MODUL PERKULIAHAN INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION - II Merumuskan Idea Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Advertising & MarketingCommunications Tatap Muka 08 Kode MK Disusun Oleh 43009 Sugihantoro, S.Sos, M.Ikom Abstract Kompetensi Modul ini membahas mengenai Setelah mempelajari modul ini perumusan idea yang mengkaji diharapkan mahasiswa mampu beberapa bagian seperti perumusan big merumuskan pesan inti dan pendekatan idea / pesan inti dan pemilihan kreatif yang relevan terhadap tujuan pendekatan kreatif (product’s benefit or komunikasi pemasaran. consumer;s need) Merumuskan Idea 1.1. Perumusan Big Idea / Pesan Inti Berdasarkan uraian Harjanto (2009:490), kreativitas seringkali dipandang sebagai bagian dari kemampuan manusia mengungkapkan gagasan, mengaktualisasikan sudut pandang, atau memecahkan suatu permasalahan yang mereka hadapi. Kreativitas hadir sebagai bagian dari kehidupan sosial masyarakat yang bukan saja terus menerus mengalami perubahan, namun juga kian banyak menimbulkan tantangan. Dalam kaitan inilah peran kreativitas menjadi semakin penting, sekaligus menjanjikan. Harjanto menambahkan bahwa dinamika perubahan yang memicu timbulnya kompleksias di lingkungan juga telah memberi pengaruh pada cara masyarakat beraktivitas dan mengatasi masalah. Sukses suatu aktivitas kian bergantung pada bobot kreativitas yang melakat padanya. Dan hampir setiap masalah membutuhkan pula solusi yang khusus, tidak biasa. Dalam kaitannya dengan komunikasi pemasaran, perubahan mendasar yang menimbulkan kompleksitas pada lingkungan perusahaan pemasar antara lain: a) Globalisasi yang menuntut organisasi pemasaran untuk berperan lebih aktif dalam meningkatkan kemapuan bersaing. b) Kemajuan teknologi, yang memungkinkan diterapkannya struktur organisasi yang lebih ramping dan efisien, yang kadang bahkan sampai bisa menempatkan bagian operasional secara fisik terpisah jauh dari kantor induknya. c) Pergeseran pola komunikasi, yang sudah mengubah arti dan laju arus informasi, sekaligus mengubah perilaku dan budaya khalayak luas. d) Kecanggihan pasar, yang jadi lebih memahami kebutuhan dan keinginan, sehingga menjamin obyektivitas pilihan atas produk atau merek, maupun kesadaran akan hakhal mereka sebagai konsumen. Semua perubahan tersebut membuat cara berbisnis yang tradisional menjadi usang, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi para pembuat keputusan. Karena itu, setiap aktivitas untuk mengatasi tantangan yang disebabkan peningkatan dinamika dan kompleksitas lingkungan perlu mencari solusi yang kreatif. Kini kreativitas barangkali menjadi lebih penting dibandingkan dengan masa sebelumnya (Runco:2004) dalam Harjanto (2009:491). Meskipun demikian, pemahaman tentang kreativitas menyebar dan saling berhubungan, tergantung pada disiplin dan sudut pandang. Kreativitas adalah suatu 2016 2 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id hubungan interdisiplin, yang memadukan perbedaan berbagai sudut pandang, baik dari praktisi, maupun dari akademisi. Kreativitas memerlukan kemampuan melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasangagasan yang berbeda. Mereka yang terlibat dalam proses kreatif mempersiapkan diri mereka untuk mudah menerima stimuli internal dan eksternal, serta mengasah diri pada minat yang beragam dan luas. Kreativitas mungkin dapata digambarkan sebagai pengembangan dari suatau gagasan yang mempunyai kegunaan fungsional, bersifat baru, dan memberikan solusi bagi suatu permasalahan. Meskipun demikian, sulit untuk mengintegrasikan pemahaman kreativitas ke dalam suatu definisi. Kreativitas adalah suatu kondisi, sikap, atau keadan yang sangat khusus dan hampir tak mungkin dirumuskan secara tuntas (Conny R. Semiawan et.at, 2002) dalam Harjanto (2009:492). Oleh karena itu, kreativitas biasanya dikaitkan dengan cara berpikir kreatif. Berpikir kreatif, menurut James C. Coleman dan Counstance I. Hammel (1974), adalah pemikiran yang memproduksi metode baru, konsep baru, pemahaman baru, penemuan baru, atau karya seni yang baru. Hal-hal yang berkaitan dengan pembaruan ini, memerlukan pola berpikir yang di luar kebiasaan, divergen, dan imaginatif. Berpikir divergen berarti mencoba untuk menghasilkan sejumlah kemungkinan baru yang kreatif. Berpikir imaginatif, berarti melakukan sebuah proses berpikir kreatif dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam mencari jawaban terhadap suatu persoalan dalam suatu bidang tertentu. Pencarian ini mengembara dan berlangsung terus sampai ditemukan jawaban yang dianggap tepat. Berpikir kreatif seringkali berbeda dengan pola konvergen, yang bersifat logis. Berpikir konvergen erat kaitannya dengan pola pikir sistematis, karena berhubungan dengan pemikiran yang memiliki jalur pemikiran tertentu, sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang logis dan vertikal, menuju kepada satu jawaban yang dapat diramalkan sebelumnya. Kreativitas adalah metode yang menawarkan sebuah perspektif unik tentang sesuatu hal, dan tidak dapat dibatasi. Kreativitas adalah langkah pertama yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah. Tetapi yang menjadi fokus adalah pengertian kreativitas itu sendiri. sebagai konsep