MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Karakteristik Ajaran Islam Fakultas Program Studi Ekonomi dan Bisnis Manajemen Tatap Muka 02 Kode MK Disusun Oleh 10230 Lestiyani Inayah, SAg Abstract Kompetensi Dalam bab ini kita akan mempelajari dan mengenal Islam. Diawali dengan memahami Islam sebagai agama universal yang memiliki nilai etika tertinggi yang memanusiakan manusia, dan perintah-perintah yang mencakup seluruh wilayah kehidupan individu dan sosial manusia. Selanjutnya mempelajari Karakteristik Ajaran Islam, sehingga diharapkan kita semua mendapat pemahaman yang benar dan komprehensif mengenai Ajaran Islam dan selanjutnya mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan. - - - Meyakini Agama Islam sebagai Agama Wahyu yang memberikan petunjuk bagi manusia dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Mahasiswa diharapkan mampu memahami Karakteristik Ajaran Islam Mengetahui peran dan sumbangan islam dalam peradaban dunia Karakteristik Ajaran Islam Pendahuluan Bagaimana sesungguhnya wajah Islam itu?. Sebuah pertanyaan sederhana, namun sering kita berputar-putar untuk menjawabnya, karena keterbatasan wawasan, ilmu, kesalahpahaman bahkan ketidakpedulian kita untuk mengenal wajah Islam sendiri secara komprehensif ( utuh ) pada semua sisinya. Baik secara intelektualitasnya, aqidahnya, ibadahnya, akhlaknya maupun aplikasinya, baik untuk lingkup individu, keluarga, sosial masyarakat bahkan sampai pada tingkat Negara. Penting bagi kita semua untuk memahami hakikat ajaran islam secara komprehensif, mendasar dan benar agar kita mampu menghadirkan islam kepada diri kita dan orang lain secara utuh dan benar serta target dan tujuan risalah islam dapat ditegakkan dengan baik dalam dimensi eksoteris maupun isoterisnya, dalam penerapan nilai-nilai aqidah, ibadah dan moral maupun dalam idealitas teoritisnya, baik dalam skala individu, keluarga dan masyarakat. Agama islam adalah agama wahyu yang terakhir, diturunkan demi kepentingan umat manusia melalui Rasulullah Muhammad. Pintu gerbang keselamatan dan kebahagiaan abadi ini dibuka untuk umat manusiadi dunia agar masyarakat manusia meninggalkan masa-masa ketidakmatangan dan kekurangmampuan pemikiran mereka, mempersiapkan diri untuk mencapai kemanusiaan mereka secara sempurna, dan menumbuhkan kesadaran untuk menerima ajaran-ajaran spiritual yang luhur, dan mengaplikasikannya dalam praktek. Dengan demikian , Islam menganugerahi umat manusia kenyataan spiritual yang sesuai dengan pemahaman manusia , nilai etika tertinggi yang memanusiakan manusia, dan perintah-perintah yang mencakup seluruh wilayah kehidupan individu dan sosial manusia. Islam juga mendorong kita untuk mempraktekkan ajarannya itu. Dari sudut pandang ini, Islam merupakan agama yang universal dan abadi. Islam terdiri dari serangkaian kepedulian kritis dan aturan etis dan praktis yang menjamin kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat jika mereka mau melaksanakannya. Aturan-aturan islam disusun sedemikian rupa, sehingga setiap individu dan masyarakat yang melaksanakannya akan memperoleh kehidupan yang paling baik serta mencapai kemajuan yang paling besar menuju kesempurnaan manusia. Aturan-aturan atau hukum-hukum islam diciptakan dengan didasarkan pada hakekat penciptaan dan dengan memperhatikan kebutuhan manusia. Sebagaimana kita ketahui, bahwa pada dasarnya manusia memiliki susunan yang sama pada setiap individu, ras dan masa. Masyarakat di Timur maupun di Barat adalah satu macam : mereka semua termasuk dalam satu spesies manusia. Berbagai individu dan masyarakat mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang sama, dan generasi-generasi umat `13 2 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id manusia yang akan datang akan mewarisi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Singkatnya islam adalah agama yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang rill dan esensial manusia. Ia adalah agama yang universal mencukupi bagi setiap manusia dan abadi. Karena alasan inilah, Allah SWT menyebut Islam sebagai agama fitrah, dan menyeru kepada umat manusia untuk menjaga agar fitrah manusia tetap hidup. Firman Allah : “ Dan hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agam ( islam ), ( sesuai ) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut ( fitrah ) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah . Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Qs. Ar-ruum : 30. Karakteristik ajaran Islam Tidak mudah mejelaskan secara tuntas ajaran Islam untuk sampai pada pemahaman wawasan holistic dan kerangka sistematik serta menyentuh hakikat dan ruh ( spirit ) petunjuknya karena berbagai kendala dan keterbatasan manusia. Berikut ini, akan dikemukakan beberapa dari sekian banyak ciri dan karakteristik ajaran Islam yang menonjol semoga dengannya dapat tergambar keunggulan dan keistimewaan ajaran Islam. Rabbaniyah/Ketuhanan Ajaran islam memiliki sifat Rabbaniyah, dalam arti ajarannya bersumber dari Allah swt, bukan dari manusia. Allah telah menetapkan melalui wahyuNya ketentuan-ketentuan hukum dengan meletakkan prinsip-prinsipnya ( secara universal ), dasar-dasar dan pokok-pokok hukumnya untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik dalam lingkup pribadi maupun sosial kemasyarakatan. Ajaran islam merupakan sebuah manhaj Rabbani yang murni, karena sumbernya adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada penutup para RasulNya Muhammad .Keseluruhan pokok ajarannya meliputi Aqidah dan ibadahnya, akhlak dan moralnya, syari’ah dan peraturannya adalah Rabbaniyah Ilahiyyah dalam batas prinsip-prinsip atau dasar-dasar hukumnya ( secara garis besar ), bukan dalam hal-hal parsial, detail persoalan dan tekhnis pelaksanaan. Firman Allah : “ Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu ( Muhammad dengan mukjizatnya ), dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang ( Al-Qur’an ).” Qs. An-Nisa : 174. Firman Allah : “ Telah sempurnalah kalimat Rabbmu ( Al-Qur’an ) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimatNya, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui . “ Qs. Al-An’am : 115. Dengan demikian telah menjadi suatu ketetapan dalam prinsip-prinsip islambahwa pembuat syari’at satu-satunya adalah Allah. Manusia diberi kewenangan untuk menetapkan suatu ketentuan hukum `13 3 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengenai suatu masalah yang belum ada ketentuan hukum secara pasti dalam nash ( AlQur’an dan Sunnah Rasul ) dengan metode tertentu yang tidak menyalahi nash ( Berijtihad ). Insaniyyah /Kemanusiaan Ajaran islam memiliki ciri insaniyyah , karena ia ditujukan untuk manusia maka semua tuntunannya sesuai dengan fitrah manusia. Tidak ada satupun ketentuan yang tidak sejalan dengan jiwa dan kecenderungan positif manusia, Sesungguhnya setiap orang yang mengkaji islam melalui kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah Rasul akan mengetahui secara jelas dan gamblang islam mengerahkan perhatian yang optimal pada “sisi manusiawi” termasuk pada bab ibadah khusus ( mahdhah ). Sebagai contoh kewajiban zakat, dalam substansinya kita akan mendapatkan sisi kemanusiaannya dalam ibadah ini. Zakat dipungut dari manusia yang kaya untuk diserahkan kepada yang miskin/fakir, ia awalnya adalah sebagai pensucian dan pembersihan dan untuk keduanya adalah sebagai pemenuhan kebutuhan ( orang fakir ) dan membebaskan kemiskinan. Ibadah-ibadah lain juga tidak terlepas dari aspek ( sisi ) kemanusiaan yang diselipkan secara implicit ( tersirat ). Shalat merupakan pertolongan bagi manusia dalam menghadapi pertarungan hidup; “ Hai orangorang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. “ ( Al-Baqarah; 153 ). Shalat yang ditegakkan akan menjauhkan manusia dari perbuatan keji dan mungkar. Sedangkan piuasa merupakan pendidikan bagi kemauan manusia melalui