ISSN 0215-8250 PENERAPAN STRATEGI REALITA-ANALOGI-DISKUSI MENGGUNAKAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMAHAMAN SISWA SMU KELAS I SEMESTER I TENTANG KONSEP PARTIKEL MATERI, ZAT TUNGGAL, CAMPURAN, ATOM, DAN MOLEKUL Oleh I Made Kirna Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa SMU kelas I tentang konsep dasar partikel materi, zat tunggal, campuran, atom dan molekul. Subjek penelitian adalah siswa kelas I.1 semester I SMU Lab. IKIP Negeri Singaraja tahun akademik 2002/2003 dan objek penelitian adalah (1) aktivitas belajar, (2) hasil belajar, (3) miskonsepsi siswa, dan (4) persepsi siswa terkait dengan penerapan model pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan strategi Realita-Analogi-Diskusi menggunakan multimedia dapat memotivasi siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga aktivitas siswa ditinjau dari perhatian, menanggapi/menjawab pertanyaan, dan interaksi antar siswa cukup tinggi. Pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar dan kualitas pemahaman siswa secara signifikan, tetapi tingkat ketuntasan belajar siswa masih kurang dari 80%. Beberapa miskonsepsi masih ditemukan terutama miskonsepsi yang berhubungan dengan jenis partikel materi dan istilah unsur yang dimaknai sebagai bagian materi. Sebagian besar siswa memberikan respon yang sangat positif terhadap pembelajaran yang dikembangkan dan mengharapkan agar pembelajaran kimia di masa mendatang menggunakan media komputer Kata Kunci : Multimedia, Miskonsepsi, Partikel Materi ABSTRACT This research aim at improving the quality of the first class SMU students’ understanding related to basic concepts in chemistry, such as ; particulate nature of matter, substances, mixtures, atoms, and molecules. The subject of the research is the students of the first class of SMU Lab. IKIP Negeri Singaraja in academic year 2002/2003. The objects of the research are; (1) students activity, (2) students _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003 ISSN 0215-8250 achievement, (3) students misconceptions, and (4) students perceptions to the application of the learning model. The results show that the application of “Realita-Analogy-Discustion” learning strategy using Multimedia can motivate the students to increase their participation in Chemistry learning. This learning strategy can improve the students achievement and also the quality of students understanding, but the percentage of students achievement whom having good score (score 60) still less then 80%. Some misconceptions were found, especially those related to particulate nature of matter and the term element (unsur) which is meant as the component of the matter. Most students give positive responds to the application of learning model, and hope that computer or multimedia based Chemistry learning will be continued in the future. Key Word : Multimedia, Misconceptions, Particulate of Matter 1. Pendahuluan Secara umum, mata pelajaran kimia masih dianggap sebagai pelajaran yang tergolong sulit dipahami oleh siswa di SMU. Hal ini tidak terlepas dari konsep kimia mempunyai sifat abstraksi yang tinggi. Banyak siswa mengalami miskonsepsi sebagai akibat dari proses internalisasi yang keliru, baik karena terminologi kimia maupun pengamatan terhadap materi secara makroskopis (dunia nyata) berbeda bahkan bertentangan dengan pengamatan secara mikroskopis. Miskonsepsi inilah yang menyebabkan pelajaran kimia dianggap sulit ( Nakhleh, 1992). Beberapa hasil penelitian ( Pickering, 1990; Sawrey, 1990; Stavy, 1991; Griffith and Preston, 1992; Friedel dan Maloney,1992) menunjukkan bahwa kesulitan siswa dalam belajar kimia secara bermakna disebabkan oleh rendahnya kualitas pemahaman terhadap konsep dasar kimia, seperti: konsep