MODUL PERKULIAHAN Sosiologi Komunikasi KOMUNIKASI DAN SISTEM KEMASYARAKATAN Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Broadcasting Tatap Muka 12 Kode MK Disusun Oleh 85005 Rika Yessica Rahma,M.Ikom Abstract Kompetensi Pada materi ini akan membahas mengenai -ciri dan pola perilaku komunikasi masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan memaparkan mengenai ciri-ciri dan pola perilaku komunikasi masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Pengertian masyarakat yaitu sekumpulan orang yang, terdiri dari berbagai kalangan, baik golongan mampu ataupun golongan tak mampu, yang tinggal di dalam satu wilayah dan telah memiliki hukum adat, norma-norma serta berbagai peraturan yang siap untuk ditaati. Masyarakat menurut Gillin dan Gillin adalah sekelompok manusia yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan. Sedangkan menurut Selo Soemardjan adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Dari beberapa pakar ahli sosiologi diatas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan sekelompok orang atau manusia yang mempunyai sifat yang kompleks dan hubungannya diikat oleh kesatuan persamaan yang sangat erat. Pusat peradaban kehidupan masyarakat manusia yang kita kenal sebagai kota, berawal dari desa. Istilah kota dan desa merupakan terminologi yang muncul berkenaan dengan era Modernisasi. Suatu keadaan masyarakat pasca-agraris yang dalam komponennya dikenali dengan industrialisasi, urbanisasi, negara-bangsa, struktur-struktur birokrasi, pertumbuhan penduduk, struktur-struktur kelas baru, pasar-pasar kapitalis dunia, dan sistem baru komunikasi. Ciri-ciri kehidupan masyarakat serupa itu dikenal sebagai masyarakat modern yang menurut Marshall Berman, masyarakat modern memiliki 2016 2 Sosiologi Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pengalaman-pengalaman hidup modern dalam keadaan yang dualistis – di satu sisi terdapat masyarakat pedesaan yang memiliki penanda berbeda dengan masyarakat perkotaan dalam seluruh aspek kehidupannya Dilihat dari sisi materi atau pengetahuannya masyarakat dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu masyarakat tradisional (desa) dan masyarakat modern (kota). Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa itu masyarakat tradisional dan masyarakat modern. MASYARAKAT TRADISIONAL Dalam sebuah negara seringkali kita temukan masyarakat tradisional bahkan masyarakat modernpun awalnya mereka berasal dari masyarakat tradisioal,karena bertambanya ilmu pengetahuan serta adanya penemuan-penemuan baru mengakibatkan pergeseran paradigma sehinga banyak masyarakat mengalihkan profesinya dari pertanian ke industri. masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang mempunyai beragam kebudayaan serta masih mempertahannya. Masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang kehidupannya masih diikat oleh adat istiadat nenek luhurnya atau adat istiadat yang lama. Oleh karena itu masyarakat tradisional tidak mendapatkan perubahan yang mendasar dari perubahan-perubahan yang ada dalam masa sekarang ini, walau memang tidak menutup kemungkinan masyarakat tradisional sekarang sudah mengetahui tentang teknologi yang canggih namun mereka hidup masih menggunakan dasar adat istiadat leluhur mereka. Dan yang lebih menonjol dari masyarakat tradisional yaitu mereka hidup di daerah pedesaan yang secara geografis terletak dipedalaman yang jauh dari keraimain. Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang bisa kita juluki dengan nama masyarakat “paguyuban”. Masyarakat tradisional sangat erat 2016 3 Sosiologi Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id atau rukun dalam proses berkomunikasi dalam lingkunganya, interaksi diantara mereka itu sangat erat sekali. Adapun ciri-ciri kehidupan masyarakat tradisional adalah sebagai berikut: 1. Memiliki jiwa tolong menolong Sistem tolong menolong dalam masyarakat tradisional atau pedesaan identik dengan sukarela. Seperti contohnya dalam hal pertanian, disini bantuan dalam pekerjaan pertanian tidak disewakan tetapi yang diminta dari sesama warga. Dalam hal ini kompensasinya itu bukan bagian dari hasil pekerjaan, juga bukan upah, tetapi tenaga bantuan juga. Aktifitasaktifitas tolong menolong tampak terlihat sekali dalam lapangan kehidupan masyarakat seperti halnya dalam aktifitas kehidupan rumah tangga, dalam menyiapkan dan melaksanakan pesta atau upacara, dan dalam hal kecelakaan dan hal kematian dan kesemuanya identik dengan kesukarelaan (tanpa pamrih). 