restrukturisasi materi kimia berdasarkan “kurikulum berbasis

advertisement
ISSN 0215-8250
121
RESTRUKTURISASI MATERI PELAJARAN KIMIA BERDASARKAN
“KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI”
oleh
I Wayan Subagia
Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Perubahan kurkulum membawa konsekuensi pada perubahan
pembelajaran. Dalam tulisan ini diidentifikasi tiga buah perubahan yang harus
dilakukan dalam pembelajaran kimia sebagai akibat dari perubahan struktur materi
kimia berdasarkan KBK. Pertama, perubahan lingkup materi pokok yang terdiri
atas 6 lingkup materi. Perubahan ini menuntut adanya penyesuaian isi materi ajar
untuk masing-masing jenjang kelas. Kedua, pengenalan pembelajaran kimia yang
dimulai pada jenjang SMP/MT. Perubahan ini membawa konsekuensi pada
peningkatan kualitas tenaga pengajar, baik yang telah ada di sekolah maupun yang
sedang diproses di perguruan tinggi. Karena guru dan calon guru tersebut
sebelumnya tidak dipersiapkan untuk mengajar materi kimia pada jenjang tersebut.
Ketiga, perubahan orentasi pembelajaran kimia dari pembelajaran yang
menekankan pada isi materi pelajaran menuju pada pembelajaran yang
menekankan pada pembentukan keterampilan. Perubahan ini menuntut adanya
penyesuaian cara pembelajaran, khusunya pada keadaan trasisi, dan penekanan
pembelajaran bukan saja pada peningkatan pengetahuan siswa melainkan juga
pada pembentukan keterampilan kerja ilmiah.
Kata kunci: Perubahan, kurikulum, dan kimia.
ABSTRACT
The improvement of curriculum effects the process of teaching and
learning. In this writing are identified three different consequences as the effect of
curriculum change in chemistry teaching. First, the improvement of the curriculum
content becomes six major topics or strands. This changing requires the
harmonization of learning materials for each level. Second, an introduction of
teaching and learning chemistry in junior high schools (SMP/MT). This changing
needs the improvement of science teachers' quality, both the teachers at schools
and students’ teachers at the university. This due to both teachers and students’
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
122
teacher were not prepared for teaching chemistry in junior high schools earlier on.
Third, the shift of the teaching orientation of chemistry from content-based
teaching to process skill-based teaching. This changing requires a new model of
teaching, especially on the transition phase, and an additional focus of teaching.
The teaching-learning process of chemistry should be focused on not only for the
improvement of students’ knowledge, but also for the development of students’
skills, particularly the scientific skill.
Key words: improvement, curriculum, and chemistry.
1. Pendahuluan
Kehadiran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam format
reformasi pendidikan menimbulkan perbedaan pendapat dikalangan praktisi
pendidikan. Disatu pihak ada yang menyambut perubahan kurikulum sebagai
peluang untuk memperbaiki pendidikan karena pendidikan saat ini mengalami
keterpurukan dan berhadapan dengan perubahan global yang tidak menentu
(Mulyasa, 2002). Di pahak lain, ada yang memandang bahwa perubahan
kurikulum tidak akan memecahkan masalah pendidikan karena masalah yang
dihadapi oleh para praktisi pendidikan, khususnya guru, di sekolah bukanlah
masalah kurikulum semata melainkan masalah sarana dan prasana penunjang
pelaksanaan kurikulum. Dengan adanya permasalah tersebut, kegagalan kurikulum
sebelumnya dalam meningkatkan kualitas luaran bukan dipandang sebagai
kegagalan dari isi kurikulum yang dikehendaki (intended curriculum) melainkan
kegagalan pelaksanakan kurikulum tersebut di sekolah (implemented curriculum).
Terlepas dari persoalan di atas, perubahan kurikulum harus dimaknai
sebagai salah satu usaha perbaikan kualitas pendidikan. Namun, kalau dipandang
dari segi waktu, lebih-lebih pada era global ini, pembaharuan kurikulum yang
dilakukan saat ini adalah sudah terlambat. Tuntutan-tuntutan pasar kerja sudah
terlebih dahulu menuntut kualitas tenaga kerja yang memiliki kompetensi
profesional, sementara dikalangan pendidikan baru dilakukan perubahan
kurikulum mengarah pada kompetensi luaran. Hasil perubahan sebuah kurikulum
baru akan dapat dipetik 3 – 5 tahun mendatang dan ketika itu besar kemungkinan
tuntutan masyarakatpun sudah akan berubah. Dilihat dari sisi ini, kurikulum
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
123
seharusnya mampu mengemban amanat prediksi masa depan, bukan
“penyembuhan penyakit yang sedang diderita.”
