MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Ekstensi dan Martabat Manusia Fakultas Program Studi Ekonomi dan Bisnis Manajemen Tatap Muka 05 Kode MK Disusun Oleh 10230 Lestiyani Inayah, SAg Abstract Kompetensi Pada bab ini kita akan mempelajari tentang konsep manusia menurut ajaran islam. Pembahasan diawali dengan manusia dan alam semesta, kemudian mempelajari berbagai persepsi dan pandangan tentang manusia dari berbagai disiplin ilmu. Pada pembahasan selanjutnya kita pelajari manusia dalam perspektif ajaran islam, konsep penciptaan manusia menurut Al- Qur’an. Di teruskan dengan bagaimana eksistensi dan martabat manusia menurut islam. Pembahasan ditutup dengan tugas dan tanggung jawab manusia - - - - Menyadari kedudukan sebagai makhluk yang merupakan bagiandari alam semesta dan merasakan mutlaknya agama bagi kehidupan manusia. Mengidentifikasi ciri dan sifat manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang menjadi bagian dari alam semesta. Menjelaskan kejadian dan hakikat manusia menurut ajaran Islam yang potensial untuk beriman dan bertaqwa Mengetahui dan memahami konsep penciptaan manusia menurut Al-Qur’an. Memahami eksistensi dan martabat manusia Mengkaji Fungsi dan tugas serta tanggung jawab manusia - Ekstensi dan Martabat Manusia Manusia dan Alam semesta Sesungguhnya dilihat dari sudut pandang manusia, yang ada adalah Allah dan alam semesta. Allah ialah pencipta ( Khalik ) dan alam semesta ialah yang diciptakan ( makhluk ). Maka dalam Al-Qur’an Allah bergelar Rabbul ‘Alamin artinya Tuhan alam semesta. Dalam menyebutkan alam semesta selain ‘alamin Al-Qur’an sering juga menyebutkan dengan kalimat “ Assamaawaat Wal Ardh” artinya segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dalam islam, alam semesta harus diyakini sebagai ciptaan Allah. Alam semesta beserta segala sesuatu yang hendak diciptakan Allah, tercipta sekedar dengan firmanNya: “ Jadilah!”. Oleh karena itulah, Allah adalah pemilik mutlak dari alam semesta dan penguasa alam semesta yang tidak dapat disangkal disamping pemeliharaannya yang Maha Pengasih. Karena kekuasaanNya yang mutlak itulah, maka jika Allah hendak menciptakan langit dan bumi, maka Dia berfirman kepada keduanya: “ Jadilah kalian, baik dengan suka maupun dengan terpaksa” ( Qs.41:14 ). Oleh karena itulah seluruh isi alam semesta ini tunduk dan mentaati Allah secara otomatis ( kecuali manusia yang dapat mentaati ataupun mengingkari ), maka di dalam Al-Qur’an mereka sering disebut sebagai muslim. Alam sedemikian terjalin erat dan bekerja dengan regularitas yang sedemikian rupa, siang malam, musim hujan yang menyuburkan tanah dan musim kering yang menggersangkan tanah yang saling bergantian. Masinisasi raksasa atas alam semesta ini beserta segala proses-proses kausalnya adalah petanda ( ayat ) atau bukti yang paling penting mengenai penciptanya. Hanya yang Maha Kuat dan Maha Kuasa yang mampu menciptakan alam semesta ini dengan keteraturan, keserasian dan kerapihan yang sedemikian rumit dan detilnya. Alam semesta dapat bekerja secara sistematik ( memuat keserasian, kerapian , keteraturan dan berkesinambungan serta saling lenbkap melengkapi ) karena alam semesta telah diciptakan oleh Allah menurut hukum-hukum yang telah ditetapkanNya. Hukum-hukum yang ditetapkan Allah atas alam semesta beserta seluruh isinya termasuk manusia dinamakan SUNNATULLAH. Menurut Al-Qur’an ada tiga sifat utama Sunnatullah, yakni pasti, tetap dan obyektif. Yang dimaksudkan dengan sunnatullahbersifat pasti yaitu hukum atau ketentuan Allah itu mesti berlaku, tidak boleh tidak. Sifat sunnatulah ini dikemukaan didalam beberapa ayat