2. Suka gotong royong Di samping adat istiadat tolong menolong antara warga desa dalam berbagai macam lapangan aktivitas-aktivitas sosial, baik yang berdasarkan hubungan tetangga, ataupun hubungan kekerabatan atau lain-lain hubungan yang berdasarkan efisiensi dan sifat praktis. Ada pula aktivitas-aktivitas bekerjasama yang lain yang secara populer biasanya disebut dengan istilah gotong royong. Hal ini adalah aktivitas bekerjasama antara sejumlah besar warga desa untuk menyelesaikan proyek tertentu yang dianggap berguna bagi kepentingan umum. Untuk membedakan aktifitas-aktifitas tolong menolong itu, ada baiknya aktifitasaktifitas sosial tersebut kita sebut kerja bakti, atau kita kalau mau memakai istilah “gotong royong”, maka aktifitas-aktifitas yang lain itu disebut secara konsekuen “tolong menolong”, seperti apa yang kami lakukan dalam uraian di atas itu. Mengenai gotong royong kerja bakti kita harus juga membedakan antara (1) kerjasama untuk proyek-proyek yang timbul dari inisiatif atau swadaya para warga sendiri an (2) kerjasama untuk proyek-proyek yang dipaksakan dari atas. Kita bisa membayangkan bagaimana proyek-proyek macam pertama, yang asal keputusan-keputusan rapat-rapat desa masyarakat sendiri dan yang disarankan benar-benar sebagai suatu proyek yang beguna, dikerjakan bersama dengan amat rela dan penuh semangat, sedangkan sebaliknya proyek-proyek macam kedua, yang sering sekali tidak dipahami atau diketahui kegunaannya, oleh masyarakat dirasakan saja sebagai kewajiban-kewajiban rutin yang amat tidak dapat dihindari, kecuali dengan cara mewakilkan giliran mereka kepada orang lain. Di dalam mengajukan proyek-proyek yang membutuhkan tenaga bersama dari sebagian besar warga, pihak atasan atau siapa saja yang mengajukan proyek itu bagi umum harus bisa meyakinkan warga akan kegunaan dari proyek itu bagi masyarakat 2016 4 Sosiologi Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sedemikian rupa sehingga warga akan merasakan proyek itu seolah-olah sebagai proyeknya sendiri, dan sehingga perasaan paksaan itu menghilang. Dengan demikian masyarakat akan bekerja serba rela dan bersemangat. 3. Berjiwa gotong royong Dasar-dasar dari aktifitas tolong menolong dan gotong royong sebagi suatu gejala sosial dalam masyarakat desa pertanian, telah beberapa kali dianalisis oleh ahli-ahli ilmu sosial. Sistem tolong menlong itu rupanya suatu teknik pengerahan tenaga yang mengenai pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian atau spesialisasi khusus, atau mengenai pekerjaan yang tidak menbutuhkan diferensiasi tenaga dimana semua orang dapat mengerjakan semua tahap dalam penyelesaiannya. Kecuali itu sistem tolong menolong itu rupa-rupanya mungkin dengan dengan dasar hubungan intensif, antara orang-orang yang hidupberhadapan muka yang saling kenal mengenal sebagai manusia kongkrit dan tidak sebagai suatu nomor yang abstrak saja, artinya antara orang-orang yang hidup dalam masyarakat kecilyang berdasarkan prinsip-prinsip kelompok primer. Dipandang dari sudut itu, maka tolong menolong itu dapat kita harapkan akan merupakan gejala sosial yang universal; artinya ada dalam semua masyarakat di mana ada kelompok-kelompok primer di dalamnya. Kelompok-elompok primer itu terutama ada dalam masyarakat pedesaan, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara, di Asia umumnya, di Afrika, di Oceania, di Amerika Latin, bhkan di Eropa dan Amerika Utara juga. Hanya di dalam masyarakat kota yang kompleks, di mana arti dalam kelompok-kelompok primer itu sudah terdesak ke hanya beberapa lapangan kehidupan yang khusus saja, sistem tolong menolong itu boleh dikatakan terdesak juga. Dalam perusahaan-perusahaan yang modern, dengan suatu diferensiasi dan spesialisasi yang kompleks, dengan suatu organisasi yang komplek, dengan suatu organsasi yang luas, sistem tolong menolong rupa-rupanya tidak juga akan memberi hasil yang efektif. Demikian sistem pengarahan tenaga secara tolong menolong, terkait kepada struktur kelompok-kelompok primer dalam masyarakat. Jiwa tolong menolong, gotong-royong dan jiwa berbakti merupakan ciri watak atau kepribadian masyarakat tradisional. 