MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Akhlak Sosial Islami Fakultas Program Studi Ekonomi dan Bisnis Manajemen Tatap Muka 07 Kode MK Disusun Oleh 10230 Lestiyani Inayah, SAg Abstract Kompetensi Dalam perkuliahan ini kita akan mempelajari hakekat manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai tanggung jawab dalam menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif, aman, damai dan sejahtera. Pentingnya mengembangkan sikap dan perilaku yang mencerminkan akhlak sosial islami yang mencakup antara lain: sikap saling menghormati dan menghargai, saling menyayangi, toleransi dalam perbedaan, menjaga persaudaraan, bertutur kata yang sopan, beramal shaleh, amar ma’ruf nahi mungkar dsb. Pada bagian akhir anda diminta untuk mengimplementasikan sikap sosial islami dalam kehidupan sehari-hari. - Memahami kedudukan manusia sebagai makhluk sosial Memahami arti pentingnya akhlak sosial islam Menguraikan beberapa contoh akhlak sosial islami Mengimplementasikan akhlak sosial islami dalam kehidupan sehari-hari Akhlak Sosial Islami Kedudukan Manusia Sebagai Mahluk Sosial Manusia adalah zoon politicon ( makhluk yang bermasyarakat ), demikian ungkapan para filosof. Ajaran islam juga menjelaskan kedudukan manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga makhluk sosial. Dalam tafsirnya, Qurais Shihab menjelaskan ayat kedua dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad , dapat dipahami sebagai salah satu ayat yang menjelaskan hal tersebut. Khalaqal insa min alaq bukan saja diartikan sebagai menciptakan manusia dari segumpal darah ” atau ” sesuatu yang berdempet di dinding rahim, tetapi dapat juga dipahami sebagai ” diciptakan ” dinding dalam keadaan selalu bergantung pada pihak lainatau tidak dapat hidup sendiri. Ayat lain lain dalam konteks ini adalah surat Al-Hujurat : 13. Dlam ayat tersebut secara tegas dijelaskan bahwa manusia diciptakan terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan dan diciptakan mereka dalam keadaan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar mereka saling mrngenal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, menurut Al-Qur’an, manusia secara fitri adalah makhluk sosial dan hidup bermasyarakat merupakan satu keniscayaan bagi mereka. Tingkat kecerdasan, kemampuan dan status sosial manusia menurut Al-Qur’an berbedabeda seperti tersurat dalam Qs. Al-Zukhruf : 43 yang artinya : ” Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami yang membagi antra mereka penghidupan mereka dalam kehidupan di dunia ini. Dan Kami telah meninggikan sebagian diantara mereka atas sebagian yang lain beberapa tingkat, supaya sebagian mereka dapat mempergunakan ( membantu ) sebagian yang lain, dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. Seperti terbaca di atas, perbedaan-perbedaan di antar manusia bertujuan agar mereka saling memanfaatkan ( sebagian mereka dapat memperoleh manfaat dari sebagian yang lain ) sehingga dengan demikian mereka semua saling membutuhkan dan cenderung untuk berhubungan dengan yang lain. Ayat ini, disamping menekankan kehidupan bersama, juga sekali lagi menekankan bahwa bermasyarakat adalah sesuatu yang lahir dari naluri alamiah masing-masing manusia. Hidup bermasyarakat, saling bergaul merupakan alat untuk merapatkan jarak psikologis, untuk merapatkan kembali hubungan kemanusiaan . Ada beberapa alasan filosofis mengapa manusia harus bergaul dengan sesamanya, bahkan sesama makhluk, yaitu : `13 2 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id - Pertama, berasal dari satu turunan, yaitu dari Adam dan Hawa, kemudian berkembang