MODUL PERKULIAHAN SOSIOLOGI Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi 2016 1 Tatap Muka Kode MK 02 Disusun Oleh Yuherina Gusman, MA Abstract Kompetensi Memasuki abad-17 Sosiologi mulai diakui sebagai ilmu pengetahuan. Dalam pengembangannya telah dirangkai sejumlah teori dan metodologi dalam penelaahan fenomena sosial ditengah-tengah masyarakat. Mahasiswa memahami teori dasar dan metodologi-metodologi sosiologi Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Teori Dasar Sosiologi Sosiologi Sebagai Ilmu Sebelum Sosiologi ditemukan/diformulasikan oleh Auguste Comte pada tahun 1838, kajian mengenai masyarakat berada di bawah ilmu filsafat. Sosiologi pada akhirnya bertransformasi menjadi kajian khusus sebagai ilmu pengetahuan karena meningkatnya perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat dan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat (Soekanto, 2012). Revolusi awal mengenai pentingnya metode ilmiah dalam sosiologi disampaikan oleh Emile Durkheim dalam bukunya Rule of Sociology Method pada tahun 1895. Sosilogi berhasil dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan setelah mampu memenuhi syarat ilmu, yakni: a. Empiris : didasarkan dari hasil observasi, tidak spekulatif, pakai akal sehat; b. Teoretis : berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi; c. Kumulatif : Berdasarkan teori-teori yang ada, , tinggal memperbaiki memperluas teori lama; d. Non-Etis : yang dipersoalkan sosiologi bukan baik buruknya fakta tapi menjelaskan fakta-fakta tersebut secara analitis. Sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang menjadi objek dari analisa sosiologi adalah masyarakat dengan fokus kepada hubungan antarmanusia dalam masyarakat dan proses yang ditimbulkan dari hubungan tersebut . Dalam tahap perkembangan selanjutnya, muncul berbagai teori sebagai alat telaah sosiologi sebagai ilmu sosial. Definisi Teori Teori merupakan hubungan antara dua variable atau lebih yang telah diuji kebenarannya (Soekanto, 2012). Teori digunakan sebagai alat untuk memahami kenyataan, menyatakan hubungan sistematik antara fenomena atau gejala yang hendak diteliti. Dengan kata lain, teori selalu lahir dari kenyataan dan selalu diuji pula dalam kenyataan. Maka teori sosiologi lahir dari kenyataan sosiologi sebagai refleksi dari keadaan masyarakat yang digambarkannya. Karena dalam realita kehidupan bermasyarakat tidak ada masyarakat yang tidak mengalami perubahan, maka teori-teori sosiologi juga tidak ada yang tidak 2016 2 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengalami perubahan. Teori sosiologi akan tumbuh, berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Seiring dengan perkembangan realitas yang ada di masyarakat. Teori-teori Awal Sosiologi Sebelum Comte, filsuf pertama yang membahas tentang masyarakat adalah Plato. Dalam pemahamaannya mengenai teori organisasi dalam pembentukan negara, Plato menelaah masyarakat sebagai refleksi dari manusia/individu. Plato merumuskan bahwa masyarakat seperti halnya manusia akan mengalami goncangan yang akan mengganggu keseimbangan jiwanya yang dipengaruhi oleh tiga factor: nafsu, semangat dan kecerdasan. Dari penelitiannya tersebut Plato menyatakan bahwa masyarakat merupakan satu kesatuan utuh yang berdinamika dan memiliki sistem hukum yang identik dengan moral karena didasarkan pada keadialn (Soekanto, 2012). Filsuf berikutnya adalah Aristoteles yang menganalisa lembaga politik dalam masyarakat. Dalam kesimpulannya, Aristoteles menyatakan bahwa basis masyarakat adalah moral (etika dalam arti yang sempit). Memasuki abad pertengahan, Ibnu Khaldun mengemukakan prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian sosial dan peristiwa sejarah. Buku fenomenalnya “muqaddimah” dianggap sebagai bibit lahirnya ilmu sosiologi. Ibnu Khaldun menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk politik dan sosial yang membutuhkan satu sama lain sehingga kehidupan dengan masyarakat dan organisasi sosial merupakan keharusan. Selain membahas tentang faktor perekat dan perenggang dalam masyarakat untuk menciptakan sebuah peradaban, Ibnu Khaldun juga menulis tentang solidaritas sosial. Dalam perkembangan berikutnya ada Hobbes dalam bukunya The Leviathan yang membahsa tentang “nature”-nya masyarakat dan bagaimana agar perdamaian bisa terwujud di dalam masyarkatat, John Locke dan JJ Rousseau tentang kontrak sosial dan Saint Simon yang menyarakan untuk mempelajari manusia dalam kehidupan berkelompok (masyarakat). Teori Dasar Sosiologi 1. AUGUSTE COMTE (1798-1857) Comte merupakan orang pertama yang menggunakan kata sosiologi dalam upaya mempelajari tentang perilaku manusia.Comte merupakan orang pertama yang membedakan anatara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu pengetahuan lainnya. Menurut Comte masyarakat merupakan suatu keseluruhan organik yang kenyataannya lebih dari pada sekedar jumlah bagian-bagian yang saling tergantung. 