (puisi cinta) para troubadour Abad Pertengahan; dan kesemuanya itu ditujukan kepada sang Puteri Kebijaksanaan. • Kita tahu bahwa dia memahat, atau melibatkan para pemahat setempat untuk membuat patung-patung dari sang Puteri Kebijaksanaan Kita. • Pada bulan April 1708 Kapel di St. Lazare dipersembahkan kepada sang Puteri Kebijaksanaan Kita. • Khotbah Montfort tentang “Kelemah-lembutan Yesus”, sebuah khotbah yang seringkali dia sampaikan selama dia menjalankan tugas-tugas misinya dan bahkan pada hari sebelum dia wafat, berasal dari risalatnya tentang Cinta dari Kebijaksanaan Abadi. Kita masih perlu menguraikan lebih panjang lebar lagi tentang poin yang terakhir ini. Petunjuk yang sangat penting ini berasal dari Kotbahkotbah Montfort, yang ditemukan dalam rumah Para Bruder St. Gabriel pada tahun 1842. Nomor 80-90, yang tanggalnya berasal dari dua tahun terakhir dari tahap kehidupan misionaris Montfort, mengandung sebuah kotbah tentang kelemah-lembutan Yesus – pasti ini adalah sebuah kotbah yang sangat sering dia pergunakan dalam karya-karya misinya. 41 Tetapi apa yang menarik kita di sini adalah bahwa isinya – hampir kata perkata – sama semuanya dengan yang ditulis dalam Cinta dari kebijaksanaan Abadi, Bab 10 dan 11. Rupanya untuk para petani sederhana pedesaan kepada siapa dia sangat sering berkotbah, Louis Marie de Montfort memakai kata “Yesus” daripada kata “Kebijaksanaan.” Tetapi dia sendiri sangat menyadari bahwa dia sedang mengkotbahkan pandangan Kebijaksanaan dari masa mudanya. Tentang hal ini kita tanpa ragu dapat memastikan karena (pada) poin ketiga, subpoin kelima dari kotbah itu terbaca sbb: “Dia adalah Kebijaksanaan – yang tidak diciptakan dan menjelma. Betapa manisnya!”35 Dalam hal ini adalah tidak mungkin untuk mencapai kepastian mutlak; tetapi kemungkinan yang lebih besar terletak pada sisi pengaruh Kebijaksanaan yang sama sekali tidak terlupakan; tetapi sebaliknya hal itu sangat mempengaruhi spiritualitas dan praxis Louis Marie. 3. Tahap Akhir: Sebuah Redaksi Akhir Yang Mungkin Ada pelbagai macam petunjuk yang sangat penting tentang Montfort yang menaruh perhatian penuh terhadap sang Kebijaksanaan selama dua tahun terakhir dari masa hidupnya. • Selama masa kunjungannya yang terakhir ke Seminari Roh Kudus pada tahun 1714, dia memberi serangkaian pembicaraan tentang sang Kebijaksanaan.36 35 Montfort, Sermons, (ed. Henry Frehen, SM M), Centre International Montfortain, Rome, 1983, nos.80-90, pp.32-34. Keterkaitan itu dikutip oleh Ann Nielsen, d.w. 36 Charles Bernard, Vie de M.Louis-Marie Grignion de Montfort, Documents et Recherches, IV, Centre International Montfortain, Rome, 1981, pp.280-281. 42 • Pada pertengahan tahun 1715 atau awal tahun 1716 dia memberi patung sang “Kebijaksanaan” kepada komunitas para Puteri Kebijaksanaan.37 • Adalah juga sangat pasti bahwa, sekitar saat ini, dia memberi sebuah “buku” tertentu kepada Muder Marie Louise of Jesus. Apakah buku ini adalah salinan dari Bakti Sejati atau apakah buku ini adalah salinan dari Cinta dari Kebijaksanaan Abadi?38 Tentang hal ini kita tidak dapat memastikannya; tetapi dari komentar tentang konstitusi yang dipersiapkan oleh Marie Louise pada tahun 1759, yakni setahun sebelum dia wafat, kita dapat memastikan bahwa paling tidak garis-garis besar bagan luas dari buku The Love of Eternal Wisdom sudah sangat dikenal baik oleh sang Muder itu dan menjadi sesuatu yang sangat penting bagi spiritualitas Kongregasi baru itu.39 • Suratnya kepada Marie Louise, yang ditulis sekitar Paskah tahun 1716, yakni hanya beberapa hari saja sebelum wafatnya, penuh dengan referensi-referensi kepada sang Kebijaksanaan (mirip dengan surat-surat yang ditulis pada tahun 1703).40 37) En Direct avec Marie-Louise de Jésus: Écrits et Paroles, Document et Recherches, XI, Centre International Montfortain, Rome, 1994, p.103. 38) Apakah ini buku yang disebut dalam Surat no. 15? Lihat, En Direct avec Marie Louise…, p.50, dan p.135, fn.71-74. 39) Ibid., pp. 134-136; 142-169 passim. 40) Montfort, Oeuvres Completes, pp. 81-83. 43 4. Tempatnya Dalam Spiritualitas Montfortan Bahwa buku CKA mempunyai peranan penting (sentral) dalam spiritualitas para Puteri sang Kebijaksanaan (Daughters of Wisdom) mulai dari saat berdirinya pada tahun 1703 sampai masa Revolusi Prancis, pasti tidak dapat diperdebatkan. Kita sudah melihat arti pentingnya dalam redaksi Konstitusi-konstitusi dari tahun 1757-1759. Tetapi pengaruh destruktif dari Revolusi itu sendiri pun, tidak dapat disangkal. Selama masa-masa ini Rumah Induk dijarah dan dibakar; banyak dokumen yang penting hilang. Yang jauh lebih mengerikan lagi ialah bahwa, hampir semua komunitas porak-poranda, tiga puluh empat orang suster dibunuh, dan 127 orang meninggalkan kongregasi. Dalam kurun waktu antara wafatnya Marie-Louise dan berakhirnya Revolusi Prancis, kongregasi kehilangan separuh dari para anggotanya.41 Dari tahun 1810 sampai tahun 1850 ada kenaikan (pertumbuhan) 500 persen dalam jumlah para suster. Orang hanya dapat bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada spiritualitas asli selama kurun ini yaitu kurun perkembangan cepat yang tidak wajar (alamiah) ini. Kemudian pada tahun 1842, Superior Jenderal dari (Kongregasi) para pater montfortan, Pater Dalin merencanakan bahwa para pater montfortan akan diangkat menjadi para pemimpin retret (dan seringkali juga menjadi para pembimbing rohani) bagi para Puteri Kebijaksanaan (Daughters of Wisdom). Tetapi pada tahun yang sama ini, 1842, buku Bakti Sejati ditemukan, dan secara serempak, dari tahun 1850 sampai 1950 muncullah suatu gelombang devosi Marial yang belum pernah terjadi sebelumnya yang melanda seluruh Gereja Katolik. Ada satu hal yang pasti, suatu penekanan yang kuat pada segi Marial pun diperkenalkan ke dalam spiritualitas Kongregasi.42 41) Lihat Lepers, M., Les Files de la Sagesse, tanpa tahun, tidak disebutkan penerbitnya, tetapi tersedia di Rumah-rumah Generalat dari tiga kongregasi montfortan di Roma, pp.37-59. 42) B-M.,v.d., Hoef and S.de Flores, “The Daughters of Wisdom,” dalam Jesus Living in Mary, Handbook… pp.291-2. 44 Selama kurun waktu ini ada sebuah suara tunggal yang diangkat atas nama sang Kebijaksanaan. Pada tahun 1929, Pater Jenderal, H. Huré, menerbitkan untuk pertama kalinya “risalat doktriner dari Montfort yang secara pasti sesuai dengan manuskrip dari buku Cinta dari Kebijaksanaan Abadi.43 Namun demikian, karena sebagian terbesar buku ini bersifat terbatas untuk sebuah kelompok yang relatif kecil dari para anggota sang Pendiri Komunitas-komunitas religius, maka buku CKA pun untuk sebagian terbesarnya tetap merupakan misteri. Orang menduga-duga bahwa secara samar-samar buku itu dipahami sebagai sebuah “risalat mistik” yang diperuntukkan hanya untuk segelintir orang saja. Komunitas-komunitas Montfortan, yang merasa bahwa kharisma mereka adalah untuk terlibat dalam karya pelayanan aktif, tampaknya tidak menganutnya dengan sepenuh hati. Sebenarnya, buku Cinta dari Kebijaksanaan Abadi baru sangat sedikit diselidiki (digali); dan bahkan lebih kurang lagi disediakan bagi orang-orang luar. Bahkan seorang biograf terakhir dari Montfortian Company of Mary, Pater Louis Perouas, tampaknya meremehkannya, sebab dia mengingatkan para pembacanya untuk tidak menaksir terlalu tinggi maknanya. Sebenarnya, sang sejarawan ini menetapkannya ke suatu posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan tulisan-tulisan Montfort dari masa-masa kemudian.44 Komentar-komenmtar dari beliau ini mengisyaratkan bahwa spiritualitas sang Kebijaksanaan masih tetap merupakan sesuatu 43) Art. cit., p. 194. 44) Jean-Pierre Prevost meneliti pendapat Pater Perouas tatkala pendapat itu sedang gencar-gencarnya dikumandangkan selama bertahun-tahun; hasil penelitian itu dimuat dalam artikel “Amour de la Sagesse Éternelle,” yang terdapat dalam Dictionaire de la Spiritualite Montfortaine, op. cit., p. 59. Dan, menurut Pater Gilbert, op. cit., p. 678, yang berbicara dalam peranannya sebagai seorang pengamat, “Tidak seorang pun pernah menganggapnya sebagai salah satu dari karya-karya fundamentalnya.” 45 yang agak memalukan bagi kalangan para teolog.45 “M. Grignion rupanya tergila-gila dengan upaya mencari sang Kebijaksanaan: sebuah kebijaksanaan yang tidak hanya melulu sebuah kebenaran yang harus ditemukan melainkan seorang Pribadi untuk dikenal, yakni sang Putera Allah yang terlihat di bawah bentuk feminin, sang Kebijaksanaan. Dia bahkan berbicara tentang hal mengambil sang Kebijaksanaan itu sebagai mempelainya.” “Adalah terasa meragukan, dan bahkan berbahaya,” lanjut Perouas, “untuk mempertimbangkan tema-tema (dari CKA) sebagai suatu outline untuk membaca Montfort. Akan merupakan suatu penyederhanaan yang berlebih-lebihan, misalnya, untuk mengatakan bahwa Allah-nya Montfort adalah sang Kebijaksanaan.”46 Kemudian dia menambahkan, dalam sebuah ibarat (singgungan) yang cukup berhati-hati terhadap “sukacita besar” dari bahasa Montfort dalam suatu saat entusiasme masa muda.”47 45) Louis Perouas, A Way to Wisdom, Montfortian Publications, Bayshore NY, 1982, p.51. Pater Prevost (art. cit., p. 59) mengajukan sebuah poin yang mendukung, yang dilandaskan pada sebuah konsensus para ahli montfortan masa kini yang secara garis besar dikaitkan dengan pandangan-pandangan dari Pater Perouas. Stephan de Fiores dalam artikel yang lain dari Dictionaire: “La Spiritualite Montfortaine” tadi menganut pendapat yang sama dalam penyelidikannya atas pelbagai sintesis dari Spiritualitas Montfortan yang telah diajukan oleh para pater montfortan dalam seluruh rentang abad yang lalu (abad 19). Hanya Pater H. Huré sajalah, sang superior Jenderal pada tahun 1929, yang memberi tempat unggul kepada buku CKA itu, dalam mana dia melihat sebuah struktur bipartit “yang secara teologis kuat” – yang meliputi prakarsa sang Kebijaksanaan pada paruh pertama, dan tanggapan dari umat manusia pada paruh kedua. Pendapat yang kita anut di sini sejalan dengan pendapat minoritas dari Pater Huré: “Buku CKA adalah sebuah buku yang mempunyai kemungkinan berkembang di masa yang akan datang. Dia dan hanya dia sendiri sajalah yang menyingkapkan bagi kita matriks terpadu dari keseluruhan Spiritualitas Montfort.” 46) Ibid., p. 115 47) Ibid., p. 118, pp. 130-131 46 Seorang biograf yang lain, Bernard Guitteney, yang menulis pada tahun 1994, mengungkapkan banyak sudut pandang yang sama.48 Tetapi jika kita menangkap kata-kata Pater Montfort sendiri dan tanpa takut akan kegairahan dan keyakinannya, kita dapat melihat pentingnya sang Kebijaksanaan itu untuk dia. Sudah barang tentu, otentisitas sumber yang dia gunakan, tidak boleh dinilai berdasarkan ketepatan waktunya dalam seluruh proses “perkembangan-“nya, melainkan menurut kesaksian yang tampak dari pencapaian-pencapaian yang terjadi sepanjang hidupnya. Seluruh hidupnya harus dilihat sebagai suatu penglepasan dengan sepenuh-hati dari kebenaran tentang dirinya sendiri, yang, pada akhirnya, dia singgung kembali pada pembaktian-dirinya kepada sang Kebijaksanaan Abadi. Catatan-catatan (keberatan) dari Perouas dan Guitteney tentang pernyataan mendasar dari seorang santo dan pendiri dua Kongregasi religius ini tampaknya diajukan dengan sangat berhati-hati. Bagaimanapun juga, karya Montfort sudah diajukan kepada pengujianpengujian yang ketat berdasarkan tolok ukur kebenaran ortodoks. Bisakah pendapat ini, yang dianut oleh dua orang murid yang sangat bersimpati kepada Montfort, tidak berfungsi sebagai suatu contoh yang jelas dari masa kini tentang betapa dalamnya tempat persembunyian sang Kebijaksanaan itu selama berabad-abad di mana dia telah menyimpan rahasia-rahasia-Nya dan kini sedang menantikan saatnya untuk kembali? 5. Maknanya Untuk Abad Ke-21 Ini Kemudian kita pun diundang untuk bermeditasi bersama dengan St. Louis de Montfort, seraya mengakui bahwa dia merupakan garispenghubung yang sangat penting dalam spiritualitas Barat. Dia menuntun kita kembali ke suatu tradisi spiritualitas sang Kebijaksanaan 48) Lihat Bernard Guitteney, op.cit., pp. 203 47 yang otentik, suatu spiritualitas yang benar-benar hidup di dalam Gereja Katolik. Oleh karena itu, marilah kita mendengarkan dia secara langsung, dengan telinga hati dan jiwa kita, seraya membuka harta karun terpendam yang dia singkapkan dengan kelembutan dan sangat hatihati. Marilah kita memperhatikan dampak yang ditimbulkan oleh bahasa ungkapannya atas diri kita tatkala dia memperkenalkan kita kepada perwahyuan-perwahyuan diri dari sang Kebijaksanaan itu. Setelah mencicipi dan merasakan kemanisannya, marilah kita menanggapi undangan untuk senantiasa mendengarkan, karena katakatanya senantiasa bergema bersama dengan kata-kata sang Kebijaksaan itu sendiri; dan kata-kata itu akan membangunkan dalam diri kita tanggapan kita sendiri yang paling personal dan paling otentik . Pelbagai Pemahaman dan Temuan * Luangkan waktu untuk memeriksa sumber-sumber referensi tentang arti pentingnya sang Kebijaksanaan itu: • Dalam kehidupan Montfort • Dalam kehidupan Marie-Louise • Dalam sejarah Para Puteri-puteri Kebijaksanaan. Penilaian apa yang dapat anda berikan sehubungan dengan tempat kedudukannya dalam spiritualitas Montfortan? * Jika anda adalah seorang anggota puteri-puteri Kebijaksanaan, seorang bruder St. Gabriel, atau seorang pater/bruder montfortan, pertimbangkanlah tempat yang anda berikan kepada buku CKA itu: • Dalam pendidikan awal anda • Dalam retret dan masa-masa pendidikan kemudian • Sebagai sebuah pengaruh yang efektif dalam kehidupan religius anda. Bagi-bagikanlah hasil pengamatanmu itu dengan seorang teman atau dalam sebuah kelompok. 48 * Bagaimana anda melihat masa depan dari Spiritualitas sang Kebijaksanaan itu, dan khususnya, sumbangan Montfort kepada masa depan itu? (Janganlah membatasi diri anda pada kongregasi-kongregasi Montfortan saja, melainkan pertimbangkanlah juga “para pencari spiritual” yang lain, baik itu orang-orang Kristen maupun yang nonKristen). 49 KOMENTAR ATAS BAGIAN DUA TOPIK A: CKA DAN “PENGETAHUAN HATI.” Sebagaimana sudah dikatakan bahwa riwayat hidup Montfort bisa menjelaskan sesuatu tentang CKA; tetapi CKA juga bisa menjelaskan sesuatu tentang riwayat hidup Montfort. Karena itu, pasti ada gunanya kalau di sini kita ajukan sebuah pertanyaan penting: selain dari sumbersumber tertulis, pengalaman-hidup apakah yang memunculkan buku yang kuat dan penting ini. Barangkali, seperti dikatakan sementara orang, Montfort dulu tidak mampu melihat dengan jelas dan sungguh-sungguh memahami betapa luasnya implikasi-implikasi dari pandanganya sendiri.49 Kalau dilihat secara psikologis, mungkin hal ini sebagian besar ada benarnya juga. Tetapi apakah hal itu tidak dibuat demi ide bahwa pemahaman dan keyakinan Louis memancar keluar dari sumber yang lebih dalam daripada kesadaran budi dan pendidikannya di seminari? Apakah Louis tidak menulis berdasarkan “pengetahuan hati” seperti yang selalu diulanginya? Apakah tidak masuk akal untuk menduga bahwa dia sungguh merasakan sukacita “nafas kekuatan” Kebijaksanaan yang mengangkatnya keluar dari krisis panggilan? Sebab ketika dia mulai menulis risalatnya, dia tiada henti-hentinya mencoba menyingkapkan untuk apa Allah memanggilnya dan mau buat apa dengan imamatnya. Sebenarnya, saat itu dia adalah pemuda terasing yang berada di persimpangan jalan hidupnya.50 49) J. P. Prevost, art. cit., p. 59 meringkaskan pendapat terkini dari ahli montfortan Pater L. Perouas: “W alaupun dia mengakui watak asli dari teologi yang diungkapkan dalam CKA, dia tidak mau melihat di dalamnya suatu sintesis dari spiritualitas montfortan…. Agaknya dia melihatnya sebagai peristiwa yang sedang berlalu dalam perkembangan montfortan, suatu tanda jasmaniah dari krisis masa muda… . (produk dari) suatu kombinasi dari terobosan psikologis, jaman yang matang, dan penemuan intelektual. 50) Lihat Komentar ini atas Bagian Satu, pp.33-35 untuk informasi tentang latar belakang biografis dari penyusunan CKA. 50 Sebab dia meninggalkan Poitiers pada tahun 1703 di bawah awan kebingungan, antara sukses dan gagal. Sekarang di Paris lagi-lagi dia merasa berada dalam situasi yang membingungkan dan pedih. Di satu pihak, dia direndahkan dan ditolak di depan umum oleh para pemimpin rohaninya yang terdahulu di komunitas St. Sulpice. Tetapi, di pihak lain, dia diterima dan dihargai sebagai guru rohani dalam komunitas muda dan sedang bertumbuh, yaitu komunitas Roh Kudus. Haruskah kita heran kalau kegairahannya menulis selama kurun ini berasal dari sumber yang lebih mendalam daripada hiruk-pikuk prinsipprinsip spiritual yang bertentangan pada jamannya? Sesungguhnya, inti inspirasi untuk bab-bab ini dari CKA tidak diambil dari salah satu mazhab-mazhab tradisional tempat dia belajar. Tidak berasal dari mazhab Bérullian, Sulpician, ataupun Jesuit; juga tidak dari mistik Spanyol atau Rhineland. Akhirnya, juga tidak berasal dari kaum skolastik abad pertengahan, juga tidak dari para penulis rohani lain di masa silam yang buku-bukunya telah dia baca secara luas dan mendalam di perpustakaan seminari. Berdasarkan sejarah dan pengaruh CKA di kemudian hari, tidakkah kita harus simpulkan bahwa hal ini berasal dari Kebijaksanaan itu sendiri? Tidakkah kita harus siap menghormati saat ini dalam kehidupan Montfort sebagai “terobosan harta terpendam?” Apakah Pater Montfort, seraya melihat kembali hidupnya, tidak merasa senang mencatat betapa lembut dan tenangnya Kebijaksanaan itu masuk ke dalam pandangandunianya. Di dalam tempat pribadi itu, di dalam relung kedalaman kalbunya sendiri Dia “berayun-ayun dengan lembut dan kuat dari satu ujung ke ujung yang lain” tetapi tanpa mengganggu percikan pengalaman dan pemikiran yang sudah kokoh pada tempatnya. Tentu mungkin saja untuk membayangkan dia sedang merayakan bersama kita “terobosan”-Nya yang kedua di masa yang akan datang tatkala Kebijaksanaan mulai berbicara lagi “dengan suara-Nya sendiri.” Sebab bagi kita orang modern Dia tentu berbuat demikian pada tataran yang lain dari keagungan, kerumitan, kekuatan, kemanisan, dan 51 kehadiran-Nya dalam sebuah dunia yang cakrawalanya merentang jauh melampaui batas-batas pemikiran abad ke-18. Ada banyak cara untuk menemukan pusat, sebagaimana ilmu pengetahuan modern menunjuk pada banyak pusat atau “pelbagai daya penarik asing” dalam semesta yang semakin berkembang-meluas. Dari perspektif kita, pusat risalat Montfort, mungkin juga sebagian besar dari seluruh pandangan spiritualnya, ada dalam Bagian Dua ini, tampak paling jelas dalam karyanya yang paling asli dan kreatif. Barangkali, untuk dapat diperhitungkan di antara para “pencari harta” dalam saat yang teramat berbahagia ini, orang harus meninggalkan beberapa “harta-miliknya yang paling berharga.” Dengan kata lain, untuk benar-benar masuk ke dalam Spiritualitas Kebijaksanaan kita masing-masing ditantang untuk mengubah cara “pandang” kita dan, sebagai akibatnya, juga cara “hidup” kita. Tentu usaha ini berat! Syukurlah, risalat Montfort sangat membantu dalam memberi cara-cara melakukan transformasi agar terasa “manis” dan “berhasil.” Pelbagai Pemahaman dan Temuan Dari biografi yang tersedia bacalah kembali kehidupan Montfort antara tahun 1700 sampai 1703. (Kalau bisa, bacalah juga surat 3 sampai 11 dalam God Alone). • Keragu-raguan apa yang ditanggulangi Louis sesudah tahbisannya? • Kesulitan, penolakan, dan kegagalan apa saja yang dia alami? • Pengalaman apa saja yang dia punyai dengan perempuan dan dengan ciri feminin hidup ini? • Rasa tertarik apakah yang dia ungkapkan kepada Kebijaksanaan? Bicarakanlah dalam kelompok kecil bagaimana faktor-faktor ini mempersiapkan dia untuk mengalami dan mengungkapkan keindahan dari Kebijaksanaan sebagai sebuah jalan rohani. 52 Sangkut-pautnya dengan Kehidupan • Siapkan waktu yang cukup untuk refleksi pribadi. Bagaimana peristiwa tertentu dalam hidupmu mempersiapkan anda menghadapi pengalaman tak terduga-duga akan Allah? • Ungkapkanlah pengalaman-pengalamanmu dalam kelompk kecil. • Dalam pleno, ungkapkanlah apa yang berguna atau membantu dalam sharing kelompok anda. TOPIK B – TUJUH “PILAR” DARI “SPIRITUALITAS KEBIJAKSANAAN” Dalam Amsal 9:1 kita baca: “Hikmat telah mendirikan rumah-Nya, menegakkan ketujuh tiangnya.” Dengan memakai gambaran ini sebagai ajakan kita akan berhasil mengambil dari harta-karun-Nya “hal-hal baru dan lama.” Para pencari spiritual pada jaman kita sendiri yang kacau balau ini telah menemukan bahwa tema-tema yang kuat berikut ini menyatu secara mengagumkan dalam “Rumah Kebijaksanaan.” Semuanya diusulkan dengan lembut atau dinyatakan dengan lantang dalam Bagian Dua dari CKA Montfort. T ia ng 01. 02. Harta Karun Kebijaksanaan G ambaran-gambaran “Mencari Harta Karun” A llah baik CKA Doa kontemplasi yang mengalir maskulin maupun feminin. dari persatuan mereka. Apresiasi hidup sebagai “jaringan” Penemuan yang menyatukan semua ciptaan. m e n c ip takan Kebijaksanaan “ja rin ga n ” yang 31. 31-34. dan berdiam di dalamnya. 03. Ciptaan sebagai K ebijaksanaan “yang sedang bermain.” M engungkapkan kehadiran Kebijaksanaan dari relung terdalam kreatifitas dalam diri kita sendiri. 53 32-33, 44. 04. Kebijaksanaan sedang bekerja dalam Membuka diri kita kepada pelbagai 22, 47, tradisi agama-agama lain di dunia jalan Kebijaksanaan. 62-66. “Karya batin” – Enneagram. 29, 35. Kebijaksanaan sangat “manis dan Mengembangkan pelbagai kemam- 2 lembut” tetapi juga “perkasa dan puan komplementer kita. 52-3. ini. 05. Pelbagai rancangan Kebijaksanaan untuk keanekaragaman perubahan dalam dan kepribadian manusia. 06. lantang.” 07. 0 ff. 61, 66. Kebijaksanaan sebagai teman dan Mencicipi “manisnya” Kebijaksa- 59, 61. pembela kaum miskin. naan dalam melayani orang miskin. Bgn III. Dengan kesabaran dan kehendak baik semua tema-tema ini dapat ditemukan dalam Bagian Satu dan Dua dari CKA, sebab semua sumber dan inspirasi mereka berakar dan disiram dalam Kebijaksanaan. Beberapanya jelas merupakan objek-objek perhatian Montfort (tiang 1, 7). Yang lain berada di luar cakrawala kesadarannya, tetapi mengalir secara kesinambungan dengan pandangannya (tiang 2, 3, & 6). Banyak yang memainkan peranan aktif dalam hidupnya, mungkin tanpa diupayakannya dengan sengaja. Beberapanya menyentuh masalahmasalah yang menariknya, atau paling tidak menarik perhatiannya, walau mereka tidak bisa digali secara mendalam pada jaman dia hidup (pilar 4, 5). Pertanyaan mendasar bagi para pembaca CKA di kemudian hari ialah: Bagaimana kita dapat membaca karya itu dalam semangat Montfort? Apakah dia memutuskan untuk “membekukan” karyanya sebagai nubuat yang selesai dan tidak dapat disentuh lagi? Atau apakah dia mendorong eksplorasi penuh akan semua tema yang muncul dari “harta karun” yang ingin sekali dia sharing-kan? Apakah dia tidak menafsirkan CKA sebagai 54 cetak biru untuk karya yang akan dilakukan di abad-abad yang akan datang? Apakah dia tidak menganggap Kebijaksanaan itu sebagai tuntunan abadi untuk selamanya? Pelbagai Pemahaman dan Temuan • Periksalah “tiang-tiang” yang dibentangkan dalam tabel tadi sambil mendoakan nomor-nomor sumber yang ada pada kolom terakhir. • Sendirian atau dalam kelompok: · Buatlah sebuah tabel kecil dengan dua kolom: Kolom 1: Sudah Saya Ketahui (yaitu, sebelum membaca CKA). Kolom 2: Baru Buat Saya. · Renungkanlah masing-masing ketujuh tiang itu secara terpisah dan tulislah nomornya dalam kolom satu atau dua, tergantung mana yang cocok. • Sekarang pikirkanlah “tiang-tiang” yang benar-benar baru untukmu: ! Untuk mengilustrasikannya, berilah contoh-contoh untuk masingmasingnya dari kehidupan sehari-hari. ! Jelaskanlah bagaimana tiang itu menyampaikan sesuatu yang penting atau berguna dalam kultur tempat engkau hidup? Sangkut Pautnya Dengan Hidup • Dari ketujuh “harta karun terpendam” itu mana yang paling menarik bagimu? Mengapa? • Mana yang kiranya sulit anda terima pada saat ini? Carilah alasanalasan untuk penolakan itu. TOPIK C – POLA-POLA YANG LEBIH MENDALAM DALAM CKA Cara lain untuk memikirkan penjalinan tema-tema dalam Bagian Dua adalah dengan membayangkan semacam anyaman. Pola ini dapat dilihat 55 dengan sangat baik kalau kita memandang paragraf pertama dan terakhir masing-masing bab. Kata-kata kunci pun sepertinya merajut dan menganyam tema-tema dengan cara iluminasi gaya-Keltik. UNTAIAN “ANYAMAN” DALAM CKA – BAGIAN DUA 1. Siapa dapat menjelaskan Kebijaksanaan? 2. Betapa dalam, betapa padatnya Kebijaksanaan Allah? Siapa dapat menjelaskan ASAL-USUL Kebijaksanaan kepada kita? Orang yang menjelaskannya kepadaku akan memperoleh hidup kekal. 3. Sesudah KEABADIAN dalam keintiman relasi-Nya dengan Allah kekuatan Kebijaksanaan pertama pun memancar keluar…. Dalam kejatuhannya, Adam putus asa… Tidak ada sesuatu pun dapat memperbaiki keadaannya. 4. Kebijaksanaan sangat tersentuh oleh kemalangan Adam dan anak keturunannya. Oh Tuhan, orang-orang yang menyukakan Dikau SEDARI AWAL MULA, disembuhkan oleh Kebijaksanaan. Baiklah sekarang kami berseru: “Beribu-ribu kali berbahagialah jiwa dalam siapa Kebijaksanaan menemukan kediaman-Nya!” 5. Dia memerintah seluruh dunia dengan kemanisan dan kekuatan… Dia lembut dalam pendekatannya…. Kalau dia menyertai maka tidak ada kecemasan… Setelah (melihat) keindahan, keunggulan dan harta karun Sang Kebijaksanaan, siapa yang tidak akan mengejar-Nya dengan segala kekuatannya? Terutama karena Dia adalah HARTA KARUN YANG TAK TERBATAS yang diperuntukkan bagi umat manusia dan karena Dia sendiri mempunyai kerinduan yang tak terbatas untuk menyerahkan Diri-Nya kepada umat manusia. 6 Ada ikatan kemesraan antar umat manusia dan Kebijaksanaan yang sangat mendalam sehingga tidak dapat dipahami. Kebijaksanaan Adalah Untuk Setiap Umat Manusia dan Setiap Umat Manusia Adalah Untuk Kebijaksanaan. Kalau kita tahu apa yang dibuat HARTA KARUN TAK TERBATAS 56 dari Hikmat bagi kita umat manusia kita pun akan mendesah siang dan malam bersama Dia; kita akan terbang ke ujung-ujung dunia. 7 Tetapi bagaimana kita dapat memilih yang lain selain HARTA KARUN YANG BERLIMPAH-LIMPAH? Pelbagai Pemahaman dan Temuan 1. Pelbagai tema meretas masuk melalui teks ini seperti warna-warna yang berbeda-beda muncul berulang-ulang kali dalam sebuah kain tenunan atau anyaman pita aneka-rona. Salinan teks yang ada di halaman berikut ini dan bagian atas halaman ini. Dalam kerja pribadi atau kerja kelompok, soroti atau garis bawahi setiap “anyaman” atau tema dengan warna yang berbeda: - awal mula, keabadian, asal-muasal. (MERAH). - Bencana – perpisahan dari Kebijaksanaan (UNGU). - Tindakan dan Ciri Kebijaksanaan (KUNING atau ORANYE). · tindakan-tindakan (penyembuhan, karunia, dll). · ciri-ciri (kedekatan dengan Allah, simpati, dll). - Kebijaksanaan sebagai harta karun (HIJAU). - Tanggapan kita (carilah Kata Kerja) (BIRU). Lalu buatlah sebuah rancangan dengan memakai warna dan kata-kata ini. Sangkut-pautnya Dengan Hidup 2. Salah satu kata kunci dalam untaian anyaman itu adalah “harta karun.”51 < Dapatkah anda mengidentifikasi satu “harta karun” dalam hidupmu sendiri? Di manakah dia? < Apa simbol yang baik untuknya? Gambarkan atau lukiskan dia! 51) Kita mencatat juga bahwa kata “harta karun” digunakan lebih dari 1000 kali dalam Complete works dari Montfort (edisi Prancis). 57 < Tengoklah ke masa silam untuk menemukan di mana dan kapan dia mulai menarikmu. Bagaimana anda mendapat pemahaman (ide) pertama anda akan dia? Apa “yang menumbuhkan benih” “harta karun” itu dalam kerinduanmu. < Bagaimana kita tidak tertarik lagi akan “harta” itu? < Bagaimana dia memanggil kita lagi? Pernahkah dia muncul kembali kepadamu dalam bentuk lain? < Apa cara anda untuk menemukan harta karunmu dan bergantung padanya? 