Tingkah laku sosial seseorang dipengaruhi oleh siapa dirinya

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
DIRI PRIBADI
Presentasi diri; Pengetahuan diri
pribadi; Berpikir mengenai diri
pribadi;
Harga
diri
pribadi;
Penilaian diri pribadi; Diri pribadi
sebagai sasaran prasangka
Fakultas
Program Studi
Fakultas Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
11
Kode MK
Disusun Oleh
61119
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Mendeskripsikan Diri Pribadi
Mahasiswa mampu memahami dan
mengkomunikasikan tentang Diri Pribadi
Tentang Diri
Berfikir tentang dirinya sendiri adalah aktifitas manusia yang tidak dapat dihindari.
Pada umumnya orang akan berpusat pada dirinya sendiri. Sehingga Self adalah pusat
dari dunia sosial bagi setiap orang.
Konsep self: identitas diri seseorang sebagai sebuah skema dasar yang terdiri dari
kumpulan keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisasi.
Self berevolusi sebagai sebuah karakteristik adaptif. Aspek pertama yang muncul
adalah kesadaran diri subjektif: Kemampuan organisme untuk membedakan dirinya
dari lingkungan fisik dan sosialnya. Aspek kedua adalah kesadaran diri objektif:
kapasitas organisme untuk menjadi objek perhatiannya sendiri, kesadaran akan
keadaan pikirannya dan mengetahui bahwa ia tahu dan mengingat bahwa ia ingat.
KONSEP DIRI
Konsep diri (self-concept) merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya.
Menurut Deaux, Dane & Wrightsman (1993) konsep diri adalah sekumpulan
keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan seseorang mengenai
dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lainlain.
Konsep diri mempengaruhi perilaku seseorang, terutama dalam menanggapi dunia
dan pengalaman. Konsep diri bukanlah sesuatu yang tiba-tiba muncul namun
dipengaruhi oleh orang lain dalam proses interaksi sosial.
Menurut brewer & Gardiner (1996) tiga bentuk diri yang menjadi dasar bagi
seseorang dalam mendefinisikan dirinya adalah sebagai berikut:
1. Individual self: yaitu diri yang didefinisikan berdasarkan trait pribadi yang
membedakan dengan orang lain.
2. Relational self: yaitu diri didefinisikan berdasarkan hubungan interpersonal
yang dimiliki dengan orang lain
3. Collective self diri didefinisikan berdasarkan keanggotaan dalam suatu
kelompok sosial.
Selain bergantung pada latar belakang budaya, cara kita mendefinisikan diri
tergantung pada situasi dan konteks sosial. Salah satu situasi dan konteks sosial yang
berpengaruh adalah hubungan kita dengan orang lain.
2016
11
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
HARGA DIRI
Tingkah laku sosial seseorang dipengaruhi oleh siapa dirinya. Namun tingkah laku
sosial seseorang juga dipengaruhi oleh penilaian atau evaluasi terhadap dirinya, baik
secara positif atau negatif. Penilaian atau evaluasi secara positif atau negatif
terhadap diri ini disebut harga diri (Self esteem). Harga diri menunjukan keseluruhan
sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, baik positif maupun negatif.
Seseorang menginginkan harga diri yang positif karena:
1. Harga diri positif membuat orang merasa nyaman dengan dirinya ditengah
kepastian akan kematian yang suatu waktu akan dihadapinya.
2. Harga diri yang positif membuat orang dapat mengatasi kecemasan. Kesepian
dan penolakan sosial. Dalam hal ini harga diri menjadi alat ukur sosial untuk
melihat sejauh mana seseorang merasa diterima dan menyatu dengan
lingkungan sosialnya.
Sebagai alat ukur sosial, harga diri juga dapat diukur. Harga diri dapat diukur secara
eksplisit maupun implisit. Pengukuran eksplisit dilakukan dengan meminta seseorang
untuk memberikan ratiing (mulai dari sangat sesuai sampai tidak sesuai) terhadap
pertanyaan tentang diri.
Pengukuran secara implisit dilakukan dengan mengatur kecepatan reaksi orang
terhadap sejumlah stimulus yang diasosiasikan dengan diri.
Pada umumnya orang menginginkan harga diri yang positif dan hal ini mendorong
munculnya gejala above –average effect, yaitu kecenderungan orang untuk menilai
dirinya diatas rata-rata pada berbagai aspek diri yang dianggap positif secara sosial.
Bias dalam menilai hasil ini disebut self-serving bias yaitu kecenderungan untuk
menilai hasil posotif sebagai akibat dari faktor internal (traits atau karakteristikk
pribadi) dan menilai hasil negatif sebagai akibat dari faktor eketernal (orang lain atau
situasi).
Penilaian diri
Evaluasi terhadap diri sendiri dikenal dengan self esteem. Tiga kemungkinan motif
dalam evaluasi diri.
1. Orang dapat mencari self assesment untuk mengetahui pengetahuan yang
akurat tentang dirinya
2016
11
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Self ehancement yakni untuk mendapatkan informasi positif tentang diri
mereka sendiri
3. Self verification yakni untuk mengkonfirmasi sesuatu yang sudah mereka
ketahui tentang diri mereka sendiri.
Motif mana yang sering aktif tergantung pada budaya dan kepribadian seseorang ,
serta situasi yang dihadapinya.
