Draft 12 Desember 2004 BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. PERMASALAHAN Belum optimalnya proses desentralisasi dan otonomi daerah yang disebabkan oleh perbedaan persepsi para pelaku pembangunan terhadap kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Persepsi yang belum sama antar para pelaku pembangunan baik di jajaran pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan para pelaku pembangunan lainnya telah menimbulkan berbagai permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan, yang pada akhirnya mengakibatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat belum meningkat secara nyata sebagaimana diharapkan. Belum jelasnya pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kewenangan daerah masih banyak yang belum didesentralisasikan karena peraturan dan perundangan sektoral yang masih belum disesuaikan dengan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini mengakibatkan berbagai permasalahan, yaitu antara lain dalam hal kewenangan, pengelolaan APBD, pengelolaan suatu kawasan tertentu, hubungan eksekutif dan legislatif daerah, pengaturan pembagian hasil sumberdaya alam dan pajak, dan lainnya. Selain itu juga menimbulkan tumpang tindih kewenangan antar pusat, provinsi dan daerah yang mengakibatkan berbagai permasalahan dan konflik antar berbagai pihak dalam pelaksanaan suatu aturan, misalnya tentang pendidikan, tenaga kerja, pekerjaan umum, pertanahan, penanaman modal, serta kehutanan dan pertambangan. Masih rendahnya kapasitas pemerintah daerah. Kapasitas pemerintah daerah pada umumnya masih rendah yang ditandai oleh (1) masih terbatasnya ketersediaan sumber daya manusia aparatur baik jumlah maupun yang profesional, (2) masih terbatasnya ketersediaan sumber-sumber pembiayaan yang memadai, baik yang berasal dari kemampuan daerah itu sendiri (internal) maupun sumber dana dari luar daerah (eksternal) dan terbatasnya kemampuan pengelolaannya; (3) belum tersusunnya kelembagaan yang efektif; (4) belum terbangunnya sistem dan regulasi tentang aparatur pemerintah daerah yang jelas dan tegas; (5) kurangnya kreativitas dan partisipasi masyarakat (termasuk anggota dewan perwakilan rakyat daerah) dalam pelaksanaan pembangunan secara lebih kritis dan rasional. Lemahnya peran Gubernur dalam koordinasi antar daerah. Pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dalam hampir 4 (empat) tahun terakhir ini telah memperluas rentang kendali dan menyulitkan koordinasi. Hal ini terjadi karena disebutkan bahwa tidak ada hirarki pemerintahan antara provinsi dan daerah yang dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah Provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di daerah mengalami kesulitan dalam melaksanakan koordinasi antar daerah kabupaten dan kota di wilayahnya. Seringkali hasilhasil pembangunan maupun penyelenggaraan pemerintahan tidak dilaporkan kepada Bagian III.14 – 1 Draft 12 Desember 2004 Gubernur. Pemerintah daerah seringkali tidak mengikutsertakan pemerintah provinsi dalam koordinasi dengan Pemerintah Pusat. Berbagai hal tersebut berpotensi menimbulkan ketidakefisienan dan ketidakefektifan pemanfaatan sumber daya. Pembentukan daerah otonom baru (pemekaran wilayah) yang masih belum sesuai dengan tujuannya. Ketertinggalan pembangunan suatu wilayah karena rentang kendali pemerintahan yang sangat luas dan kurangnya perhatian pemerintah dalam penyediaan pelayanan publik sering menjadi alasan untuk pengusulan pembentukan daerah otonom baru sebagai solusinya. Namun demikian, dalam pelaksanaannya proses pembentukan daerah otonom baru lebih banyak mempertimbangkan aspek politis, kemauan sebagian kecil elite daerah, dan belum mempertimbangkan aspek-aspek lain selain yang disyaratkan melalui Peraturan Pemerintah yang ada. Selain itu, terbentuknya daerah otonom baru setiap tahunnya akan membebani anggaran negara karena meningkatnya belanja daerah untuk keperluan penyusunan kelembagaan dan anggaran rutinnya sehingga pembangunan di daerah otonom lama (induk) dan baru tidak mengalami percepatan pembangunan yang berarti. Pelayanan publik yang semestinya meningkat setelah adanya pembentukan daerah otonom baru (pemekaran wilayah), tidak dirasakan oleh masyarakatnya, bahkan di beberapa daerah kondisinya tetap seperti semula. Masih rendahnya kerjasama antar daerah dalam penyediaan pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kewenangan yang besar dalam pelayanan masyarakat belum diiringi dengan pelaksanaan yang baik terutama pelayanan masyarakat di wilayah terpencil yang berbatasan antar daerah. Belum banyak kerjasama antar daerah yang dilaksanakan dalam penyediaan pelayanan publik terutama di daerah-daerah perbatasan antar kota, antar daerah, antar provinsi dan antar negara. Perhatian pemerintah daerah lebih banyak ditujukan bagi kepentingan prioritas wilayahnya masing-masing yang mengakibatkan terabaikannya kesejahteraan masyarakat di daerah perbatasan tersebut. B. SASARAN Terselenggaranya otonomi daerah dan kepemerintahan daerah yang baik demi peningkatan pelayanan masyarakat yang dilakukan melalui: 1. Peningkatan kapasitas pengelolaan sumberdaya aparatur pemerintah daerah yang profesional dan kompeten; 2. Pengembangan kelembagaan yang efektif, efisien, dan akuntabel; 3. Pengelolaan sumber dana dan pembiayaan pembangunan secara transparan, akuntabel, dan profesional; 4. Dukungan peraturan perundang-undangan yang sinkron dan harmonis; 5. Peningkatan kerjasama antar daerah; 6. Penataan pemerintahan daerah. C. ARAH KEBIJAKAN Revitalisasi desentralisasi dan otonomi daerah diarahkan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan rakyat dalam hal pelayanan masyarakat, penyelenggaraan otonomi daerah, dan pemerintahan daerah yang baik yang dilaksanakan melalui kebijakan: 1. Memperjelas pembagian kewenangan antar tingkat pemerintahan baik kewenangan mengenai tugas dan tanggung jawab maupun mengenai penggalian sumber dana Bagian III.14 – 2 Draft 12 Desember 2004 2. 