Dengan berpikiran positif terhadap maksud dan kehendak dari perubahan
kurikulum, maka salah satu pemikiran yang harus dikembangkan dikalangan
praktisi pendidikan (guru) adalah kemauan untuk memahami kurikulum dengan
sebaik-baiknya dan kemudian diikuti dengan usaha nyata penerapan kurikulum
tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sekolah. Hal ini perlu untuk
ditekan mengingat adanya sikap apreori yang pisimistik dari beberapa kalangan
praktisi pendidikan.
Salah satu peruhanan yang signifikan dalam KBK adalah terjadinya
restrukturisasai materi pelajaran. Perubahan tersebut membawa konsekuensi pada
perubahan orientasi pembelajaran di sekolah dan perkuliahan di perguruan tinggi,
khususnya di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). Untuk melihat
perubahan yang terjadi serta konsekuensi logis yang menyertainya, dalam tulisan
ini dikaji tentang restrukturisasi materi pelajaran kimia berdasarkan KBK. Kajian
ini merupakan sebuah hasil pemikiran penulis yang disumbangkan dalam rangkan
mensukseskan pelaksanaan kurikulum baru.
2. Pembahasan
Dalam pembahasan ini dikari 3 aspek perubahan kurikulum untuk mata
pelajaran kimia, yaitu: 1) restrukturiksasi materi ajar, 2) restrukturisasi jenjang
pembelajaran, dan 3) restrukturisasi pemebajaran kerja ilmiah.
2.1 Restrukturisasi Materi Ajar
Dalam KBK, materi ajar kimia mengalami restrukturisasi yang mendasar.
Lingkup materi ajar diorgasasikan dalam 6 lingkup ajar, yaitu: 1) Melakukan kerja
ilmiah, 2) Transpformasi, 3) Struktur dan sifat, 4) Dinamika, 5) Energitika, dan 6)
Kimia terapan (Depdiknas, 2002). Keenam linkup materi ajar di atas merupakan
pengklasifikasian isi materi keculai materi melakukan kerja ilmiah. Melakukan
kerja ilmiah merupakan lingkup materi pembelajaran yang mencakup
pembelajaran proses sains. Dalam kurikulum sebelumnya materi ini tidak
dinyatakan sebagai salah satu lingkup materi secara eksplisit, namun pada
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
124
kurikulum ini materi tersebut ditegaskan secara eksplisit sebagai salah satu materi
pokok yang harus diajarkan.
Lima lingkup materi lainnya adalah materi pokok ilmu kimia yang ditata
baru. Transformasi merupakan materi yang membahasan perhitungan kimia
(stoikiometri) yang meliputi hukum-hukum dasar ilmu kimia, konsep mol,
interkonversi mol – massa, mol – volume, dan mol – jumlah partikel, serta
penerapan perhitungan kimia untuk menentukan komposisi zat, konsentrasi, rumus
empiris dan rumus molekul. Di samping itu, materi transformasi diaplikasikan
dalam berbagai materi lain yang menggunakan perhitungan, misalnya materi
larutan, asam basa, dan reaksi redoks dan elektrokimia. Struktur dan sifat zat
adalah lingkup materi yang membahas susunan materi dan sifat-sifatnya, baik
secara makroskopis ataupun mikroskopis, mulai dari struktur zat berdasarkan
wujudnya (padat, cair, dan gas) hingga struktur zat secara atomik atau molekuler.
Dinamika adalah lingkup materi kimia yang membahas tentang perubahan materi,
baik yang menyangkut perubahan fisika ataupun perubahan kimia. Perubahanperubahan fisika meliputi perubahan wujud (padat, cair gas) dan perubahan fisik
lainnya yang terjadi dalam campuran (larutan) karena kesesuaian sifat. Perubahan
kimia meliputi semua perubahan zat yang disertai dengan perubahan struktur yang
dikenal dengan reaksi kimia. Energitika merupakan lingkup materi yang
membahas hubungan antara perubahan materi dengan perubahan energi yang
menyertainya. Setiap perubahan materi, baik yang menyangkut perubahan fisika
ataupun perubahan kimia, disertai dengan perubahan energi (kalor). Kimia terapan
adalah lingkup materi yang membahas ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari.
Materi ini merupakan materi yang strategis sebagai wahana untuk melihat
hubungan antara ilmu kimia sebagai ilmu murni (pure science) atau ilmu dasar
(basic science) dan ilmu kimia sebagai ilmu terapan (applaid science).
Keenam lingkup materi di atas sudah seharusnya menjadi materi-materi
pokok yang menjadi materi ajar di sekolah. Oleh karena itu, materi ajar kimia di
sekolah harus disusun kembali sesuai dengan lingkup materi pokok di atas.
Pertanyaannya sekarang adalah “sudahkah oragnisasi materi ajar kimia di sekolah
disusun bedasarkan lingkup materi di atas?” Berdasarkan isi proposal buram
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
125
(draft) KBK materi kimia SMA/MA (Depdiknas, 2002), isi materi pelajaran kimia
untuk tiap-tiap jenjang kelas dideskripsikan sebagai berikut.
Tabel 1: Struktur Materi Kimia SMA/MA
Jenjang Kelas
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Isi materi








