MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masalah-Masalah Sosial Fakultas Bidang Studi Ilmu Komunikasi Penyiaran Tatap Muka 04 Kode MK Disusun Oleh 85018 Finy F. Basarah, M.Si Abstract Kompetensi Definisi, proses, bentuk-bentuk penyimpangan dan masalah sosial Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi, proses, bentukbentuk penyimpangan dan masalah sosial 4.1 Beberapa Problem Sosial yang Penting Kepincangan-kepincangan yang dianggap sebagai problem sosial oleh masyarakat, tergantung dari sistem nilai-nilai sosial masyarakat tersebut. Akan tetapi ada beberapa persoalan yang sama yang dihadapi oleh masyarakat-masyarakat pada umumnya, misalnya: 1. Kemiskinan, sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup untuk memelihara dirinya sendiri yang sesuai dengan ukuran kehidupan kelompoknya dan juga tidak mampu untuk memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok itu. 2. Kejahatan, penduduk kota yang mengalami tekanan psikis akan melahirkan kejahatan. Bagi sosiolog kejahatan disebabkan oleh kondisi dan proses sosial yang sama yang menghasilkan perilaku sosial yang lain. Tinggi rendahnya kejahatan berhubungan dengan bentuk organisasi sosial di mana kejahatan tersebut terjadi. Sosiolog berusaha untuk menentukan proses yang menyebabkan seseorang menjadi penjahat. Untuk mengatasi masalah kejahatan, kecuali tindakan preventif, dapat pula secara represeif yaitu dengan teknik-teknik rehabilitasi. 3. Disorganisasi keluarga, yaitu suatu perpecahan dalam keluarga sebagai unit, oleh karena anggota-anggota keluarga tersebut gagal memenuhi kewajibankewajiban yang seseuai dengan peranan sosialnya. Bentuk-bentuknya antara lain, unit keluarga tidak lengkap karena hubungan di luar nikah, perceraian, kurangnya komunikasi, krisis keluarga karena meninggal atau sedang menjalani hukuman penjara. 4. Masalah generasi muda dalam masyarakat modern, masalah generasi muda pada umumnya ditandai dengan dua ciri yang berlawanan, di satu ihak adanya keinginan untuk melawan sesuai paham dan dipihak lain bersikap apatis, penyesuaian dengan sikap moral generasi tua. 5. Peperangan, mungkin merupakan suatu problema sosial yang sulit dipecahkan, Sosiolog menganggap peperangan sebagai gejala yang disebabkan oleh beberapa faktor, bisa menimbulkan disorganisasi dalam berbagai aspek kehidupan sosial, baik bagi Negara yang menang maupun Negara yang kalah perang. 2014 1 Kapita Selekta Ilmu Sosial Finy F. Basarah, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 6. Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, seperti pelacuran, problematika anak-anak, dan beberapa problema sosial lainnya, seperti kependudukan dan lingkungan hidup. Dalam menentukan apakah suatu masalah merupakan problema sosial atau tidak, sosiologi mempergunakan beberapa pokok persoalan sebagai ukuran, yaitu (Syarbaini, Rusdiyanta, & Fakthuri, 2012: 22-23): 1. Kriteria utama dari suatu problema sosial yaitu tidak adanya kesesuaian antara ukuran/nilai-nilai sosial dengan kenyataan atau tindakan-tindakan sosial. 2. Sumber-sumber sosial dari problema sosial dan pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan gejala sosial atau tidak. Kejadian yang tidak bersumber pada perbuatan manusia bukanlah merupakan problema sosial, misalnya kemiskinan mungkin terjadi karena kegagalan panen oleh karena gejala alam yang tidak menguntungkan manusia. 