Modul Psikologi Sosial [TM12]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PENGARUH SOSIAL
Conformity; Compliance;
Obidience.
Fakultas
Program Studi
Fakultas Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
61119
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Mendeskripsikan Diri Pribadi
Mahasiswa mampu memahami dan
mengkomunikasikan tentang Diri Pribadi
Conformity
Manusia cenderung mengikuti aturan yang ada dalam lingkungannya. Aturan-aturan
yang mengatur tentang bagaimana sebaiknya bertingkah laku disebut norma sosial.
Melakukan tindakan yang sesuai dengan norma sosial dalam psikologi sosial dikenal
sebagai konformitas.
Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap
dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial.
Norma sosial dapat berupa inuctive norms yaitu hal yang seharusnya kita lakukan,
atau descriptive norms yaitu apa yang kebanyakan orang lakukan. Inuctive norms
biasanya dilakukan secara eksplisit, sedangkan descriptive norms dilakukan secara
implisit. Norma bisa juga menjadi detail dan ekplisit. Bagaimana cara manusia
mengikuti norma sosial sebenarnya tidak terlepas dari adanya tekanan-tekanan
untuk bertiingkah laku dengan cara yang sesuai dengan aturan sosial. Tekanan yang
ada memiliki pengaruh yang besar. Tekanan untuk melakukan konformasi sangat
kuat, sehingga usaha untuk mengindari situasi yang menekan dapat
menenggelamkan nilai-nilai personalnya.
Yang menjadi pertanyaan seberapa kuatkah pengaruh norma dalam kelompok?
Bagaimana suatu norma dapat muncul dalam kelompok? Penelitain sherif (1937)
tentang autoinetik phenomenon menJelaskan bahwa norma sosial berkembang
dalam situasi yang ambigu. Saat situasi ambigu, individu cenderung mencari
kejelasan melalui kelompok dengan mengikuti apa yang diharapkan oleh kelompok.
Kecenderungan untuk melakukan konformitas tidak selalu berarti hanya mengikuti
pada hal-hal yang positif saja. Manusia juga dapat melakukan konformitas pada
bentuk perilaku negatif.
COMPLIAANCE
Sering kali perilaku kita dipengaruhi oleh permintaan langsung orang lain. Hal
tersebut merupakan suatu bentuk pengaruh sosial yang disebut dengan pemenuhan
keinginan atau (Compliance).
Saat orang meminta kita melakukan sesuatu, misalnya meminjam uang. Seringkali
kita lebih sering mengiyakan, padahal sebetulnya hendak menolak permintaan
tersebut. Lalu bagaimana cara seseorang mempengaruhi orang lain agar mau
mengikuti permintaannya?
Banyak teknik Compliance yang didasari oleh prinsip dasar. Prinsip dasar compliance
itu yakni:
1. Pertemanan atau rasa suka. Kita cenderung lebih mudah memenuhi
permintaan teman atau orang yang kita sukai daripada orang yang kita benci
2016
12
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Komitmen atau konsistensi. Saat kita telah mengikatkan diri pada suatu posisi
atau tindakan, kita akan lebih mudah memenuhi permintaan akan suatu hal
yang konsisten dengan posisi atau tindakan sebelumnya.
3. Kelangkaan. Orang cenderung menghargai sesuatu yang langka atau jarang ,
karena itu kita lebih cenderung memenuhi permintaan yang menekankan
kelangkaan dari pada yang tidak.
4. Timbal balik. Kita lebih mudah memenuhi permintaan dari seseorang yang
sebelumnya telah memberikan bantuan terhadap kita.
5. Validasi sosial
Kita cenderung melakukan tindakan bila tindakan itu konsisten dengan apa
yang kita percaya.
6. Otoritas. Kita lebih mudah memenuhi permintaan orang lain yang memiliki
otoritas yang diakui, atau setidaknya tampak memiliki otoritas.
Prinsip diatas mendasari teknik atau taktik dalam compliance diantaranya:
Ingratiation: suatu cara dimana kita berusaha membuat orang laian menyukau
kita aga kemudian mau mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang kita
inginkan.
