STRATEGI PENGEMBANGAN HARGA DIRI ANAK

advertisement
STRATEGI PENGEMBANGAN HARGA DIRI ANAK USIA DINI
Dwi Hastuti
PG PAUD FKIP UAD Yogyakarta
E-mail: [email protected]
Abstrak
Masa usia dini adalah saat yang paling tepat untuk menanamkan karakter dan
kepribadian anak. Salah satu aspek kepribadian yang penting untuk dikembangkan
adalah harga diri. Seorang anak dengan harga diri yang tinggi mampu menampilkan
dirinya sebagai pribadi yang menyenangkan, mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan, mandiri, aktif, berani mengemukakan pendapat, dan percaya diri.
Tulisan ini bermaksud untuk membahas tentang strategi pengembangan harga
diri anak serta upaya-upaya konstruktif yang dilakukan bersama agar harga diri anak
dapat berkembang dengan baik. Tulisan ini merupkan kajian literatur untuk
menemukan formula baru tentang strategi pengembangan harga diri anak usia dini.
Pembentukan harga diri merupakan sebuah proses yang berkesinambungan. Harga
diri yang telah terbentuk pada usia dini akan memberikan pengaruh yang sangat
signifikan terhadap perilaku kehidupan anak di kemudian hari. Sedemikian
pentingnya pengembangan harga diri bagi setiap individu, maka perlu adanya
kerjasama yang sinergis antara guru di sekolah dan orangtua.
Kata Kunci: strategi, harga diri, anak usia dini
Abstract
Early childhood is the bestperiod to develop children’s characters and
personalities. One of the important aspect needs to develop is self esteem. Children
with high self esteem may perform themselves as an exciting, adaptive, independent,
active, and confident children
This article explains the strategies to develop children’s self esteem and the
constructive efforts to make them grow properly. This paper is a review of the
literature to find a new formula on the development strategy of self-esteem of early
childhood. The formation of self-esteem is a continuous process. Esteem that has
been formed at an early age will give a very significant influence on the behavior of
children's lives in the future. So important development for the dignity of every
individual, the need for synergistic cooperation between teachers in the school and
parents.
Key words: strategy, self esteem, early childhood
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 39
kelas,
Pendahuluan
Keberhasilan pada masa kanak-kanak
menjadi landasan bagi keberhasilan pendidikan
yaitu
pengendalian
diri,
kebutuhan
berprestasi, penguasaan, serta harga diri (self
esteem).
seseorang pada jenjang berikutnya. Usia dini
Tulisan ini membahas tentang beberapa
disebut sebagai golden age atau usia emas,
solusi untuk memecahkan permasalahan tentang
artinya apabila seorang anak mendapatkan
pengembangan harga diri anak, dengan harapan
pendidikan yang tepat, maka ia akan memiliki
anak akan berkembang menjadi individu yang
kesiapan belajar yang baik sebagai salah satu
mampu menghadapi tantangan kehidupannya di
kunci utama keberhasilan belajar pada jenjang
masa yang akan datang.
berikutnya.
Sangat menyedihkan ketika ditemukan
bukti yang menunjukkan bahwa harga diri anak
usia sekolah dasar lebih rendah daripada saat
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Harga Diri
Aliran
psikologi
yang
usia taman kanak-kanak. Perhatian pendidik dan
membicarakan
masyarakat umumnya terhadap perkembangan
esteematau
anak lebih banyak mengarah pada aspek kognitif
terutama Rogers dan Abraham Maslow. Rogers
dan psikomotorik anak. Hal ini pun ditengarai
membagi konsep diri menjadi tiga bagian, yaitu:
terjadi pada para pendidik dan pengelola
(1) ideal self, (2) self image, dan (3) self
lembaga
satuan
esteem.Self image atau citra diri adalah persepsi
pendidikan berupa sekolah formal. Sekolah
kita terhadap diri kita. Sedangkan penilaian
sebagai tempat mempersiapkan anak untuk dapat
terhadap diri kita, baik-buruk, pintar-bodoh,
hidup
disebut self esteem. Orang yang memiliki self
pendidikan
lebih
menyuguhkan
baik
khususnya
di
masa
materi/pelajaran
depannya
yang
tentang
harga
diri
pentingnya
banyak
adalah
self
humanisme,
lebih
esteem yang optimal disebut ideal self atau diri
mengedepankan perkembangan kognitif anak.
