6 BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH II.1

advertisement
6 BAB II
LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH
II.1 Pengertian Harga diri (Self-Esteem (SE))
II.1.1 Definisi Harga diri (Self-Esteem)
Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh tingkat self esteem (SE) yang dimilikinya. SE memiliki banyak
definisi
yang
sedikit
banyak
saling
bertumpang
tindih.
Misalnya
menurut
Coopersmith (dalam Pohan, 2006) SE adalah penilaian yang dibuat oleh individu
untuk menggambarkan sikap menerima atau tidak menerima keadaan dirinya, dan
menandakan sampai seberapa jauh individu itu percaya bahwa dirinya mampu,
sukses, dan berharga. Sejalan dengan teori tesebut, Baron & Byrne (dalam Esri,
2004) mengatakan bahwa SE adalah evaluasi yang dibuat oleh setiap orang; sikap
umum dari seseorang untuk mempertahankan tentang diri mereka sendiri.
Sementara itu Mussen (dalam Yanuar, 2004) menyatakan bahwa SE merupakan
evaluasi diri individu terhadap kualitas dirinya yaitu suatu penilaian yang bersifat
positif atau negatif yang dibuat oleh individu terhadap profil atribut mereka sendiri.
Brehm (dalam Riyanti, 2005) melihat SE dari sisi yang lain. Menurutnya SE
berhubungan dengan cara pendekatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap
hidupnya. Orang yang mempunyai perasaan baik terhadap dirinya cenderung
bahagia, sehat, sukses, dan mampu menyesuaikan diri. Namun orang yang menilai
dirinya negatif mempunyai kecenderungan khawatir, takut, tidak sehat, depresi,
pesimis mengenai masa depan dan cenderung melakukan kesalahan.
7 Berdasarkan definisi-definisi SE yang berbeda-beda dapat disimpulkan bahwa
SE adalah penilaian secara umum yang dilakukan oleh seseorang mengenai dirinya
sendiri baik itu penilaian yang bersifat positif maupun negatif yang akhirnya
menghasilkan
perasaan
keberhargaan
atau
kebergunaan
maupun
ketidakberhargaan dan ketidakbergunaan diri dalam menjalani kehidupan.
II.1.2 Sumber Harga Diri (Self Esteem)
Banyak ahli yang membahas mengenai sumber SE. William James (dalam
Lopez dan Synder, 2003), mengungkapkan bahwa SE dikembangkan melalui
akumulasi dari berbagai pengalaman dimana keberhasilan seseorang melebihi
tujuan mereka sebelumnya. Dengan kata lain SE sama dengan keberhasilan atau
potensi-potensi yang dimiliki. Cooley (dalam Lopez dan Synder, 2003) berpendapat
bahwa SE merupakan looking-glass self, sehingga penilaian diri dilihat sebagai
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial. Sedangkan menurut
Mead (dalam Lopez dan Synder, 2003), SE merupakan gambaran dari proses
interaksi simbolik (symbolic interactionism), dimana individu menginternalisaikan ideide dan perilaku-perilaku yang ditampilkan oleh seseorang yang sangat berpengaruh
dalam kehidupannya. SE yang rendah disebabkan oleh adanya penolakan,
diabaikan, dan direndahkan oleh seseorang yang berpengaruh tersebut. Sejalan
dengan teori Mead, Coopersmith dan Rosenberg (dalam Lopez dan Synder, 2003),
mengatakan bahwa penting bagi kita untuk mengukur bagaimana seseorang menilai
dirinya melalui bagaimana mereka dilihat oleh orang lain yang berperan penting atau
berpengaruh dalam kehidupan mereka, seperti teman sebaya, lingkungan
masyarakat, dan anggota keluarga. Sumber SE lainnya juga dapat berasal dari nilai
dan norma-norma budaya dimana individu itu dibesarkan.
8 II.1.3 Tingkatan Harga Diri (Self Esteem)
Pada umumnya SE hanya digolongkan sebagai SE yang positif dan SE yang
negatif. Namun Coopersmith (dalam Yanuar, 2004) membagi SE kedalam tiga
tingkatan, yaitu :
1. Self esteem tinggi
SE yang tinggi menunjukkan kemampuan dalam menghadapi tugas dan
orang lain dengan penuh pengharapan akan sukses dan diterima. Individu ini
juga memiliki pandangan yang lebih realistis dan positif terhadap lingkungan
sekitarnya dan juga terhadap dirinya sendiri. Hal ini membuat dirinya dapat
mengembangkan sikap percaya diri dan menerima diri apa adanya dengan
segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
2. Self esteem menengah
Individu dengan SE menengah digambarkan sebagai seorang yang memiliki
kepercayaan diri yang agak lemah. Hal ini ditandai dengan adanya
ketergantungan pada pendapat orang lain dalam melakukan evaluasi
terhadap dirinya. Selain itu individu juga memiliki aspirasi yang lebih rendah
dari pada mereka yang memiliki SE tinggi.