Al-Qur’an antara lain : Qs. Al-Qamar 49, Qs. At-Thalak: 3. Sifat sunnatullah yang kedua adalah tetap, maksudnya hukum Allah itu tidak pernah berubah sejak penciptaan alam semesta ini sampai `13 2 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id akhir zaman. Sifat ini dikemukakan dalam Al-Qur’an antara lain: Qs. Al-An’am : 115, Qs. AlIsra’: 77 dan Qs. Al-Fath: 32. Sifat sunnatullah yang ketiga adalah obyektif, yaitu bahwa hukum Allah itu berlaku kepada apa dan siapa saja ( universal ). Sifat ini tergambar dalam firman Allah Qs. Al-Ambiya: 105 yang menjelaskan bahwa alam semesta ini akan diwarisi oleh orang-orang yang shaleh. Shaleh artinya baik dan benar. Orang yang bekerja dan berkarya sesuai sunnatullah adalah orang yang baik dan benar.Kebenaran yang terdapat dalam sunnatullah adalah obyektif, berlaku untuk siapa saja dan di mana saja.Barang siapa yang mengikuti sunnatullah akan memperoleh kejayaan dalam kehidupannya. Sebaliknya orang yang mengingkari sunnatullah dalam bekerja dan berkarya maka dia tidak akan memperoleh keberhasilan dan kejayaan. Demikianlah alam semesta ini diciptakan Allah dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku baginya yang kemudian diserahkan kepada umat manusia untuk dikelola dan diambil manfaatnya guna kesejahteraan hidupnya. Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menegaskan bahwa alam semesta ini diciptakan untuk kepentingan manusia.Karena diantara ciptaan Allah manusialah makhluk yang tertinggi dan paling mulia, maka manusialah yang ditunjuk oleh Allah sebagai khalifah atau penguasa di muka bumi. Lihat : Qs.6: 165, Qs. 2: 30, Qs. 35: 39, Qs. 48: 62. Berbagai Persepsi Tentang Manusia Manusia adalah makhluk yang unik dan memiliki kekhasan yang tidak dimiliki makhlukmakhluk lainnya. Manusia menjadi subyek sekaligus obyek kajian dan penelitian oleh para filsup, ilmuwan maupun teolog. Mereka berusaha mencari jawaban tentang hakekat manusia, darimana asalnya, apa fungsi dan perannya dalam kehidupan serta kemana perjalanan manusia setelah kehidupan ini. Jawaban atas pertanyaan- pertanyaan tersebut sangat bergantung padaperspektif ilmu, filsafat maupun agama yang diyakininya. Tetapi ada satu kesamaan yang menyatukan berbagai keragaman pandangan tersebut yakni “ adanya sesuatu yang menjadikan manusia sebagai makhluk unik yang memiliki perbedaan dengan makhluk lainnya”. Keragaman pandangan tentang manusia dapat dilihat dari asumsi-asumsi para filsuf mupun ilmuwan. Dalam perspektif filsafat, Plato berasumsi bahwa manusia adalah makhluk berakal dan akal manusia berfungsi mengarahkan budi. Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah binatang yang berfikir. Akal adalah sifat yang dimiliki manusia yang dapat memisahkan watak tidak manusiawi. Dalam perspektif antropologi, manusia adalah primata yang paling sempurna badan dan akalnya, sehingga memungkinkan terjadinya perilaku yang beragam. `13 3 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam perspektif psikologi modern, ada tiga pemikiran yang diakui sebagai aliran psikologi humanistik. Pandangan manusia tentang manusia berbeda-beda. Behaviorisme yang dipelopori oleh Ivan Pavlov, John B Watson, B.F Skinner berpendapat bahwaq manusia adalah makhluk netral. Pada saat dilahirkan manusia tidak punya bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulasi yang diterima dari lingkungan sekitarnya. Aliran psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud berasumsi bahwa manusia adalah makhluk yang hidup atas dorongan-dorongan libido seksualnya yang memberi daya kesadaran terhadap realitas kehidupan dan super ego. Dalam pandangan