MODUL PERKULIAHAN Komunikasi Antar Budaya Nilai dan Norma dalam Komunikasi Antar Budaya Fakultas Program Studi FIKOM MARKETING & ADV. Tatap Muka 06 Kode MK Disusun Oleh MELLY RIDARYANTHI, S.S., M.Soc.Sc. Abstract Kompetensi Modul ini membahas tentang bagaimana budaya terbentuk dan cara berkomunikasi Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami terbentuknya budaya dan cara berkomunikasi antara individu dengan budaya yang berbeda Tradisi, Nilai dan Norma Budaya Tradisi merupakan adat kebiasaan yang diproduksi oleh suatu masyarakat berupa aturan atau kaidah yang biasanya tidak tertulis tetapi dipatuhi oleh masyarkat, berupa petunjuk perilaku yang harus dan sebaiknya dilakukan atau apa yang harus atau sebaiknya tidak dilakukan berupa hal yang tabu. Keharusan suatu tindakan apa yang harus dilakukan dan larangan yang harus dijauhi oleh tindakan seseorang disebut sebagai norma. Norma adalah petunjuk tingkah laku mengenai apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang berterima di masyarakat. Norma dikonstruksikan dalam masyarakat dan disandingkan dengan sanksi sosial yang diterapkan di masyarakat. Norma juga dapat diartikan sebagai aturan-aturan atau pedoman sosial yang khusus mengenai tingkah laku, sikap dan perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak. Norma juga dilihat sebagai aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Namun, tidak dapat dinafikan bahwa nirma-norma yang dipercaya dan diamalkan oleh masyarakat. Dengan adanya norma, masyarakat mengkonstruksikan aturan dan kaidan yang digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai sesuatu. Dapat dilihat bahwa di masyarakat terkonstruksi nilai moral dari setiap norma yang ada. Berikut ini ada beberapa ciri nilai moral yang terkandung dalam norma, sebagai berikut: 1. Nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia tentang tanggung jawab 2. Nilai moral berkaitan dengan hati nurani 3. Nilai moral mengikat dengan kewajiban bagi anggota masyarakat terkait untuk dapat mematuhinya 4. Nilai moral bersifat formal, bergantung pada konteks yang berterima pada suatu budaya dalam masyarakat Sementara itu, apa yang baik dilakukan dan apa yang buruk dilakukan disebut dengan nilai. Ini merupakan sistem moral yang dikembangkan oleh komunitas masyarakat untuk menunjukkan apa suatu tindakan dianggap benar atau salah, baik atau buruk, sedih atau bahagia. Tradisi membangun kekuatan rasa memiliki dari setiap anggota masyarakat adalah penting. Setiap orang yang berkomunikasi tanpa mempedulikan tradisi budaya lebih banyak melahirkan kesalahpahaman daripada kesepahaman. Sistem budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat istiadat. Hal ini disebabkan oleh karena nilai-nilai budaya adalah konsep mengenai apayang ‘13 2 Komunikasi Antar Budaya Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ada dan hidup di alam pikiran manusia. Apa yang masyarakat anggap bernilai, berharga, penting atau tidak merupakan pedoman bagi mereka dalam berperilaku. Sistem nilai budaya membentuk hubungan-hubungan atau interaksi antar manusia. Di satu pihak, ada masyarakat yang lebih mementingkan hubungan yang bersifat vertikal, yaitu hubungan antara para tokoh, pemimpin dan atasan, paternalistik sifatnya. Di pihak lain ada masyarakat yang mementingkan hubungan horisontal, yaitu interaksi antar sesama dalam kehidupan kolektif yang solid. Sebaliknya ada juga kebudayaan yang sangat mementingkan individualisme sehingga manusia dalam hidup harus berdiri sendiri dengan bersentuhan seminim mungkin dengan lingkungannya kecuali sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembentukan Budaya dan Cara Berkomunikasi Pembentukan budaya Dalam komunikasi, pesan menjadi komponen yang ditransaksikan antara komunikator dan komunikan. Dalam komunikasi antar budaya, budaya