3. Dengan daya kreatif, tim formasi (atau yang lain) dapat menciptakan suatu “pencarian harta karun” yang sesungguhnya dengan memakai petunjuk yang dibuat berdasarkan ucapan bahagia atau “ucapan kebijaksanaan” yang lain. 4. Cara memulainya dapat dilakukan dengan pelbagai cara. < Cara sederhana adalah masuk kembali, kembali, dan kembali lagi ke dalam ingatanmu, ke ingatanmu yang paling awal. Apa itu? (Lukiskan secara rinci situasi lingkungannya, perasaan yang menyertainya, dll. Bagaimana awal mula yang khusus ini muncul kembali ke permukaan terus menerus dalam hidupmu? < Cara lain ialah menelusuri salah satu aspek hidup (harapan, sukacita, kemarahan, dukacita, kepercayaan, putus-asa, dll): · pengalamanmu yang terbaru akan hal-hal ini. · Beri satu atau lebih contoh-contoh semula · Salah satu yang paling awal yang bisa anda pikirkan. Lalu berilah tanggapan yang tepat (tindakan ritual kecil, surat, puisi, doa) untuk menghormati awal mula dari aspek hidup ini dalam dirimu. 5. Dalam kebudayaan di mana tarian, drama, dan lagu, masih bersifat spontan, ciptakanlah sebuah tarian menenun atau menganyam untuk merayakan anyaman-anyaman yang ditemukan di dalam teks. 58 TOPIK D – “TENUNAN” YANG BERLAWANAN DALAM CKA Di sini kita gali lebih dalam pemikiran yang sudah ada dalam Introduksi Bagian Dua. Apa yang paling menarik dalam drama timbultenggelamnya hal-hal yang jelas bertentangan dalam spiritualitas Kebijaksanaan, sebagaimana sungguh-sungguh terjadi dalam hidup kita, adalah efek harmonis dari hal memandang “keduaan” dari hal-hal yang bertentangan yang terus menerus dirajut menjadi “kesatuan.” Misalnya, pertimbangkanlah hal sbb: Beberapa pasangan hal-hal yang berlawanan yang diulang dalam Bagian Dua · Kekuatan dan kemanisan. · Kekuatan dan kerahiman. · Keagungan dan keakraban. · Ilahi tetapi berada “bagi umat mnusia.” · Transenden dan berdiam di sini. · Melampaui komunikasi tetapi berkomunikasi. · Abadi dan Menjelma.52 Marcel Gilbert, yang sudah disinggung dalam Introduksi Bagian Dua,53 mengagumi gambaran dan cita-cita yang penuh kekuatan ini yang sarat dengan ketegangan antara hal-hal yang bertentangan. Di sana dia melihat pemahaman Montfort yang mendalam akan teologi Kitab Kebijaksanaan. Bahwa Montfort menemukan misteri yang mendalam ini jauh sebelum kebangkitannya kembali dalam sorotan studi ilmiah modern dan sebelum kesadaran baru akan yang feminin merupakan suatu 52) Tentu kita dapat menambahkan pada daftar itu “maskulin dan feminin,” yang dijalin secara sangat jelas dan juga sangat lembut yang tidak dperhatikan oleh sebagian besar para komentator terdahulu. Beberapa orang yang sadar akan hal ini mencoba dengan hasil yang paling kaku untuk “menetapkan” metafor ganda menjadi metafor tunggal dari kepriaan. Apakah mereka berpikir “inkonsistensi” dalam pronoun yang dipakai Montfort disebabkan oleh kekeliruannya? 53) Lihat Volume Satu dari terjemahan ini, hal.35-36. 59 pencapaian yang mengagumkan.54 Tetapi ada beberapa kesulitan. Kesulitan pertama ialah bahwa tak seorang pun dapat menghadirkan secara penuh “drama hal-hal yang berlawanan” karena hal ini masih belum disingkapkan. Benar bahwa baik Pater Montfort, maupun penuntun spiritualnya, Pseudo-Salomo, misalnya, tidak selalu konsisten secara teologis. Hal ini mungkin karena mereka tidak dapat menyingkapkan kepada para pembaca seluruh makna diri mereka dan apa yang mereka pikirkan, mereka ketahui atau ingin mengetahui keberadaan Kebijaksanaan dan rancangan-Nya yang kreatif. Kesulitan kedua ialah bahwa banyak orang tidak dapat dengan mudah merangkum pelbagai gambaran Allah dalam kalbu mereka pada saat yang sama – khususnya bila hal-hal ini tampak kontradiktoris. Pada masa Pseudo-Salomo sendiri, rasanya komunitas Yahudi tradisional, sadar atau tidak, menyembunyikan diri mereka dari cahaya patriarkal yang sangat kuat. Mereka menghormati kesulitan-kesulitan besar yang telah dialami oleh banyak kaum beriman Yahudi khususnya dalam berhadapan dengan: # beberapa gambaran Allah yang tidak begitu dikenal dalam Kitab Suci mereka sendiri, # beberapa gambaran Allah yang mempunyai sejarah dalam dunia Yunani di luar tradisi mereka sendiri, # dan bahkan dengan pemakaian gambar ketika berbicara tentang ke-Allah-an. Demikian juga pada jaman Montfort: kiranya benar bahwa dia memikirkan konteks kebijaksanaan sebagai presentasi yang masih agak maju dari puncak-puncak dan kedalaman spiritualitasnya. Kiranya dia mengetahui bahwa tidak semua orang dapat melihatnya dengan mudah, khususnya tidak bagi rakyat pedesaan di wilayah misinya yang mempunyai sedikit sekali kemungkinan untuk membaca Alkitab. 54) Untuk survei historis, lihat Anne Baring dan Jules Cashford, The Myth of the Goddess: Evolution of an Image, Viking, 1991. Dan untuk survei psikologis, lihat E.W hitmont, The Return of the Goddess, Crossroad, 1982. 60 Demikian juga pada jaman sekarang ini: kita berjalan perlahan-lahan tetapi dengan peluang lebih besar ke wilayah ini yang memberi kita banyak cahaya dan banyak kenikmatan. Kita percaya sebagaimana halnya Pater de Montfort, bahwa Kebijaksanaan-lah yang paling baik mengetahui bagaimana menyusun kesempurnaan dari perwahyuan-diriNya. Dan bersama Dia, kita menangkap terlebih dahulu bahwa “orang yang menjelaskan kehendak-Nya akan menikmati hidup yang kekal.” Pelbagai Pemahaman dan Temuan Penting memikirkan apa yang dimaksudkan dengan “mendamaikan” hal-hal yang berlawanan. Yang dimaksudkan bukan mencampurkan “hitam” dan “putih,” misalnya, untuk menghasilkan abu-abu. Dalam proses ini “hal-hal yang berlawanan” itu tetap mempertahankan identitasnya sendiri. Tetapi “hal-hal yang berlawanan” itu bertumbuh dan menjadi lebih besar melalui relasinya dengan “yang lain.” Sebagai contoh, ketika hujan sumber-hidup turun ke bumi, maka bumi tetaplah bumi dan air tetaplah air. Mereka bukan sekadar pasangan yang bekerja sama sebab mereka saling meresapi satu sama lain. Mereka tetap sebagai dirinya sendiri, tetapi bersama-sama mereka menghasilkan buahbuah baru. Dalam arti itulah, tidak ada cahaya tanpa kegelapan dan tidak ada kegelapan tanpa cahaya. Mereka bermain bersama dan mempercantik satu sama lain. Ingatlah selalu pikiran-pikiran ini ketika anda melakukan latihan-latihan berikut. Pelbagai Pemahaman dan Temuan 1). Beri contoh praktis untuk masing-masing ketujuh pasangan hal-hal yang berlawanan yang ada dalam Topik D (dua halaman di depan). 2). Temukan pasangan hal-hal yang berlawanan yang lain dalam CKA. 3). Jika anda tahu sistem Enneagram secara keseluruhan: # Tarian berlawanan apakah yang bersitegang satu sama lain ketika nomor-nomor tertentu saling mendekati? 61 # Manakah beberapa sifat berlawanan dari poin-poin yang diperlukan oleh sebuah komunitas agar dapat berfungsi secara maksimal? Sangkut-pautnya Dengan Hidup 4). Jika anda tahu nomor Enneagram-mu, pasangan berlawanan manakah yang anda temukan dalam nomormu? TOPIK E – MAHKOTA TIARA Masih mungkin juga untuk mendeteksi pola-pola interior yang barangkali menyingkapkan sesuatu tentang sukacita Montfort akan keindahan bentuk dan struktur. Sebagai contoh, Bab Dua, Tiga, dan Empat tampaknya membentuk satu unit yang cocok dengan tema-tema dari Mahkota Tiara Perawan Maria: # Mahkota Keagungan # Mahkota Kekuatan # Mahkota Kasih-kelembutan.55 Tetapi dalam hal ini, tentu Mahkota Tiara diterapkan pada Kebijaksanaan. Ini adalah contoh terkemuka tentang banyak gambar melalui mana Maria – sebagai “gambar” yang kelihatan – berfungsi untuk mencerminkan Kebijaksanaan. 55) Mahkota Tiara terbuat dari tiga “untaian-kembang” yang jalin-menjalin, yang masing-masingnya mengandung duabelas Salam Maria. (BS 26). Doa-doa Salam Maria itu diselang-selingi dengan litani puji-pujian yang ditujukan kepada Perawan Maria. Rupanya, mereka dilandaskan pada “duabelas bintang” dalam penglihatan St. Yohanes (W hy 12:1-8). Ini adalah praksis yang sangat terkenal, yang dianjurkan oleh para orang kudus dan misionaris pada masa itu. Montfort mempelajari hal ini dalam jurnal seminarinya dan cukup menghargainya untuk mengantar versi modifikasi daripadanya (“Mahkota Kecil”) menjadi doa pagi dari para Puteri-puteri Kebijaksanaan. Dewasa ini kita menyadari bahwa hakekat “Tiga tingkat” dari Kebijaksanaan Ilahi mempunyai akarnya dalam mitologi-mitologi yang sangat kuno, dan bahwa dia dibangkitkan oleh kontemplasi akan lingkaran natural dari pembaharuan hidup itu sendiri. 62 “Ikon” dalam simbologi Yunani bukan hanya sebuah “gambar” dalam artian biasa dari kata itu. Ikon adalah representasi yang mengundang kontemplasi. Melalui kontemplasi kekuatan dan kekudusan nyata dari pribadi atau misteri yang dihadirkan memancar keluar ke arah pengamat yang tekun berdoa. Pelbagai Pemahaman dan Temuan 1). Lihatlah “Mahkota Kecil” dari Montfort Petunjuk-petunjuk apakah yang anda temukan: a. Keagungan, b. kekuatan, c. Kasih kelembutan. 2). Ucapkanlah Doa Mahkota Kecil sebagaimana adanya – atau tulislah kembali dalam kata-kata yang lebih modern, kemudian doakanlah bersama-sama. 3). Apa artinya ungkapan Maria adalah “ikon” Kebijaksanaan? a. Carilah beberapa teks “kebijaksanaan” yang diterapkan oleh liturgi Gereja kepada Maria. (Lihat Misa untuk St. Perawan Maria dalam buku Misa dan/atau dalam Ofisi untuk St. Perawan Maria). b. Bagaimana mereka merupakan Kebijaksanaan sejati? c. Seberapa jauh mereka benar tentang Maria? Sangkut-pautnya Dengan Hidup 4). Dengan cara apakah Maria merupakan “ikon” Kebijaksanaan bagi anda? Gambarkanlah dia, atau susunlah sebuah doa singkat daripadanya. 63 KOMENTAR – BAGIAN TIGA Pengantar Ketika kita mulai mempelajari Bagian Tiga dari Risalah St. Louis-Marie de Montfort, kita berdiri di pintu gerbang menuju ranah yang baru sama sekali. Kita mau meninggalkan Kitab Kebijaksanaan yang menjadi latar belakang untuk sebagian terbesar dari Bagian Dua. Setelah diperkaya oleh pemahaman-pemahaman yang kita peroleh di sana, kita lalu mengikuti ketika sang santo menyingkapkan manifestasi baru yang mengagumkan dari Kebijaksanaan Yang Menjelma. Dalam Bab Satu sampai Delapan, kita menjumpai spiral yang pertamatama sebagai pola makna. Pada pelbagai tataran luas yang berbeda, kita mencicipi kemanisan dari Kebijaksanaan dalam asal-usulnya, kodratnya, dan efeknya.56 Sekarang dalam Bab Sembilan sampai Tujuhbelas, kita akan mengetahui spiral itu lebih baik sebagai pola transformasi spiritual. Tatkala kita berbuat demikian, mudah-mudahan pelbagai pola dimensi baru akan tampak menjadi terang. Bagian ini merupakan bagian terpanjang dari Komentar kita; dalam tradisi Kebijaksanaan yang terbaik, dia mengambil dari khasanahnya halhal lama dan baru. Spiral dalam Bagian 1 dan 2 Spiral “yang diperluas” dalam Bagian 3 & 4 * perjalinan lingkaran (pengulangan ritmik) dan garis lurus (gerakan maju melalui ruang dan waktu). * Salib pada pusat pola spiral. * Spiral sebagai tarian yang mendamaikan hal-hal berlawanan. * Spiral dan salib sebagai pola transformasi. 56) Lihat Volume Satu terjemahan ini, hal. 37-39, 107-108, dan 172. Lihat juga Bagian Dua, Topik D dari Volume ini. 64 * Kebijaksanaan Abadi sebagai * Jesus, Kebijaksanaan Yang p e n d a m a i d a r i h a l - h a l Menjelma, sebagai “pendamai halberlawanan. hal berlawanan” * Spiral sebagai “harta * Spiral dan ‘misteri’ pada inti terpendam” dari Kebijaksanaan. semua ‘agama.’ Setelah “merasakan” pemahaman-pemahaman fundamental ini dalam teori, kita ambil waktu untuk mencicipi dampaknya dalam praktek dengan: • menemukan kehadiran mereka dalam “Mazhab Prancis” dari Kardinal de Bérulle yang sangat mempengaruhi Montfort secara mendalam. • Menggali ‘tarian dari hal-hal berlawanan’ dalam evolusi rohani Montfort sendiri. • Menggali ‘harta terpendam’ dalam ‘Nubuat-nubuat Yesus’ (Bab 12) dalam terang ‘misteri,’ ‘spiral,’ dan ‘Salib.’ • Mengkonfrontir ‘salib’ itu sendiri dalam pengalaman Yesus, Kebijaksanaan Yang Tersalib, dan menemukan bagaimana polapola tersembunyi dari tradisi kebijaksanaan membangun ‘jembatan’ menuju pengetahuan dan kebutuhan-kebutuhan dari pencari spiritual dewasa ini. TOPIK A – SPIRAL DAN SALIB DALAM BAGIAN TIGA Pada tataran personal yang paling dalam spiral itu adalah pola DNA dengan mana kita masing-masing dibentuk sebagai manusia unik.57 Dalam skema penciptaan kosmik yang luas dia adalah pola mendasar 57) Lihat Jill Purce, The Mystic Spiral: Journey of the Soul, Thames and Hudson, New York, 1974, cetak ulang tahun 1985, pp.13,24-28. 65 dengan mana galaksi kita bergerak melewati waktu dan ruang.58 Arti pentingnya dalam dunia jasmani tidak dapat ditekankan secara berlebihan; fungsinya dalam perjalanan rohani juga tidak dapat diremehkan. Sebab pada level roh kita manusia ini terus menerus di ditarik ke dua arah. Secara serentak kita rindu akan Allah sebagai awal mula nostalgia keberadaan kita (penciptaan) dan sebagai tujuan kerinduan kita yang paling bergairah (persatuan mistik). Dia adalah poros spiral itu yang menghubungkan keduanya, sebab “dalam tujuanakhir kita terletak awal-mula kita dan dalam awal mula kita terletak tujuan-akhir kita.”59 Dari posisi-Nya di pusat kasat mata pola spiral, Kebijaksanaan ilahi terus melaksanakan peranan-Nya sebagai pencipta dunia. Dalam Yesus, Kebijaksanaan yang Menjelma, Dia melaksanakan peranan yang lebih kompleks sebagai orang yang mengubah dunia (world-transformer). Dengan mengatasi hukum-hukum pembusukan, pembagian, dan penyusutan, Kebijaksanaan Yang Menjelma menyampaikan melalui misteri-misteri-Nya persediaan tenaga yang tiada habis-habisnya, dan sebuah gudang penampungan yang tak terbatas dari kemungkinankemungkinan baru. “Dari akhir hingga akhir memerintah segala sesuatu dengan kuat-kuasa dan dengan lembut,” Dia terus menerus merangkaikembali rancangan agung-Nya dengan memerintahkan “batas-batas terluar” untuk memperluas cakupan mereka pada setiap pembalikan suksesif dari spiral yang senantiasa berkembang. Tetapi tidak sesuatu pun dari hal-hal ini terjadi tanpa penderitaan; spiral itu tidak mungkin tanpa Salib. Dalam Bagian Tiga kita menjumpai untuk pertama kalinya Salib sebagai sebuah struktur tersembunyi dalam interior spiral itu. Untuk melihat bagaimana kehadiran konstruktif ini terjadi secara simbolis, pertama pertimbangkan pola salib itu dalam bentuknya yang paling sederhana, sebagai sosok simetris yang dipahat dalam sebuah lingkaran 58) Ibid., pp.13-14. T.S.Eliot, “Four Quarter,” Collected Poems 1909-1935, Harcourt Brace & Company, New York 1936. 59) 66 yang menggambarkan “peta penciptaan.” Di sana salib dapat divisualisasi sebagai roda yang mengikat-satukan empat arah berlawanan.60 Tetapi dalam pola spiral, Salib “meloncat” ke tataran lain. Dia menjadi sarana transformasi Kebijaksanaan. Melalui dia tuntunan evolusioner Kebijaksanaan diisi kembali dengan energi baru, mendapatkan momentum, dan memperlihatkan daya kemampuan adaptasi mengagumkan.61 Sebagaimana halnya sosokgambar lingkaran mengatasi gejala kehabisantenaga yang tak terhindarkan dalam suatu gariswaktu lurus, historis, berakhir terbuka, demikian juga spiral dengan kapasitasnya yang mengagumkan ke arah perluasan mengatasi “pembalikan abadi” lingkaran. Salib Kelt 60) Lingkaran itu sendiri mendukung ide tentang titik kasat mata ke arah mana semua hal yang bertentangan harus berkonvergensi. Salib menggambarkan arah-arah berlawanan. Maka, bagi orang-orang Keltik Matahari dan Salib merupakan simbolsimbol primer dari rancangan kosmik. Bdk., Jacob Streit, The Sun and the Cross: The Development from megalithic culture to early Christianity in Ireland, Floris Books, Edinburgh, 1984. Dalam sebuah model tiga-dimensional (seperti halnya planet Bumi), arah-arah kompas dapat dibentuk sebagai dua garis berlawanan yang tidak akan pernah bertemu lagi dengan sisi ini dari “yang tak terbatas,” yaitu, pada sisi sang pengamat bidang itu. Sama pentingnya adalah fakta bahwa mereka tidak bertemu pada sisi yang gelap – yaitu, sisi yang tidak dilihat si pengamat. 61) Spiral-spiral banyak menghiasi salib-salib Keltik Kristen semula, sebagaimana mereka membuat “lintasan pekuburan (bawah tanah)” Irlandia Neolithicum. Kita juga menjumpai mereka menghiasi huruf besar “T” (yang menggantikan Salib dan Pohon Kehidupan) di dalam Kitab Kells. Lihat Joseph Campbell, The Masks of God: Occidental Mythology, Penguin, 1982, pp. 468-469. 67 Bahkan secara geometris, tidak bisa ada satu spiral tanpa Salib. Untuk membentuk sebuah spiral, pada setiap putaran baru orang mengukur dua radius pada sudut kanan pada satu sama lain, yang kedua lebih panjang dari yang pertama; dengan kata lain, orang mendefinisikan dimensi-dimensi sebuah salib asimetris.62 Ketika mempersiapkan catatan-catatan ini, saya berbahagia mengalami suatu hal kebetulan yang menyenangkan, yaitu menemukan larik-larik berikut ini:63 “Whirpool Galaxy” adalah sebuah roda doa yang memperpanjang kerinduan-kerinduan kita sampai ke jurang-ngarai kelam, sebuah bahtera yang berlayar menuju kosmos yang mungkin tidak terbatas dengan setiap makhluk ciptaan berdua-dua, yang dilahirkan dalam kecemerlangan berkobar-kobar, dan terarah menuju ke arah yang tidak diketahui. Kalau Montfort hidup dalam kurun waktu yang lain, rohnya yang senantiasa menyelidik itu kiranya bersukaria bersama kita karena pandangan akan kemanusiaan ini yang sedang dalam perjalanan, yang dilingkupi oleh ‘sosok-Kebijaksanaan’ dinamik yang menuntun kita dengan lembut dan aman, ‘berdua-dua,’ tatkala kita menempuh perjalanan kita melewati kedalaman ruang dan waktu. Kita membuat perjalanan itu terkait bersama dan terkait pada Kebijaksanaan itu 62) Para mistikus-geometris mazhab Pythagorean (6 abad SM ), yang sendiri merupakan pewaris Mazhab Mesir yang lebih kuno lagi, menyelidiki properti-properti spiral dan menemukan di dalam mereka simbol-simbol penting dari proses kosmik. 63) Pakar itu berasal dari kolom Chat Raymo’s dalam bagian ilmu pengetahuan Boston Globe. Topik yang dia bicarakan adalah Whirpool Galaxy yang adalah nebula spiral pertama yang ditemukan. Pelukisan imajinatif Raymo akan penemuan astronomis ini tampaknya memverifikasi relevansi dari simbolisme purba ini untuk kita dewasa ini. 68 sendiri dengan pola Salib, “pendamai hal-hal berlawanan.”64 Dengan menemukan dua pola simbolik Salib dan Spiral dalam CKA dan sumber-sumbernya akan diberi pahala setinggi-tingginya. Tentu hal ini akan mengubah cara kita memahami sebuah teks.65 Terlebih lagi, dia menjauhkan kita dari tugas yang jauh lebih membosankan lagi, yaitu memisahkan hal-hal pokok dari ajaran Montfort dari unsur-unsur “yang terikat waktu.” Kita akan menemukan bahwa begitu kita sudah memahami landasan universal dari mana risalah ini menimba ilhamnya, aspek-aspeknya terikat pada kultur kuno dan “rintangan-rintangan” teologis terkait akan jatuh dengan gampang dan tenang. Pelbagai Pemahaman dan Penemuan • Dari Paulus dan teks-teks lain dari Perjanjian Baru kita akrab dengan Salib sebagai alat rekonsiliasi. Secara pribadi, atau dalam kelompok kecil, carilah pasangan-pasangan hal berlawanan yang didamaikan oleh salib tadi. • Tanpa “melihat” ke unit berikut, dapatkah anda mengusulkan beberapa pasang hal-hal berlawanan yang sudah dijumpai dalam 64) Teilhard de Chardin memakai dengan cara yang serupa akan metafor-metafor ini sebagai model-model proses kosmik. Dia mengusulkan dua matra pertumbuhan untuk melengkapi rekonsiliasi aspek-aspek “dalam” dan “luaran” dari evolusi. Matra-matra salib abstrak di dalam spiral mirip dengan daya-daya “tangential” dan “radial” dari Teilhard. Lihat The Phenomenology of Man, Harper and Row, New York, 1959, p. 64. 65) Untuk mendukung ramalan ini kita cukup hanya melihat bagaimana pandangan ‘sebelum melawan sesudah’ mempengaruhi terjemahan-terjemahan Inggris terdahulu dari CKA, seperti yang diterbitkan dalam God Alone. Kalau apa yang terjadi sesudahnya menolak (atau menyebabkan “daluwarsa”) semua yang terjadi sebelumnya, maka dalam kilas balik orang bebas untuk merombak semua teks yang mengacu pada Kebijaksanaan Feminin sehingga mereka dapat sesuai dengan gender maskulin Yesus yang sangat jelas. Salah satu masalah (di antara masalah lainnya) adalah masalah ilmiah. M asa kini yang menolak masa silamnya, terpotong dari akarakarnya sendiri. Dia hanya membuang-buang energi saja. 69 Tuan Puteri Kebijaksanaan yang anda harapkan juga temukan dalam Kristus-Kebijaksanaan? Sangkut-pautnya Dengan Hidup Renungkanlah Salib-salib kehidupanmu sendiri sampai saat ini. Bagaimanakah mereka mengubah anda (yaitu mengangkat anda ke atas menuju dimensi baru kehidupan dan rahmat). Pada kertas A4 atau lebih besar, gambarlah sebuah spiral sederhana, mulai dengan lebih kecil pada bagian bawah dan semakin besar setiap putarannya sampai dia menjadi sangat besar pada bagian atas. Pikirkanlah judul-judul singkat yang deskriptif (tanpa merinci) tentang Salib-salib transformasi dalam kehidupanmu sendiri dan selipkan sebagai label pada setiap putaran spiral itu. TOPIK B – KEBIJAKSANAAN YANG MENJELMA Dalam Bagian Dua dari Komentar ini kita menyelidiki pelbagai pasangan dari hal-hal berlawanan yang khas ditemukan dalam Kebijaksanaan “sebelum Dia menjelma.”66 Di sana kita menarik perhatian pada pasangan-pasangan berikut ini: 66) Kekuatan dan kelembutan Kekuatan dan kerahiman Keagungan dan keakraban Ilahi tetapi berada bagi umat manusia Transenden dan berdiam di sini Melampaui komunikasi tetapi berkomunikasi. Abadi dan Menjelma. Lihat hal. 51 Volume ini. 70 Masih ada pasangan lain yang mengisyaratkan suatu kedalaman dan kemungkinan baru tatkala kita mendekati manifestasi Kebijaksanaan yang Menjelma. Ini adalah sang Feminin ilahi dan sang Maskulin ilahi yang secara ajaib terpadukan dalam kemanusiaan Yesus.67 Walaupun Pater de Montfort tidak pernah menarik perhatian kita secara eksplisit kepada pasangan ini, tentu hal ini pantas kita perhatikan. Kebudayaan tempat kita hidup umumnya menghindari masalahmasalah yang terkait-gender dalam wasana formal dan buku-buku serius. Hal yang makin mencolok ialah bahasa spesifik dan metafor yang digunakan Louis-Marie dalam seluruh risalat itu. Dengan kekaguman dan kadang sukacita, pembaca memperhatikan bagaimana dia mengubah-ubah gender, kadang-kadang lebih dari satu kali dalam kalimat yang sama!68 Dalam namanya sendiri kita dapat menemukan sebuah kebetulan yang menyenangkan: “Louis”, maskulin, dan “Marie,” feminin. Mungkin benar kalau dikatakan bahwa Louis-Marie sendiri lebih sadar daripada apa yang dapat diakui oleh para komentatornya akan “berpasangannya” yang maskulin dan feminin dalam Kebijaksanaan. Kita mengikuti kesenangan Montfort dalam mengutip pandangan Henry Suso tentang Kebijaksanaan dalam mana pelbagai bentuk “pertentangan” saling mengganti satu sama lain: 67) Dewasa ini sulitlah mendefinisikan polaritas-polaritas ini. Untuk tujuan-tujuan kita di sini, cukup untuk mengandaikan bahwa masing-masing orang yang mencintai “Hikmat” mempunyai pengalamannya sendiri tentang sifat-sifat terkait dengan-gender yang dibangkitkan melalui simbol-simbol arketipal yang berbicara kepada kita masingmasing berdasarkan sejarah dan kultur pribadi kita. 68) Lihat misalnya, perubahan-perubahan gender dalam CKA 107,124, dan 126. Rene Laurentin telah mengomentari sifat yang membingungkan dari ketidak-stabilan gender bahkan dalam bahasa Perancis! Lihat Deiu Seul est ma Tendresse, OEIL, Paris, 1984, p.176. 71 Apa yang paling mengherankan Henry ialah bahwa kadangkadang dia tampak sebagai gadis muda yang merupakan mujizat dari surga dan bumi dalam kecantikan dan kadangkadang dia itu seperti pemuda yang dilihatnya, yang wajahnya berkilauan dengan segala keagungan Ciptaan…69 Penting dicatat bahwa inilah satu-satunya tempat di dalam tulisantulisannya di mana kita diberi sebuah citra visual Kebijaksanaan arketipal. Yang sama pentingnya ialah fakta bahwa potret ini diselipkan dalam Bab Sebelas yang berbicara tentang kemanisan Kebijaksanaan Yang Menjelma, Yesus Kristus. Tentu pertentangan-pertentangan gender, yang diakui psikologi modern sebagai hal yang esensial bagi struktur kepribadian manusia, harus hidup juga dalam jiwa-psike Yesus-Kebijaksanaan. Mereka adalah simbol yang berubah-ubah atau, diungkapkan secara lain, gambaran dan energi dengan mana kepenuhan dari kesempurnaan ilahi diungkapkan di dunia kita. Inilah sebabnya mengapa proklamasi yang paling mengejutkan dalam seluruh Bagian Tiga adalah ini: Yesus adalah Kebijaksanaan Yang Menjelma! Adalah benar bahwa bagian pertama dari CKA telah mempersiapkan kita dengan cermat bagi perwahyuan yang sekarang ini akan kita dengar. Tetapi, loncatan besar dari keagungan kosmik Kebijaksanaan sebagaimana dilukiskan Salomo tentang Dia dalam Kitab Suci Ibrani menuju kehadiran yang dina dari Kebijaksanaan dalam Yesus, sebagai manusia biasa, muncul sebagai sebuah kejutan yang menarik perhatian. Bagian Dua dari CKA telah membuat kita akrab dengan Kebijaksanaan dan dengan itu membuat kita mampu berhubungan dengan Yesus, tetapi sesungguhnya, dia tidak membuat dampak perwahyuan itu kurang berdaya-tenaga. 69) CKA, 132. 72 Dalam Bagian II kita sungguh menghargai Yesus sebagai Kebijaksanaan yang akhirnya kita ketahui dalam Delapan Bab pertama CKA, khususnya ketika kita melihat Dia: - menghampakan Diri dari keagungan-keagungan ilahi.70 - menjalin persahabatan dengan semua orang • dari sampah masyarakat hingga ke orang-orang Farisi yang mulia dan • dari para bangsa dan para pemungut pajak hingga ke puteri-puteri Israel. - Melimpahkan berkat melimpah-ruah dan memberi jalan masuk menuju sifat-sifat ilahi melalui misteri-misteri penyerahan Diri-Nya sendiri. Justru sebagai Kebijaksanaanlah, Yesus merupakan cahaya yang “menerangi setiap orang yang datang ke dunia ini.” Cahaya Dialah yang menyalakan kerinduan untuk ikut ambil bagian dalam misteri pendamaian yang merupakan puncak dari “tarian hal-hal berlawanan.” Dalam Bab 9-14, Montfort memperlihatkan kesadaran dia yang penuh akan semua yang dirayakan tarian itu: • Martabat Yesus yang diperlawankan dengan kerendahanNya. • Warisan ilahi Yesus yang diperlawankan dengan kemiskinanNya dan sikap-Nya yang memperjuangkan orang miskin. • Kekuatan dahsyat Yesus yang diperlawankan dengan penampilan manusia-Nya yang lemah lembut. 70) Fil 2:5-6-8: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”. 73 • • • Penderitaan Yesus yang diperlawankan dengan “sukacita yang dibentangkan di hadapan-Nya.” “kebodohan Salib” Yesus yang diperlawankan dengan “kebijaksanaan dunia ini” tempat Dia hidup. Rancangan mulia dan yang memberi-hidup yang muncul dari peristiwa-peristiwa yang jelas acak dalam kelahiran, hidup, penderitaan, dan kematian, dan kebangkitan Yesus-Sophia. Pembaca akan mengakui bahwa banyak dari kontras di atas tadi sudah diselidiki sehubungan dengan Kebijaksanaan tatkala Dia ditampilkan dalam Kitab Suci Ibrani. Di sini dalam Bagian Tiga kita menyelidiki mereka dalam Yesus-Kebijaksanaan Yang Menjelma di mana maknanya yang mendasar tetap sama, tetapi “cita-rasanya” berbeda. Pelbagai Pemahaman dan Temuan Tugas berikut bisa dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil atau dikerjakan sendiri: • Pilihlah beberapa dari “hal-hal berlawanan” dalam Yesus, Kebijaksanaan Yang Menjelma, yang menarik anda. • Dengan hanya memakai Injil Markus, carilah beberapa contoh dari ciri-ciri ini dalam Yesus. • Buatlah sebuah Litani singkat untuk memuji dan bersyukur kepada Yesus atas sifat-sifat yang telah anda pikirkan. • Doakanlah Litani itu dua kali: satu kali sambil memikirkan Yesus dan satu kali lagi sambil memikirkan Tuan Puteri Kebijaksanaan. Sangkut Pautnya Dengan Hidup • Pasangan berlawanan manakah yang anda rasakan bertarung satu sama lain dalam watak dan temperamen anda sendiri? Buatlah gambar untuk melukiskan hal-hal ini. 74 • Ada sebuah ilustrasi manis tentang tarian dari hal-hal berlawanan dalam injil-injil non-kanonik.71 Temanya ialah kemuridan. Bayangkan sang Guru (Yesus-Hikmat) sedang berdiri di tengah lingkaran para murid yang sedang menari. Sang Guru menyanyikan pesannya dalam bentuk “teka-teki” dan para murid menjawab dengan menyanyikan Amin! Di sini diberikan beberapa contoh: • Aku akan diselamatkan dan aku akan selamat. Amin. • Aku akan dibebaskan dan aku akan bebas. Amin. • Aku akan dilukai dan aku akan luka. Amin. • Aku akan dilahirkan dan aku akan lahir. Amin. • Aku akan makan dan aku akan dimakan. Amin. • Aku akan mendengar, dan aku akan didengarkan. Amin. • Aku akan diketahui – Aku adalah dia yang tak dapat diketahui. Amin. • Aku akan dibasuh dan aku akan membasuh. Amin. • Rahmat mengitari. Aku akan meniup seruling. Kamu semua akan menari melingkar. Amin. a. Dari pengamatan dan pengalaman anda sendiri dalam karya misi, katakan bagaimana hal-hal berlawanan ini terkait dengan seorang murid yang belajar di kaki sang guru dan sesudah itu “diutus.” b. Jika kamu punya band musik atau pemimpin paduan suara berbakat, gubahlah teka-teki ini menjadi musik dan nyanyikanlah. Bahkan menarilah juga “melingkar” kalau kamu bisa. 71) Lihat Max Pulver, “Jesus’ Round-Dance and Crucifixion according to the Acts of St. John” dalam The Mysteries, ed. Joseph Campbell, Bollingen Series, XXX, Princeton University Press, pp. 179ff. Sebagai yang paling tua dari “Kisah-kisah” apokrif, Acts of St. John disusun pada abad kedua menurut gaya injil Yohanes. Sebuah contoh modern adalah lagu-rakyat yang penuh ilham ‘The Lord of the Dance”… .. dengan koornya yang semarak-mulia, “Dance, dance, whereever you maybe!” 