I. Perkembangan Fisik

advertisement
Matakuliah
Tahun
: L0142/Psikologi Perkembangan
: 2007
Periode Kanak-Kanak Pertengahan
(Middle Childhood)
Pertemuan 8
Tujuan Pembelajaran
•
Mahasiswa dapat menghubungkan aspek
perkembangan fisik, kognitif, psikososial dengan issue
yang terkait pada periode kanak-kanak pertengahan
(middle childhood).
3
Bina Nusantara
Materi Pembelajaran
• Perkembangan fisik pada periode middle childhood
• Perkembangan kognitif pada periode middle childhood
• Perkembangan psikososial pada periode middle
childhood
4
Bina Nusantara
I. Perkembangan Fisik
• Aspek dalam perkembangan fisik anak :
1. Pertumbuhan
Pada tahap ini pertumbuhan nampak lambat. Meskipun
perubahan tidak nampak dengan nyata, tetap adanya
perbedaan saat berusia 6 tahun mereka yang masih
kecil akan mulai menyerupai orang dewasa saat
berusia 11 tahun.
2. Gizi dan Tidur
Untuk mendukung pertumbuhannya dan tenaganya,
serta kebutuhan masa sekolah, anak membutuhkan
2.400 kalori per hari. Kebutuhan tidur menurun dari 11
jam sehari diusia 5 tahun menjadi 10 jam sehari diusia
9 tahun, dan 9 jam sehari diusia 13 tahun.
Bina Nusantara
3. Perkembangan Motor
• Perkembangan keterampilan motor terus berlanjut pada
tahap ini. Lihat table 9-1 hlm. 318 buku Human
Development mengenai keterampilan motor yang
dikuasai oleh anak pada periode middle childhood.
• Anak laki-laki melakukan permainan fisik, sementara
anak perempuan melibatkan ekspresi verbal atau
menghitung dengan keras.
• Permainan yang dimainkan anak pada saat istirahat
adalah rough and tumble play – beragam permainan
yang meliputi bergulat, memukul, dan mengejar,
seringkali disertai dengan teriakan dan tertawa.
Bina Nusantara
• Setelah permainan rough and tumble play, anak mulai
bermain dengan permainan yang menggunakan aturan
dan beberapa diantaranya mengikuti olahraga orang
dewasa.
Bina Nusantara
II. Perkembangan Kognitif
A. Pendekatan Piagetian
• Anak berada pada tahap concrete operations, dimana
mereka menggunakan operasi mental seperti
penalaran, memecahkan masalah yang kongkrit atau
aktual.
• Beberapa kemampuan kognitif yang dimiliki anak
adalah :
1. Berpikir Spasial  anak mampu menggunakan peta
untuk mencari benda yang disembunyikan atau
memberikan petunjuk pada orang lain untuk
menemukan benda tersebut.
Bina Nusantara
2. Sebab-Akibat yang berkaitan dengan jumlah benda,
bukan warna, atau posisi benda.
3. Kategorisasi kemampuan ini membuat anak dapat
berpikir secara logis.
4. Seriation & Transitive Inference  Anak dapat
memahami seriation – mengurutkan benda berdasarkan
1 atau lebih dimensi; transitive inference – kemampuan
untuk memahami hubungan antara 2 benda dengan
mengetahui hubungan benda ketiga. Dalam hal ini ada
kapasitas class inclusion pada anak – kemampuan
untuk melihat hubungan antara keseluruhan dengan
bagiannya.
Bina Nusantara
5. Penalaran induktif dan deduktif  Piaget meyakini
bahwa tahap concrete operational ini hanya
menggunakan penalaran induktif saja. Sementara
penalaran deduktif baru berkembang ketika remaja.
6. Conservation  anak dapat memecahkan masalah di
kepala mereka tanpa harus mengukur berat suatu
benda.
7. Angka dan Matematika  anak sudah dapat
menghitung di kepala. Mereka juga belajar perhitungan,
mampu untuk menyelesaikan soal cerita yang
sederhana.
Bina Nusantara
• Menurut Piaget, tahapan penalaran moral anak adalah :
- preoperational  patuh pada sosok otoritas
- concerete operations  meningkatnya fleksibilitas dan
tingkat kemandirian tertentu yang berdasarkan pada
saling menghargai dan kejasama.
- formal reasoning  perkembangan moral terbentuk.
Anak sudah memahami konsep kesetaraan/equity.