2016 3 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam analisanya ini, Comte membagi sosiologi menjadi dua bagian, yaitu social statics dan social dynamics. Social statics yaitu suatu studi tentang hukum-hukum aksi dan reaksi antara bagian-bagian dari suatu sistem social, sedangkan social dynamics merupakan teori tentang perkembangan dan kemajuan masyarakat manusia. Untuk menunjukkan kemajuan masyarakat ini, Comte membagi perkembangan ilmu pengetahuan sosiologi di dalam masyarakat pada tiga tahapan utama, yakni: a. Tahap teologis merupakan periode yang paling lama dalam sejarah manusia, dimana manusia menafsirkan gejala-gekala disekelilingnya secara teologis. b. Tahap metafisik merupakan tahap transisi antara tahap teologis dan positif. Tahap ini ditandai oleh satu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dengan akal budi. Pada tahap ini manusia masih terikat oleh cita-cita tanpa verifikasi karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu. c. Tahap positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai data pengetahuan terakhir. Tetapi pengetahuan selalu sementara sifatnya, tidak mutlak, memperlihatkan suatu keterbukaan terus-menerus terhadap data baru atas dasar mana pengetahuan dapat ditinjau kembali dan diperluas. 2. EMILE DURKHEIM (1858-1917) Menurut Emile Durkheim, sosiologi adalah sebuah bahwa gejala sosial yang nyata (riil) dan mempengaruhi kesadaran individu serta perilakunya yang berbeda dari karakteristik psikologis, biologis, atau karakteristik individu lainnya. Karena gejala sosial merupakan fakta yang nyata, gejala-gejalanya dapat dipelajar dengan metode-metode empiris yang memungkinkan satu ilmu pengetahuan tentang masyarakat dikembangkan. Adapun yang dimaksud dengan gejala sosial yang nyata/fakta sosial yaitu cara-cara bertindak, berpikir dan merasa, yang berada diluar individu dan dimuati dengan sebuah kekuatan memaksa, yang karenanya hal-hal itu mengontrol individu itu. Fakta sosial, menurut pendapatnya, ‘berada diluar’ diri individu dalam arti bahwa fakta itu datang kepadanya dari diluar dirinya sendiri dan menguasai tingkah lakunya (Camppbel, 2001). Sehingga para ilmuan sosial dapat memperlakukan fakta sosial sebagai ‘benda’ dengan cara yang sama seperti ilmuan alam memperlakukan objek-objek fisik. 2016 4 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Cara membedakan gejala sosial dengan gejala individu yakni dengan menekankan pada karakteristik pembeda sebagai berikut: Gejala Sosial Gejala Individu Bersifat eksternal dari individu Ada di dalam internal individu Memaksa/mengikat Individu Bebas memilih/menentukan Bersifat umum dan menyebarluas di dalam Hanya ada dalam diri individu masyarakat Gejala/fakta sosial ini juga terbagi dalam dua kategori yakni material dan nonmaterial. Fakta material diwakili oleh gaya arsitektur, bentuk teknologi, hukum dan perundang-undangan. Dan fakta social non-material merupakan fakta yang ada dalam pikiran manusia, namun memiliki kekuatan mengikat/mendesak seperti : moralitas, kesadaran kolektif, representasi kolektif dan arus sosial. 3. KARL MARX (1818-1883) Sumbang serta Mark dalam sosiologi dimuali dari teori alienasinya. Menurut Mark perlu adanya sebuah perubahan untuk membuat masyarakat bisa mengekspresikan potensi kemanusiannya secara memadai. Maka Marx mengembangkan suatu pengertian penting; Sistem ekonomi kapitalis adalah sebab utama alienasi. Alienasi terdiri dari empat unsur dasar. Pertama, para pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari aktifitas produktif mereka. Kaum pekerja tidak memproduksi objekobjek berdasarkan ide-idenya mereka sendiri atau untuk secara langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri. Kedua, pekerja tidak hanya teralienasi dari aktivitasaktivitas produktif, akan tetapi juga dari tujuan aktivitas-aktivitas tersebut. Produk kerja mereka tidak menjadi milik mereka sendiri, melainkan menjadi milik para kapitalis yang mungkin saja menginginkan cara-cara yang mereka inginkan. Ketiga, para pekerja di dalam kapitalisme teralienasi dari sesama pekerja. Asumsi Marx adalah bahwa manusia pada dasarnya membutuhkan dan menginginkan bekerja secara kooperatif untuk mengambil apa yang mereka butuhkan dari alam untuk terus bertahan. Keempat, para pekerja dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari potensi kemanusiaan mereka sendiri. Kerja tidak lagi menjadi transformasi dan pemenuhan sifat dasar manusia kita, akan tetapi membuat kita merasa kurang menjadi manusia dan kurang menjadi diri kita sendiri (Ritzer dan Goodman, 2010). 