Pengenalan kimia
Struktur atom, sistem periodik, dan ikatan kimia
Stoikiometri
Larutan Elektrolit dan non-elektrolit
Reaksi oksidasi reduksi
Hidrokarbon dan minyak bumi
Kimia lingkungan
Struktur atom, sistem periodik, dan ikatan kimia

Termokimia

Laju reaksi

Kesetimbangan kimia

Larutan asam basa

Stoikiometri larutan

Larutan penyangga

Hidrolisis garam

Kelarutan dan hasil kali kelarutan

Sifat koligatif larutan

Redoks dan elektrokimia

Senyawa karbon

Makromolekul

Kimia unsur
Jika dilihat dari 6 lingkup materi kimia di atas, maka dapat dinyatakan
bahwa struktur materi ajar yang dideskripsikan di atas belum menggambarkan
pengorganisasian materi yang dikembangkan berdasarkan lingkup materi pokok.
Salah satu contoh dapat dilihat pada materi kelas I dan kelas II yang sama-sama
memprogramkan materi ajar “struktur atom, sistem periodik, dan ikatan kimia.”
Oleh karean itu, diperlukan usaha untuk mengorganisasikan kembali materi kimia
yang akan digunakan sebagai materi ajar.
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
126
KBK memberikan otonomi bagi sekolah atau daerah untuk
mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kemampuan yang
ada dengan tanpa meninggalkan kompetensi standar yang ditetapkan sebagai
kendali mutu standar pendidikan nasional. Berdasarkan amanat tersebut, usaha
pengorganisasian materi ajar dapat dilakukan secara lokal atau regional (di tingkat
sekolah, kabupaten, atau propinsi).
Ada dua cara pandang (paradigma) yang dapat digunakan sebagai acuan
dalam meretrukturisasi materi ajar kimia di sekolah, yaitu cara pembelajaran
secara tuntas dan cara pembelajaran secara berkesinambungan. Jika menganut cara
pembelajaran secara tuntas, materi-materi yang berada dalam satu lingkup materi
pokok diajarkan sampai tuntas pada jenjang kelas tertentu. Dalam
mengorganisasikan materi dengan cara ini, perlu didukung oleh analisis materi
pelajaran yang komprehensif. Sebaliknya, jika menganut cara pembelajaran
berkesinambungan, materi-materi yang ada dalam satu lingkup materi pokok
dibagi-bagi dan diajarkan secara berkelanjutan. Dalam pengorganisasian materi
ajar dengan cara ini, di samping dituntut analisis materi yang komprehensif juga
diperlukan analisis pemilahan (bembagian) yang bermakna utuh.
Dengan memperhatikan karakteristik materi kimia, cara lain (cara ketiga)
yang dapat dilakukan dalam mengorganisasi materi ajar adalah cara kombinasi.
Artinya, materi-materi yang merupakan satu kesatuan diorganisasikan dan
diajarkan secara tuntas, dan materi-materi yang menuntut prasyarat materi lain
diorganisasikan dan diajarkan secara berkesinambungan.
Dengan beracuan pada lingkup materi pokok, salah satu susunan materi
ajar yang diusulkan adalah sebagai berikut.
Tabel 2 : Usulan Alternatif Struktur Materi SMA/MA
Jejang Kelas
Kelas I
Materi Pokok
1. Melakukan Kerja 
ilmiah
2. Struktur dan sifat
3. Dinamika
4. Transformasi
5. Energitika Zat

