gagasan Montfort

advertisement
GAGASAN MONTFORT
MENGENAI
KRISTUS KEBIJAKSANAAN
oleh
Dr. H. Frehen SMM.
Judul asli:
Het Idee van Montfort over de Christus-Wijsheid
Arsip Provinsialat SMM,
Oirschot-Nederland
28 April 1986
2
Para konfrater, saudara-i yang baik,
Saya ingin meminta perhatian anda untuk suatu aspek spiritualitas montfortan
yang menurut pendapatku terlalu diabaikan namun merupakan suatu aspek
yang karakteristik dan khas - saya malah berpikir yang paling khas - dari
spiritualitas kita. Ini menyangkut kristologi Santo Montfort dan sikap kita
terhadap Kristus yang mengalir dari situ.
Dalam riwayat hidup Santo Pendiri kita yang dikarang René Laurentin, beliau
menganggapnya perlu atau sekurang-kurangnya menganggapnya tepat, untuk
sekali lagi menyoroti kristosentrisme dalam ajaran Montfort. Namun saya
berpendapat beliau tidak berhasil menguraikan kristosentrisme ini dari segi
yang khas montfortan. Boleh dikatakan bahwa dalam banyak uraian mengenai
spiritualitas montfortan hampir tidak pernah aspek kristlogik yang khas ini
dibahas1. Padahal, saya ulangi sekali lagi, inilah aspek yang paling penting
dalam spiritualitas kita.
Maka saya setuju sekali dengan P. Huré dalam kata pengantarnya pada terbitan
cetakan pertama Cinta dari Kebijaksanaan Abadi, hlm. II: "Cinta dari
Kebijaksanaan Abadi merupakan salah satu karya utama Montfort. Karya ini,
dan hanya karya ini, menyajikan kepada kita suatu spiritualitas montfortan
secara lengkap dan malahan dapat memberi kepada kita suatu gambaran lebih
lengkap dan lebih luas mengenai Bakti Sempurna kepada Maria ..."; dan hlm.
6: "Tidak sebelum dan tidak juga sesudah Montfort kita dapat menemukan
suatu karya seperti karya Montfort ini, yang sungguh suatu uraian seorang ahli
1)
Seringkali aspek marial dalam ajaran dan kerasulan Montfort ditonjolkan. Lih.
misalnya J. LADAME dalam Esprit et Vie, II, 1982, hlm. 107-112: Louis-Marie
Grignion de Montfort (1673-1716, Le Docteur Marial (Seorang Pujangga Marial).
Walaupun dapat dibaca di situ: "Jangan pernah kita lupakan bahwa rasul ini
bersama dengan devosinya kepada Maria juga mempunyai devosi kepada
Kebijaksanaan abadi yang menjelma menjadi manusia, dan kepada Salib Sang
Penyelamat", hal ini tidak disebut sebagai suatu aspek yang khusus dan khas pada
Montfort, sementara secara tepat dinyatakan tentang ajaran marialnya: "Apakah
Santo Louis-Marie de Montfort akan dimaklumkan sebagai 'pujangga Gereja'?
Sudah pasti ia akan dijuluki sebagai 'doctor marialis', sebagaimana ada yang lain
yang disebut 'doctor angelicus' atau subtilis' "(hlm 107).
3
dan sebuah sintese yang jangkauannya begitu luas. Pentingnya uraian ini jelas
sekali menonjol." Coba membaca sekali lagi apa yang ditulisnya berkaitan
dengan "Pembaktian diri kepada Maria" mengenai peran pembantu devosi
marial untuk memperoleh Kebijaksanaan. Walaupun lebih penting, ternyata hal
ini tidak pernah diperhatikan dalam tradisi montfortan.
CKA sebenarnya adalah suatu sintese kristologis hebat yang membahas semua
tahap kehidupan dan karya Yesus-Kristus-Kebijaksanaan, dari pre-eksistensiNya sampai Ia dimuliakan. Sintese Montfort ini dapat ditemukan seakan-akan
diringkaskan dalam surat Santo Paulus kepada umat di Filipi, bab 2, ayat 6
dst.: ..."walaupun dalam rupa Allah ... telah mengosongkan diri-Nya sendiri ...
sampai mati di kayu salib ... Allah sangat meninggikan Dia" 2.