75 (Misalnya anda bisa pikirkan lagu sbb: “For Everything, Turn, Turn, Turn,” oleh Petrus, Paulus, dan Maria atau lagu “All Things Have Their Time” oleh John Kavanagh dari St. Louis Jesuits). TOPIK C: “MISTERI” PADA INTI SEMUA AGAMA Penekanan pada “kesempurnaan,” atau “keseluruhan,” sebagai perkawinan misterius dari hal-hal berlawanan, adalah suatu ungkapan rohani yang lebih tua dari injil-injil, bahkan lebih tua daripada para leluhur mereka dari tradisi dewi Timur Tengah. Sudah sejak Jaman Neoliticum dan Anatolia (Turki Modern), perjumpaan dengan kekuatan-kekuatan penciptaan, dalam perimbangan dengan kekuatan-kekuatan-kontra dari perubahan dan peleburan, senantiasa didekati di bawah perlindungan citra-ilahi yang feminin. Dia yang adalah “rahim segala sesuatu” dan pemberi hidup, juga merupakan “kubur segala sesuatu” dan “pendaur ulang” kehidupan. Sebagai nyonya dari empat elemen, Dia mengalahkan substansi kematian, dan dalam menyelami isinya, Dia melahirkan bentuk-bentuk baru.72 Dia juga memastikan bahwa sesuatu yang mati pasti akan dilahirkan kembali, sehingga bahkan “sehelai rambut dari kepala seseorang pun” akan luput dari perhatiannya apalagi sampai dilupakan atau hilang sama sekali. Bagi para leluhur kita yang pra-Kristen, kemunculan dewa yang memainkan drama ungkapan ilahi pada panggung dunia adalah sebuah “misteri” yang mengubah lingkaran repetitif-purba menjadi spiral 72) “Empat elemen” klasik, yang sesungguhnya ditemukan dalam semua tradisi dunia, dapat disamakan dengan empat metode pendauran-ulang orang mati: penguburan dalam bumi; pelarutan dalam air (penguburan di laut atau dalam sungai); pembaharuan oleh api; menggantung jenazah-jenazah pada pohon-pohon – dibiarkan di udara (burung-burung pemakan bangkai). Kembali ke unsur-unsur itu divisualisasi sebagai gerak masuk-kembali ke dalam “rahim segala sesuatu.” 76 transformasi. Akar dari kata itu sendiri – mystis – menunjukkan suatu “rahasia” yang tiada terkatakan. Ini disebabkan karena: • dia berlawanan dengan semua kategori yang diketahui oleh bahasa rasional. • dan dia perlu “bertumbuh di dalam rahim” relung-relung kedalaman tataran pra-sadar jiwa sebelum lahir dalam cahaya percakapan biasa. Karena dia “mendobrak masuk” ke dalam kesadaran dengan sifatsifat dan energi ilahi yang sebelumnya tidak diketahui atau dialami, misteri itu pun menyingkapkan “rahasia” kodrat Allah dalam bentuk kejasmanian. Ini adalah sebuah proses penyingkapan dengan daya kekuatan transformatif, tentu sebuah dimensi baru dalam rancangan spiral itu sendiri. Apa yang ditambahkan adalah “inti” atau “tangkai pusat” yang menghubungkan awal dengan akhir dan membiarkan perluasan dan kontraksi dalam kedua arah itu. Baik dalam kultur Kristen maupun nonKristen, ini adalah poros bumi (axis mundi), “pusat dunia yang dalam proses pembalikan” atau “pohon dunia.” Dalam tradisi Biblis ini adalah tunggul “Pohon Kehidupan.” Di sekeliling lingkaran pusat hiduplah cabang-cabang, dan pola integral dari keseluruhan, juga dari setiap tataran baru, adalah sebuah salib-dalam-lingkaran. Secara tradisional “Pohon Kehidupan” selalu merupakan “simbol Kebijaksanaan” dan dia adalah sebuah simbol yang paling cocok sebab dia menunjukkan: • evolusi baik dalam kompleksitas maupun ukuran • pertumbuhan penjelmaan Kebijaksanaan dalam pertukaran suci antara surga dan bumi. Yang kemudian ini mudah dilihat dalam pertumbuhan ekspansif ke atas dari cabang-cabang yang menggapai langit juga dalam aktifitas pemeliharaan dari akar-akar yang meretas jalan mereka melalui 77 kekelaman dalam tanah. Apa yang tidak mudah terlihat ialah logika internal dari pertumbuhannya. Nomor seri ini (di mana nomor paling akhir selalu sama dengan jumlah dari dua jumlah terdahulu dalam rangkaian) disebut Fibonacci Series. Ini adalah pola pertumbuhan yang ditemukan sangat melimpah dalam alam (misalnya, dalam kerang laut naulitus). Bagi para filsufgeometris yang mempelajari spiral, ini adalah pola yang suci karena dia menandakan kemampuan alam semesta untuk memasukkan dan “mendamaikan” semua yang berangkat duluan secara “berdua-dua.” Setiap putaran baru dari spiral itu bertumbuh secara organis dari apa yang pergi duluan. Semua dipadukan dalam tataran baru, tetapi tidak satupun dihapus atau dilenyapkan. Dalam kaitan ini pentinglah untuk dicatat bahwa rekonsiliasi bukanlah sebuah kompromi yang membiarkan hal-hal berlawanan berada bersama-sama seakan-akan masing-masingnya memberi yang lain “kesempatan yang sama” untuk mengungkapkan diri dalam kepribadian. Agaknya, peristiwa pendamaian menghasilkan penciptaan suatu yang baru yang lebih dinamik daripada salah satu elemen yang diikat-satukannya. Laksana dua kembang bakung yang mengapung berdampingan pada permukaan kolam, hal-hal berlawanan tidak hanya mengalami penyusunan yang menyenangkan yang membiarkan mereka bergerak lemah-gemulai di sekeliling satu sama lain. Realitasnya ialah bahwa mereka terlihat sedang bergerak bersama pada permukaan karena mereka terpadu bersama-sama selama-lamanya dalam sistem akar oleh semacam tali pusat bersama. Bersama-sama mereka minum dari sumber yang terkubur dalam relung kedalaman kolam yang, sebenarnya, merupakan inti dari ekosistem yang kelam dan mendidih dari mana daya kekuatan hidup memancar. Maka, hal-hal berlawanan tidak hanya 78 disatukan; mereka dileburkan menjadi satu kesatuan yang mula-mula membingungkan (con-fuses) budi yang sadar (permukaan).73 Dalam pertumbuhan psikologis dan rohani, kita mengalami pelbagai padanan dari daya-daya kosmik yang dapat dilihat ilmu pengetahuan. Hal-hal ini memperlihatkan diri mereka kepada kita sebagai energienergi yang “saling berperang” dalam diri kita, dan mereka menuntut pemecahan dengan cara diterima dalam kesadaran yang insaf. Beberapa dari hal ini meliputi: • upaya kreatif dan penyerahan yang taat • mengetahui dan tidak mengetahui • maskulin dan feminin • peleburan dan individuasi • “memakan dan dimakan” • menderita dan kemenangan di atas penderitaan. Maka tidak mengherankan kalau kita menemukan bahwa “Pohon Kehidupan” sudah sejak sangat dini dikaitkan dengan salib dari Kebijaksanaan Tersalib. Dalam “mazhab” Kebijaksanaan, sebagaimana dialami oleh banyak orang Kristiani pertama, kehadiran rahmat ilahi pada inti Misteri Paskah adalah daya hidup baru yang membawa kemungkinan rekonsiliasi yang lebih kuat ke dalam kisah masingmasing pribadi tetapi juga ke dalam “kisah umat manusia.” Tatkala mereka menjumpai hal-hal berlawanan dalam “misteri” itu, “para leluhur kita dalam Kristus” akhirnya “melihat” apa yang tidak dapat mereka ketahui hanya dengan logika juga tidak dengan akal budi saja secara sistematik. Mereka merasa bahwa mereka telah masuk ke 73) Lalu dalam proses perkembangan mereka menuju kematangan, ciri yang terpisahpisah cenderung muncul dan hilang secara spontan sebelum budi berkesempatan untuk mengenal mereka sebagai terpisah. Ini disebabkan karena mereka itu termasuk dalam kategori ada (being) yang mendahului budi (mind). Pada saat yang sama, hal-hal berlawanan menuntut sebagai prasyarat eksistensi mereka persetujuan budi yang memilah-milah untuk memberi mereka nama-nama yang jelas dan memisahkan mereka dalam kategori-kategori yang khas. 79 dalam suatu wilayah yang jauh melampaui kemampuan mereka yang biasa. Akhirnya mereka berhadapan langsung dengan “Apa yang tidak pernah dilihat mata dan tidak pernah didengar telinga; apa yang tidak dapat divisualisasikan oleh budi manusia.” Mereka mengalami, mereka tidak tahu bagaimana, “semua yang telah Allah persiapkan bagi orang-orang yang mencintai-Nya.”74 Pengalaman kita akan “misteri” berhubungan dengan pengalaman mereka ketika kita sadar bahwa: • pandangan kita mulai semakin banyak terwujud (yaitu, “cakrawala” kita pun diperluas) • partisipasi kita dalam jaringan ada menjadi lebih luas dan lebih terlibat • intuisi kita berfungsi secara lebih hebat sejalan dengan simfoni universal • lambat laun kita disadarkan akan identitas kita dalam keseluruhan Kristus Kosmik. Sesungguhnya, inilah maksud dari “persekutuan para kudus” dan “Tubuh Kristus.” Secara perlahan-lahan kita melampaui batas-batas budi manusiawi kita yang biasa dan mendekati tataran budi Allah sendiri: Sebab siapakah yang pernah mengetahui? Siapakah yang menjadi penasihatNya? Tetapi kita adalah orang-orang yang memiliki budi Kristus.75 74) 1Kor 2:9. Lihat juga The Gospel of Thomas, logion 17: “Aku akan memberi kamu apa yang belum pernah dilihat mata dan apa yang belum pernah didengar telinga, dan belum disentuh tangan, dan apa yang belum masuk ke dalam hati manusia.” 75) 1Kor 2:16. Untuk landasannya dalam sastra Kebijaksanaan lihat Ayub 15:8; 21:22. 80 Pelbagai Pemahaman dan Temuan Renungkanlah sukacita dan dukacita sebagai unsur-unsur pertumbuhan dalam hidup anda. Dapatkah anda memberi contoh “tarian” mereka bersama? Bagaimana yang satu “menyuapi” yang lain? Bagaimana mereka “mengandung” satu sama lain tetapi toh terlepas dari satu sama lain? Sharingkan temuan-temuan anda dengan seorang teman atau dalam kelompok. Sangkut-Pautnya Dengan Hidup Spiral dapat dibayangkan sebagai “lorong” kehidupan pencari Kebijaksanaan Ilahi. Bagaimana Kebijaksanaan telah membentuk anda melalui pengalaman-hidup? Apa yang harus anda lakukan agar transformasi itu dapat terjadi? TOPIK D - “MISTERI” KRISTIANI DALAM MAZHAB KARDINAL DE BÉRULLE Di St. Sulpice Montfort dididik dalam mazhab spiritualitas yang orientasinya tampak sangat dekat dengan orientasi para murid pertama Yesus-Kebijaksanaan. Mazhab yang dimaksud ialah mazhab Kardinal de Bérulle dan para pengikutnya, yang kemudian dikenal sebagai “Mazhab Prancis.”76 Walaupun dalam tulisan-tulisan mereka, para pembaharu dan visioner agung ini hanya menyebut Kebijaksanaan secara sekilas, toh seluruh orientasi mereka berada dalam arah “misteri” sebagaimana kita mengetahuinya sekarang. Karena Montfort itu sangat original dalam beberapa hal, toh dalam beberapa hal lain dia memperlihatkan diri sebagai cabang pohon agung 76) Henri Bremond menciptakan sebuah epitet dalam karya komprehensifnya tentang seluruh kurun itu: A Literary H istory of Religious Thought in France, vol.3, The Triumph of Mysticism, trans. KL Montgomery, London, SPCK, 1936. 81 spiritualitas Prancis. Sebagaimana akan kita lihat, banyak dari ide-ide spesifik dan cara-cara pengungkapan yang digunakan Montfort dalam CKA berasal dari tradisi Mazhab Prancis. Oleh karena itu, akan sangat berguna bagi kita untuk mengakrabi kerangka pikiran “para leluhur yang lebih baru” ini. Mereka mempunyai banyak hal untuk disampaikan kepada kita tentang aspekaspek tertentu dari tradisi Kebijaksanaan dan latar belakang dari beberapa konsep dalam CKA. Dari sudut pandang yang lebih praktis, mungkin mereka dapat mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus menghadapi tantangan-tantangan dari masa depan yang tidak diketahui dengan kekuatan penuh dan kejujuran yang telah mereka perlihatkan dalam menghadapi masalah-masalah pada jaman mereka.77 1. “Pilar-pilar” Mazhab Prancis Sebagian besar sejarawan sependapat bahwa pada inti Mazhab Prancis ini berdirilah Bérulle, laksana tunggul kokoh yang menopang pohon yang rimbun. Para muridnya saat itu dalam perkembangan dan penerapan aplikatif “ajaran” rohaninya ialah Charles de Condren, yang menggantikan dia dalam memimpin Oratorium,78 dan Jean-Jacques 77) Orang yang berbicara bahasa Inggris mempunyai sedikit kesempatan untuk mengetahui pengaruh Mazhab Perancis. Bahkan di perpustakaan Sekolah Teologi Harvard, misalnya, karya-karya Bremond dipindahkan ke (kelompok) “koleksi tua.” Acuan yang paling gampang tersedia dalam bahasa Inggris adalah volume buku The Classics of Western Spirituality: Bérulle and The French School, ed.W illiam Thompson, Paulist Press, Mahwah, New Jersey, 1992. Tetapi sastra Perancis tentang Monfort dan pokok-pokok terkait, cenderung untuk menerima begitu saja latar belakang ini. 78) Oratorian adalah upaya pelopor untuk menyediakan pendidikan bermutu bagi para calon iman “diosesan” atau “sekulir”, yaitu, para calon yang tidak berencana untuk masuk ke dalam Ordo religius. 82 Olier, yang mendirikan Seminari St. Sulpice di Paris dua generasi sebelum Montfort tiba di sana. Sebagaimana dicatat dengan penuh sesal oleh sejarawan HenriDaniel-Rops dan yang lainnya, Gereja merasa tidak cocok mengkanonisasikan salah satu dari tiga orang ini yang mempunyai pengaruh besar.79 Tetapi paling tidak ada 27 orang kudus yang dikanonisasikan dari abad ketujuhbelas dan awal abad kedelapan belas; dengan satu dan lain cara mereka mempunyai kaitan langsung dengan ketiga orang tadi, terutama kepada Bérulle sebagai inspirasi dasar. Beberapa dari nama-nama dalam daftar para santo-santa ini terdengar akrab bagi sebagian besar orang Katolik. Mereka adalah St. Fransiskus dari Sales,80 St. Vincentius à Paulo, St. Yohanes Pembaptis de la Salle, dan St. Yohanes Eudes. Semuanya adalah pendiri kongregasi-kongregasi yang melanjutkan tema-tema Bérullian dengan cara mereka masing-masing. Di antara kaum wanita, yang umumnya tidak begitu kita ketahui, adalah Ibu Acarie (sepupu Bérulle). Kemudian dia dikenal dan dibeatifikasi sebagai Beata Marie de L‘Incarnation.81 Selain itu adalah sahabat Bérulle dan wanita kepercayaan rohani 79) M ereka adalah pribadi-pribadi yang mempunyai banyak segi yang mengurangi kehidupan yang kompleks. Bérulle, misalnya terlibat dalam politik. Olier mempunyai “gangguan syarat” pada saat masa mudanya. W alaupun mereka jelas-jelas orang kudus, namun mereka memperlihatkan ciri-ciri yang sangat “manusia”. 80) St.Fransiskus dari Sales mengatakan, “Bérulle adalah orang kepada siapa Allah telah memberi sangat banyak, dan yang tidak mungkin didekati tanpa keuntungan yang besar. Aku ingin menjadi orang seperti dia; aku belum pernah mengetahui roh yang sangat menghantui aku, kendati aku belum pernah melihat atau menjumpai dia.” 81) Dalam masa awal kariernya Bérulle adalah anggota dari “Salon” Ibu Acarie. “Salon” adalah sebuah kelompok kecil dari para pencari hal-hal spiritual yang bertemu bersama-sama secara berkala. Bérulle juga bertanggung-jawab untuk memperkenalkan ke Perancis kaum Karmelites Spanyol; kelak sepupunya yang menjanda menjadi atasan (priores) mereka. 83 Bérulle, yakni Yang Mulia Madelaine de St.Yosef.82 Kita masih bisa menemukan pengaruh yang kurang kentara tetapi tetap lestari sampak jauh ke abad kesembilan-belas: misalnya, dalam diri St. Theresia dari Lisieux; dia merasa berutang budi kepada ajaran dari mazhab ini dalam proses perumusan pelbagai pemahamannya akan daya transformasi dari kehidupan biasa. Variasinya sangat banyak, dan dalam variasi itu tiap-tiap cabang memperlihatkan keaneka-ragaman kreatifnya sendiri. Beberapanya mengangkat tataran debat teologis jauh melampaui pertikaianpertikaian sepele yang muncul sebagai akibat Konsili Trente; yang lain menciptakan pelbagai macam struktur baru bagi transformasi sosial; sementara yang lain mengkhususkan diri pada tuntunan yang sangat manusiawi dari jiwa-jiwa ke arah puncak-puncak spiritual. Pater Montfort, sesungguhnya, merupakan salah satu dari orang terakhir yang menciptakan pada masa hidupnya suatu variasi original dari visi agung Bérulle akan keseluruhan. Tak seorang pun kiranya dapat menerka seberapa cepatnya sumbangan Mazhab Prancis ini diliputi oleh gelombang pasang kontroversi sekularisme, dan ekses material yang akhirnya mengarah ke revolusi Prancis itu. 2. Pencapaian-pencapaian Mazhab Prancis Ajaran Mazhab Prancis membawa seluruh masyarakatnya dari “Abad Agung” kembali ke akar-akar spiritualitas yang didasarkan pada kodrat manusia tempat terjadinya rekonstruksi sejati. Yang berikut ini adalah ringkasan dari tiga pencapaiannya yang terbesar: • Mereka menyoroti akar yang menyatukan semua polaritas besar, yaitu, “keberlainan yang agung” dan “sifat dina yang dapat 82) Muder Madelaine adalah priores pertama kaum Karmel Paris. Dia dan Bérulle mempunyai korespondensi yang luas, dalam mana kita dapat melihat mutu bimbingan spiritual yang mereka dukung perkembangannya. Lihat juga W illiam Thomason, Bérulle and the French School, pp.191-216. 84 • • • • didekati” sebagai dua aspek dari satu Allah. Dengan cara ini mereka menyediakan sebuah kerangka-kerja, “sebuah bidang interkoneksi,” sebuah landasan, dan sebuah bahasa bersama untuk mendukung integrasi pelbagai macam mazhab spiritualitas kontemporer juga.83 Tanpa membuang tradisi skolastik, yang pada saat itu telah merosot menjadi sebuah sistem debat logis formal yang gersang, mereka memulai suatu metode penyelidikan baru dan refleksi tentang tema-tema besar dari puncak Abad Pertengahan. Dengan cara ini mereka mendorong (sebagaimana dilakukan Kebijaksanaan itu sendiri) dialog antara pelbagai pemahaman terdalam dari para doktor abad pertengahan dan pengalaman para peneliti itu sendiri. Kata kuncinya di sini ialah dialog yang menggantikan diskuisisi, dan pengalaman yang menggantikan pengetahuan abstrak. Sebagai bagian dari reaksi kreatif melawan pemisahan teologi dan spiritualitas, para pemimpin Mazhab Prancis melakukan pengembangan “ilmu-ilmu santo-santa” yang baru.84 Dalam terminologi ini: * “Ilmu pengetahuan” mengkaitkan mazhab itu dengan sebuah kritik cerdas atas pendekatan yang sangat formalistik terhadap teologi. Dalam hal ini dia jauh mendahului apa yang kelak menjadi kepemimpinan Prancis yang mengesankan dalam bidang keahlian Kitab Suci, ungkapan liturgis, dan perkembangan dogma. * “Para Santo-santa” menandakan keagungan mazhab itu dalam seni bimbingan rohani dan “misi” melalui mana pencapaian 83) Beberapa dari spiritualitas-spiritualitas ini mencakup: Karmelit (baik “humanisme” Teresa maupun kekerasan Yohanes dari Salib) – mazhab Rhineland (dari para guru abstrak seperti Ruysbroek, Suso, dan Eckhardt), - “humanisme saleh” dari St.Fransiskus dari Sales – perspektif-perspektif spiritual yang berbeda dari para “Bapa Gereja,” mulai dari Dionysus hingga ke Agustinus. 84) Lihat CKA 93. 85 spiritual akhirnya dibawa kepada orang dari setiap lapisan masyarakat. Dengan energi yang dilepaskan dari suatu sistem akar yang diperbarui, sebuah kultur yang tinggi pun mampu berkembang-mekar secara singkat tetapi gemilang, dengan menyatukan visi dan aksi. Selain dari negarawan-kardinal yang adalah pendiri mereka, contoh-contoh dari mazhab baru mencakup: - para pembaharu sosial, pembela orang miskin, pelopor pendidikan umum, para perancang reformasi klerikal, para misionaris kepada para petani yang diabaikan di Perancis, para misionaris ke Dunia Baru yang mengasyikkan, para pendiri kehidupan religius “apostolik,” para pendiri apa yang dewasa ini kita sebut “komunitas basis” bagi kebangkitan kembali nilai-nilai spiritual, para guru seni bimbingan rohani yang metodenya tetap menjadi model sampai dewasa ini. Sebuah tanda yang mengesankan dari dampak kultural mazhab itu ialah kemampuannya untuk melintasi semua rintangan sosial yang berasal dari kelas dan privilese atas dasar kelahiran. Misalnya, Vincentius à Paulo berasal dari sebuah keluarga petani miskin di Camargue (pelosok Prancis yang amat miskin), sementara de Condren terlahir dari kalangan aristokrat, dan Olier berasal dari keluarga kota Paris dari “kelas menengah atas” baru. Mereka bertiga bekerja sama erat pada setiap waktu dalam hidup mereka, dan melaksanakan pelayanan mereka di antara orang dari semua kelas. Dalam semangat kerja-sama ini, dan sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan jaman mereka, 86 pengikut Mazhab Prancis mampu menunda untuk beberapa saat datangnya “pertumpahan-darah” Revolusi Prancis itu. Beberapa contoh membuka cakrawala luas dan tuntunan karya mereka mendamaikan hal-hal berlawanan: • Ilmu pengetahuan dan Spiritualitas seringkali dilihat sebagai hal-hal berlawanan. Tetapi Bérulle menaruh perhatian pada ilmu pengetahuan pada jamannya, dan menterjemahkan pemahaman dan kosa-katanya menjadi gambaran hubungan Allah dengan umat manusia. Misalnya, dengan mengacu pada sistem-solar Kopernikus, dia berkata, “Ilmu pengetahuan ini mempunyai kegunaannya dan harus diikuti dalam ilmu pengetahuan keselamatan…..” Dari gambaran matahari (bukan bumi) sebagai pusat benda-benda, dia membuat perbandingan yang berguna: “Dikau (Yesus) adalah Pusat, Lingkaran, dan Bulatan dari semua Emanasi Allah.” Demikian juga halnya, ketika Harvey menemukan rancangan sistem peredaran (darah) sejalan dengan fungsi sentral jantung, St. Yohanes Eudes memperkenalkan perayaan Hati Kudus, yang melingkari energi cinta ilahi dalam Tubuh Mistik Kristus. • Dalam rangka memungkinkan orang biasa ikut ambil bagian dalam rencana pembaharuan, kaum misionaris Mazhab Prancis mengembangkan dan memakai bahan-bahan pengajaran yang canggih. Karena alasan inilah kita melihat St. Louis-Marie de Montfort mengutip terjemahan-terjemahan dari Le Maître (Lemaistre) de Sacy dalam bahasa kerakyatan daripada bersandar pada Vulgata yang mungkin sangat dia hafal. Buku-buku pegangan Olier yang dirancang untuk rakyat biasa mencapai semangat-hidup yang tinggi, keakraban pribadi, dan gaya yang elegan.85 • Dalam laporan para lawan mereka dalam kubu heretik, para pendukung Mazhab Prancis memperlihatkan tataran kesopanan 85) Jean Jacques Olier, Catechisme Chretien pour la vie intereure et Journee chretienne, ed., Francois Amiot, Paris, Le Rameau, 1954. 87 yang kiranya dapat menjadi teladan untuk dewasa ini. Biograf Condren, Père Denis Amelote, mengatakan bahwa dia selalu mendengarkan dengan penuh perhatian orang yang menentangnya, dan tidak pernah menertawakan atau menghancurkan argumen yang berlawanan. Sebaliknya, dia selalu memberi lawannya “jalan keluar, dan ‘kata terakhir’ dengan mana dia dapat menyelamatkan martabatnya dan membawa debat itu ke penyingkapan yang dapat dihormati kedua belah pihak. Sebagaimana Condren sendiri mengingatkan para muridnya: “Dalam proces presentasi (pelbagai kebenaran ilahi) kehilangan sesuatu dari martabat mereka. Seringkali mereka berkurang agar makhluk ciptaan dapat memahami mereka.” “Dengan cara ini kadang-kadang mereka bahkan terputus dari kebenaran esensial mereka yang orisinal.” Beberapa baris ini belum menggambarkan secara adil sumbangan yang sangat besar dari Mazhab Prancis kepada Gereja dan masyarakat. Yang jelas, dia meletakkan landasan bagi gelombang historis dari sintesis, keaneka-ragaman, kreatifitas, pembaharuan, dan harapan yang tumbuh dari pelbagai kemungkinan baru. Walaupun gelombang itu sudah mencapai puncaknya yang tertinggi pada masa Montfort, dia mampu bertahan dalam momentumnya dalam penemuannya kembali akan Kebijaksanaan Ilahi. Pelbagai Pemahaman dan Penemuan Pilihlah tiga poin dari pelbagai pencapaian mazhab Prancis dan katakanlah mengapa hal itu anda anggap penting. Kegunaan apa kiranya yang mereka punyai bagi jaman kita sendiri? 3. Mazhab Prancis dan “Pendamaian Hal-hal Berlawanan” Apa yang membuat Mazhab Prancis sangat terkemuka bukanlah hanya banyaknya tokoh-tokoh penting yang mempunyai nama besar 88 pada jaman mereka. Mazhab Prancis berhasil, lebih baik daripada sebagian besar gerakan spiritual yang kita ketahui, dalam mendamaikan hal-hal berlawanan. Rekonsiliasi mereka yang terbesar dapat dihargai sehubungan dengan dua ketegangan besar kehidupan rohani, yang ditemukan secara universal, tidak hanya dalam Kristianitas, melainkan juga dalam banyak tradisi dunia yang lain. Ketegangan yang satu ialah penghapusan diri di hadapan transendensi dan “keberlainan” Allah yang tak terkatakan; ketegangan yang lain, cita rasa akan sifat Allah yang dapat didekati, keserupaan-Nya dengan manusia dan “kecenderungan”-Nya kepada umat manusia, bahkan sampai mau tinggal di antara kita. Dari perspektif yang pertama, kadang-kadang disebut perspektif “abstrak”, Bérulle melihat kehadiran ilahi yang mengisi semua ciptaan, tetapi serentak “lain sama sekali,” jauh melampaui benda tercipta. Tetapi (perspektif) yang kedua, perspektif “inkarnasional”, dia melihat keakraban yang ilahi mencapai kepenuhannya dalam persatuan dengan kemanusiaan Kristus: “Untuk masuk dan keluar melalui pintu ini, yakni Yesus Kristus, adalah suatu cara penuturan yang berarti merampungkan secara bebas segala sesuatu yang Allah minta dari kita, dengan masuk ke dalam keilahian dan keluar menuju kemanusiaan Yesus Kristus.”86 4. Bagaimana Mazhab Perancis Menyumbangkan Beberapa Aspek dari CKA Akhirnya, baiklah kita renungkan beberapa tilikan Mazhab Perancis yang jelas-jelas terpantul dalam CKA. Mungkin sekali, bahwa tanpa memperoleh pandangan dari mazhab spiritualitas ini, Montfort kiranya tidak bisa mencapai puncak ketinggian dan kedalaman dalam babbabnya tentang Inkarnasi Kebijaksanaan Ilahi. 86) Ibu Madeleine de St. Joseph, dikutip dalam W illiam Thomson, op.cit., p.198. 89 Agar dapat mencicip poin-poin yang paling lezat dalam perjamuan, kita memberi beberapa teks representatif dari “guru” mazhab kenamaan itu. Beberapa paralel yang perlu dilihat ialah: • acuan kepada kebijaksanaan yang begitu sering, walau pun kasual. • Pemakaian bahasa misteri yang meresap ke mana-mana. • Penekanan pada rancangan ilahi dalam evolusi sejarah. • Gambaran Kristus kosmik yang meresapi Yesus “historis.” • Redefinisi agama menurut makna primitirnya, yakni kaitan yang menyatukan manusia dengan Allah. • Fokus pada Kehadiran imanen Allah dalam dunia sebagai kekuatan yang mengangkat dan mengubah kemampuan dan tujuan manusia. Bérulle: Wasana Tentang Keadaan dan Kemuliaan Yesus.87 Sabda Ilahi…. setelah diutus ke dunia, ingin membangun sebuah Akademi kudus di sini, suatu keadaan rahmat, sebuah dewan ilahi,88 yang dituntun dan dijiwai oleh Roh-Nya, untuk berbicara bahasa surga kepada dunia….. dan untuk memperkenalkan pengetahuan yang mulia dan halus akan Allah kepada umat manusia…. yang tidak akan pernah bisa diajarkan kepada mereka oleh pemahaman budi manusia. Salah satu pelajaran yang paling utama dan paling penting yang diajarkan kepada kita dalam “sekolah kebijaksanaan dan keselamatan” ini, yang didirikan dan disediakan bagi dunia, ialah “misteri suci Inkarnasi.” Misteri itu sedemikian mulianya sehingga dia melampaui pemikiran-pemikiran yang paling tinggi dari manusia dan para malaikat. 