6. Kimia Terapan
Materi Ajar
Kerja ilmiah: melakukan pengamatan,
merumuskan masalah, menyusun
hipotesis, merancang percobaan,
melakukan percobaan, menafsirkan
data, dan melaporkan hasil percobaan
Struktur dan sifat zat padat, cair, gas,
Partikel materi: atom, molekul, ion
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
127




Kelas II
1. Melakukan Kerja 
ilmiah
2. Struktur dan sifat
3. Dinamika
4. Transformasi
5. Energitika Zat

6. Kimia Terapan



Kelas III
1. Melakukan Kerja 
ilmiah
2. uktur dan sifat
3. Dinamika
4. Transformasi
5. Energitika Zat

6. Kimia Terapan



Dinamika perubahan wujud dan
struktur materi
Transformasi: hukum-hukum dasar
ilmu kimia, konsep mol, dan
perhitungan kimia
Energitika: reaksi kimia, jenis-jenis
reaksi, ciri-ciri reaksi, dan aplikasi
perhitungan kimia
Kimia terapan: sabun/diterjen, bahan
aditif makanan, bahan makanan
buatan.
Kerja ilmiah: melakukan pengamatan,
merumuskan masalah, menyusun
hipotesis, merancang percobaan,
melakukan percobaan, menafsirkan
data, dan melaporkan hasil percobaan
Struktur dan sifat: atom, molekul, dan
ion, penggolongan unsur (sitem
periodik), dan ikatan kimia.
Dinamika zat dalam larutan: asam
basa, kelarutan, kesetimbangan.
Energitika: keterlibatan kalor dalam
berbagai reaksi kimia
Kimia terapan: air sebagai pelarut
universal, penyepuhan logam,
pemurnian logam.
Kerja ilmiah: melakukan pengamatan,
merumuskan masalah, menyusun
hipotesis, merancang percobaan,
melakukan percobaan, menafsirkan
data, dan melaporkan hasil percobaan
Dinamika zat dalam larutan: sifat
koligatif larutan, reaksi reduksioksidasi dan elektrokima
Transformasi: perhitungan sifat
koligatif dan perhitungan keterlibatan
zat dalam redoks dan elektrokimia
Struktur dan sifat: sifat-sifat unsur
senyawa karbon, dan makromolekul
Kimia terapan: kertas, rayon, plastik,
minyak bumi, dan gizi makanan.
Model pengorganisasian materi kimia seperti di atas dilakukan dengan
mendudukkan 6 materi pokok ilmu kimia sebagai strands, yaitu cakupan materi
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
128
utama yang mewadahi isi materi lainnya. Sebagai bandingan dari cara
pengorganisasian tersebut dapat dilihat pada beberapa model struktur materi
kurikulum dari beberapa negara maju sebagai berikut. Kurikulum sains negara
bagian Victoria Australia dikembangkan berdasarkan 4 strands (materi pokok),
yaitu natural and processed materials, the physical world, earth and beyond, dan
life and living (Verma, 1995). Masing-masing strands terdiri atas substrands yang
menajdi materi ajar ditiap-tiap jenjang (level) kelas. Adapun materi yang ada
dalam masing-masing substreds adalah sebagai berikut.
Tabel 3 : Struktur Materi Sains Berdasrkan Curriculum Standard Frameworks
(CSF)
Strands
Substrands
Natural and processed materials 
The physical world
Earth and beyond
Life and living
Material:structure, properties, and uses

Rational and change

Electricity and magnetism

Light and sound

Force and movement

The changing earth

Our place and space

Living together

Structure and funtion

Biodiversity, change and continuity.
(Verma, 1995)
Perlu diketahui bahwa kurikulum ini menganut konsep pembelajaran sains
secara terintegrasi. Di Amerika, dalam kurikulum sains yang diberi nama
Performance-Based Curriculum for Science: From Knowing to Showing,
dideskripsikan materi utama pelajaran sains (strands) yang terdiri atas life science,
physical science, dan earth science (Burz dan Marshall, 1997). Masing-masing
strend terdiri atas substrands sebagai berikut.
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
129
Tabel 4 : Struktur Materi Sains Berdasarkan Performan-Based Curriculum
Strands
Life Science
Physical Science
Earth Science