3. “Manifest social problems” dan “latent social problems”. Manifest social problems merupakan problema sosial yang timbul sebagai akibat terjadinya kepincangan dalam masyarakat oleh karena tidak sesuai dengan tindakan norma-norma dan nilai dalam masyarakat, keadaan ini mungkin dapat diatasi. Sedangkan latent social problems merupakan hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai masyarakat yang akan tidak diakui, sehingga keadaan ini mungkin agak sulit diatasi. Sosiologi tidaklah bertujuan untuk membentuk manusia yang bijaksana dan selalu baik dalam tindakannya, akan tetapi untuk membuka mata mereka sehingga memperhitungkan akibat dari tindakannya itu. Perhatian masyarakat dan problema sosial, suatu kejadian merupakan problem sosial belum tentu mendapat perhatian masyarakat sepenuhnya, akan tetepai kejadian yang mendapat sorotan masyarakat belum tentu merupakan problem masyarakat. Misalnya angka kecelakaan lalu lintas yang meningkat belum tentu mendapatkan perhatian masyarakat, akan tetapi kecelakaan kereta api akan 2014 2 Kapita Selekta Ilmu Sosial Finy F. Basarah, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mendapat perhatian masyarakat. Padahal kedua-duanya sama-sama menelan korban jiwa. Di sini seorang sosiolog harus berfikir secara netral agar penelitiannya tidak melesat. 4.2 Penyimpangan Sosial Penyimpangan bisa diartikan sebagai berbagai aktivitas manusia yang oleh masyarakat dianggap sebagai penyimpangan terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku, seperti pencurian, perampokan, penganiayaan, pembunuhan, dan pemerkosaan. James W. Van der Zanden mendefinisikan penyimpangan sebagai perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Sedangkan Robert M. Z. Lawang mendefinisikan perilaku menyimpang sebagai semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang. Walaupun masyarakat berusaha agar setiap anggotanya berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat, tetapi dalam setiap masyarakat selalu dijumpai adanya anggota yang menyimpang. Para sosiolog menggunakan istilah perilaku menyimpang untuk menunjuk perilaku pelanggaran norma, mulai dari pelanggaran kecil mengemudi sepeda motor tidak menggunakan helm sampai pelanggaran yang sangat serius seperti perampokan disertai pembunuhan. Perilaku menyimpang adalah perilaku dari warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan dan norma sosial yang berlaku. Nilai-nilai dan norma-norma di dalam masyarakat merupakan ukuran bagi menyimpang atau tidaknya suatu tindakan. Artinya, suatu tindakan yang pantas dan dapat diterima dalam situasi dan daerah tertentu bisa saja tidak patut diterapkan dalam suasana dan daerah lain. Seseorang berperilaku menyimpang jika menurut anggapan sebagian besar masyarakat (minimal suatu kelompok/komunitas tertentu) perilaku atau tindakannya di luar kebiasaan, adat istiadat, aturan, nilai-nilai atau norma yang berlaku. Namun yang harus dipahami, setiap kelompok masyarakat mempunyai norma yang berlainan, maka sesuatu yang menyimpang bagi kelompok tertentu belum tentu 2014 3 Kapita Selekta Ilmu Sosial Finy F. Basarah, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menyimpang bagi kelompok lain. Prinsip ini berlaku dalam suatu masyarakat maupun lintas masyarakat. Prinsip ini bahkan berlaku dalam suatu bentuk penyimpangan khusus yakni kejahatan (crime), yakni pelanggaran peraturan yang telah dicantumkan di dalam Undang-Undang. Untuk memahami ini digunakan relativitas penyimpangan, yaitu suatu prinsip utama yang dikemukakan oleh para penganut interaksionalisme simbolik. Dengan demikian, definisi perilaku menyimpang bersifat relatif tergantung masyarakat yang mendefinisikan, nilai budaya masyarakat, serta masa, zaman, dan kurun waktu tertentu. Amatlah wajar jika berbagai kelompok masyarakat mempunyai anggapan berbeda terhadap tindakan yang dianggap menyimpang. Perilaku