Bina Nusantara
B. Pendekatan Information-Processing
• Perkembangan lobus frontal saat anak berusia 5-7 tahun
membuat anak dapat meningkatkan recall dan
metamemory – pemahaman proses ingatan.
• Teknik untuk membantu ingatan disebut mnemonic
strategy. Strategi mnemonic yang paling umum
dikalangan anak dan dewasa adalah menggunakan
external memory aids – menggunakan sesuatu diluar
diri seseorang, mis : mengucapkan berulang kali nomor
telepon orang lain setelah dilihat. Strategi lain yang juga
sering digunakan adalah : rehearsal/conscious
repetition, organization – penempatan informasi
secara mental dalam kategori, elaboration – proses
mental yang mengkaitkan item tertentu dengan sesuatu.
Bina Nusantara
• Anak yang sudah memasuki usia sekolah memiliki
kapasitas konsentrasi yang lebih lama daripada anak
yang lebih muda. Ia juga mampu fokus terhadap
informasi yang dibutuhkan sementara sedang melihatlihat informasi yang tidak diperlukan.
Bina Nusantara
C. Pendekatan Psikometri
• Penggunaan tes kecerdasan psikometri merupakan
kontroversi. Sisi positif dari tes ini dapat menjadi
prediktor yang baik akan prestasi sekolah anak. Namun
tes ini dikritik karena tes IQ tidak mengukur secara
langsung kemampuan lahiriah, tetapi lebih pada apa
yang sudah diketahui oleh anak.
• Kritikan yang paling serius tentang tes IQ adalah bahwa
tes IQ hanya fokus pada kemampuan yang berguna di
bangku sekolah. Tes IQ dianggap tidak menilai spek
penting dari perilaku kecerdasan seperti pendapat
umum, keterampilan sosial, kreatif insight, dan
pengetahuan diri.
Bina Nusantara
•
2 pakar yang membedakan bentuk-bentuk kecerdasan
adalah Robert Sternberg dan Howard Gardner.
1. Teori Kecerdasan Triarchic Sternberg
• menekankan 3 aspek atau elemen kecerdasan, yaitu :
a. Componential element  aspek analisa, menentukan
efisiensi proses informasi seseorang.
b. Experiental element  aspek insight atau kreatif,
menentukan pendekatan seseorang untuk mengerjakan
tugas baru atau familiar.
c. Contextual element aspek praktika, menentukan
bagaimana seseorang berhadapan dengan
lingkungannya.
Bina Nusantara
•
Menurut Sternberg, setiap orang memiliki 3 elemen
kecerdasan ini, tergantung besar atau kecilnya.
• Sternberg Triarchic Abilities Test (STAT)  tes untuk
mengukur 3 aspek kecerdasan (analisa, kreatif, dan
praktikal). Bentuk soal multiply choice dan essay dalam
3 domain : verbal, kuantitatif, dan figural/spasial.
2. Teori Multiple Intelligence Gardner
• Gardner mengidentifikasi 8 jenis kecerdasan, dimana
kecerdasan yang tinggi di satu area bukan berarti juga
memiliki nilai tinggi di area lainnya.
• Gardner melakukan obeservasi langsung pada
kemampuan anak untuk bercerita, mengingat nada,
atau terlibat dalam situasi yang asing – penilaiannya
bukan berdasarkan standarisasi tes.
Bina Nusantara
• 8 kecerdasan Gardner, yaitu : linguistic, logical
mathematical, spatial, musical, bodily-kinesthetic
interpersonal, intrapersonal, dan naturalist.
• Alat tes lain yang didasarkan pada penelitian neurologis
dan teori information processing yaitu Kaufman
Assessment Batery for Children (K-ABC-II). Untuk
usia 3-18 tahun, disusun untuk mengevaluasi
kemampuan kognitif anak dengan kebuuthan yang
berbeda, seperti autism, tuli, dan gangguan berbahasa.
• Tes dynamic  berdasarkan teori Vygotsky yang
menekankan potensi daripada prestasi saat ini.
Bina Nusantara
Perkembangan Bahasa & Literacy
• Seiring dengan perkembangan kosa kata yang besar,
anak semakin menjelaskan tindakannya dengan persis.
Pada tahap ini, anak dapat menggunakan banyak kata
dan dapat memilah kata yang tepat dalam
penggunaannya.
• Usia 9 tahun ke atas, pemahaman anak terhadap syntax
(bagaimana kata ditempatkan dalam frase dan kalimat)
semakin baik.