menjadi komponen penting yang ditransaksikan dalam bentuk pesan. Manusia dapat mempelajari budaya melalui dua saluran yaitu media massa dan non media massa; komunikasi antar personal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan interaksi manusia lainnya. Melalui konsumsi informasi melalui media massa, manusia belajar banyak tentang budaya-budaya yang belum pernah diketahuinya. Kemampuan menerima pesan dan mempersepsikannya memberikan kesempatan pada (re)konstruksi budaya pada komunikan. Selain itu, melalui interaksi sosial juga terjadi pembelajaran dan peniruan budaya dari individu satu dan lainnya yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada hakikatnya, tidak ada kebudayaan yang statis, semakin kebudayaan memiliki dinamika dan mobilitas atau gerak, maka semakin budaya itu memiliki kemungkinan untuk bergeser atau berubah. Gerak pergeseran dan perubahan kebudayaan itu pada dasarnya mengikuti gerak yang dilakukan oleh manusia. Gerak manusia terjadi karena hubungan dnegna manusia-manusia lainnya, atau pun karena terjadinya hubungan antar kelompokkelompok manusia dalam masyarakat kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri (Koentjaraningrat 1982: 49 dalam Ahmad Sihabudin 2011: 53). ‘13 3 Komunikasi Antar Budaya Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dengan demikian, persebaran budaya itu pasti terjadi; karena interaksi manusia, mobilitas manusia dan peranan media massa juga kemajuan teknologi informasi lainnya. Proses persebaran akan bervariasi bergantung pada karakteristik masing-masing kelompok masyarakat. Di sini dapat dilihat bahwa terjadi difusi budaya pada suatu kelompok masyarakat. Difusi dapat dilihat sebagai suatu proses penyebaran unsur-unsur budaya yang merujuk pada pengembangan dan tradisi yang mengarah pada proses pemeliharaan. Artinya, kebudayaan mencakup semua yang dapat dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perikelakuan yang normatif, yaitu mencakup segala cara berpikir, merasakan dan bertindak. Hubungan antara dua budaya, atau lebih, terjadi karena dijembatani oleh hubungan antar manusia melalui perilaku-perilaku komunikasi antara administrator yang mewakili suatu budaya dan orang-orang yang mewakili budaya lain. Dapat dipahami bahwa interaksi antar kelompok dalam masyarakat pada hakikatnya terjadi transaksi pertukaran ide, simbol dan diharapkan berlaku pada kelompok lainnya. Karena masing-masing kelompok mempunyai budaya, maka tentu saja interaksi yang berlangsung pun melibatkan transfer budaya. Budaya memainkan peranan penting dalam pembentukan kepercayaan. Dalam komunikasi antar budaya, tidak ada hal yang mutlak benar atau salah, sejauh hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan. Sementara, nilai-nilai adalah aspek evaluatif dari sistemsistem evaluatif dari sistem kepercayaan, nilai dansikap. Dimensi evaluatif ini berkaitan dengan kualitas kemanfaatan, kebaikan, estetika,kemampuan memuaskan kebutuhan dan hubungan kesenangan. Proses difusi akan berjalan terus sesuai dengan sifat manusia yang tidak statis, selama manusia berinteraksi dengan individu lain dalam lingkungan masyarakat, maka difusi kebudayaan pun akan terus terjadi. Menurut Garna (1992: 74 dalam Ahmad Sihabudin 2011: 59) bahwa kadangkala bagian unsur atau sistem identik dengan yang dikomunikasian tersebut bisa saja diadaptasi secara berbeda. Dalam setiap budaya, ada bentuk lain yang agak serupa dengan bentuk budaya yang ada; misalnya tradisi melamar yang berbeda-beda di setiap budaya walaupun inti maksudnya adalah sama. Ini menunjukkan bahwa terjadi interaksi yang dibentuk oleh suatu budaya. Interaksi dapat terjadi setiap saat, baik melalui isyarat verbal dan nonverbal. Kita akan senantiasa melihat proses interaksi simbolik yang berlangsung di sekeliling. Interaksi simbolik