Desentralisasi, otonomi Daerah, Pemerintahan daerah, dan tujuan

advertisement
Sentralisasi-Desentralisasi dalam
Sebuah Negara Bangsa
(Irfan Ridwan Maksum)
Negara Sebagai Organisasi
Negara dapat didekati dari berbagai macam sudut pandang.
Lokus pemerintahan daerah, dalam ilmu administrasi berada
dalam Negara sebagai sebuah organisasi.
Weber: Negara adalah organisasi teritorial yang memiliki
kekuasaan untuk memaksa.
JHA. Logemann: Negara adalah organisasi jabatan.
“Negara merupakan organisasi kekuasaan yang berdaulat
yang dengan tata pemerintahan melaksanaakan tata tertib
atas suatu umat di suatu daerah tertentu. Bagaimana
bentuk dan coraknya, negara selalu merupakan organisasi
kekuasaan. Organisasi kekuasaan ini selalu mempunyai
tata pemerintahan. Dan tata pemerintahan ini selalu
melaksanakan tata tertib atas suatu umat di daerah
tertentu.”
(Diponolo merujuk Hans Kelsen, Aristoteles, Jean Bodin,
woodrow Wilson, dll.)
Lanjutan
Untuk berjalan, sebagai sebuah organisasi,
negara menerapkan asas-asas pemerintahan:
• Sentralisasi
• Desentralisasi
• Dekonsentrasi
• Tugas pembantuan
Sentralisasi
• Negara, sebagai organisasi sejak lahir menganut atau
menyelenggarakan sentralisasi. Organisasi manapun sejak
lahir menyelenggarakan asas ini, bahkan sampai akhir
hayat.
• Merupakan asas pemerintahan yang utama dalam sebuah
organisasi negara bangsa.
• Setiap organisasi didirikan dengan sentralisasi terlebih
dahulu. La centralization merupakan prinsip utama dalam
organisasi dimana dalam organisasi harus ada satu sumber
utama penanggungjawab, arah, komando, dan sumber
kekuasaan.
• Sejak Proklamasi 17/8/45 terjadi gerak sentralisasi Negara
Kesatuan RI pertama kali sebagai sebuah organisasi negara
bangsa.
lanjutan
Sentralisasi berarti:
A. Konsep Statis, sentralisasi merupakan suatu keadaan
dalam organisasi dimana proses pengambilan
kebijakan dan pelaksanaannya berlangsung di
puncak hirarki organisasi. (Hans Kelsen, general
theory of State and Law).
B. Konsep Dinamis, sentralisasi merupakan proses
pemusatan kekuasaan pada lokus tertentu. Sebagai
organisasi, negara bisa sejak awal terpusat, bisa juga
terjadi pemusatan terhadap kekausaan yang sudah
tersebar (ditarik) ke lokus tertentu.
Yang selalu ditentang adalah konsep yang ke-2 dan biasa
terjadi pada pemeirntahan yang otoriter atau
militeristik.
lanjutan
Konsep di atas berimplikasi:
1. Fungsi sentralisasi adalah terdapatnya hukum yang
berlaku nasional/ keseragaman kebijakan.
2. Terdapatnya lembaga yang bekerja untuk kepentingan
nasional yang cakupan (yurisdiksinya) nasional
3. Pengambilan keputusan dilakukan pada pucuk organisasi
dan dilaksanakan oleh unsur pucuk organisasi secara
langsung.
4. Secara geografi, pengambilan keputusan di lakukan di
pusat pemerintahan dan dilaksanakan oleh elemen di
pusat pemerintahan tersebut secara langsung.
lanjutan
•
Siapa yang mengimplementasikan kebijakan
Nasional agar efektif di seluruh pelosok wilayah
negara?
• Sistem tersebut tidak dapat bertahan dengan
kondisi:
1. Negara bangsa yang sangat luas
2. Negara bangsa yang jumlah penduduknya sangat
besar: heterogen, multi kultur.
3. Negara bangsa yang kompleksitas masalahnya
sudah besar
DEKONSENTRASI
• Karena ketidak mampuan sentralisasi, negara dapat
menerapkan asas dekonsentrasi.
A. Konsep Statis, suatu keadaan dalam organisasi negara
proses pengambilan kebijakan berada di puncak hirqarki
organisasi, tetapi proses pelaksanaan kebijakan tersebar di
luar puncak hirarki organisasi atau tersebar di seluruh
pelosok wilayah negara.
B. Konsep dinamis, suatu proses penyebaran kekuasaan
(wewenang) untuk mengimplementasikan kebijakan di
luar puncak organisasi atau di seluruh pelosok wilayah
negara.
lanjutan
Implikasi konsep di atas:
• Fungsinya sama dengan sentralisasi.
• Hukum nasional tetap efektif melalui aparatus pemerintah
pusat yang ada di daerah.
• Pengambilan keputusan tetap berada di pucuk pimpinan
organisasi, pelaksanaannya dilakukan oleh elemen di luar
pucuk pimpinan organisasi.