partikel materi, atom, molekul, ion, unsur, senyawa, campuran, perubahan fisika, perubahan kimia (reaksi kimia). Banyak siswa, bahkan mahasiswa semester awal, masih mengalami miskonsepsi terhadap konsep dasar kimia ini ( Sudria, 1999, Kirna, 1998; Novick dan Nussbaum, 1981; Novak dan Musonda, 1991). Sangat sedikit siswa, bahkan mahasiswa, dapat menjelaskan permasalahan kimia ditinjau dari konsep partikel materi yang merupakan esensi dari kajian secara kimia. Ini merupakan indikasi bahwa kualitas pemahaman terhadap konsep dasar kimia masih rendah. _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003 ISSN 0215-8250 Pembelajaran konsep dasar kimia di atas kebanyakan masih menggunakan pendekatan ekspositori, dimana konsep kimia abstrak disampaikan perdefinisi, kemudian guru memberikan beberapa contohnya. Guru sudah merasa berhasil bila siswa dapat menyebutkan kembali definisi beserta dengan contohnya seperti yang telah disampaikan oleh guru. Guru jarang menggunakan media atau alat peraga dalam pembelajarannya untuk membantu siswa dalam memahami konsep kimia abstrak. Guru juga jarang mengajak siswa untuk melihat berbagai fakta lewat praktikum laboratorium, menganalisis fakta, dan menggunakan analogi tertentu untuk menjelaskan fakta dalam rangka membangun pengetahuan sains. Secara umum, pembelajaran kimia SMU lebih menekankan aspek hitungan kimia dan terkesan mengabaikan kajian secara kualitatif bermakna, sehingga sangat wajar bahwa siswa hanya mampu mengerjakan soal hitungan yang sebenarnya tidak mereka pahami. Pembelajaran seperti ini dapat dipastikan tidak mendorong siswa untuk bisa berpikir kritis yang selanjutnya mampu memecahkan permasalahan menggunakan pengetahuan sains. Pemanfaatan komputer dalam dunia pendidikan yang semula terbatas pada bidang administrasi telah bergeser semakin masuk kepada aspek yang lebih dalam dari pendidikan yaitu proses belajar mengajar. Pemanfaatan komputer dalam pembelajaran yang dikenal dengan Computer Based Education (CBE) telah dimulai tahun 1970. Berbagai bentuk CBE dikenal seperti: Computer Assisted Instructions (CAI), Computer Managed Instructions (CMI), Computer Simulated Experiment (CSE), Microcomputer Based Laboratory (MBL), dll. Seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan komunikasi, berbagai bentuk CBE juga berkembang dengan pesat dan mencapai bentuknya yang lebih sempurna dengan berbagai istilah, di antaranya: Interactive Video disk Project, Contectual Based Problem Solving Using Video disk, Microworld, dll. (Gabel, 1994 dan Sherwood, 1991). Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbantuan komputer sangat efektif. Pembelajaran berbantuan komputer sangat potensial terutama pada pembelajaran keterampilan pemecahan masalah dan strategi kognitif (Friedler dan Linn, 1990). Sherwood (1991) menyatakan bahwa pembelajaran dengan komputer (video disk) mempermudah dalam memperoleh informasi, mempermudah guru dalam menyampaikan permasalahan yang _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003 ISSN 0215-8250 konstektual kepada siswa, dan mempunyai keunggulan visual, dinamik, tiga dimensi, sehingga merupakan model mental yang kaya dalam membantu siswa memecahkan masalah. Marsh dan Kumar (1992) menyatakan bahwa pembelajaran dengan multimedia atau hypermedia mudah diintegrasikan dengan pembelajaran yang berwawasan STM karena tersedia kemudahan untuk menghubungkan isu lingkungan dengan konsep sains. Penelitian ini mencoba memperbaiki pembelajaran kimia SMU kelas I Semester I yang diharapkan dapat memfasilitasi siswa belajar kimia bermakna dan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada konsep dasar partikel materi, zat tunggal, campuran, atom dan molekul. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan menggunakan metode demonstrasi audio visual (sebagai Starter experiment), analogi animasi dan metode pengajuan pertanyaan dicoba diramu dalam suatu model pembelajaran berupa suatu siklus belajar Realita, Analogi animasi dan Diskusi. Keseluruhan perangkat pembelajaran dituangkan dalam bentuk software komputer Multimedia yang sifatnya adalah sebagai media pembantu pembelajaran (computer Assisted Instructions). Beberapa permasalahan yang difokuskan dalam penelitian ini adalah (1) peningkatan aktivitas belajar siswa, (2) peningkatan hasil belajar dan kualitas pemahaman siswa ditinjau dari miskonsepsi tentang konsep dasar partikel materi, zat tunggal, campuran, atom , dan molekul, dan (3) persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran terbantukan komputer. Di masa yang akan datang, komputerisasi dalam dunia pendidikan tidak hanya digunakan pada bidang administrasi saja, melainkan akan menyentuh langsung pembelajaran di kelas. Dalam kaitan ini, penerapan model pembelajaran dengan memanfaatkan multimedia sebagai pembantu dalam pembelajaran (assisted and managed instructional) seperti pada penelitian ini dapat memberikan informasi seberapa jauh efektivitas dan efesiensi pembelajaran menggunakan bantuan komputer dalam sistem pendidikan di Indonesia, sekaligus memberikan informasi tentang persepsi dan aspirasi siswa serta guru terhadap penerapannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan produk berupa Software pembelajaran Kimia SMU sederhana yang selanjutnya dapat disempurnakan dan dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut dalam pembelajaran Kimia SMU _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003 ISSN 0215-8250 2. Metodelogi Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki kualitas proses dan meningkatkan kualitas pemahaman siswa pada pembelajaran konsep partikel materi, zat tunggal, campuran, atom dan molekul. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I.1 semester I di SMU Lab. IKIP Negeri Singaraja tahun ajaran 2002/2003 sebanyak 39 orang. Objek penelitian adalah (1) aktivitas belajar, (2) hasil belajar, (3) miskonsepsi siswa, dan (4) persepsi siswa terkait dengan penerapan model pembelajaran berbantuan komputer seperti pada penelitian ini. Penelitian ini terdiri dari dua siklus tindakan. Tindakan I diterapkan pada pembelajaran konsep Partikel Materi, Zat Tunggal, dan Campuran, sedangkan tindakan II dilaksanakan pada pembelajaran konsep jenis partikel materi (atom, molekul dan ion), serta lambang kimia partikel 3. Hasil Penelitian 3.1 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Gambaran tentang kegiatan siswa dan guru selama pembelajaran direkam dan disajikan dalam bentuk narasi proses pembelajaran. Berdasarkan Narasi tersebut dapat disarikan aktivitas siswa dalam pembelajaran seperti disajikan pada Tabel 3.1di bawah ini. Tabel 3.1 Data Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran No Parameter aktivitas 1 Perhatian Siswa Tindakan I Seluruh siswa Tindakan II memberikan Seluruh siswa memberikan perhatian yang sungguh-sungguh saat pembelajaran menggunakan perhatian yang sungguh-sungguh saat pembelajaran menggunakan media komputer. Siswa sangat antusias dalam mengikuti media komputer. Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. pembelajaran Siswa tertarik dengan tampilan media 2 Siswa Bertanya Selama pembelajaran tidak ada Selama pembelajaran tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan baik secara spontan siswa yang mengajukan pertanyaan baik secara spontan maupun saat diundang oleh guru maupun saat diundang oleh guru _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003 ISSN 0215-8250 3 Siswa memberikan Ada tanggapan/jawaban terhadap diajukan guru yang terdiri dari 9 pertanyaan untuk menggali 20 pertanyaan diajukan guru yang terdiri dari 10 pertanyaan untuk menggali pertanyaan guru gagasan siswa untuk didiskusikan dan 11 pertanyaan gagasan siswa untuk didiskusikan dan 27 pertanyaan yang yang sifatnya yang memantapkan Ada 37 pertanyaan sifatnya yang memantapkan pemahaman siswa. Tidak ada hambatan psikologis yang berarti pemahaman siswa (latihan soal). Sebagian besar siswa (sekitar 80 dari siswa untuk menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan %) terlibat secara aktif dalam memberikan jawaban, terutama guru. Sebagian besar siswa (sekitar 60-70 %) terlibat secara pertanyaan yang sifatnya memantapkan pemahaman siswa aktif memberikan setelah pembahasan. Pertanyaan jawaban, terutama pertanyaan yang sifatnya memantapkan dalam guru yang bersifat menggali gagasan siswa terhadap suatu pemahaman siswa setelah pembahasan. Pertanyaan guru permasalahan dijawab oleh beberapa siswa dan sebagian yang bersifat menggali gagasan siswa terhadap suatu siswa ini dapat dengan benar. permasalahan hanya menjawab dijawab oleh beberapa siswa. 4 Interaksi siswa antar Interaksi antar siswa teramati Interaksi antar siswa teramati saat guru pengajukan pertanyaan yang sifatnya menggali gagasan saat guru pengajukan pertanyaan yang sifatnya menggali gagasan siswa atau memfokuskan pikiran siswa atau memfokuskan pikiran siswa. Interaksi antar siswa juga terjadi pada pembahasan dari siswa. Interaksi antar siswa juga terjadi pada pembahasan dari tugas bersamaan penayangan media. tugas latihan soal bersamaan dengan penayangan media.. dengan Interaksi antar siswa terjadi antara siswa yang duduk berdampingan. 3 Hasil Belajar Siswa Hasil pembelajaran diperoleh dari tes akhir pembelajaran pada tindakan I dan II. Perbandingan pemahaman/kemampuan siswa sebelum dan setelah pembelajaran disajikan pada Tabel 3.2 _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003 ISSN 0215-8250 Tabel 3.2 Data Tes Awal dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tindakan I dan II Tes Awal Tes Akhir Tes Akhir Pembelajaran I Pembelajaran II Rata-rata 36,2 59,7 65,5 Standar deviasi 11,9 17,6 19,9 0 56,8 62,2 0 13,5 27 Siswa yang skornya 60 (%) Siswa yang skornya 80 (%) 3.3 Kualitas Pemahaman Siswa tentang Konsep Dasar Partikel Materi, Zat Tunggal, Campuran, Atom dan Molekul Sebelum dan Setelah Pembelajaran Data pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang menjadi fokus penelitian ini, seperti: konsep partikel materi, jenis materi (unsur, senyawa, campuran) dan jenis partikel materi (atom, molekul, dan ion) diperoleh dari analisis jawaban siswa terhadap tes awal, tugas yang dikerjakan siswa sebelum pembahasan, tes Akhir pembelajaran, dan angket persepsi siswa . Data hasil analisis tersebut disajikan pada Tabel 3.3 . Tabel 3.3 Pemahaman siswa Tentang Konsep Dasar Partikel Materi, Unsur, senyawa, campuran, atom, dan molekul pada Awal dan Akhir Pembelajaran No 1 2 Kategori Konsep Konsep Dasar Partikel Materi Bentuk dan Ukuran Par- tikel Materi Pemahaman Siswa/miskonsepsi* Siswa memahami materi tersusun atas partikel Ruang kosong hanya terdapat pada jenis materi tertentu* Materi dipandang sebagai partikel materi* Semua materi terdiri dari lebih satu jenis partikel* Yakin bahwa dalam semua materi tersusun atas ruang kosong Masih ragu bahwa dalam semua materi terdapat ruang kosong Partikel materi bentuknya tidak beraturan dan Awal (%) Akhir (%) 16,2 83,8 91,7 - 29,7 21,6 81,6 18,4 54,1 - 40,5 - berubah-ubah* Bentuk partikel materi padat dan cair bulat* _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003 ISSN 0215-8250 Bentuk partikel materi gas bulat* 24,3 - Bentuk partikel materi sama dengan simbol atom kuno* 10,8 - Partikel materi tidak berbentuk* 