menyimpang selalu ada dalam masyarakat, seperti halnya perilaku tidak menyimpang. Dalam masyarakat permissive atau terbuka dan serba boleh yang mana kontrol sosialnya rendah, perilaku menyimpang seiring dengan perilaku tidak menyimpang. Berbeda dengan khalayak umum, para sosiolog menggunakan istilah penyimpangan tanpa bermaksud untuk menghakimi, untuk merujuk tiap tindakan di mana orang memberikan tanggapan negatif. Jika para sosiolog menggunakan istilah ini, tidak berarti mereka sepakat bahwa suatu tindakan dinilai buruk, melainkan hanya orang menilainya negatif. Agar dianggap tidak menyimpang, bahkan seseorang tidak perlu berbuat apa-apa. Erving Goffman (1963) menggunakan istilah stygma untuk merujuk pada ciri yang menurunkan nilai seseorang di mata orang lain. Ini mencakup pelanggaran norma kemampuan fisik (kebutaan, cacat mental) dan norma penampilan (kegemukan). Stigma mencakup pula keanggotaan yang tidak bersifat sukarela, seperti menjadi korban AIDS, atau kakak seorang penjahat. Stigma dapat menjadi status utama (master status). Dilihat dari jenisnya terdapat dua kategori perilaku menyimpang, yaitu: 1. Penyimpangan primer (primary deviation), yaitu perilaku menyimpang yang pertama kali dilakukan seseorang. 2. Penyimpangan sekunder (secondary deviation), yaitu perilaku menyimpang yang merupakan pengulangan dari penyimpangan sebelumnya. 2014 4 Kapita Selekta Ilmu Sosial Finy F. Basarah, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sedangkan dilihat dari bentuknya, penyimpangan mengandung dua bentuk, yang satu bersifat positif dan yang kedua bersifat negatif. Sebagaimana diungkapkan oleh Merton (1982: 72-73) yang dikutip oleh Sztompka (2010: 295), penyimpangan memiliki dua bentuk utama sbb.: 1. Nonkompromi (penyimpangan prinsip). Penyimpangan nonkompromi adalah tindakan publik. Penyimpanan dalam bentuk nonkompromi terjadi ketika seseorang cenderung mengumumkan perbedaan pendapatnya ke tengah publik. Apa yang diutarakan seseorang tersebut bentuk penyimpangan sebab apa yang dilakukan bisa jadi bertentangan dengan adat istiadat, norma, serta aturan-aturan dalam masyarakat tersebut. Seseorang yang melakukan penyimpangan dengan model semacam ini justru tak mencoba menyembunyikan titik tolak mereka dari norma sosial. Contohnya adalah para politisi atau penganut agama yang berbeda pendapat justru berupaya memberitahukan pendirian mereka yang berbeda itu kepada orang sebanyakbanyaknya. Hal ini tentu akan berbeda dengan perilaku kriminal yang berupaya mebghindari sorotan perhatian publik. Penyimpangan nonkompromi biasanya mencakup tak mengakui keabsahan norma yang berlaku. Contohnya adalah orang yang melakukan penyimpangan nonkompromi akan menentang keabsahan norma sosial yang mereka tolak/setidaknya menentang penerapannya pada jenis situasi tertentu. 2. Penyimpangan dalam batas kelayakan. Penyimpangan ini merupakan tindakan untuk wilayah privat. Jika penyimpangan dalam bentuk yang pertama seseorang cenderung memperlihatkannya ke publik, sebaliknya dalam penyimpangan dalam batas kelayakan pelakunya mengakui keabsahan norma yang mereka langgar tetapi menganggap pelanggaran itu layak atau sebagai ungkapan keadaan pikiran mereka. Jika penyimpangan nonkompromi bersifat positif dan konstruktif, maka perilaku menyimpang dalam batas kelayakan adalah negatif atau desktruktif. Orang dengan penyimpangan nonkompromi bertujuan mengubah norma yang praktiknya mereka sangkal. Mereka ingin mengganti norma yang mereka curigai dengan norma yang mempunyai basis moral yang lebih kuat. Sebaliknya, pelaku tindakan menyimpang dalam batas kelayakan terutama mencoba lari dari kekuatan sanksi norma yang ada tanpa mengajukan penggantinya. Pendek kata, penyimpangan nonkompromi memiliki kecenderungan merubah tatanan yang sudah ada dalam rangka menyempurnakan atau menggantinya dengan 2014 5 Kapita Selekta Ilmu Sosial Finy F. Basarah, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang baru yang lebih baik, sementara penyimpangan dalam batas kelayakan justru merusak tatanan yang ada tanpa ada solusi konkrit terhadapnya. 