Substrands
Living thing
Ekosystems
Matter
Energy
Meteorology
Geology
Space science
(Burz dan Marshall, 1997)
Kurikulum tersebut adalah kurikulum yang dikembangkan bersadarkan
kompetensi. Salah satu kompetensi untuk topik pelajaran How do we and other
animals learn? adalah identify, predic, collect, analyze, write, dan explain.
Kompetensi tersebut merupakan kompetensi dasar dari lingkup materi melakukan
kerja ilmiah.
2.2 Retrukturisasi Pembelajaran Kimia di Sekolah
Berdasarkan KBK, pembelajaran kimia di sekolah ditata ulang.
Sebelumnya (Kurikulum 1994) ilmu kimia baru mulai diperkenalkan pada
pembelajaran sains di SMA/MA. Dalam KBK, ilmu kimia diajarkan mulai pada
jenjang SMP/MT (Depdiknas, 2002).
Restrukturisasi pembelajaran kimia di sekolah membawa konsekuensi pada
pengorganisasian isi materi ilmu kimia secara keseluruhan dan juga persiapan
tenaga pengajar, baik yang telah ada di sekolah maupun yang ada di perguruan
tinggi. Berdasarkan proposal kurikulum, materi kimia untuk jenjang SMP/MT
dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 5 : Struktur Materi Kimia MSP/MT
Jenjang Kelas
Kelas I
Isi materi

Bahan kimia di sekitar kita: logam, non-logam, plastik,
kaca, keramik, zat aditif makanan, air, dan bahan kimia
rumah tangga.

Unsur, senyawa, dan campuran
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
Kelas II
Kelas III
130