psikologi humanistik, manusia pada dasrnya memiliki potensi yang baik dan kemampuan tidak terbatas serta memiliki otoritas atas kehidupannya. Manusia punya kualitas insani yang unik yaitu kemampuan abstraksi, daya analisis dan sintesis, imajinasi, kreativitas, kebebasan berkehendak, tanggung jawab, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan pribadi, humor, sikap etis dan estetika. Manusia Menurut Agama Islam Islam adalah dien universal mengatur seluruh hidup dan kehidupan manusia, memandang manusia dari berbagai dimensi secara komprehensif, dan menempatkan manusia dalam posisi sentral. Ia diciptakan sebagai makhluk yang punya perbedaan dan persamaan dengan makhluk lainnya, memiliki eksistensi dan martabat, juga diberi kebebasan di samping tanggung jawab sebagi abdillah maupun khalifah. Manusia diposisikan islam sebagai makhluk mulia, ketika ia dapat mengaktualisasikan potensinya, memperteguh eksistensinya. Mengoptimalkan potensi positif yang dimilikinya dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai abdillah dan khalifah. Sebaliknya, bila manusia justru mengaktualkan sisi-sisi negatifnya yang merupakan kelemahan manusia, dan tidak mampu menselaraskan kedua fungsi yang dimaksud maka dia akan menempati posisi paling rendah bahkan lebih hina dari binatang. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang dikatakan dalam Al-Qur’an sebagai makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai keunggulan dan kelebihan dibanding dengan makhluk ciptaan Allah lainnya. Diantara kelebihan-kelebihan manusia adalah : a. Manusia dijadikan sebagai khalifah alam semesta. Firman Allah dalam surat Al-Fathiir : 39 “ Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi. Barang siapa yang kafir, maka kekafirannya menimpa dirinya seniri. Lihat juga Qs.6: 165, Qs.35: 39. b. Manusia mempunyai kecenderungan dekat dengan Allah ( hanief ) sadar akan kehadiran Alah jauh di dasar sanubarinya. Firman Allah dalam surat Ar-Ruum ayat 30 mengatakan “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah ( tetaplah atas ) fitrah `13 4 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. c. Manusia memiliki kapasitas intelegensi yang leebih tingggi dibanding dengan makhluk Allah lainnya. Firman Allah surat Al-Baqarah ayat 31-32 : “ Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama segala benda kemudian mengemukakan kepada para malaikat seraya berkata: “ Sebutkanlah kepadaKu nama-nama benda itu jika kalian memang benar”. Mereka menjawab : Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.Sungguh Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman : “ Hai Adam beritahukan kepada mereka nama-nama benda itu”.Setelah Adam memberitahukan nama-nama benda tersebut kepada mereka, Allah berfirman : “ Bukankah sudah AKU katakan padamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”. d. Penciptaan manusia benar-benar telah diperhitungkan secara teliti, bukan suatu kebetulan.Karenanya manusia merupakan makhluk pilihan. Firman Allah Qs.20: 122 : “ Kemudian Tuhannya memilihnya, memerima tobatnya dan membimbingnya. e. Manusia bersifat bebas merdeka serta dikaruniai daya pilih ( ikhtiar ). Firman Allah Qs.76 : 2-3 : “Sesungguhnya Kami telah mnciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang hendak Kami uji ( dengan perintah dan larangan)> Karena itu Kami jadikan ia mendengar dan melihat, Kami telah membimbingnya kejalan yang lurus. Ada yang bersyukur adapula yang kafir”. f. Manusia dalam fitrahnya memiliki sekumpulan unsur surgawi yang luhur yang merupakan suatu senyawa antara lalam nyata dan metafisis antara rasa dan non rasa, antar jiwa