21,6 29,7 - 40,5 5,6 13,6 67,6 5,6 Zat adalah bagian terkecil dari materi* 40,5 8,3 Air dan es dipahami sebagai jenis materi yang berbeda* 73,0 - Senyawa dapat dipisahkan menjadi komponenkomponen penyusunnya* 81,1 - Tidak bisa membedakan zat dengan campuran ditinjau dari kajian partikel materi 100 22,2 Tidak bisa membedakan unsur dengan senyawa 100 55,6 100 61,1 51,4 - 2,7 - 2,7 2,7 - 2,7 - 2,7 - 2,7 - Bentuk partikel materi seperti penampakan materi Ukuran partikel materi besar Partikel materi hanya berupa bulatan, partikel yang berupa bulatan yang terikat satu dengan yang lain tidak dipandang sebagai satu partikel* 3 Jenis Materi Zat sama dengan materi, yaitu sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang* ditinjau dari kajian partikel materi Tidak bisa membedakan senyawa dengan campuran berdasarkan model partikel materi Unsur adalah zat yang tidak bisa dipisahkan sedangkan senyawa adalah zat yang bisa dipisahkan* Unsur terdiri dari satu jenis molekul* Senyawa terdiri dari berbagai jenis molekul* Unsur dan senyawa merupakan bagian dari reaksi kimia Unsur bisa dipindahkan dari molekul satu ke molekul yang lain, sedangkan senyawa tidak bisa dipindahkan dari molekul yang satu ke molekul yang lain* Unsur adalah suatu campuran yang bisa dipisahkan, sedangkan senyawa adalah suatu campuran yang tidak bisa dipisahkan* Unsur adalah sesuatu yang tersusun dari senyawa _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003 ISSN 0215-8250 Senyawa adalah sesuatu yang tersusun dari zat 2,7 - Unsur adalah molekul yang tidak dapat dipisahkan dari komponen penyusunnya, 2,7 - 91,9 24,3 100 37,8 91,9 8,1 sedangkan senyawa adalah molekul yang dapat dipisahkan dari komponen penyusunnya* 4 Siswa tidak bisa membedakan atom dengan Atom, Molekul Ion dan molekul ditijau dari kajian partikel materi Siswa tidak bisa membedakan molekul unsur dengan molekul senyawa Tidak bisa membedakan ion dengan atom ataupun molekul Semua Unsur partikel materinya adalah atom * 22,2 Partikel materi air raksa (berupa satu bulatan 5 Lambang Kimia dan Model Partikel Materi terpisah satu dengan yang lain) dipandang sebagai molekul unsur* 29,7 Siswa bisa menggambarkan model partikel 62,2 materi dari Zat yang ditulis sebagai P4 dan 4P Siswa bisa menggmbarkan model partikel materi dari zat yang ditulis sebagai 2NH3 40,5 P4 dibayangkan sebagai * 10,8 P4 dibayangkan sebagai * 10,8 P4 dibayangkan sebagai * 5,4 4P dibayangkan sebagai* 13,5 2 NH3 dibayangkan sebagai* N N 5,4 2 NH3 dibayangkan sebagai* 13,5 _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003 ISSN 0215-8250 2 NH3 dibayangkan sebagai* 2,7 4. Pembahasan 4.1 Tindakan I Penerapan model pembelajaran kimia seperti pada tindakan I direspon positif oleh siswa. Seluruh siswa mempunyai perhatian yang serius dalam mengikuti pembelajaran. Siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran terutama dalam mengerjakan tugas dan menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru untuk dipikirkan. Tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan selama pembelajaran. Diskusi yang terjadi cenderung hanya bersifat satu arah dimana guru mengajukan pertanyaan yang menantang untuk menggali gagasan-gagasan siswa dan siswa hanya menyampaikan pandangannya, guru selanjutnya menajamkan kembali pandangan siswa dengan mengajukan pertanyaan, demikian seterusnya. Walaupun tidak ada siswa yang bertanya, keterlibatan siswa dalam pembelajaran sudah termasuk tinggi. Data hasil belajar siswa pada tindakan I tentang konsep dasar partikel materi, dan jenis materi masih kurang memuaskan karena hanya 56,8% siswa yang memperoleh skor 60. Siswa yang memperoleh skor 80 pada tindakan I hanya 13,5%. Walaupun demikian, peningkatan skor tes sangat signifikan bila