yang ideal. Tinggi rendahnya self esteem
Padahal, mengarungi kehidupan tidak semata-
tergantung pada jarak antara diri yang ideal
mata bermodalkan kecerdasan akademik. Lebih
(ideal self) dan citra diri (self image). Apabila
dari itu, sisi emosional seorang individu bahkan
jaraknya panjang, harga dirinya rendah. Tapi bila
dapat memegang peran lebih dominan daripada
jaraknya
intelegensi. Sejalan dengan tujuan sekolah untuk
(Musbikin, 2004: 96)
pendek,
harga
dirinya
tinggi.
mengembangkan kompetensi anak dari berbagai
Johnson& Jonson (1991) berpendapat
macam aspek, perlu disadari bahwa terdapat
bahwa bicara tentang harga diri, berarti bicara
beberapa sisi psikologis yang hendaknya juga
mengenai satu aspek dalam konsep diri yang
ditumbuhkan dalam proses pembelajaran di
menentukan akan berkembang menjadi individu
40 Dwi Hastuti, Strategi Pengembangan Harga Diri Anak Usia Dini…
seperti apakah anak-anak generasi bangsa kelak.
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
Konsep diri positif akhirnya akan membentuk
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya.
harga diri yang kuat. Harga diri merupakan
Dapat
penilaian tentang keberartian diri dan nilai
menggambarkan sejauhmana individu tersebut
seseorang
menilai dirinya sebagai orang yang memiliki
yang
didasarkan
atas
proses
diartikan
bahwa
keberartian,
harga
berharga,
diri
pembuatan konsep dan pengumpulan informasi
kemampuan,
dan
tentang diri beserta pengalamannya.
kompeten. Sementara menurut Burns (1993: 7)
383)
harga diri adalah perasaan bahwa ‘diri’ itu
mengatakan bahwa seperti juga dengan konsep
penting dan efektif, dan melibatkan pribadi yang
diri itu sendiri, harga diri pada masa kanak-
sadar akan dirinya sendiri.
Harter
dalam
Papalia
(2009:
kanak awal cenderung bersifat semua atau tidak
Menurut Gilmore dalam Papalia (2009:
sama sekali; ‘saya baik’ atau ‘saya jahat’. Baru
174) berpendapat bahwa,“….self esteem is a
pada masa kanak-kanak tengah evaluasi personal
personal judgement of worthiness that is a
mengenai
kemampuan
personal that is expressed in attitude the
berdasarkan internalisasi standar orangtua atau
individual holds toward himself. Pendapat ini
sosial anak menjadi penting dalam membentuk
menjelaskan, harga diri merupakan penilaian
atau mempertahankan perasaan keberhargaan
individu terhadap kehormatan dirinya, yang
diri.
diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya.
kompetensi
dan
Dalam beberapa literatur, juga digunakan
istilah
self-perception
yang
merupakan
kumpulan dari keyakinan dan perasaan yang
Demikian juga, harga diri merupakan penilaian
individu terhadap dirinya sendiri yang sifatnya
implisit dan tidak diverbalisasikan.
anak miliki terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini
Menurut
pendapat
beberapa
ahli
sangat berpengaruh pada perkembangan emosi,
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa harga
perilaku dan penyesuaian diri anak di lingkungan
diri adalah
sosial. Anak-anak biasanya menilai dirinya
kehormatan diri, melalui sikap terhadap dirinya
masih dalam bentuk sederhana, contohnya ”Aku
sendiri
sudah bisa memakai baju sendiri” atau ”Aku
diverbalisasikan dan menggambarkan sejauh
punya teman banyak”. Setinggi apa harga diri
mana individu tersebut menilai dirinya sebagai
anak amat sangat berpengaruh pada masa
orang yang memiliki kemampuan, keberartian,
prasekolah
berharga, dan kompeten.
dimana
mereka
mulai
belajar
menguasai ketrampilan baru.
Stuart dan Sundeen (1991) mengatakan
bahwa harga diri adalah penilaian individu
penilaian
yang
sifatnya
individu
implisit
terhadap
dan
tidak
Menurut Erikson dalam Diane E.Papalia
(2008: 485) faktor penentu harga diri adalah
pandangan
anak
akan
kemampuan
kerja
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 41
produktif mereka. Isu yang harus dipecahkan
mudah frustrasi dan tidak bahagia. Ketika
pada masa kanak-kanak pertengahan adalah
dihadapkan tantangan, mereka mudah sekali
yang
untuk bilang ”tidak bisa”. Namun anak yang
berkembang bersama resolusi krisis ini adalah
terlalu memandang tinggi dirinya juga tidak
kompetensi
berdampak baik. Mereka akan cenderung merasa
industri
vs
inferioritas.