dan raga. g. Manusia dikaruniai martabat yang mulia.Firman Allah Qs.17 : 70: “ Sesunguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di darat dan di lautan dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang telah Kami ciptakan “. h. Manusia memiliki kesadaran moral, mereka dapat membedakan yang baik dan yang buruk melalui inspirasi fitri yang ada pada mereka.Firman Allh Qs.9: 7-8 : “ Demi jiwa dan penyempurnaan ( ciptaanNya ) maka Allah telah mengilhamkan kedalam jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaannya. i. Manusia diciptakan Allah untuk beribadah. Firman Allah Qs.49: 56 : “ Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allah “. `13 5 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id j. Segala bentuk karunia duniawi diciptakan untuk kepentingan manusia. Karenanya manusia berhak memanfaatkan semua itu dengan cara yang hak dan sesuai dengan peraturan Allah. Selain keunggulan-keunggulan tersebut Al-Qur’an juga menyebutkan berbagai kelemahan dan kekurangan manusia, antara lain : Manusia adalah makhluk yang zalim dan bodoh (Qs.33:72), makhluk yang suka kufur nikmat (Qs.22:66 ), bersifat tergesa-gesa (Qs.17:11), bersifat kikir (Qs.17:100 ) dan suka membantah (Qs.18:54 ). Term yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk arti manusia da beberapa versi yaitu albasyar, al-Insan dan Bani Adam. Kata al-basyar mengacu kepada manusia dipandang dari pendekatan biologis atau lahiriyahnya. Manusia terdiri dari unsur materi sehingga menampilkan sosok dalam bentuk fisik materi. Ini menjadikan manusia tak jauh beda dengan makhluk biologis lainnya, maka kehidupan manusia terikat kepada kaidah prinsip kehidupan biologis seperti berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan dan kedewasaan. Proses dan fase perkembangan manusia sebagai makhluk biologis terdiri dari fase prenatal ( sebelum lahir ), dari mulai proses penciptaan manusia berawal sampai pembentukan fisik janin (lihat: Qs. AlMu’minun : 12-14), dan fase post natal (sesudah lahir), proses perkembangan dari bayi sampai usia lanjut ( lihat: Qs. Al-Ahqaf : 67 ). Dan sebagai akhir dari proses fisik ini, manusiapun mengalami mati. Pengertian pokok manusia yang disebut dengan insan biasanya menunjukkan kepada potensi yang dianugerahkan Allah kepada manusia yaitu potensi untuk tumbuh dan berkembang secara fisik dan juga mental spiritual. Perkembangan tersebut antara lain kemampuan untuk berbicara, menggunakan akalnya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan mewujudkan pengetahuan konseptualnya dalam kehidupan kongkret, kemampuan untuk mengenal Tuhan dsb. Singkatnya konsep al-insan ini mengacu kepada bagaimana manusia dapat memerankan dirinya menjadi sosok ilmuwan yang beriman dan berakhlak mulia secara utuh. Konsep ini diarahkan kepada upaya mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi. Dari kreativitasnya manusia dapat menghasilkan sejumlah kegiatan berupa pemikiran ( ilmu pengetahuan ) dan kesenian serta benda-benda ciptaan. Kemudian melalui kemampuan inovasinya, manusia dapat merekayasa penemuan-penemuan baru dalam berbagai bidang. Dengan demikian manusia dapat menjadikan dirinya sebagai makhluk yang berbudaya dan berperadaban. `13 6 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Konsep Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an. Proses penciptaan manusia di beberapa tempat dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa manusia berasal dari dua jenis, yaitu dari benda padat dan benda cair. Benda padat berbentuk tanah ( turab ) Qs.22: 5, tanah liat atau basah ( tin ) Qs.6:2, dan tembikar ( salsal ) Qs. 