dibandingkan dengan skor tes awal. Beberapa miskonsepsi yang berhubungan dengan konsep partikel materi dan jenis materi masih banyak teramati seperti disajikan pada Tabel 3.3. Pemahaman siswa yang masih kurang atau miskonsepsi tersebut sebagian besar dikontribusi oleh pemahaman siswa yang masih kacau tentang jenis partikel materi, serta istilah unsur dan zat dipandang sebagai bagian yang menyusun materi. Masih banyak siswa memandang bahwa partikel materi hanya berupa bulatan tanpa mencermati apakah bulatan tersebut terpisah atau terikat satu dengan yang lain. Demikian pula banyak siswa memaknai istilah unsur dan zat sebagai bagian yang yang menyusun materi, suatu makna umum istilah tersebut di masyarakat. _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003 ISSN 0215-8250 4.2 Tindakan II Berdasarkan refleksi pada tindakan I, maka dilakukan beberapa modifikasi tindakan yang bertujuan untuk: (1) lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam diskusi, terutama dalam mengajukan pertanyaan, (2) memperbaiki kualitas pemahaman siswa tentang konsep dasar partikel materi, jenis materi, jenis partikel materi dan lambang kimia materi, dan (3) lebih meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran pada tindakan II dilakukan pada konsep Jenis partikel materi dan Lambang kimia zat. Secara umum, strategi pembelajaran sama dengan pada tindakan I dengan sedikit modifikasi untuk lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam diskusi dan memperbaiki miskonsepsi yang ditemukan pada tindakan I. Beberapa modifikasi yang dilakukan pada tindakan II adalah berikut ini. a. Sebelum pembelajaran pada konsep inti (jenis partikel materi dan lambang kimia zat), dilakukan pemantapan terhadap pemahaman siswa tentang jenis materi dengan memberikan penekanan pada miskonsepsi yang ditemukan pada tindakan I b. Penjelasan konsep pada pembelajaran Tindakan II selalu dikaitkan dengan konsep-konsep yang dibahas pada tindakan I. Dalam hal ini media pada pembelajaran tindakan I ditata dan dikaitkan dengan media pada pembelajaran tindakan II. Dalam media komputer lebih banyak ditampilkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menantang pikiran siswa yang mesti dijawab siswa, dan diperbanyak media-media untuk soal latihan dalam rangka memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih. Partisipasi siswa dalam pembelajaran pada tindakan II tidak jauh berbeda dengan pada tindakan I. Seluruh siswa tertarik dan mempunyai perhatian yang serius dalam mengikuti pembelajaran. Siswa termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran terutama dalam mengerjakan tugas dan menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru. Keseriusan dan motivasi belajar ini juga tercermin dari adanya interaksi yang positif antara siswa dan siswa. Walaupun keterlibatan siswa tinggi dalam pembelajaran, tetapi kualitas diskusi kelas yang terjadi masih kurang karena siswa tidak ada yang mengajukan permasalahanpermasalahan yang relevan. Keterlibatan siswa yang lebih besar pada tindakan II dibandingkan dengan tindakan I masih berkisar dalam hal menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru. Peningkatan frekwensi mengemukakan jawaban di kelas _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003 ISSN 0215-8250 yang diharapkan akan memotivasi siswa untuk mengajukan permasalahannya, ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kurangnya aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan/permasalahan kemungkinan disebabkan oleh siswa masih dalam tahap adaptasi terhadap sekolah yang baru karena siswa yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa baru kelas I dan dilaksanakan di awal pembelajaran di kelas setelah masa orientasi sekolah. Tidak