3. Self esteem rendah
Individu dengan SE yang rendah digambarkan sebagai orang yang tidak
percaya pada dunia, disamping tidak adanya kepercayaan dan penghargaan
terhadap dirinya sendiri. Individu ini akan mengalami kesulitan dalam
berinteraksi dengan orang lain karena tidak adanya rasa percaya diri, baik
terhadap lingkungannya maupun terhadap dirinya. Mereka cenderung akan
bergantung
pada
dianggapnya kuat.
sosok
orang
lain,
terutama
dengan
orang
yang
9 II.2 Dewasa Muda (Young Adulthood) dan Tugas Perkembangannya
Bee (1996) menyebutkan bahwa indiviu yang masuk ke dalam tahap
perkembangan dewasa muda adalah mereka yang berusia antara 18 - 25 tahun.
Pada tahap ini seseorang akan menyelesaikan pendidikan pada jurusan tertentu,
dimana membutuhkan pembelajaran yang intensif dan pengingatan, berpisah dari
orang tua dan membangun kehidupan yang mandiri, bekerja, menikah, dan menjadi
orang tua, juga akan lebih sering berpindah dan mengubah pekerjaan serta
menghasilkan perubahan kehidupan yang lebih tinggi dibandingkan pada waktu
lainnya dalam hidup. Pendapat ini mirip dengan Dariyo (2008), yang mengatakan
bahwa sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan
sampai taraf akademi atau universitas dan kemudian mereka akan segera
memasuki jenjang karier dalam pekerjaannya. Kehidupan psikososial dewasa muda
akan semakin kompleks dibandingkan dengan remaja karena selain bekerja, mereka
akan memasuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara
anak-anak, dan tetap harus memperhatikan orang tua mereka.
Perubahan-perubahan juga terjadi pada masa dewasa muda ini. Perubahan
yang terjadi menurut Bee (1996) adalah perubahan kognitif dimana kemampuan
kognitif ini meningkat di hampir setiap pengukuran. Perubahan yang kedua adalah
perubahan peran keluarga dan gender, dimana akan menikah dan mengetahui
secara jelas mengenai perbedaan peran antara pria dan wanita. Ketiga, perubahan
hubungan juga terjadi, dimana lebih menekankan pada hubungan pertemanan dan
percintaan. Perubahan keempat adalah perubahan kepribadian yang di tahap
dewasa muda ini berada di tahap intimasi atau keintiman dimana seseorang akan
menemukan diri dalam diri orang lain. Jika para dewasa muda membentuk
persahabatan yang sehat dan hubungan akrab dengan orang lain, keintiman ini akan
10 tercapai (Santrock, 2007). Perubahan terakhir adalah mengenai tugas-tugas dari
dewasa muda, yaitu berpisah dari keluarga, memulai kehidupan berkeluarga,
mencari kerja, dan menciptakan pola kehidupannya sendiri.
Menurut Havinghurst (dalam Dariyo, 2008), ada empat tugas perkembangan
dewasa muda. Tugas yang pertama adalah mencari dan menemukan pasangan
hidup. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk
dijadikan
pasangan
dalam
perkawinan
ataupun
kehidupan
rumah
tangga
selanjutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau
suku bangsa tertentu sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Tugas yang kedua
adalah membina kehidupan rumah tangga. Pada usia ini sebagian besar dari
mereka telah meyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SMU (Sekolah
Menengah Umum) atau universitas. Setelah itu mereka akan memasuki dunia kerja
guna mengejar karier mereka. Dari sini, mereka akan mempersiapkan dan
membuktikan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah
tidak bergantung lagi kepada orang tua. Sikap mandiri ini juga merupakan langkah
positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki
kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu mereka juga harus
mampu membangun, membina dan menyesuaikan diri dalam kehidupan berumah
tangga. Serta juga mampu mendidik anak-anak mereka kelak dan tetap menjaga
hubungan baik dengan kedua orang tua maupun saudara.
Tugas yang ketiga adalah meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan
ekonomi rumah tangga. Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU
(Sekolah Menengah Umum) atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki
dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya menekuni
karier dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan
11 keuangan yang baik. Apabila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut,
mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebaliknya, apabila
mereka tidak cocok antara minat atau bakat dengan jenis pekerjaannya, mereka
akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan lain yang sesuai dengan mereka. Masa
dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat
yang meyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing
dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi
kerja.
Terakhir adalah tugas yang keempat yaitu menjadi warga negara yang
bertanggung jawab. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan
patuh pada tata aturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini diwujudkan
dengan cara-cara, seperti (1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan,
(2) membayar pajak, (3) menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan
mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan (4) mampu
menyesuaikan diri dalam pergaulan di masyarakat. Tugas-tugas perkembangan
tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma
sosial-budaya yang berlaku di masyarakat.