kesabaran dalam menghadapi kesulitan dan pendidikan perasaannya untuk merasakan penderitaan orang lain, sehingga tumbuhlah rasa empati dan kasih sayang terhadap kaum fakir. Dan haji merupakan muktamar ( konfrensi ) Rabbani dan insane di mana Allah menyeru kepada hamba-hambaNya : “ Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan”. ( Qs. Al-Hajj : 28 ). Menyaksikan berbagai manfaat di sisni adalah mewakili sis manusiawi dalam tujuan haji. Ibadah-ibadah lainnya terlebih dalam tataran ibadah ghairu mahdah ( muamalah ) juga tidak terlepas dari aspek kemanusiaan baik diungkap secara eksplisit maupun implicit. Asy-Syumul / Mencakup segala aspek kehidupan manusia. Islam menghadirkan ajaran yang bersifat menyeluruh, memberikan tuntunan pada setiap aktifitas dan persoalan dalam kehidupan manusia. Islam tidak hanya memberikan tuntunan dalam keyakinan ( akidah ), ritual ( ibadah ) dalam rangka hubungan manusia dengan Tuhan, tapi juga memberi bimbingan dalam hubungan antar manusia ( muamalah ), dan moralitas ( akhlak ) bahkan hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya. Tuntunan bukan hanya menyangkut hal-hal besar tetapi juga hal-hal yang kecil, semua dikaitkan dengan Allah. Makan, minum, berpakaian, tidur, mandi atau ketika masuk ke toilet, termasuk `13 4 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kaki mana yang hendaknya didahulukan melangkah ketika masuk atau keluar, semua ada aturan dan tuntunannya. Terlebih lagi pada persoalan-persoalan besar yang menyangkut hajat hidup masyarakat secara luas. Asy Syahid Hasan Al-Bana mengungkapkan secara jelas tentang dimensi komprehensivitas ( kesyumulan ) dalam risalah islam dengan mengatakan : Sesungguhnya Islam adalah sebuah risalah yang menjangkau dimensi yang terbentang memanjang hingga mencakup keabadian zaman, ia dimensi yang terbentang melebar sehingga mengatur seluruh kehidupan manusia di dunia, dan ia menjangkau dimensi yang terbentang hingga meliputi semua urusan dunia dan akhirat. Ajaran islam merupakan hidayah ( petunjuk ) dari Rabb manusia untuk seluruh umat manusia dan merupakan rahmat Allah bagi hambaNya. Firman Allah : “ Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”. ( Al-Anbiya : 107 ). Fenomena universalisme islam yang termanivestasi dalam dimensi akidah ( teologi, keimanan ) dan dimensi ibadahnya (baik mahdhah maupun ghairu mahdhah ) serta akhlak dan yang mencakup seluruh kehidupan manusia haruslah diimbangi dengan komitmen kaum muslimin untuk mengaplikasikan ajaran-ajaran islam secara menyeluruh dan totalitas tidak terbagi-bagi. Maka tidak boleh hanya mengambil satu sisi dari ajaran dan hukumhukumnya dan membuang satu sisi lainnya, seperti mengambil aspek akidah dan keimanan dari ajaran islam dan mengenyampingkan aspek ibadah atau moral. Firman Allah : “ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam islam secara kaffah ( keseluruhan ) dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syetan itu musuh nyata bagimu. “ ( Qs. Al-Baqarah : 208 ). Al-Qur’an mengecam kaum Bani Israil atas sikap parsialisme mereka terhadap agama mereka dengan mengikuti hawa nafsu mereka, dengan mengambil darinya apa yang mereka sukai dan meninggalkan apa yang mereka tidak sukai, maka Allah mengecam mereka dengan kecaman yang sangat pedas : “ Apakah kamu beriman kepada sebagian AlKitab ( Taurat ) dan ingkar kepada sebagian yang lain ?Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamatmereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong “. ( Qs. Al- Baqarah: 85-86 ). Moderat dan seimbang (Wasathiyyah/ Tawazun) Diantara karakteristik wasathiyyah yang menjadi keistimewaan ajaran islam adalah karakter keseimbangan antara keteguhan pada prinsip yang harus kekal dan lestari dan perkembangan, atau antara keteguhan pada prinsip dan fleksibilitas ( keluwesan ) yang `13 5 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id seyogyanya terus berubah dan berkembang actual. Ajaran islam memadukan keduanya secara harmonis dengan meletakkan masing-masing keduanya pada tempatnya yang benar. Kekekalan pada prinsip-prinsip dasar dan kaidah-kaidah umum, nilai-nilai agama, moral serta sasaran dan tujuan tetapi fleksibel dalam sarana dan metode,dalam hal-hal cabang maupun dalam masalah-masalah duniawi dan ilmiyah. Islam selalu bersikap moderat dalam menyikapi berbagai persoalan. Prinsip moderasi ini diwujudkan dalam keseimbangan positif manusia dalam setiap aspek kehidupannya meliputi aspek aqidah /keyakinan dan prakteknya/ritualnya, aspek jasmani dan ruhaninya. Islam berpandangan di samping kehidupan duniawi yang Nampak ada juga akhirat yang belum Nampak. Keberhasilan diakhirat, ditentukan oleh iman dan amal shaleh di dunia. Manusia tidak boleh tenggelam dalam materialisme, tidak pula membumbung tinggi dalam spiritualisme, ketika pandangan mengarah ke langit, kaki harus tetap berpijak ke bumi. Islam mengajar umatnya agar meraih materi duniawi, tetapi dengan nilai-nilai ukhrawi. Islam juga mengajarkan keseimbangan antara akal dengan hati, antara hak dan kewajiban. Di sisi lain islam menegakkan keseimbangan yang adil antara pribadi dengan masyarakat. Islam memberikan hak dan kewajiban sesuai dengan kemaslahatan umat, sehingga islam tidak memberikan hak dan kebebasan individu yang terlalu berlebihan, sebaliknya islam juga tidak memberikan kekuasaan dan legitimasi yang berlebihan kepada masyarakat, sehingga masyarakat berlaku aniaya dan sewenang-wenang terhadap hak individu. Firman Allah: “ Dan seperti itulah Kami jadikan kalian sebagai umat yang pertengahan. “ ( Qs. Al-Baqarah; 143 ). Al-Waqi’iyyah/Realistis Di antara hakikat yang tak dapat dipungkiri bahwa syariat islam dibangun dan didasarkan kepada kemudahan, keadilan dan rahmat, mempertimbangkan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Karakteristik ini mengandung makna bahwa ajaran islam dapat diamalkan oleh semua manusia , apa dan bagaimanapun tingkat pendidikan, kondisi dan situasinya, kapan dan dimanapun manusia berada. Islam tidak ingin menempatkan ajarannya mengawang di udara. Islam juga tidak menganggap manusia itu malaikat. Islam menempatkan manusia sebagai makhluk yang dapat melakukan kebenaran dan melakukan kesalahan, manusia juga dapat konsisten pada jalan yang lurus tapi juga bisa tersesat, maka islam memberikan motivasi dan memberikan peringatan , mewajibkan amar ma’ruf nahi mungkar, mensyariatkan sanksi-sanksi, membuka taubat dan mempunyai hukum tersendiri dalam kondisi darurat. `13 6 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Qillat At- Taklif/ Menyedikitkan beban dan menghilangkan kesulitan Syari’at islam dengan tuntunannya bukan saja tidak membebani manusia dengan tugastugas yang berat, tetapi juga tidak membebaninya dengan tugas-tugas yang banyak. Pembuat syari’at, yakni Allah adalah Maha Pengasih dan Penyayang yang tidak menginginkan adanya kesulitan dan keberatan pada hamba-hambaNya, melainkan Dia menginginkan mereka untuk mendapatkan kebajikan dan kebaikan dunia akhirat. Syari’at dimudahkan agar dapat diterapkan oleh setiap manusia. Tidak ada satupun taklif hukum yang dibebankan melaampaui kemampuan manusia. Firman Allah : “ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. “ ( Qs. Al-Baqarah : 286 ). Dalam firman yang lain : “ Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. “ ( Qs. Al- Baqarah : 185 ). Demikian juga hadits Rasulullah menguatkan hal tersebut : “ Sesungguhnya aku diutus dengan agama yang toleran. “ ( HR Ahmad dari Aisyah ). Hadits yang lain : “ Permudahlah dan janganlah mempersulit, buatlah kabar gembira dan janganlah membuat orang lari .” ( HR. Muttafaq ‘ Alaih dari Anas ). Tidak mengherankan jika islam mensyari’atkan adanya keringanan ( rukhshah ) di saat ada penyebabnya, seperti diperbolehkan tayamum apabila sulit menemukan air, aturan menjamak ( mengumpulkan ) dan mengqashar ( meringkas ) shalat