adanya pertanyaan siswa sama sekali tidak menunjukkan bahwa siswa kurang tertarik dengan pembelajaran. Data angket persepsi siswa menunjukkan bahwa ada keengganan atau rasa malu siswa untuk bertanya, dan ada yang menyatakan mereka tidak bertanya karena sudah merasa mengerti. Data hasil belajar siswa masih kurang memuaskan, dimana tingkat ketuntasan belajar siswa masih rendah. Walaupun demikian, bila dibandingkan antara skor tes awal, tes akhir pembelajaran I dan tes akhir pembelajaran II terlihat bahwa ada peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan data rata-rata dan standad deviasi skor dari ketiga tes yang dilakukan dapat dilihat bahwa penguasaan awal siswa sebelum pembelajaran cenderung sama yaitu sangat rendah. Setelah pembelajaran menggunakan media komputer, penguasaan siswa menjadi lebih bervariasi. Siswa yang pintar peningkatan pemahamannya sangat pesat, sedangkan siswa yang kemampuan belajarnya rendah tidak begitu besar peningkatannya. Kurang baiknya tingkat ketuntasan belajar siswa disamping disebabkan oleh kemampuan dasar siswa yang heterogen, juga disebabkan oleh tidak seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian mengikuti pembelajaran terutama pada tindakan II. Analisis jawaban siswa terhadap tes akhir pembelajaran baik tindakan I maupun tindakan II menunjukkan bahwa kualitas pemahaman siswa cukup baik . Dibandingkan dengan kualitas pemahaman awal, kualitas pemahaman siswa meningkat sangat signifikan. Beberapa miskonsepsi masih ditemukan terutama berhubungan dengan istilah unsur dalam kehidupan sehari-hari, jenis partikel materi dan kaitan model partikel materi dengan lambang kimia zat. Sebagian besar pemahaman siswa yang kurang terhadap konsep-konsep yang berhubungan dengan jenis materi dikontribusi oleh miskonsepsi yang berhubungan dengan tidak bisa membedakan jenis partikel materi dan pandangan bahwa unsur sebagai bagian dari materi. Beberapa siswa masih menganggap bahwa partikel materi hanya berupa _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003 ISSN 0215-8250 satu bulatan. Siswa ini selanjutnya tidak bisa membedakan antara atom dan molekul, tidak bisa membedakan unsur dan senyawa, dan tidak bisa membedakan senyawa dan campuran. Pemahaman siswa terhadap lambang kimia zat dikaitkan dengan bentuk partikel cukup baik. Sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam memaknai lambang kimia dikaitkan dengan partikel materi. Berbagai pemahaman yang keliru dari siswa tentang pemaknaan lambang kimia zat menarik untuk dicermati dan diinterpretasi, seperti disajikan pada Tabel 3.3 Data persepsi siswa menunjukkan bahwa siswa memberikan respon yang sangat positif terhadap penerapan pembelajaran berbantuan komputer. Sebagian besar siswa merasa sangat terbantu dalam memahami konsep-konsep dasar kimia yang disasar. Banyak siswa menyatakan bahwa pemahaman mereka terhadap konsep kimia yang disasar benar-benar berubah dibandingkan sebelum diberi pembelajaran dengan media komputer. Pembelajaran dengan komputer dapat menarik minat siswa untuk menyenangi ilmu kimia. Sebagian besar siswa mengharapkan agar pembelajaran kimia dilakukan dengan memberikan fakta dan menggunakan media. Mereka mengharapkan agar pembelajaran dengan media komputer terus dilakukan dan dikembangkan di masa yang akan datang. 