MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Hukum Perdata Fakultas Program Studi IlmuKomunikasi Penyiaran TatapMuka 09 Kode MK DisusunOleh A11436AA Finy F. Basarah, SH, M.Si Abstract Kompetensi Mengenai Hukum Perdata secara umum dan yang berlaku di Indonesia Mahasiswa memahami sistem hukum perdata terutama yang berlaku di Indonesia Utrecht: Hukum adalah himpunan petunjuk hidup, berupa perintah dan larangan dalam suatu masyarakat yang harus ditaati oleh anggota masyarakat, jika dilanggar akan melahirkan tindakan dari pemerintah. Mochtar Kusumaatmadja: Hukum adalah seluruh kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah tersebut dalam masyarakat. Hukum perdata material mengatur mengenai: 1. Hukum pribadi(personenrecht) 2. Hukum keluarga(familierecht) 3. Hukum kekayaan(vermogensrecht) 4. Hukum waris(erfecht) Hukum perdata material yang diatur dalam hukum Eropa berbentuk tertulis dan dikodifikasikan, yang ketentuannya terdapat di dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPer) atau Burgelijk Wetboek dan Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van Koophandel. KUHPer diundangkan pertama kali tgl 1 Mei 1848 melalui Staatblad 1847:23. 11.1 HukumPribadi Merupakan ketentuan – ketentuan hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban dan kedudukannya dalam hukum. Hukum pribadi mengatur hak – hak dan kewajiban – kewajiban pribadi sebagai “Subjek Hukum”. Pribadi sebadai subjek hukum ialah orang dalam arti hukum, artinya, memiliki hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban dimiliki oleh setiap orang secara kodrati sejak dilahirkan sampai meninggal dunia. 2014 1 Kapita SelektaI lmu Sosial Finy F. Basarah. SH., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pasal 2 KUHPer: Anak yang ada dalam kandungan seorang wanita dianggap sebagai telah dilahirkan, bilamana juga kepentingan anak menghendakinya. Kematian sewaktu dilahirkannya dianggaplah ia tidak pernah ada” untuk keperluan pewarisan. Pasal 1330 KUHPerpribadi yang dinyatakan tidak mampu melaksanakan hak dan kewajibannya: 1. anak di bawah umur 2. orang sakit ingatan dan keborosan 3. wanita yang bersuami Cat. : Ketentuan butir 3 telah dihapus oleh Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 tahun 1963. Pasal 330 ayat (1) KUHPer: Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin. Pasal 6 ayat (2) UU No. 1/1974 tentang Perkawinan: Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tuanya. “Dewasa” menurut UU dikaitkan dengan tindakan hukum tertentu yang dilakukan oleh seseorang “Dewasa” menurut adat umumnya tergantung kepada penilaian masyarakat adat masing-masing. Selain manusia, yang juga dianggap sebagai “Subjek Hukum” adalah “Badan Hukum”, yang ditimbulkan sebagai akibat: 1. Adanya suatu kebutuhan untuk memenuhi kepentingan tertentu, atas dasar kegiatan yang dilakukan bersama. 2. Adanya tujuan ideal yang perlu dicapai tanpa selalu tergantung kepada pribadi secara perorangan. 2014 2 Kapita SelektaI lmu Sosial Finy F. Basarah. SH., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Badan Hukum sebagai subjek hukum harus mempunyai tujuan dan memiliki kekayaan sendiri, terlepas dari kekayaan subjek hukum yang menjalankannya. Badan Hukum juga memiliki hak dan kewajiban, dapat mengadakan hubungan hukum, terlibat dalam suatu peristiwa hukum.Contoh: Negara, PT, Yayasan, Koperasi 11.2. HukumKeluarga Merupakan ketentuan - ketentuan hukum yang mengatur tentang hubungan lahir batin antara dua orang yang berbeda jenis kelamin (dalam perkawinan) dan akibat hukumnya. 11.2.1 Keturunan Pasal 55 UU 1/1974: “Asal-usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan akta kelahiran yang outentik, yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang” Pasal 42 UU No. 1/1974: “Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah” Pasal 43 UU No. 1/1974: “Seorang anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya serta keluarga ibunya” Pasal 44 UU No. 1974: “Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh istrinya, bilamana ia dapat membuktikan bahwa istrinya telah berzina, dan anak itu adalah karena perbuatan zina” 11.2.2 Kekuasaan Orang Tua Pasal 45 UU No. 1/1974: 1. Kedua orang tua wajib untuk memelihara dan mendidik anak-anak mereka dengan sebaik-baiknya. 2014 3 Kapita SelektaI lmu Sosial Finy F. Basarah. SH., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus” Pasal 49 UU No. 1/1974: 1. Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya terhadap seorang anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus ke atas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang berwenang, dengan keputusan pengadilan dalam hal-hal: a. Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya b. Ia berkelakuan buruk sekali 2. Meskipun orang tua dicabut kekuasaannya, mereka masih tetap berkewajiban untuk memberi biaya pemeliharaan kepada anak tersebut. 11.2.3 Perwalian Pasal 50 UU No. 1/1974: 1. Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali. 2. Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta bendanya. Pasal 51 UU No. 1/1974: 1. Wali dapat ditunjuk oleh satu orang tua yang menjalankan kekuasaan orang tua, sebelum ia meninggal, dengan surat wasiat atau dengan lisan di hadapan 2 (dua) orang saksi. 2014 4 Kapita SelektaI lmu Sosial Finy F. Basarah. SH., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Wali sedapat-dapatnya diambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain yang sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur, dan berkelakuan baik. 3. Wali wajib mengurus anak yang di bawah penguasaannya dan harta bendanya sebaik-baiknya dengan menghormati agama dan kepercayaan anak itu. 4. Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada di bawah kekuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua perubahan-perubahan harta benda anak atau anak-anak itu. 5. Wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada di bawah perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan karena kesalahan atau kelalaiannya. 11.2.4 Pendewasaan Pendewasaan merupakan suatu pernyataan bahwa seseorang yang belum mencapai usia dewasa atau untuk beberapa hal tertentu dipersamakan kedudukan hukumnya dengan seseorang yang telah dewasa, misalny adalam hal mengurus perusahaan. Pendewasaan itu dapat diberikan atas keputusan pengadilan bagi yang telah berusia delapan belas tahun. 11.2.5 Pengampuan Seseorang yang telah dewasa dan sakit ingatan, menurut undang-undang harus diletakkan di bawah pengampuan. Demikian juga bagi seseorang yang terlalu mengabaikan harta bendanya, sebab kurang mampu mengurus kepentingan dirinya. Yang berhak meminta seseorang di bawah pengampuan, karena gila: 1) Setiap anggota keluarga 2) Suami atau istri 3) Jaksa, kalau orang itu dapat membahayakan umum 2014 5 Kapita SelektaI lmu Sosial Finy F. Basarah. SH., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sementara itu, yang berhak meminta pengampuan bagi orang yang keborosan ialah: 1) Anggota keluarga yang sangat dekat 2) Suami atau istri. Permintaan itu harus diajukan ke Pengadilan. Kedudukan seseorang yang berada di bawah pengampuan adalah sama dengan seorang yang belum dewasa. Akan tetapi, seorang karena keborosan masih dapat membuat surat wasiat dan menikah. 11.2.6 Perkawinan Dasarhukum: Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975. Pasal 1 UU No. 1/1974: “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pasal 2 UU No. 1/1974: 1. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. 2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 3 UU No. 1/1974: 1. Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri. Seorang wanita hanya boleh memiliki seorang suami. 2. Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan. 2014 6 Kapita SelektaI lmu Sosial Finy F. Basarah. SH., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Asas perkawinan di Indonesia: Monogami tidak mutlak. Pasal 7 UU No. 1/1974: Syarat usia untuk menikah, pria min 19 (sembilan belas) tahun, wanita min 16 (enam belas) tahun. Apabila kurang dari usia yang ditentukan harus mendapat dispensasi pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua para pihak. Pasal 57 UU No.1/1974: “Perkawinan campuran ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Asing dan pihak lainnya berkewarganegaraan Indonesia”. Perkawinan dapat putus, karena: 1. Kematian 2. Perceraian 3. Keputusan Pengadilan 11.3. HukumKekayaan Merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang hak-hak perolehan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain yang mempunyai nilai uang. 11.3.1 Hukum Benda Benda, sebagai “Objek Hukum”, yaitu segala sesuatu yang menjadi bagian dari keadaan yang dapat dikuasai dan mempunyai nilai uang. Hukum Benda ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai hal yang diartikan