pada saat perjalanan dsb. Memperhatikan metode gradual / tadarruj ( proses evolusi bertahap). Syari’at islam tidak diturunkan sekaligus melainkan bertahap, sedikit demi sedikit. Pada dasarnya yang pertama diturunkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan akidah. Dalam periode Mekkah yang berlangsung selama 13 tahun, hampir seluruh tuntunannya berkaitan dengan masalah keimanan/kepercayaan. Sedangkan tuntunan yang berkaitan dengan hukum ( muamalah ) pada umumnya diturunkan pada periode Madinah selama kurang lebih 10 tahun. Firman Allah : “ Berkatalah orang-orang kafir, “ mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja ?” Demikianlah, supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya kelompok demi kelompok . “ ( Qs. Al-Furqan : 32 ). Tidak jarang dalam penetapan hukum- hukum baik yang berkaitan dengan ibadah dan muamalah dilakukan dengan cara bertahap seperti pada pengharaman minuman keras. Mula-mula turun ayat yang isinya baru sekedar menyatakan bahwa meminum khamer itu berdosa. Meskipun manfaatnya banyak, tetapi kerusakan yang ditimbulkannya lebih banyak lagi. Ini dijelaskan dalam Qs. Al- Baqarah : 219 : “ Mereka bertanya kepadamu tentang khamer dan judi. Katakanlah, “ pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. “. Dengan turunnya `13 7 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ayat tersebut, kebiasaan minum khamer mulai ditinggalkansebagian umat tetapi belum sempurna dan tidak menyeluruh. Bahkan ada juga yang masih meminumnya mendekati waktu shalat, sehingga ia melaksanakan shalat dalam keadaan mabuk. Sesudah itu turun ayat yang melarang seseorang yang melakukan shalat dalam keadaan mabuk. Ketentuan itu terdapat dalam surat An- Nisa : 43 : “ Janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. “’ Dengan turunnya ayat tersebut, minum khamer menjadi sangat terbatas waktunya. Namun karena masih belum tegasnya larangan meminum khamer itu, maka masih ada yang meminum khamer di luar waktu shalat. Setelah pelaksanaan ketentuan hukum tersebut berjalan dengan baik, baru turun ayat Al-Qur’an yang secara jelas dan tegas melarang meminum khamer, melalui surat al – Maidah : 90 : “ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya ( meminum ) khamer, berjudi, ( berkorban untuk ) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatanperbuatan itu. “ Demikian beberapa ciri dan karakteristik dari ajaran islam, panjang uraian apabila kita hendak menjelaskan sifat dan keunggulan ajaran islam. Namun sebagaimana yang diungkapkan oleh Quraish Shihab -dalam bukunya Membumikan Al-Qur’an- bila hendak menggambarkan dalam satu kata singkat, maka kata tersebut adalah Adil, dalam arti menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Tempatkanlah Allah pada “tempat”-Nya, antara lain Dia Maha Esa, tempatkanlah manusia pada tempatnya, antara lain, dia adalah makhluk, hamba Allah, dia bukan Tuhan. Jangan duga bahwa penganiayaan yang merupakan lawan keadilan hanya berbentuk gangguan, jangan juga menduga bahwa keadilan selalu dalam bentuk memberi manfaat, Tidak ! kata Imam Ghazali, bahkan seandainya seorang penguasa membuka dan membagikan isi gudang yang penuh dengan senjata, buku dan harta benda, kemudian dia membagikan senjata pada ulama,harta benda pada si kaya dan buku-buku pada prajurit yang siap bertempur, maka meski sang penguasa memberi manfaat kepada mereka, tetapi dia tidak berlaku adil, dia menyimpang dari keadilan, karena dia menempatkan pemberiannya itu bukan pada tempatnya. Sebaliknya, kalau seseorang memaksa si sakit untuk meminum obat yang pahit sehingga mengganggunya, atau menjatuhkan hukuman mati atau cemeti kepada terhukum, maka inipun, walau menyakitkan , adalah keadilan, karena pada tempatnya sakit dan gangguan itu. Demikian kesimpulan ajaran islam. Wa Allah A’lam. `13 8 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka `13 9 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id