• Area utama dari perkembangan bahasa selama masa
sekolah adalah pragmatik – penggunaan bahasa secara
praktis dalam berkomunikasi.
Bina Nusantara
•
Anak dapat identifikasi kata-kata yang tercetak dengan
2 cara :
1. Decoding  anak “menyuarakan” kata-kata,
menerjemahkannya dari tertulis ke perkataan sebelum
retrieval di ingatan jangka panjang.
2. Visually based retrieval anak hanya melihat katakata tersebut kemudian retrieval.
• Dalam membaca, penekanan pada decoding disebut
phonetic atau code emphasis approach. Sementara
penekanan pada visual retrieval dan penggunaan tanda
kontekstual disebut whole-language approach.
• Menulis termasuk kegiatan yang sulit bagi anak-anak.
Mereka harus memegang dalam pikirannya tindakan
lain seperti : eja, punctuation, grammar, kapitalisasi,
dan juga tugas fisik untuk membentuk huruf.
Bina Nusantara
Anak & Sekolah
•
•
•
1.
2.
3.
4.
5.
Bina Nusantara
Pengalaman masuk sekolah pertama kali merupakan
tahapan yang kritis untuk keberhasilan atau kegagalan
di masa depan. Seringkali terjadi campur aduk antara
kecemasan dan semangat untuk masuk sekolah.
Untuk mendapatkan kemajuan akademis, anak perlu
dilibatkan dalam kegiatan yang terjadi di dalam kelas.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi prestasi sekolah :
Self-efficacy dan gender
Keterlibatan orang tua
Status sosioekonomi
Sistem pendidikan
Budaya
• Dewasa ini pendidikan juga menerapkan sistem
bilingual education, dimana anak diajarkan dalam 2
bahasa. Di USA, pihak yang menekankan pentingnya
bahasa Inggris menyatakan bahwa semakin cepat anak
diperkenalkan bahasa Inggris, semakin baik mereka
akanmempelajarinya. Sedangkan pihak yang
menekankan pentingnya bilingualism menyatakan
bahwa program pendidikan bilingual ini membuat anak
memiliki kemajuan akademis yang pesat. Namun banyak
kritik yang mengatakan bahwa pendidikan bilingual
menghasilkan jutaan anak yang kurang menguasai
bahasa Inggris untuk dapat bekerja.
Bina Nusantara
•
Kondisi tertentu yang dialami anak yang membutuhkan
pendidikan khusus, diantaranya adalah :
1. Mental retardation
2. Kesulitan belajar/learning disabilities (LDs)
3. Attention deficit/Hyperactive Disorder (ADHD)
• Anak berbakat cukup sulit untuk diukur dan
didefinisikan. Kriteria tradiosional anak berbakat adalah
IQ yang tinggi, memiliki skor IQ diatas 130. Saat ini
banyak sekolah yang mendefinisikan anak berbakat
secara meluas, termasuk didalamnya memiliki potensi
atau prestasi pada 1 atau lebih dalam hal berikut ini :
kecerdasan umum, aptitude khusus, berpikir kreatif atau
produktif, kepemimpinan, bakat seni, dan kemampuan
psikomotor.
Bina Nusantara
• Anak yang memiliki kretifitas yang tinggi bukan berarti
juga memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Guilford
membedakan 2 jenis berpikir/thinking, yaitu :
convergent thinking – yang diukur oleh tes IQ, mencari
satu jawaban yang benar; divergent thinking –
beragam kemungkinan yang ada. Pengujian berpikir
kreatif melihat pada kemampuan divergent thinking.
Bina Nusantara
III. Perkembangan Psikososial
A. Perkembangan Self-Concept
• Penilaian terhadap diri sendiri yang semakin sadar,
realistis, seimbang, dan komprehensif, terjadi
semenjak anak membentuk representational system –
konsep diri yang lebih luas, inklusif, yang
mengintegrasikan beragam aspek diri. Merupakan
tahap ketiga dari perkembangan self-definition neoPiagetian.
B. Self-Esteem
• Berdasarkan teori Erikson berada pada tahap industry
vs inferiority. Anak perlu mempelajari keterampilan
yang berharga di masyarakat. Pada tahap ini, menurut
Erikson anak memandang kapasitasnya dalam bekerja.
Bina Nusantara
Virtue yang berkembang dari berhasilnya mengatasi
konflik pada tahap ini adalah competence.