4.2.1 Sifat-sifat dan Macam-macam Perilaku Menyimpang Secara umum, terdapat dua sifat perilaku penyimpangan, yaitu: 1. Penyimpangan yang bersifat positif, yaitu penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur innovatif, kreatif, dan memperkaya alternatif. Penyimpangan demikian pada umumnya dapat diterima masyarakat karena sesuai dengan perubahan zaman, seperti emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karir. 2. Penyimpangan yang bersifat negatif, yaitu perilaku bertindak ke arah nilainilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk serta mengganggu sistem sosial, seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan korupsi. Perilaku menyimpang dalam kehidupan masyarakat bermacam-macam, yang dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Tindakan kriminal atau kejahatan, kejahatan yang dimaksud adalah jenis kejahatan yang dalam sosiologi terdiri dari: a. Kejahatan tanpa korban (crime without victim). seperti berjudi, narkoba. b. Kejahatan terorganisir (organized crime), seperti kelompok korupsi, penjualan bayi ke luar negeri (women’s trafficking). 2. Penyimpangan seksual, yaitu perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan, seperti perzinahan, lesbianisme, homoseksual, kumpul kebo, sodomi, dan sadisme. 3. Pemakaian dan pengedaran obat terlarang, merupakan bentuk penyimpangan dari nilai dan norma sosial dan agama. Akibat negatifnya bukan hanya pada kesehatan fisik dan mental seseorang, tetapi juga kepada 2014 6 Kapita Selekta Ilmu Sosial Finy F. Basarah, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id eksistensi Negara yang menunjukkan lemahnya sumber daya manusia suatu Negara. 4. Penyimpangan dalam gaya hidup, adalah gaya hidup yang lain dari biasanya antara lain sikap kesombongan arogansi terhadap dan sesuatu eksentrik. yang Sikap dimilikinya arogansi seperti adalah kekayaan, kekuasaan, dan kepandaian. Sikap eksentrik ialah perbuatan yang aneh seperti anak laki-laki memakai anting-anting. 4.2.2 Pentingnya Mempelajari Penyimpangan Tidak ada kelompok manusia yang dapat berlangsung tanpa norma, karena norma memungkinkan adanya kehidupan sosial dengan cara membuat suatu perilaku dapat diprediksikan. Tanpa norma, kita akan mengalami kekacauan sosial. Norma menjadi panduan utama mengenai bagaimana kita memainkan peran dan berinteraksi dengan orang lain. Jadi, norma menciptakan tatanan sosial (social order), yaitu pengaturan sosial suatu kelompok berdasarkan kebiasaan. Kehidupan sosial kita berdasarkan pada pengaturan tersebut, oleh karena itu penyimpangan dianggap sebagai ancaman: penyimpangan menghilangkan kemungkinan adanya kepastian, yang menjadi landasan kehidupan sosial. Oleh karena itu, kelompok manusia mengembangkan sistem pengendalian sosial untuk menegakkan norma-norma. Jika kita tidak mengamati penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat, maka cukup banyak yang dapat kita sebutkan. Perilaku menyimpang cukup menarik dan penting untuk dipelajari, mengapa demikian? 