Tetapi Montfort terutama menekankan relasi Kristus dengan salib, sehingga
CKA juga dapat disebut sebuah teologi salib. Hal ini menjadi jelas untuk
siapapun yang dengan perhatian membaca bab utama mengenai "Kemenangan
Kebijaksanaan Abadi dalam dan oleh Salib" (Bab 14, no. 167-180), yang
berakhir dengan kesimpulan berikut: "...dalam segala kebenaran kita dapat
berkata: "Kebijaksanaan adalah Salib, dan Salib adalah Kebijaksanaan" (CKA
180). Maka tidak juga mengherankan bahwa dalam buku kumpulan Kantikkantik karangan Montfort ditemukan empat kantik di mana salib dan
kebijaksanaan dibahas dalam satu sudut pandangan: Kantik 123-126 ("Harta
kekayaan Salib", "Kerinduan akan Kebijaksanaan", "Mencari Kebijaksanaan");
lih. Kantik 102-103 ("Kemenangan Salib" dan "Dambaan akan
Kebijaksanaan"). Boleh dikatakan bahwa dalam "Surat kepada
Sahabat-Sahabat Salib", Montfort mengemukakan ajaran yang sama dalam
bentuk yang disesuaikan kepada publik yang berbeda dan bahwa ia
"mempraktekkannya" dalam misi-misinya, melalui bukit-bukit Kalvari yang
dibangunnya...
2)
Lih. Bonnard, hlm 144, catatan kaki: "Jika Fil 2: 6-11 menampilkan seorang
pribadi ilahi yang datang untuk ikut mengambil bagian dalam kehidupan dan
penderitaan manusia, hal ini mengingat akan ayat-ayat seperti dalam Keb 9: 10-18,
dan oleh gerakan ganda penghampaan-pengangkatan, Kebijaksanaan ditampilkan
sebagai dekat dengan manusia dan sekaligus sebagai terangkat tinggi atas segalagalanya.
4
Tak seorang pun, biarpun ia sedikit saja mengetahui tentang arus ekumene
dalam Gereja dan dunia, akan menyangsikan aktualitas kristologi Montfort.
Kita akan mengingat bagaimana pada waktu perayaan 400 tahun kelahiran
Martin Luther (1984) teologi Salib dari reformator ini disoroti. Bila
uraian-uraian mengenai Salib dari kedua penulis dibandingkan, akan
diperhatikan bahwa uraian Montfort jauh unggul. Dalam tulisan Luther kita
sebenarnya tidak menemukan suatu gagasan dengan isi teologis; pendekatan
Kristus dan Salib-Nya oleh Luther lebih-lebih bersifat gnoseologik3.
Memandang Kristus dalam penghinanaan-Nya di kayu salib merupakan
(hampir satu-satunya) sarana untuk mengenal Allah dalam keberadaan-Nya
dan rencana-rencana penyelamatan-Nya. Segi aktual dalam pemikiran
kristologik Montfort, dipandang dari sudut ekumenik, juga menjadi kentara
dalam hubungan kita dengan Gereja-Gereja Timur, yang Ortodoks maupun
yang Uniat: diketahui bahwa kristologi mereka adalah sofologi: mereka
membayangkan Kristus pertama-tama sebagai Kebijaksanaan (Sophia) yang
menjelma. Ingat saja katedral "Hagia Sophia" = Kebijaksanaan Suci di
Konstantinopel.
Sekarang janganlah mengatakan bahwa gagasan Montfort ini hanyalah suatu
impian masa mudanya, yang ia coba mengolah selama tahun-tahun awal
imamatnya, sebelum ia akhirnya agak cepat melepaskannya. Anggapan Pater
Eyckeler ini, yang diambil alih oleh konfrater-konfrater lain4, sudah saya
3)
Gnoseologi adalah disiplin filsafat yang berhubungan dengan dasar-dasar dan
ruang lingkup pengetahuan manusia. Gnoseologi pada umumnya dikaitkan dengan
pemikiran keagamaan.
4)
Seperti baru-baru ini masih oleh Pater Valentini dalam studinya yang indah Ma
vie c'est une course. Présentation synthétique du P. de Montfort (Hidupku adalah
suatu perlombaan. Memperkenalkan Pater Montfort secara sintetik). Pada hlm. 5 ia
membuat ringkasan hlm. 155-156 dari buku L. Pérouas, Ce que croyait Grignion de
Montfort (Apa yang diimani Grignion de Montfort): "Allah yang saat itu
ditemukan oleh Montfort, bukanlah Allah yang besar sebagaimana digemari oleh
para imam Saint-Sulpice, tetapi Allah yang mendekati dia ialah AllahKebijaksanaan, dipersonifikasi sebagai seorang wanita yang jatuh cinta kepada
manusia, yang mewahyukan diri kepada manusia untuk membahagiakannya (lih.