15:26. Sedangkan benda cair berbentuk air dan mani Qs.25: 54, Qs.86:6-7.. Kata tin sendiri dapat diartikan dengan tanah yang sudah bercampur dengan air atau tanah basah. Dalam surat As-Sajadah ( 32 ) : 7 disebutkan bahwa Allah pertama kali menciptakan manusia dari tanah basah, yang berarti yang dimaksudkan adalah Nabi Adam. Keturunannya, lanjut ayat tersebut diciptakan dari sari pati air yang aktif, yang kemudian disempurnakan dan lalu ditiup rohNya. Dari tin inilah yang akan menjadi nuthfah yang bagaimanapun juga tidak akan berujud tanpa adanya air. Dari sinilah tahap kejadian manusia berlanjut. Tahapan-tahapan kejadian manusia ini dijelaskan secara rinci dalam Qs. Al-Mu’minun : 12-14. Dari tanah, dimana saripati makanan tumbuh diatasnya, yang kemudian menjadi bahan makanan pokok bagi manusia untuk menghasilkan sel sperma dan ovum yang pada kelanjutannya menjadi nuthfah yaitu zigot sebagai hasil pembuahannya.Lihat juga Qs.16:4, Qs.75:37, Qs80:19,Qs.32:8, Qs.75:37-38, Qs.53:45-46 dan lain sebagainya. Dari nutfah berubah menjadi ‘alaqah ( segumpal darah ) yang menempel pada dinding rahim kemudian berubah menjadi mudhgah yang secara harfiah berarti daging sebesar yang biasa dikunyah. Dalam embriologi inilah yang dinamakan dengan embrio, yang terbentuk setelah enam mimggu pembuahan. Lalu embrio itu menjadi tulang yang terbungkus dalam daging ( fetus ) dan ini yterjadi setelah tiga bulan pembuahan. Itulah yang dimaksudkan dengan janin yang kemudian ditiupi roh dan menjadi makhluk bernyawa yang sangat berbeda dengan asalnya. Fase-fase sebagaimana tersebut di atas, dinyatakan pula di dalam sebuah hadits nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim. Hadits tersebut menceritakan bahwa setiap fase mengalami proses selama masing-masing 40 hari.Setelah terjadinya pembuahan antara sel sperma dan sel ovumdalam rahim berproses menjadi nuthfah selama 40 hari. Kemudian menjadi alaqah selama 40 hari dan menjadi mudghah selama 40 hari, selanjutnya ditiupkan olehNya roh serta perlengkapan manusia lainnya. Dari sini dapatlah dilihat perbedaan manusia dengan makhluk alamiyah lainnya, yakni setelah terbentuk Allah meniupkan rohnya sendiri kedalam diri manusia.Maka dapat disimpulkan bahwa penciptaan manusia dalam sunnatullahnya terdiri dari dua aspek pokok, yakni aspek materi ( jasmani ) dan aspek immateri ( ruhani ). `13 7 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Aspek materi adalah jasad atau jasmani manusia, yakni tubuh atau badan manusia. Abu Ishaq menjelaskan bahwa jasad adalah sesuatu yang tidak bisa berfikir dan tidak dapat dilepaskan dari pengertian bangkai. Abu Lais mengatakan bahwa makhluk yang berjasad adalah makhluk yang makan dan minum.Sedangkan Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa jisim atau jasad terdiri dari unsur-unsur materi yang pada suatu saat komponennya bisa rusak dan hancur, karenanya dia tidak memiliki sifat kekal. Jasad tidak memiliki daya sama sekali bila tidak ada ruh. Namun demikian, relitas jasad adalah realitas manusia yang signifikan. Tanpa adanya jasad tidak dapat dipahami adanya manusia, karena dengan jasadlah realitas dan eksistensi manusia dapat dilihat pada aktivitas ruang dan waktu. Aspek immaterial adalah rohaniah. Pengetahuan aspek rohaniah sifatnya abstrak dan tidak dapat direalitaskan. Ia hanya terlihat dari adanya aktivitas jasmaniah. Aspek ruhaniyah terbagi dalam beberapa bentuk yakni : 1. Al-ruh yaitu daya manusia untuk mengenal dirinya sendiri, mengenal Tuhannya dan mencapai ilmu pengetahuan sehingga dapat menentukan manusia berkepribadian, berakhlak mulia dan menjadi motivator serta penggerak bagi manusia dalam melaksanakan perintah Allah. 