87) Ibid., pp.109-112; 135-137. Dari salah satu dari duabelas wasana oleh Kardinal de Bérulle yang dipersembahkan kepada Louis XIII, yang dikenal sebagai Les Grandeurs. 88) “Dewan” jelas berarti “ekklesia” atau gereja dan “agama”, sementara “Akademi” berarti sebuah sekolah kebijaksanaan atau spiritualitas di dalamnya. 90 Sedemikian agungnya dia sampai-sampai mengandung dan mencakup baik Allah maupun manusia dalam dirinya sendiri. Misteri ini sedemikian dalamnya sampai-sampai dia tersembunyi sejak keabadian dalam pemikiran-pemikiran yang paling rahasia Masa-masa Purba dan dalam cara sang Rasul berbicara secara benar tentangnya di pelbagai tempat seperti berikut ini: tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi di dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu.89 Namun demikian misteri ini, yang sedemikian agung dan mulia, sedemikian dalam dan sedemikian tersembunyi, serentak sangat bersifat umum. Dia terwujud dalam kepenuhan masa, di pusat dunia, agar dapat dilihat oleh semua orang, jangkar pengharapan mereka, pangkal keselamatan mereka dan pemenuhan kemuliaan Allah dalam semesta. Sebab melalui misteri inilah surga terbuka, bumi dijadikan kudus dan Allah disembah. Penyembahan ini adalah baru. Dia tidak dapat dilukiskan90 dan tidak diketahui surga dan bumi bahkan pada masa-masa terdahulu. Sebab walaupun surga sudah terlebih dahulu memiliki roh yang menyembah dan Allah yang disembah toh dia masih belum memiliki Allah yang menyembah(!). Melalui misteri inilah Allah hadir di muka bumi ini sedang menyembunyikan keagungan-Nya dalam kerendahan hati. Dia dibungkus dengan kelemahan-kelemahan kita dan berbusanakan kefanaan kita. Dia sendiri menyempurnakan keselamatan dunia di tengah-tengah kita seakan-akan Dia adalah salah satu dari kita. Melalui misteri ini bumi pun menjadi surga baru, di mana Allah berdiam dalam satu cara yang lebih tinggi dan lebih mulia, lebih kudus dan lebih ilahi 89) Efesus 3:9. 90) “Tidak dapat dilukiskan” berarti “misteri” yang tidak dapat diungkapkan dalam kata-kata manusia. Dia adalah sebuah axioma spiritualitas dalam semua tradisi bahwa “orang-orang yang tahu janganlah berbicara; orang yang berbicara tidaklah tahu.” Lihat CKA 1-2. 91 dari cara Dia berdiam sebelumnya dalam surga yang tinggi. Dengan iman, cinta, dan penghormatan akan misteri suci inilah Allah sendiri, ketimbang melalui para malaikat dan para abdi, membangun sebuah agama di bumi.91 Agama ini Dia jamin sampai ke zaman akhir, karena misteri ini juga mengandung di dalamnya pelbagai manifestasi terakhir dari kekuatan, cinta, dan kebijaksanaan abadi-Nya. Karya ini, misteri ini adalah unik dan tidak sama seperti yang lain di dunia ini. Kebijaksanaan Abadi menghasilkannya sebagai karya muliaNya dan misteri agung-Nya. Kita melihat kesatuan Allah ditanamkan dalam kesatuan misteri ini dan diukir dalam dunia ini, seperti pada intan mulia…. Maka kesatuan Allah dimuliakan tidak hanya seperti sebelumnya melalui ciptaan, melainkan juga dengan kesatuan dari yang ilahi dan pribadi tak tercipta dalam adikarya Inkarnasi… Sebab Yesus adalah dunia, dunia yang indah.92 Putera Allah memancar keluar dari sumber tanpa meninggalkannya…. Dengan cara yang sama kita diikat-satukan secara erat dengan Anak Allah seperti halnya ranting dengan pokok anggur, persis sebagaimana Dia sendiri erat bersatu dengan Bapa. Kita harus berada dan berdiam selamanya di dalam Dia, sebagaimana halnya Dia berada dan berdiam dalam Bapa-Nya. Kita harus senantiasa hidup dan bertindak melalui Dia dan bagi Dia, sebagaimana halnya Dia hidup dan bertindak melalui Bapa-Nya. Sebab Dia itu serentak sumber dan tujuan eksistsensi dan hidup kita. Condren: Keagungan dan kehadiran Allah Sesuatu yang tak dapat kuungkapkan kumohon agar Dia melengkapinya; Dia sendiri lebih agung dari alam semesta, dan yang 91) Bérulle memakai kata “agama” dalam pengertiannya yang primitif, yaitu, suatu jembatan atau penghubung yang menghubungkan (Latinnya, ligo) manusia dengan Allah, surga dan bumi, yang di bawah dengan yang di atas. 92) Lihat CKA, 64. 92 pribadinya sama dengan prinsip yang memperanakkan Dia. Dia adalah tempat terpenuhinya semua kerinduanku. Agama-ku terpuaskan dalam Dia….. Allah sendiri sajalah yang dapat pantas sebagai Allah; hanya Pribadi sang Firman yang Menjelma dan dari Kebijaksanaan, yang mengetahui Dia secara memadai sehingga dapat memberi Dia penghormatan yang seharusnya (sepantasnya). Kalau Inkarnasi disebut oleh Roh suatu perendahan dari Bentuk Allah karena Anak Manusia tidak mengejawantahkan semua kesempurnaan (ilahi) pada jaman Kedagingan-Nya, lalu apa makna (akan kita katakan tentang) kehampaan tempat Dia turun ketika Dia wafat di salib?….. Jadi dari perpaduan kodrat manusia dengan kodrat Ilahi, dari Ada dengan yang tidak ada, dari semua dengan kehampaan, muncullah semacam persembahan mengagumkan yang dapat dibayangkan; dan dengan penyatuan begitu banyak hal berlawanan, muncullah mahkota persembahan dan agama…. Korban Yesus Kristus ialah…. upaya terakhir dari Kebijaksanaan Ilahi untuk membentuk model tertinggi dari kemuliaan sempurna yang dapat diberikan kepada sang Kekal.93 Jean-Jacques Olier: Kehidupan Harian Orang Kristen Kalau memang ada di antara manusia seorang penyembah sejati, itu hanya mungkin melalui partisipasi dalam penyembahan dan pujian (Yesus); kalau ada satu orang yang sungguh berdoa, itu hanya mungkin melalui partisipasi dan komunikasi dengan doa-Nya; sehingga tujuan luhur kesempurnaan dan agama kita ialah masuk ke dalam persekutuan dengan Yesus Kristus, yang membuat kehidupan-Nya yang tersembunyi dan jiwa kita menjadi hal yang satu dan sama melalui partisipasi. Dari meditasinya pada saat matahari terbit: 93) Denis Amelote, La vie du père Charles de Condren,V.2, Paris, 1643, pp.134-136. 93 Aku menyalami-Mu, gambaran guruku Yesus Kristus. Engkau adalah emanasi orisinal dari Allah-ku, yang penuh dengan cahaya dan keagungan-Nya…. Allah melahirkan Firman-Nya dalam Keabadian, sebagai cahaya yang memancar dari cahaya, Allah yang mengalir dari Allah. Ketika dunia diciptakan untuk pertama kalinya Allah menciptakan cahaya dan melekatkannya pada matahari, yang menerangi seluruh dunia. Demikian juga, dalam penciptaan dunia baru Yesus Kristus menerangi semua orang. Dengan datang ke dunia ini, Dia menerangi setiap orang.94 Dia yang berkata, 'Biarkanlah cahaya yang bersinar dalam kegelapan, bersinar dalam hati kami…'95 Yesus Kristus, matahariku, engkau mengisi dengan kekuatan-Mu sakramen-sakramen kami yang adalah laksana planet-planet dan bintang-bintang yang menopang dunia. O Matahari Keadilan yang indah, sudilah kiranya cahaya-Mu tidak pernah meninggalkan kami, agar Gereja-Mu tidak pernah mengalami gerhana-Mu, agar terang-Mu dan daya pengaruh-Mu yang suci akan dicurahkan ke atas kami selama-lamanya.96 Di dalam ajaran Bérulle, Condren, dan Olier, tiga “misteri” agung, yaitu penciptaan, penjelmaan, dan wafat-kebangkitan mempunyai peranan sentral. Melalui “keadaan” Yesus yang suci ini kita dapat masuk ke dalam misteri ke-Allah-an. Maka dalam pendekatan dan kosa kata Mazbab Prancis, kita menemukan tempat sentral “misteri.” • Dalam Yesus, Kebijaksanaan Abadi dan Menjelma. • Dalam “keadaan” makhluk ilahi yang disediakan misteri itu bagi kita melalui Dia. 94) Yohanes 1:9. 95) 2 Kor 4:6. 96) Dalam W illiam Thomson, Bérulle and the French School, p.279. 94 Tetapi St. Louis de Montfort semakin mengkaitkan pada jaman kita cita rasa yang penting ini akan komunikasi ilahi dalam kemanusiaan, dan partisipasi manusia dalam keilahian. Dia menampilkan Kebijaksanaan dalam begitu banyak aspek: aspek biblis, aspek simbolis, aspek kosmik, dan akhirnya (dengan kesaksian hidupnya) dunia nyata tempat dia hidup. Di sana kita menjumpai dia dalam prakarsa sepi dan heroiknya untuk mengembalikan Puteri Kebijaksanaan ke tahta-Nya yang asli di dalam kemuliaan. Pelbagai Pemahaman dan Temuan • Barangkali ciri yang paling penting dari Mazhab Prancis ialah bahwa dia benar-benar bersifat Kristosentris. Carilah tiga poin tentang Kristus yang menyapa hatimu. Sharingkanlah hal-hal ini dengan teman atau dalam kelompok kecil. • Ungkapkanlah satu hal yang telah anda ketahui tentang “misteri” dari masing-masing tiga guru hidup rohani ini? • Mana dari ketiga pengarang ini yang paling anda sukai? Mengapa? • Ide-ide apa yang sudah akrab dengan anda dari CKA? Sangkut Pautnya Dengan Hidup • Nyanyikanlah atau mainkanlah rekaman beberapa ayat dari Le Triomphe de la Croix (Kidung no.19: Salib dalam misteri….). Kalau kamu mempunyai kelompok musik atau Paduan Suara, gubahlah versi modern dari ayat satu. • Dengan memakai majalah atau koran baru carilah contoh-contoh dari “misteri kehadiran Allah” pada jaman kita sekarang ini. 95 TOPIK E: MONTFORT – MANUSIA PARADOKS Setelah merenungkan spiral, Salib, “misteri” sebagai hal yang penting bagi “pendamaian kembali hal-hal berlawanan,” kita sampai pada suatu saat ideal untuk menggali tema-tema yang sama ini dalam perjalanan hidup yang nyata dari Pater de Montfort. Di sini kita akan mencoba melihat lebih dekat kesaksiannya sendiri dan menggali kebenaran tulisannya sebagaimana dia menghayatinya ketimbang sebagaimana dia menemukannya dari “orang yang berwibawa” pada jamannya. Kita akan memberi perhatian khusus pada cara dia membuka dirinya sendiri dalam keadaannya yang paling rentan kepada “permainan dari hal-hal berlawanan.” Dengan pemahaman dan keharuan kita akan masuk ke dalam pola penuntun yang terus mengubah dia sepanjang hidupnya, sampai wafatnya. Walaupun sembilan atau sepuluh pasangan hal-hal berlawanan akan dijalin-jalin dalam pelbagai refleksi kita, namun lima bidang dasar yang akan digali meliputi hal-hal sbb: • kebebasan (dari kodrat dan naluri) melawan perbudakan (pada norma masyarakat). • Kekuatan melawan kelemah-lembutan. • Ketaatan melawan “ketidak-taatan suci.” • Sukacita melawan penderitaan. • Percaya akan kebaikan Kebijaksanaan melawan teror hukuman abadi. 1. Introduksi Seorang Anak Kecil ke Dunia Paradoksal Sebagaimana halnya dengan banyak orang lain yang mempunyai kharisma luar biasa, pola-pola yang menuntun dan mengilhami panggilan St. Louis-Marie de Montfort mulai tampak pada awal masa hidupnya. Adalah masuk akal untuk mengatakan bahwa pertentangan pertama dari hal-hal berlawanan dalam perkembangan pribadi Louis 96 muncul ke permukaan tatkala dia berjuang menemukan jalannya sendiri dalam hubungan dengan ayah dan ibunya. Tantangan keluarga ini tampaknya bersamaan secara kronologis dengan tantangan yang lebih mendalam untuk mendamaikan konflik antara gambaran Ibu Bumi yang memelihara dan gambaran masyarakat patriarkat Prancis yang mencekik pada masa Louis XIV. Sebagaimana diijinkan oleh adat-istiadat masa itu, orang tua Louis mempercayakan dia tidak lama sesudah kelahirannya kepada pemeliharaan seorang petani perempuan, “Ibu Andrea,” yang akan dia kenang dengan kasih yang hangat sepanjang hidupnya. Dengan dia dan dua ibu perawat lain dalam Rumah tangga petani itu, dia mengarungi tahun-tahun pertamanya di wilayah estat pedesaan keluarga Grignion, hanya beberapa mil dari kota orang tuanya sendiri di Montfort-sur-Meu. Seorang biograf mengatakan sbb: “Sulit rasanya menemukan di mana pun di dunia ini daerah pedesaan yang lebih menyenangkan daripada la Bachelleraie…. di mana anak bertumbuh dikelilingi objek-objek sederhana dalam sebuah pondok Breton kecil terbuat dari adukan jerami dan lumpur, akrab dengan irama musim-musim, dan dirawat dengan lembut oleh tangan-tangan yang melepuh karena kerja.”97 Demikian juga, orang tidak akan sulit membayangkan ‘inisiasi’-nya yang pertama. Bayangkan kebingungan dan kepedihan seorang anak kecil berusia empat tahunan yang kembali ke rumah tangga orangtuanya setelah melewati masa-masa kebebasan yang mengagumkan dan masamasa pemeliharaan di daerah pedesaan terbuka. Pada usia yang lembut ini, si anak Louis diperhadapkan dengan “tugas kepahlawanannya” yang pertama. Menurut para biograf pertama, “Di samping suami yang brisik dan mengganggu, ada isteri yang pendiam, yang tetes-tetes air mata bisunya 97) Papasogli, Bernadetta, Montfort, a Prophet for Our Times, p.17. 97 merupakan satu-satunya cara baginya untuk mengatasi ledakan-ledakan amarah sang suami.”98 Ternyata, temperamen Louis sendiri, mewarisi kegairahan yang hangat ayahnya,99 tetapi para biograf semula mengisahkan bahwa dia menerima peranan sebagai seorang yang bersimpati dan penghibur dalam hubungan dengan ibunya.100 Barangkali ketegangan energi-energi yang bertentangan ini di dalam temperamennya yang memunculkan motivasi pertama Louis untuk melakukan pengawasan atas ungkapan dirinya sendiri. Sesungguhnya, sudah sejak dini dia bisa menguasai reaksi-reaksinya terhadap pelbagai kritik dan tuntutan orang lain, seraya di dalam hatinya mengusahakan ketenangan yang dibawanya serta sebagai kenangan-badani dari la Bachelleraie. Sebagai bukti pendukung, kita tahu dari pelbagai peristiwa berikut di dalam hidupnya yakni “untuk seterusnya, dia mau menghargai ikatan kokoh dan sederhana dengan bumi yang baik.”101 Sisi lain dari mata-uang itu ialah bahwa dia terus menerus merasa tidak senang dalam rumah megah-molek kelas pedagang atau “bangsawan kecil” yang dia kaitkan dengan pelbagai kerasnya perjuangan dan kecemasan ayahnya untuk bangkit.102 Perjuangan ini 98) Ibid., p.16. Kalau penilaian Pater Gendrot tentang usia anak itu tepat, kita harus mengandaikan suatu tipe kepribadian yang sudah sangat terbentuk yang sedang memasuki-kembali rumah tangga orang-tuanya. Barangkali sepotong kecil data ini menjelaskan lebih jauh tentang paradoks-paradoks yang tidak terpecahkan dalam kepribadian Montfort daripada data masa kecil lain yang diketahui yang dicatat oleh para biograf semula. 99) Banyak dari ciri-corak kepribadian asli-bawaan yang ditunjukkan dalam tinjauan biografis ini dapat diklarifikasi dalam konteks Enneagram tipe 8. 100) Besnard, Charles, Vie de M. Louis-Marie Grignion de Montfort, no. 1. 101) Papasogli, op.cit., p.17. 102) Dalam sebuah surat paling akhir yang ditulisnya (kepada Marie-Louise Trichet), dia mengatakan, “Kalau Allah tidak memberi aku sebuah sumber pandangan yang lain dari yang diberikan oleh para orang-tuaku, aku akan mengeluh dan cemas-gelisah 98 antara harmoni dengan alam (dalam seluruh sifat liarnya), dan konflikkonflik tandus masyarakat patriarkal (dalam seluruh sifat artifisialnya), menggambarkan suatu tataran tersembunyi dari ketegangan femininmaskulin yang terus menerus mempengaruhi reaksi-reaksi emosional sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, merupakan suatu pencapaian baginya, ketika menjelang akhir hidupnya, dia menemukan bahwa dia telah belajar untuk merasa nyaman makan dengan para anggota kelas-atas dalam 'istana-istana' mereka (dengan syarat bahwa dia dapat membawa orang miskin bersama dengannya untuk makan bersama). Kita beruntung mempunyai pernyataan tertulis yang memberi kita suatu pemahaman ke dalam Pater de Montfort dalam penguasaannya yang matang atas “halhal berlawanan” yang mengganggu dia terus menerus. Sebab kita mempunyai kesaksian tertulis dari Madame d’Orien,103 seorang wanita bangsawan; di paroki tempat tinggal wanita inilah dia melakukan salah satu dari misinya yang terakhir. Si wanita muda bersemangat ini yang baru berusia 25 tahunan siap menghibur dirinya sendiri dengan menguji keberanian tamunya yang “terkenal kesuciannya,” tetapi dia menulis dengan sederhana kesan-kesannya yang positif. Kami bersantap bersama hampir setiap hari (selama misi), baik di Providence yang mempunyai persediaan yang baik (basis misi), maupun di chateau kami. Pada setiap perjamuan, dia mempunyai satu atau dua orang miskin di sisinya dan beberapa dari mereka ini tampak agak menjijikkan. Dia berbagi bersama mereka apa saja yang ada pada piringnya; dia selalu berusaha memberi mereka seperti orang-orang bodoh dari dunia yang bejat ini. Tetapi aku tidak mau berbuat demikian.” Ibid., p.489. 103) Biograf-biograf sebelum tahun 1990 cenderung menyebut perempuan ini Madame d’Orion. Tetapi penyelidikan terakhir mengidentifikasi dia sebagai janda dari M . Jourdan de Villiers d’Orion. Lihat Guitteny, Bernard, Grignion de Montfort: missionaire des pavres, les Éditions du cerf, Paris, 1993, p.44. 99 bagian yang lebih baik. Dia tidak pernah minum tanpa memberi mereka terlebih dahulu, dan setelah doa dipanjatkan dia memeluk mereka dan menemani mereka sepanjang jalan. Karena menghormati mereka dia melakukan hal ini tanpa memakai topi, yang dikepitnya dengan lengannya…. Tutur-wicaranya menyenangkan, membangun, dan jenaka; bahkan ketika saya menggodanya untuk melihat apakah dia akan gusar mendengar pelbagai kisah dan lagu saya yang carut, dia menanggapi semuanya dengan sangat ringan.104 2. Raksasa Yang Lembut Serangkaian lain dari hal-hal berlawanan tampak jelas dalam kelembutan, bisa juga disebut sebagai “kemanisan,” kepribadian Louis (pasti berkembang secara penuh dalam lingkungan yang harmonis dan mendukung dari awal masa kecilnya) melawan energi perkasa dan tipebadan berotot tinggi yang merupakan perawakan bawaannya.105 Dilaporkan bahwa ketika masih kecil dia disodori sebuah pertanyaan besar, “Apa cita-citamu nanti kalau engkau sudah dewasa?”, katanya, “Aku ingin berbuat sesuatu yang akan memungkinkan aku bekerja dengan tangan-tanganku.”106 104) Ibid., pp.482-483. 105) Potret-potret Montfort mirip sebuah salib antara seorang Pahlawan Keltik yang keras dan seorang Senator Roma (mungkin saja dia benar-benar berasal dari garis keturunan kedua-duanya) sesuatu yang sama dengan “Seneca” Indian Amerika, yang dinamakan demikian karena keagungan klasik profil mereka yang dipadu dengan sifat “berlawanan” dari keganasan. 106) Lihat Josef Grandet, La vie de Messire Louis Marie Grignion de Montfort, centre International Montfortain, St. Laurent-sur-Sèvre, 1994, p. 192 (atau p. 349 dari manuskrip asli). Ini dikutip dalam Papasogli, op.cit., p.41. 100 Karena pada dasarnya dia adalah orang “suci”, pada masa mudanya dia tunduk pada sindiran dan lelucon-lelucon praktis dari para sahabat yang hanya ingin menguji si “raksasa lembut” (sama seperti Ibu d’Oriou!). Pola ini dia pertahankan dengan baik dalam hidupnya di Seminari, sampai pada satu hari dia membuat para sahabatnya terheranheran melihat manifestasi kehadirannya yang serba tiba-tiba dan kuatkuasa di mimbar. Mereka semakin terheran-heran lagi melihat pelajaran-pelajaran katekismusnya yang berhasil cemerlang yang diikuti banyak anak-anak jalanan yang gaduh (di satu pihak) dan tak tertangani di Paris. Tetapi, selama masa sisa hidupnya, Louis merasa mutlak perlu untuk melanjutkan pelatihan diri dalam seni yang sulit untuk menyeimbangkan kepekaan sosial dengan komitmen yang tegar untuk melaksanakan kebenaran sebagaimana dia melihatnya secara tulus. Walau dia berjuang untuk melihat dan memeriksa pelbagai dorongan hatinya yang tegar, mereka seringkali meliputi kemampuannya untuk menampungnya atau bahkan untuk membayangkan efek-efeknya atas orang lain. Semua biografnya memperlihatkan bahwa ada saat-saat di mana dia melewati batas-batas dari apa yang dapat diterima secara sosial. Kepada sahabatnya Blain dia membuka rahasianya bahwa ketika para atasannya memanggil dia untuk menegurnya karena perilaku yang berlebihan, seringkali dia tidak sadar telah “melakukan sesuatu yang salah.” Belakangan, tahun 1714, ketika Pastor Blain mengingatkannya bahwa suatu saat dia menegur secara tidak tepat seorang gadis belia yang telah memandangnya selama kotbah, dia hanya bisa menjawab, “Apa saya bilang begitu yah? Saya sungguh tidak ingat lagi!”107 Seringkali dia mempertahankan “ketidak-bersalahan”-nya, tetapi pada saat yang sama dia mengakui suatu kelemahan pribadinya yaitu 107) Jean-Baptiste Blain, Abrege de la Vie de M. Louis de Montfort, Rome, Centre International Montfortain, 1973, p.187. 101 seringkali bersikap kurang begitu arif. Dia mengaku kepada Blain bahwa dia mempunyai banyak kesempatan untuk “perendahan.” Cita-rasa akan rasa malu yang membingungkan ini barangkali bisa menjelaskan mengapa dia mengembangkan dan dengan rela mempertahankan sikap lembut menghadapi kritik. Seringkali dia bahkan menerimanya dengan ketenangan dan konsistensi yang luar biasa karena dia menyadari bahwa dalam banyak hal pengalamannya sendiri akan dirinya sendiri bukanlah pengalaman orang lain akan dia. Biograf Papasogli menyatakannya secara ringkas: “Dalam beberapa hal dia sangat kuat dan dalam beberapa hal lain dia sangat rapuh.”108 Sebuah peristiwa yang menunjukkan ketulusan nan lembut ini yang tercapai dalam tahun-tahun belakangan hidupnya (tetapi konsisten dengan kebiasaannya sepanjang hidup yaitu penguasaan-diri) dilukiskan dalam buku yang sama dari Madam d’Oriou: Di tengah kotbah penutup di Calvary yang disusun selama karya perutusan, dia diserang oleh dua orang ketika dia sedang berbicara, seorang pria dan seorang perempuan, yang menunggang kuda dan melontarkan kepadanya tuduhan keji bertubi-tubi, dengan menyebut dia sebagai pendusta, pembohong, dan penipu. Mereka bahkan mengatakan bahwa dia dengan sengaja menyesatkan umat. Sesudah menunggu selama 45 menit sesudah mereka selesai, dia tergerak untuk berlutut dan memohon pengampunan dari mereka atas apa saja yang mungkin telah dia katakan yang telah sedemikian rupa sehingga membuat mereka tersandung dan menyebabkan mereka menyakiti hati Allah. Mereka pun kabur tanpa berkata apapun. Pada saat makan malam, Pater de Montfort tidak mengijinkan orang berbicara sedikitpun tentang mereka.109 108) Papasogli, op.cit., p. 479. 109) Ibid., p .484. Kisah itu telah diringkas untuk dipakai dalam komentar ini. 102 3. Pemberontak Yang Taat Rangkaian lain dari hal-hal berlawanan yang ditemukan secara perlahan-lahan dan dengan pedih oleh Montfort dalam dirinya sendiri muncul ke permukaan selama masa-masa hidupnya sebagai seminaris dan sebagai imam muda yang sedang berjuang mewujudkan panggilannya. Pendidikannya di seminari telah menuntun dia untuk sungguh-sungguh menghormati orang-orang yang berbakti yang telah menjadi guru-gurunya dan pembimbing rohaninya di komunitas Sulpician, dan sangat menghargai “ketaatan” sebagai jalan untuk menaklukkan kehendak-diri. Tetapi walaupun dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk mempercayakan dirinya pada tuntunan para pembimbingnya, dia lambat laun dan dengan kesulitan yang semakin meningkat menemukan bahwa cita-cita komunitarian mereka tidaklah sebanding dengan energi-energi yang kuat dan cita-rasa yang kuat dari panggilan individu yang sedang bertumbuh di dalam dirinya. Oleh karena itu, dia harus belajar bagaimana mempercayai panggilan batiniahnya. Dengan percaya akan intuisinya, dia harus masuk ke dalam usaha mencari kehendak Allah baginya dari hari ke hari. Apa yang dipertaruhkan tidak lain adalah panggilan pribadinya. Sebuah tugas yang tidak kurang mendesaknya ialah menemukan konteksnya sendiri yang tepat untuk mempraktekkan ketaatan. Sesungguhnya, sesudah tahbisannya dibutuhkan beberapa tahun untuk menemukan “di mana” dan “bagaimana” dia harus menghayati ketaatannya dengan suatu cara yang membuat dia bisa memastikan bahwa dia berada pada lorong yang direncanakan Allah baginya.110 Untuk maksud-maksud praktis, akhirnya dia memikirkan ketaatan sebagai semacam pengawas perbatasan, yang perlu untuk melestarikan 110) Dalam Introduksi untuk Bab Empat; kita membicarakan kontras antara spiritualitas Ignatian dan Berullian yang masing-masingnya menarik Montfort dan telah memasuki kehidupannya yang mempengaruhi kurun formatifnya. 103 keteraturan dalam sebuah gereja institusional yang, dalam banyak hal, tercabik-cabik oleh pertikaian. Setelah meminta mandat secara langsung dari Paus Klemens XI (Pater de Montfort tidak pernah melakukan sesuatu pada skala kecil!),111 dia tunduk, hampir seperti rasa hormat militer terhadap perintah-perintah, pada penilaian hirarki karena hal ini mempengaruhi pelbagai rencana dan proyek misionernya.112 Tetapi pada tataran yang lebih personal, dia memakai ketaatan sebagai sebuah disiplin batiniah untuk mempertinggi pengetahuan-dirinya sendiri dan mengurangi rasa puas-diri dalam suatu pekerjaan yang hampir selalu mencapai sukses yang populer. Tetapi kita perhatikan bahwa Louis telah menyimpan di dalam kepribadiannya suatu cita-rasa kebebasan yang luas yang harus “didamaikannya” dengan cita-rasanya akan ketaatan. Suatu kali ketika sahabatnya Blain menantangnya untuk menurunkan prakarsa-prakarsa heroiknya dan lebih sering mengikuti nasihat-nasihat dari orang-orang lain, agar terasa bisa lebih “cocok” dan menghindari reputasi sebagai “ganjil” atau “aneh”, dia pun menjawab dengan semangat (Blain mengimplikasikan bahwa sebuah syaraf yang peka telah tersentuh) bahwa “ada pelbagai jenis kebijaksanaan… Kebijaksanaan dari orang yang harus menghayati kehidupan dalam 111) Paus Klemens XI mendengarkan M ontfort dengan penuh perhatian dan peduli. Kuatir akan bahaya-bahaya Gallicanisme di Prancis, dia menolak permohonan si pemohon untuk mengabdi di Amerika, seraya mendorong dia untuk melakukan karya misi ke tempatnya sendiri: “Pastor, anda mempunyai cakupan pandang yang cukup besar akan semangatmu bagi Prancis; janganlah pergi ke mana-mana, tetapi bekerjalah selalu dalam kepatuhan sempurna kepada para uskup dioses dalam mana kamu dipanggil. Dengan cara ini, Allah akan memberkati kamu semua.” Lihat Papasogli, op.cit., p.279. 112) Seraya kembali dengan berkaki dari Roma, Montfort memperluas ziarahnya dengan ret-ret dua mingguan di Bukit St. Mikhael. Di sana dia menjumpai arketipe Mikhael, Malaekat pahlawan yang berdiri antara langit dan bumi seraya menahan laut yang kacau-balau. Penglihatan ini mengkonsolidasi cita-rasa Louis akan misi. 104 komunitas sangat berbeda dari (kebijaksanaan) seorang misionaris atau pewarta apostolik yang harus memprakarsai usaha-usaha baru.”113 Di dalam sebuah doa untuk memperoleh Kebijaksanaan yang disalinnya dari kitab Kebijaksaan Salomo, dan yang dianjurkannya sebagai salah satu “sarana-sarana” yang tersedia untuk sang pencari-Kebijaksanaan, Pater de Montfort menyingkapkan beberapa petunjuk yang jelas tentang kepercayaannya pada tuntunan-Kebijaksanaannya (yaitu intuisinya). Adalah tugas Louis untuk menghindari perangkap-perangkap yang paling berlawanan yang menjadi pokok kepedulian temannya, Pastor Blain, yaitu, sifat malu-malu dan ketidak-pastian. Ide-ide manusia kurang berani, dan rencana-rencana kita bersifat coba-coba. Adalah sulit bagi kita untuk memahami apa yang sedang terjadi di muka bumi; sesungguhnya, sangatlah sulit untuk memahami makna apa yang sedang terjadi persis di depan mata kita. Lalu bagaimanakah kita dapat memahami apa yang sedang terjadi di surga? Bagaimana kami bisa mengetahui pikiran-pikiranMu kalau Engkau tidak mengutus kepada kami Kebijaksanaan-Mu, Tuhan, untuk menuntun lorong-lorong kami dan mengajar kami bagaimana agar berkenan pada-Mu.114 4. Pencinta Salib Yang Riang Ada banyak kisah dalam biografi-biografi Montfort yang melukiskan dia sebagai orang yang direndahkan, ditolak, dan dicobai melampaui batas-batas daya tahan manusia “normal.” Dari hal-hal ini tidak ada satu pun yang menyentuh daripada kisah-kisah tentang bulan-bulan dan harihari terakhir hidupnya. Walau dia baru berusia 43 tahun, kesehatannya 113) Blain, Op.cit., no.335.dst. Peristiwa ini dikisahkan kembali secara rinci dalam Introduksi untuk Bab Duabelas, yang menyusul bagian ini. 114) Lihat CKA 191. Perhatikan bahwa terjemahan Montfort memperlihatkan adaptasi yang penting dari Kebij.9:1-19. 