“Kebijakan”
(competence),
pandangan
yang
memandang diri sendiri mampu menguasai
paling
baik,
tidak
mau
dikalahkan
dan
keterampilan dan menuntaskan tugas.
meremehkan orang lain. Anak semacam ini akan
Coopersmith (1967: 71) menyatakan
sulit untuk menerima kekalahan dan sulit
bahwa ciri-ciri anak dengan harga diri tinggi
beradaptasi yang membatasi keleluasaannya. Jadi
menunjukkan perilaku-perilaku seperti mandiri,
harga diri yang sehat adalah harga diri yang
aktif, berani mengemukakan pendapat, dan
dapat membekali anak untuk berperilaku sesuai
percaya diri. Sedangkan seseorang dengan harga
dengan tuntutan dimana pun dia berada, tidak
diri yang rendah menunjukkan perilaku seperti
kurang atau berlebihan.
kurang percaya diri, cemas, pasif, serta menarik
diri dari lingkungan.
bukanlah sejenis proyek untuk membuat anak-
Anak dengan harga diri yang tinggi
cenderung
mengatribusikan
Menurut Phelan (2009: 237) harga diri
kegagalan
atau
anak merasa diri lebih baik, apapun keadaan
mereka.
Jika
kualitas
tertentu
menjadi
kekecewaan pada faktor di luar diri mereka atau
kekurangan/kelemahan pada hidup seseorang,
pada kebutuhan untuk berusaha lebih keras. Jika
maka harga diri positif tidak bisa diperoleh
pada awalnya gagal atau ditolak, mereka tetap
dalam waktu seketika. Harga diri didasarkan
gigih mencoba berbagai cara baru sampai
pada kenyataan, bukan pada tipu muslihat.
menemukan cara yang berhasil. (Papalia, 2009:
384)
2.
Harga diri yang sehat dapat menjadi
Komponen Harga Diri
Menurut Felker (1974), komponen harga diri
tameng bagi anak untuk menghadapi tantangan
adalah:
dalam hidupnya. Anak yang berpandangan
a.
Feeling
of
belonging,
yaitu
perasaan
positif tentang dirinya akan mudah mengatasi
individu bahwa dirinya merupakan bagian
konflik dan tidak mudah tepengaruh oleh hal-hal
dari suatu kelompok dan individu tersebut
negatif. Mereka akan tumbuh menjadi individu
diterima oleh anggota kelompok lainnya. Ia
yang optimis. Di sisi lain, anak-anak yang
akan memiliki penilaian yang positif akan
berpandangan negatif atau rendah pada diri
dirinya jika ia merasa diterima dan menjadi
mereka sendiri akan menemui rintangan dalam
bagian dari kelompok tersebut. Individu
mengatasi masalah, menjadi pasif, menarik diri,
akan menilai sebaliknya jika ia merasa
42 Dwi Hastuti, Strategi Pengembangan Harga Diri Anak Usia Dini…
b.
ditolak atau tidak diterima oleh kelompok
manusia sama di sisiNya, bahwa yang tinggi dan
tersebut.
agung itu hanyalah Allah swt.
Feeling of competence, yaitu perasaan
individu
bahwa
ia
mampu
sesuatu
untuk
mencapai
melakukan
hasil
yang
Untuk
manusia,
membangkitkan
Al-Qur’an
menyatakan,
diri
‘Kuntum
Khaira Ummatin’. “Kamu adalah sebaik-baik
diharapkan. Jika ia berhasil mencapai tujuan
umat.” (QS. Ali Imran: 110).
maka ia akan memberikan penilaian positif
Dan dalam al-Qur’an Surat Ali Imran: 139,
terhadap dirinya. Selain itu, ia merasa
‫وال تهنوا وال تحزنوا وانتم االعلون إن‬
percaya terhadap pikiran, perasaan dan
‫كنتم مؤمنين‬
tingkah laku yang berhubungan dengan
c.
harga
kehidupannya.
“Janganlah kamu bersikap lemah dan bersedih
Feeling of worth, yaitu perasaan individu
hati. Padahal kamulah orang yang tinggi
bahwa dirinya berharga. Individu yang
(derajatnya) jika kamu orang beriman.”
memiliki perasaan berharga akan menilai
Hal yang dilakukan Rasulullah saw.
dirinya secara positif, merasa yakin terhadap
untuk membangkitkan harga diri umatnya, antara
diri sendiri, dan mempunyai harga diri atau
lain adalah saat beliau bersama orang-orang fakir
self respect.
dan miskin. Mereka merupakan kelompok yang
sering direndahkan dan dicaci maki. Untuk
3.
Pengembangan Harga Diri dalam Islam
membangkitkan harga diri mereka, Rasulullah
Di antara tujuan penting yang diemban
saw. memilih hidup di tengah-tengah mereka,
oleh ajaran Islam ialah membangkitkan harga
sehingga beliau memperoleh gelar Abul Masakin
diri
(bapaknya orang-orang miskin).
manusia
pada
masa
jahiliyah
Arab.