2. An-Nafs, yang berarti panas alami yang mengalir pada pembuluh-pembuluh nadi, otot dan saraf manusia. Ia sebagai tanda adanya kehidupan pada diri manusia. Dalam konteks ini an-Nafs diistilahkan dengan nyawa yang membedakan manusia dengan benda mati, tapi tidak membedakan dengan makhluk lainnya karena sama-sama mempunyai an-nafs seperti halnya hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun berbeda pada tingkat esensial antara al-nafs manusia sebagai makhluk yang paling mulia dengan makhluk lainnya. Al-Nafs dapat diartikan sebagai totalitas manusia, juga diartikan jiwa yang merupakan sisi dalam diri manusia sebagai wadah sekaligus penggerak tingkah laku. Sebagai wadah, nafs dapat menampung hal yang baik maupun buruk. Dan sebagai penggerak, nafs dapat melakukan perubahan-perubahan perilaku. Al-nafs terbagi menjadi dua yaitu: al-nafs alinsaniyat atau al-nafs al-malakiyat yang mendorong manusia melakukan perbuatan yang sesuai dengan perintah Allah. Ke dua al-nafs alhayawaniyat yang mendorong manusia melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah. Untuk itu diperlukan akal sebagai perantara atau penghubung antara kedua al-nafs di atas, sehingga nantinya akan timbul nilai kemanusiaan pada diri manusia sebagai perwujudan kelebihan manusia dibanding dengan makhluk Allah lainnya. 3. Akal dapat dipahami sebagai potensi ruhaniah manusia yang disiapkan untuk menerima ilmu pengetahuan. Al-Qur’an mengisyaratkan akal mengandung pengertian memahami, mengerti `13 8 dan berfikir.Banyak Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag ayat Al-Qur’an yang Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menyuruh manusia untuk menggunakan akalnya dengan perintah untuk bertafakkur. Allah mencela orang yang tidak mau menggunakan akalnya untuk berfikir tentang kebenaran, layaknya seperti binatang bahkan lebih sesat dari binatang. 4. Al-Qalb atau hati. Dari segi bahasa qalb berarti bolak-balik yang kemudian menjadi karakteristik hati yang tidak konsisten. Qalb itu ada dua macam, yaitu sepotong organ tubuh yang menjadi pusat peredaran darah, dan qalb yang merupakan sub sistem nafs yang menjadi pusat perasaan. Fungsi utama qalb adalah alat untuk memahami realitas metafisis dan nilai-nilai seperti yang tersebut dalam Qs. Al- A’raf : 179. Dalam kaitannya dengan masalah ruh, Al-Qur’an tidak memberikan penjelasan secara rinci. Allah berfirman dalam Qs.17: 85 : “ Katakanlah : “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberikan pengetahuan melainkan sedikit”. Firman Allah ini menunjukkan bahwa masalah ruh adalah urusan Tuhan sendiri dan akal manusia terlalu picik untuk memahami kenyataan yang ghaib mutlak itu. Meski begitu tidak berarti manusia tidak bisa mengetahui sama sekali tentang ruh. Hanya saja pengetahuan manusia tentang ruh sedikit sekali tentunya apabila dibandingkan dengan pengetahuan yang dimiliki Allah. Ayat-ayat lain dalam al-Quran yang membicarakan masalah ruh dapat dilihat antara lain dalam Qs.38:72, Qs.39:9, Qs.15:29 Qs.66: 12, Qs.21:91 dsb. Dari uarian singkat di atas dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa penciptaan manusia menurut agama islam terdiri dari dua substansi pokok,yaitu unsur materi dan unsur immaterial. Keduanya merupakan suatu sistem yang saling memiliki hubungan fungsional, satu sama lain saling bergantung, saling membutuhkan dan saling mempengaruhi dalam membentuk sebuah pribado manusia. Unsur material adalah tubuh atau jasad yang berasal dari tanah dan air.Tubuh punya daya, yakni daya fisik dan daya gerak. Unsur immaterial adalah ruh