105 tampak hampir rusak tatkala dia mengadakan misi Prapaskahnya yang terakhir di kota-kota pedesaan di Vendée. Pada saat ini setiap mimpi-mimpi dan harapan-harapannya sudah hampir di ambang kepunahan: • Para penguasa tidak mengijinkan dia untuk membangun pertapaan kecil di hutan Vouvant (tanah Raja) untuk penyegaran diri setelah melakukan tugas-tugas misionernya (kelak). • Satu-satunya teman yang paling dipercayainya demi kelanjutan karyanya (Pater des Bastières) telah mundur tanpa penjelasan. • Dua teman pastornya yang masih ada adalah calon-calon baru yang harus memperhatikan batas-batas dan syarat-syarat mereka. • Dua perempuan yang selama 10 tahun di Poitiers begitu setia pada aturan hidupnya dan karya pelayanannya kepada orang miskin, baru saja pindah ke La Rochelle untuk memulai suatu pelayanan pendidikan cuma-cuma bagi orang miskin, dan sekarang mereka akan kehilangan kehadiran dan dukungan pembimbing. Surat terakhir yang ditulis sendiri dengan tangan Pater de Montfort adalah sebuah tanggapan terhadap permohonan yang mendesak dari Marie-Louise Trichet akan bantuan: "Kalau engkau adalah murid Kebijaksanaan, kalau engkau adalah salah satu yang terpilih di antara ribuan, maka penolakan-penolakanmu yang menyedihkan, rasa malumu, kemiskinanmu, dan keadaanmu yang tampak seperti tawanan akan tampak sangat manis bagimu, karena mereka semua akan dilihat sebagai harga dari mutiara paling berharga – Kebijaksanaan. Ketahuilah bahwa aku menantikan pergolakanpergolakan yang lain.... untuk menguji iman dan harapan kita, sehingga komunitas Kebijaksanaan dapat didirikan bukan di atas pasir-pasir emas dan perak yang goyah juga bukan di atas kekuatan manusia melainkan agar dia harus dibangun di atas Kebijaksanaan Kalvari."115 115) Lihat Surat no.34 dalam God Alone, p.36. Juga dikutip dalam Papasogli, op.cit., p.489. 106 Pater Perouas memberi komentar demikian, “Tatkala kita membaca surat ini kita tergoda untuk mengatakan ini adalah benar-benar Louis yang kasar, keras, kejam, dan masih liar.”116 Tetapi bisa saja ada titik pandang yang lain. Apakah Louis tahu pada tataran intuitif yang cukup mendalam bahwa masa akhir hidupnya sudah dekat? Apakah surat ini adalah cara dia memperlembut tamparan bagi Marie-Louise? Juga ini adalah Louis yang dalam beberapa hari akan menaiki mimbar untuk terakhir kalinya, seraya membuat para pendengarnya menangis tatkala dia berbicara tentang tema “kelemah-lembutan Yesus.”117 Ini adalah Louis yang dengan kekuatan sakrat-mautnya akan memegang erat-erat tangan Pater Mulot dan meyakinkan dia bahwa dia akan mampu “melanjutkan karya itu,” karena dia, Pater de Montfort, akan “berdoa kepada Allah baginya.” Ini adalah Louis yang pada ranjang mautnya berusaha memimpin para penghuni dusun yang mengelilingi dia dalam kidung-kidung pujian surgawi. 5. Santo Yang Takut Neraka Tetapi bahkan bagi Montfort yang suci pun, tidak segala sesuatu bisa terpecahkan. Cakrawala yang disingkapkan oleh Kebijaksanaan Ilahi tidak pernah berhenti menyingkapkan hal-hal yang tidak diketahui. Ketegangan lain yang paling menyusahkan dia datang dari keyakinannya akan neraka dan dia sangat bisa membayangkan kengerian-kengeriannya. Karena dia terbatas pada momen historisnya 116) Louis Perouas, A Way to Wisdom, Montfort Publications, Bayshore, New York, p.92. 117) Kotbah ini (no.80-90 dalam buku Sermons) sangat mirip dengan Bab 10 dan 11 dari CKA. W alaupun Montfort memakai kata “Yesus” dalam kotbah-kotbahnya kepada orang-orang sederhana, adalah jelas dari catatan 5 di bawah no. 82 bahwa dia tahu dia sedang berbicara dalam kotbah ini tentang “Kebijaksanaan Yang Tak Tercipta dan M enjelma.” Lihat Frehen, Henri (ed), Sermons, Centre International Montfortain, Rome, 1983. (Kaitan ini, sejauh kita ketahui belum diterbitkan, telah digali oleh Sr. Ann). 107 sendiri, dia tidak mempunyai akses ke dalam teologi di kemudian hari juga tidak kepada pemahaman-pemahaman dari psikologi manusia dan mitologi lintas-kultur yang memperlembut pemahaman teologis kita akan konsep neraka. Louis menerima secara penuh ortodoksi sejaman yang telah diajarkan kepadanya di St. Sulpice. Sebagai hasilnya, dia harus mendamaikan dua hal yang bertentangan; dan hal itu sangat sulit: • ajaran tentang hukuman abadi, yang dia yakini berasal dari Keadilan Allah, dengan • Kebaikan dan kerahiman abadi sang Kebijaksanaan.118 Bahkan pada saat-saat sakratmaut Louis, ketakutan akan neraka datang menyiksanya. Rasa takut yang mengerikan melintasi wajahnya, dan dia pun bangun untuk mengucapkan teriakan kerasnya yang terakhir, “Engkau menyerangku sia-sia; Aku berada di antara Yesus dan Maria! Pujilah Allah dan Bunda-Nya yang kudus aku telah tiba pada tujuan akhir hidupku. Semuanya sudah selesai; Aku tidak akan pernah berdosa lagi!”119 118) Lihat Volume Satu, Bab Empat, catatan 4, p. 59 dari terjemahan ini. Menurut pemikiran-pemikiran dari Bede Griffiths dan Pierre T eilhard de Chardin tentang makna neraka, kita boleh menambahkan catatan-catatan ini dari Thomas Merton yang kiranya menanggapi ketakutan Pater de M ontfort akan neraka: “Dalam sebuah teks yang bagus (von Balthasar) pada dasarnya mengatakan apa yang dikatakan Juliana dari Norwich tentang “segala sesuatu akan baik-baik saja,” yaitu bahwa Kristus menghakimi dan memisahkan yang baik dari yang jahat untuk menyingkapkan kebenaran tentang manusia di dalam pemisahan ini; tetapi orang yang ditolak ternyata adalah orang-orang yang telah dipilih dengan kerahiman yang lebih besar dan lebih misterius. Apakah ada batas bagi kerahiman Kristus yang telah secara penuh memuaskan untuk selamanya semua keadilan Allah dan sekarang menguasai dunia sehingga Dia berbuat sesuatu atasnya menurut kasih-Nya yang penuh kerahiman?” Thomas Merton, A Vow of Conversion, Farrar, Strauss & Giroux, New York, 1988, p.87. 119 Papasogli, Op.cit., p.495. 108 6. Kesimpulan • Sekarang kita berada pada posisi yang lebih baik untuk memperluas ringkasan orisinal kita dari beberapa hal-hal berlawanan di dalam kepribadiannya sendiri yang coba didamaikan oleh Pater de Montfort dalam Mazhab Kebijaksanaan. • kekuatan yang adalah sifat maskulin vs. kerapuhan yang adalah sifat feminin.120 • Penyesuaian mendalam terhadap alam vs. latihan untuk tunduk pada struktur-struktur sosial. • Panggilan personal dan intuisi vs. ketaatan tradisional. • Solidaritas dengan masyarakat kelas bawah vs apresiasi yang tidak memihak pada orang-orang dari semua golongan. • Nafsu vs. kelembutan. • Kekuatan dan kehadiran vs. kerendahan-hati. • Sukacita abadi dari Karunia Asali, sesuai dengan kerelaan untuk menyambut Salib. • Percaya akan Penyelenggaraan Ilahi, sejalan dengan dedikasi kepada tujuan yang tidak kenal lelah. • Ketakutan (akan neraka, akan setan-setan, dan akan hal-hal yang tidak diketahui) vs. kepercayaan (akan Kebijaksanaan). Masih ada tema-tema lain yang bertentangan yang harus diselidiki oleh murid yang ingin tahu akan kebijaksanaan Montfort untuk memperoleh lebih banyak pemahaman historis maupun psikologis. Ada juga hal-hal yang berlawanan yang tidak pernah benar-benar didamaikan (misalnya 120) Perhatikanlah bahwa kita tidak sedang membuat definisi akan yang maskulin dan yang feminin berdasarkan sepuluh sifat dalam daftar ini. Sebaliknya kita sedang memakai gambaran-gambaran arketipal dalam konteks psikologis yang tepat, yaitu, berdasarkan pengalaman Montfort sendiri akan keluarga dan kebudayaannya. Pentinglah untuk dicatat juga bahwa bagi dia, kerapuhan benar-benar merupakan sebuah sifat yang secara sadar diusahakannya. 109 cita-rasa akan Karunia Asali dan ketakutan akan neraka). Dalam pelbagai cara studi lebih jauh tentu akan membantu: • mempertajam pemahaman seseorang akan konflik-konflik dalam hidupnya. • memperdalam kesadaran bahwa resolusi dan transformasi adalah karya Kebijaksanaan dan bukan hasil dari usaha orang itu sendiri. Pelbagai Pemahaman dan Temuan - Pilihlah salah satu dari pasangan-pasangan hal-hal berlawanan dalam watak Montfort. < Jelaskan bagaimana anda memahaminya, dan berilah contohcontoh lain dari “pasangan” ini dari hidup Montfort sendiri. < Perkirakanlah seberapa jauh dia berhasil dalam upayanya “mendamaikan hal-hal berlawanan ini.” - Dalam hidup rohani kita seringkali berbciara tentang: · upaya menggapai kesempurnaan · pertobatan · transformasi. < Mana dari istilah-istilah ini yang anda sukai? Mengapa? < Bagaimana anda melihat proses ini dalam kehidupan Montfort? TOPIK F: BAB DUABELAS “NUBUAT-NUBUAT” DARI KEBIJAKSANAAN YANG MENJELMA Bab Dua belas, “Nubuat-nubuat” dari Kebijaksanaan Yang Menjelma, mengandung kaitan yang paling kuat dari CKA antara Kebijaksanaan Kosmik – Abadi, Menjelma, Tersalib, dan Dimuliakan, di satu pihak, 110 dan di pihak lain, Yesus historis yang berbicara sebagai “nabi Kebijaksanaan.”121 Inilah jawaban, yang seringkali paradoks, terhadap pertanyaan itu: “Bagaimanapun juga, apa yang diajarkan Kebijaksanaan itu?” Dengan menempatkannya sesudah dua babnya tentang “Kemanisan Yang Menarik dari Kebijaksanaan Yang Menjelma”, Montfort rupanya bermaksud memperjelas kaitan antara apa yang dilakukan Kebijaksanaan Yang Menjelma dan apa yang Dia katakan. Tetapi adalah penting untuk diingat bahwa bab ini mengandung sebuah pilihan khusus dari ajaran-ajaran Yesus yang sudah ada dan berdiri sendiri dalam sebuah kumpulan yang sebelumnya sudah ada.122 Beberapa kritikus berkata ini adalah sebuah pilihan radikal,123 tetapi yang jelas ini adalah sesuatu yang pada jaman Montfort diterima sebagai suatu refleksi akurat atas Yesus historis dan sebuah pernyataan murni dari cita-cita Kristen. Sebagaimana diakui dengan rela oleh para biograf, sedikit saja orang yang mampu merealisasikan dalam 121) Paling tidak sebagian dari ucapan-ucapan “Q” dan Injil Thomas adalah kumpulan yang dihimpun oleh orang Kristen generasi pertama yang “ingat” apa yang telah mereka dengar dari Yesus-Kebijaksanaan. Para ahli Perjanjian Baru dengan spesialisasi ucapan-ucapan “Q” mengatakan kepada kita bahwa: pertama-tama Yesus dilihat sebagai “anak Kebijaksanaan.” Kemudian Dia dipahami sebagai “nabi Kebijaksanaan.” Akhirnya, Dia dipahami sebagai “Kebijaksanaan itu sendiri.” Lihat Elizabeth A. Johnson, She Who Is: The Mystery of God in Feminist Theological Discourse, Crossroads, New York, 1993, p.157-159. 122) Montfort menyari empat puluh sembilan yang pertama dari ucapan-ucapan itu dalam kumpulannya dari karya Pater Amable Bonnefons, op.cit., Tetapi dia menambahkan, beberapa ucapan yang dipilihnya sendiri, yang secara efektif meletakkan “cap” Kebijaksanaan bahkan secara lebih kuat lagi pada kumpulan itu. 123) Lihat Laurentin, op.cit., p.65 dst, dan juga Gilbert, art.cit.,p.686-87. 111 kehidupan mereka versi injil ini, walau tak seorang pun dapat membantah bahwa Montfort sendiri adalah salah satu di antara yang sedikit itu. Tatkala kita berusaha “menikmati” ajaran-ajaran yang disampaikan kepada kita oleh St. Louis-Marie-de Montfort, kita akan mencoba menyiapkan jalan melalui tiga pertanyaan yang “mendesak” berikut ini: • Apa hubungan Montfort sendiri dengan seleksi khusus dari ucapanucapan Yesus? • Bagaimana seleksi ini cocok dengan ajaran-ajaran dari “Yesus Historis?” • Bagaimana orang mempersonalisasikan kumpulan ucapan-ucapan itu dalam semangat seorang pencari Kebijaksanaan? 1. “Injil” Montfort menggambarkan suatu seleksi “radikal” Bentuk “orakel” yang dipakai Montfort untuk membingkai kumpulan ucapan-ucapannya mengkaitkan dia dengan tradisi Kebijaksanaan yang berkembang subur selama beberapa dasawarsa antara wafatnya Yesus dan proses editing final dari Injil-injil Sinoptik.124 Kalau ucapan-ucapan yang dicatat Montfort itu dianggap “radikal”, itu disebabkan karena seleksinya mengandung cukup banyak ucapan yang kadang-kadang disebut “ucapan-ucapan keras.” Mengapa mereka disebut demikian? Ada dua kemungkinan yang bisa dicatat: • Mereka dilihat sebagai “teka-teki” yang sulit dipecahkan; atau • Menurut bahasa dari kritik bentuk mereka digolongkan sebagai “ucapan-ucapan anti-sosial” karena hampir semuanya tidak mungkin dipraktekkan kalau orang hidup dalam sebuah 124) Tradisi yang mengumpulkan himpunan ucapan-ucapan dan menurun-alihkan mereka dalam konteks komunitarian, sampai sejauh tertentu, adalah genre kebijaksanaan. Seperti amsal-amsal mereka itu mudah dihafalkan dan diajarkan. 112 komunitas, atau dalam sebuah keluarga, atau dalam suatu relasi integral dengan masyarakat.125 Montfort sendiri berbakti kepada gaya hidup “radikal” yang secara sangat harafiah menunjukkan versi Injil ini. Dengan hidup sebagian besar di jalanan, dia tidak membawa uang, makanan, ataupun pakaian ganti. Walau suatu saat dia menarik perhatian dalam sebuah surat kepada upaya-upaya yang telah dibuatnya demi para saudarinya, dia menjaga agar sedikit mungkin menaruh kepedulian pada kewajibankewajiban sebagai anak kepada orangtuanya. Atas nama orang miskin dia membebaskan diri (tidak mau menerima) dari pemberian yang diberikan orangtuanya dan para calon dermawan. Akhirnya, dia bersandar pada Penyelenggaraan Ilahi tidak hanya untuk makanannya, melainkan juga untuk dukungan yang kiranya dia butuhkan dari para penguasa gerejawi untuk melaksanakan tujuannya sebagai seorang pengkotbah berkeliling dengan misi tertentu. Terlebih lagi, selain “nasihat-nasihat Injil,” dia mempraktekkan kekerasan jasmani yang dianjurkan “dalam riwayat hidup orang-orang kudus,”126 agar bisa termasuk di kalangan orang-orang yang menyesuaikan dirinya dengan Kristus dengan cara “menyalibkan 125) Ivan Havener memberi komentar demikian: Ada sejumlah ucapan dalam “Q” yang mengkhianati beberapa ciri yang agak tidak biasa yang mungkin bisa menyebabkan mereka disebut “ucapan-ucapan antisosial… ” Ucapan-ucapan ini menyinggung beberapa keyakinan yang dianut ketat tentang arti penting rumah kediaman, ketaatan dan tanggung-jawab keluarga, dan rasa hormat akan dan bangga akan harta milik dan kekayaan. Sebagian terbesar… muncul dalam bagian dari “Q” [yang berjudul] “Misi para Rasul”… Kita dapat menyebut pendengar awal ini sebagai para nabi Kristen awal yang berkeliling, orang-orang Kharismatik tunawisma… dan yang menganggap diri sebagai pengikut setia Yesus, seraya meniru cara hidupNya yang dinamis dan menerima kata-kataNya yang mendukung hal itu.” Lihat Ivan Havener, Q: The Sayings of Jesus, The Liturgical Press, Collegeville, MN, 1987, p.92-94. 126) Lihat CKA 20. 113 kedagingan beserta segala idamannya.”127 Walaupun cara hidup ini mungkin tampak heroik dan luar biasa menurut tolok-ukur kita, toh harus diakui bahwa hal ini mempunyai daya tarik yang kuat bagi Montfort, yang tertarik kepadanya oleh keadaan jasmani, oleh temperamen, dan oleh sebuah panggilan yang benar-benar cocok baginya.128 Tetapi, harus juga diingat dalam hati bahwa dalam beberapa hal “ucapan-ucapan keras” sangat sulit dimengerti karena paham dualisme yang membingungkan pada masa itu. Suatu dualisme khusus yang mengatakan bahwa materi adalah jahat sementara roh adalah baik; dualisme ini memunculkan persoalan-persoalan bagi orang-orang sejaman Montfort, dan melalui mereka bagi Montfort sendiri juga. Kita beruntung, karena hanya dua tahun sebelum Louis-Marie wafat, teman masa kecil dan biografnya yang pertama, Jean-Baptiste Blain, meminta dia untuk memberi alasan mengapa dia memilih gaya-hidup yang “antisosial.” Setelah itu, kedua sahabat itu pun terlibat dalam sebuah adu “argumen” yang sungguh cemerlang yang poin-poin utamanya telah dicatat Blain.129 Pada dasarnya, Montfort dengan gigih memper 127) Lihat CKA 194 dan Surat kepada Sahabat-sahabat salib, 27. 128) Montfort mempunyai cadangan energi, stamina, dan dinamisme atletik luar biasa. Profil kepribadiannya memperlihatkan ciri-ciri Enneagram tipe 8. Mereka yang termasuk tipe ini mengatakan bahwa ada landasan fisiologis bagi kebutuhan mereka untuk mengeluarkan adrenalin berlebihan. Pada tataran lain, kita bisa menganggap dia sebagai orang berarketipe pahlawan-santo Keltik. 129) Jean-Baptiste Blain adalah pengagum Montfort sejak masa-masa sekolah mereka di Kolese Rennes. Kemudian, ketika mereka berdua menjadi seminaris muda di Seminari St. Sulpice di Paris, Blain berencana mengikuti Montfort dalam karya pelayanan imamatnya. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak mengikuti Louis-Marie, dan pikirannya yang kedua ialah, barangkali, dipengaruhi oleh penilaian skeptis superior mereka yang terdahulu dan yang juga pembimbing Montfort, Pater Leschassier. Namun demikian, Blain selalu tergugah rasa ingin tahu akan sang genius misioner ini dan akan kemampuan-kemampuan luar biasa dari sahabatnya. 114 tahankan cara hidupnya atas dasar Injil, tetapi dia berbuat demikian dalam konteks pilihannya sendiri (karena dia percaya Yesus juga berbuat demikian) untuk hidup sebagai seorang tunawisma. Tetapi dia sadar, bahwa Blain mengedepankan pandangan lain dari kesempurnaan rohani dalam mana mereka berdua telah dididik di St. Sulpice. “Spiritualitas Inkarnasi” Bérullian mengedepankan sebuah cita-cita yang lebih ‘humanistik’130 dalam mana semua aspek dari hidup Kalau terjadi adu “argumen,” Blain adalah kanonik pada Kathedral Rouen dan direktur pendidikan umum keuskupan, sementara Montfort, pada puncak-puncak sukses misionernya, sedang menderita rumor-rumor kejam dan jahat yang beredar di sekitarnya. Terlebih lagi, dia sudah dalam keadaan mengalami gejala kesehatan yang memburuk. Sahabatnya bertanya kepada Louis-Marie mengapa dia tidak mau memperlunak ”sikapnya yang sangat keras” itu. Menurut Blain, Montfort menjawab dengan balik bertanya kepadanya, “apakah saya punya keberatan terhadap apa yang telah diajarkan dan dilaksanakan Yesus Kristus dan apakah saya memperlihatkan kepada-Nya suatu cara hidup yang lebih menyerupai cara hidup Yesus dan para murid-Nya selain dari hidup orang miskin, yang dipermalukan, dan dilandaskan pada ketergantungan total pada Penyelenggaraan Ilahi?” Tantangan ini adalah tanggapan Montfort yang pertama dalam sebuah putaran “debat” dalam mana Blain mencoba memahami mengapa sahabatnya ini tampaknya cenderung menciptakan masalah-masalah bagi dirinya sendiri dan orang-orang lain dengan tetap bertahan dalam “perilaku eksentrik.” Sesudah berdiskusi tentang panggilan-panggilan yang berbeda dari mereka yang hidup dan berkarya dalam komunitas, melawan mereka yang (dalam pandangan Montfort) menerobos pola-pola sosial untuk menghasilkan sesuatu yang baru, kurang lebih mereka tiba pada suatu perhentian. Blain mengakui ketidak-mampuannya untuk memahami dimensi-dimensi heroik dari kepribadian kudus, sementara Montfort mampu mempertahankan panggilannya sendiri. Sesudah kematian dini Montfort, Blain mulai menyusun biografi pertama sang bakal-santo-itu. Lihat Blain, op.cit., no.331332. Laporan Blain tentang perjumpaan ini diringkaskan dalam Papasogli, op.cit., Part IV, Chapter Three. 130) Para arsitek Mazhab Prancis terbuka pada aliran-aliran “humanisme” yang menjadi kultur dominan yang mereka berusaha menembusnya. (Banyak dari mereka lahir dari keluarga aristokrat). M ontfort, di pihak lain, adalah seorang populis. Fakta bahwa dia telah dibentuk sebagian oleh titik pandangan “berlawanan” di St. Sulpice adalah Kebijaksanaan yang mengajar dalam dirinya sendiri. 115 manusia, termasuk ujian-ujian hidup bersama-sama di dalam komunitas, dilihat sebagai suatu yang tercakup dalam “hidup sempurna” dari Anak Manusia, dalam mana orang ikut ambil bagian melalui “misteri” yang berdaya-transformatif yang memungkinkan kita ikut ambil bagian dalam ‘keadaan-Nya.’ 2. Yesus-Kebijaksanaan Melampaui Yesus Historis Sekarang kita mendekati pertanyaan kita yang kedua: “Bagaimana seleksi ini cocok dengan ajaran-ajaran dari “Yesus Historis”? Tatkala kita mendekati Bab Dua belas, kita harus mengakui bahwa upaya untuk mengontak Kebijaksanaan dalam Injil bukan berarti berjumpa dengan Yesus historis yang “sebenarnya.” Walau kita bisa berharap untuk sedapat mungkin mendekati lapisan-lapisan paling awal dari Perjanjian Baru, toh harus diakui bahwa pada akhirnya Yesus historis yang sesungguhnya itu menghindarkan diri dari kita. Ini disebabkan karena hakekat sebagai guru selalu menunjuk pada suatu realitas yang tidak bisa ditampung oleh kata-katanya, kepribadiannya, atau lingkungan sosialnya. Sang pengantara Kebijaksanaan adalah jauh lebih dinamik, lebih kompleks, lebih kaya dan lebih kreatif daripada kesadaran dari para murid untuk mampu menyerap, apalagi mengkodifikasi dan mencatat. Banyak dari apa yang Dia ajarkan hanya diketahui melalui pencerahan hati, dalam keheningan dan dalam kehadiran Sang Guru. Kadang-kadang dia diteruskan dalam suatu saat yang dipersiapkan dengan sangat indah melalui perantaraan pertanyaan orang itu sendiri, yang memunculkan jawabannya sebagai sebuah pencerahan budi secara tiba-tiba.131 131) Cara melihat sang guru seperti ini diterapkan pada beberapa tataran pada Montfort sendiri. Orang senang berada bersamanya, dan merasakan sukacitanya, bahkan ketika dia sedang berbicara tentang “salib.” Dia seringkali dapat menghasilkan efek yang diinginkannya hanya dengan diam seribu basa. Dalam salah satu kotbahnya yang paling mengesankan konon dikatakan bahwa dia terangkat ke atas salib. 116 Hasilnya adalah bahwa hidup dan keberadaan Yesus sebagaimana kita menerimanya secara mental ditengahi (diperantarai) melalui sebuah saringan persepsi yang terbatas, persis sebagaimana halnya cahaya ditengahi (diperantarai) kepada tatapan manusia lewat objekobjek yang memantulkannya. Seperti pelangi, transmisi terjadi melewati medium yang memecah-mecah sumber cahaya sehingga dia dapat dilihat. Sebagaimana dikatakan baru-baru ini oleh seorang penulis kreatif, “warna adalah penderitaan cahaya.” Oleh karena itu, jalan masuk yang paling baik yang kita punyai kepada Injil Cahaya, adalah melalui injil-injil dalam warna-warna yang khusus: Injil-injil menurut Mateus, Markus, Lukas dan Yohanes.132 Kebijaksanaan datang menjumpai kita ketika kita telah menemukan kebenaran ini bagi diri kita sendiri: bahwa untuk “merealisasikan” injil bukanlah masalah memandang kebenaran historisnya, juga bukan menggunakannya secara mental seakan-akan dia adalah sebuah petunjuk perilaku. Ketika Dia (She) datang, kita pun menemukan bahwa “upaya merealisasi” berarti “menjadikan nyata” melalui suatu perjumpaan dengan Dia (Her): • yang mendamaikan hal-hal berlawanan. • yang tahu dan memahami segala sesuatu. • yang senang berada di tengah anak-anak manusia. Dalam proses ini kita secara perlahan-lahan, langkah-demi-langkah, dapat berpindah dari serangkaian resolusi dan reorientasi ke suatu pandangan hati yang dianut terus menerus, di mana hal-hal berlawanan disimpan dalam hati dan juga dalam perasaan-perasaan bersama-sama, 132) Orang dapat menambahkan beberapa hal lagi kalau orang terbuka terhadap eksplorasi atas sumber-sumber non-kanonik. Sebagaimana telah kita lihat dalam penyatuannya akan kisah-kisah non-kanonik ke dalam kisah hidup Yesus, karya Montfort sendiri memperlihatkan (tentu secara tidak sengaja) bahwa “injil menurut St. Louis-Marie” adalah salah satu tarian kompleks yang beralih dari sumber historis. Lihat, misalnya, CKA 121. 117 secara serentak. Pada titik itu kita pun bebas untuk menghargai injilinjil dengan sebuah cara baru, dengan mengatasi bertahun-tahun pengalaman keakraban yang membosankan dengan mereka. 3. Mempribadikan Perjumpaan dengan Kebijaksanaan Di basilika Hagia Sophia di Konstantinopel masih ada sebuah mosaik Kristus sang pendamai yang mengagumkan dalam sebuah panel samping tribun di bawah kubah. Dalam adikarya ini kita melihat suatu penggubahan sangat indah dari ciri-ciri yang paling halus: sebuah wajah: • lembut, tetapi memancarkan kekuatan • transenden, tetapi benar-benar hadir • mengetahui semuanya, tetapi mau menerima hal baru • menang-berjaya, tetapi akrab dengan duka. • khikmad, tetapi mengulum sebuah senyuman. • Ilahi, tetapi manusiawi. Di belakang kepala-Nya ada sebuah lingkaran cahaya emas, yang digambar dengan halus pada sebuah ubin biru untuk menyingkapkan sebuah bentuk salib. Tingginya dan kedalamannya, panjangnya dan lebarnya, dunia di atas dan dunia di bawah, yang kuno dan yang masih akan datang, berkonvergensi pada sebuah titik yang tidak dapat kelihatan pada pusat kepala itu. Orang mencoba masuk ke dalam “pertobatan” (at-one-ment) sempurna dari sang seniman yang menyusun kemenangan seperti itu, dengan memakai sebagai bahan mereka potongan-potongan paling kecil dari batu dan lapisan kilat berwarna, masing-masing potongan pada tempatnya menyumbang pada kehalusan wajah itu. Hati pun mengakui pandangan ini akan sang Pantokrator, sang Kristus-Kebijaksanaan, pencipta semuanya, pembuka sebuah tatanan baru berdasarkan tindakan-Nya yang telah mendamaikan dalam hati-Nya segala dimensi dari perjalanan manusia. 118 Seorang peziarah mencatat refleksi-refleksi berikut ini dalam buku hariannya sesudah merenungkan lukisan ini: Kalau orang harus menyusun ajaran Kebijaksanaan dalam sebuah sistem aturan-aturan, atau bahkan mau menyusun daripadanya sebuah peta bagi perjalanan rohani, atau juga mau menggambarkan darinya cita-cita sempurna untuk dibentangkan di hadapan seseorang, orang belumlah benar-benar bertemu dengan Yesus-Sophia. • Karena kalau anda mau bertanya pada-Nya tentang kedamaian, Dia akan berbicara kepadamu tentang hidup dengan sebuah pedang; • kalau anda menghendaki agar Dia mendukung rencana revolusionermu, mungkin Dia akan menyuruhmu melihat gambar Kaisar pada koin-mu sendiri; • kalau anda mencari pengecualian dari praktek umum, Dia akan menunjukkan padamu bahwa setiap catatan dan titik hukum mempunyai tempatnya; • kalau anda merasa tersandung karena cara Dia mengabaikan hukum, Dia akan mengingatkan anda bahwa Sabbath dibuat untuk manusia; • kalau anda merasa terhimpit oleh beban kekayaan yang banyak, kiranya Dia akan mendorongmu untuk memandang bunga-bunga bakung di ladang; • kalau anda berpikir bahwa cara sempurna untuk mencari Kebijaksanaan adalah seperti orang tunawisma yang hanya mengenakan satu jubah dan sepasang kasut, kiranya Dia akan mengundangmu untuk berpesta bersama para pemungut cukai, atau membawamu beserta-Nya untuk menikmati waktu senggang selama satu jam di rumah seorang Farisi yang kaya. Poinnya adalah bahwa tidak satupun ucapan Yesus yang terpisah dapat diambil dan dipastikan begitu saja. Seorang murid harus selalu terbuka pada paradoks dan pada apa yang diajarkan Kebijaksanaan pada saat khusus dari pengalaman hidup seseorang. Kita semua membutuhkan seorang Yesus dari Nazareth, seorang Fransiskus dari Asisi, atau seorang Louis-Marie Grignion de Montfort 119 yang isyarat profetiknya tentang ziarah abadi menunjuk pada kebebasan batiniah yang begitu besar. Sesungguhnya, kita tidak ditantang untuk melewatkan hidup kita secara harafiah sebagai “petualang” atau “para pengembara abadi” pada jalan layang 6-jalur atau jalanan berdebu. Tetapi masing-masing dari kita ditantang, apapun kewajiban-hidup kita, untuk sampai, melalui proses transformasi Kebijaksanaan, pada kebebasan batin yang sama. Sebab “Boleh jadi ia dituntun kebijaksanaan di jalan yang berbelok-belok dahulu, sehingga didatangi ketakutan dan getaran; boleh jadi kebijaksanaan menyiksa dia dengan siasat sampai dapat percaya padanya, dan mengujinya dengan segala aturannya. Tetapi kemudian kebijaksanaan kembali kepadanya dengan kebaikan yang menggembiarakan, dan menyingkapkan kepadanya pelbagai rahasia.”133 4. “Madu dari Batu karang” – Kata kunci dari “Nubuat-nubuat” Lalu bagaimanakah caranya kita menjadikan ucapan-ucapan Yesus milik kita sendiri? Melalui sebuah proses dialog batin dan jasmani yang dibuktikan oleh buah-buah dari disiplin ke mana kita dipanggil. Sejauh ucapan-ucapan itu mengedepankan disiplin Kebijaksanaan atau aturanaturan hidup, mereka adalah “kuk” atau “beban” yang orang pikul untuk melayani-Nya. Tetapi Montfort memerintahkan kita bahwa kalau orang menerima kuk ini sebagai suatu langkah awal (inisiasi) ke dalam pengalaman akan kemanisan-Nya, maka “Kuk-Nya pun mudah dan beban-Nya pun ringan.”134 Kepada kumpulan ucapan-ucapan Yesus yang diturun-alihkannya, dia menambahkan Sabda Bahagia dan logion tentang perwahyuan-diri 133) Sirakh 4:17-18. 