mundisiplin, kreativitas berarti mencakup hal-hal yang berbeda-beda, dalam sudut pandang yang berbeda, dan dinyatakan dengan cara berbeda oleh individu yang berbeda pula dan dipersepsikan secara berbeda pula. Kreativitas dalam pengertian pemecahan masalah dalam organisasi perusahaan produksi produk, berbeda dengan kreativitas dalam biro iklan. Keduanya juga berbeda dengan kreativitas dalam bidang seni rupa. Penekanan juga akan berbeda antara satu disiplin dengan disiplin yang lain. Seorang praktisi bisnis yang tertarik kreativitas, akan berbeda dengan seorang ahli pembukuan, dan akan berbeda pula dengan perilaku aktivis organisasi pecinta lingkungan. Karena itu, pengertian kreativitas menjadi sangat kompleks, 2016 3 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id terutama mengenai batasan-batasan, proses, dan pentingnya arti kreativitas itu sendiri. meskipun demikian, harus disadari bahwa kreativitas sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman kreativitas adalah pengembangan dari gagasan baru yang mempunyai konsep kegunaan dalam dua peran yang rangkap, yaitu; menemukan, dan memecahkan masalah (Rinco:2004) dalam Harjanto (2009:493) Suatu gagasan barulah dikatakan cerdas jika ia barguna bagi seseorang dan dapat dibuat ulang (Peter F. Drucker). Sebagai tambahan, originalitas yang tidak menyiratkan gagasan yang kreatif, adalah suatu penyimpangan radikal dari aplikasi di masa kini. Penemuan adalah sangat penting ketika mereka diperkenalkan di pasar. Tetapi sangat sedikit atau sangat jarang sekali terjadi penemuan yang radikal. Dalam banyak kasus, gagasan kreatif yang menghasilkan inovasi, tak lain dari perumusan kembali gagasangagasan yang sudah ada. Inovasi-inovasi tersebut sekadar lebih multiguna, lebih ramahpemakai, atau sedikit lebih murah untuk diproduksi. Kreativitas di sini adalah, solusi keruwetan dikaitkan dengan daya inovasi dan peluang kewiraswastaan. Kreativitas juga dianggap sebagai langkah pertama yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah secara terhormat. Dan barangkali memang banyak alasan untuk berfokus pada konsep kreatif. Terutama karena konsumen kini sudah memahami adanya tantangan spesifik yang terletak di pundak mereka yang mengembangkan pesan-pesan komunikasi pemasaran secara kreatif. Berlangsungnya proses kreatif diawali dengan perumusan permasalahan, dengan mengidentifikasi semua informasi yang relevan dengan permasalahan. Setelah teridentifikasi, proses pencarian solusi dilanjutkan dengan pemahaman dan pematangan gagasan. Setelah gagasan tersebut diperoleh, dikelola, dan digarap, kemudian dilakukan pengembangan dan aktualisasi. Pada proses aktualisasi inilah, khalayak sasaran mulai dapat melihat perwujudan dari sebuah karya kreatif. Karya kreatif dalam pengertian perancangan komunikasi pemasaran, mencakup aspek-aspek yang berkaitan dengan merek, khalayak sasaran, dan cara penyajiannya. Komunikasi pemasaran yang kreatif dirancangan berdasarkan paduan hubungan yang relevan antara merek dengan khalayak sasarannya, dan disajikan dalam sebuah gagasan yang menjual, dan dengan cara yang tidak biasa. Dalam periklanan atau komunikasi pemasaran, kreativitas harus mampu menawarkan gagasan yang menjual, yang dapat menggerakkan khalayak untuk mengubah pemahaman, sikap, dan perilaku mereka. Sebuah merek baru yang diiklankan harus tampil memikiat, sehingga khalayak yang semula tidak mengenal merek tersebut kemudian jadi menyadarinya dan tertarik, sehingga berniat untuk melakukan pembeliann. 2016 4 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Selanjutnya Harjanto (2009:524) menjelaskan bahwa dalam pengembangan kreatif pesan, dimulai dari tujuan yang harus dicapai, dengan berfokus pada konsumen, baik yang sudah ada maupun yang masih potensial. Kelompok konsumen ini bahkanjuga harus memperhitungkan dari merek-merek pesaing dalam kategori produk terseut. Memasukkan fokus perhatian juga kepada para pesaing di pasar, merupakan kecenderungan baru di antara beberapa pemasar belakangan ini. Suatu perubahan yang mempengaruhi orientasi pesan periklanan. Para pemasar umumnya memiliki masalah komunikasi. Karena itu mereka memerlukan biro iklan untuk mempromosikan produk-produk mereka. Beberapa pemasar menyatakan masalah mereka dalam tujuan yang luas, seperti menjual lebih banyak di tahun mendatang. Padahal, menjual lebih banyak di tahun depan bukanlah masalah. Masalah adalah, faktor-faktor apa yang menjadi penghalang untuk menjual lebih banyak, dan bagaimana cara untuk mengatasi penghalang tersebut. Apakah harga produk dianggap terlalu mahal oleh konsumen, produk dianggap murahan, atau konsumen lebih suka produk pesaing dibandingkan dengan memilih produk pemasar. Atau mungkin juga karena manfaat dan citra produk bukan seperti yang diinginkan oleh konsumen. