MODUL PERKULIAHAN Sosiologi Pengantar Sosiologi Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 01 Kode MK Disusun Oleh MK61004 Nurwidiana, SKM MPH Abstract Kompetensi Mata kuliah ini merupakan pengantar bagi mahasiswa agar memiliki dasardasar atau kerangka pengetahuan mengenai sosiologi dan bagaimana aplikasinya dalam kehidupan seharihari. Mahasiswa diharapkan secara sadar terlibat aktif dalam kontrak perkuliahan dan berkomitmen untuk menjalankannya; Memahami mengenali apa itu sosiologi, sejarah lahirnya ilmu sosiologi dan kaitanya dengan psikologi Apa Itu Sosiologi? Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, rekan, pasangan, sedangkan Logos berarti pembicaraan atau ilmu pengetahuan. Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" yang ditulis August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial. Sosiologi lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin (semuanya berasal dari Eropa). Sementara itu di dunia Timur nama Ibn Khaldun dengan karyanya “Maqaddimah” dianggap lebih dahulu meletakkan dasar-dasar ilmu sosiologi seperti yang dikenal sekarang. Sejarah Singkat Sosiologi Lahirnya sosiologi dilatar-belakangi oleh perubahan masyarakat di Eropa Brat akibat Revolusi Iindustri (Inggris) dan Revolusi Perancis. Banyak orang pada masa itu berharap bahwa perubahan struktur sosial politik di wilayah tersebut bakal membawa kemajuan bagi 2012 2 Sosiologi Nurwidiana SKM MPH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id semua anggota masyarakat. Dengan munculnya Revolusi Industri, pola-pola tradisional ditinggalkan dan muncullah tekhnologi baru yang mempermudah sekaligus meningkatkan produksi masyarakat, dan dengan demikian meninggalkan taraf hidupnya. Dengan berakhirnya Revolusi Perancis, semua orang berharap bahwa egalite (kesamaan), fraternite (persaudaraan), dan liberte (kebebasan) yang menjadi semboyan revolusi benar-benar akan terwujud. Ketiga semboyan itu memiliki kaitan yang erat satu sama lain. Kalau pada masa feodalisme sebelum Revolusi Perancis, masyarakat terkotak-kotak dalam lapisan sosial yang sangat membatasi ruang bagi lapisan sosial yang lebih rendah, setelah revolusi semua orang berharap bahwa akses terhadap semua sumber daya sosial dan ekonomi (misalnya, pendidikan, pekerjaan) harus terbuka lebar bagi semua orang, bukan hanya para raja, bangsawan, dan para pemegang otoritas institusi agama. Demikian juga halnya dengan kebebasan dan persaudaraan. Kalau sebelumnya, ruang politik dan sosial masyarakat dikekang lewat berbagai macam peraturan dan kondisi sosial masyarakat yang tidak adil, setelah revolusi semua orang berharap semua itu tidak akan terjadi lagi. Dengan demikian terciptalah persaudaraan yang sejati, dalam arti tidak ada lagi yang megkotak-kotakkan; kedudukan, pangkat, kelas sosial, kekayaan bukan lagi merupakan elemen-elemen pemisah sebab sekarang ini kita semua sama dan bebas. Namun dalam kenyataannya berbeda dengan apa yang diharapkan. Revolusi memang telah mendatangkan perubahan, namun pada saat yang sama juga telah mendatangkan kekuatiran yang lebih besar. Apa sesungguhnya yang terjadi? yang terjadi adalah timbulnya anarki (situasi tanpa aturan) dan chaos (kekacauan) yang lebih besar setelah Revolusi Perancis. Di samping itu, sebagai akibat dari Revolusi Industri, timbul kesenjangan sosial yang baru antara yang kaya dengan yang miskin. Kelas-kelas sosial bukannya dihapus tetapi semakin nyata. Kaum buruh semakin ditekan oleh segelintir bourgeoisie atau orangorang yang memiliki modal dan perusahaan. Dengan demikian, konflik antar kelas menjadi tidak terhidarkan. Banyak sekali ketegangan-ketegangan pada saat itu seperti pendiskriminasian terhadap orang miskin, makin meluasnya kesenjangan ekonomi, atau ekploitasi golongan wanita dan kanak-kanak dalam proses industri. Di tengah situasi demikian maka muncul inisiatif dari para ahli untuk mendeskripsikan keadaan ini, menganalisa serta megajukan teori-teori yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi sosial masyarakat. Proses Perkembangan Sosiologi 2012 3 Sosiologi Nurwidiana SKM MPH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Walaupun