menjadi turunan Adam ( Bani Adam ). Turunan Bani Adam lantas tersebar di seluruh dunia. Tetapi komunitas Bani Adam oleh Allah disebutkan satu kesatuan ummat ( Ummatan Wahidah ). Konsekuensi logisnya, sesama Bani Adam wajib saling bergaul, menjalin persaudaraan secara universal dengan sesama manusia. - Kedua, mempercepat terlaksananya Sunnatullah (law of nature, hukum alam) secara optimal. Adalah merupakan sunnatullah bahwa bersatu kita kuat, bercerao kita runtuh. Manusia yang kuat, kuasa dan kaya macam apapun pasti membutuhkan orang lemah, miskin dan tidak berkuasa. Oleh karena itu Al-Qur’an menyebutkan kata ” lita’arafu ” ( saling mengenal diantara kamu ) terkandung maksud saling dukung mendukung, saling tolong menolong, saling membutuhkan, seling kerjasama. Itu semua tercipta melalui media pergaulan. - Ketiga, supaya saling meringankan beban antar sesama kita. Anda bisa membayangkan betapa hancur perasaan seorang produsen textil, kalau Produksi nya tidak dibeli oleh masyrakat . Sang produsen harus menerima penderitaan kolektif bersama anak, istri, kolega,dan karyawannya. Kalau bukan bantuan konsumen maka sang produsen akan hancur berantakan. Anda juga tidak bisa membayangkan bagaimana semua lembaga pendidikan telah siap dengan sarana dan fasilitas serba lux untuk peserta didik menyambut tahun ajaran baru, kalau semua anak masyarakat mogok belajar alias tidak mau sekolah. Berapa banyak pengorbanan yang harus dirasakan oleh para pengurus lembaga pendidikan bagaimana pula sesaknya nafas kedua orang tua karena anaknya pada mogok sekolah. Anda juga tidak bisa membayangkan bagaimana busuk dan baunya suatu kota, kalau pasukan kebersihan tidak mau melakukan tugas mereka. Sudah pasti kota seperti itu ibarat bau bangksi yang membuat semua warga menderita. Kalau bukan petugas kebersihan kota yang bertanggung jawab melaksanakan tugasnya, niscaya semua orang di negeri itu akan meninggalkannya. Paparan kenyataan tersebut di atas merupakan sedikit dari persoalan-persoalan besar lainnya yang kalau tidak ada kerja sama saling meringankan beban akan sangat mengganggu kehidupan manusia. Kenyataan tersebut di atas juga menunjukkan betapa sangat penting bergaul, yang pada gilirannya akan menciptakan kerja sama. Kerja sama akan meringankan beban tugas diantara sesama kita. Ada beberapa catatan penting yang harus dijaga dalam bergaul dengan saling mengenal dan kerjasama itu. Diantaranya adalah : `13 3 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Bergaulah dengan siapa saja tanpa memandang asal-usul, perbedaan suku, agama dengan saling menghargai prinsip masing-masing. b. Hiasilah pergaulan itu dengan perilaku yang mencerminkan akhlak karimah, seperti bertutur kata yang sopan, saling menghormati, menghargai, tolong-menolong dalam kebaikan dsb c. Jangan membuat pergaulan sebagai ajang untuk membuat strategi guna merusak kebenaran dan melestarikan kezaliman. d. Kerjasama dalam pergaulan hendaklah dalam rangka kebaikan dan bukan untuk kepentingan yang bersifat destruktif. e. Jangan memanfaatkan kerja sama itu untuk kepentingan pribadi atau kelompok, f. Berilah teladan yang baik dan jadikan diri sebagai pribadi yang wajib ( hasanah ). Akhlak Sosial Islami Seperti telah dipaparkan di atas bahwa untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam kehidupan sosial bersama, manusia dituntut untuk mengembangkan sikap dan perilaku yang mencerminkan akhlak karimah. Akhlak karimah tidak saja kepada manusia, tetapi juga terhadap sesama makhluk. Karena dengan akhlak tersebut dapat teripta kerjasama untuk saling melindungi, menolong dalam kebaikan, sekaligus