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa apa yang jadi masalah bagi pengiklan mungkin bukanlah masalah yang sesungguhnya. Para pemasar memang seringkali mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi masalah sesungguhnya dalam komunikasi pemasaran mereka. Itulah sebabnya langkah pertama dalam pengembangan kreatif adalah mengumpulkan informasi dan mengorganisasi segala dan semua informasi (Tom Alstiel, Jean Grow: 2006). Informasi dikumpulkan dan diorganisasi melalui riset yang dilakukan sendiri, atau menggunakan data dari hasil riset pihak lain. Informasi juga digali melalui berbagai pertanyaan. Informasi yang telah diolah kemudian dipadukan dengan tujuan pemasaran. Ini menjadi bahan dasar untuk menentukan tema pokok yang akan menjadi ide utama / pesan inti / big idea komunikasi pemasaran atau kampanye periklanan. Pesan inti atau Ide utama penjualan dikembangkan sebagai pernyataan solusi bagi komunikasi pemasaran. Ide utama penjualan harus pula muncul sebagai sesuatu yang terkuat tentang produk terkait, sesuai dengan kebutuhan dan atau keinginan pasar. Ia sekaligus ditujukan untuk mengatasi persaingan. Karena itu, pesan inti atau ide utama penjualan harus memiliki daya tarik dan sungguh bermakna bagi khalayak sasaran, serta disampaikan kepada khalayak sasaran sebagai suatu kesatuan dalam pesan periklanan terkait. 1.1.1. Pola Pendekatan Berdasarkan uraian Harjanto (2009:525), proses untuk menciptakan pesan periklanan atau komunikasi pemasaran adalah melalui lontaran gagasan dasar. Suatu big idea adalah gagasan kreatif untuk mengungkapkan pemikiran asli tentang landasan kreatif 2016 5 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id periklanan. Big idea ini merupakan cikal bakal dari suatu pesan periklanan atau komunikasi pemasaran yang utuh. Belch & Belch dalam bukunya Advertising and Promotion; An Integrated Marketing Communication Perspective sebagai berikut: The big idea is a unique or creative idea for an advertisement or campaign tha attracts consumer’s attention. Get a reaction and set the advertiser’s products apart from the competition. Menurut Tom Duncan big idea adalah sebuah konsep kreatif yang menterjemahkan strategi ke dalam suatu tema utama yang menarik yang menyatukan berbagai pesan brand dan berkontribusi terhadap konsistensi brang image. Big idea menyatukan tujuan dari strategi yang disertakan manfaat produk sesuai keinginan konsumen melalui cara yang segar, menghadirkan topik yang nyata dan membuat khalayak berhenti, melihat, dan mendengarkan. Dalam IMC sebuah big idea dapat menterjemahkan strategi menjadi suatu tema yang menarik yang memayungi keseluruhan pesan produk dan berperan dalam menciptakan konsistensi dari pesan produk tersebut, Lebih lanjut Harjanto (2009:525), menjelaskan big idea dapat dikatakan sebagai payung yang membentuk zona batas pembuatan pesan yang belum pernah dilontarkan kepada konsumen dalam situasi dan perspektif yang sejenis. Big idea harus dipastikan cukup kokoh untuk menjadi isu utama dalam setiap pesan dan kegiatan periklanan maupun komunikasi pemasaran. Tantangan sesungguhnya yang dihadapi pekerja kreatif adalah memunculkan big idea itu sendiri, ini karena banyak produk yang tidak menawarkan hal yang unik, sehingga sulit menemukan sesuatu yang dapat menarik perhatian khalayak sasaran. Tetapi, meskipun gagasan yang benar-benar besar sulit ditemukan, namuan kenyataan menunjukkan cukup banyak big idea mendasari kampanye-kampanye periklanan atau komunikasi pemasaran. Semuanya sangat kreatif atau mampu mendorong suksesnya pemasaran. Sekali ditemukan, suatu big idea kemudian dijabarkan melalui penataan kata, suara, gerak, dan unsur kognitif lain. Semua dirancang untuk mempengaruhi perilaku konsumen. Proses penciptaan pesan ini meliputi berbagai aspek, utamanya adalah; informasi mengenai produk, pencitraan, dan dikaitkan dengan perilaku konsumen. Pesan yang dibentuk seringkali merupakan solusi kreatif, unik, berbeda namun menyentuh. Lebih lanjut, Harjanto (2009:527) menjelaskan bahwa untuk mendapatkan gagasan, tim kreatif sering menggunakan teknik merangsang kreativitas secara perorangan maupun berkelompok. Biasanya para insan kreatif menggunakan berbagai pola pendekatan. Antara 2016 6 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id lain; sifat produk, arti nama dan kata, keterbukaan karakter, perubahan, asumsi terbalik, hubungan baru, asosiasi pemikiran, atau kategori produk. a) Sifat Produk Setiap obyek memiliki sifat dasarnya masing-masing, untuk mendapatkan gagasan baru ubahlah sifat dasarnya. Dalam pengembangan kreatif periklanan untuk produk mobil, misalnya, buatlah daftar sifat yang baru. Buat mobil yang hemat bahan bakar, sehingga hasil penghematan bahan bakarnya jika dikumpulkan dapat membeli mobil baru lagi. Atau pengendaraan mobil yang lembut seperti berjalan di awan, kursi kendaraan yang nyaman seperti sofa di café ternama dan seterusnya. b) Arti Nama dan Kata Setiap nama memberi makna tersendiri. Gali nama produk terkait dan kaitkan dengan makna dan lingkungannya. Nama yang eksotik misalnya, dikaitkan dengan hal-hal yang eksotik pula. Atau beriklan arti yang baru dari rangkaian huruf-huruf pada nama produk. misalnya, menjadi singkatan dari pengertian yang baru. c) Keterhubungan Karakter Setiap produk memiliki karakteristik tersendiri, akan tetapi sebenarnya bisa saling berkaitan dan membentuk karakteristik baru. Produk mobil penjelajah misalnya, tidak ada hubungan dengan bunga mawar. Mawar tidak berhubungan dengan arloji. Dan arloji tidak pula berhubungan dengan bolpen. Sekarang dalam penyembangan kreatif periklanan atau komunikasi pemasaran, coba letakkan