dapat dilihat dengan berdasarkan pada teori Interaksionisme simbolik yang dapat ‘13 4 Komunikasi Antar Budaya Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dirangkumi dengan tiga asumsi dasar yaitu (1) manusia mampu menciptakan simbol-simbol dan mempergunakannya, (2) manusia mempergunakan simbol-simbol tertentu untuk berkomunikasi dengan manusia lain dan (3) dengan menginterpretasikan simbol-simbol yang diberikan oleh pihak lain, seorang individu akan berperilaku tertentu sebagai tantangan terhadap adanya simbol yang diterimanya (Zamroni 1988: 56 dalam Ahmad Sihabudin 2011: 62). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa budaya dapat dilihat sebagai hasil ide, pikiran dan gagasan yang menciptakan aktivitas dan berbagai hasil karya manusia. Di sini dilihat bahwa budaya sifatnya dinamis sehingga dapat bergeser dan berubah konstruksinya. Interaksi komunikasi manusia yang berupa serangkaian proses transaksi pesan menjadi wadah terjadinya pertukaran budaya. Pikiran manusia yang kerap berkembang dan tidak statis memberikan peluang untuk mengembangkan informasi yang diterimanya, budaya, dan mengolahnya menjadi suatu yang baru. Cara berkomunikasi Kembali tentang terbentuknya proses komunikasi yang efektif, menjadi mindful communicator adalah kunci utamanya. Komunikasi yang efektif menjadi keinginan semua orang agar pesan dapat sampai dengan baik dan tidak terjadi konflik. Dengan terwujudnya komunikasi yang efektif, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya memperoleh manfaat sesuai yang diinginkan. Ada beberapa faktor yang sangat menentukan keberhasilan komunikasi apabila dipandang dari sisi komunikator, komunikan dan pesan yang dibagikan, seperti berikut ini: 1. Faktor keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut komunikator a. Kredibilitas komunikator b. Daya tarik fisik dan non fisik komunikator c. Kemampuan intelektual komunikator d. Integritas dan keterpaduan sikap dan perilaku dalam aktivitas sehari-hari e. Kepercayaan f. Kepekaan sosial g. Kematangan emosional h. Berorientasi kepada kondisi psikologis komunikan ‘13 5 i. Bersikap supel, ramah dan tegas j. Mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat, dan komunikan Komunikasi Antar Budaya Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Faktor keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut komunikan a. Komunikan yang cakap akan mudah menerima dan mencerna materi yang diberikan oleh komunikator b. Komunikan yang mempunyai pengetahuan yang luas akan cepat menerima informasi yang diberikan komunikator c. Komunikan harus bersikap ramah, supel dan pandai bergaul agar tercipta proses komunikasi yang lancar d. Komunikan harus memahami dengan siapa ia berbicara e. Komunikan bersikap bersahabat dengan komunikator 3. Faktor keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut pesan a. Pesan komunikasi perlu dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian komunikan b. Lambang-lambang yang dipergunakan harus benar-benar dapat dipahami oleh kedua belah pihak, yaitu komunikator dan komunikan c. Pesan-pesan tersebut disampaikan secara jelas dan sesuai dengan kondisi maupun situasi setempat d. Tidak menumbulkan multi interpretasi atau penafsiran yang berlainan 4. Faktor penghambat komunikasi a. Kredibilitas komunikator rendah b. Kurang memahami latar belakang sosial dan budaya c. Kurang memahami karakteristik komunikan d. Prasangka buruk e. Komunikasi satu arah f. Tidak menggunakan media yang tepat g. Perbedaan bahasa (Suranto Aw 2010: 15-18) Dengan demikian, komunikasi yang efektif dapat dinyatakan sebagai alat yang ampuh untuk menjembatani hubungan antar dua budaya yang berbeda. Bahasa dapat digunakan sebagai peluru untuk terjadinya transaksi. Dari interaksi yang terjadi, memungkinkan terjadinya pertukaran