134) Montfort seringkali berbicara tentang “cara yang mudah” untuk mencapai dan mengamankan Kebijaksanaan. Lihat CKA 96. 97, 98, 112. 120 sang Kebijaksanaan itu kepada “orang-orang kecil.”135 Hal-hal ini melengkapi kumpulan itu dengan sebuah sentuhan akhir yang penting yang menyebarkan “kemanisannya” ke atas seluruh kumpulan. Sesungguhnya, adalah mengagumkan bahwa tanpa bantuan dari alatalat modern seperti kritik-bentuk atau acuan-silang, Montfort secara intuitif mengidentifikasi dan memilih secara khusus teks-teks yang menyoroti Yesus dalam aspek-Nya sebagai sang guru Kebijaksanaan. Pada titik ini dalam diskusi kita, adalah bermanfaat menyediakan beberapa waktu untuk memeriksa secara lebih dekat kata-kata kunci dari teks-teks ini yang menambahkan nilai kebijaksanaan pada kumpulan Bonnefons. Kalau dijalin-jalin dengan tema pengatur “kemanisan,” tema-tema terkait ini dapat, kalau orang mau memilih, menyediakan benang penuntun dengan mana orang menemukan jalannya melalui “tema-tema Kebijaksanaan” dari sebagian besar teksteks injil: a. Kuk Kuk (akar katanya dalam Sanskrit, yuj, berarti menghubungkan atau menyatukan; Latin, jugum; Yunani, zygon) adalah sebuah tanda purba dan kuat. Makna fundamentalnya barangkali harus ditelusuri sampai ke cita-rasa para leluhur pra-sejarah akan adanya hubungan suci antara binatang dan manusia dalam sebuah proyek luar biasa untuk mengolah tanah. Dalam bentuk Timurannya, kata yoga masih mengacu pada tindakan menghubungkan budi dengan suatu prinsip yang lebih tinggi dengan mana budi mengetahui, yaitu, menciptakan sebuah jembatan di 135) Mat 11:25-26. Perikop lengkap dalam Mat 11:25-30 yang mencakup undangan untuk “memikul kuk” perlu direkonstruksi dengan mengumpulkan ucapan-ucapan nomor 10 dan 21 dari kumpulan Montfort. Lihat Vol. Satu, Bab 12, catatan 10, hal.145. 121 atas “pembagian semu” antara yang ilahi dan yang manusiawi, yang seringkali dipikirkan sebagai dua “dunia” yang terpisah.136 Sebagaimana telah dicatat Joseph Campbell, equivalennya di Barat adalah “agama” (religion, Latin, re-ligo, yang berarti menghubungkan atau mengikat-satukan; yaitu sesuatu yang menghubungkan dua hal yang pada dasarnya tidak sama: yaitu Allah dan manusia).137 Dalam konteks Kebijaksanaan, kita bisa berpikir tentang beban (yoke) sebagai tindakan membawa manusia ke dalam hubungan “perkawinan” dengan Allah dalam suatu proyek evolusioner dengan mana bumi ditaburi dengan benih-benih inkarnasi Allah, dan materi itu sendiri pun pada akhirnya dibawa ke ambang kesadaran. b. Kerajaan, Pemerintahan, Warisan Dengan suatu paradoks yang aneh, Kebijaksanaan mengubah perhambaan menjadi ahli waris kerajaan.138 Murid yang memikul kuk Kebijaksanaan mencapai status kebangsawanan-Nya dan kedaulatanNya.139 Dia berdiam dengan aman sentosa di rumah laksana mempelai di dalam “kemuliaan” Shekinah.140 Dalam metafor yang lain, dengan menemukan warisannya, sang penemu Kebijaksanaan diangkat kembali 136) Joseph Campbell, The Masks of God: Oritental Mythology, Penguin, 1962, p.13. 137) Loc.cit., Kita telah mencatat bahwa ini adalah makna dalam mana Mazhab Prancis memakai istilah “agama”. 138) Lihat Sirakh 6:29-31, “Maka sengkelanya akan menjadi suatu benteng kokoh kuat bagimu, dan pasungannya suatu baju kebesaran. Kuknya merupakan perhiasan emas, dan pengikat-pengikatnya adalah pita ungu tua. Laksana baju kebesaran akan kaukenakan, dan kaupasang bagaikan karangan kegembiraan.” 139) Lihat CKA 66, yang mengutip Amsal 8. 140) Lihat Sirakh 14:20,27, “Berbahagialah orang yang merenungkan kebijaksanaan...dan diam di dalam kemuliaannya.” Lihat juga Sirakh 4:11, yang “menghubungkan” cinta kasih dan Kebijaksanaan sebagai pendidik. 122 ke “status anak” – ke keserupaan dengan Allah, dan ikut ambil bagian di dalam kehidupan ilahi-Nya sendiri.141 “Memerintah” mengandung ide-ide kekayaan dan kekuasaan. Dia juga mengandung gagasan-gagasan kedaulatan, kebebasan, dan imortalitas. Bersama-sama semua gagasan-gagasan ini adalah metaformetafor bagi transformasi rohani dari seseorang yang menemukan Kebijaksanaan; mereka tidak lagi dipahami secara harafiah dalam sastra ini ketimbang ide menemukan harta karun terpendam. Oleh karena itu, adalah sulit untuk mendefinisikan kerajaan (dia hanya dibicarakan dalam “perumpamaan-perumpamaan” saja). Dia serentak di luar dan di dalam, “di dalam kita” dan “di tengah-tengah kita,” individual dan komunal, personal dan antar-pribadi, duniawi dan surgawi. Injil Thomas menyoroti beberapa dari atribut-atribut “berlawanan” ini dengan mengkontraskan mereka secara lebih kuat lagi daripada (yang dilakukan) kaum sinoptisi. c. Kaum Miskin Dalam artian harafiah, orang miskin adalah lawan dari orang-orang yang telah menemukan harta karun terpendam. Tetapi oleh karena Kebijaksanaan mendamaikan hal-hal berlawanan, “orang-orang yang miskin dalam roh” pun mewarisi kerajaan; dan “yang terakhir menjadi yang pertama, dan yang pertama, menjadi yang terakhir.” Maria, Bunda Yesus, dilukiskan dalam injil Lukas sebagai intisarisulingan dari “orang miskin” yang disiapkan untuk menerima Kebijaksanaan. Hal ini disebabkan baik karena “kehampaan” 141) Dalam Sabda Bahagia, ada kesesuaian antara “hal mewarisi K erajaan” dan “hal disebut sebagai anak-anak Allah.” Injil Thomas mengatakan (no.3): “Kerajaan itu ada di dalam dirimu dan di luar dirimu. Kalau engkau mengenal dirimu sendiri, maka engkau akan dikenal, dan engkau akan tahu bahwa engkau adalah anak-anak dari Bapa yang hidup. Tetapi kalau engkau tidak mengenal dirimu sendiri, maka engkau berada dalam kemiskinan dan engkau adalah kemiskinan.” 123 rohaninya,142 maupun karena solidaritasnya dengan “orang miskin Israel.”143 Injil Lukas dimulai dengan melukiskan banyak model orang miskin selain Keluarga Kudus: Elizabeth dan Zakharia, Simeon dan Hanna. Pada akhirnya, hanya orang “miskin” yang otentik sajalah yang memenuhi syarat sebagai tamu pada “pesta perkawinan” yang dipersiapkan Kebijaksanaan bagi orang-orang yang menanggpi panggilan-Nya.144 Tema kemiskinan rohani dilambangkan dengan sangat baik dalam sosok “darwish” Sufi, barangkali sosok yang paling akrab dikenal dari tradisi mistik Islam. Sang guru Ansari mengatakan: “Apa itu menjadi darwish? Dia adalah suatu eksterior yang tidak dicat dan suatu interior tanpa percekcokan. Darwish tidak mempunyai nama atau reputasi, dan tidak mengenal baik perang maupun damai.”145 Dan si penyair Rumi pun menambahkan: “Darwis adalah orang yang dalam setiap hembusan nafasnya melepaskan secara bebas seluruh alam semesta, yang meneriakkan rahasia-rahasia dari setiap dunia.”146 Dengan mengikuti komitmennya pada “injil radikal,” Pater de Montfort sendiri dapat dipikirkan sebagai seorang “darwis.” Dia menimba banyak “sukacita” murni dalam hidupnya dari hubungannya dengan orang-orang miskin, dan tidak pernah makan di rumah orang kaya tanpa membawa serta seorang tamu dari kalangan yang paling miskin. Dia senang menampilkan diri dengan “menyamar” sebagai orang miskin, untuk sekadar mencari-tahu kalau dia memang akan 142) Lukas 1:38. 143) Lukas 1:46-55. 144) Lukas 14:21-24. 145) Dalam Javad Nurbaksh, Spiritual Poverty in Sufism, Khaniqahi-Nirmatullahi Publications, London, 1980, p.44. 146) Ibid., p.48. 124 diterima dengan penampilan seperti itu. (Biasanya, sang tuan rumah tidak lolos ujian itu). Tetapi untuk sebagian terbesar, dia bersukacita ketika rencana-rencananya menjadi kacau, sebab dalam keadaan kehampaan seperti ini dia seringkali menerima karunia-karunia yang paling mendalam dari persatuan ilahi. d. Rendah hati, Lemah lembut, Lembut, mulia, terbuka hati, dan menjadi manis Permainan kata-kata di sekitar sifat-sifat ini bisa menjadi suatu tarian yang sangat indah ketika, katakanlah, dipahami “di bawah sayapsayap” kata Prancis doux, yang dalam peranan suatu kata-induk dapat menggantikan semua atau salah satu dari kata-kata itu. Tetapi kita harus melihat pada kata-kata Yunani yang terpisah dalam teks-teks Injil yang mengembangkan nuansa-nuansa makna. Kata-kata itu ialah praus, tapeinos, dan chrestos. Praus biasanya diterjemahkan dengan “lembut” dalam proklamasi Kebijaksanaan dalam Mateus 11:29, dan dalam Sabda Bahagia dari Mateus 5:7.147 “Kelembutan” adalah kata yang tidak lagi dipahami oleh sebagian terbesar orang modern, dan banyak yang menolaknya sama sekali. Tetapi pencari Kebijaksanaan, menyelidiki hal itu lebih jauh lagi. • Pertama kita menemukan bahwa dia merangkul “kesopanan” (civilty) yang menurut Scott Peck benar-benar sangat kurang dalam kebudayaan kita.148 147 Karena ptochos (miskin, melarat) secara tradisional dikaitkan dengan praus (lemah-lembut), maka Sabda Bahagia ketiga dianggap sama (atau suatu keterangan dari) dengan Sabda Bahagia pertama. 148) Scott Peck, A World Waiting to be Born: Civility Rediscovered, Bantam, New York, 1993. 125 • Oleh karena itu, dia mencakup “rasa hormat” (courtesy, seni yang pernah diajarkan dalam “istana-istana” para raja), dan pertimbangan murni. (Bagaimana kita dapat “mencintai sesama kita seperti diri kita sendiri,” kalau kita tidak mampu membayangkan diri kita sendiri dalam situasi sesama kita?) • Dia adalah ahimsa (non-violence), seperti Gandhi; dan (dia adalah) rasa hormat sepenuhnya akan keberadaan “orang miskin” dan terluka.149 • Dia adalah lapang juga sangat ramah (debonair, demikian ungkapan orang-orang Prancis pada jaman Montfort melukiskan rasanya “udara segar”). • Dia tersentuh oleh rasa humor yang tidak menonjolkan diri sendiri, seperti suara tawa Dalai Lama ketika mendapat pertanyaan yang bisa memalukan. • Akhirnya dia itu “penuh-damai” seperti Paus Yohanes Paulus II yang sedang berarak menelusuri lorong bangku Katedral St. Patrick, seraya berhenti sejenak untuk menyentuh masing-masing kepala orang dengan kelemah-lembutan yang peduli, seakan-akan di dunia ini selalu ada waktu untuk menyambalewa pada setiap perhentian. Barangkali dengan campuran dari semua gambaran ini, kita dapat sampai pada suatu gambaran positif tentang Yesus yang sedang menunggang “dalam kelembutan” seekor keledai yang rendah, yang adalah “seekor binatang bagal,”150 pada hari Minggu sebelum SengsaraNya. 149) Sirakh 4:8, “Condongkanlah telinga kepada yang miskin, dan dengan ramah balaslah salamnya.” 150) Zak 9:9. 126 Tapeinos biasanya diterjemahkan sebagai “rendah hati”151 bersama dengan praus, “lemah-lembut” dan muncul dalam Mateus 11:29. Tetapi kata terdahulu mempunyai konotasi yang lebih spesifik daripada kata praus, yang menghubungkannya dengan status rendahan atau status yang tidak menguntungkan. Maria berbicara sebagai “Puteri Sion” yang mewakili seluruh golongan “Kaum miskin Israel” ketika dia mewartakan dalam Magnifikat-nya bahwa “Tuhan telah memperhatikan kerendahan hambanya”. Paulus menerapkan gagasan yang sama ini kepada Kristus dalam teks kenosis-nya yang terkenal yaitu Filipi 2:12(?) (6-7), di mana dia mengatakan bagaimana Kristus telah merendahkan Diri-Nya sendiri dari status keilahian-Nya untuk ikut ambil bagian dalam status umat manusia.152 Chrestos: diterjemahkan sebagai “baik”,153 151) Mazmur 18:27(28), “Karena Engkaulah yang menyelamatkan bangsa yang tertindas, tetapi orang yang memandang dnegan congkak Kaurendahkan”. Ini dikaitkan dengan ide “anawim,” kaum Miskin Israel. Lihat juga Mazmur 34:6(7), “Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.” 152) Filipi 2:6-7 berbunyi sbb: “...walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” 153) Seringkali bersama dengan “sabar.” Lihat Roma 2:4, “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” 127 atau “lemah-lembut”,154 atau kadang-kadang “manis.”155 Dalam Perjanjian Baru kata ini juga dikaitkan dengan kelembutan tak bersyarat yang melekat kuat dalam kemurahan-hati dari Inkarnasi itu sendiri.156 Para ahli mencatat bahwa kemiripan bunyi antara chrestos, dan christos, mungkin menyebabkan nama-nama ini tidak dapat dibedakan oleh banyak orang Yunani, dan dengan itu berfungsi untuk mencampurkan ide “dia yang terurapi” dengan “dia yang baik.” Perasaan ini menggaris-bawahi tradisi bahwa nama Yesus adalah “kemanisan” dan “penuh perhatian”.157 Adalah benar bahwa ciri-ciri ini tidak dapat diketahui secara abstrak. Kita baru akan bisa mengetahui mereka manakala kita menemukan mereka dalam diri seseorang yang mengyandang ciri-ciri itu – yaitu orang yang telah menemukan “harta karun terpendam” dalam bidang di mana “hal-hal berlawanan diperdamaikan.” St. Louis-Marie de Montfort adalah seorang duta “kelemah-lembutan” seperti itu untuk orang-orang pada jamannya. 154) Mateus 11:30, “Sebab kuk yang K upasang itu enak dan bebanKupun ringan.” Adalah menarik bahwa akar makna dari kata ini diterapkan pada alat-alat yang mudah digunakan dan cocok untuk tugas tertentu. Karena itu dalam konteks ini dapat juga diterjemahkan sebagai “mudah.” 155) Kebijaksanaan 8:1, “Dengan kuat ia meluas dari ujung yang satu ke ujung yang lain, dan halus memerintah segala sesuatu.” 156) Titus 3:4, “Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasihNya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya… ” 157) Lihat CKA 120. 128 e. Berkat, Kebahagiaan Sabda Bahagia dalam Injil Mateus ditampilkan sebagai sebuah bentuk yang terkenal dalam sastra Kebijaksanaan.158 Karena ditemukan sekali lagi dalam konteks Kebijaksanaan tantangan untuk mencari “Sabda Bahagia” mengingatkan kita bahwa upaya pencarian Kebijaksanaan selalu dilihat sebagai pencarian akan “kebahagiaan” atau apa yang dalam spiritualitas penciptaan disebut “Berkat Asali” (Original Blessing). Pada saat yang sama, dia mengandung suatu keyakinan bahwa apa yang harus “ditemukan” (atau Dia “yang” harus ditemukan) sudah “duduk di ambang pintu kita”, sedang menantikan perhatian kita. Sabda-sabda bahagia dari kitab-kitab pra-Kristen seringkali menganjurkan “meditasi,” “mendengarkan,” atau “menaruh perhatian,” sebagai latihan dasar. Dari perspektif ini, ”mendengarkan orang miskin,” atau menemukan “kemiskinan”-nya sendiri dalam kehadiran dari sang Ada Kebijaksanaan yang meresapi segala sesuatu, “yang menjangkau dari ujung yang satu ke ujung yang lain seraya memerintahkan segala sesuatu dengan perkasa dalam kelembutan demi kebaikan kita” tentu merupakan tahap yang lain sepanjang jalan yang sama untuk meningkatkan perhatian. Pater de Montfort dikenang karena devosinya yang tak kenal kompromi kepada Salib, tetapi banyak bakal murid dari Kebijaksanaan berbalik dari pesannya karena mereka tidak dapat memahami bahwa apa yang sesungguhnya dia cari, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi 158) Bandingkan, misalnya, Sirakh 14:20-21,27, “Berbahagialah orang yang merenungkan kebijaksanaan serta menimbang-nimbang dengan pengertian. Barangsiapa yang dalam hati memikirkan jalan-jalan kebijaksanaan merenungkan pula segala rahasianya.... maka ia terlindung olehnya terhadap panas terik, dan dial di dalam kemuliaannya.” 129 para pengikutnya, adalah “sabda bahagia” atau kebahagiaan.159 Walau dia mengungkapkan suatu pesimisme Agustinian sehubungan dengan “kodrat kita yang rusak” (“kecanduan-ego” kita), apa yang dia inginkan bagi umat manusia adalah hubungan yang mendalam dengan “kodrat Kebijaksanaan” originalnya yang murni. Montfort, sang pencinta keindahan alam, musik, puisi, seni, liturgi, ritus, dan kontak otentik manusia mewariskan suatu kesaksian yang luas terhadap “sabda bahagia” yang telah dia temukan sendiri dalam “harta karun tersembunyi” dari Kebijaksanaan. f. Istirahat, Pengejaran, Nyaman Kita telah melihat bahwa kuk Kebijaksanaan diandaikan “nyaman,” bahkan menuntun ke suatu tempat “istirahat”.160 Dalam artian tertentu kuk-Nya merupakan sarana terakhir untuk “menekan reduksi.” Para pengikut Kebijaksanaan merasakan tuntunan-Nya yang aman-nyaman: tiang awan di waktu malam dan awan yang menuntun di depan pada siang hari; sebuah kemah di gurun di mana orang dapat memperoleh penyegaran.161 Rasa “mau istirahat” yang menyelinapi murid Kebijaksanaan merupakan akibat wajar dari “kedaulatan,” atau jaminan batiniah bahwa orang telah menemukan tempatnya dalam jaringan ada itu, merasa betah dalam sebuah kosmos yang dirembesi dengan kehadiran-Nya yang meliputi segala sesuatu. 159) Lihat CKA 5: “Dia (She) memanggil mereka untuk mengajarkan kepada mereka jalan-jalan kebahagiaan.” Lihat juga CKA 10,73, 153, 206. 160) Sirakh 51:26-27, “Tundukkanlah tengkukmu di bawah kuk, dan hendaklah hatimu menerima pengajaran. Dekatlah dia untuk ditemui. Lihatlah dengan mata kepala sendiri bahwa hanya sedikit saja aku berikhtiar, namun telah kutemukan banyak istirahat.” 161) Kebijaksanaan 10:17 dan 8:16, “Setelah masuk ke dalam rumahku aku mendapatkan ketenangan pada kebijaksanaan.” 130 Dalam kata Yunani chrestos, “baik,” ada suatu makna terkait yaitu “nyaman:” dalam metafor sebuah alat, alat itu adalah ‘baik’ karena dia “bekerja” secara efisien. Dalam menganjurkan metode-metodenya Montfort selalu ingin sekali menasihati para pembacanya bahwa jalannya yang tergantung pada Kebijaksanaan/Maria adalah “mudah.”162 g. Perwahyuan Rahasia-rahasia Dalam tradisi Kebijaksanaan penemuan akan pengetahuan tersembunyi adalah sebuah tema utama, bahkan barangkali merupakan komponen yang paling kuat dari lorong itu. Dia tidak mengimplikasikan “elitisme” (sekelompok kecil kaum pilihan dan kelompok eksklusif “orang-orang yang tahu”).163 Sesungguhnya, sebagaimana dikatakan oleh Yesus-Kebijaksanaan, “wahyu-wahyu” dari Kebijaksanaan paling banyak tersedia bagi “orang-orang kecil” di dunia ini. Apa yang dapat lebih tersembunyi dan sulit untuk dapat dilihat daripada kemuliaan Allah dalam kehidupan sehari-hari?164 Siapa 162) Lihat Surat kepada Sahabat-sahabat Salib, no.34: “Tetapi kalau engkau menderita dalam jalan yang benar, salib akan menjadi kuk yang mudah dan ringan, karena Kristus sendiri akan memikulnya bersamamu. Dia akan memberimu sayap-sayap, ya, untuk mengangkatmu ke surga… ..” 163) 1Kor 2:7-9, “Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. ...Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” Pada saat yang sama, orang harus merasa istimewa menjadi pencari Kebijaksanaan: “Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu.” Amsal 25:2. 164) Lihat Injil Thomas, no.113. Para murid-ya berkata, “Pada hari apakah kerajaan itu akan datang?” (Kata-ya): “Dia tidak akan datang karena ditunggu-tunggu. Mereka tidak akan berkata “Lihat sini!” atau “Lihat sana!” tetapi kerajaan Bapa tersebar di muka bumi dan orang tidak melihatnya.” 131 dapat memahami proses misterius dengan mana “Salib-salib” dalam hidup kita justeru mendatangkan transformasi atas hidup kita? Tetapi apakah yang kiranya dapat “lebih manis” daripada pengakuan akan “jalan rahasia” dengan mana – kendati kegelapan – kita telah melaksanakan kehendak-ya (perempuan). “Dan sekarang aku memahami segala sesuatu, tersembunyi atau kelihatan, karena Kebijaksanaan, sang perancang segala sesuatu, telah mengajar aku.”165 “Mencari” dan “menemukan” adalah sebuah irama kehidupan bagi orang yang memimpikan Kebijaksanaan sebagai “harta karun terpendam” – “mutiara yang sangat berharga” untuk mana orang menjual segala sesuatu yang lain.166 h. Hidup Kata ini adalah satu-satunya kata yang terdaftar dalam “kosa kata” ini yang tidak eksplisit dalam teks-teks yang ditambahkan Montfort pada kumpulan Bonnefons. Tetapi, hal ini dianjurkan oleh ucapanucapan Yohanian yang digunakan dalam CKA 17,22,23,31,56. Tema “kehidupan” seringkali ditemukan dalam injil Yohanes. Dalam arti tertentu mengimbangi “ucapan-ucapan keras” dari para sinoptisi. “Sabda-sabda Bahagia” dalam Sastra Kebijaksanaan terus menerus memusatkan perhatian kita pada “hidup” sebagai sebuah tema yang menuntut perhatian kita dan berbicara tentang upaya kita mencari makna.167 Pada saat yang sama, “hidup” adalah sebuah sumber energi 165) Kebijaksanaan 7:21. 166) Ams 3:13-14, “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata”. 167) Ams 8:34-35, “Berbahagialah orang yang mendengarkan daku, yang setiap hari menunggu pada pintuku, yang menjaga tiang pintu gerbangku. Karena siapa mendapatkan aku, mendapatkan hidup, dan TUHAN berkenan akan dia”. 132 melalui mana kita secara ke dalam dihubungkan dengan sumber Kebijaksanaan.168 Kaitan ini adalah sedemikian kuatnya sehingga Injil Thomas tampaknya memakai “Dia yang Hidup” sebagai sebuah gelar alternatif bagi Yesus-Kebijaksanaan. Sebagaimana halnya hidup Montfort sendiri, yang sangat penuh dengan sukacita dan bukti-bukti energi, ini adalah sebuah tema yang pantas diselidiki lebih lanjut dalam upaya kita mencari Kebijaksanaan. Pelbagai Pemahaman dan Temuan • Pilihlah tiga dari “ucapan-ucapan keras” yang dibentangkan dalam Bab Dua elas dari CKA. Untuk setiap ucapan yang anda pilih carilah sebuah kisah dalam hidup Montfort untuk mengilustrasikan bagaimana dia menghayatinya. • Carilah dalam Injil Markus pasangan dari ucapan-ucapan Yesus yang tampaknya bertentangan satu sama lain. Bagaimana anda menjelaskan hal yang tampaknya berkontradiksi ini? Sangkut-pautnya Dengan Hidup • Yang mana dari delapan kata-kunci (kuk, kerajaan, miskin, rendah, berkat, istirahat, rahasia, hidup) yang paling menarik anda sebagai bagian dari proses transformasi? Dari pengalaman hidup anda sendiri, ceritakanlah sebuah kisah tentang bagaimana kata ini menjadi “nyata” bagi anda. 168) Beberapa contoh: Ams 3:17-18, “Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata”. Ams 4:22. Kata-kata Kebijaksanaan adalah “itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka”. Ams 8:35, “Karena siapa mendapatkan aku, mendapatkan hidup”. Sir 4:12, “Siapa yang mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan”. 133 TOPIK G: TENTANG MISTERI SALIB BAB TIGA BELAS DAN EMPAT BELAS Montfort memulai Bab Empat belas dengan sebuah kalimat yang sangat mengagumkan: "Sekarang aku mau menyingkapkan kepada kamu apa yang saya pikirkan sebagai rahasia paling besar dari Kebijaksanaan Abadi, yakni sacramentum regis, “rahasia” dari sang raja, dan itu adalah Salib.”169 Tetapi ternyata apa yang sesungguhnya paling “rahasia” dan paling bernilai dalam persembahannya sangat sulit untuk diterima dalam cara berpikir modern kita dewasa ini. Sesungguhnya dia datang secara sangat tersembunyi seperti mutiara yang tidak ternilai yang dibungkus dalam seting hiasan yang berlebih-lebihan. 1. Dua Kesulitan Kita mulai dengan Bab Tiga belas, yang pertama dari pasangan bab ganda yang berbicara tentang Salib. Kesulitan-kesulitan yang paling mengganggu dari Bab ini datang dari fakta bahwa Montfort telah mengambil seluruhnya dari sebuah teks seorang Yesuit, St. Jure.170 Pertama, haruslah diakui bahwa gaya dari si penulis ini tidak begitu 169) CKA 167. 170) Jean-Baptiste St. Jure S.J., De la Connaissance et de l’Amour de N. S. JésusChrist, Paris, 1634, “Motif Ketujuh: Penderitaan dan wafat-Nya. Bremond, yang menulis tahun 1921, memilih St. Jure sebagai contoh “JesuitBérullian.” “Dia menulis lebih baik daripada sebagian besar para penulis rohani kita; dia hampir tidak sangat tua dan jarang membosankan.” Tetapi penilaian ini harus dilihat berdasarkan jaman Victorian yang menyukai ornamen yang berlebih-lebihan. Lihat Bremond, Op.cit., p.223. Tetapi, kemudian, Bremond mengakui, “Yang mendominasi kelancaran (St. Jure) adalah amplifikasi oratoris (ketimbang puisi sejati), op.cit., p.393. 134 menarik bagi pembaca modern. Untuk menekankan secara sungguhsungguh hal “memperhitungkan” penderitaan dari Kisah Sengsara Yesus, dia terlalu banyak menambahkan sentimentalitas pada kisah Injil yang tenang. Pada gilirannya, St. Jure sendiri telah mengikuti gaya Thomas Aquinas yang caranya menyusun peristiwa-peristiwa Sengsara dalam kategori-kategori penderitaan menyapa mentalitas “petani” tertentu yang suka memperluas kedalaman dan intensitas penderitaan.171 Tetapi metode ini bisa saja menjadi rintangan penghalang bagi pembaca modern. Sebagai akibat dari pemberitaan televisi setiap hari tentang “statistik” penderitaan, banyak orang seringkali mengalami semacam “roh yang mematikan.” Hati manusia tidak dapat menanggung banyak kengerian. Suatu kesulitan teologis yang lebih berat lagi terletak dalam penafsiran yang salah atas sebuah teks yang adalah penting bagi pemahaman biblis akan misteri Salib.172 Marilah kita menatap tanda pada Yesus: …demi sukacita yang terletak di hadapan-Nya, Dia pun menanggung Salib, tanpa mempedulikan rasa malu yang menyertainya; dan Dia telah duduk di tahta kanan Allah.173 171) René Laurentin, op.cit., p.32. Laurentin membandingkan “mentalitas petani” ini dengan pemikiran yang menciptakan indulgensi-indulgensi numerik. 172) Lihat CKA 163. 173) Ibrani 12:2. Lihat juga Filipi 2:6-8, yaitu himne yang menghormati “kenosis” Yesus. Sumber bahan dari kidung-kidung awal ini dapat ditelusuri hingga ke kidungkidung yang jauh lebih kuno yang memuji Sophia dan dewa-dewi tertentu lain yang lebih tua. Lihat, misalnya, “Keturunan Innana” dalam terjemahan Diane W olkstern atas sebuah puisi epik Sumerian. Ini adalah salah satu dari teks-teks suci yang paling tua yang masih ada. Innana, Queen of Heaven and Earth, Harper Row, New York, 1983. 135 Dari teks ini St. Jure menyimpulkan bahwa Yesus “memilih” Salib daripada sukacita. Yang lebih penting lagi pengarang ini mengatakan bahwa Dia “lebih menyukai” penderitaan daripada alternatif-alternatif lain yang mungkin saja bisa mewujud-nyatakan penebusan, seperti kesenangan, keindahan, kesehatan, kelimpahan, dan berkat lain yang memenuhi kerinduan manusia. Sebaliknya, pengarang Ibrani mengatakan bahwa Penyelamat menanggung salib demi sukacita yang adalah bagian dan paket utuh daripadanya. Boleh dikatakan, bahwa sukacita itu mempunyai dua sumber ganda: • cinta dari umat manusia yang keadaan berdosanya dan tugas rekonsiliasinya Dia panggul sendiri dalam peranan-Nya sebagai Imam Agung. • Sukacita yang termasuk dalam semacam pencapaian dan “pengetahuan” yang hanya dicapai dalam penderitaan.174 C. S. Lewis, dalam uraiannya yang sangat personal tentang penderitaan, memberi suatu pemahaman yang tajam ke dalam pertanyaan “mengapa” ada penderitaan. Alih-alih menempatkan jawabannya berdasarkan pilihan Allah, dia menempatkannya berdasarkan kemutlakan Allah untuk bersikap benar terhadap diri-Nya sendiri. Dapatkah seorang makhluk fana mengajukan pertanyaanpertanyaan yang ternyata menurut Allah tidak dapat dijawab? Saya kira, itu sangat gampang. Semua pertanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akal tidak dapat dijawab. “Berapa jam ada dalam satu mil?” “Apakah kuning itu persegi empat atau 174) J.Bonsirven, pakar dengan spesialisasi Surat kepada orang Ibrani, meringkaskan sbb: “Dalam teologi surat ini, masuknya Kristus ke dalam kemuliaan adalah tindakan utama penebusan, maut hanyalah kondisinya, suatu hal yang bermanfaat.” Lihat L’Epitreaux Hebreaux, 1943, p.211. 136 bundar?” Barangkali separuh dari pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan – separuh dari masalah-masalah teologis dan metafisika kita yang besar-besar – adalah seperti itu.175 Kitab Suci sendiri berbicara tentang “penderitaan yang mutlak perlu,” ketimbang tentang “penderitaan optional” yang dipilih demi dirinya sendiri. “Apakah tidak mutlak perlu bahwa Kristus harus menderita untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” tanya Yesus, sambil mengajar murid-murid-Nya dalam perjalanan ke Emmaus.176 Terlebih lagi, injil-injil memberi kita semua pendalaman yang intim yang dapat kita tanyakan tentang pendekatan Yesus sendiri tentang penderitaan yang mutlak perlu: Bapa, kalau boleh, biarlah piala ini berlalu daripada-Ku…177 Tetapi, tidak bisa disangkal bahwa apa yang dipinjamnya dari St. Jure memantulkan citarasa Montfort sendiri. Perhatikanlah, misalnya, bahwa dalam Bab Empat belas Louis-Marie melanjutkan dalam nada yang kurang lebih sama, seraya memuji-muji penderitaan sebagai sebuah unsur dari pilihan ilahi yang selalu berada di luar pemahaman manusia.178 Tetapi kalau kita bersedia tinggal bersamanya dengan cukup sabar untuk menemukan apa yang dia maksudkan, kita akan menemukan “harta karun” ajaran-Kebijaksanaannya dalam enam motivasi yang menjadi alasan “mengapa kita harus mencintai Salib”. Inilah tiga dari antaranya: 175) C.S.Lewis, A Grief Observed. 