4. Musyawarah dan Berjiwa Musyawarah Musyawarah adalah satu gejala sosial yang ada dalam banyak masyarakat tradisional atau pedesaan umumnya. Artinya ialah keputusan-keputusan yang diambil dalam rapat-rapat tidak berdasarkan satu mayoritas, yang menganut suatu pendirian tertentu, melainkan seluruh rapat seolah-oleh suatu badan. Hal ini berarti bahwa pihak mayoritas dan pihak minoritas mengurangi pendirian mereka, sehingga bisa mendekati dan aling toleransi. 2016 5 Sosiologi Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sebagai suatu cara berapat yabg tertentu, musyawarah itu rupa-rupanya harus ada kekuatan atau tokoh-tokoh yang dapat mendorong proses menyetarakan dan mengintegrasikan pendapat itu. Jiwa-jiwa musyawarah seperti itulah yang harus dimiliki setiap orang dalam memecahkan masalah. Jiwa musyawarah merupakan suatu ekstensi dari jiwa gotong royong. Tidak hanya dalam rapat-rapat saja, tetapi terutama dalam seluruh kehidupan sosial, warga dari suatu masyarakat yang berjiwa gotong royong itu diharapkan sudi dalam melepaskan sebagian pendapatnya atau sedikit mendekati atau mencakup keseluruhan pendapat seluruh audien supaya tidak saling ngotot, menjatuhkan dan membenarkan pendiriannya sendiri. Dilihat dari ciri kehidupan masyarakat tradisional diatas dapat dilihat bahwa masyaraka tradisional memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini : 1. Afektifitas yaitu hubungan antar anggota masyarakat didasarkan pada kasih saying. 2. Orientasi kolektif yaitu lebih mengutamakan kepentingan kelompok/kebersamaan. 3. Partikularisme yaitu segala sesuatu yang ada hubungannya dengan apa yang khusus berlaku untuk suatu daerah tertentu saja, ada hubungannya dengan perasaan subyektif dan rasa kebersamaan. 4. Askripsi yaitu segala sesuatu yang dimiliki diperoleh dari pewarisan generasi sebelumnya. 5. Diffuseness ( kekaburan ) yaitu dalam mengungkapkan sesuatu dengan tidak berterus-terang. Berdasarkan ciri-ciri morfologi, keadaan jumlah penduduk, kegiatan ekonomi, fenomena sosial kultural, maupun aspek hukum maka kita dapat menyimpulan jika penduduk desa memiliki ciri-ciri masyarakat yang didasarkan pada hubungan kekerabatan (geneologis) hingga mengikat anggotanya untuk memiliki pola kesatuan hidup setempatan yang berdekatan. Seluruh penduduk desa berasal dari satu keturunan yang beranak-pinak membentuk satu wilayah pedesaan. Segolongan manusia ini terikat kesadaran dan identitas akan “kesatuan kebudayaan” yang dapat kita sebut sebagai “suku bangsa” atau “Kelompok etnis”. Sistem Komunikasi Pedesaan. Komunikasi antarpersonal menjadi ciri-ciri komunikasi yang umumnya dilakukan masyarakat desa. Komunikasi antarpersonal diartikan sebagai aktifitas penyampaian pesan-pesan antara dua orang maupun kelompok kecil orang dengan beberapa efek dan umpan balik. Model komunikasi yang umumnya dijumpai dalam masyarakat pedesaan disebut juga sebagai “Model Alir Satu Tahap” atau One Step Flow (Joseph A. Devito, Humman Communication, 1997 dalam Nurudin, 2003:132). Pola komunikasi face to face communication atau komunikasi antarpersonal menempatkan pemimpin opini atau pemuka pendapat (opinion leader) selaku orang-orang yang dapat 2016 6 Sosiologi Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mempengaruhi khalayak. Pesan media massa tidak langsung menerpa masyarakat pedesaan tetapi terlebih dulu melalui pemimpin opini sebagai pihak yang melakukan proses penterjemahan pesan berpedoman pada kultur setempat sebelum diartikulasikan kepada khalayaknya. Orang-orang yang dapat kita sebut sebagai pemimpin