CKA 64-65). Inilah suatu tahap penting dalam perjalanan hidup rohaninya, namun
5
bantah dalam tulisanku berjudul "Studi mengenai Kantik-Kantik Santo
Montfort" (Etudes sur les Cantiques du Père de Montfort, no. 6.1.3. dst, hal
256 dst). Walaupun harus diakui bahwa dalam naskah tertua CKA tak satu
baris pun merupakan tulisan tangan Montfort sendiri, naskah ini, sebagaimana
juga beberapa Kantik mengenai Kebijaksanaan, berasal dari dua tahun terakhir
hidupnya, dan perbandingan antara isi CKA dan kantik-kantik tsb maupun
tulisan-tulisan Montfort yang lain, menunjukkan bahwa isi naskah ini berasal
dari dia. Bisa jadi bahwa naskah ini merupakan suatu salinan dari suatu karya
Montfort lebih tua (mungkin ditulis tahun 1702-1703, ketika Montfort sibuk
dengan kelompok Kebijaksanaan di Poitiers; atau di Paris waktu ia berkhotbah
kepada para rahib di Mont Valerien atau kepada para frater seminari Roh
Kudus).
Berkaitan dengan uraian Montfort tentang kebijaksanaan dalam CKA,
barangkali juga ada yang mempertanyakan cara Montfort menggunakan Kitab
Suci, khususnya kitab-kitab Kebijaksanaan dalam Perjanjian Lama. Namun
kita salah benar bila kita hanya mau memandangnya sebagai penafsiran yang
dipaksakan supaya cocok, sebagai eksegese yang hanya bersandar pada
gagasan-gagasan Montfort sendiri. Padahal, barangsiapa tahu sedikit mengenai
eksegese modern malahan akan berpendapat sebaliknya. Eksegese Montfort
tidak hanya sah dan pantas diterima, tetapi juga dijamin oleh eksegese Gereja
di zaman para rasul maupun pada zaman pasca-rasuli. Saya ingin
menganjurkan para konfrater membaca tulisan-tulisan Prof. Feuillet dan Prof.
Bonnard 5.
hanyalah sebuah tahap; dalam tulisan-tulisannya yang terakhir Montfort kembali
akan menggunakan istilah Kebijaksanaan, tetapi tidak begitu sering dan tidak juga
dengan menekankan pentingnya seperti pada tahun 1702-1704".
5)
A. FEUILLET, Le Christ Sagesse de Dieu d'après les épitres pauliniennes
(Kristus Kebijaksanaan Allah menurut surat-surat Santo Paulus), 1966.
P.-E. BONNARD, La Sagesse en personne annoncée et venue: Jésus-Christ
(Kebijaksanaan sebagai pribadi yang diramalkan dan telah datang: Yesus Kristus),
1966.
P.-E. BONNARD, De la Sagesse personnifiée dans l'Ancien Testament à la Sagesse
en personne dans le Nouveau (Dari Kebijaksanaan yang dipersonifikasi dalam
Perjanjian Lama kepada Kebijaksanaan sebagai pribadi dalam Perjanjian Baru),
6
Belum lama ini Pater Terstroet, smm membuat hatiku melonjak kegirangan: ia
menyodorkan kepada saya terbitan Desember 1985 majalah Ephemerides
theologicae Lovanienses, yang memuat suatu artikel panjang dan jelas dari
tangan Elisabeth A. Johnson mengenai Jesus, the Wisdom of God. A biblical
basis for non-androcentric christology (Yesus, Kebijaksanaan Allah. Dasar
alkitabiah untuk kristologi yang tidak berpusat pada manusia). Dengan senang
hati saya mengutip permulaan artikel ini: "Apa yang dalam tradisi Yahudi
dikatakan tentang Sophia, kini oleh para pengarang madah kristiani dan penulis
surat-surat dikatakan tentang Yesus: Ia adalah gambar Allah yang tidak
kelihatan (Kol 1:15), cahaya kemuliaan Allah (Ibr 1:3), yang sulung, lebih
utama dari segala yang diciptakan (Kol 1:15), yang oleh-Nya segala sesuatu
telah dijadikan (1Kor 8:6). Sebagaimana dalam Yudaisme Sophia digambarkan
dengan ciri-ciri khasnya dalam hubungan dengan manusia, demikian kini para
pengarang Injil kristiani menggambarkan Yesus: Ia mengundang semua yang
letih lesu dan berbeban berat agar datang kepada-Nya dan mendapat
ketenangan (Mt 11: 28-29); Ia menjadikan manusia sahabat Allah dan
memberikan hidup kepada mereka yang mencintai-Nya (Yoh 15:15; 17:2).