5. Penutup Penerapan pembelajaran dengan strategi Realita-Analogi-Diskusi menggunakan multimedia dapat memotivasi siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga aktivitas siswa ditinjau dari perhatian, menanggapi/menjawab pertanyaan, dan interaksi antarsiswa cukup tinggi. Pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar dan kualitas pemahaman siswa secara signifikan, tetapi tingkat ketuntasan belajar siswa masih kurang dari 80%. Beberapa miskonsepsi masih ditemukan terutama miskonsepsi yang berhubungan dengan jenis partikel materi dan istilah unsur yang dimaknai sebagai bagian materi. Sebagian besar siswa memberikan respon yang sangat positif terhadap pembelajaran yang dikembangkan dan mengharapkan agar pembelajaran kimia di masa mendatang menggunakan media komputer. Pembelajaran kimia dengan berbantuan multimedia sangat memudahkan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas sesuai dengan desain pembelajaran _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003 ISSN 0215-8250 yang dirancang. Guru dengan cepat bisa mengulang-ulang atau membuat kaitan pembahasan yang dianggap perlu dengan sangat efisien. Dengan demikian, penerapan pembelajaran dengan berbantuan media komputer seperti pada penelitian ini dapat menghemat waktu. Media komputer yang digunakan sebaiknya dirancang sendiri oleh guru sehingga media yang disajikan betul-betul berangkat dari permasalahan real dalam pembelajaran yang diasuh guru dan strategi pembelajaran yang tersembunyi dalam media dapat diaplikasi secara sempurna. DAFTAR PUSTAKA Friedel, A.W, & Maloney, A.W. 1992. An Exploratory, Classroom Based Investigation of Students’ Difficulties with Subscripts in Chemical Formulas. Science Education. 76. 65-78 Friedel, A.W, Gabel, D.L. & Samuel, J. 1990. Using Analogy For Chemistry Problem Solving: Does It increase Understanding? School Science and Mathematics. 90(8). 674-682 Friedler, Y. Nachmias, R. dan Linn,M.C. 1990. Learning Scientifict Reasoning Skills in Computer Based Laboratories. Journal of Research in Science Teaching. 27(2). 173-191 Gabel, D. dan Sherwood, R.D 1984. Problem Solving Skills Of High School Chemistry Students. Journal Of Research in Science Teaching.21(2) 221233. Griffith, A.K., and Preston, 1992. Students’ Misconcetion Relating to Fudamental Charateristics of Atoms and Molecules. Journal of Research in Science Teaching. 29.(6). 611-628 Kirna, I Made. 1998. Penerapan Pembelajaran Konstruktivis untuk Mengurangi Miskonsepsi Mahasiswa Tentang onsep Dasar Partikel Materi, Atom, dan Molekul. Laporan Penelitian. STKIP Singaraja Kirna, I Made. 2000. Rekonstruksi Pembelajaran Kimia Menggunakan Strategi Pengajuan Pertanyaan Disertai Dengan Model Peraga Buatan Guru sebagai Fokus Analogi. Laporan Penelitian. STKIP Singaraja Marsh, E.J. Kumar, D.D. 1992. Hypermedia: Aconceptual Framework for Science Education and Review of Recent Findings. Journal of educational Multimedia and Hypermedia. 1. 25-37 Nakhleh, M.B. 1992. Why Some Students Don’t Learn Chemistry. Journal of Chemical Education. 69 (3). 191-195 _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003 ISSN 0215-8250 Novack, J. D. & Musonda, D. 1991. A Twelve Year Longitudinal Study of Science Concept Learning. American Educational Research Journal. 28.117-153 Novick, S. & Nussbaum, J. 1981. Pupils’ Understanding of Particulate Nature Of Matter: A Cross-Age Study, Science Education. 65 (2). 187-186 Pickering, M. 1990. Further Studies on Concept Learning versus Problem Solving. JCE. 67(3). 254-255 Sawrey,B.A .1990. Concept Learning versus Problem Solving: Revisited. JCE.67(3).253-254 Sherwood, R.D. 1991april. The Development and Preliminari Evaluations of Anchored Instruction Enviroments for Developing Mathematical and Scientifict Thinking. Paper pressented at The National Association for Research and Science Teaching. Lake Genewa. Stavy, R. 1991. Using Analogy to Overcome Miscomceptions about Concervations of Matter.Journal Of Research in Science Teaching. 28(4). 305-313 Sudria. 1999. Penyegaran Konsep Klasifikasi Materi di Kelas III SMUN 3 Denpasar. Laporan Penelitian : STKIP Singaraja _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003