opini di pedesaan seperti sesepuh desa, pejabat desa, guru, pemimpin keagamaan, maupun sekelompok orang yang memiliki stratifikasi ekonomi di atas rata-rata mayoritas penduduk. Posisi pemimpin opini demikian penting mengingat masyarakat desa dicirikan sebagai masyarakat homogen hingga ikatanikatan moral yang mengatur warganya demikian ekslusif. Dibutuhkan pihak-pihak yang dipercaya dapat mengelola informasi hingga sesuai dengan norma-norma sosial warganya. Media Komunikasi Pedesaan. Masyarakat pedesaan tentunya memiliki saluran berkomunikasi yang dipergunakan dalam menjalin interaksi sosial antar sesama anggota komunitas. Saluran komunikasi yang dipergunakan dikenal sebagai media rakyat sebagai sarana penyampaian nilai-nilai pandangan hidup (sosialisasi) bagi warganya secara turuntemurun. Media ini memfasilitasi warganya untuk dapat saling berinteraksi dan saling bertukar informasi melalui mana media rakyat ini hadir dalam wujudnya ke dalam seni-seni pertunjukan tradisi atau seni rakyat (folk culture). Realita Komunikasi Pedesaan. Perkembangan media massa khususnya telepon dan internet saat ini turut mempengaruhi pola komunikasi masyarakat pedesaan. Sekalipun sebaran teknologi komunikasi tersebut kenyataannya belum maksimal menjangkau pelosok pedesaan hingga wilayah pedalaman, sarana komunikasi ini berpeluang besar memberikan pencerahan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat manusia global. Pada gilirannya media massa memfasilitasi masyarakat desa untuk mendapatkan informasi yang fleksibel hingga membentuk orientasi pikir baru tentang dunianya maupun dunia di luar dirinya. Keterampilan membaca dan menulis atau literasi antara penduduk desa dan kota berbeda. Jika di pedesaan secara umum masyarakatnya belum sepenuhnya terbebas dari buta huruf sehingga mayoritas pesan yang disampaikan melalui media massa tidak sepenuhnya mencapai tujuan. Keadaan ini merujuk pada penjelasan Teori Peluru dan Teori Jarum Suntik, bahwa masyarakat pedesaan disituasikan selaku audience yang pasif menerima informasi. Menjadi penting keberadaan pemuka pendapat selaku agen penterjemah isi pesan media. Namun disadari atau tidak, posisi opinion leader dewasa kini di pedesaan telah bergeser makna fungsionalnya. Contohnya, berkembangnya stasiun televisi swasta masuk ke wilayah pedesaan sebagai sarana informasi sekaligus media hiburan telah 2016 7 Sosiologi Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menggantikan peran pemimpin opini, melalui televisi masyarakat desa memperoleh pengetahuan baru. Revolusi komunikasi ini tengah merubah tatanan struktur sosial masyarakat desa sehingga lambat laun masyarakat desa kini tengah berevolusi menjadi masyarakat kota. MASYARAKAT MODERN Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan umat manusia pun mengalami perubahan. Menurut para pemikir post modernis dekonstruksi, dunia tak lagi berada dalam dunia kognisi, atau dunia tidak lagi mempunyai apa yang dinamakan pusat kebudayaan sebagai tonggak pencapaian kesempurnaan tata nilai kehidupan. Hal ini berarti semua kebudayaan duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, dan yang ada hanyalah pusat-pusat kebudayaan tanpa periferi. Sebuah kebudayaan yang sebelumnya dianggap pinggiran akan bisa sama kuat pengaruhnya terhadap kebudayaan yang sebelumnya dianggap pusat dalam kehidupan manusia modern. Wajah kebudayaan yang sebelumnya dipahami sebagai proses linier yang selalu bergerak ke depan dengan berbagai penyempurnaannya juga mengalami perubahan. Kebudayaan tersebut tak lagi sekadar bergerak maju tetapi juga ke samping kiri, dan kanan memadukan diri dengan kebudayaan lain, bahkan kembali ke masa lampau kebudayaan itu sendiri. Lokalitas kebudayaan karenanya menjadi tidak relevan lagi dan eklektisme menjadi norma kebudayaan baru. Manusia cenderung mengadaptasi berbagai kebudayaan, mengambil sedikit dari berbagai keragaman budaya yang ada, yang dirasa cocok buat dirinya, tanpa harus mengalami kesulitan untuk bertahan dalam kehidupan. 