MODUL PERKULIAHAN TEORI-TEORI PSIKOLOGI SOSIAL Pendekatan teori psikoanalisa, pendekatan teori belajar sosial, pendekatan teori biologik, pendekatan teori ekologik, dan pendekatan teori kognitif Fakultas Program Studi FakultasPsikologi Psikologi Tatap Muka 04 Kode MK Disusun Oleh 61119 Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Abstract Kompetensi Mendeskripsikan teori teori psikologi sosial Mahasiswa mampu memahami dan mengkomunikasikan teori psikologi sosial PENDEKATAN PSIKOANALISA Pendirinya adalah Sigmund Freud (1856-1939).Freud berpendapat bahwa impian dapat memberikan sumber mengenai emotional material yang bermakna.Freud juga berpendapat bahwa dalam kehidupan sehari-hari baik oang normal maupun yang neorotik keadaan tidak sadar (unconcious ideas) bergelut untuk mengexpresikan dan dapat memodifikasi pemikiran atau perilaku. Menurut teori ini pula perkembangan individu menuju kedewasaan adalah melalui serangkaian tahapan yaitu tahap oral, anal, phallic dan genital.Penjelasan untuk tahapan tersebut yakni: a. Tahap Oral: Bayi baru lahir s/d 1 atau 1,5 tahun. Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah kepuasan seksual yang dipilih oleh insting seksual. Makan/minum menjadi sumber kenikmatannya. Kepuasan yang berlebihan pada masa oral akan membentuk incorporation personality pada masa dewasa, yakni orang menjadi senang/fiksasi mengumpulkan pengetahuan atau mengumpulkan harta benda, atau gampang ditipu. Sebaliknya, ketidakpuasan pada fase oral, sesudah dewasa orang menjadi tidak pernah puas, tamak (memakan apa saja) dalam mengumpulkan harta. b. Tahap Anal: Berlangsung dari usia 1 — 3 tahun. Pada fase ini dubur merupakan daerah pokok aktivitas dinamik, kateksis dan anti kateksis berpusat pada fungsi eliminer (pembuangan kotoran). Pada fase ini biasanya dilatih toilet training. Bila orang tua terlalu keras dalam menerapkan toilet training, anak akan menahan facesnya dan mengalami sembelit. Tingkah laku ini adalah prototip keras kepala dan kikir. Sebaliknya ibu yang membiarkan anak tanpa toilet training, akan membuat anak bebas melampiaskan tegangannya dengan mengelurkan kotoran di tempat dan waktu yang tidak tepat, yang di masa mendatang muncul sebagai sifat ketidakteraturan atau jorok, deskruktif, semaunya sendiri, atau kekerasan/kekejaman. 2016 4 Psikologi Sosial Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c. Tahap Phallic: Mulai terjadi setelah usia 3 — 5 tahun. Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration anxiey (pada laki-laki) dan penis envy (pada perempuan). Odipus kompleks adalah kateksis obyek kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan ayahnya; sebaliknya anak perempuan ingin memilki ayahnya dan menyingkirkan ibunya. d. Tahap Laten: Fase ini biasanya dimulai saat anak berusia 5-12 tahun. Dari usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mngalami periode perbedaan impuls seksual, disebut periode laten. Menurut Freud, penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya daerah erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi fase laten lebih sebagai fenomena biologis, dan dapat dikatakan sebagai perkembangan psikoseksual. Pada fase laten ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan kepuasan nonseksual, khususnya bidang intelektual, atletik, keterampilan dan hubungan teman sebaya. d. Tahap Genital Fase ini dimulai dari usia 12 tahun hingga dewasa. Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem endoktrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll) dan pertumbuhan tandasesual primer. Pada fase genital, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek di luar, seperti; berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga.Terjadi perubahan dari anak yang narkistik menjadi dewasa yang berorientasi sosial, realistik dan altruistik. Pendekatan teori belajar sosial Pokok pemikiran dalam pendekatan belajar adalah bahwa perilaku individu ditentukan oleh apa yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam situasi tertentu 2016 4 Psikologi Sosial Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id seseorang mempelajari perilaku tertentu sebagai kebiasaan dan bila menghadapi situasi itu kembali oarang tersebut akan cenderung untuk berperilaku sesuai dengan kebiasaannya itu. Pendekatan dengan belajar populer di tahun 1920-an dan merupakan dasar Behaviorisme. Menurut Dollard & Miller (dalam Syam, Nina 2012) ada 4 (empat) prinsip dalam belajar yaitu dorongan, isyarat, respons dan reward. Reward biasanya lebih dikenal dengan reinforcement yaitu stimulus yang menetapkan perlu diulangi atau tidak suatu respons pada kesempatan lain. Isyarat adalah stimulus yang menentukan kapan dan dimana suatu respons akan timbul dan respons apa yang akan timbul. Isyarat bisa disamakan dengan stimulus diskriminatif. Mekanisme belajar dapat dibagi dalam tiga mekanisme umum yaitu: Asosiasi (Classical Conditioning) yaitu kita belajar berperilaku dengan mengasosiasikan kata-kata, suara-suara, warna-warna dan sebagainya atau fenomena yang terjadi disekitar kita. Reinforcement, yaitu orang belajar menampilkan perilaku tertentu karena perilaku itu disertai dengan sesuatu yang menyenangkan dan dapat memuaskan kebutuhan (atau mereka belajar menghindari perilaku yang disertai akibat-akibat yang tidak menyenangkan Imitasi adalah proses dimana orang mempelajari sikap dan perilaku sosial dengan meniru sikap dan perilaku yang menjadi model. Dollard & Miller (dalam Wibowo,2010) menyatakan terdapat 3 (tiga) mekanisme imitasi: a. Tingkah Laku Sama Terjadi bila 2 (dua) atau lebih orang memberikan respon karena terstimulus oleh isyarat yang sama. b. Tingkah Laku Tergantung Hubungan antara dua pihak dengan keadaan pihak yang satu lebih dominan dari yang lain, sehingga timbul ketergantungan. c. Tingkah Laku Salinan (Copying) Persamaan antara tingkah laku tergantung dengan tingkah laku salinan adalah keduanya sama-sama menggunakan isyarat dan tingkah laku model (orang yang ditiru). Perbedaannya terletak pada jika dalam tingkah laku tergantung 2016 4 Psikologi Sosial Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id seseorang merespons hanya terhadap isyarat dari model, sedangkan dalam copying orang yang bersangkutan akan merespons tingkah laku yang menunjukkan kesamaan dan perbedaan antara responnya dengan respons si model (orang yang ditiru) Pendekatan teori biologik Pendekatan Genetik atau Biologis adalah Pendekatan yang menitik beratkan bahwa perilaku manusia bersifat genetik atau bawahan dari lahir dan tidak dipelajari. Pendekatan ini juga berasumsikan sebab-sebab perilaku ini merupakan manifestasi dari sebuah insting manusia. Teori ini menekankan kualitas pembawaan sejak lahir atas tingkah laku sosial. Bahwa "manusia adalah binatang sosial" menjadi inti dan teori genetik dan sekaligus menjadi dasar asumsinya, bahwa komponen-komponen dari tingkah laku sosial dihubungkan dengan atau mempunyai akar pada penyebab genetik yang tidak dipelajari. Konrad Lorenz seorang ahli etiologi, yang mempelajari gejala sosial pada binatang. Lorenz berpendapat bahwa tingkah laku agresi adalah perwujudan dan insting agresi yang dibawa sejak lahir dan berasal dan kebutuhan untuk melindungi diri. Ahli yang lainnya William Mc Douglas juga mendasarkan pada konsep-konsep genetik pada tingkah laku sosial. Pendekatan teori ekologik Teori ini mengajukan suatu pandangan bahwa lingkungan sangat kuat mempengaruhi perkembangan. Teori ekologi (ecological theory) ialah pandangan sosio kultural tentang perkembangan yang terdiri dari lima system lingkungan mulai dari masukan interaksi langsung dengan agen-agen sosial (social agent) yang berkembang baik hingga masukkan kebudayaan yang berbasis luas. Kelima system dalam teori ekologi bronfenbrenner ialah mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem,dan kronosistem. Mikrosistem (microsystem) dalam teori ekologi Bronfebrenner ialah setting dalam mana individu hidup. Mikrosistem adalah yang paling dekat dengan pribadi