bunga mawar, arloji, dan bolpen di atas darbor mobil tersebut. Mobil menjadi terlihat lembut, tidak segarang penampilan awalnya. d) Perubahan Situasi Perubahan dapat terjadi setiap saat, sehingga suatu bentuk awal dapat menjadi sesuatu yang sama sekali lain. Misalnya, berkendaraan dengan mobil dari Jakarta ke Yogya. Bayangkan kota Jakarta, dengan segala kemacetan, polusi, dan kepadatan penduduk. Lalu bayangkan pula kota Yogya dengan andong, sepeda, dan lesehan di jalan Malionoro. Kemudian gantilah mobil tersebut dengan kereta api, berikut segala komponennya, seperti gerbong, kompartemen penumpang, stasiun, dan sebagainya. Dengan mengkombinasikan setiap unsur akan dihasilkan suatu solusi baru Andong, kini ada di Jakarta, tanpa kemacetan. Sebaliknya, Yogya kini semakin sesak karena kemacetan, polusi dan penduduk. Maka dalam pengembagan kreatif, produk mobil boleh dibayangkan seperti kereta api. Ia punya kelancaran, kesegaran, dan kelegaan. e) Analisis Terbalik Setiap proses biasanya diawali dengan sesuatu kondisi, dan berakhir di kondisi lain. Sekarang ubahlah proses ini, mulai dari kondisi terakhir, berproses, dan diakhiri 2016 7 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dengan kondisi awal. Sepeda misalnya, dirakit mulai dari pemasangan jari-jari roda, lalu ban, pengecatan rangka, kemudian baru semua komponen disatukan. Sekarang untuk mengembangkan kreatif pesan periklanan atau komunikasi pemasaran, dilakukan analisis terbalik. Sepeda dilepas rangkanya, lalu apa yang terjadi dengan cara pengemudiannya, atau bagaimana kalau ban sepeda tersebut dibuat kempes dan bagaimana pula dia akan dapat bermanuver. f) Hubungan Baru Kebiasaan rutin, walaupun andaikata aneh bagi orang lain, bisa dianggap biasa oleh pelakuknya. Cobalah ubah rutinitas itu dengan hubungan yang baru. Misalnya bayangkan komputer yang digunakan di rumah digunakan di tengah ketenangan ombak di laut. Atau mobil yang biasa digunakan oleh keluarga untuk bersantai, sekarang digunakan untuk mengangkut gajah. g) Asosiasi Pemikiran Mobil KIA adalah produk dari Korea Selatan. Lalu misalnya, lakukan pemikiran berikut. Korea Selatan adalah negara dengan disiplin teknologi yang tinggi. Kemudian pikirkan asosiasi kata berikut setelah ‘teknologi tingg.’ Misalnya ‘pesawat antariksa.’ Maka dalam pengembangan kreatif. Kita mungkin dapat diasosiasikan sebagai mobil yang secanggih pesawat antariksa. Mengasosiasikan berbagai kemungkinan, baru akan menghasilkan solusi yang baru pula. h) Kategori Produk Dalam pengembangan kreatif periklanan atau komunikasi pemasaran ini, produk dikomunikasikan bukan lagi sebagai kategori awalnya, tetapi sebagai kategori baru. Bisa jadi produk makanan, misalnya, berpartisipasi dalam program penghematan penggunaan peralatan listrik. Atau terlibat dalam imbauan untuk pemberdayaan priabadi, konservasi lingkungan, ataupun pencegahan kejahatan. Dengan melakukan hal-hal di atas produk makanan bukan lagi menjadi komoditas makanan, tetapi menjadi perusahaan yang peduli pada lingkungan. Cara lain, adalah dengan bersaing di kategori produk lain. Bolpen, misalnya seharusnya bersaing dengan sesama boplen. Tetapi bolpen merek terkait, bisa dimasukkan dalam kategori aksesori para eksekutif. Maka ia bersaing dengan arloji, tas, sepatu, atau dasi mewah dan sebagainya. 1.1.2. Proses Pengembangan Menurut uraian Harjanto (2009:530), dari berbagai alternatif pengembangan yang dapat dilakukan, sulit membedakan antara yang efektif, dan yang tidak efektif. Pesan periklanan memang bisa berbeda antara satu dengan lainnya, namun itu belumlah cukup. Iklan harus tetap menarik untuk diperhatikan karena kadang ia menjadi sesuatu yang 2016 8 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menarik dan dicari khalayak. Memang tidak seorang pun khalayak membaca iklan. Khalayak membaca apa yang menarik perhatian mereka. Tetapi kadang yang menarik itu justru adalah iklan (Howard Gossage: 1986). Di bawah ini adalah tahapan-tahapan dalam proses pengembangan kreatif: 1) Memahami produk Meskipun setiap produk memiliki fitur yang memberikan manfaat, tetapi tidak selalu sesuatu produk dipilih karena fiturnya. Produk seringkali dipilih karena manfaatnya. Mobil Maybach dari Daimler-Mercedez yang berkapasitas mesin 3.000 CC dibeli bukan karena kemampuan mesinnya, tetapi karena memberi status tertentu bagi pemiliknya. 2) Memahami khalayak Siapa sebenarnya mereka secara demografis dan psikografis. Di mana mereka tinggal, kapan mereka melakukan pembelian, bagaimana dengan siklus pembelian mereka dan seterusnya. 3) Memahami motivasi Kaitkan faktor-faktor produk dengan pasar sasaran. Pelajari apa yang diinginkan mereka dari produk terkait. Beri tekanan pada faktor-faktor yang memotivasi perilaku pembelian, dan apa yang unik dari merek produk. hubungan yang terjadi antara produk dengan motivasi pasara sasaran ini kemungkinan akan menjadi dasar dan arah pesan periklanan. 4) Memahami pasar Produk yang diiklankan harus sesuai dengan kondisi pasar. Penjualan tidak akan terjadi pada dasar yang tidak mampu menyerap, memanfaatkan, atau membeli produk. bagaimana membuat produk tampil menonjol di pasar. 