The foot in the door ; adalah dengan memulai suatu permintaan dengan
permintaan kecil, kemudian setelah didapatkan permintaan menjadi lebih
besar dari sebelumnya.
The law ball: Memulai permintaan dengan penawaran yang sangat baik, lalu
penawaran berubah menjadi kurang baik, sehingga banyak yang menolak tapi
banyak juga yang tetap menerima kondisi tersebut.
The door in the face: Permintaan dimulai dengan sesuatu yang sangat besar,
setelah ditolak permintaan dilanjutkan dengan sesuatu yang lebih kecil yang
sesungguhnya menjadi target yang diminta.
That’s not all approach: seseorang menawarkan keuntungan tambahan
sebelum orang lain menolak atau menerima permintaan tersebut.
Playing hard to get; Dalam taktik ini seseorang memberi tau target bahwa
benda yang ditawarkan langka dan sulit ditemukan.
The fast approaching deadline: Kesempatan mendapatkan keuntungan untuk
mendapatkan barang waktunya sangat terbatas.
Mudah atau sulitnya menolak suatu permintaan dipelajari lewat budaya dan konteks
sosial. Caldini (1993) menjelaskan bahwa manusia cenderung berespon secara
otomatis terhadap permintaan orang lain. Artinya, manusia memiliki pola tingkah
2016
12
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
laku yang otomatis dipicu oleh adanya satu bentuk informasi yang relevan dalam
situasi tertentu.
OBEDIANCE
Perilaku kita selain dipengaruhi oleh konformitas dan compiance juga dipengaruhi
oleh obediance atau kepatuhan.
Obidiance merupakan salah satu jenis dari pengaruh sosial, dimana seseorang
menaati atau mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan tingkah laku
tertentu karena adanya unsur power.
Penelitian stanford Milgram (1963) tentang obediance menunjukkan bahwa individu
cenderung patuh pada orang lain meskipun orang itu tidak memiliki power yang
kuat. Penelitian ini juga mengungkap individu dapat menuruti perintah yang
sebenarnya membahayakan jiwa orang lain. Individu mematuhi perintah yang
sebenarnya merusak, menyakiti ketika berada pada situasi diperintahkan untuk
melakukannya. Bentuk kepatuhan ini dikenal sebagai destructive obedience.
Empat faktor yang menjadi penyebab obedience:
1. Faktor individu melepas tanggung jawab pribadi. Artinya individu menilai
tanggung awab ada pada orang yang memerintahkan dan bukan pada dirinya
2. Individu yang memberikan perintah sering menggunakan simbol-simbol,
seragam. Hal ini mengingatkan orangyang diperintah akan kekuasaan serta
peran yang diemban.
3. Hal-hal yang terjadi secara gradual dapat menyebabkan obedience. Perintah
dimulai dari hal kecil kemudian meningkat menjadi lebih besar.
4. Keempat proses yang teradi dangat cepat sehingga individu tidak dapat
merefleksikan dan berpikir denganmendalam tindakan yang dilakukan.
Strategi untuk menolak obedience:
1. Individu perlu diingatkan bahwa ia sendiri bertanggung jawab atas apa yang
dilakukan
2. Individu diberitahu secara jelas bahwa perintah yang destruktif tidak
diperkenankan
3. Individu perlu meninau ulang motif dari atasannya.
2016
12
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Ahmadi, abu. 2007, psikologi sosial, Jakarta: rineka cipta
Dyakisni, tri & hudaniah. 2009, psikologi sosial, malang: umm press
Nina w. Syam, M.S, Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi, 2011, Simbiosa Rekatama
Media, Bandung
Sarwono, sarlito wirawan. 2006, teori-teori psikologi sosial, Jakarta: rajawali pers
Sarwono, Sarlito W., dan Meinarno,Eko A., Psikologi Sosial, Salemba Humanika, Jakarta,
2009.
2016
12
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download