MODUL PERKULIAHAN SOSIOLOGI a. Proses dan Interaksi Sosial b. Kebudayaan dan Masyarakat Fakultas Program Studi Psikologi Psikolog Tatap Muka 04 Kode MK Disusun Oleh Yuherina Gusman, M.A Abstract Kompetensi Masysrakat terbentuk karena adanya proses dan interaksi didalamnya. Makalah ini akan membahas mengenai proses dan interaksi tersebut dan pengaruhnya terhadap perkembangan budaya dan masyarakat. Mahasiswa mampu menyebutkan minimal enam orang pemikir sosiologi dan kontribusinya terhadap sosiologi. Dan memahami key studies dalam pembelajaran sosiologi : masyarakat, individu, peran, status Proses Sosial dan Interaksi Sosial Proses Sosial Secara sederhana proses sosial dapat dipahami sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan orang perorang atau kelompok secara bersama. Proses sosial perlu dipelajari dan dipahami dalam menelaah masyarakat agar bisa memperoleh pengertian dari pegerakan yang ada di dalam masyarakat (dinamikanya). Munculnya perhatian terhadap proses sosial ini di awali dari masyarakat yang memiliki dua sisi/segi. Segi pertama yakni statis (tetap), yang cenderung sama dan tidak berubah seperti struktur masyarakat dan segi kedua yakni dinamis (bergerak) yang bisa diamati dari fungsi masyarakat. Dengan demikian proses sosial dapat didefinisikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan kata lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara perbagai segi kehidupan bersama (Soekanto, 2012). Interaksi Sosial Aktivitas yang sangat penting dalam proses sosial adalah interaksi sosial sebagai syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial ini bisa terjadi baik melalui sign (tanda) ataupun symbol (simbol), dimana sebagai pembeda dengan makhluk lain, manusia memiliki bahasa dalam interaksinya. Arnold W. Green menjelaskan interaksi sosial sebagai aktifitas yang saling mempengaruhi antar individu/kelompok dalam upayanya untuk memecahkan permasalahan dan merangkainya untuk mewujudkan tujuan-tujuan. Sebagai contoh Indonesia terdiri atas masyarakat yang kompleks dari segi budaya, golongan dan agama. Dengan adanya interaksi sosial, keharmonisan di dalam masyarakat dapat diciptakan. Interaksi ini ada yang tersturktur adapula yang tidak tersturktur. Interaksi terstruktur yakni pola hubungan yang telah memiliki aturan-aturan khusus, seperti di pengadilan, interaksi antara hakim dan pengacara sudah ada aturan-aturannya. Sedangkan interaksi yang tidak terstruktur yakni interaksi yang terjadi di lapangan/kehidupan sehari-hari yang tidak ada aturan bakunya. Interaksi sosail dapat terjadi antar orang perorangan, orang-perorangan dengan kelompok manusia maupun kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. 2016 2 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Proses interaksi sosial ini terjadi didasari oleh berbagai faktor, diantaranya: Faktor Imitasi Peran Mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku Sugesti Mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima pihak lain Identifikasi Memungkinkan terbentuknya kerjasama dengan pihak lain Simpati Memungkinkan terbentuknya kerjasama dengan pihak lain, didasari keinginan untuk memahami pihak lain Adapun syarat-syarat terjadinya interaksi sosial yakni: a. Adanya kontak sosial; b. Adanya komunikasi (Soekanto, 1974). Dalam aplikasinya, interaksi sosial akan dipengaruhi oleh: a. Intimasi, intimasi atau secara psikologi dimaknai sebagai “close encounters” merupakan dasar utama dalam sebuah hubungan/kelompok sebagai keluarga ataupun kelompok sosial. Lawan dari intimasi yaksi “impersonal” atau “distant contact”. b. Waktu, mempengaruhi tingkat keintiman seseorang atau kelompok masyarakat. Pada dasarnya waktu akan meningkatkan level intimasi dan kekakuan dalam sebuah hubungan. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama (cooperation), akomodasi, asimilasi, persaingan (competition) dan pertikaian (conflict). 2016 3 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Kerja sama Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok dan merupakan proses yang utama. Secara sederhana kerja sama diartikan ketika sekelompok orang bergabung/bekerja bersama-sama untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Kerjasama akan menghasilkan integrasi didalam kelompok/masyarakat. Kerja sama merupakan bentuk interaksi yang tidak begitu menarik perhatian para sosilog. Kerja sama ini ada bentuknya spontan (Spontaneous cooperation), langsung (directed coeepration), kontrak (contractual cooperation) dan kerjasama tradisional (traditional cooperation), yang terbagi dalam lima bentuk kerjasama1: 1. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong; 2. Bargaining : pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-berang dan jasajasa antar dua organisasi atau lebih; 3. Kooptasi : proses penerimaan unsure-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersnagkutan; 4. Koalisi : kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif. 5. Joint Venture : kerjasama dalam dalam pengusahaan proye-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan dll. b. Akomodasi Akmodasi merupakan aspek interaksi sosial yang diikuti konflik. Akomodasi merupakan terminology yang digunakan sosilog untuk menjelaskan sebuah proses adaptasi antara individu/kelompok yang bertentangan. Dalam akomodasi kerja sama dan konflik hadir disaat yang bersamaan. Beberapa sosilog seperti Summer menamakan akomodasi sebagai kerjasama antagonis. Semakin bersahabat sebuah lingkungan, semakin besar kemungkinan untuk bekerjasama, dan sebaliknya. Sebagai contoh, kehidupan Negro di masa perang sipil 1 James D Thomspon dalam Soekanto, Soejorno, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajagrafindo Persada, hal.68 2016 4 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Amerika. Pada masa itu ada dua kelas budak yakni yang bekerja di lahan-lahan dan yang bekerja di rumah. Para budak yang bekerja di rumah-rumah memiliki status sosial yang lebih tinggi disbanding budak-budak yang bekerja di luar rumah/lahan-lahan. Budak-budak di rumah tangga memiliki status yang lebih tinggi karena terkait dengan fakta kedekatan mereka dengan majikan dan kemungkinan kecil dari mereka untuk pergi meninggalkan majikannya. Sehingga terbentuklah proses akomodasi seperti kebebasan, sub-ordinasi, kompromi, toleransi, konversi dsb. Hasil dari akomodasi dalam masyarakat yakni: 1) Integrasi masyarakat; 2) Menekan oposisi; 3) Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda; 4) Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru; 5) Perubahan-perubahan dalam kedudukan; 6) Membuka jalan kea rah asimilas. c. Asimilasi Asimilasi merupakan bagian penting dari interaksi sosial, dimana individu atau kelompok mulai mengeliminiasi perbedaan dan lebih mengedepankan persamaanpersamaan, yang terideintifikasi melalui minat/kepentingan dan pandangan/harapan. Asimilasi merupakan sebuah proses dimana proses penyatuan individu dan kelompok dilakukan dengan berbagi pengalaman dan sejarah yang berkaitan dalam kehidupan budaya masing-masing individu/kelompok. Tidak selamanya asimilasi menciptakan kesetaraan (equality) antar individu/kelompok di dalam masyarakat. Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya proses asimilasi: 1). Toleransi; 2). Kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi; 3). Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya; 4). Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di masyarakat; 5). Persamaan dalam unsure-unsur kebudayaan; 2016 5 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 6). Perkawinan campuran 7) Adanya musuh bersama dari luar. d. Persaingan (Competition) Persaingan merupakan proses sosial dimana individu dan auat kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidnag-bidang kehiduapn yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum. Kompetisi terjadi ketika muncul ketidakseimbangan bagi suplai kebutuhan utama manusia. W.H Hamilton menyampaikan bahwa bentuk dasar kompetisi adalah ketika kebutuhan populasi/kelompok masyarakat tidak terpuaskan dan dunia tidak memiliki persedian yang cukup untuk semua makhluk hidup. Tipe-tipe persaingan: 1). Persaingan Ekonomi; 2). Persaingan Kebudayaan 3). Persaingan Kedudukan dan Peran 4). Persaingan Ras e. Konflik Terjadi ketika ada perbenturan kepentingan, baik objek kompetisinya maupun antar sesama kompetitor. Masyarakat dan Kebudayaan Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya yang memiliki “program” khusus yang membuat mereka bisa bertahan dalam situasi dan kondisi apapun. Ketika manusia lahir kemuka bumi tanpa ada masyarakat yang melindungi, maka manusia akan mati. Tanpa adanya kebudayaan sebagai pijakan pola perilaku manusia pun akan punah sebelum menemukan bagimana caranya untuk menyelamatkan diri. Manusia juga terlahir sebagai makhluk sosial, yang secara alami memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan orangorang disekitarnya. Kebudayaan Masyarakat seringkali tidak menyadari bahwa mereka hidup dan mengikuti seperangkat keyakinan (belief) dan kebiasaan (custom) yang menjelma menjadi 2016 6 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id seperangkat aturan dan tata cara yang ketika diramu dengan gagasan dan nilai akan bertransformasi menjadi sebuah kebudayaan (culture). Secara umum kebudayaan dipahami sebagai segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota masyarakat. Kebudayaan dapat dibagi dua: materi dan non materi. Kebudayaan non materi yaitu katak-kata/bahasa yang digunakan suatu masyarakat tertentu, hasil pemikiran, adat-istiadat, keyakinan dan kebiasaaan. Sedangkan kebudayaan materi merupakan hasil perkembangan kebudayaan non materi dan tidak ada artinya tanpa kebudayaan non materi, seperti : alat-alat memasak, perhiasan, mobil dsb. Dalam realitanya, kebanyakan orang sudah membedakan antara kebudayaan dengan masyarakat. Berikut perbedaan mendasar antara kebudayaan dengan masyarakat : Kebudayaan Masyarakat