Memiliki self esteem yang tinggi berarti seseorang individu menyukai dirinya sendiri.
Evaluasi positif ini sebagian berdasarkan opini orang lain dan sebagian berdasarkan
pengalaman spesifik. Tingkah laku individu dengan self esteem yang relatif rendah
lebih mudah diprediksi dari pada individu dengan self esteem tinggi. Hal ini karena
skema self esteem yang negatif diorganisasi lebih ketat dari pada yang positif.
Adakalanya dalam mengevaluasi diri kita melakukan perbandingan, bentuk
perbandingan yang biasanya muncul yakni:
Perbandingan sosial ke bawah: membandingkan diri dengan orang lain yang
lebih buruk dalam atribut-atribut tertentu
Perbandingan sosial ke atas: membandingkan diri dengan orang lain yang
lebih baik dalam atribut-atribut terttentu
Namun saat melakukan perbandingan akan muncul self esteem paradox yakni
apabila kompetensi aktual seseorang tidak sesuai dengan evaluasi dirinya. Self
esteem ini tidak realistik baik tinggi maupun rendah.
PRESENTASI DIRI
Saat melakukan interaksi dengan orang lain, seringkali perhatian kita tertuju pada
bagaimana orang akan menilai kita. Kita berusaha mengontrol bagaimana orang lain
menilai kita, sehingga kita merasa perlu melakukan impresent management.
Impresent Management yaitu usaha untuk mengatur kesan yang orang lain tangkap
mengenai kita baik secara disadari maupun tidak. Sebagai bagian dari impresent
management seseorang melakukan presentasi diri atau self presentation seperti
yang diinginkan dengan berbagai macam tujuan.
Menurut Jones & Pittman (1982) lima strategi presentasi diri yang memiliki tujuan
yang berbeda adalah sebagai berikut:
1. Integration
2016
11
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2.
3.
4.
5.
Dengan Tujuan agar disukai, kita menampilkan diri sebagai orang yang ingin
membuat orang lain senang.
Self promotion
Dengan tujuan agar dianggap kompeten, kita menampilkan diri sebagai orang
yang emmiliki kelebihan atau kekuatan baik dalam hal kemampuan atau trait
pribadi
Intimidation
Dengan tuuan agar ditakuti, kita menampilkan diri sebagai orang yang
berbahaya tau menakutkan
Suplication
Dengan tujuan dikasihani, kita menampilakn diri sbegai orang yang lemah atau
tergantung
Exemplification
Dengan tujuan dianggap memiliki integritas moral tinggi, kita menampilkan
diri sebagai orang yang rela berkorban untuk orang lain.
Selain lima strategi tersebut, ada istilah self handicapping yang merujuk pada segala
tindakan yang dilakukan agara dapat mengeksternalisasi apabila mendapat hasil
negatif dan menginternalisasi apabila mendapat hasil yang positif.
Strategi presentasi diri lainnya yaitu bask in reflected glory dimana orang
mengasosiasikan dirinya dengan keberhasilan oranglain, bukan keberhasilan dirinya.
Diri sebagai sasaran prasangka
Identitas pribadi dalam hal ini diri yang sering menadi sasaran prasangka adalah jenis
kelamin atau gender. Gender merujuk pada segala sesuatu yang berhubungan
dengan jenis kelamin individu, termasuk peran, tingkah laku, kecenderungan dan
atribut lain yang mendefinisikan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam
kebudayaan yang ada.
Jenis kelamin (sex) adalah kejantanan atau kewanitaan yang ditentukan oleh faktor
genetik yang berperan pada saat konsepsi dan menghasilkan perbedaan dalam fisik
dan anatomi.
Setiap orang memiliki identitas gender yaitu bagian kunci dari konsep diri dalam label
sebagai laki-laki atau perempuan. Kesadaran pada identitas gender biasanya
berkembang pada usia 2 tahun.
2016
11
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam hal-hal tertentu ada norma-norma sosial yang tetap tradisional, dimana
tingkah laku sesuai dengan gender yang diharapkan. Sehingga pria seharusnya kuat,
dominan, asertif, sementara wanita seharusnya perhatian, sensitif, dan ekspresif
secara emosional.
Dalam banyak bukti maskulinitas lebih menguntungkan dibandingkan androgini.
Dalamkonteks lain maskulinilitas tradisonal tampaknya menciptakan masalah
interpersonal.
Prasangka akan diri biasanya terkait dengan identifikasi peran gender; yakni derajat
dimana seseorang individu mengidentifikasikan dirinya dengan stereotip gender
dalam budayanya.
Ditempat kerja gender dan peran gender tetap menjadi isu sentral. Sebagai contoh
pekerjaan yang dipersepsikan sebagai maskulin atau feminikm dan kesuksesan yang
dipersepsikan tergantung pada atribut maskulin maupun feminim.
Daftar Pustaka
Ahmadi, abu. 2007, psikologi sosial, Jakarta: rineka cipta
Dyakisni, tri & hudaniah. 2009, psikologi sosial, malang: umm press
Nina w. Syam, M.S, Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi, 2011, Simbiosa
Rekatama Media, Bandung
Sarwono, sarlito wirawan. 2006, teori-teori psikologi sosial, Jakarta: rajawali pers
Sarwono, Sarlito W., dan Meinarno,Eko A., Psikologi Sosial, Salemba Humanika,
Jakarta,
2009.
2016
11
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download