5) Menyediakan alasan pembelian Pembedaan produk dan pesan periklanan atau komunikasi pemasaran, dapat dilakukan dalam strategi maupun pendekatannya. Caranya dengan memberi karakter unik kepada produk terkait, sehingga khalayak menginginkan produk tersebut. Setiap khalayak juga perlu punya alasan yang logis untuk membeli sesuatu produk. berikan mereka alasan itu secara rasional, emosional, ataupun gabungan dari keduanya. Ini akan membuat mereka mengambil keputusan untuk membeli produk dengan yakin. Selanjutnya menurut Morissan (2014:399), menjelaskan bahwa salah satu pendekatan paling populer dalam proses kreatif iklan adalah model proses kreatif yang dikembangkan oleh James Webb Young yang terdiri dari langkah sebagai berikut: 2016 9 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1) Immertion (keterlibatan diri) Yaitu upaya melibatkan diri ke dalam masalah yang ada dengan mengumpulkan bahan mentah dan segala informasi yang diperlukan melalui riset latar belakang (background research) dan mencerna masalah tersebut (digestion) yang merupakan upaya untuk memikirkan dan memahami masalah. 2) Incubation (proses inkubasi) James Webb Young mengartikan sebagai putting the problem out of your conscious mind and turning the information over the subconscious to do the work (meletakkan masalah di luar pikiran sadar Anda dan mengubah informasi ke dalam pikiran bahwa sadar untuk melakukan pekerjaan). Dengan demikian semua pemikiran agar dilepaskan biasanya dalam bentuk melakukan kegiatan fisik, seperti berjalan-jalan, bermain-main, naik turun tangga, melempar-lempar benda, tidur-tiduran dan sejenisnya. Ini sebagai suatu bentuk pelepasan dari tekanan-tekanan pemikiran, dalam upaya mengidupkan otak bawah sadar atau merangsang imajinasi. Pada tahap inkubasi ini akan terjadi perdebatan dalam diri seseorang. 3) Iluminasi Iluminasi adalah upaya memunculkan ide atau gagasan. Orang kreatif sering merasakan bahwa penemuan suatu ide justru pada saat meninggalkan permasalahan. Inspirasi tiba-tiba muncul saat mau naik mobil, saat santai, ketika buku mau ditutup, saat akan terlelap tidur, dan sebagainya. Munculnya ide biasanya setelah masa “penekanan batin” tersebut lewat. Ini sebagai suatu bentuk kerja keras, meskipun munculnya ide justru pada saat santai. 4) Verifikasi Yaitu kegiatan mempelajari ide atau gagasan untuk menentukan apakah ide atau gagasan itu sudah bagus dan/atau mampu menyelesaikan masalah. Ide besar yang sudah ditemukan tersebut apakah memang benar-benar sudah ide besar. Apakah akan mampu memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi. Apakah sesuai dan bias mencapai tujuan komunikasi yang diharapkan. Sering terjadi ide besar tersebut ternyata bukan ide besar. Untuk itu perlu dikaji ulang, didiskusikan dengan tim kreatif, pimpinan atau pada anak buah. Berfikir kreatif dalam suatu program komunikasi artinya melakukan pemecahan masalah untuk mencapai suatu tujuan. Model proses kreatif yang dikemukakan oleh James Webb Young tersebut mirip dengan pandangan yang sudah ada sebelumnya dari Graham Wallas, seorang sosiolog Inggris, yang terdiri atas empat langkah yaitu : 2016 10 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Persiapan Yaitu kegiatan mengumpulkan informasi latar belakang yang diperlukan untuk memecahkan masalah melalui riset dan studi. 2. Inkubasi Yaitu proses mengembangkan ide atau gagasan. 3. Iluminasi Upaya mencari pemecahan masalah 4. Verifikasi Yaitu upaya memperbaiki ide atau gagasan dan menentukan jika ide atau gagasan tersebut merupakan solusi yang tepat. Model kreatif empat langkah tidak banyak memberikan penjelasan bagaimana informasi tersebut diproses atau digunakan oleh tenaga kreatif karena proses tersebut adalah unik pada masing-masing individu. Namun model proses kreatif tersebut memiliki arti penting bagi mereka yang terlibat dalam proses kreatif karena menawarkan suatu cara yang terorganisisr dan sistematis dalam mengatasi masalah yang ada. 1.2. Pemilihan Pendekatan Kreatif (Product’s Benefit or Consumer’s Need) Berdasarkan uraian Harjanto (2009:511), langkah pertama dalam menciptakan iklan adalah, pesan apa yang akan disampaikan kepada khalayak sasaran. Tujuan penayangan iklan adalah mengajak khalayak sasaran untuk bertindak ssuai dengan harapan pemasar. Khalayak akan bertindak sesuai dengan harapan, jika produk yang dikomunikasikan / diiklankan dapat memancing; reaksi positf. Sedangkan khalayak hanya akan bereaksi jika mereka percaya, bahwa mereka akan menerima manfaat dengan melakukan tindakan tersebut. Dengan demikian, penciptaan strategi pesan yang efektif dimulai dengan mengidentifikasi manfaat-manfaat (benefit) bagi khalayak. Iklan harus menjanjikan manfaat, tidak sekedar menyajikan fitur produk (George Felton:1994). Meskipun saling bersaing para pemasar akan melakukan hal yang sama, yaitu berupaya untuk menarik perhatian dan minat khalayak sasaran. Mereka mecancang setiap pesan yang cenderung sederhana dan secara langsung merangkum manfaat dan hal-hal penting bagi khalayak sasaran. Pesan komunikasi pemasaran atau iklan diciptakan melalui konsep kreatif yang kuat, sehingga membuat pesan tersebut mudah dicerna dan mudah diingat dibandingkan dengan iklan para pesaing. Untuk itu semua, diperlukan strategi. Dalam bisnis komunikasi pemasaran / periklanan, strategi adalah amunisi untuk memenangkan persaingan. Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan. Karena itu, dalam penetapan strategi diperluakn aanlisis yang mendalam dan penyusunan serangkaian langkah yang tepat agar semua berjalan sesuai 2016 11 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id rencana. Pengertian ini mengantarkan pendapat bahwa sebuah strategi dirancang berdasarkan pada perencanaannya. Sebuah strategi yang disusun tanpa persiapan tentulah bukan sebuah strategi. Di sisi lain, banyak praktisi yang beranggapan bahwa suatu kegiatan periklanan atau komunikasi pemasaran hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai kesuksesan, jika memiliki strategi kreatif yang mumpuni. Setiap pengiklan / pemasar, memiliki caranya sendiri untuk memdekati khalayak. Khalayak yang berbeda dan situasi yang berbeda akan memerlukan strategi yang berbeda pula. Selain itu, setiap pengiklan / pemasar juga lebih nyaman melakukan pendekatan tertentu dibandingkan dengan yang lain. Pendekatan kepada khalayak biasanya dituangkan ke dalam pesan periklanan produk terkait. Tujuan pesan jelas sebagai sarana untuk menjual gagasan dan produk kepada khalayak. Agar pesan tersebut dapat diterima, khalayak memerlukan rasionalisasi. Khalayak memerlukan alasan logis, agar dapat menyerap isi pesan dari komunikasi pemasaran tersebut. Alasan logis dibalik sebuah pesan komunikasi pemasaran / periklanan yang menjual agar konsumen membeli produk inilah yang disebut sebagai alasan logis yang menjual (selling promises). Berikut ini adalah jenis-jenis pendekatan strategi kreatif periklanan untuk digunakan dalam berbagai kondisi dan konsumen yang berbeda. Pendekatan-pendekatan ini dikembangkan dari Charles F. Frazer seorang profesor dari University of Colorado, Boulder. Strategi kreatif ini mencakup landasan pemikiran yang paling umum, dan digolongkan dalam dua strategi pendekatan, yaitu strategi pendekatan berorientasi pada produk dan strategi pendekatan yang berorientasi pada konsumen. Gambar 1.1 Strategi Kreatif Generic strategy Preemptive strategy Unique selling propotision Product positioning Orientasi Produk Strategi Kreatif Orientasi Konsumen Brand image strategy Resonance strategy Affective strategy Unique selling personality Unique selling place Sumber : Charles Frazer / Jerome A. Jewler dalam Harjanto (2009:512) 2016 12 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1.2.1. Strategi yang Berorientasi pada Produk (Product’s Benefit) Berdasarkan uraian Hardijanto (2009:513), strategi ini adalah strategi kreatif periklanan yang mengetengahkan janji berdasarkan pada keunggulan produk, seperti manfaat fiturnya, maupun bagian dari atribut produk tersebut. Produk digunakan sebagai unsur utama. Pesan periklanan dibangun berdasarkan manfaat yang rasional, atau manfaat langsung dari atribut atau fitur produk. Inti pesan yang disampaikan adalah pernyataan tentang produk atau kinerjanya. Misalnya tentang daya tahan, manfaat membersihkan, penghematan energy, atau harga yang ekonomis. Hasil pengujian ilmiah, pengujian komparatif, serta kesaksian (testimonial) sebelum dan sesudah penggunaan produk sering kali juga merupakan inti pesan yang efektif. Karena dengan dukungan faktual yang rasional, khalayak akan dimudahkan untuk menerima isi pesan. Yang termasuk strategi berorientasi produk diantaranya sebagai berikut: a) Strategi generic (generic strategy) Stategi ini merujukkan nama merek sebagai nama kategori produk. Merek ditampilkan tanpa memberikan penjelasan mengenai kualitas ataupun atributnya. Pesan yang disampaikan lebih bersifat mengingatkan. Strategi ini efektif jika merek terkait mendominasi kategori, dan hampir menjadi satu-satunya merek yang dapat dipilih konsumen. Pada posisi seperti ini, pesaing dapat diabaikan, sehingga tanpa harus menonjolkan keunggulan, merek terkait sudah diterima oleh mayoritas konsumen. Sebagai merek yang menjadi nomor satu dalam kategorinya, ia tidak perlu mengkuatirkan persaingan atau mengklaim keunggulan. Kondisi ini sangat dimungkinkan jika produk memang memiliki keunikan spesifik dan yang pertama dalam kategorinya diperkenalkan ke pasar. Produk mendapat sambutan positif dari konsumen sehingga berkembang dan mendominasi pasar. Contoh: Fuji Film merupakan pemimpin pasar industry fotografi, sebelum era digitalisasi foto. Ia mengggunakan slogan “di Fuji Filmkan saja” untuk mengonfirmasikan layanan cuci cetak film 35 mm. penyebutan “di Fuji Filmkan saja” member arti, bahwa setelah pemotretan, konsumen cukup datang kea gen Fuji Film untuk menyelesaikan proses berikutnya. b) Strategi mendahului (preemptive strategy) Menurut Harjanto (2009:514), strategi ini dilakukan dengan menyatakan lebih dulu keunggulan atribut atau manfaat umum, yang sebenarnya juga dimiliki oleh pesaing. Menyatakan lebih dulu ini, memungkinkan khalayak berpendapat, bahwa keunggulan tersebut seolah-olah hanya dimiliki oleh produk terkait. Hal ini mungkin terjadi karena memang belum ada pernaytaan sebelumnya dari produk-produk lain. Dengan demikian, walaupun sebenarnya tidak ada, produk terkait akan mengesankan ada 2016 13 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id perbedaan yang uni tersebut. Strategi ini