Sebagaimana jelas kelihatan secara kontinyu dalam kutipan-kutipan kristologis
dalam Perjanjian Baru yang menyangkut kebijaksanaan, identifikasi Yesus
dengan Sophia berlangsung begitu erat, sehingga Yesus digambarkan bukan
hanya sebagai seorang guru kebijaksanaan, bukan hanya sebagai anak dan
utusan Sophia, melainkan diartikan lebih mendalam sebagai Sophia itu sendiri.
Studi Alkitab sejak beberapa dekade terakhir mengangkat tradisi ini dari
catatan kaki kepada pembahasan yang lebih sentral dalam studi-studi tentang
Kitab Suci" (hlm. 1).
Semakin banyak orang menyadari bahwa Perjanjian Baru dan Bapa-Bapa
Gereja abad-abad pertama membaca dan menerangkan teks-teks kebijaksanaan
Perjanjian Lama dengan cara yang sama seperti Montfort. Apa yang mereka
lakukan pada dasarnya tidak lain daripada membaca teks-teks itu kembali
secara kristiani, dalam terang kedatangan dan karya penyelamatan Kristus-
dalam: M. GILBERT, (ed), La Sagesse de l'Ancien Testament (Kebijaksanaan dalam
Perjanjian Lama), 1979, hlm. 117-149.
Jangan lupa juga atikel P. Gilbert dalam Nouvelle Revue Théologique, sungguh
suatu pembelaan cara Montfort menggunakan Kitab Suci, khususnya kitab-kitab
Kebijaksanaan (NRTh. 1982).
7
Kebijaksanaan.
Siapa lagi yang berani mengatakan bahwa pembacaan kembali sambil
menafsirkannya seperti itu tidak terjadi di bawah inspirasi Roh Kudus? Dan
bahwa karena itu 'peleburan kembali' teks-teks kebijaksanaan dari Perjanjian
Lama tidak diilhamkan juga? Siapa lagi akan berani menolak bahwa cara
pemahaman kristiani dari teks-teks Perjanjian Lama ini bisa diterima saja
sebagai cara yang sah?
Tetapi di sini kita berhadapan dengan perbantahan klasik: apa yang melampaui
pengetahuan pengarang suci mengenai isi pewartaannya (dalam kasus kita:
membaca teks-teks kebijaksanaan PL kembali secara kristiani) tidak termasuk
ilham Roh Kudus, maka, dengan kata lain, tidak diinspirasikan. Menurut hemat
saya muncul di sini kekacauan, salah paham. Pengarang suci bukanlah sarana
Roh Kudus sejauh ia mengenal jangkauan pewartaannya, melainkan pertamatama sejauh ia mau (atau bermaksud) menjadikan dirinya sebagai penyambung
lidah bagi warta Roh Kudus.
Dengan kata lain, yang menjadi kriterium inspirasi bukanlah pertama-tama
pengetahuan pengarang suci, melainkan terutama maksud pengarang suci untuk
menjadikan dirinya sebagai pewarta setia majikannya, yaitu Roh Kudus.
Saya sungguh berpikir bahwa di sini kita berhadapan dengan soal sensus
plenior (arti tersembunyi), sebagaimana begitu jelas dikemukakan oleh Pater
P. Benoît OP dalam Revue Biblique. Sensus plenior ini sungguh suatu
pengartian alkitabiah dan bukanlah suatu pengartian yang dicari-cari 6 .
6)
La plénitude de sens des Livres Saints (Arti tersembunyi dalam Kitab-Kitab Suci),
dalam Revue Biblique 67 (1960) hlm. 161-196. Diulang dalam Exégèse et théologie,
III (1968) hlm. 31-68 (yang saya kutip). Tidak kurang penting merupakan
sumbangannya juga dalam jilid III tsb., hlm. 17-30: Les analogies de l'inspiration.
Dari tulisan ini saya ambil kutipan berikut yang cocok dalam konteks kita:
"Kemampuan-kemampuan yang berbeda-beda pada masing-masing pengarang ikut
mengambil bagian dalam kharisma inspirasi yang sama, tetapi menurut suatu
pembagian yang analogik, oleh karena masing-masing dibuat bekerja dengan
caranya sendiri dan menurut ukuran pentingnya ybs. dalam penampilan keseluruhan
... Malahan kedalaman pengartian alkitabiah semakin besar jika dimengerti secara
analogik. Sebab tidak boleh ada kekacauan atau pertentangan, tetapi harus ada
kontinuitas homogen antara sensus primus (pengartian langsung), yang seluruhnya
dipahami oleh pengarang manusia, dan sensus plenior (pengartian tersembunyi)
8
+ + +
Suatu tesis doktor dalam teologi tentang "Cinta dari Kebijaksanaan Abadi".