3. 4. 5. 6. dan pembiayaan pembangunan yang didukung oleh semangat desentralisasi dan otonomi daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; Meningkatkan kualitas aparatur pemerintah daerah melalui pengelolaan sumberdaya manusia pemerintah daerah berdasarkan standar kompetensi; Menata kelembagaan pemerintah daerah yang efisien dan efektif, dan menata hubungan kerja antara eksekutif dan legislatif, provinsi, maupun kabupaten dan kota; Meningkatkan kapasitas keuangan pemerintah daerah, termasuk pengelolaan keuangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme, sehingga tersedia sumber dana dan pembiayaan yang memadai bagi kegiatan pelayanan masyarakat dan pelaksanaan pembangunan di daerah, Meningkatkan kerjasama antar daerah serta peran pemerintah provinsi; Menata daerah otonom. D. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN Program yang akan ditempuh dalam revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah adalah: 1. PROGRAM PENATAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH MENGENAI Program ini ditujukan untuk: (1) meningkatkan sinkronisasi dan harmonisasi berbagai peraturan perundangan-undangan yang menyangkut hubungan pusat dan daerah, serta pelaksanaan otonomi daerah termasuk peraturan perundang-undangan daerah; (2) menyusun berbagai peraturan perundang-undangan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah; dan (3) meningkatkan harmonisasi undang-undang sektoral dengan undang-undang pemerintahan daerah. Kegiatan pokok yang akan dilakukan adalah: 1. Sosialisasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 2. Penyesuaian berbagai peraturan perundangan-undangan yang menyangkut hubungan pusat dan daerah termasuk peraturan perundang-undangan sektoral sehingga menjadi harmonis; 3. Penyesuaian peraturan perundang-undangan daerah sehingga menjadi sinkron dengan peraturan perundang-undangan di atasnya; serta 4. Penyusunan, termasuk sosialisasi dan implementasi, berbagai peraturan pelaksanaan perundang-undangan dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional khususnya yang terkait dengan sistem perencanaan pembangunan di daerah. Bagian III.14 – 3 Draft 12 Desember 2004 2. PROGRAM PENINGKATAN PROFESIONALISME APARAT PEMERINTAH DAERAH Program ini ditujukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kapasitas aparat pemerintah daerah dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat, penyelenggaraan otonomi daerah, dan penciptaan pemerintahan daerah yang baik. Kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam rangka peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah meliputi: 1. Penyusunan peraturan perundang-undangan daerah, pedoman dan standar kompetensi sumberdaya manusia aparatur pemerintah daerah; 2. Penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya manusia aparatur pemerintah daerah termasuk sistem rekruitmen, dan pola karir; serta 3. Fasilitasi pengembangan kapasitas sumberdaya manusia aparatur pemerintah daerah dengan prioritas pada upaya peningkatan pelayanan publik, pengembangan ekonomi lokal, keuangan daerah, dan investasi. 3. PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH Program ini ditujukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat, penyelenggaraan otonomi daerah, dan penciptaan pemerintahan daerah yang baik. Kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah meliputi: 1. Penataan kelembagaan pemerintahan daerah agar sesuai dengan beban pelayanan kepada masyarakat; 2. Peningkatan kinerja kelembagaan daerah berdasarkan prinsip-prinsip organisasi modern dan berorientasi pelayanan masyarakat; 3. Penyusunan pedoman hubungan eksekutif dan legislatif daerah; 4. Penguatan pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas dalam rangka Mendukung Desentralisasi; 5. Peningkatan peran lembaga non-pemerintah dan masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan pada tingkat provinsi, dan kabupaten/kota melalui penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance); serta 6. Pengkajian dan pelatihan kapasitas daerah dalam pengelolaan kewenangan daerah, standar pelayanan minimum, dan sistem informasi pelayanan masyarakat. 4. PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Program ini ditujukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kapasitas keuangan pemerintah daerah dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat, penyelenggaraan otonomi daerah, dan penciptaan pemerintahan daerah yang baik. Kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam rangka peningkatan kapasitas keuangan pemerintah daerah meliputi: 1. Peningkatan efektivitas dan optimalisasi sumber-sumber penerimaan daerah yang berkeadilan; Bagian III.14 – 4 Draft 12 Desember 2004 2. Peningkatan efisiensi, efektivitas dan prioritas alokasi belanja daerah secara proporsional; serta 3. Pengembangan transparansi dan akuntabilitas, serta profesionalisme pengelolaan keuangan daerah. 5. PROGRAM PENINGKATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH Program ini ditujukan untuk meningkatkan kerja sama antar daerah dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat terutama di wilayah perbatasan antar daerah. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah: peningkatan peran pemerintah provinsi untuk mendorong, memfasilitasi, dan membantu pemerintah kabupaten/kota di wilayahnya untuk saling bekerjasama terutama pada pembangunan pelayanan masyarakat di wilayah perbatasan antar daerah. 6. PROGRAM PENATAAN DAERAH OTONOM Program ini ditujukan untuk menata pembentukan daerah otonom baru atau penggabungan daerah otonom dalam rangka meningkatkan pelayanan masyarakat. Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain adalah: mengkaji upaya peningkatan pelayanan masyarakat melalui pembentukan daerah otonom baru dan atau penggabungan daerah otonom. Bagian III.14 – 5