• Anak yang memiliki self-esteem rendah sangat
memperhatikan performancenya dalam situasi sosial.
Mereka merasa tertolak dan merasa tidak berdaya untuk
berubah. Sedangkan anak yang memiliki self-esteem
tinggi cenderung ingin menolong orang lain yang tidak
seberuntung dirinya dengan sukarela.
C. Pertumbuhan Emosi dan Perilaku Prosocial
• Semakin anak bertambah usianya, ia semakain sadar
perasaannya sendiri dan juga orang lain. Mereka juga
semakin baik mengelola emosi dan dapat berespon
terhadap kesukaran emosional orang lain.
Bina Nusantara
• Diusia 7-8 tahun, anak menyadari perasaan malu,
bangga, dan mampu membedakan antara rasa bersalah
dan malu. Pada periode ini, anak juga menyadari
‘aturan” budaya ekspresi emosional. Mereka belajar apa
yang membuat mereka marah, takut, dan sedih, dan
bagaimana orang lain bereaksi terhadap emosi yang
ditunjukkan oleh anak-anak tersebut. Sehingga anak
dapat belajar menyesuaikan tingkah laku dengan tepat.
• Pada periode ini juga ditandai dengan kecenderungan
anak untuk berempati dan semakin menunjukkan
perilaku prosocial. Perilaku ini menjadi tanda positif
penyesuaian emosi.
Bina Nusantara
Anak dalam Keluarga
•
Anak usia sekolah menghabiskan lebih banyak waktu
mereka jauh dari rumah daripada ketika mereka masih
kecil. Ada waktu yang digunakan oleh anak untuk
bergaul dengan peer.
• Untuk memahami anak dalam keluarga, perlu untuk
melihat lingkungan keluarga, yang meliputi suasana
keluarga dan struktur keluarga.
A. Suasana Keluarga
• Periode middle childhood merupakan tahap transisi dari
coregulation – ada pembagian kekuasaan, dimana
orang tua memantau anak secara keseluruhan,
sementara anak juga mengatur dirinya sendiri.
Bina Nusantara
• Orang tua yang bekerja, khususnya ibu yang bekerja
juga memberikan dampak pada kesejahteraan anak.
Dalam suatu penelitian dapat disimpulkan bahwa
semakin puas seorang ibu dengan status pekerjaannya,
semakin efektif ia sebagai orang tua. Dampak ibu yang
bekerja tergantung pada banyak faktor termasuk usia
anak, jenis kelamin, temperamen, dan kepribadian,
bekerja penuh waktu atau paruh waktu, dsb.
• Berdasdarkan penelitian, ada kaitannya antara
kemiskinan dengan pengasuhan orang tua. Anak-anak
yang miskin lebih punya masalah perilaku atau
emosional, bahkan potensi kognitif dan performa
sekolah nampak lebih buruk.
Bina Nusantara
B. Struktur Keluarga
• Harus diakui bahwa anak dengan 2 orang tua dalam
sebuah keluarga nampak lebih baik daripada anak yang
diadopsi, orang tua bercerai, orang tua tunggal, atau
keluarga tiri.
• Namun sebetulnya yang menjadi kunci bukanlah struktur
keluarga atau status pernikahan orang tua, melainkan
relasi orang tua satu sama lain dan kemampuan mereka
untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dapat
berdampak pada penyesuaian diri anak.
Bina Nusantara
Anak dalam Peer Group
• Dampak positif dari relasi peer, yaitu : anak
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan dalam
bergaul dan intimacy, meningkatkan kemampuan relasi
interpersonal, serta menikmati rasa saling memiliki,
memantapkan identitas, belajar kepemimpinan,
keterampilan komunikasi, bekerja sama, peran, dan
aturan, membuat penilaian secara mandiri, serta
menyesuaikan antara keinginannya dan keinginan orang
lain.
• Dampak negatif dari relasi peer, yaitu : terbentuk clique,
menunjang munculnya prejudice, bahkan
kecenderungan antisosial.
Bina Nusantara
• Popularitas menjadi semakin penting pada periode
middle childhood. Anak-anak yang disukai peernya
nampak mudah beradaptasi seperti halnya remaja.
Sementara yang kurang disukai oleh peernya atau yang
menunjukkan perilaku agresif, akan mengalami masalah
psikologis, keluar dari sekolah, atau menjadi anak-anak
yang nakal.