Pemisahan campuran

Perubahan fisika dan perubahan kimia

Lambang unsur dan nama senyawa sederhana

Reaksi logam dengan oksigen, air dan asam

Asam, basa, garam.
(Depdiknas, 2002).
Dengan memperhatikan organisasi materi di atas, dapat dipahami bahwa
materi kimia pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (SMA/MA) perlu
diselaraskan dengan materi-materi kimia yang diajarkan di SMA/MT. Materi
kimia di SMA/MA merupakan kelanjutan dari materi kimia di SMP/MT, maka
perlu dilakukan penyesuaian materi sehingga tidak terkesan tumpang tindih. Salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah pengkajian dalam lingkup kedalaman materi
dan kompetensi yang menjadi sasaran pembelajaran dimasing-masing jenjang.
Dengan dimulainya pembelajaran kimia pada jenjang SMP/MT, maka
masalah lain yang segera memerlukan penanganan adalah penyiapan tenaga guru
untuk pembelajaran materi tersebut. Ada dua persiapan yang harus dilakukan,
yaitu memberikan pelatihan kepada guru sains (fisika dan biologi) yang telah ada
disekolah dan penyiapan guru sains SMP/MT di perguruan tinggi. Penyiapan guru
sains yang telah ada di sekolah agar mampu mengampu pembelajaran kimia dapat
dilakukan melalui inservise training dalam bentuk pelatihan pembelajaran.
Kegiatan ini merupakan tindakan esensial yang harus dilakukan karena banyak
guru sains SMP/MT yang kurang memahami aspek-aspek kimiawi dari materi
sains. Salah satu penyebabnya adalah terperangkapnya pemikiran terhadap materi
sains yang merupakan satu kesatuan ke dalam cakupan materi sains secara parsial,
seperti biologi, fisika, dan kimia. Pengelompokkan tersebut dilakukan dengan
sasaran-sasaran yang jelas, yaitu biologi menekankan pada aspek sains dalam
kehidupan, fisika menekankan aspek struktur fisik materi sains, dan kimia
menekankan pada aspek perubahan struktur materi dan perubahan energi yang
menyertainya.
Di perguruan tinggi, kurikulum yang menjadi panduan pendidikan
mahasiswa calon guru, khususnya guru sains, harus disesuaikan dengan perubahan
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
131
yang terjadi di lapangan. Perubahan kurikulum di LPTK dilakukan dalam dua
aspek, yaitu isi materi (content) dan cara pembelajarannya (pedagogy).
Penyesuaian isi materi disesuaikan dengan sasaran calon guru yang dibentuk dan
penyesuaian cara pembelajaran dilakukan dengan mengikuti perubahan arah
orientasi pembelajaran menuju pada sararan pembelajaran berbasis kompetensi.
Penyusunan kedua aspek kurikulum tersebut dilakukan dengan beracuan pada
Surat Keputusan Mediknas Nomor 232/U/2000 dan Nomor 045/U/2002 yang
memberikan panduan penyusunan kurikulum berdasarkan kompetesi.
2.3 Restrukturisasi Pembelajaran Kerja Ilmiah
Seperti telah disebutkan di atas (butir 2.1), pembelajaran melakukan kerja
ilmiah dinyatakan secara eksplisit sebagai salah satu lingkup materi pokok kimia
berdasarkan KBK. Oleh karena itu, sudah seharusnya pelajaran kerja ilmiah
diajarkan secara eksplisit pula dan diwujudkan dalam bentuk program
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.
Secara tegas, kurikulum telah memberikan rambu-rambu pembelajaran
kerja ilmiah yang dituangkan dalam bentuk kompetensi standar dan kompetensi
dasar kerja ilmiah. Kompetensi standar kerja ilmiah untuk jenjang SMA/MA
menyatakan bahwa seorang siswa harus mampu mendemonstrasikan pengetahuan
dan keterampilannya dalam melakukan kerja ilmiah, berkomunikasi ilmiah,
menunjukkan kreativitas dalam memecahkan masalah, serta bersikap ilmiah.
Kompetensi dasar kerja ilmiah ada 4 buah, yaitu: 1) Siswa mampu melakukan
penyelidikan ilmiah, 2) Siswa mampu berkomunikasi ilmiah, 3) Siswa mampu
menunjukkan kreativiats dan memecahkan masalah, dan 4) Siswa mampu bersikap
ilmiah (Depdiknas, 2003). Masing-masing kompetensi dasar tersebut juga telah
dilengkapai dengan paparan kompetensi yang lebih sederhana untuk membantu
para praktisi pendidikan untuk melasakakan pembelajaran kerja ilmiah. Adapun
deskripsi isi kurikulum untuk materi kerja ilmiah adalah sebagai berikut.
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
132
Tabel 6 : Kompetensi Dasar Kerja Ilmiah
KOMPETENSI DASAR KERJA ILMIAH
1. Siswa mampu
melakukan
penyelidikan ilmiah
1.1 Mengajukan pertanyaan penelitian sederhana
1.2 Menyusun perencanaan ilmiah malalui
pengamatan dan percobaan
1.3 Mengumpulkan data
1.4 Mengevaluasi data
2. Siswa mampu
berkomunikasi ilmiah
2.1 Menggunakan kosa kata sains dalam
berkomunikasi
2.2 Menerapkan cara penyajian informasi sains
dengan menggunakan sarana dan sumber
2.3 Menggunakan pola hubungan dan simbol serta
model
2.4 Menggunakan istilah, definisi, simbol sains,
teknik, dan konvensi serta satuan standar
international
2.5 Berargumentasi secara ilmiah
2.6 Mempertimbangkan etika penyelidikan ilmiah
3. Siswa mampu
3.1 Mengajukan masalah dan gagasan baru
menunjukkan
3.2 Mengajukan alternatif pemecahan masalah
kreativiats dalam
lingkungan fisik dan sosial
memecahkan masalah 3.3 Menggunakan teknologi alternatif untuk
memecahkan maslah
4. Siswa mampu
bersikap ilmiah
4.1 Membedakan fakta dan opini
4.2 Berani dan santun dalam mengajukan
pertanyaan dan berargumentasi
4.3 Melakukan evaluasi diri
4.4 Mengembangkan keingintahuan
4.5 Kepedulian terhadap lingkungan sosial dan
fisika serta budaya
4.6 Mengambil keputusan yang bertanggung jawab
(Depdiknas, 2003)
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
133
Kompetensi standar dan kompetensi dasar kerja ilmiah yang dideskripsikan
untuk jenjang SMA/MA sudah baik. Namun, dalam keadaan transisi kompetensikompetensi yang telah ditetapkan agak sulit untuk dicapai karena siswa yang
duduk di bangku SMA/MA pada keadaan transisi belum terlatih melakukan kerja
ilmiah pada jenjang pendidikan sebelumnya (SD dan SMP/MT). Oleh karena itu,
pembelajaran kerja ilmia dalam keadaan trasisi pada jenjang SMA/MA hendaknya
dilakukan secara perlahan-lahan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan memberi latihan melakukan kerja ilmiah secara parsial. Misalnya,
pertama-tama siswa hanya dilatih untuk melakukan pengamatan secara berulang
hingga mereka mampu melakukan pengamatan dengan baik. Setelah itu, baru
dilajutkan dengan memberikan latihan untuk merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, merancang desain percobaan, melakukan percobaan sendiri,
menganalisis data, dan melaporkan hasil percobaan yang dilakukan secara
bertahap. Pada akhir tiap-tiap jenjang kelas (kelas 1,2, dan 3) siswa diberikan
latihan melakukan kerja ilmiah secara komprehensif berupa sebuah proyek
penyelidikan sederhana yang masalahnya bisa diberikan oleh guru atau datang dari
siswa (Subagia, 2003). Sebagai panduan pembelajaran kerja ilmiah secara parsial
diberikan usulan sebagai berikut.
Tabel 7 : Pembelajaran Kerja Ilmiah
JENIS
KETERAMPILAN
Melakukan pengamatan
Pengamatan adalah
hasil yang diperoleh
langsung dengan
menggunakan panca
indera bukan pikiran.
KEGIATAN PEMBELAJARAN