• Secara geografi, pengambilan keputusan tetap berada di
pusat pemerintahan, tetapi pelaksanaan keputusan
dilimpahkan kepada aparatusnya di daerah.
• Tercipta administrasi lapangan (field administration).
lanjutan
• HENRY MADDICK
• “The delegation of authority adequate for the
discharge of specified functions to staff of central
department who are situated outside the
headquarter.”
• Hoessein:
• “Pelimpahan wewenang tertentu dari Pemerintah
(pusat) kepada aparaturnya di Daerah (yang
berada di daerah).”
Desentralisasi
• Lemahnya dekonsentrasi beriringan dengan
persoalan kompleksitas negara bangsa dan
pluralitas masyarakatnya.
• Luasnya geografi menambah rumit fakta
tersebut.
• Negara dapat menerapkan asas
desentralisasi.
• Desentralisasi melahirkan otonomi daerah
dan adanya daerah otonom.
Lanjutan
A. Konsep Statis, Suatu keadaan dalam organisasi
di mana pengambilan kebijakan dan
pelaksanaannya tersebar di sleuruh pelosok
wilayah negara (di luar puncak hirarki
organisasi).
B. Konsep dinamik, proses penyebaran kekuasaan
atau kewenangan untuk membuat kebijakan dan
melaksanakan kebijakan di luar puncak hirarki
organisasi negara atau di seluruh pelosok
wilayah negara.
Lanjutan
Dari Konsep di atas:
• Fungsi Desentralisasi adalah menciptakan hukumhukum yang berlaku lokal (hukum lokal) atau
menciptakan keanekaragaman kebijakan dan
pelaksanaannya sesuai dengan karakter
masyarakatnya.
• Pengambilan keputusan dilakukan oleh elemen di luar
pucuk organisasi, dan dilaksanakan sendiri
dipertanggungjawabkan sendiri kepada masyarakat di
wilayahnya.
• Secara geografi, pengambilan keputusan dilakukan di
daerah dan dilaksanakan oleh unsur daerah sendiri
dipertanggungjawabkan kepada masyarakatnya.
• Maka lahir pemerintahan daerah dalam sebuah negara
bangsa.
lanjutan
• Yang diserahi wewenang dalam desentralisasi adalah local
goevernment atau daerah otonom (---bahasa Indonesia).
1. Local ---Masyarakat setempat
2. Government– activities/ function---pemerintahan.
• Yang diserahkan adalah wewenang Pemerintahan
(eksekutif) nasional kepada daerah otonom.
• Tidak ada penyerahan wewenang di luar eksekutif
nasional.
• “Decentralization can not take place without
centralization”
• Dalam daerah otonom timbul lembaga-lembaga
pemerintahan untuk menjalankan otonominya.
lanjutan
• Rasional desentralisasi dan pemerintahan daerah
sebagai alat pelaksanaan otonomi daerah
dikembangkan di Indonesia menurut catatan para
ahli terutama karena (1) adanya fakta sejarah dan
amanat peraturan perundangan, (2) visi the
founding fathers terhadap demokratisasi
penyelenggaraan pemerintahan, dan (3) adanya
kebutuhan sosial-ekonomi-politik berkaitan
dengan luas wilayah secara geografis dan
demografis.
• Menjadi suatu keniscayaan penyelenggaraan
pemerintahan daerah di Indonesia.
Henry Maddick (1963)
“The legal conferring of powers
to discharge specified or residual
functions upon formally
constituted local authorities”
Dennis A. Rondinelli, John R. Nellis
dan G. Shabbir Cheema (1983)
“The creation or strengthening financially or legally - of subnational units of government, the
activities of which are substantially
outside the direct control of central
government”
Prof. Bhenyamin Hoessein (2003)
“Pada
hakekatnya
desentralisasi
adalah
mengotonomikan suatu masyarakat yang berada
dalam teritorial tertentu. Sesuai dengan arahan
konstitusi, pengotonomian tersebut dilakukan dengan
menjadikan masyarakat tersebut sebagai provinsi,
kabupaten dan kota.
Disamping itu desentralisasi juga merupakan
penyerahan atau pengakuan urusan pemerintahan
bagi provinsi, kabupaten dan kota. Dalam kerangka
hukum selama ini pengertian desentralisasi hanya
menonjolkan aspek penyerahan urusan pemerintahan
saja.
Oleh karena itu, pasal yang mengatur syarat-syarat
pembentukan daerah otonom dalam UU Pemerintahan
Daerah terasa ganjil, tidak berpijak pada pemikiran
yang secara konseptual utuh.”
Desentralisasi dan Dekonsentrasi
DESENTRALISASI
1. Transfer of authority
2. policy making and policy executing
3. yang diserahi adalah satuan politik atas
dasar wilayah—masyarakat hukum yang
disebut sebagai daerah otonom.
4. munculnya lembaga representative di
tingkat lokal dengan pemilihan (election
system)
5. wilayahnya dibentuk dalam jangkauan
yurisdiksi tertentu
6. Terdapat otonomi karena adanya
penyerahan wewenang pengambilan
kebijakan dan pelaksanaan
7. Keputusan pejabat dalam pemerintahan
daerah tidak dapat langsung dibatalkan
oleh Pemerintah Pusat.