1. Penyimpangan itu dipelajari bukan untuk ditiru agar kita menjadi penyimpang, akan tetapi kita ingin mengatahui penyebab terjadinya penyimpangan dan bagaimana melakukan pencegahan. Dengan cara mempelajari penyebab penyimpangan, kita akan mendapatkan lesson learned dari setiap peristiwa sehingga ke depan kita bisa melakukan pencegahan sejak dini. 2. Agar masyarakat tidak mengabaikan atau mentaati tata tertib dan aturan yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Karena jika tata tertib dan aturan diabaikan, maka akan terjadi kekacauan sosial. 3. Karena mengancam ketenteraman masyarakat. Penyimpangan terhadap norma, nilai, dan aturan sosial yang ada jelas mengganggu ketenteraman 2014 7 Kapita Selekta Ilmu Sosial Finy F. Basarah, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id warga masyarakat. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari jenis-jenis penyimpangan dan bagaimana solusi mengatasinya, sehingga ketenteraman masyarakat bisa tercipta tanpa hambatan. Perilaku menyimpang dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok, antara lain: 1. Tindakan yang nonconform, yakni perilaku yang tidak sesuai dengan nilai atau norma-norma yang ada. Contoh: memakai sandal butut saat kuliah/ke tempat formal, membuang sampah sembarangan. 2. Tindakan antisosial atau asosial, yakni tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum. Contoh: tidak mau berteman, minum minuman keras, prostitusi, disorientasi sosial. 3. Tindakan kriminal, yakni tindakan yang nyata telah melanggar aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa dan keselamatan orang lain. Contoh: perampokan, pembunuhan, korupsi. 4.2.3 Perspektif tentang Perilaku Menyimpang Norma sangat penting bagi kehidupan sosial, namun demikian mengapa orang melanggarnya? Untuk memahami penyebabnya, kita dapat menjelaskan penyimpangan itu dari berbagai perspektif, yaitu: 1. Perspektif individualistik. Perspektif ini berusaha mencari penjelasan munculnya perilaku menyimpang yang secara unik memengaruhi individu. Para sosiolog menjelaskan penyimpangan dengan mencari jawabannya di dalam diri manusia. Asumsi mereka adalah bahwa setiap orang memiliki predisposisi genetik untuk menjadi penyimpang. Warisan genetis-biologis atau pengalaman awal dari kehidupan seseorang dalam keluarga atau masyarakat merupakan beberapa sebab yang diduga melatarbelakangi perilaku menyimpang. Perspektif ini didasarkan pada proses-proses yang sifatnya individual dan mengabaikan proses sosialisasi atau belajar tentang norma yang menyimpang. Sementara para psikolog mempelajari apa yang disebut gangguan kepribadian (personality disorder). Asumsinya bahwa individu yang menyimpang karena memiliki kepribadian yang menyimpang 2014 8 Kapita Selekta Ilmu Sosial Finy F. Basarah, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan motif di bawah sadar mendorong orang ke penyimpangan. Rumpun perspektif ini; penjelasan biologis, psikiatri/medis, psikologis, psikoanalisis. 2. Perspektif sosiologis. Perspektif ini berupaya menggali kondisi-kondisi sosial di luar individu yang menyebabkan terjadinya penyimpangan. Untuk menjelaskan mengapa orang melakukan kejahatan, para sosiolog mempelajari faktor luar seperti sosialisasi, keanggotaan dalam subkultur, dan kelas sosial. Hal sosiologis lain dalam memahami penyimpangan adalah seperti proses penyimpangan yang ditetapkan oleh masyarakat; bagaimana perilaku kelompok dan subkultur berpengaruh terhadap penyimpangan dan reaksi masyarakat terhadap orang yang dianggap menyimpang dari norma sosial. Daftar Pustaka Syarbaini, Syahrial, Rusdiyanta dan Fatkhuri. 2012. Konsep Dasar Sosiologi & Antropologi. Jakarta: Hartomo Media Pustaka 2014 9 Kapita Selekta Ilmu Sosial Finy F. Basarah, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id