sosiologi muncul di abad ke-19 pada masa August Comte, akan tetapi perhatian terhadap masyarakat sudah ada sebelum abad 19, hanya saja masih berupa pemikiranpemikiran dan belum menjadi suatu ilmu pengetauan yang banyak dikemukakan oleh tokohtokoh filosof, antara lain; Plato (429-347 SM), seorang filosof aal Romawi, sebutulnya Plato bermaksud untuk merumuskan suatu tentang bentuk negara yang dicita-citakan, yang organisasinya didasarkan pada pengamatan kritis terhadap sistem-sistem sosial yang ada pada zamannya. Plato menyatakan bahwa masyarakat sebenarnya merupakan refleksi dari manusia perorangan. Suatu masyarakat akan mengalami kegoncangan, sebagaimana halnya manusia perorangan yang terganggu keseimbangan jiwanya yang terdiri dari tiga unsur yaitu nafsu, semangat dan inteligensia. Inteligensia merupakan unsur pengendali, sehingga suatu negar seyogyangya juga merupakan refleksi dari dari ketiga unsur yang berimbang atau serasi tadi. Dengan jalan menganalisis lembaga-lembaga didalam masyarakat, maka Plato berhasil menunjukan hubungan fungsional antara lembagalembaga tersebut yang pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh. Dengan demikian Plato berhasil merumuskan suatu teori organis tentang masyarakat, yang mencakup bidang-bidang kehidupan ekonomis dan sosial. Suatu unsur yang menyebabkan masyarakat berdinamika adalah adanya sistem hukum identik dengan moral, oleh karena itu, didasarkan pada keadilan. Aristoteles (384-322 SM), didalam bukunya politics, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap lembaga-lembaga politik dalam masyarakat. Pengertian politik digunakannya dalam arti luas mencakup juga berbagai masalah ekonomidan sosial. Sebagaimana halnya dengan Plato, perhatian Aristoteles terhadap biologi telah menyebabkannya mengadakan suatu analogi antara masyarakat dengan organisme biologis manusia. Disamping itu Aritoteles menggaris bawahi kenyataan bahwa basis masyarakt adalah moral (etika dalam arti yang sempit) Ibnu Khaldun (1332-1406), filsafat kebangsaan Arab yang mengemukakan beberpa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian sosial dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Prinsip-prinsip yang sama akan dapat dijumpai, bila ingin mengadakan analisis terhadap timbul dan tenggelamnya negara. Gejala-gejala yang sama akan terlihat pada kehidupan masyarakat-masyarakat pengembara, dengan segela kekuatan dan kelemahannya. Faktor yang menyebabkan bersatunya manusia di dalam suku-suku clan, negara dan sebagainya, adalah rasa solidaritas. Faktor itulah yang menyebabkan adanya ikatan dan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan bersama anatar manusia. 2012 4 Sosiologi Nurwidiana SKM MPH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Zaman Renaissance (1200-1600), tercatat dengan nama-nama seperti Thomas More denga utopia-nya dan Campanella yang menulis city of the sun. Mereka masih sangat terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap adanya masyarakat yang ideal. Berbeda dengan mereka adalah N. Machiavelli yang terkenal dengan bukunya II Principe yang menganalisa bagaimana mempertahankan kekuasaan. Unutk pertama kalinya politik dipisahkan dari moral, sehingga terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap masyarakat. Pengaruh ajaran Marchiavelli antara lain, suatu ajaran, bahwa teori-teori politik dan sosial memusatkan perhatian mekanisme pemerintahan. Abad ke-17 ditandai tulisan Hobbes (1588-1679) yang berjudul The Leviathan. Inti ajarannya di ilhami oleh hukum alam, fisika dan matematika. Dia beranggapan bahwa dalam keadaan alamiah, kehidupan manusia didasarkan pada keinginan-keinginan yang mekanis, sehingga manusia selalu ingin berkelahi. Akan tetapi meereka mempunyai pikiran bahwa hidup damai dan tentram jauh lebih baik. Keadaan semacam itu baru dapat tercapai apabila mereka mengadakan suatu perjanjian atau kontrak dengan pihak-pihak yang mempunyai wewenang, pihak mana akan dapat memelihara ketentraman. Supaya keadaan damai tadi terpelihara, maka orang-orang harus sepenuhnya mematuhi pihak yang mempunyai wewenang tadi. Dalam keadaan demikianlah masyarakat dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Abad ke-18 masih bersifat rasionalistis, akan tetapi sifatnya yang dogmatis sudah agak berkurang. Pada abad ini muncullah antara lain ajaran John Locke (1632-1704) dan J.J Rousseau (1712-1778) yang masih berpegang pada konsep kontrak sosial dari Hobbes. Menurut Locke manusia pada dasarnya, mempunyai hak-hak asasi yang berupa hak untuk hidup, kebebasan dan hak atas harta benda. Kontrak antara warga masyarakat dengan pihak yang mempunyai wewenang sifatnya atas dasar faktor pamrih. Bila pihak mempunyai wewenang tadi gagal untuk memenuhi syarat-syarat kontrak, maka warga-warga masyarakat berhak untuk memilih pihak lain. Rousseau antara lain berpendapat bahwa kontrak antara pemerintah dengan yang diperintah, menyebabkan tumbuhnya suatu kolektivitas yang mempunyai keinginan-keinginan sendiri, yaitu keinginan umum. Keinginan umum tadi berbeda denga keinginan masing-masing individu. Awal abad ke-19 muncullah ajaran Saint Simon (1760-1825) yang terutama mengatakan bahwa manusia hendaknya dipelajari dalam kehidupan berkelompok. Di dalam bukunya yang berjudul Memoirs sur la science de l,home, dia menyatakan bahwa ilmu politik merupakan bahwa suatu imu yang positif. Artinya, masalah-masalah dalam ilmu politik hendaknya di analisis dengan metode-metode yang lazim dipakai terhadap gejala-gejala lain. Dia memikirkan sejarah sebagai suatu fisika sosial. Fisiologi sangat mempengaruhi 2012 5 Sosiologi Nurwidiana SKM MPH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ajaran-ajaranya mengenai masyarakat. Masyarakat bukanlah suatu kumpulan dari orangorang belaka yang tindakan-tindakannya tidak mempunyai sebab, kecuali kemauan masingmasing. Kumpulan tersebut hidup karena didorong oleh organ-organ tertentu yang menggerakan manusia untuk melakukan fungsi-fungsi tersebut. Setelah itu muncullah di abad ke-19 nama Auguste Comte yang telah menulis beberapa buah buku yang berisikan tentang pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Nama yang dipakai pada saat itu adalah "sosiologi" ( 1839) yang berasal dari kata latin socius yang berarti "kawan", "teman", "masyarakat" dan dari kata yunanilogos yang berarti "kata", "berbicara". Jadi sosiologi adalah berbicara tentang masyarakat. Lahirnya sosiologi, tercatat pada 1842, tatkala Comte menerbitkan jilid dari bukunya yang berjudul Positive-Philosophy yang tersohor itu. Kemudian Herbert Spencer seseorang kebangsaan inggris mengembangkan suatu sistematika penelitian masyarakat dalam bukunya yang berjudul Principles of Sociology setengah abad kemudian nama sosiologi menjadi lebih populer, dan berkembang pesat pada abad ke-20, terutama di Perancis, Jerman dan Amerika Serikat. Obyek Sosiologi Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek. Objek Material Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang mempengaruhi kesatuan manusia itu sendiri. Objek Formal Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Objek Budaya Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain. Objek Agama Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial masyarakat, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang mempengaruhi hubungan manusia. 2012 6 Sosiologi Nurwidiana SKM MPH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Paradigma ilmu Sosial Paradigma adalah suatu pandangan yang fundamental (mendasar, prinsipiil, radikal) tentang sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dalam ilmu pengetahuan. Kemudian bertolak dari suatu paradigma atau asumsi dasar tertentu, seseorang yang akan menyelesaikan permasalahan dalam ilmu pengetahuan tersebut membuat rumusan, baik yang menyangkut pokok permasalahannya, metodenya agar dapat diperoleh jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan. Menurut George Ritzer, paradigma dalam ilmu sosial secara garis besarnya ada 3, yaitu Paradigma Fakta, Definisi dan Perilaku Sosial. A. Paradigma Fakta Sosial Fakta sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi. Fakta sosial dinyatakan oleh Emile Durkheim sebagai ‘barang sesuatu’ (thing) yang berbeda dengan ide. Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia. Fakta sosial ini menurut Durkheim terdiri atas dua macam : Dalam bentuk material : Yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, dan diobservasi. Fakta sosial inilah yang merupakan bagian dari dunia nyata contohnya arsitektur dan norma hukum. Dalam bentuk non-material : Yaitu sesuatu yang ditangkap nyata (eksternal). Fakta ini bersifat inter subjektif yang hanya muncul dari dalam kesadaran manusia, sebagai contoh egoisme, altruisme, dan opini. Pokok persoalan yang harus menjadi pusat perhatian penyelidikan sosiologi menurut paradigma ini adalah fakta-fakta sosial. Secara garis besar fakta sosial terdiri atas dua tipe, masing-masing adalah struktur sosial dan pranata sosial. Secara lebih terperinci fakta sosial itu terdiri atas: kelompok, kesatuan masyarakat tertentu, sistem sosial, peranan, nilai-nilai, keluarga, pemerintahan dan sebagainya. Menurut Peter M.Blau ada dua tipe dasar dari fakta sosial : 1. 2012 Nilai-nilai umum ( common values ) 7 Sosiologi Nurwidiana SKM MPH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Norma yang terwujud dalam kebudayaan atau dalam subkultur. Ada empat varian teori yang tergabung ke dalam paradigma fakta sosial ini. Masing-masing adalah : 1. Teori Fungsionalisme-Struktural, yaitu teori yang menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah : fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifestasi, dan keseimbangan. 2. Teori Konflik, yaitu teori yang menentang teori sebelumnya (fungsionalismestruktural) dimana masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus diantar unsur-unsurnya. 3. Teori Sistem, dan 4. Teori Sosiologi Makro Dalam melakukan pendekatan terhadap pengamatan fakta sosial ini dapat dilakukan dengan berbagai metode yang banyak untuk ditempuh, baik interviu maupun kuisioner yang terbagi lagi menjadi berbagai cabang dan metode-metode yang semakin berkembang. Kedua metode itulah yang hingga kini masih tetap dipertahankan oleh penganut paradigma fakta sosial sekalipun masih adanya terdapat kelemahan didalam kedua metode tersebut. B. Paradigma Definisi Sosial Paradigma pada definisi ini mengacu pada apa yang ditegskan oleh Weber sebagai tindakan sosial antar hubungan sosial. Inti tesisnya adalah “ tindakan yang penuh arti “ dari individu. Yang dimaksudkannya adalah sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Ada tiga teori yang termasuk kedalam paradigma definisi sosial ini. Masing-masing : Teori Aksi (action theory), Interaksionisme Simbolik (Simbolik Interactionism), dan Fenomenologi (Phenomenology). Ketiga teori di atas mempunyai kesamaan ide dasar, yaitu manusia adalah merupakan aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Selain itu dalam ketiga pembahasan ini pula mempunyai cukup banyak kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol dari fakta sosial itu. Sesuatu yang terjadi didalam pemikiran manusia antara setiap stimulus dan respon yang dipancarkan, menurut ketiga teori ini, merupakan hasil tindakan kreatif manusia. Dan hal inilah yang menjadi sasaran perhatian paradigma definisi sosial. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa penganut ketiga teori yang termasuk kedalam paradigma definisi 2012 8 Sosiologi Nurwidiana SKM MPH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sosial ini membolehkan sosiolog untuk memandang manusia sebagai pencipta yang relatif bebas didalam dunia sosialnya. Disini pula terletak perbedaan yang sebenarnya antara paradigma definisi sosial ini dengan paradigma fakta sosial. Paradigma fakta sosial memandang bahwa perilaku manusia dikontrol oleh berbagai norma, nilai-nilai serta sekian alat pengendalian sosial lainnya. Sedangkan perbedaannya dengan paradigma perilaku sosial adalah bahwa yang terakhir ini melihat tingkahlaku mansuia sebagai senantiasa dikendalikan oleh kemungkinan penggunaan kekuatan (re-enforcement). C. Paradigma Perilaku Sosial Seperti yang dipaparkan pembahasan sebelumnya, bahwa paradigma ini memiliki perbedaan yang cukup prinsipil dengan paradigma fakta sosial yang cenderung perilaku manusia dikontrol oleh norma. Secara singkat pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkahlaku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan yang berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Jadi terdapat hubungan fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan aktor. Penganut paradigma ini mengaku memusatkan perhatian kepada proses interaksi. Bagi paradigma ini individu kurang sekali memiliki kebebasan. Tanggapan yang diberikannya ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang dating dari luar dirinya. Jadi tingkahlaku manusia lebih bersifat mekanik dibandingkan dengan menurut pandangan paradigma definisi sosial. Ada dua teori yang termasuk kedalam paradigma perilaku sosial. Behavioral Sociology Theory, teori ini memusatkan perhatiannya pada hubungan antara akibat dari tingkahlaku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkahlaku aktor, khususnya yang dialami sekarang oleh si aktor. Exchange Theory, teori ini dibangun dengan maksud sebagai reaksi terhadap paradigma fakta sosial, terutama menyerang ide Durkheim secara langsung dari tiga jurusan: i. Pandangannya tentang emergence ii. Pandangannya tentang psikologi iii. Metode penjelasan dari Durkheim 2012 9 Sosiologi Nurwidiana SKM MPH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Paradigma perilaku sosial ini dalam penerapan metodenya dapat pula menggunakan dengan dua metode sebelumnya yaitu kuisioner, interview, dan observasi. Namun demikian, paradigma ini lebih banyak menggunakan metode eksperimen dalam penelitiannya. Paradigma dalam sosiologi sebagaimana dikemukakan tersebut akan menyebabkan adanya berbagai macam teori dan metode dalam pendekatannya. Keterkaitan Sosiologi dengan Disiplin Ilmu Lain Setiap disiplin ilmu sudah pasti tidak dapat bekerja sendiri tanpa penggunaan disiplin ilmu lainnya. Sosiologi adalah salah satu dari disiplin ilmu sosial, sehingga ilmu tersebut memerlukan hubungan kerjasama dengan disiplin ilmu sosial yang lain, di antaranya: Sejarah, Antropologi, Geografi, Ekonomi, Psikologi, Politik, Hukum, Budaya, Religi, Seni, dan lain sebagainya. Keterkaitan Sosiologi dengan Psikologi dan Manfaat Sosiologi dalam Pembahasan Psikologi Manusia yang menjadi obyek pengamatan dalam ilmu Psikologi juga menjadi obyek pengamatan atau unit analisis dalam ilmu Sosiologi, khususnya ketika manusia memerankan sebagai makhluk sosial yang bermasyarakat. Fokus Psikologi terutama pada tingkahlaku manusia sebagai manifestasi hidup kejiwaannya yang didorong oleh motif tertentu hingga manusia dapat bertingkah laku dan berbuat. Sedangkan Sosiologi berfokus pada bagaimana manusia yang sama itu hidup bermasyarakat serta bagaimana masyarakat sebagai kumpulan individu itu bertingkahlaku. Karena mempunyai obyek kajian yang sama, antara Psikologi dan Sosiologi mesti terjadi irisan pembahasan dan saling ketergantungan. Psikologi memerlukan Sosiologi untuk memahami bagaimana lingkungan masyarakat mempengaruhi pemikiran dan tingkahlaku individu. Sementara itu Sosiologi memerlukan Psikologi untuk memahami bagaimana interaksi dan perilaku dalam masyarakat dimulai dari ide dan perilaku individu. Saat ini makin populer kajian yang bersifat interdisipliner yang menggabungkan antara Psikologi dan Sosiologi yang biasa disebut Psikologi Sosial atau Psikososial. Para ahli Psikolog sosial telah menunjukkan bahwa untuk dapat memahami perilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana peranan situasi, permasalahan, dan budaya di mana individu itu 2012 berada. 10 Sosiologi Nurwidiana SKM MPH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Wagiyo, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007 Ritzer, George, Sosiologi, Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Judul Asli: Sociology A Multiple Paradigm Science), Boston: Allyn and Bacon, 1980. George Ritzer, Douglas, J. Goodman, 2007, Teori Sosiologi Modern , Jakarta: Kencana Ibnu Khaldun, 2000 Al-Muqaddimah, Jakarta: PT Pustaka Firdaus Narwoko J. Dwi, Bagong Suyanto, 2007. Sosiologi, Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana http://pengantar-sosiologi.blogspot.com/2009/04/bab-1-sejarah-perkembangansosiologi.html 2012 11 Sosiologi Nurwidiana SKM MPH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id