2016 5 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Berangkat dari ini semua, Marx hadir dengan teori barunya yang dikenal dengan teori konflik. Teori konflik yaitu suatu upayan dengan melihat elemen-elemen dan komponen-komponen dalam masyarakat sebagai suatu persaingan dengan kepentingan yang berbeda sehingga pihak yang satu selalu berusaha menguasai pihak yang lain. Pihak yang kuat berusaha menguasai pihak yang lemah. Dengan demikian konflik menjadi tak terhindarkan. Dengan adanya perubahan dalam masyarakat, konflik ini menungkinkan terjadinya perubahan- perubahan ke arah yang lebih baik atau bisa juga sebaliknya. 4. MAX WEBER (1864-1920) Bagi Weber, sosiologi adalah suatu ilmu yang berusaha memahami tindakantindakan sosial dengan menguraikannya dengan menerangkan sebab-sebab tindakan tersebut. Melalui teori tindakan, peneliti dapat memfokuskan perhatian pada individu, pola dan regularitas tindakan, dan bukan pada kolektivitas. Adapaun tindakan sosial yang dapat ditelaah tersebut: a. Zweck Rational (Rasionalitas instrumental), yaitu tindakan sosial yang menyandarkan diri kepada pertimbangan-pertimbangan manusia yang rasional ketika menanggapi lingkungan eksternalnya. b. Wert Rational (Rasionalitas yang berorientasi nilai), yaitu tindakan sosial yang rasional, namun yang mendasarkan diri kepada suatu-suatu nilai absolut tertentu. Nilai-nilai yang dijadikan sandaran ini bisa nilai etis, estetika, keagamaan atau pula nilai-nilai lain. c. Affectual (tindakan afektif), yaitu suatu tindakan sosial yang timbul karena adanya dorongan atau motivasi yang sifatnya emosional. Ledakan kemarahan seseoang misalnya, atau ungkapan rasa cinta, kasihan, adalah contoh dari tindakan affectual. d. Tradisional, yaitu tindakan sosial yang didorong dan berorientasi kepada tradisi masa lampau. Tradisi di dalam pengertian ini adalah suatu kebiasaan bertindak yang berkembang di masa lampau. Mekanisme tindakan semacam ini selalu berlandaskan hukum-hukum normatif yang telah ditetapkan secara tegas-tegasan oleh masyarakat. Metode Sosiologi Pada dasarnya metode sosiologi sama dengan metode dalam ilmu pengetahuan lainnya. Yakni dengan mengklasifikasikan fakta, memandang hubungan timbal baliknya, dan memaparkan hubungan-hubungannya. Yang membedakan dalam hal ini adalah tekniknya. 2016 6 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ada yang bersifat cross-sectional, eksperimen lapangan dan pengamatan. Jika teknik yang digunakan adalah cross-sectional , maka telaah dilakukan pada suatu daerah dengan jangka waktu tertentu. Eksperimen lapangan dilakukan diluar laboratorium –dimana penelitian ilmiah banyak dilakukan di laboratorium- secara berkesinambungan dengan serangkaian langkah-langkah efektif. Melalui pengamatan, hampir mirip dengan eksperimen lapangan, bedanya dalam eksperimen ilmuwan merencanakan supaya sesuatu terjadi sehingga kejadian berikutnya dapat dimati, sedang dalam studi pengamatan, ilmuwan mengamati terjadinya sesuatu atau kejadian yang telah terjadi tanpa dibuat-buat. Dengan tiga teknik tersebut, maka ada dua metodologi utama yang digunakan di dalam sosiologi, yakni metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kualitif mengutamakan objek kajian yang sulit diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak. Metode yang termasuk dalam metode ini yakni: a. Metode Historis : menggunakan analisis atas peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum; b. Metode Komparatif : dengan membangdingkan bermacam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan serta sebab-sebabnya; c. Metode studi kasus : mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala ntaya dalam kehidupan masyarakat. Metode kuantitatif merupakan penelitian yang bisa diukur dengan angka, dengan mempergunakan skala, indeks, table dan formula (metode statistik, sociometry). 2016 7 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi (Bagian 1 dan 2): Jakarta, Penerbit Erlangga George Ritzer, Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiolog. Bantul: Kreasi Wacana Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi: Suatu Pengantar: Jakarta: Rajawali Pers Tom Campbel. 2001. Tujuh Teori Sosial, pent, Budi Hardiman. Yogyakarta: Kanisius 2016 8 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id