dengan benda dan hak-hak yang melekat di atasnya. Jenis-jenis benda menurut Hukum Perdata Eropa: 1. Benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti 2014 7 Kapita SelektaI lmu Sosial Finy F. Basarah. SH., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Benda yang dapat diperdagangkan dan benda yang tidak dapat diperdagangkan 3. Benda yang dapat dibagi dan benda yang tidak dapat dibagi 4. Benda bergerak dan benda tidak bergerak (tetap) merupakan hal terpenting karena mempunyai akibat hukum tersendiri. Ketentuan mengenai “benda tetap” yang diatur dalam KUHPer Buku II telah diganti oleh Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA). UUPA merupakan undang-undang yang mengatur mengenai hak-hak atas tanah Indonesia, yaitu: 1. Hak milikturun temurun 2. Hak guna usahamengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara. 3. Hak guna bangunan mendirikan dan mempunyai bangunan di atas tanah yang bukan miliknya sendiri. 4. Hak pakai menggunakan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain. 5. Hak sewa untuk bangunan penyewaan tanah dari orang lain untuk keperluan bangunan melalui perjanjian sewa-menyewa tanah. 6. Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan ditentukan oleh Peraturan Pemerintah tanpa dapat memiliki tanahnya. 7. Hak guna air pemeliharaan dan penangkapanikan 8. Hak guna ruang angkasa. 9. Hak-hak tanah untuk kepentingan suci dan sosial. 2014 8 Kapita SelektaI lmu Sosial Finy F. Basarah. SH., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hukum benda bergerak merupakan benda lepas yang menciptakan hak-hak di atasnya menurut hukum adat; 1. Hak atas rumah 2. Hak atas tumbuh-tumbuhan 3. Hak atas ternak 4. Hak atas benda bergerak lainnya 11.3.2 HukumPerikatan Hukum Perikatan merupakan ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban subjek hukum dalam tindakan hukum kekayaan. Hukum perikatan Eropa mengenal adanya perikatan yang ditimbulkan karena undang-undang dan perikatan yang ditimbulkan karena perjanjian. Pasal 1338 KUHPer: “Semua perjanjian yang dibuat dengan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang mempunyai ketentuan sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya” Pasal 1320 KUHPer: “Untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat: 1. sepakatmereka yang mengikatkandirinya 2. kecakapanuntukmembuatsuatuperikatan 3. suatuhaltertentu 4. suatusebab yang halal 11.4. HukumWaris Merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang cara pemindahan hak milik seseorang yang meninggal dunia kepada yang berhak memilki selanjutnya. Hukum waris adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur nasib kekayaan orang setelah pemiliknya meninggal dunia. 2014 9 Kapita SelektaI lmu Sosial Finy F. Basarah. SH., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Orang yang meninggal: “Perwaris” Orang yang ditinggal (berhak mendapatkan harta peninggalan): “Ahli waris” Pasal 832 KUHPer: “Menurut undang-undang yang berhak menjadi ahli waris ialah, para keluarga sedarah, baik sah, maupun luar kawin, dan si suami atau istri yang hidup terlama, semua menurut peraturan tertera di bawah ini. Dalam hal, bilamana baik keluarga sedarah, maupun si yang hidup terlama di antara suami istri, tidak ada, maka segala harta peninggalan si yang meninggal, menjadi milik Negara, yang mana berwajib akan melunasi segala hutangnya, sekadar harga harta peninggalan mencukupi hal itu. Ada empat golongan dalam keluarga sedarah: Golongan I: anak, suami atau istri yang hidup terlama, dan cucu sebagai ahli waris pengganti. Golongan II: orang tua dan saudara-saudara sekandung Golongan III: leluhur dari yang meninggal. Golongan IV: keluarga sedarah lainnya sampai derajat keenam. Hak mewaris dari golongan-golongan ini tergantung dari ada tidaknya golongan sebelumnya. Yang dimaksud dengan ”Harta peninggalan menjadi milik Negara” yaitu apabila dari golongan IV tidak ada atau dari yang meninggal dunia tidak mempunyai sanak keluarga sedarah sampai derajat ke enam. DaftarPustaka Djamali. R. Abdoel. 2010. Pengantar Hukum Indonesia. Edisi 2, Cetakan 16 Jakarta: PT RajaGrafindoPersada. Dwiyatmi, Sri Harini. 2006. Pengantar Hukum Indonesia. Cetakan Pertama. Bogor: Ghalia Indonesia. Undang - Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. 2014 10 Kapita SelektaI lmu Sosial Finy F. Basarah. SH., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id