8. Hubungan yang terjadi antara Pemerintah
Pusat dan daerah otonom adalah hubungan
antar Organisasi
DEKONSENTRASI
1. delegation of authority
2. policy executing authority only
3. yang diserahi adalah pejabat pusat
ditempatkan di pelosok tanah air.
4. munculnya aparat pusat di pelosok tanah
air yang dilakukan dengan penunjukan
(appointment system)
5. aparat pusat tersebut memiliki wilayah
kerja dengan jangkauan yurisdiksi
tertentu
6. Wilayahnya disebut wilayah administrasi
7. Keputusan pejabat lokal dapat ditiadakan
atau dibatalkan oleh pejabat atasannya.
8. Hubungan yang terjadi antara Pejabat
yang tersebar di pelosok tanah air
dengan atasannya adalah hubungan intra
organisasi
Lanjutan
• Desentralisasi membawa implikasi adanya
otonomi bagi penyelenggaraan pemerintahan
dalam lingkup kepentingan masyarakat di tingkat
lokal.
• Di Indonesia dikenal adanya konsep otonomi
daerah dan daerah otonom.
• Yang harus diketahui adalah bahwa desentralisasi
memancar dari kekuasaan eksekutif (Pemerintah).
• Oleh karana itu, selalu terdapat hubungan antara
sentralisasi dan desentralisasi sehingga bersifat
kontinum.
Lanjutan
• Profesor Bhenyamin Hoessein, Guru
Besar FISIP-UI mengatakan bahwa
secara implisit perancang konstitusi
Indonesia mengakui keberadaan
sentralisasi dan desentralisasi tidak
dipandang sebagai dikotomi,
melainkan sebagai kontinum
Lanjutan
• “Such Theory has led to the idea of centralizationdecentralization continuum, which is really an attempt
to describe the power relationships among the various
participants in the systems. First, however, it is
important to examine some of the assumptions of the
continuum and to consider the extent to which they
limit its usefulness and applicability. The continuum
assumes that there is a certain quantum of power within
an organization that can be distributed in differing
ways; and it does not account for the fact, now rather
well documented, that power is highly variable. The
addition of power at one level of hierarchy does not at
all mean the automatic withdrawal of power at
another.”
• (SHERWOOD, Frank P.)
Tugas Pembantuan (Hoessein: 2007)
• Tugas pembantuan merupakan asas yang
diwariskan oleh Hukum Tata Negara Hindia
Belanda. Dalam Hukum Tata Negara Hindia
Belanda tugas pembantuan disebut
medebewind yang pengaturannya tertuang
dalan UU Desentralisasi 1903 atau secara
lengkap Wethoutdende Decentralisatie van
het Bestuur in Nederlandsch-Indie
(S.1903/329).
lanjutan
• Medebewind dalam Hukum Tata Negara Hindia Belanda
diadopsi dari Hukum Tata Negara Belanda. Di Belanda
semula dipakai istilah zelfbestuur untuk medebewind.
Namun apabila istilah zelfbestuur diterjemahkan dalam
bahasa Inggris menjadi self government, maka istilah
tersebut merupakan padanan autonomy. Oleh karena itu
kemudian dipakai istilah medebewind (Kleintjes: 1929). Di
Hindia Belanda pun istilah zelfbestuur tidak lagi dipakai,
karena istilah tersebut telah dipakai untuk menyebut daerah
swapraja seperti yang dapat dibaca pada penjelasan pasal
18 UUD 1945 zelfbestuurende landschappen (Soetardjo
Kertohadikusumo: 1957)
lanjutan
• Disamping medebewind, di Belanda terdapat
istilah medebestuur. Medebewind adalah
kewajiban daerah otonom untuk menjalankan
peraturan perundang-undangan pusat atas
penugasan dari Pemerintah dengan jalan
mengadakan peraturan daerah guna menyesuaikan
peraturan perundang-undangan pusat dengan
kondisi daerah otonom tersebut. Sementara dalam
medebestuur daerah otonom tidak diwajibkan
mengadakan peraturan pengkhususan tersebut
(Danuredjo:1967).
lanjutan
• Sementara menurut Kleintjes (1929)
medebewind berarti ikut sertanya daerah
otonom dalam pengaturan dan pelaksanaan
materi yang menjadi kompetensi badanbadan hukum yang lebih tinggi, sedangkan
medebestuur berarti ikut sertanya daerah
otonom dalam pelaksanaan perundangundangan badan hukum yang lebih tinggi.
lanjutan
• Dalam kaitannya dengan medebewind Soemarsono
(1956) menengarahi tiga indikator: (1) materi yang
dilaksanakan tidak masuk rumah tangga daerah
otonom yang melaksanakannya. (2) dalam
pelaksanaan tersebut daerah otonom mempunyai
kelonggaran untuk menyesuaikan dengan
kekhususan daerah otonomnya, sepanjang
peraturan yang dilaksanakan membuka
kemungkinan untuk itu. (3) yang dapat ditugasi
medebewind hanya daerah otonom saja.
Download