mencegah terjadinya perbuatanperibuatan destruktif ( merusak ). Adapun wujud dari akhlak sosial tersebut antara lain : a. Bertutur kata yang sopan Perkataan yang baik merupakan kunci kesuksesan dalam membina hubungan sosial. Perkataan yang sopan dan baik itu disebutkan dalam banyak ayat Al-Qur’an yang tersebar dalam berbagai surat, menunjukkan betapa penting membiasakan diri bertutur kata yang baik dan sopan. Dalam Al-Qur’an perkataan yang baik dan sopan itu disebut dengan bermacam-macam istilah, antara lain : `13 - Qaulan Ma’ruf, perkataan yang baik ( Qs. An-Nisa : 5 ) - Qaulan Sadida, perkataan yang lurus dan bermakna ( Qs. Al Ahzab : 70 ) - Qaulan Baligha, Perkataan yang menyentuh ( Qs. An-Nisa : 53 ) - Qaulan maysura, perkataan yang pantas ( Qs. Al-Isra : 28 ) - Qaulan Haq, perkataan yang benar ( Qs. Maryam : 34 ) - Qaulan layyina, perkataan yang lemah lembut ( Qs. Thaha : 44 ) - Qaulan tsaqila, perkataan yang berbobot ( Qs. Al-Muzammil : 5 ) - Qaulan Aziiima, perkataan yang agung ( Qs. Al-Isra : 40 ) - Qaulan ahsan, perkataan yang terbaik ( Qs. Al-Fushshilat : 33 ) - Qaulan thayyib, perkataan yang baik ( Qs. Al-Hajj : 24 ) 4 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id b. Memberi maaf dan meminta maaf Sebagai manusia biasa salah dan khilaf tidak dapat di hindari dalam proses komunikasi dalam pergaulan dengan siapapun, sehingga meninta maaf dan memberi maaf merupakan suatu keharusan. Sebab, dari sinilah kita dapat merapatkan kembali hubungan yang renggang dan menghilangkan dendam diantara sesama kita. Dalam AlQur’an banyak diterangkan masalah memaafkan kesalahan sesama manusia , di antaranya : Qs. Al-Baqarah : 109, 237, Qs. Ali Imran : 134, Qs. An-Nisa : 149, Qs. AlA’raf : 199. Begitu pula dalam sebuah hadits Rasulullah yang artinya “ Tiga perkara yang termasuk akhlak baik yang disenangi Allah yaitu : Agar engkau memaafkan orang yang telah menganiaya engkau, memberi kebaikan kepada orang yang pernah menghalanghalangimu, dan menghubungi orang yang pernah memutuskan tali persahabatan denganmu” c. Tolong- menolong dalam kebaikan Perntah Allah agar manusia senang memberikan pertolongan kepada sesama merupakan bukti nyata betapa Allah menghendaki adanya kesalehan secara sosial. Tolong-menolong yang dimaksudkan tentu saja dalam tataran kebajikan dan bukan dalam kejahatan dan kebatilan. Diantar ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang sikap tolong-menolong tersebut antar lain : Qs. Al-Baqarah : 270, Qs. Ali Imran : 81, Qs. Al-Anfaal : 72, 74, Qs. Al-Hajj : 40, Qs. AlHadid : 25. Dan juga diterangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan olh Bukhari Muslim : “ Hendaklah seseorang itu suka memberikan pertolongan kepada saudaranya, baik yang menganiaya maupun yang dianiaya. Apabila ia menganiaya, maka hendaklah dilarangnya ; maka itulah pertolongannya. Dan kalau ia teraniaya, maka hendaklah ia ditolong “. d. Bersikap toleransi ( tasamuh ) Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat melepaskan diri dari komunikasi dan hubungan pergaulan dengan sesama. Agar proses kelangsungan komunikasi dan pergaulan dapat berlangsung secara sehat, maka masing-masing manusia harus memiliki rasa tasamuh ( toleran ) . Yaitu tanggang rasa dan lapang dada dalam memahami perbedaan baik itu perbedaan agama, suku, budaya, bahasa dan warna kulit dan menyadari perbedaan tersebut sebagai sesuatu yang wajar. Bagi seorang muslim, sikap toleran ini hanya dalam tataran persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan ( hablumminannas ) bukan pada ritual ibadah agama dan keyakinan prinsipil ( aqidah ) lainnya. Terhadap persoalan ini Al-Qur’an sudah memberikan penjelasan antara lain dalam Qs. Al- Kafirun : 1-6. `13 5 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mengapa kita mesti hidup dengan mengembangkan sikap toleran ? paling tidak ada beberapa alasan yang mendasarinya , diantaranya : Meneguhkan fitrah sosial, sebagai makhluk yang bermasyarakat, fitrah si\osial - seperti ini mempunyai ketentuan hukum normatif keagamaan sebagaimana tersurat dalam Qs. Al-Hujurat : 13. Memperteguh ukhuwah Basyariyah ( persaudaraan sesama ) sebagai wujud - penyadaran bahwa manusia berasal dari asal ciptaan yang satu ( Allah ), dari satu keturunan, dari unsur ciptaan yang sama yakni tanah . Mempersempit ruang gerak permusuhan dan konflik. Hal ini sesuai dengan pesan - Allah dalam Qs. Ali Imran : 103 Menjamin kelangsungan hidup saling menghormati dan menghargai dan penyadaran - bahwa sesungguhnya antar manusia terdapat saling ketergantungan dalam segala aspek kehidupan ( politik, sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, hukum dan IPTEK ) . Dengan demikian akan menimbulkan rasa solidaritas dan memberikan jaminan keamanan terhadap sesama. Amar ma’ruf nahi mungkar Menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran seraya beriman kepada Allah ( Qs. Ali Imran : 110 ) Nurcholis Madjid menyatakan semangat beramar ma’ruf nahi mungkar mempunyai peranan yang teramat penting bagi kehidupan masyarakat. Amar ma’ruf nahi mungkar dapat membersihkan budaya jahiliyah modern yang kini terasa kian merebak di kalangan masyarakat. Menjaga persaudaraan ( Al-Ikhaa ) Al-Ikhaa merupakan suatu sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan baik dengan sesama. Persaudaraan ( Ukhuwah )dapat digolongkan menjadi tiga, yakni ukhuwah islamiyah, ukhuwah basyariyah dan ukhuwah wathaniyah. Menjalin ukhuwah islamiyah berarti berlaku arif terhadap komunitas sesama muslimdengan jalan saling tolong-menolong, menyantuni yang lemah, mengangkat yang di bawah, mendoakan bersama dsb. Adapun menjalin ukhuwah basyariyah adalah bergaul secara ma’ruf dan sopan terhadap sesama manusia tanpa memandang perbedaan agama, ras, suku dan budaya dsb. Sedangkan menjalin ukhuwah wathaniyah adalah menggalang kebersamaan persaudaraan setanah air untuk melakukan kebaikan bersama demi kesejahteraan bersama .Dalam Al-Qur’an rasa persaudaraan itu diterangkan antara lain dalam Qs. Ali Imran : 103 . `13 6 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Saling Melindungi Tidak ada satu agamapun di dunia ini yang memerintahkan kepada umatnya untuk melaksanakan intrik politik belah bambu, yaitu satu diangkat dan yang lain di injak. Agama islam mengajarkan kepada umatnya untuk saling memberikan perlindungan terhadap sesama. Dalam hal ini berarti agama menghendaki manusia untuk hidup dalam keadaan aman, sejahtera tanpa ada intimidasi, kekerasan dan penindasan. There should be no explotation of man by man, tidak boleh ada penindasan oleh manusia atas manusia yang lain. Dalam haditsnya Rasulullah memerintahkan agar kita mencintai sesama sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri ( Wa ahibba lil Nas kama tuhibbu li nafsika ). `13 7 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Djatmika, Rahmat, “Sistem Etika Islam”, Pustaka Islam, Surabaya, 1985 Quasera, M. Abid, “Etika al-Ghazali”, Bandung, 1988 Amin, Ahmad, “ Akhlak “, Bulan Bintang, Jakarta, 1995 Mahyuddin, “ Kuliah Akhlak Tasauf ”, Kalam Mulia, Jakarta, 2001 Luth, Thahir, ” Masyarakat Madani” solusi damai dalam perbedaan, Media cita, Jakarta 2002. `13 8 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id