anak 2016 4 Psikologi Sosial Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yaitu meliputi keluarga, guru, individu, teman-teman sebaya, sekolah, lingkungan dan sebagainya yangsehari-hari ditemui anak. Mesosistem adalah interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa konteks misal hubungan orangtua-guru, orangtua-teman, antar teman, gru-teman, dapat juga hubungan antara pengalaman sekolah dengan pengalaman keluarga, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan dan pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya. Eksosistem dilibatkan ketika pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat. Makrosistem meliputi kebudayaan dimana individu hidup. Makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, dll. Kronosistem meliputi pemulaan peristiwa-peristiwa sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris. Senada dengan Bronfenbernner, Hawlwy mengungkapkan bahwa perilaku manusia merupakan bagian dari kompleksitas ekosistemdengan beberapa asumsi dasar sebagai berikut : Perilaku manusia terkait dengan konteks lingkungan Interaksi timbal balik yang menguntungkan antara manusia dengan lingkungan Interaksi manusia dengan lingkungan bersifat dinamis Interaksi manusia dengan lingkungan terjadi dalam berbagai level dan tergantung pada fungsinya. Pendekatan teori Kognitif Pokok pikiran dalam pendekatan kognitif adalah bahwa perilaku individu tergantung pada caranya mengamati situasi sosial. Secara spontan dan otomatis orang akan mengorganisasikan persepsi, pikiran dan keyakinannya tentang situasi sosial ke dalam bentuk yang sederhana dan bermakna., seperti yang mereka lakukan terhadap objek. Terdapat beberapa prinsip dasar dalam teori ini yaitu : 2016 4 Psikologi Sosial Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a) Individu cenderung mengelompokkan dan mengkategorikan objek secara spontan. Individu tidak melihat objek secara tersendiri melainkan sebagai bagian dari sekelompok benda atau hal-hal lain di sekitarnya. b) Individu dapat memperhatikan objek dengan mengamati sesuatu sebagai hal yang menyolok (figure) dan yang lain sebagai latar belakang (ground). Biasanya rangsangan yang bergerak, berwama, bersuara, unik, dekat, merupakan figure. Sedangkan rangsangan yang lembut, tidak menarik, tidak bergerak, tidak bersuara, umum, jauh, merupakan ground. Teori kognitif mempunyai tekanan yang berbeda dengan teori belajar yaitu: Teori kognitif memusatkan diri pada interpretasi dan organisasi perseptual mengenai keadaan seseorang, bukan keadaan masa lalu. Teori kognitif mencari sebab-sebab perilaku pada persepsi atau interpretasi individu terhadap situasi dan tidak pada realita situasinya. Interpretasi individu terhadap situasi merupakan hal yang lebih penting daripada bagaimana sebenarnya situasi itu. Daftar Pustaka Ahmadi, abu. 2007, psikologi sosial, Jakarta: rineka cipta Aronson, Elliot, Wilson, Timothy D., & Akert, Robin M. (2007), Social Psychology (6th), Pearson International Edition Dyakisni, tri & hudaniah. 2009, psikologi sosial, malang: umm press Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hambali, Adang dan Ujam Jaenudin. 2013. Psikologi Kepribadian (Studi atas Teori dan Tokoh Psikologi Kepribadian). Bandung: Pustaka Setia. Jaenudin, Ujam. 2012. Psikologi Kepribadian. Bandung: Pustaka Setia. Nina w. Syam, M.S, Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi, 2011, Simbiosa Rekatama Media, Bandung Sarwono, sarlito wirawan. 2006, teori-teori psikologi sosial, Jakarta: rajawali pers Sarwono, Sarlito W., dan Meinarno,Eko A., Psikologi Sosial, Salemba Humanika, Jakarta, 2009. Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2016 4 Psikologi Sosial Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Suryabrata, Sumardi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Press. Yusuf, Syamsu dan Achmad Juntika Nurihsan. 2011. Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2016 4 Psikologi Sosial Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id