2016 8 Sosiologi Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Perubahan tersebut dikenal sebagai perubahan sosial atau social change. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya, namun perubahannya hanya mencakup kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, kecuali organisasi sosial masyarakatnya. Perubahan sosial tersebut bardampak pada munculnya semangatsemangat untuk menciptakan produk baru yang bermutu tinggi dan hal inilah yang menjadi dasar terjadinya revolusi industri, serta kemunculan semangat asketisme intelektual. Menurut Prof Sartono, asketisme dan expertise ini merupakan kunci kebudayaan akademis untuk menuju budaya yang bermutu. Sebagai homo faber, manusia mencipta dan bekerja, untuk memperoleh kepuasan atau self fulfillment. Dalam kaca mata agama dan unsur untuk beribadah, suatu orientasi kepada kepuasan batin dan menuju ke arah sesuatu yang transendental. Di sinilah yang disebut etos bangsa itu muncul. Sebenarnya etos bangsa kita juga sudah banyak disinggung oleh para pujangga seperti dalam “Serat Wedatama” karya Mangkunegoro IV yang disebutnya sebagai etos “mesu budi”. Etos ini merupakan suatu ajakan untuk mementingkan penampilan yang bermutu baik lahir, maupun batin, atau kalau dalam bahasa modern disebut juga etos intelektual. Kemudian, etos intelektual inilah yang mendorong masyarakat untuk terus berkarya dan terus menciptakan hal-hal baru guna meningkatkan kemakmuran hidupnya, sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang modern. Sedangkan proses menjadi masyarakat yang modern disebut dengan istilah Modernisasi. Jadi dengan kata lain, modernisasi ialah suatu proses transformasi total, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspeknya. Masyarakat modern yaitu masyarakat yang kehidupannya di kota, dan kebanyakan masyarakat ini tinggal di tempat yang ramai tidak seperti masyarakat tradisional yang kehidupannya di pedalaman. Kata Modern berasal dari bahasa latin “ Modo” = cara dan “ Ernus” = masa kini. Masyarakat modern identik dengan punya banyaknya pengetahuan dan identik dengan alat elektronik yang maju dan mudahnya dalam mengikuti perubahan yang ada pada jaman sekarang ini. Alam tidak lagi hal yang amat vital dalam menunjang kehidupan mereka seperti yang dialami masyarakat tradisional. Sebaliknya alam dikendalikan dengan kemampuan pengetahuan mereka dalam menunjang kehidupan yang lebih baik. Masyarakat kota yang hidupnya mengalami gejala modernisasi umumnya hidup dari sektor industri, selain itu mereka juga hidup dari sektor perdagangan kepariwisataan, dan jasa lainnya. Jadi, kota yang sebagian besar warganya terlibat dalam kegiatan itu disebut kota industri. Sistem mata pencaharian sektor industri mempengaruhi segi-segi kehidupan sosial 2016 9 Sosiologi Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id masyarakat modern antara lain mempengaruhi pembentukan sistem pelapisan sosial, organisasi sosial, pola-pola perilaku, nilai dan norma sosial, kekuasaan dan wewenang dan segi-segi kehidupan lainnya yang merupakan ciri-ciri masyarakat modern. Karakteristik Masyarakat Modern diantaranya: 1. Masyarakat cenderung instan 2. Masyarakat serba diburu waktu 3. Masyarakat berubah dari sifat kolektif ke individualistic 4. Meniru gaya hidup masyarakat global (kekinian) 5. Ingin melakukan banyak hal sekaligus atau dalam satu waktu 6. Tingkat stress makin meningkat 7. Tingkat kriminalitas meningkat, norma-norma yang ada dimasyarakat menurun 8. Kekerasan dalam masyarakat tinggi 9. Usaha untuk mengeksplorasi lingkungan dalam rangka untuk mengatasi tantangantantangan yang ditimbulkan dari lingkungan itu sendiri. 