Merumuskan masalah

Rumusan masalah dibuat
dalam bentuk kalimat

Siapkan suatu fenomena yang dapat diamati siswa, misalnya
proses pengendapan.
Suruh siswa secara individu atau kelompok untuk mengamati
dan mencatat hasil pengamatannya terhadap fenomena tersebut.
Ajak siswa mendiskusikan hasil pengamatannya.
Cermati hasil pengamatan yang diperoleh siswa, fokuskan pada
variasi hasil pengamatan, hal-hal yang telah diamati, dan halhal yang belum diamati secara teliti sesuai dengan tujuan
pengamatan. Biasanya akan ditemukan hasil pengamatan siswa
yang bersifat trivial, ilmiah, dan atau bukan hasil pengamatan
melainkan hasil interpretasi.
Latihkan hal ini beberapa kali dengan menggunakan fenomena
yang berbeda.
Siapkan suatu fenomena (benda, data, diagram) yang
mengundang masalah, misalnya data perubahann energi
ionisasi atau data perubahan volume atom.
Suruh siswa secara individu atau kelompok mencermati data
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
134
tanya yang bersifat
terbuka.


Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah
jawaban sementara dari
permasalahan yang
perlu dibuktikan
kebenarannya.



Merancang
penyelidikan

Rancangan penyelidikan
menggambarkan desain
penelitian dan prosedur
penelitian



Melakukan
penyelidikan
Melakukan penyelidikan
dilaksanakan dengan
mengikuti rancangan
penyelidikan
Mengumpulkan data
Mengumpulkan data
dilakukan secara
bersamaan dengan
pelaksanaan
penyelidikan






tersebut secara teliti (melalui pengamatan) dan merumuskan
pertanyaan berdasarkan data tersebut.
Ajak siswa mendiskusikan pertanyaan-pertanyaannya, mulai
dari kalimatnya hingga pertanyaan yang susuai dengan data
yang ada. Misalnya, mengapa energi ionisasi unsur-unsur
cendrung meningkat dari kiri ke kanan? Mengapa volume atom
dalam satu perioda cendrung mengecil dari kiri ke kanan?
Latihkan hal ini beberapa kali sampai siswa mampu
merumuskan masalah dengan baik.
Dengan menggunakan rumusan masalah yang telah dibuat
siswa, suruh siswa secara individu atau kelompok merumuskan
jawaban semestara dari masalah tersebut (hipotesis).
Ajak siswa mendiskusikan hipotesisnya, dengan menanyakan
kerangka pikiran siswa yang mendasari hipotesis yang
dirumuskan. Diskusi diarahkan pada rumusan hipotesis yang
baik dan dasar teori berhipotesis. Contoh hipotesis dari masalah
yang dirumuskan di atas: Peningkatan energi ionsisasi unsurunsur dalam satu perioda disebabkan oleh perubahan jari-jarai
atom. Semakin kecil jari-jari atom unsur semakin besar energi
ionisasinya.
Latihkan hal ini beberapa kali sampai siswa mampu
merumuskan hipotesis dengan baik.
Dengan menggunakan rumusan masalah dan hipotesis yang
telah dibuat, suruh siswa merancang penyelidikan/percobaan
untuk membuktikan hipotesisnya.
Suruh siswa secara individu atau kelompok untuk
mempresentasikan rancangan percobaannya di kelas.
Ajak siswa mendiskusikan rancangan percobaannya dengan
memperhatikan variabel-variabel yang diselidiki, instrumentasi,
bahan, dan kelaikan percobaan untuk dilaksanakan.
Latihkan hal ini beberapa kali sampai siswa mampu merancang
suatu percobaan dengan baik.
Dengan menggunakan rancangan penyelidikan yang telah
dibuat, suruh siswa untuk melakukan penyelidikan dengan
mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan. Kegiatan ini
dilakukan sejalan dengan kegiatan membuat rancangan
penyelidikan.
Latihkan hal ini beberapa kali sampai siswa mampu melakuka
penyelidikan dengan baik.
Dengan menggunakan rancangan penyelidikan yang telah
dibuat, suruh siswa untuk membuat tabel pengumpulan data
atau tabel pengamatan.
Suruh siswa melakukan pengamatan berdasarkan tabel yang
telah dibuat.
Ajak siswa mendiskusikan hasil pengamatannya yang
dituangkan dalam tabel atau dalam bentuk catatan lainnya.
Latihkan hal ini beberapa kali sampai siswa mampu
mengumpulkan data dengan baik.
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
135
Menganalisis data