176) Lukas 24:26. 177) Mateus 26:39. 178) Bab Empatbelas mungkin sekali diilhami oleh pengarang favorit lain dari Montfort, yaitu Henry Boudon, The Holy Pathways of the Cross. 137 • karena dengannya kita menjadi serupa dengan Yesus Kristus. • Karena dia menerangi roh dan menanamkan ke dalamnya pengetahuan yang lebih banyak daripada yang dapat diberikan oleh semua kitab di dunia ini. Dia yang belum pernah dicobai, apakah yang dia ketahui? • Karena dia adalah sumber, makanan, dan bukti dari cinta.179 Di mana Montfort melampaui sumber materialnya dia memberi kita harta karun spiritualitas, dan siapa dapat meragukan bahwa hal-hal ini berasal dari pengalaman hidupnya? 2. Salib Dalam Pandangan Montfort Tradisi Kebijaksanaan mengakui bahwa Salib tidak dapat dipahami oleh akal budi. Paulus berkata dia tidak “memberitakan Injil dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.”180 Tetapi apa yang memungkinkan dia terus mengajar dan “bernubuat,” adalah kemampuan-kemampuan yang berkembang dari murid-muridnya yang berpengalaman yang telah membiarkan warta itu menjadi matang dalam diri mereka dan telah belajar untuk menyuling pemahaman-pemahamannya selama kurun refleksi sunyi yang panjang: Aku telah memutuskan untuk mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.... Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang.181 Montfort menghadapi dilema yang sama ini, yaitu sulit berbicara tentang sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata tetapi hanya dapat dipahami berdasarkan pengalaman. Seperti Paulus, dia juga 179) CKA 176. 180) 1Kor 1:17. 181) 1Kor 2:1,2, dan 6. 138 harus mengandalkan “kebijaksanaan” dari para muridnya yang “matang” untuk mengkomunikasikan rahasia-rahasianya yang paling berharga. Kamu boleh, dan kamu harus, berdoa memohonkan Kebijaksanaan Salib, sebab pengetahuan akan kebenaran itu yang kita alami dalam diri kita sendiri, dan yang dengan terang iman memperdalam pengetahuan kita tentang misteri-misteri yang paling tersembunyi, termasuk misteri Salib.182 Ketika dia meminta “Sahabat-sahabat Salibnya” untuk menyambut salib-salib mereka dengan sukacita, kita harus memahami ajakan ini sehubungan dengan “misteri,” dan bukan dengan penderitaan itu pada dirinya sendiri (per se). Kalau kamu memang membutuhkan…. harta karun abadi dengan mana orang-orang yang telah memakainya dengan baik dapat bersahabat dengan Allah, mintalah dia terus menerus dan dengan sangat, tanpa ragu-ragu atau takut akan tidak mendapatkannya, dan dia akan menjadi kepunyaanmu. Kemudian kamu akan secara jelas memahami dari pengalamanmu sendiri bahwa merindukan, mencari, dan menemukan sukacita dalam salib adalah mungkin.183 Seperti Paulus, Pater de Montfort mengalami “sukacita” dalam “misteri” yang terkait dengan persepsi “rancangan” dalam wahyu Allah, yang memakai “hal-hal bodoh untuk mengacaukan orang-orang bijaksana.”184 Ini adalah sebuah sukacita yang secara jelas memancar keluar ketika Paulus berseru, 182) Surat kepada Sahabat-sahabat Salib, no.45. 183) Loc.cit., 184) 1Kor 1 passim. 139 “Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.”185 “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-ya, yaitu jemaat. Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-ya dengan sepenuhnya kepada kamu, yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya.”186 Hanya pengalaman yang bisa meyakinkan kita bahwa berkat (“kebahagiaan”) dapat muncul di tengah-tengah kontradiksi (“penderitaan”). Dalam nasihatnya kepada orang-orang bagi siapa dia berfungsi sebagai pembimbing rohani, Henry Suso (Venerabilis) mempunyai ayat-puitis terkenal yang memperkuat pengalamannya dan pengalaman sebagian besar orang: “Tidak ada sesuatu yang lebih menyakitkan daripada penderitaan; dan tidak ada sesuatu yang lebih membawa sukacita daripada pengalaman menderita.”187 Pater de Montfort membuat sebuah pernyataan berbeda (dengan berbicara dari pengalamannya sendiri): bahwa adalah mungkin untuk menemukan sukacita bahkan di tengah-tengah penderitaan yang besar. Tetapi adalah penting untuk mencatat bahwa dia teliti untuk 185) 1Kor 2:7. 186) Kol 1:24-26. 187) The Little Book of Eternal Wisdom, Chapter 13, dalam Henry Suso (seri Classics of Western Spirituality), ed., F.Tobin, Paulist Press, Mahwah, NJ, 1989. Lihat juga CKA, Bab 8, catatan 35. 140 menetapkan bahwa hal ini tidak mutlak perlu merupakan sebuah sukacita emosional, tetapi paling tidak sukacita “pada puncak jiwa.”188 Kalau kita secara teliti mencari landasan dari keyakinan personalnya yang mendalam kita menemukannya dalam “sukacita” sejati yang disarikannya dari pengalaman di mana dia mengalami kehancuran harapan-harapan dan rencana-rencananya. Dari pengalaman ini, yang sedemikian sering berulang-ulang dalam hidupnya, dia belajar untuk membuka dirinya sendiri secara lebih penuh terhadap kekuatan sang Kebijaksanaan, yang selalu memanifestasikan suatu terobosan pemahaman, kalau bukan previsi yang lebih tepat dari rancangan yang jauh lebih besar. Dengan satu tangan, [Allah] dalam kekuatan-Nya yang tak terbatas dan kebaikan-Nya menopangmu, sementara dengan tangan yang lain Dia menimpamu. Dengan satu tangan Dia mendatangkan maut, sementara dengan tangan yang lain Dia memberi kehidupan. Dia mencampakkanmu ke debu dan mengangkatmu ke atas, dan dengan lengan-lengannya Dia merentang dari ujung yang satu hidupmu ke ujung yang lain dengan kelembutan dan kekuatan.189 Bagi dia Kebijaksanaan sungguh-sungguh merupakan kemanisan yang datang ketika Kebenaran tampak terlihat dalam rekonsiliasi halhal berlawanan. Dia adalah hembusan nafas dari seruan “aha” besar 188) Surat kepada Sahabat-sahabat salib, nos.50-53. 189) Loc. cit., Montfort tidak memakai metafor Kebijaksanaan feminin dalam Surat kepada Sahabat-sahabat Salib, tetapi dia mengutip salah satu teks kesukaannya, Keb 8:1. Lihat juga CKA nos. 53, 167. Salah satu alasan mengapa beberapa ahli tidak percaya Kebijaksanaan merupakan pusat spiritualitas pendiri mereka karena adanya “ketegangan” yang jelas dalam ketertarikannya akan Kebijaksanaan antara komposisi awal CKA (1703) dan korespondensinya dengan Marie-Louise Trichet menjelang akhir hidupnya (1715). Sebuah hipotesis yang lebih menarik adalah bahwa M ontfort dalam kotbahnya memakai bahasa yang akrab dengan para pendengarnya. (Lihat catatan no. 62, p. 93). 141 yang terucap ketika kejutan dari suatu pola yang lebih besar tiba-tiba disingkapkan. Adalah penting untuk memahami bahwa rasa bakti Montfort kepada Salib tidak mengganggu kreatifitas ataupun rasa ingin-tahunya. Hal ini tidak mencegah dia untuk mengejar apa yang sungguh-sungguh dia inginkan, atau apa yang dia anggap penting.190 Tetapi kesukaannya mencapai puncaknya ketika Kebijaksanaan membuka jalan lain untuk mewujud-nyatakan cita-citanya. Seringkali dia mencapai tidak hanya tujuan-tujuan yang disadarinya, melainkan juga mencapai hal-hal yang jauh melampaui apa yang dia sendiri dapat bayangkan. Rasa suka inilah yang mendorong dia suka mengandalkan Penyelenggaraan Ilahi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya pada setiap tataran, dengan memberi kejutan-kejutan kepada dia terus menerus dengan hal-hal yang tidak terduga. Kemanisan inilah yang menuntun dia untuk berseru dengan tulus-murni: “Tidak ada salib? Oh, itulah Salib!” Keyakinan mendalam yang sama inilah, yang muncul dari pengalaman hidup pribadi, yang memberi kekuatan seperti itu dan kesenangan pahit-manis pada ayat pertama dari Kidungnya yang terkenal tentang The Triumph of the Cross: (Kemenangan Salib). Salib adalah sebuah misteri agung Terlalu mendalam bagi pemahaman manusia Tanpa cahaya Kebijaksanaan Rahasia-rahasianya bukan pelanggaran. Kalau engkau mau berusaha menemui-Nya Di tempat kediaman-Nya sendiri Engkau harus menundukkan hatimu Diremukkan oleh rahmat yang mengagumkan.191 190) Surat kepada Sahabat-sahabat Salib, no.42. 191) Kidung, no.19. 142 3. Bentuk dan Simbolisme Salib Kita akhiri refleksi ini tentang Salib dengan suatu kontemplasi langsung akan simbol itu sendiri. Dari titik pandang manusia yang terbatas, dimensi vertikal dari Salib menjangkau ke atas dan ke bawah: • ke atas yaitu ke arah cita-cita kita, gambaran-gambaran dan konsep-konsep kita tentang yang ilahi; • ke bawah ke dalam akar-akar kita dalam masa silam evoluisioner kita, - warisan kita, pilihan-pilihan kita, ingatan-ingatan kita, keterbatasan-keterbatasan kita, sejarah pribadi kita. Karena kita tenggelam dalam kultur kolektif progres ini, sebagian besar dari kita hidup terarah kepada dimensi vertikal ini. Ketika kita mengalami kepedihan salib, itu biasanya terjadi dalam konfrontasi dengan hal yang bertentangan, yaitu dimensi horisontal. Yang horizontal menarik kita ke arah komunitarian, yang seringkali bertentangan satu sama lain dengan yang vertikal. Dengan satu cara yang sangat nyata dan pedih dia menarik kita ke dalam aspek sosial dan ekologis dari hidup kita, sehingga kita mengalami diri kita terperangkap dalam tuntutan-tuntutan kekeluargaan dan hubungan sosial dan juga dalam jaringan kehidupan jasmani. Dalam dimensi horizontal ini kita ditarik keluar dari ego kita, keluar dari individualitas kita, keluar dari persepsi kita yang mutlak terbatas akan yang ilahi dan akan kisah manusia. Sebagai gantinya kita dituntun ke dalam keharuan, pengampunan, pelayanan, penerimaan-diri, dan akhirnya, ketaatan. Tak peduli ke arah apa pun yang kita melihat, Salib menantang kita dan mengubah kita. Juga, secara perlahan-lahan dia mengubah dan memberdayakan kita: • memperluas perspektif kita • lebih mencakup, melindungi yang lemah • mengangkat lebih tinggi jangkauan cita-cita kita. 143 • Menarik keluar dari relung-relung kedalaman kebenarankebenaran yang paling kita takuti. • Menjumpai satu sama lain dalam suatu pendirian yang semakin terisi-kepercayaan dari persekutuan, keberanian, dan keterbukaan kepada hal-hal yang tidak diketahui yang melampaui pemahaman kita yang sekarang ini. Dalam daya transformasionalnya Salib mengantar kita ke dalam dimensi ketiga, di mana kita, secara sangat harafiah, “didorong untuk melupakan konflik ide-ide dan kepentingan-kepentingan personal kita.” Dalam ruangan itu kita “mengetahui lebih banyak.” Kita tahu “dalam hati,” sebuah sumber yang lebih besar dari ada yang meleburkan dan melahirkan kembali cita rasa kita akan diri sendiri dalam tataran ada yang semakin lebih luas lagi. Maka tatkala kita, menjadi “lebih bijaksana” lagi, bahan kehidupan kita (betapapun “bodoh” atau “skandalnya” kita memikirkannya sebelumnya) bertumbuh menjadi lebih dan lebih indah lagi, tatkala dia menemukan tempatnya yang unik dalam rancangan yang lebih besar dan lebih kompleks dari spiral, Salib, dan misteri yang tertinggi. Pelbagai Pemahaman dan Temuan • Bandingkan CKA 178 dengan SSS 34-40. Presentasi manakah yang lebih anda sukai? Berilah alasan-alasan dan penjelasan mengapa demikian? Sangkut-pautnya Dengan Hidup • Dari lima tantangan “salib yang disebut di atas” manakah yang menyapa ssecara nyaring kepadamu secara pribadi? Mengapa? • Dalam kebudayaan anda sendiri saat ini yang mana dari lima tantangan yang sama dari Salib yang paling dibutuhkan saat ini? 144 KOMENTAR ATAS BAGIAN EMPAT SARANA UNTUK MENGGAPAI KEBIJAKSANAAN ABADI 1. Suatu Tinjauan atas Sarana-sarana St. Louis-Marie de Montfort tidak memahkotai risalatnya sendiri dengan peta rinci mengenai perjalanan rohani. Entah karena pengaruh dari pendidikannya atau karena penyingkapan dari kecerdasan religiusnya sendiri, metode yang dia usulkan pada kesimpulan tampaknya bertumbuh secara organik keluar dari kontemplasinya akan Kebijaksanaan.192 Namun demikian, rumusan dari ketiga yang pertama dari “sarana-sarana” yang dia ajukan tidak seluruhnya original melainkan mempunyai sumbernya dalam empat tradisi penting terdahulu: • Kerinduan, doa, dan kemuridan dipanggil Tuan Puteri Kebijaksanaan; mereka adalah tema khas dalam tradisi sastra Kebijaksanaan Kitab Suci Ibrani.193 • Ketiga sarana ini muncul kembali dalam ajaran-ajaran YesusKebijaksanaan; mereka adalah kekhasan dari lapisan “kebijaksanaan” Perjanjian Baru.194 192) Adalah penting untuk diingat bahwa Montfort mengembangkan karya pelayanannya sebagai misionaris, dan bukan, pertama-tama sebagai pembimbing rohani. Karena inilah nasihat-nasihatnya kurang terasa hidup, akrab, dan pengalaman anekdot yang misalnya dapat orang temukan dalam diri Fransiskus dari Sales atau Jean-Jacques Olier. 193) Sebagai contoh dari teks Perjanjian Lama tentang ketiga tema itu, lihat: • kerinduan – Ams 3:15, 8:17; Keb 6:13-17; 8:2-9; Sirakh 6:37, dll. • Doa – Ams 8:34; Keb 7:7; 9:1,2,5; Sir 14:20. dll. • Kemuridan – Sir 4:17-19; 6:20,25,28; 14:20, dll. 194 ) Untuk contoh teks Perjanjian Baru tentang tiga sarana ini lihat: • kerinduan – Lukas 13:34; 22:15; Mrk 10:17; Yoh 1:35-40, dll. 145 • Tiga “jalan” yang sama (Yesus di depan mata, dalam hati, dalam tangan) sangat berurat berakar dalam praktek Mazhab Prancis yang sangat mempengaruhi pembentukan spiritual Montfort sendiri.195 • Tetapi, pengaruh yang paling dekat dan paling penting tampaknya datang dari pengarang Yesuit kesukaan Montfort, Jean-Baptiste St. Jure.196 Dalam Komentar ini kita menggali dua “sarana” pertama dari sudut pandangan Mazhab Prancis. Sehubungan dengan sarana ketiga kita akan menarik perhatian pada perubahan-perubahan tertentu yang pertama dilakukan St. Jure dan kemudian diambil oleh Montfort. Di sana kita akan menyelidiki secara agak rinci perbedaan penting berikut ini: < Mazhab Prancis cenderung memusatkan perhatian pada tata tertib “kesetiaan” dan “kepasrahan” (“memegang erat” dan “melepaskan”) sebagai sarana latihan rohani. < St. Jure, di pihak lain, cenderung memakai rumusan “sesal-rindu” dalam artian yang lebih proaktif ketimbang Mazhab Bérullian. • • Doa – Luk 6:12; 11:9-13; Yoh 17, dll. Kemuridan – Mrk 3:13-14; 4:34; Mat 14:22; 16:13; 16:24; 28:16, dll. 195 ) Lihat Bremond, A Literary History of Religious Thought in France, vol.III, The Triumph of Mysticism,pp.93-123. 196) J. B. St. Jure, L’homme spirituel. Bremond, sambil memperhatikan besarnya pengaruh Bérulle atas St.Jure, membagi karya si Yesuit itu dalam dua kurun: sebelum dan sesudah pertemuannya dengan Bérulle. L’homme spiritual sendiri termasuk dalam kurun pertama, sedangkan De la connaisance et l’amour de N.S.Jesus-Christ, yang dikutip Montfort dalam Bab Dua dan Tiga, termasuk dalam tahap yang terdahulu. 146 2. Dua Sarana Pertama: Kerinduan dan Doa Menurut Montfort, begitu kita mengenal Kebijaksanaan, maka kerinduan akan Dia pun muncul secara spontan dalam diri kita, sebab “mengenal Kebijaksanaan adalah merindukan Dia.”197 Begitu hati sadar akan kehadiranNya, maka doa pun mengalir secara alamiah. Dalam prakteknya, kerinduan dan doa saling mempengaruhi satu sama lain. Pada masing-masing putaran spiral, yang satu menyuapi yang lain tatkala mereka bersama-sama memperluas “kemampuan murni jiwa untuk menerima Allah.”198 Gerakan ganda dari jiwa ini, kerinduan dan doa, didukung secara berlimpah-ruah dalam spiritualitas Mazhab Prancis. Ini adalah sebuah contoh dari pengalaman Bérulle akan kerinduan: Di samping nasihat-nasihat umum yang telah diberikan Allah berikan dalam Kitab Suci, Dia meletakkan – bukan memaksakan – pada masing-masing jiwa nasihat-nasihat, sehingga ketika Roh, dengan kata-kata khusus berbisik dalam jiwa, menarik dia (jiwa) dari beberapa nasihat umum…. kemudian dia harus mengikuti.... Suatu kali selama Misa saya sadar akan sebuah kesan yang luar biasa yang sedang bekerja dalam diri saya, yang menarik jiwa saya segera dan seluruhnya dari kehidupan religius (hidup yang ditandai kaul-kaul)…. dan menarik saya ke sesuatu yang lebih sulit.199 197) Lihat LEW, no.98-101. 198) Ini adalah pemahaman Berulle. Lihat W .Thomson, op.cit., pp.120,147-151. 199) Berulle, Oeuvres, p.1302. “Kerinduan” yang dimaksudkan di sini tidak menyangkal kaul-kaul melainkan menarik orang ke arah pencarian yang lebih tinggi, suatu “langkah yang lebih jauh lagi.” 147 Di antara dua puluh empat “nasihat” yang diberikan Bérulle tentang pokok doa, kita menemukan nasihat berikut ini yang tampaknya mengambil langkah lain ke arah pengosongan-diri secara total dari semua kerinduan yang lain selain kerinduan akan Allah. Kita harus diilhami dan dikuduskan bukan demi kebaikan dan keuntungan rohani kita sendiri, melainkan demi kemuliaan Allah semata-mata, tanpa memperhitungkan kepentingan dan kepuasan kita sendiri; sehingga kita harus mengusulkan kepada diri kita sendiri sebagai akhir dan tujuan doa, untuk menghormati, mengakui, dan menyembah kekuasaan mahatinggi Allah, sebagaimana Dia berada dalam diri-Nya sendiri, ketimbang sebagaimana Dia bersikap kepada kita, dan untuk mencintai kebaikan-Nya demi dirinya sendiri ketimbang karena apa yang dilakukannya bagi kita. Karena kemurnian yang sama yang dituntut dalam cinta juga dituntut dalam doa…. Semua yang lain hanyalah tambahan belaka.200 Bahwa Bérulle menulis dalam aliran ini bagi audiensi umum adalah mengherankan. Sesungguhnya, kita catat dengan penuh kekaguman bagaimana banyak orang dari abad ketujuhbelas, baik orang sederhana maupun orang terdidik, menanggapi ajakan mulia dari Mazhab Prancis ini.201 Lalu mengapa abad kita ini, tidak lebih dari 300 tahun kemudian, tampaknya telah kehilangan nilai-nilai agung dari spiritualitas inkarnasionalnya yang berbicara dengan sangat kuat kepada para nenek moyang pendahulu kita? Jawaban untuk pertanyaan yang penting ini sangatlah kompleks; tetapi di sini ada tiga usulan dari para ahli terkemuka dari tiga disiplin yang sangat jelas berbeda: filsafat, sejarah, dan ilmu perbandingan agama. 200) Bremond dalam risalat tentang doa mengikuti metode Bérulle. Lihat Bremond, op.cit., Counsel 5, Avis 24, p.161. 201) Terhadap fenomena ini ada pelbagai kesaksian dalam surat-surat dan bukubuku harian dari para pembimbing rohaninya yang sangat dihormati. 148 Kita orang-orang modern telah jatuh ke dalam sebuah kontradiksi yang aneh: tuntutan kita akan pengendalian terus menerus bekerja berlawanan dengan realitas ketergantungan intim kita pada pada sang Ibu Ilahi yang membentuk dan menghidupi dunia kita.202 Setelah kita kehilangan keterkaitan simbolik dengan dunia alamiah, kita pun cenderung mengabaikan dan menghindari (dengan risiko kita sendiri) kesempatan untuk “merasakan” kemanisan yang selalu tersedia dari alam sebagai sumber wahyu khusus.203 Umat manusia telah kehilangan atau melupakan kekuatan untuk menyarikan energi murni dari jiwa berdasarkan pengalaman-pengalaman yang membentuk kehidupan orang (sehari-hari).204 Menurut pengarang yang terakhir ini, Prof. Jacob Needleman, apa yang telah kita lupakan bukan hanya “kebenaran-kebenaran” atau “kisah-kisah” saja. Jelasnya, kita telah melupakan keahlian sederhana untuk “mendengarkan” dengan “mutu perhatian” tertentu yang memungkinkan kita mempertahankan dalam tubuh itu sendiri suatu keterkaitan antara kehidupan kita sebagai pribadi-pribadi manusia dan cita-rasa kita akan “misteri” yang tersingkap melalui kita. Dengan kata lain, “perhatian” nyata atau “kehati-hatian” atau “konsentrasi” adalah sarana sejati dari kerinduan, yang, sayangnya sudah tidak dipakai lagi. 202) Richard Tarnas (filsuf), The Passion of the Western World, Ballantine, New York, 1991. Teks yang ada di sini sudah dirumuskan kembali (parafrase) . 203) Thomas Berry, The Dream of the Earth, Sierra Club Books, San Francisco, 1988. 204) Jacob Needleman, Lost Christianity: A Journey of rediscovery to the center of Christian Experience, Element Books, Rockport, MA, 1990. 149 Khabar gembiranya ialah, bahwa kalau kerinduan menghilang tatkala pandangan kita pun memudar, kita masih bisa mengusahakan kebangkitan kembali dari “kemampuan murni akan Allah” yang hidup dalam diri kita dengan membangunkan kembali cita-rasa batiniah kita. Dengan cara ini kita bisa secara efektif memperbaharui kembali kontak dengan Kebijaksanaan dalam kehadiran-Nya yang nyata dan kekal dalam dunia kita yang menderita ini. Dengan cara yang benar-benar tidak terduga, Montfort menanggapi kebutuhan-kebutuhan kita pada masa kini untuk menyalakan kembali kerinduan dan menjaganya tetap bernyala dengan suatu latihan konsentrasi dan kesadaran dari mana doa muncul dengan mudahnya. Ini adalah pemberian yang paling berharga dengan implikasi-implikasi besar bagi sebuah spiritualitas Kebijaksanaan yang akan menyinggung masalah-masalah nyata dari jaman kita. Adalah berguna untuk membaca tabulasi pada halaman berikut ini dengan cara berikut ini: • Pertama, membacanya secara horizontal untuk menikmati sumber dalam CKA dan menguji ungkapannya dalam istilah-istilah yang lebih kontemporer. • Kedua, membacanya secara vertikal, khususnya kolom dua, untuk memperoleh cita-rasa bagaimana kerinduan akan Kebijaksanaan dapat berfungsi paling baik dalam “praktek” rohani seseorang. No. 182 183 Pernyataan CKA Bantuan Bagi Spiritualitas Kebijaksanaan Kalau kamu merindukan Kerinduan akan Kebijaksanaan Kebijaksanaan… Tuhan akan memberikan harapan nyata akan memberikannya kepadamu. pencapaian spiritual. Kebijaksanaan, kurindukan untuk Dia dibantu dalam relasi personal dengan menjadi mempelaiku… sang kekasih. 150 181 182 Dia datang menemui orang-orang Kebijaksanaanlah yang mengambil yang merindukan dia. prakarsa untuk memenuhi kerinduan ini. Renungkanlah perintah-perintah Apa yang dituntut dari kita ialah Tuhan, dan sibukkan dirimu setiap mengkaitkan perhatian kita kepada saat dengan perintah-perintah- kehendak Dia dalam segala hal, besar dan (Nya). kecil, dan memusatkan energi-energi kita untuk taat pada suara-Nya. 183 Dengan mengikuti kata-hati aku Kerinduan akan Kebijaksanaan harus menelusuri segala arah untuk menghanyutkan seluruh diri orang. mencari Dia. 182 Sepanjang hari orang yang tidak Dia dibedakan dari keranjingan dan bertuhan disiksa oleh kerinduan. pelbagai ketagihan yang menggerogoti kerinduan sejati dalam diri kita yang terbagi-bagi. 181 Kerinduan akan Kebijaksanaan Dia menuntun ke kekuasaan (suatu menuntun ke suatu kerajaan… penguasaan atas dorongan-dorongan kita yang saling bertentangan dan pikiranpikiran kita yang terpecah-pecah). 184 Aku pergi kepada Tuhan dan Dia membuat kita menjadi pencari yang memohon kepadaNya, dan aku berani, yang rela pergi dalam doa bahkan berkata dengan segenap hatiKu: ke tahta Allah, dengan penuh keyakinan Berilah daku Kebijaksanaan ini bahwa apa yang paling kita butuhkan dan yang bertahta di sisi-Mu. rindukan serentak merupakan apa yang paling didambakan Allah bagi kita. 151 Pelbagai Pemahaman dan Temuan • Diagnosis atas “hambarnya” kerinduan kita pada masa kini, sebagaimana ditampilkan di sini, termasuk tiga “kehilangan kontak” yang mendasar: yaitu dengan yang feminin, dengan alam, dan dengan praktek perhatian dan kesadaran. Seberapa jauh diagnosis ini “cocok” dengan penyakit-penyakit rohani dalam kebudayaan anda sendiri? • “Kerinduan” apakah yang menjadi ciri khas spiritualitas yang merupakan warisan dari masa silam – kebudayaan anda dalam bentuknya lebih tua yang “ideal,” atau pengalaman akan masa kini – apa yang sedang terjadi pada kebudayaan anda sekarang ini, khususnya di pusat-pusat urban – sebagai hasil dari saling pertukaran dengan kebudayaan-kebudayaan lain. • Perhatikanlah tabel pada halaman terdahulu: Pemahaman manakah dari tabulasi itu yang paling menarik bagi anda? Manakah yang paling menantang? Sangkut-pautnya Dengan Hidup Dengan memakai artikel dari koran dan/atau lagu-lagu pop, selidikilah hal-hal berikut ini: Kerinduan-kerinduan palsu, kehilangan kerinduan – hambar, dan kebosanan, kerinduan sejati (“Hati kami bagi-Mu, ya Allah….”) 3. Sarana Ketiga: Rasa Sesal-rindu Dalam akar-akar tertua dari sarana ketiga, kata yang digunakan adalah ‘kemuridan’ ketimbang penyesalan. Montfort sangat dipengaruhi oleh dua mazhab “kemuridan”: Mazhab Bérullian (dari masa-masa 152 seminari dengan kaum Sulpician) dan Mazhab Ignatian (dari masamasa kolese dengan kaum Yesuit).205 Bagaimana perbedaan satu sama lain dari kedua mazhab ini? Dan bagaimanakah “kemuridan” berubah menjadi “rasa sesal-malu”? Sekarang kita mau mengarahkan perhatian terhadap kedua pertanyaan kunci ini. Sebagai tuntunan utama dalam refleksi ini, kita mengikuti buku Literary History of Religious Thought in France, karya Henry Bremond. Kata kunci dia untuk latihan rohani atau kemuridan adalah exposisi, tetapi ada juga pelbagai macam sinonim. Mazhab Kardinal de Bérulle memberi tekanan pada sifat-sifat “pasif” dari jiwa yang setia pada lorong menuju peniadaan-ego-nya. Orang tidak menelusuri lorong penilaian-diri, ketetapan hati, dan upaya-upaya pribadi untuk memperbaiki diri dalam hal-hal praktis. Sebaliknya: • Orang menampilkan diri pada rahmat ilahi yang diperantarai melalui misteri-misteri Firman yang Menjelma. • Orang menerapkan kemampuan-kemampuan budi seseorang dan imajinasi orang kepada kontemplasi akrab akan misteri-misteri. • Melalui kehendak orang setia pada keadaan-keadaan melalui mana kemanusiaan Yesus mengubah kehidupan biasa dan perkembangan biasa dari kepribadian manusia menjadi tindakan penyembahan. 205) Sebagai murid muda di Kolese di Rennes, Montfort mempunyai hubungan khusus dengan bapa pengakuannya, seorang Yesuit, Pater Descartes, dan guru retorikanya, Pater Gilbert. Di Seminari, tentu dia dididik oleh para imam Sekulir seperti Pater Barmondiere, dan, kemudian, oleh paling tidak tiga pater Sulpician yang berbeda. Keterkaitan dia dengan kaum Yesuit menjadi penting lagi ketika dia gagal mendapat dari pemimpin Sulpiciannya, Pater Leschassier, dukungan yang diperlukannya untuk mewujudkan panggilannya. Ketegangan di antara kedua tradisi itu menyelip keluarmasuk dalam tulisan-tulisannya (dan hidupnya) dan tidak pernah sepenuhnya teratasi. 153 Dari sekian banyak halaman yang ditulis oleh Bremond untuk merumuskan sejelas mungkin bahasa ini bagi para pembaca pada awal abad keduapuluh ini, kita hanya mengutip sekelumit saja: · Kita harus mempelajari istilah-istilah baru tertentu (dari Bérulle): “kesetiaan,” “penerapan”, kehilangan diri kita dan memasrahkan diri kita pada Allah. Tetapi, logika dari sistem ini, menuntut permulaan dengan kata “keadaan” yang entah dalam bentuk tunggal ataupun bentuk jamak dapat dijumpai pada hampir setiap halaman dari buku-buku kaum Oratorian…..206 Dengan “melekat” pada “keadaan” dari keilahian yang menjelma, kehendak kita harus berurusan dengan pelbagai realitas yang terlepas dari pilihan kita sendiri. Ini bukanlah lorong quietisme tetapi lorong kehendak dengan penerapan, kekuatan, dan sukacita, untuk benar-benar menjadi apa adanya diri kita, dalam ketergantungannya pada Allah.207 Bremond secara khusus sangat tertarik pada upaya membandingkan pendekatan ini dari Mazhab Prancis dengan metodologi Ignatian sehubungan dengan pemakaian kehendak: Volo (“Aku ingin”) menderingkan panggilan terompet dari Latihan (Ignatius), yang memanggil orang untuk berjuang, mempermalukan dirinya sendiri, menaklukkan dirinya sendiri, untuk memperluas kerajaan Allah dan semuanya seakan-akan keberhasilan dari upaya-upaya kita sendiri yang semata-mata tergantung pada daya-tenaga kita. Voluntarisme (dari Condren) tidaklah kurang hebatnya, tetapi objeknya itu berbeda: 206) Henri Bremond, op.cit., p.54. “Keadaan-keadaan” yang biasa disinggung mempunyai kaitan dengan kelahiran dan kematian Yesus, yaitu, prinsip manifestasi dari ‘kenosis-Nya. Tetapi pada umumnya mereka diterapkan pada apa saja yang inheren dalam kondisi manusia, yang diambil Yesus dalam segala isinya. 