yang berasal dari alam ghaib. Ruh memiliki dua daya yaitu daya berfikir yang disebut akal dan berpusat di kepala dan daya rasa yang berpusat di kalbu. Eksistensi dan Martabat manusia Al-Qur’an menggambarkan eksistensi manusia sebagai makhluk pilihan Allah yang diangkat sebagai khalifah di bumi., ia dibekali Allah dengan berbagai potensi keunggulan atas alam semesta, dalam dirinya ditanamkan kecenderungan keyakinan terhadap Allah sebagai satusatunya Illah yang haq, manusia memiliki ilmu pengetahuan, memiliki moralitas, punya nilai estetika dsb. Manusia yang dapat mengaktualisasikan potensinya secara optimal akan sampai pada martabat insan kamil yaitu manusia sempurna. Kesempurnaan manusia menurut Muhammad Iqbal apabila ia mampu mengisi kehidupannya dengan akhlak ilahiyah, yaitu `13 9 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sifat-sifat ilahi yang ditumbuhkan pada diri manusia sehingga dapat menciptakan peradaban manusia di muka bumi dengan iman dan amal shalih. Al-Qur’an mengisyaratkan martabat insan kamil dengan manusia yang punya karakter ” Ulul Albab ” yaitu manusia yang di beri hikmah, kebijaksanaan dan pengetahuan secara empiris. Adapun karakter Ulul Albab seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an antar lain : a. Tidak takut pada siapapun kecuali Allah Qs.2 : 197 b. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu Qs. 3 :7 c. Senantiasa ber amar ma’ruf nahi mungkar Qs. 14 : 52 d. Senantiasa mendirikan shalat malam Qs.39 :9 e. Kritis dalam mendengarkan pembicaraan, pandai menimbang-nimbang pemikiran orang lain dan berusaha memilih alternatif terbaik Qs. 39 : 18 Tugas dan Tanggung Jawab Manusia Al-Qur’an menjelaskan bahwa disamping berkedudukan sebagai Abdillah, manusia juga berkedudukan sebagai khalifah fil Ardh. Kata Abd Allah mengandung arti abdi atau hamba Allah. Menurut M.Quraish Shihab, seluruh makhluk yang memiliki potensi berperasaan dan berkehendak adalah Abd Allah dalam arti dimiliki Allah. Kepemilikan Allah terhadap manusia merupakan kepemilikan mutlak dan sempurna. Dengan demikian, Abd Allah tidak dapat berdiri sendiri dalam kehidupan dan seluruh aktivitasnya dalam kehidupan. Selain itu, kata Abd juga dapat berarti ibadah. Kata Abd sendiri berasal dari akar kata abada yang artinya taat, tunduk dan patuh, berkembang menjadi taabud yang artinya beribadah yakni merendahkan diri dan bersujud kepada Allah. Manusia adalah ciptaan Allah, dan posisi manusia sebagai ciptaan (makhluk) dan Tuhan sebagai pencipta (Khalik) mempunyai konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada penciptannya ( Qs.51: 56-58 ). Dan ibadah itu sendiri hanya diperuntukkan kepada Allah semata (Qs.12: 40). Menurut Ja’far Ash.Shadiq pengabdian terhadap Allah baru dapat terwujud bila seseorang dapat memenuhi tiga hal: Pertama: Menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dimilikinya termasuk dirinya sendiri adalah milik Allah dan berada dalam kekuasaan Allah. Kedua: Menjadikan segala bentuk sikap dan aktivitasnya senantiasa mengarah kepada usaha untuk memenuhi perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Ketiga: Dalam mengambil keputusan senantiasa dikaitkan dengan restu dan izin Allah, tempat ia menghamba diri. `13 10 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Disamping berkedudukan sebagai Abd Allah, manusia juga berkedudukan sebagai khalifah. Kata al-Khalifah artinya orang yang menggantikan orang yang sebelumnya, berasal dari kata khalafa artinya menggantikan. Kata al-khalifah juga mengandung arti imarah yaitu kepemimpinan atau sulthan yaitu kekuasaan. Jadi khalifah artinya pengganti yang memegang