Siapa penulis tesis ini? Di mana tesis ini dapat diperoleh?
Jawaban: tesis ini tidak pernah jadi ditulis; tetap menjadi impian indah seorang
montfortan muda yang mahasiswa teologi.
Semasa studi teologinya di Leuven, mahasiswa ini memikirkan karya tulis yang
akan memahkotai studi empat tahun dan yang akan memberikan gelar 'Doktor
dalam Theologi' kepadanya. Ia mengunjungi profesor Philips yang menyatakan
kesediaannya untuk berfungsi sebagai promotor tesis itu.
Dengan rencana ini pater mahasiswa ini melihat dirinya menempuh suatu garis
tradisi ganda. Pertama, judul yang dipilih merupakan lanjutan dua tesis
montfortan dari mereka yang mendahuluinya: pater L. Terstroet telah menulis
sebuah tesis mengenai Maria dan Kemuliaan Allah, dan pater J. Hermans
mengenai Kepengantaraan rahmat, menurut Montfort.
Selain itu ia baru selesai mengikuti kuliah yang selama dua tahun diberi
profesor Philips mengenai kristologi sekelompok Bapa Gereja yang sungguh
memberi inspirasi. Dengan demikian bagi pater mahasiswa yang muda tersedia
suatu latarbelakang bermutu untuk menulis mengenai kristologi Montfort
(CKA sungguh dapat disebut sebuah kristologi). Ia harus ke mana untuk
mengumpulkan bahan bagi tesis itu, kalau bukan di kedua biara induk di Saint
Laurent-sur-Sèvre? Begitu montfortan muda itu penuh harapan berjalan ke St.
Laurent, lebih lagi karena ia telah membaca bahwa Superior Jendral P. Besnard
pada zamannya pernah memberi ceramah-ceramah mengenai hal itu. Maksud
mahasiswa itu untuk mempelajari naskah asli CKA dengan teliti dan membuat
penyelidikan dalam arsip kedua Jenderalat, dengan harapan bisa menemukan
beberapa dokumen tambahan, seperti misalnya teks ceramah-ceramah P.
Besnard. Di Jenderalat SMM ia diberi waktu tiga jam untuk mempelajari
yang luput dari pemahamannya dan baru akan ditemukan oleh perkembangan
Wahyu, dengan perantaraan unsur-unsur yang dirasakan kurang lebih gelap, yang
oleh pengarang pertama sudah dapat diduga akan mendapat perluasan arti di masa
mendatang ... Analogi akan memelihara ikatan organik yang perlu antara pengartian
asli yang dilihat oleh pengarang pertama dan pengartian tersembunyi (sensus
plenior) yang kemudian diberikan kepada kata-kata yang ditulisnya dalam
perkembangan Wahyu ... " (hlm. 180).
9
naskah itu. Mengenai penyelidikan dalam arsip, ia hanya diberi jawaban:
"Tidak bisa!" Di Jenderalat Puteri Kebijaksanaan ia disambut kurang ramah
oleh Asisten-Jenderal, suster Esther, dan reaksinya persis sama: "Tidak bisa!"
Hasil segala usaha montfortan muda itu (yang tak lain adalah penulis barisbaris ini): karena data-data yang diperlukan tidak tersedia, pelaksanaan
rencananya menjadi mustahil. Semuanya ini terjadi waktu musim panas 1947
(tahun Montfort digelarkan Santo dan kapitel jenderal yang termasyhur itu).
Akhirnya ia menulis sebuah tesis mengenai "Instrumentalitas kemanusiaan
Kristus, menurut Kardinal de Bérulle".
Syukur alhamdulillah, sekitar duapuluh tahun kemudian pater montfortan yang
sama menemukan sikap yang berbeda sekali di dalam Jenderalat Puteri
Kebijaksanaan di Roma. Superior Jenderal, Suster François du Christ,
membuka pintu arsip lebar-lebar baginya, sehingga ia sempat menangani satu
dari dua naskah Rahasia Maria. Belum lama ini ia menerbitkan cetakan
fotocopynya dengan sebuah kata pengantar.
Reyjavik, 28 April 1986.
ttd
H. Frehen SMM
10
Download