bermafaat pada kondisi di mana produk tidak memiliki perbedaan yang berarti, nyaris sama dengan pesaing. Pasar berada dala persaingan yang ketat, tanpa satupun produk yang mendominasi. Contohnya adalah Liputan 6 SCTV, menyatakan siaran berita yang “actual, tajam, terpercaya,” meskipun pesaing menawarkan hal yang sama. c) Tawaran unik merek (unique selling propotision – USP) Menggunakan perbedaan karakteristik fisik, atau atribut produk yang lebih unik dibandingkan dengan pesaing. Asal saja, ia member manfaat kepada konsumen, sedangkan perbedaan unik tersebut tidak bisa disubstitusikan oleh produk-produk pesaing. Karena meskipun jika dibandingkan dengan pesaing, ia berbeda dan unik, tetapi jika tidak penting bagi konsumen, maka perbedaan tersebut menjadi tidak berguna. Strategi ini memungkinkan pemasar membuat klaim keunggulan berdasarkan ciri unik produk yang merupakan manfaat tersendiri dan bermakna bagi konsumen. Strategi ini sesuai jika produk memiliki penyempurnaan teknologi, dan memberikan manfaat baru bagi konsumen. Contoh: Sabun Dove, menambahkan unsur pelembab pada sabun mandinya. Unsur ini sangat diperlukan oleh mereka yang berkulit kering, namun saat sabun ini pertama kali diperkenalkan, belum ada sabun yang mengandung unsur pelembab tersebut. Penambahan unsur ini membuat kulit pemakai Dove menjadi lebih segar setelah mandi. d) Pemosisian produk (product positioning) Menurut Harjanto (2009:515), konsep pemosisian sebagai basis strategi periklanan, pertama diperkenalkan oleh Jack Trout dan Al Ries pada tahun 1970-an. Pendekatan ini member kesempatan pada produk yang kurang terkenal, tak diunggulkan, atau yang relatif berpangsa pasar lebih rendah, untuk menjadi penantang si pemimpin pasar. Strategi ini menempatkan produk pada posisi tertentu di benak konsumen, dibandingkan dengan pesaing. Penempatan posisi di pikiran konsumen dilakukan setelah mempelajari posisi-posisi para pesaing, dan melakukan perbandingan dengan pesaing terdekat yang ingin dikalahkan. Dalam strategi ini, pesan periklanan yang berhasil harus menanamkan dalam benak konsumennya sebuahmakna yang jelas tentang seperti apa produknya, dan bagaimana ia dibandingkan dengan tawaran-tawaran para pesaingnya. Penekanan dilakukan pada perbedaan dengan pesaing, dan disampaikan secara gambling, sehingga menimbulkan kesan, bahwa ia amat lebih baik ketimbang produk-produk pesaing. Contoh: Permen Kopiko adalah permen yang bercitarasa kopi. Namun untuk mengatasi persaingan, ia keluar dari kategori tersebut, dan masuk dan bersaing 2016 14 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dalm kategori minuman kopi. Kopiko kemudian diposisikan sebagai pengganti kopi, dan tampil sebagai produk “kopi permen” bukan “permen kopi.” 1.2.2. Strategi yang Berorientasi pada Konsumen (Consumer’s Need) Sebagaimana dijelaskan oleh Harjanto (2009:515), strategi ini berorientasi pada manfaat emosional yang diperoleh konsumen dalam hal karakteristik, kepribadia, dan gaya hidup. Ini pesan yang disampaikan adalah pernyataan yang berkaitan dengan asosiasi tertentu, maupun penapilan, gaya, perasaan, atau kelompok sosial tertentu. Perasaan ingin diakui atau masuk dalam status sosial tertentu, juga merupakan faktor-faktor yang memotivasi khalayak dalam pembelian. Dan seringkali alasan khalayak sasaran membeli bukan karena manfaat produk, melainkan karena ia mampu mengubah mereka sesuai dengan harapan. Dalam menggunakan strategi ini, pembelian dianggap bukan berdasarkan manfaat, fitur atau atribut produk. Produk dibeli karena manfaat yang tidak nyata. Pesan periklanan atau komunikasi pemasaran yang berorientasi pada konsumen ini dibangun dari seputar gaya hidup, motivasi, keinginan, dan impian konsumen. Strategi-strategi berorientasi konsuen antara lain sebagai berikut: a) Strategi citra merek (brand image strategy) Sebagaimana diuraikan oleh Harjanto (2009:516), strategi ini berdasarkan pda faktor di luar manfaat produk. Perbedaan dengan pesaing dibuat berdasarkan diferensiasi psikologis dalam pikiran konsumen. Perbedaan lebih ditekankan bukan pada keadaan fisik atau faktual, tetapi lebih pada faktor emosional. Jadi berbeda dengan pendekatan tawaran unik merek (unique selling proposition – USP), yang berdasarkan perbedaan fungsional dan fisik. Strategi ini cocok pada kondisi produk dalam kategori yang bersifat homogeny, berteknologi rendah, dan dengan perbedaan fisik yang rendah pula. Karena strategi ini lebih melibatkan perbedaan psikologis, daripada fisik. Pesan komunikasi pemasaran / periklanan berupaya mengembangkan identitas citra merek melalui asosiasi dengan siymbol-simbol. Manfaat produk yang dijanjikan bisa saja sama denga pesaing, tetapi citranya secara psikologis membuatanya brbeda. Contoh: Pepsi, minuman rasa cola yang diperuntukkan kalangan muda Amerika, secara psikologis adalah minuman bagi generasi muda modern. b) Strategi resonansi (resonance strategy) Strategi ini menggunakan situasi, gaya hidup, dan emosi sebagai inti pesan. Karena itu, persyaratan untuk menggunakan strategi ini adalah tim kreatif harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang profil, atau kegiatan, pengalaman, dan emosi khalayak sasaran. Pesan yang diciptakan lewat pendekatan ini