Sistem norma dan nilai Sekumpulan manusia yang mendiami wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu Terorganisir dan merupakan pegangan bagi Organisasi manusia yang saling masyarakat berhubungan satu sama lain Khas, unik Masyarakat yang berbeda, bisa saja memiliki kebudayaan yang sama (ex: Amerika Serikat dan Kanada) Perkembangan Sosial dan Kebudayaan Faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan: 1. Faktor Biologis Pada bagian ini, mengamati tentang dasar-dasar biologis dariperilaku manusia dan tentang interaksi biologi dan kebudayaan mempengaruhi manusia dan perkembangan masyarakat. Auguste Comte memaparkan tiga tingkatan pemikiran manusia yang mempengaruhi kebudayaan manusia dan kehidupan sosial: a. Theologies b. Metafisis ((filosofis) c. Positif (ilmiah) Menurut Comte, pengaruh terbesar dari tiga tingkatan ini yakni membuat perubahan di dalam masyarakat dengan meningkatnya optimism masyarakat , meningkatkan kemajuan dan mengakhiri kesengsaraan. 2. Faktor Geografis 2016 7 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Iklim dan geografi merupakan factor penting pembentuk kebudayaan. Seperti peradaban kuno Mesir Kuno dan Mesopotamia, tumbuh dan berkembang karena factor geografisnya. Faktor geografis yang mempengaruhi perkembangan kebudayaan: a. Tanah yang subur b. Transportasi yang mudah Di Indonesia sendiri saat ini sedang mengalami masa pancaroba sebagai akibat tuntutan reformasi secara menyeluruh yang berpangkal pada kegiatan pembangunan nasional yang menerapkan teknologi maju untuk mempercepat pelaksanaannya. Di lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan orientasi baru. Masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multicultural menhadapi tantangan-tangan baru dalam menata kembali tatanan sosial, politik dan kebudayaan dewasa ini. Penerapan teknologi maju Penerapan teknologi maju untuk mempercepat pebangunan nasional menuntut pengembangan perangkat nilai budaya, norma sosial disamping ketrampilan dan keahlian tenagakerja dengan sikap mental yang mendukungnya. Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya itu memerlukan penanaman modal yang besar (intensive capital investment) yang harus dikelola secara professional agar dapat mendatangkan keuntungan materi seoptimal mungkin. Tanpa disadari, kenyataan tersebut memacu perkembangan tatanan sosial disegenap sektor kehidupan. Keterbatasan lingkungan (environment scarcity) Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya cenderung bersifat eksploitatif dan ekspansif dalam pelaksanaannya. Untuk mengejar keuntungan materi seoptimal mungkin, mesin-mesin berat yang mahal harganya dan biaya perawatannya, mendorong pengusaha untuk menggunakannya secara intensif tanpa mengenal waktu. Pembabatan hutan secara besar-besaran tanpa mengenal waktu siang dan malam, demikian juga mesin pabrik harus bekerja terus menerus dan mengoah bahan mentah menjadi barang jadi yang siap di lempar ke pasar. Pemenuhan bahan mentah yang diperlukan telah menimbulkan tekanan pada lingkungan yang pada gilirannya mengancam kehidupan penduduk yang dilahirkan, dibesarkan dan mengembangkan kehidupan di lingkungan yang di explotasi secara besarbesaran. Di samping itu penerapan teknologi maju juga cenderung tidak mengenal batas lingkungan geografik, sosial dan kebudayaan maupun politik. Di mana ada sumber daya alam yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan industri yang ditopang dengan peralatan modern, kesana pula mesin-mesin modern didatangkan dan digunakan tanpa memperhatikan kearifan lingkungan (ecological wisdom) penduduk setempat. Ketimpangan sosial-budaya antar penduduk pedesaan dan perkotaan ini pada gilirannya juga menjadi 2016 8 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id salah satu pemicu perkembangan norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya yang befungsi sebagai pedoman dan kerangka acuan penduduk perdesaan yang harus nmampu memperluas jaringan sosial secara menguntungkan. Apa yang seringkali dilupakan orang adalah lumpuhnya pranata sosial lama sehingga penduduk seolah-olahkehilangan pedoman dalam melakukan kegiatan. Kalaupun pranata sosial itu masih ada, namun tidak berfungsi lagi dalam menata kehidupan pendudduk sehari-hari. Seolah-olah terah terjadi kelumpuhan sosial seperti kasus lumpur panas Sidoarjo, pembalakan liar oleh orang kota, penyitaan kayu tebangan tanpa alas an hokum yang jelas, penguasaan lahan oleh mereka yang tidak berhak. Kelumpuhan sosial itu telah menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan dan berlanjut dengan pertikaian yang disertai kekerasan ataupun amuk. 2016 9 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi (Bagian 1 dan 2): Jakarta, Penerbit Erlangga Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi: Suatu Pengantar: Jakarta: Rajawali Pers http://dialogue.hubpages.com/hub/Social-Interaction-and-Social-Processes 2016 10 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id