kepemimpinan dan kekuasaan dari yang yang digantikan. Manusia menjadi khalifah fil ardh artinya menjadi wakil Allah di muka bumi ini yang memegang mandat Allah untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi ini. Sebelum manusia diciptakan, Allah telah mengemukakanrencana penciptaan tersebut kepada Malaikat seperti dalam firmanNya Qs.2: 30 : “ Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat bahwasanya Aku akan menciptakan khalifah di bumi…”.Dengan ayat ini Allah secara terbuka menyatakan manusia sebagai khalifah Allah fil ardh yang konsekuensinya adalah manusia memiliki tugas-tugas sebagai seorang khalifah. Dalam kapasitasnya sebagai khalifah inilah, manusia diberikan tanggung jawab untuk mengatur dan mengelola serta memelihara alam semesta ini.Semua diserahkan kepada manusia untuk dapat dipergunakan seluas-luasnya demi kesejahteraan hidup manusia. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia dan bersifat kreatif ini tidaklah mutlak, tetapi dibatasi oleh hukum-hukum Allah. Dan kelak tugas kekhalifannya ini akan dimintai pertanggung jawabannya dihadapan Allah sebagai pemberi mandat atau kekuasaan. Untuk dapat melaksanakan amanatnya sebagai khalifah, manusia diberi akal oleh Allah. Dengan mempergunakan akalnya manusia mengamati alam semesta, menghasilkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang benihnya telah disemaikan oleh Allah ketika Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama dengan mengajarkan nama-nama benda. Firman Allah Qs.2: 31 : “ Dan ketika Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama ( bendabenda ) seluruhnya, kemudia mengemukakannya kepada para malaikat seraya berfirman: “Sebutkanlah kepadaKu nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”. Dari uraian singkat di atas dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa manusia disamping berkedudukan sebagai Abdillah, ia juga sebagai khalifahfil ardh. Kedudukannya sebagai khalifah sekaligus sebagai abdillah bukanlah dua hal yang bertentangan, tetapi merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Kekhalifahannya adalah realisasi dari pengabdiannya kepada Allah yang menciptakannya. Fungsi dan peran manusia sebagai hamba dan khalifah merupakan amanah yang harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Di samping pertanggungjawaban pertanggungjawaban misi kekhalifahan kepada juga Allah diberikan mempercayakan amanat untuk tugas kepemimpinan. `13 11 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id selaku kepada pemberi mandat, masyarakat yang Kesimpulan Manusia pada hakekatnya adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki dimensi materi dan ruhani ( Ruh, aql, nafs, qalb dan basyirah ), memiliki fitrah beragama, memiliki fungsi dan peran sebagai Abdillah sekaligus Khalifah, dengan segala kelebihan dan kekurangan. Apabila manusia berhasil mengoptimalkan potensi yang dimilikinya ke arah kebaikan dan berhasil memainkan perannya secara seimbang, maka ia akan menduduki martabat insan kamil. Manusia harus bertanggung jawab atas fungsi, peran dan kedudukannya. `13 12 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Al-Qur’an & Terjemahan Departemen Agama RI; 1997 Murtadha Muthahari, Manusia dan Agama, Jakarta : Mizan 1985 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Jakarta : Mizan 1997 Nasruddin Razak, Dienul Islam. Bandung : al-Maarif 1989 Musa Asy’Arie, Manusia Pembentuk Kebudayaan Dalam Al-Qur’an. Yogyakarta : LESFI 1992 Sidi Gazalba, Ilmu Filsafat dan Islam Tentang Manusia dan Agama. Jakarta : Bulan Bintang 1978 `13 13 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id