informasi, berkaitan dengan budaya masing-masing individu, dan terjadinya rekonstruksi budaya bagi masing-masingnya. ‘13 6 Komunikasi Antar Budaya Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Diskusi Bacalah artikel berita di bawah ini: Pelaksanaan kontes Miss World yang akan berlangsung di Bali mulai 8 September mendatang, diharapkan beberapa pihak agar disesuaikan dengan budaya dan norma yang ada di Indonesia. Konsep pelaksanaan kontes Miss World di Indonesia pada tahun ini diharapkan disesuaikan dengan budaya dan norma-norma yang ada di Indonesia. Termasuk norma kesopanan dalam berpakaian dengan tidak diadakannya kontes menggunakan bikini. Harapan tersebut disampaikan Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Pusat Vita Nova Gamawan Fauzi dalam keteranganya di Denpasar Bali pada Senin (2/9) siang. Vita Nova Gamawan Fauzi mengungkapkan jika kontes Miss World disesuaikan dengan budaya Indonesia maka tidak akan ada penolakan di Indonesia. Selain itu tudingan bahwa kontes Miss World sebagai bentuk pelecehan terhadap perempuan juga tidak akan terjadi jika kontes tidak semata-mata hanya melakukan penilaian terhadap kecantikan seseorang, tetapi juga melihat dari pengetahuan dan wawasan dari para kontestan. “Tetapi kan ada SDM-nya tidak hanya kecantikan tetapi yang lain-lain juga ada mereka, karena disamping sebagai kebanggaan ini juga mengangkap potensi daerah kita melalui ajang Miss World ini,” papar Vita Nova. Sedangkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika berharap tidak ada aksi penolakan yang berlebihan terhadap kontes Miss World. Mengingat kontes Miss World bukanlah bagian dari kegiatan pornoaksi. Mangku Pastika mengatakan, “Jadi apanya yang ditentang? Tidak ada mereka mau pornografi atau pornoaksi, apanya yang salah, jadi kalau (sampai) ditentang itu mengada-ada, agak aneh, sama saja dengan wisatawan biasa itu, dia bikin konferensi atau perlombaan di Bali.” Sementara sekitar 30 orang mahasiswa Bali yang tergabung dalam Aliansi Hindu Muda Indonesia menggelar aksi di Kawasan Patung Catur Muka Denpasar. Koordinator Aksi I Gede Mas Megantara menyatakan aksi digelar sebagai bentuk dukungan terhadap kontes Miss World di Bali I Gede Mas Megantara mengatakan, “Kita mendukung Miss World ada di Bali, kalau menurut saya Miss World di Bali itu, satu kebudayaan Bali bisa ditingkatkan lagi, dua ‘13 7 Komunikasi Antar Budaya Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pariwisata di Bali itu lebih terkenal lagi, kapan lagi Indonesia (bisa) menjadi tuan rumah ajang dunia.” Sementara, Panitia Pelaksana kontes Miss World berkomitmen untuk mematuhi aturan agama dan budaya yang ada di Indonesia. Humas Panitia Pelaksana Pemilihan Miss World Syafril Nasution menegaskan sebagai bukti bahwa pelaksanaan Miss World di Indonesia tetap menghargai adat dan budaya adalah akan dipentaskannya Tari Kecak dan berbagai tarian daerah Indonesia pada pembukaan pemilihan Miss World pada tanggal 8 September mendatang. Selain itu panitia juga telah merancang kegiatan di mana para kontestan akan menggunakan pakaian hasil rancangan para disainer Indonesia. Sebelumnya, sejumlah Ormas Islam dan Majelis Ulama Indonesia mendesak pemerintah membatalkan penyelenggaraan Miss World di Indonesia karena tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya Indonesia. Sejumlah ormas Islam seperti PP Muhammadiyah, Hizbut Tahrir Indonesia, Front Pembela Islam menolak penyelenggaraan ajang kecantikan internasional itu. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun mempunyai sikap yang sama. Sejumlah ormas Islam dan MUI tersebut meminta pemerintah Indonesia membatalkan acara kontes kecantikan dunia di Indonesia. Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah, Saleh Partaonan Daulay, mengatakan bahwa ajang Miss World bukan cara efektif untuk memperkenalkan Indonesia di kancah internasional. Dia menilai kontes Miss World ini sendiri sangat jauh dari nilai-nilai budaya, tradisi, dan kearifan bangsa Indonesia. Menurutnya kontes ratu kecantikan merupakan bentuk komersialisasi terhadap perempuan. Aspek komersialisasi kegiatan ini lanjutnya sangat besar. Pada titik tertentu kata Saleh komersialisasi jenis ini justru merendahkan martabat perempuan. Menurutnya ada banyak sponsor dan perusahaan yang menarik keuntungan besar dari 'memajang' ratusan perempuan dari berbagai negara tersebut. Karena itu, tidak semestinya Indonesia ikut-ikutan memfasilitasi kegiatan seperti ini. Saleh menyatakan masih banyak kompetisi lain yang bisa mengharumkan nama bangsa Indonesia dengan cara-cara yang lebih bermartabat. Saleh Partaonan Daulay mengatakan, "Miss World ini tidak sesuai dengan budaya Indonesia,tradisi dan kearifan lokal di Indonesia. Kita tidak pernah mempertontonkan ‘13 8 Komunikasi Antar Budaya Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id seorang perempuan dari kecantikannya saja karena manusia ditampilkan secara utuh bukan hanya dilihat dari fisik, kecantikan wajah, cara berjalan dan sebagainya." Hal senada juga diungkapkan Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma’ruf Amin. Menurutnya kontes itu hanya menjadikan wanita sebagai objek dan hanya dijadikan ajang cari untung saja. Untuk itu tambahnya MUI menolak konteks ratu kecantikan sejagad itu diadakan di Indonesia. Menurut Ma’ruf, pihaknya telah menyampaikan kepada pemerintah perihal penolakannya itu. "Ya Miss World itu kan pamer kecantikan . Menurut pengalaman yang lalu-lalu, menurut MUI tidak sesuai tuntunan agama dan budaya bangsa kita karena itu MUI menolak karena dia kan pamer ini pamer itu . MUI sudah membuat pernyataan dan menyampaikan kepada pemerintah," ujar Ma’ruf Amin. Sementara itu Panitia Penyelenggara Miss world Budi Rustanto mengatakan Miss World kali ini disesuaikan dengan nilai budaya dan adat kebiasaan di Indonesia. Kompetisi dengan kostum bikini, misalnya tambah Budi diubah menjadi peragaan busana di pantai dengan semua kontestan berbalut sarung khas Bali. Miss World di Indonesia kata Budi sekaligus mempromosikan pariwisata Indonesia ke dunia internasional. "Semua yang dipakai selama di Indonesia seperti kebaya, batik semua diwajibkan menggunakan desainer Indonesia, baham material Indonesia, makanan-makanan Indonesia. Intinya bagaimana membantu pemerintah mempromote pariwisata sehingga mendapatkan turis, potensi-potensi dilihat masyarakat luas Indonesia aman, nyaman sehingga investasi akan berlanjut," kata Budi Rustanto. Para kontestan Miss World ke-63 akan berada di Bali selama kurang lebih tiga minggu sebelum malam puncak yang dilaksanakan di Sentul, Bogor, pada 28 September.Peserta dari Israel -yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia- dipastikan tidak akan ikut serta dalam ajang pemilihan tersebut. Sejumlah media massa Israel menulis penarikan mundur tersebut karena Indonesia selaku tuan rumah tidak mengakui Israel. ‘13 9 Komunikasi Antar Budaya Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Diskusikan dengan kelompok Anda, apa yang bisa dikritisi dari sudut pandang Komunikasi Antar Budaya, dengan memerhatikan pesan verbal dan nonverbal yang terbentuk dikaitkan dengan media, budaya dan interaksi masyarakat di Indonesia. Daftar Pustaka Ahmad, Sihabudin. 2011. Komunikasi Antarbudaya: Satu Perspektif Multidimensi. Jakarta: Bumi Aksara Andrik, Purwasito. 2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Deddy, Mulyana, & Jalaluddin Rakhmat. 2005. Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: Rosdakarya. Suranto Aw. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. ‘13 10 Komunikasi Antar Budaya Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id