tidak memberikan 2016 15 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id penekanan pada manfaat produk atau citra produk, namun lebih untuk menyajikan situasi atau emosi yang menggugah. Pesan dirancang untuk menyentuh emosi khalayak. Khalayak dianggap mampu menerjemahkan dan mengidentifikasikan sendiri inti pesan, karena ia merupakan bagian dari informasi atau pengalaman pribadi mereka masing-masing. Pendekatan ini akan membangkitkan stimuli pikiran terhadap daya ingat, agar khalayak bersikap positif terhadap merek terkait. Pesan komunikasi pemasaran dengan strategi ini sesuai untuk produk dengan persaingan yang sangat ketat, merek terkait tidak memiliki perbedaan yang berarti. Contoh: Benetton, ketika dituduh membangkitkan isu rasial, mengetengahkan beragam wajah-wajah yang mewakili ras Kauasia, Cina, dan Afrika serta menggunakan slogan Color of Benetton. c) Strategi afektif (affective strategy) Strategi ini menggunakan penciptaan kontak emosional antara khalayak dengan produk. Kontak emosional ini dibuat begitu dalam, sehingga tidak lagi perlu member penjelasan rasional mengenai atribut produk. Pendekatan ini menyebabkan emosi konsumen tersentuh, sehingga mereka mengembangkan imajinasi sendiri terhadap produk tersebut. Ambiguitas pesan, secara visual dan atau verbal, menerobos emosi khalayak, membuatnya berbeda, serta mengubah persepsi fungsional produk dengan emosi, kasih saying, ataupun romantika. Strategi ini akan sangat kondusif, jika pesaing juga menggunakan hal yang sama secara langsung. Contoh: Axe menggambarkan emosi wanita yang tersentuh kepada seorang pria yang menggunakannnya, sehingga ingin mendekatai pria tersebut. Adegan ini lalu didramatisasi, dengan menampilkan simbol kamar kecil wanita yang berpindah ke simbol kamar kecil pria. d) Kepribadian unik merek (unique selling personality) Merek adalah ujung tombak untuk membedakan sesuatu produk dengan yang lainnya. Oleh karena itu, merek harus diberi porsi yang cukup besar dalam pengembangan strategi kreatif. Ia harus diberi semacam kepribadian yang membuatnya berbeda dengan para pesaing. Kepribadian ini memberikan ciri khusus kepada khalayak sasaran. Di sini, kepribadian ini merupakan personifikasi ddari citra produk tersebut. Sedang personifikasi merupkan cermin yang menjadi ciri produk, yang bisa diciptakan atau disesuaikan dengan persepsi khalayak. Personifikasi ini seringkali diwakili oleh figure pemeran utama, atau pengelola di perusahaan produsen terkai. Figur ini seringkali merupakan tokoh panutan, berkharisman, dan dianggap ideal oleh khalayak. Personifikasi produk diwakili oleh tokoh yang menaungi merek tersebut dan dapat saja tidak berhubungan langsung dengan keunikan atau fungsi 2016 16 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dari produk yang ditawarkan. Karena figure ini begitu kuat, maka secara tidak langsung ia akan mengasosiasi kepribadian tersebut dengan produk yang diwakilinya. Kepribadian inilah yang menjadi senjata kuat untuk mempengaruhi pendapat khalayak. Khalayak akan mengaitkan secara positif, antara kepribadian firgur denganproduk. Strategi ini cocok apabila produk memiliki kaitan yang kuat dengan kepribadian seseorang, yang tidak bisa disubstitusikan oleh pribadi pesaing, dan merupakan cirri khas produk tersebut. Contoh: Soichiro Honda adalah pendiri Honda. Tekad kuatnya untuk tampil terkemuka di industri otomotif memberikan inspirasi bagi karyawan Honda. Motonya Power of Dream, digunakan Honda sampai sekarang. e) Tempat unik mereka (unique selling place) Dalam bukunya Prinsip-Prinsip Periklanan, Harjanto (2009:518) menjelaskan bahwa strategi ini memanfaatkan tempat yang amat stratagis yang membedakannya dengan para pesaing. Penempatan produk seperti ini tidak bisa disubstitusi oleh pesaing, sehingga memudahkan khalayak. Dengan tempat yang amat khas ini, produk terkait dapat menikmati paparan yang lebih tinggi. Dengan citra tempat yang kuat tersebut citra produk terkait juga akan terangkat. Ini mengurangi biaya promosi, ketimbang harus menaikkan citra produk dan citra tempat, secara sendiri-sendiri. Contoh: Yogya sebagai kota gudeg, akan lebih mendukung gudeg Bu Juminten yang berasal dari Yogya, ketimbang misalnya gudeg Bang Madun yang berasal dari Jakarta. *** 2016 17 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Belch, George & Michael Belch. 2007. Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication Perspective. New York: McGraw Hill/ Irwin. Duncan, Tom. 2008. Principles of Advertising and IMC. Secong Edition. New York: McGraw Hill. Harjanto, Rudy. 2009. Prinsip-Prinsip Periklanan. Jakarta: STIKOM ITKP. Kennedy, John E. dan Soemanaraga, R. Dermawan. 2006. Marketing Communication: Taktik dan Strategi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Morissan. 2014. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Shimp, Terence A. 2006. Advertising, Promotion, and Other Aspects of Integrated Marketing Communications. Canada: South-Western College Pub. Wells, William, Sandra Moriarty, & John Burnet. 2006. Advertising Principles and Practice 7th Edition, New Jersey: Pearson Prentice Hall. 2016 18 Integrated Marketing Communication II Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id