Menganalisis data
adalah memilah-milah
data sesuai dengan
keperluah dan
membangun makna atas
data tersebut.
Melaporkan hasil
penelitian




Melaporkan hasil
penelitian dilakukan
dalam bentuk tertulis
dan lisan (presentasi).

Dengan menggunakan data pengamatan yang ada, suruh siswa
melakukan analisis sesuai dengan tujuan penyelidikan.
Ajak siswa mendiskusikan hasil analisisnya, perhatian
diberikan pada pemaknaan dari data yang diperoleh untuk
membantu mengambil atau merumuskan simpulan.
Latihkan hal ini beberapa kali sampai siswa mampu
menganalisis data dengan baik.
Surus siswa secara individu atau berkelompok melaporkan
temuan hasil penyelidikannya baik secara tertulis maupun lisan.
Ajak siswa mendiskusikan hasil temuannya dalam bentuk
seminar, fokus latihan diberikan pada keterampilan siswa
presentasi dan atau merespon pertanyaan.
Latihkan hal ini beberapa kali sampai siswa mampu
melaporkan hasil penyelidikan dengan baik.
(Subagia, 2003)
3. Penutup
Sebagai akhir dari kajian ini dirumuskan beberapa simpulan sebagai
berikut. Restrukturisasi materi pembelajaran kimia berdasarkan KBK membawa
berbagai konsekuensi yang perlu mendapat pencermatan dan tindakan segara agar
pelaksanaan kurikulum dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Perubahan
lingkup materi pokok membawa konsekuensi pada penataan materi ajar secara
keseluruhan dan juga pada tiap-tiap jenjang kelas, serta perubahan cara
pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian kompetensi dengan
mengintegrasikan materi kerja ilmiah. Perubahan pembelajaran dengan cara
pengenalan awal ilmu kimia di SMP/MT membawa konsekuensi pada penyiapan
tenaga pengajar, baik yang telah ada di sekolah mauoun yang sedang diproses di
perguruan tinggi. Perubahan pembelajaran kerja ilmiah sebagai lingkup materi
pokok membawa konsekuensi pada pelaksanaan pembelajaran secara reguler dan
pelaksanaan pembelajaran pada keadaan transisi. Pembelajaran kimia di sekolah
sekarang harus betul-betul berorientasi pada pembelajaran kimia sebagai produk
sains dan kimia sebagai proses sains. Pembelajaran kimia sebagai produk sains
menekankan pada aspek isi materi ilmu kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip,
teori, dan hukum. Pembelajaran kimia proses sains menekankan pada
pembelajaran keterampilan kerja ilmiah yang sesuai dengan metode ilmiah.
Berdasarkan simpulan di atas, untuk menyukseskan pelaksanaan KBK
disarankan agar setiap praktisi pendidikan, baik secara individu ataupun kelompo
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
ISSN 0215-8250
136
(instansi), memperhatikan persoalah-persoalan yang timbul sebagai akibat dari
perubahan kurikulum dan mau melakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai yang
dikendaki sebagai konsekuensi logis perubahan kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
Burz dan Marshall. 1997. Performance-Based Curriculum: From Knowing to
Showing. California: Corwin Press, INC.
Depdiknas. 2002. Kurikulun & Hasil Belajar: Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Kimia Sekolah Menengat Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Balitbang
Puskur.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi: Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah
Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta.
Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000.
Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002.
Subagia, I Wayan. 2003. “Pengembangan Pembelajaran Melakukan Kerja Ilmiah
dalam Pembelajaran Sains di Sekolah.” Makalah disampaikan dalam
Semlok Implementasi KBK dalam Pembelajaran di Kelas yang
diselenggarakan oleh IKA IKIP Negeri Singaraja pada tanggal 12 Nop.
2003.
Verma. 1995. Curriculum & Standards Framework: Science. Victoria: Boar of
Study.
__ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003
Download