• Secara sosiometris, anak-anak yang populer biasanya
adalah anak-anak yang memiliki kemampuan kognitif
yang baik, berprestasi, mampu memecahkan masalah
sosial, menolong anak lain, dan asertif tanpa bersikap
agresif atau bertindak mengacaukan.
• Anak yang tidak populer, baik yang ditolak atau yang
diabaikan biasanya adalah anak yang agresif, hiperaktif,
kurang memperhatikan, atau menarik diri.
Bina Nusantara
• Anak mencari teman yang memiliki kesamaan dengan
mereka, seperti umur, jenis kelamin, etnis, dan minat.
Bersama teman, mereka belajar berkomunikasi dan
bekerja sama. Mereka juga belajar tentang dirinya dan
orang lain.
• Awal tahun sekolah, agresif umumnya menurun atau
berubah bentuk, dari instrumental aggression –
perilaku agresif yang digunakan untuk mencapai tujuan,
menjadi hostile aggression – agresif yang bertujuan
untuk menyakiti orang lain.
• Agresif menjadi bullying ketika dilakukan secara terus
menerus ditujukan pada target tertentu. Korban biasanya
lemah, mudah diserang, dan tidak dapat membela diri
sendiri.
Bina Nusantara
Kesehatan Mental
• Gangguan emosional yang sering terjadi pada masa
kanak-kanak antara lain : disruptive conduct disorder,
anxiety atau gangguan mood.
• Bentuk disruptive behavior disorders : oppositional
defiant disorder (ODD), dan conduct disorder (CD).
Gangguan ini dapat mengarah pada terjadinya antisocial
personality disorder.
• Fobia sekolah dapat terjadi karena : separation anxiety
disorder, social phobia. Gangguan kecemasan lainnya :
generalized anxiety disorder, obsessive-compulsive
disorder.
• Anak juga dapat mengalami depresi, penyebabnya
pastinya tidak diketahui.
Bina Nusantara
• Beragam teknik treatment untuk mengatasi gangguan
emosional anak, antara lain :
- individual psychotherapy
- family therapy
- art therapy
Bina Nusantara
Rangkuman
• Perkembangan fisik anak pada periode ini nampak
kurang pesat bila dibandingkan dengan tahapan
sebelumnya.
• Gizi yang tepat, pola tidur yang baik penting untuk
pertumbuhan normal dan kesehatan.
• Perkembangan motor memungkinkan anak melakukan
beragam aktivitas termasuk melakukan aneka
permainan.
• Perkembangan kognitif anak masuk pada tahap
concrete operations.
• Perkembangan moral anak dikaitkan dengan
kematangan kognitif.
Bina Nusantara
• Metamemory dan mnemonic strategies meningkat
selama usia sekolah.
• Ada kritikan terhadap tes IQ. Kritikan tersebut
menghasilkan 2 pendapat dan pengukuran IQ yang
berbeda dengan tradisional, yaitu : teori Triarchic Robert
Strenberg, dan teori Multiple Intelligence Howard
Gardner.
• Penggunaan kosa kata, grammar, syntax semkain
meningkat pada periode ini.
• Decoding dan visually based retrieval membantu anak
untuk mudah mengingat sesuatu. Phonetic dan whole
language approach membantu anak untuk memudahkan
dalam membaca.
Bina Nusantara
• Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar anak : self efficacy, pengasuhan orang tua,
situasi sekolah, dll.
• Self-concept berkembang semakin realistis pada tahap
ini.
• Menurut Erikson, sumber utama dari self-esteem adalah
pandangan anak terhadap kompetensi produktif.
• Di usia sekolah ini, anak menghabiskan waktu lebih
banyak dengan peer ketimbang dengan orang tua.
• Pada periode ini semakin meningkat kapasitas empati
dan perilaku prosocial.
• Lingkungan keluarga memiliki 2 komponen utama yang
dapat berpengaruh pada perkembangan anak, yaitu :
struktur keluargadan suasana keluarga.
Bina Nusantara
• Peer group menjadi hal yang penting pada periode
middle childhood. Beragam keterampilan sosial yang
dapat dipelajari dari peer group. Namun hal negatif juga
dapat dialami bersama peer.
• Gangguan emosi dan perilaku yang umum dialami anak
para periode ini adalah disruptive behavioral disorder,
anxiety disorder, dan childhood depression.
• Beberapa teknik treatment yang dapat dilakukan untuk
mengatasi gangguan tersebut adalah individual
psychotherapy, family therapy, behavior therapy, art
therapy, dll.
Bina Nusantara
Download