10. Dorongan rasa ingin tahu dan ingin mengatasi tantangan-tantangan menyebabkan manusia ingin mengusasi lingkungan 11. Berpikir lebih objektif dan rasional 12. Selalu berusaha untuk memahami semua gejala yang dihadapi dan bagaimana mengorganisasikannya sehingga kehidupannya lebih baik Pada kehidupan masyarakat modern, kerja merupakan bentuk eksploitasi kepada diri, sehingga mempengaruhi pola ibadah, makan, dan pola hubungan pribadi dengan keluarga. Sehingga dalam kebudayaan industri dan birokrasi modern pada umumnya, dipersonalisasi menjadi pemandangan sehari-hari. Masyarakat modern mudah stres dan muncul penyakit-penyakit baru yang berkaitan dengan perubahan pola makanan dan pola kerja. Yang terjadi kemudian adalah dehumanisasi dan alienasi atau keterasingan, karena dipacu oleh semangat kerja yang tinggi untuk menumpuk modal. Berger menyebutnya sebagai “lonely crowd” karena pribadi menemukan dirinya amat kuat dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kebudayaan industrialisasi, terus terjadi krisis. Pertama, kosmos yang nyaman berubah makna karena otonomisasi dan sekularisasi sehingga rasa aman 2016 10 Sosiologi Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id lenyap. Kedua masyarakat yang nyaman dirobek-robek karena individu mendesakkan diri kepada pusat semesta, ketiga nilai kebersamaan goyah, keempat birokrasi dan waktu menggantikan tokoh mistis dan waktu mitologi. Para penganut paham pascamodern seperti Lyotard pernah mengemukakan perlunya suatu jaminan meta-sosial, yang dengannya hidup kita dijamin lebih merdeka, bahagia, dan sebagainya. Khotbah agung-nya (metanarasi) ini mengutamakan perlunya new sensibility bagi masyarakat yang terjebak dalam gejala dehumanisasi budaya modern. Kebiasaan dari masyarakat modern adalah mencari hal-hal mudah, sehingga penggabungan nilai-nilai lama dengan kebudayaan birokrasi modern diarahkan untuk kenikmatan pribadi. Sehingga, munculah praktek-peraktek kotor seperti nepotisme, korupsi, yang menyebabkan penampilan mutu yang amat rendah. Dari kebudayaan Teknologis Modern perlu dibedakan sesuatu yang mau saya sebut sebagai Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC). Di lapangan terbang internasional orang dikelilingi oleh hasil teknologi tinggi, ia bergerak dalam dunia buatan: tangga berjalan, duty free shop dengan tawaran hal-hal yang kelihatan mentereng dan modern, meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan, suasana non-real kabin pesawat terbang; semuanya artifisial, semuanya di seluruh dunia sama, tak ada hubungan batin. Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari ilusi, bahwa asal orang bersentuhan dengan hasil-hasil teknologi modern, ia menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial itu tidak menyumbangkan sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita malahan semakin kosong karena kita semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera kita, kelakuan kita, pilihan pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin dimanipulasi, semakin kita tidak memiliki diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini tidak nyata, melainkan tiruan, blasteran. Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah Konsumerisme: orang ketagihan membeli, bukan karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan kemampuan untuk menikmati sesuatu dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita ingin memiliki sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern. 2016 11 Sosiologi Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Perubahan sosial mendorong munculnya semangat-semangat untuk menciptakan produk baru , sehinnga terjadilah revolusi industri, dan kemunculan semangat asketisme intelektual. Kemudian, asketisme intelektual menimbulkan etos intelektual, dan inilah yang mendorong masyarakat untuk terus berkarya dan terus menciptakan hal-hal baru guna meningkatkan kemakmuran hidupnya, sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang modern. Sedangkan proses menjadi masyarakat yang modern disebut dengan istilah Modernisasi. 2016 12 Sosiologi Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Davis, Kingsley. 1960. Human Society The Macmillan Company. New York. Dewantara, Ki Hajar. 1994. Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.. Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta Sarjono. Agus R (Editor). 1999. Pembebasan Budaya-Budaya Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers 2016 13 Sosiologi Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id