II.2.1 Harga Diri (Self Esteem) Pada Dewasa Muda
Pada usia dewasa muda ini, orang telah memiliki pekerjaan yang stabil,
keluarga, dan hubungan percintaan, dikarakteristikan dengan pencapaian prestasi
puncak dan memiliki kontrol akan diri sendiri dan lingkungannya (Erickson &
Levinson dalam Orth, Robins, dan Trzesniewski,2010 ). Selama tugasnya ini,
individu meningkatkan posisi pekerjaan dalam status dan kekuasaan, di mana hal ini
dapat meningkatkan SE (Dannefer dalam Orth, Robins, dan Trzesniewski, 2010).
Menurut Crocker dan Wolfe (Dannefer, 1984, dikutip oleh Orth, Robins, dan
12 Trzesniewski, 2010), positif SE akan didapat apabila individu mampu melihat dan
mengenal dirinya sendiri pada masa perkembangan, dari pada adanya penghargaan
dari luar dirinya.
Ada tiga variabel yang dapat mempengaruhi SE. Variabel pertama adalah
variabel demografis, dimana perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap SE. Hal
ini paling banyak terjadi pada usia remaja dan dewasa sedangkan tidak berpengaruh
besar pada usia tua. Etnik juga berpengaruh terhadap SE, sama seperti status sosial
ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan, pendapatan, dan gengsi pekerjaan.
Status sosial ekonomi dapat mempengaruhi SE karena status dan kekayaan dapat
mempengaruhi persepsi seseorang tentang nilai dirinya.
Variabel berikutnya adalah hubungan dengan diri sendiri dan sesama.
Hubungan interpersonal memiliki pengaruh yang penting dalam perkembangan SE.
Misalnya perasaan mengenai diri sendiri ditentukan oleh persepsi individu tentang
perasaan pasangannya terhadap diri mereka. Hubungan dengan teman dan
keluarga juga dapat mempengaruhi SE. Selain itu, pernikahan dan hubungan yang
saling mendukung juga mampu meningkatkan SE. Variabel yang terakhir adalah
kesehatan. Penelitian mengatakan bahwa kesehatan fisik mempengaruhi SE
seseorang.
II.3 Pengertian produk bermerek
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan,
dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan (M. Tohar, 2000). Hampir semua yang termasuk produksi merupakan
benda nyata yang dapat dilihat, diraba, dan dirasakan. Sedangkan menurut
Nafarin(2007), produk adalah hasil produksi yang dalam arti luas meliputi barang
dan jasa.
13 Merek menurut David A. Aaker (dalam Rangkuti, 2002) adalah nama dan atau
simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan
maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok
penjual tertentu. Sedangkan menurut William J. Stanton (dalam Rangkuti, 2002)
merek adalah nama, istilah, simbol, atau desain khusus atau beberapa kombinasi
unsur-unsur ini yang dirancang untuk mengidentifikasi barang atau jasa yang
ditawarkan oleh penjual.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, maka merek mempunyai dua unsur
yaitu, brand name yang terdiri dari huruf-huruf atau kata-kata yang dapat terbaca,
serta brand mark yang berbentuk simbol, desain, motif atau warna tertentu yang
spesifik. Kedua unsur ini berguna untuk membedakan satu produk dari produk
pesaingnya juga berguna untuk mempermudah konsumen dalam mengenali atau
mengidentifikasi barang atau jasa yang hendak dibeli.
II.4 Pengertian Produk Tiruan
Produk tiruan di Indonesia dikenal juga dengan istilah kwalitet (KW). Menurut
Aprilins (2010) “barang KW” adalah sebuah barang yang diproduksi sebagai tiruan,
replika, atau imitasi dari barang lain. “Barang KW” ini bukan hanya diproduksi
sebagai tiruan atau replika merek terkenal saja, tetapi juga untuk semua merek.
“Barang KW” diproduksi tanpa menggunakan hak merek yang bersangkutan, para
produsen membuatnya dengan cara seperti meniru saja. Oleh karena itu secara
sederhana dapat dikatakan bahwa “barang KW” adalah barang palsu. Tingkatan
paling umum “barang KW” adalah “KW 1”, “KW 2”, dan “KW super”. Harga barang
KW yang paling mahal dan memiliki kualitas mirip dengan aslinya adalah KW super.
14 II.5 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang muncul adalah
sebagai berikut : “Bagaimanakah self esteem mahasiswi ketika menggunakan tiruan
tas bermerek?”
II.6 Hipotesis
H1 : Individu yang sedang menggunakan tiruan tas bermerek memiliki tingkat self
esteem yang tinggi.
H0 : Individu yang sedang menggunakan tiruan tas bermerek tidak memiliki
tingkat self esteem yang tinggi.
Download