207) Ibid., p.110. Tanda kurung dihapus. 154 • • menghendaki agar Allah menjadi sebagaimana adanya Dia; menghendaki penyembahan dan pengorbanan Yesus Kristus, sang Imam Agung; • menghendaki (penganugerahan rahmat ilahi) bagi diri kita sendiri; • dan akhirnya, menghendaki bahwa karya “destruktif” dari rahmat dapat terlaksana dalam diri kita.208 Barangkali karena lebih menyukai Mazhab Prancis ketimbang Mazhab Ignatian, Bremond memakainya karena dia lebih dekat pada mistisisme:209 Penghancuran-diri yang terus menerus didorong oleh para pemimpin Mazhab Prancis sudah dimulai dan ditelusuri sehingga penghancuran lain yang lebih mendalam yang dilukiskan kaum mistikus. Kalau istilah-istilah yang paling khas dari kosa kata Bérullain dipertimbangkan….. maka akan terlihat betapa mereka sangat mirip dengan ungkapan-ungkapan para mistikus. Ini bukanlah yang menjadi masalah dari mazhab rivalnya yang besar. Dalam Latihan, penerapan sukarela, super-aktif, dan gigih dari kekuatan-kekuatan jiwa – bernalar, menghendaki, dan menghendaki lagi, - membangkitkan ide tentang askesis, tentang latihan…..210 Perbandingan penting lain antara kedua mazhab itu dibuat sehubungan dengan ketajaman melihat sesuatu: 208 ) Ibid., p.335 (Formatnya diubah; tetapi tidak isinya). Rahmat “menghancurkan” apa yang jahat dalam diri kita dan memurnikan kita. 209) Bremond teringat akan St. Yohanes dari Salib dan mistikus Rhineland, yaitu Eckhart. Perhatikan bahwa volume sejarah literernya yang berurusan dengan abad ke17 berjudul The Triumph of Mysticism. 210 ) Ibid., p.425. 155 Seorang peserta retret menurut model Latihan, pada saat harus memilih, bertanya pada dirinya sendiri: “Keputusan apa yang harus kuambil? Untuk tinggal di dunia ataukah meninggalkannya? Tetap menyimpan harta-bendaku ataukah membagi-bagikannya kepada orang-orang miskin?” Di sisi lain, seorang Bérullian bertanya pada dirinya sendiri: “Apa yang menjadi bagianku dalam warisan Kristus? Untuk mereproduksi bagian yang mana dari ‘keadaan-Nya yang khas aku dipanggil? Pada mana aku mulai sekarang ini harus bergantung dan melekatkan diriku sendiri?” Ini bukanlah masalah untuk serta merta menjadikan diri kita sendiri orang-orang kudus dan sampai sejauh itu mengalahkan diri kita sendiri sebagaimana diterapkan St. Ignatius pada permulaan dari Latihan itu.211 Setelah melihat beberapa perbedaan dramatik antara kedua mazhab itu, akhirnya kita sampai pada pertimbangan tentang pertanyaan kedua, yang telah kita ajukan pada diri kita sendiri pada awal bagian ini. Bagaimana ide “kemuridan” dari Kitab Suci menjadi “penyesalan”? Kita mengatakan bahwa suatu peralihan terjadi melalui pandangan seseorang tentang “asketisme.” Yang terakhir ini, dalam artiannya yang paling luas berarti praktek pembinaan-diri yang keras. Kata ini berasal dari bahasa Yunani asketes yang berarti rahib (pertapa), dan kata ini, pada gilirannya berasal dari akar-kata kerja askeo, yang berarti “berlatih.” Yang jelas kata ini mempunyai konotasi atletik dan militer. Dalam mazhab Bérullian kita merasakan suatu kelembutan, seperti sang Kebijaksanaan sendiri, dalam pendekatan kepada asketisme: Dalam pendekatan Bérullian terhadap asketisme, tidak ada pertanyaan tentang bekerja secara langsung dan eskklusif untuk membasmi ketamakan yang itu-itu juga atau upaya menggapai kebajikan yang sebaliknya, tetapi hanya melekatkan pada diri 211) Ibid., p.62. 156 seseorang kebajikan-kebajikan dan keadaan-keadaan dari Dia yang adalah “jalan pintas” bagi kita menuju kebaikan, kebenaran moral dan kehidupan kita.212 [Olier]: [Roh Kudus] tanpa paksaan dari pihak-Nya, dan tanpa upaya dari pihak kita, senantiasa melakukan dua hal dalam diri kita – yang satu adalah penglihatan akan ketidak-murnian kita dan kehampaan kita; dan yang lain adalah pengunduran diri dari ketidak-murnian ini dan transformasi kehampaan ini.213 Seorang Yesuit yang dibentuk hanya oleh tradisi Ignatian saja kiranya akan mengatakan: “Rahasia kehidupan rohani adalah mengikuti Kristus sang Raja dan meniru Dia; atau keinginan untuk menjadi kudus; atau untuk mengalahkan diri sendiri.” Tetapi St. Jure [seorang Yesuit Bérullian] berkata, “Seluruh rahasia kehidupan rohani terkandung dalam kata-kata misterius ini, ‘Firman sudah menjadi daging.’ Keilahian diikat-satukan secara personal dengan kemanusiaan, yang dengan suatu persatuan yang tak terkatakan itu telah menjadi benarbenar rohani, dan sangat kudus.”214 Akhirnya, kita mencatat bahwa apa yang paling disukai Ignatius adalah injil-injil sinoptik sedangkan pilihan kaum Bérullian adalah injil Yohanes. St. Jure [seorang Yesuit Bérullian] menulis: “Kita harus membiasakan diri kita dengan Perjanjian Baru, khususnya dengan injil Yohanes dan surat-surat Paulus.”215 212) Ibid., p.338. 213) Olier, La Journee Chretienne, dikutip dalam Bremond, Ibid., p.322. 214) bid.,p.228. 215) Thomson, Op.cit., p.34. Kita sudah melihat dalam Bagian Satu dari LEW no.7 dan 14, bagaimana Montfort memakai parabola Yohanian-Paulinian sebagai outline untuk seluruh Cinta dari Kebijaksanaan Abadi 157 Lalu bagaimanakah kita harus membaca rekomendasi-rekomendasi St. Louis-Marie tentang “rasa sesal-malu” sebagai sarana-sarana untuk menggapai Kebijaksanaan Ilahi? Di satu pihak, bab yang ditulisnya itu tampaknya mengungkapkan Spiritualitas Ignatian sebagaimana secara umum dipahami pada jaman dia: • Dia menekankan hal peniruan Kristus dan para kudus.216 • Dia menganjurkan pendekatan ‘heroik’ terhadap penaklukan alam.217 • Tampaknya dia menempatkan nilai esensial pada praktek-praktek kekerasan sukarela.218 Di pihak lain, makna dari hal-hal di atas tadi mengalami perombakan besar ketika teks-teks yang sama dipertimbangkan dalam konteks St. Jure, seorang Yesuit Bérullian dari siapa Montfort menimba ilham untuk babnya: Barangkali, seperti St. Jure, Montfort “memakai bahasa kaum Yesuit dan kaum Oratorian secara bergantian.” Misalnya, orang perhatikan dalam tulisan-tulisan Montfort hal-hal sbb: • pertanyaan-pernyataan yang lebih Ignatian tentang mortifikasi sukarela dalam karyanya Surat kepada Sahabat-sahabat Salib. • Pandangan-pandangan yang lebih Bérullian tentang lorong spiritual dalam Bakti Sejati kepada Maria Poin kunci untuk mendamaikan pandangan-pandangan dari kedua mazhab itu tentang mortifikasi adalah ini: dengan upaya terus menerus 217) CKA , 201. 217) CKA 195. 2 1 8 )) CKA 199, 201. 158 dari kehendak, sang pencari dapat melakukan tidak lebih daripada “memberikan” dirinya sendiri untuk transformasi. Adalah Kebijaksanaan yang melakukan “karya destruktif dari rahmat” sebagaimana dikatakan Condren secara berlebih-lebihan.219 St. Jure mengatakan hal yang cukup sama: Maka perlulah bagi siapa saja yang mau berpartisipasi dalam rahmat dan menerima roh dari suatu misteri, untuk memberikan dirinya sendiri dengan beberapa tindakan kemiskinan, dengan kedinginan yang membuat menderita, atau beberapa rasa tidak enak tertentu….220 Montfort sendiri mengakui bahwa penghancuran ego “defensif” ini merupakan tujuan dari seluruh asketisme.221 Sesungguhnya suatu pencapaian di luar tujuan ini hanya dapat datang dari ego-sentrisme – ingat diri murni dan keangkuhan. Oleh karena itu, sang pencari harus mengetahui bahwa suatu mortifikasi ekstra yang dia timpakan pada dirinya sendiri akan membawa dia tidak lebih jauh daripada ke mana Kebijaksanaan ingin menuntun dia dalam setiap hal melalui yang paling menantang dari semua pencobaan yang mungkin – pencobaan dari hidupnya yang nyata. Sebagai hasilnya, asketisme, atau mortifikasi sebagaimana dia seringkali disebut, dalam bentuknya yang paling bermanfaat adalah landasan bagi suatu latihan perhatian dan konsentrasi. Sebagaimana telah kita lihat, hal ini mendukung sarana-sarana lain dari doa dan 219) Lihat halaman 131 dari bagian ini dan catatan no.17. 220) Loc.cit., 221) Lihat CKA 202. Ini adalah tujuan di belakang rekomendasi Montfort yang kuat bahwa kita harus menyampaikan semua mortifikasi sukarela kita kepada penilaian pembimbing rohani. 159 kerinduan, sebagaimana disebut dalam bagian terdahulu.222 Namun demikian, apa saja yang tetap “tidak terpecahkan” pada tataran ini diangkat oleh Montfort ke level yang lain tatkala dia melingkar maju ke dalam sarana keempat. Pelbagai Pemahaman dan Temuan # Konsentrasi pada penyesalan-diri yang tenang, sebagaimana diketahui Montfort sendiri dari para pembimbing rohaninya dan dari berdasarkan pengalaman, dapat menjadi sesuatu yang sangat membantu ataupun sangat berbahaya. 1). Bicarakan seluas-luasnya keuntungan-keuntungan dari latihan-latihan seperti itu. 2). Bicarakan batasan-batasan dan bahaya-bahaya dari latihan-latihan seperti itu. # Bicarakanlah pernyataan ini: Tatkala Montfort maju dalam kebijaksanaan, rahmat, dan usia, sedikit demi sedikit penyesalanpenyesalan yang tenang yang ditimpakan atas diri memberi tempat 222) Lihat Michael Murphy, The Future of the Body: Explorations into the Further Evolution of Human Nature, Tarcher, 1992, p.562. Direktur Esalen Institute yang terkenal bagi Kemajuan potensi manusia mengevaluasi praktek-praktek asketik dari masa silam berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang kompleks dari manusia modern. Dia menekankan pentingnya individu menyesuaikan diri dengan latihan-latihan jasmani sehingga mereka membangun di atas kemampuan-kemampuan bawaan badan dan membiarkannya menjadi sahabat ketimbang musuh proses transformasional. “Usul sentral saya adalah bahwa latihan-latihan kreatif membangkitkan di atas seluruh organisme kita, secara sensitif menuntun pelbagai prosesnya ke arah efisiensi-efisiensi baru… Untuk melakukan hal ini, latihan-latihan kita harus mendorong komunikasi perseptual, kinestetik, dan kemampuan-kemampuan gerakan; vitalitas, kognisi, kemauan; perintah-perintah dari kepedihan dan kesenangan; cinta, dan strukturstruktur badan. Semua ini mengimplikasikan kreatifitas sosial, karena tidak seorang pun dari kita berkembang tanpa bantuan besar dari sesama kita. Tata tertib yang menyeluruh, singkatnya, membutuhkan semua bagian-bagian kita, semua prosesproses kita, dan dukungan sosial kreatif.” 160 kepada asketisme yang lebih mendalam dari pengalaman hidup. Berilah contoh-contoh untuk mendukung sudut pandang anda. Sangkut-pautnya Dengan Hidup # Beberapa orang, karena temperamen, lebih tertarik kepada tipe spiritualitas Ignatian; yang lain lebih tertarik pada tipe Berullian. Dalam kubu manakah anda menempatkan diri anda sendiri? Apa yang menjadi daya tarikmu? (Perhatikan bahwa adalah mungkin untuk tertarik ke unsur-unsur dari kedua-duanya). 4. Sarana Keempat: Devosi Kepada Santa Perawan Monfort paling senang mempromosikan sarana Keempat ini. Yang paling besar dari semua sarana dan yang paling mengagumkan dari semua rahasia untuk menggapai dan melestarikan Kebijaksanaan Ilahi adalah ini: devosi lembut dan sejati kepada Santa Perawan.223 Oleh karena itu, Perhambaan Suci Maria, Ibunda Allah, sesungguhnya benar-benar meliputi tiga sarana pertama tetapi lebih besar daripada masing-masing dan mereka semuanya. Dengan membentangkan enam motivasi “untuk menguduskan diri seutuhnya kepada dia, dan kepada Yesus melalui dia,” Montfort menjelaskan mengapa sarana ini “merupakan rahasia yang paling mengagumkan untuk menggapai dan melestarikan Kebijaksanaan Ilahi.” Tetapi untuk membentangkan (menyebarkan) pontensi penuh dari sarana keempat dalam kehidupan kita dan dalam dunia kita sendiri adalah mutlak perlu untuk menarik keuntungan baik dari “yang lama maupun yang baru.” Pencari yang serius akan terus menerus minum 223) CKA 203. 161 dari tradisi dari mana Montfort datang; tetapi pencari itu juga perlu memakai secara penuh tantangan-tantangan dan kebutuhan-kebutuhan milenium ketiga yang sedang kita masuki sekarang ini. Untuk itu kita perlu memusatkan perhatian terutama pada dua aspek kunci dari sarana keempat. # Dia mempersilahkan kita untuk mewujudkan keadaan cinta dan “pelayanan” tanpa syarat terutama sekali dalam bentuk sebagaimana digali dan dilukiskan Mazhab Prancis. # Dia menganjurkan kita untuk mempercayakan seluruh diri kita tanpa syarat kepada dia yang dihormati sebagai sang Ibunda universal. Dengan cara ini “kemampuan murni akan Allah” akan berkembang dalam diri kita, secara singkat, pasti, dan mudah sebagaimana dikatakan Montfort. Ini adalah lorong yang akan membutuhkan perjalanan sepanjang hidup. Sekarang kita mengarahkan perhatian untuk melihat segi-segi keuntungan dan tantangannya. a. Keuntungan Psikologis Secara sekilas kita mencatat bahwa keuntungan-keuntungan psikologis yang didaftarkan di bawah ini sudah ditangkap (intuisi) secara mendalam tetapi dipahami secara samar-samar saja oleh para pembimbing rohani Mazhab Prancis. Kita orang-orang modern menikmati keuntungan dari hasil empat puluh tahun penelitian dan pengalaman dalam bidang “psikologi-trans-personal.” Adalah suatu kejutan yang membahagiakan ketika menemukan bagaimana pemahaman-pemahaman dan kosa-kata jaman modern, digunakan sebagai lensa, yang berfungsi untuk menggali lapisan-lapisan yang paling dalam dari makna dalam tulisan-tulisan Mazhab Prancis. Beberapa dari “pengetahuan” yang paling berguna meliputi hal-hal sbb: 162 Bagaimana keterlibatan-keterlibatan ego cenderung menjadi lebih buruk kalau orang memusatkan perhatian pada “pencerahan” sebagai tujuan personal.224 Luka yang kita semua terima pada masa kanak-kanak - ini adalah bekas-bekas luka yang berkembang secara pasti dalam proses perkembangan dari ketergantungan pada masa kanak-kanak menuju ke kebebasan (ketidaktergantungan) sebagai orang dewasa. Kalau mereka tidak disembuhkan melalui pengkaitan-kembali dengan sumber Ilahi atau “Esensi,” maka mereka akan mengalami keretakan dalam kepercayaan dasariah dan menyebabkan ego menjadi defensif. Begitu mereka disembuhkan, maka orang bisa mempertahankan keadaan alamiah dari “keterbukaan” dan “rasa ingin-tahu” yang sangat penting bagi perkembangan rohani.225 Distorsi kerinduan akan pemenuhan rohani; hal ini muncul paling biasa dalam kasus kecanduan.226 “Proses pengambilan keputusan” yang terpaksa dan “upaya yang terlalu keras” (lawan dari tata-tertib yang lembut dari Kebijaksanaan) yang dengan kodratnya melaksanakan-kembali otoritas yang salah dan tirani destruktif super-ego.227 Kebiasaan-kebiasaan menaruh perhatian atau “fixasi-fixasi” yang cocok untuk masing-masing gaya-ego-Enneagram. Ini adalah pelbagai macam pembelaan-ego yang melakukan kontak dengan 224) Lihat Jack Kornfield, “The Seven Factors of Enlightenment,” dalam Paths Beyond Ego, ed., Francis Vaughn and Roger W alsh, Tarcher, Los Angeles, 1993. 225 ) Lihat A. H. Almaas, The Pearl Beyond Price: Integration of Personality into Being; An Object Relations Approach, Diamond Books, Berkeley, 1988. 226 ) 227) Lihat M. Scott Peck, Further Along the Less Traveled Road, Harper, 1995. A. H. Almaas, op.cit., 163 suara batiniah dari intuisi otentik melalui mana Kehendak universal atau ilahi memperkenalkan diri kepada kita.228 Pembaca yang penuh perhatian tentu sudah melihat bagaimana sarana keempat menyinggung banyak dari rintangan-rintangan pokok untuk kemajuan rohani yang telah dialami oleh para pencari pada masa kini. b. Keuntungan-keuntungan Komunal Sarana keempat juga membantu perkembangan beberapa sikap pokok yang melampaui identitas-identitas personal kita sendiri. Hal-hal ini membantu kita menanggapi tantangan-tantangan besar yang menghadapi kita sebagai individu dalam masyarakat dan sebagai peserta dalam Komunitas Global. Karena dalam sejarah saat ini – entah sadar atau tidak – “dusun global” kita sedang bergerak melalui suatu titik balik dalam tujuan planet ini. < Dengan memasrahkan “agenda-agenda” kita dan keasyikan kita dengan kemajuan kita sendiri, kita belajar menjadi murid-murid yang “setia;” yaitu kita masuk secara rohani ke dalam harmoni dengan gerakan semesta yang arahnya sebagian besar senantiasa tidak diketahui. < Dengan memelihara iman yang akrab akan sifat-sifat keibuan Maria yang membesarkan Kristus, sang manusia utuh,” kita sampai pada Dia (She) < yang adalah “arsitek seluruh ciptaan” < yang ‘menggapai dari satu ujung ke ujung yang lain seraya mengatur segala sesuatu dengan kelembutan.’ 228) Lihat Helen Palmer, The Enneagram, Harper Collins, San Francisco, 1989. 164 Kalau diungkapkan secara lain, kita mengembangkan kepercayaan dasariah dalam tuntunan yang menyingkapkan hakekat sejati pada segala tataran – dari yang personal sampai ke yang kosmik. Maka sarana keempat memprakarsai suatu pembalikan baru dari spiral dengan “menangkap dan meninggikan tiga sarana yang pertama. Hal-hal ini, kalau dipraktekkan hanya demi diri mereka sendiri saja, akan menyebabkan kita berjuang dalam cara “usaha” dan “pembenturan ego.” < Kerinduan, misalnya, ditinggikan melalui Maria ke tataran yang lebih tinggi dengan relaksasi sederhana dalam sikap tanpa pamrih. Pada gilirannya, hal ini membuka pintu ke agenda Kebijaksanaan bagi hidup kita. Pada saat yang sama dia mengurangi tekanan untuk menilai kemajuan kita. < Seperti Maria dalam Magnifikatnya, doa-doa kita belajar mengkombinasikan doa kerinduan dan doa permohonan dengan doa kemuliaan “seraya mengambil sudut pandang Allah.” < Juga, melalui konsentrasi budi pada Patung Maria dan membangkitkan kehadirannya di dalam hati, seorang murid memurnikan praktek penyesalan (mortifikasi). Dia mengetahui perbedaan antara mortifikasi sebagai penghancuran-diri (transfomasi otentik) dan mortifikasi yang dilakukan dengan kesadaran diri sebagai semacam heroisme. Dalam diri sebagian besar orang, hal yang terakhir ini cenderung sangat terpusat pada diri sendiri. Jauh lebih penting, dia mempelajari perbedaan antara penderitaan yang mutlak perlu, yang sungguh bersifat transformatif, dan penderitaan neurotik, yang merintangi perkembangan kematangan seorang pribadi.229 229) Lihat M.Scott Peck, op.cit., Harper, 1995. 165 c. Tantangan Pemahaman – Landasan Biblis-Historis Komitmen sepenuh hati kepada sarana ke-empat, menuntut pemahaman, dan hal ini bukanlah suatu hal yang sederhana. Dalam hal ini, Kitab Suci, sejarah, dan teologi masing-masingnya mempunyai sesuatu untuk disumbangkan. Oleh karena itu, kita mulai dengan yang biblis-historis. Kalau dilihat dari sudut pandang ini, sarana keempat berarti masuk ke dalam budi Maria sebagai representasi paling penuh dari mereka yang “menantikan Allah.” Dia adalah Puteri Sion sempurna, orang yang sudah dipersiapkan bagi kedatangan Kristus oleh seluruh perjalanan komunal umat Allah. Dia mewujudkan sikap seorang “hamba”, tempayan tanah liat yang murni yang panggilan tertingginya adalah mengatakan, “Terjadi kehendak-Mu!” Untuk menjadikan sikap batinnya sebagai sikap sendiri - yang dengan tepat dipunyai seluruh orang yang merindukan dan yang menderita sepanjang jalan – berarti pada saat yang sama setia mengikuti sikap dan “keadaan” Kristus. Ini disebabkan karena Dia, dengan cara yang sama, “menghampakan Diri-Nya sendiri” ke dalam keadaan manusia dan melakukan kembali dalam keadaan seperti ini perjalanan paskah yang sama demi kita. Maka “misteri-misteri” Maria, sebagaimana dilukiskan Alkitab, adalah ko-ekstensif dengan misteri-misteri sejarah keselamatan. Mereka mencapai puncaknya dalam citra hati manusia yang telah menjadi Kenisah Baru – tempat persekutuan ilahi dan penyembahan yang menghancurkan semua batas-batas ruang dan waktu, dan karena itu terbuka kepada semua umat manusia.230 230) Lihat Rene Laurentin, Structure et Theologie de Luc 1-2. 166 d. Tantangan Pemahaman – Dimensi Teologis Dalam dimensi ini, “bakti sejati kepada Maria” dilandaskan pada statusnya sebagai “Bunda Allah” dalam artian penuh dalam mana gelar itu diberikan kepadanya pada abad ke-lima oleh para Bapa Gereja dalam Konsili Efesus (431). Menurut Para Bapa Yunani awal juga para Bapa Latin yang dipengaruhi Filsafat Yunani, ini adalah status ontologis. Hal ini mengangkat Maria ke tataran emanasi dan transmisi ilahi, yang, karena alasan esensinya, memberi dia suatu peranan untuk dimainkan dalam melahirkan Allah dalam jiwa-jiwa kita. Dalam sebuah teks yang penting dari Bakti Sejati, Montfort mengutip sebuah ucapan dari Agustinus yang memuji Perawan Maria: “Engkau pantas disebut cetakan Allah.”231 Tentang pemahaman teologi ini Louise-Marie mendasarkan “dampak ke-enam” dari Perhambaan Suci – “transformasi jiwa setia oleh Maria menjadi serupa dengan Yesus Kristus.”232 Harapan akan transformasi murni ini membuktikan diri sebagai sebuah inspirasi mendalam bagi pengudusan total yang dituntut oleh sarana keempat. Tetapi, untuk menghargai dimensi “perhambaan suci” ini tanpa syarat kiranya perlu juga untuk menyelidiki akar-akar gnostiknya dalam tradisi Kristen.233 Hal-hal ini dapat ditemukan dalam 231) BS 219, yang mengutip Agustinus, Sermo 208. 232) Tema “melahirkan Allah dalam jiwa-jiwa kita” ini juga memasuki Mazhab Prancis melalui mistisisme para mistikus Rhineland. “Ketika Allah menjadi manusia di Betlehem kira-kira 2000 tahun silam, apakah Dia sungguh masuk ke dalam hati manusia?” Dalam pandangan Eckhart, hal inilah yang justru Dia lakukan… . Eckhart menganggap turunnya Allah ke dalam “ranah jiwa” sebagai Inkarnasi sejati.” Cyprian Smith, Meister Eckhart, The Way of Paradox, Paulist Press, Mahwah, New Jersey, 1987, p .82. 233) Dalam komentar ini kita memakai kata asal “gnostik” dalam artian umumnya yang paling luas: yakni “rahasia” yang non-historik, dan simbolik. 167 injil Yohanes dan dalam para Bapa Gereja semula, tetapi mereka dimengerti paling baik dalam terang sorotan pandangan dunia Platonik orang-orang Yunani.234 Barangkali tantangan terbesar sehubungan dengan ajaran Montfort tentang “devosi sejati” adalah bahwa latar belakangnya – teologi patristik dan Filsafat Platonik – untuk sebagian terbesar, tidak dapat dimengerti oleh pembaca modern. Di pihak lain, sebagian besar pembaca yang “berkehendak baik” mudah untuk menerima Maria sebagaimana digambarkan Kitab Suci. Di sini hal-hal berikut ini sangat membantu: < Tema Perjanjian Lama tentang “Puteri Sion” dan “anawim” dari Israel. < Perkembangan Perjanjian Baru dari tema ini dalam Injil Lukas. < Puteri dalam Kitab Wahyu. Ini disebabkan karena dalam tema ini Maria mewakili: seluruh Gereja, pribadi manusia, dan komunitas manusia, yang dikembangkan sampai ke titik terakhir “kemampuan murni akan Allah.” 234) W arisan dari metafisika Yunani dalam tradisi Kristen adalah mendalam dan fundamental baik bagi teologi mistik maupun teologi sistematik. Gereja berutang kepadanya untuk pemahamannya yang paling fundamental akan Kristus dan akan Trinitas. Untuk sebagian besar orang adalah sulit untuk memasuki dan seringkali dikaburkan oleh argumen-argumen antara kaum “Platonis” (dalam mistisisme awal Dionysius Aeropagita dan para Bapa Gereja) dan kaum “Aristotelian” (dalam Summa Theologica dari Thomas Aquinas dan para pengikutnya). Pada titik ini, tidak satu “pihak” pun yang memenangkan argumen itu. Tetapi jelas bahwa banyak pemahaman Platonik perlu dipulihkan kembali. 168 Di pihak lain, dalam peranan-peranan “ilahinya,”235 adalah sangat sulit, kalau tidak mau dikatakan tidak mungkin, menempatkan Maria dalam model Trinitarian dalam mana hanya Pribadi Kedua saja yang serentak ilahi dan manusia.236 Dalam soal-soal devosi kepada Maria, dua aspek teologi ini selalu ada untuk didamaikan: aspek biblis-historis dan aspek ontologisteologis. Murid yang “sadar” akan sarana keempat secara bertahap menjadi sadar akan keduanya, karena mereka sangat vital bagi tradisi Kristen. Keseimbangan yang rawan antara mereka merupakan sumber dari ketegangan kreatif yang memungkinkan ajaran Kristen berkembang. Untungnya, seperti kata pepatah, “kesalehan mendahului teologi.” Apa yang diketahui oleh sebagian besar orang – secara mendalam dan secara intuitif – adalah bahwa keibuan merupakan sifat Allah. Ini adalah kebenaran yang mutlak perlu diterima dan dirayakan pada jaman kita ini. Sejauh Maria adalah perwahyuan total dari sifat itu, dia adalah ikon yang penuh-bercahaya dari generatifitas ilahi, pemeliharaan ilahi, dan cinta yang tidak bersyarat. 235) Kalau Montfort kadang-kadang menyebut “Maria Ilahi,” dia memperbaiki dirinya sendiri dengan mengatakan: “Apa yang saya katakan tentang Yesus adalah mutlak, saya berkata tentang Maria adalah relatif.” Tetapi cara intuitif dalam mana dia meminta agar sifat-sifat dan gelar-gelar “ilahi-“nya dan juga peranan-peranan “ilahi”, dia kaitkan kepadanya sebagai perantara universal (mediatrix) dan “cetakan Allah” perlu dikembangkan dan dijelaskan lebih lanjut dalam teologi yang baru dan masih hidup. 236) Karl Rahner dan René Laurentin telah menarik perhatian terhadap kesulitankesulitan ini, tetapi seorang liturgis dan sejarawan Sulpician, Louis Bouyer, mengusulkan suatu pendekatan pengganti terhadap mereka. Dia mengusulkan bahwa benih-benih dari kaitan teologis antara peranan-peranan dan tema Marian dan Sapiential sudah secara spontan muncul dalam liturgi-liturgi Gereja perdana. Baik Liturgi Bizantium maupun Liturgi Roma memakai teks-teks Kebijaksanaan untuk “memuji” Maria dalam pesta-pesta besarnya. Lihat Louis Bouyer, Le Trone de la Sagesse, Editions du Cerf, Paris, 1987. 169 Maria mengejawantahkan atribut-atribut Kebijaksanaan Ilahi yang giat dalam sang Ibunda-Perancang yang menciptakan dan menciptakan kembali dunia dan dalam Kehadiran Feminin yang tidak pernah berhenti mencari dan menyediakan perjamuan bagi anak-anak-Nya. Hal ini khususnya benar sehubungan dengan anak-anak yang telah tersesat atau menyadari diri sedang “berada pada persimpangan jalan.” Sejauh Maria adalah juga pribadi manusia dalam arus-lintasan sejarah manusia, dia juga dapat dilihat sebagai representasi dari kehadiran Kebijaksanaan yang berdiam di dunia ini, dan dari kesediaanNya untuk “turun” dan ikut ambil bagian dalam perjalanan umat manusia, seraya mengemban peranan dan penampilan seorang “hamba.” Tindakan menyatukan gambaran historis Maria dan gambaran metafisis Kebijaksanaan Ilahi tidak memecahkan semua masalah yang tetap ada dalam teologi Gereja sehubungan dengan Maria, tetapi dia memberi jalan untuk membantu pemahaman intelektual kita akan sarana keempat agar “cocok” dengan pengalaman hidup kita yang nyata. Ini adalah salah satu jalan untuk memvalidasi apa yang sudah diketahui oleh hati kita. Jelasnya, ini adalah jalan yang telah ditelusuri Louis-Marie Grignion de Montfort sebelum kita. Kita berharap bahwa pada suatu hari kelak kedua buku agungnya – Cinta dari Kebijaksanaan Abadi dan Bakti Sejati kepada Maria – akan diterima sebagai “harta karun terpendam.” Kita berharap bahwa pada suatu hari kelak mereka akan melengkapi satu sama lain dan pendamaian mereka, khususnya dalam ranah kemuridan dan devosi, akan dapat terlaksana. Pelbagai Pemahaman dan Temuan • • Pada halaman 162 dikatakan bahwa tiga sarana pertama ditinggikan ke dalam dan diubah oleh sarana keempat. Anda setuju atau tidak? Berilah alasan bagi pendapatmu. Referensi biblis-historis manakah kepada Maria yang bagi anda tampaknya sangat penting? 170 • Referensi ontologis-teologis manakah kepada Maria yang paling membantu anda? Sangkut Pautnya Dengan Hidup Dalam pengalaman anda mempraktekkan “Bakti Sejati,” sejauh manakah pemahaman-pemahaman psikologis yang disebut di atas sangat membantu anda? Apakah Maria merupakan sebuah “ikon” Kebijaksanaan bagi anda? Dalam cara-cara apa? 171