sumber hukum dan perubahan politik hukum

advertisement
SUMBER HUKUM DAN PERUBAHAN
POLITIK HUKUM PENGATURAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Level Kompetensi V
Indah Dwi Qurbani, SH, MH
Politik Hukum
• Politik hukum adalah persoalan pencapaian tujuan. Ada tujuantujuan (ideal) yang diembankan dan dilekatkan pada hukum untuk
diwujudkan. Faktor tujuan ideal itulah yang merupakan poros dari
politik hukum. Maka ia berbeda sama sekali dengan ‘hukum dan
politik’ yang lebih terfokus pada interplay antara hukum dan
politik. Politik hukum berbicara tentang perwujudan tujuantujuan ideal. Sedangkan hukum dan politik berurusan dengan real
politik dan hukum dalam arti saling tindak antara politik dan
hukum.
• Dalam politik hukum dipertanyakan; (i). Tujuan (ideal) apa yang
hendak dicapai dengan sistem hukum yang ada? (ii). Cara-cara apa
yang paling baik untuk dipakai mencapai tujuan itu? (iii).
Konfigurasi hukum yang bagaimanakah yang efektif mewujudkan
tujuan tersebut? Karena itu, doktrin-doktrin mengenai tujuan
hukum (dalam filsafat hukum) menjadi sangat esensial bagi politik
hukum. Secara historis dari jaman klasik hingga abad ke-20,
tercatat tujuan dan fungsi (ideal) dari hukum.
• perkembangan hukum yang dibangun, mencakup ius constitutum
dan ius constituendum.
Kerangka Dasar Politik Hukum
Nasional
•
•
•
•
•
Politik hukum nasional harus selalu mengarah pada cita-cita bangsa yakni masyarakat yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila.
Politik hukum nasional harus ditujukan untuk mencapai tujuan negara yakni: 1). Melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. 2). Memajukan kesejahteraan umum. 3).
Mencerdaskan kehidupan bangsa. 4). Melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Politik hukum nasional harus dipandu oleh nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara yakni: 1).
Berbasis moral agama. 2). Menghargai dan melindungi hak-hak asasi manusia tanpa diskriminasi.
3). Mempersatukan seluruh unsur bangsa dengan semua ikatan primordialnya. 4). Meletakkan
kekuasaan di bawah kekuasaan rakyat. 5). Membangun keadilan sosial.
Politik hukum nasional harus dipandu oleh keharusan untuk: 1). Melindungi semua unsur bangsa
demi integrasi atau keutuhan bangsa. 2). Mewujudkan keadilan sosial dalam ekonomi dan
kemasyarakatan. 3). Mewujudkan demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (kedaulatan
hukum). 4). Menciptakan toleransi hidup beragama berdasar keadaban dan kemanusiaan.
Untuk meraih cita dan mencapai tujuan dengan landasan dan panduan tersebut maka sistem
hukum nasional yang harus dibangun adalah sistem hukum Pancasila yakni sistem hukum yang
mengambil atau memadukan berbagai nilai kepentingan,nilai sosial dan konsep keadilan ke
dalam satu ikatan hukum prismatik dengan mengambil unsur-unsur baiknya. Sistem hukum yang
demikian mempertemukan unsur-unsur baik dari tiga sistem nilai dan meletakkannya dalam
hubungan keseimbangan, yakni: 1). Keseimbangan antara individualisme dan kolektivisme. 2).
Keseimbangan antara rechtsstaat dan the rule of law. 3). Keseimbangan antara hukum sebagai
alat untuk memajukan dan hukum sebagai cermin nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat.
Pendahuluan
1. Mengkritisi kebijakan
2. Melihat dan mengkritisi politik hukumnya
3. Melihat dan mengkritisi implikasinya
Desentralisatie Wet 1903
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945
Tentang Peraturan Mengenai Kedudukan
Komite Nasional Daerah
Periode 1945-1959
Konfigurasi hukum demokratis
Tekanan pola hubungan kekuasaan otonomi luas
desentralisasi
Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1948
Tentang Pemerintahan Daerah
Periode 1945-1959
Konfigurasi hukum demokratis
Tekanan pola hubungan kekuasaan otonomi luas
desentralisasi
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957
Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah
Periode 1945-1959
Konfigurasi hukum demokratis
Tekanan pola hubungan kekuasaan otonomi luas
desentralisasi
PENPRES Nomor 6 Tahun 1959
tentang Pemerintah Daerah
Periode 1956-1966
Konfigurasi hukum otoriter
Tekanan pola hubungan kekuasaan sentralistik
dekonsentrasi
Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1965
Tentang pokok-pokok pemerintahan daerah
Periode 1956-1966
Konfigurasi hukum otoriter
Tekanan pola hubungan kekuasaan sentralistik
dekonsentrasi
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974
Tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah
Periode 1971-1998
Konfigurasi hukum otoriter
Tekanan pola hubungan kekuasaan sentralistik
dekonsentrasi
Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999
Tentang pemerintahan daerah
Periode 1998-1999
Konfigurasi hukum menuju demokratis
Tekanan pola hubungan kekuasaan menuju
otonomi luas
UU No. 32 Tahun 2004
Bagaimana politik hukum UU No. 32 Tahun 2004
menurut saudara ?
Download