Masyarakat Arab waktu itu terbagi atas dua
Upaya lain yang dilakukan Rasulullah
golongan besar, yaitu golongan merdeka dan
saw.untuk membangkitkan harga diri umatnya,
golongan budak, kaya dan miskin, yang kuat dan
adalah ketika beliau sangat memuliakan anak-
yang lemah. Harga diri sekelompok masyarakat
anak atau kaum perempuan. Beliau bersabda,
dianggap begitu rendah, sehingga budak belian
“Barangsiapa memiliki tiga anak perempuan,
tidak
tapi
lalu ia melindungi mereka, mengasihi mereka,
diperjualbelikan seperti binatang. Bahkan ibu
memelihara mereka dengan baik, ia pasti masuk
yang melahirkan bayi perempuan dianggap aib
surga”. (HR. Bukhari)
dianggap
sebagai
manusia,
yang luar biasa. Dalam masyarakat seperti itulah
Islam datang membawa ajaran yang jelas.Semua
Demikianlah, pada saat anak perempuan
dipandang
rendah,
justru
Rasulullah
saw.
memuliakan. Betapa pada saat itu kehadiran anak
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 43
perempuan dianggap bencana, tapi Rasulullah
menasehatinya secara diam-diam. Karena jika
saw. menyebut Fatimah sebagai “Al-Kautsar”,
anak dinasehati di depan umum, maka ia akan
yang berarti ‘anugerah yang banyak.’
merasa malu dan harga dirinya pun akan turun.
Sementara kepada cucu-cucunya, Hasan
dan Husain, beliau berkali-kali mengatakan,
“Sesungguhnya Hasan dan Husain adalah
4.
Peran Orangtua dalam Mengembangkan
Harga Diri Anak
pemimpin pemuda ahli surga, ayah mereka lebih
Menurut para psikolog, pengembangan
baik dari mereka..” Demikian juga, beliau
harga diri sangat dipengaruhi oleh pengalaman
berkata, “Hasan dan Husain adalah penyejuk
awal semasa kanak-kanak seseorang. Keluarga
mataku di dunia.”
sebagai tempat pendidikan pertama memiliki
Itulah
beberapa
mengisahkan
riwayat
ungkapan-ungkapan
yang
Rasulullah
peran dalam proses sosialisasi. Kepribadian
seorang
anak
tergantung
pada
bagaimana
saw. dalam rangka menanamkan rasa bangga
pendidikan yang dibangun di dalamnya. Ketika
kepada putri dan cucu-cucunya; yang tentu saja
pendidikan yang diberikan baik, maka sejak dini
menjadi
seharusnya
anak dapat memahami mana hal yang baik atau
menanamkan rasa bangga ke dalam diri anak,
buruk, yang bisa diterima atau tidak diterima,
agar mereka memiliki harga diriyang tinggi.
dan yang boleh dilakukan atau tidak boleh
teladan
bagaimana
Fauzil Adhim (2001:70) menjelaskan
dilakukan. Pendidikan tersebut tidak hanya
bahwa dari kalangan ulama, yaitu Imam Syafi’i,
diajarkan, tapi akan lebih berhasil jika orang tua
seorang mujtahid mutlak keturunan Rasulullah
memberikan contoh secara langsung melalui
saw. melalui jalur ibu yang bersambung ke Al-
perbuatan dan kebiasaan sehari-hari. Dan orang
Hasan bin Ali bin Abu Thalib menasehatkan,
tua lah yang menjadi sentral dan role model,
“Barangsiapa menasehati saudaranya secara
akan menjadi seperti apakah seorang anak. Apa
diam-diam, berarti dia telah menasehati dan
yang dilakukan orang tua akan merefleksi balik
menginginkan kebaikannya; dan barangsiapa
pada anaknya dalam bentuk citra diri, dan pola
menasehatinya di tempat ramai, maka ia telah
asuh orang tua akan mempengaruhi harga diri
membuka
anak. Orang tua yang berharga diri tinggi
rahasianya
dan
memburukkan
namanya.”
cenderung memiliki anak yang berharga diri
Dari ungkapan tersebut dapat dilihat
betapa ajaran Islam itu sangat menjaga harga diri
seseorang.
Meskipun
seorang
anak
telah
tinggi, begitu juga sebaliknya.
Pola asuh orang tua yang otoriter,
mendidik dengan sifat permusuhan, senang
melakukan suatu kesalahan, akan tetapi harga
menghukum,
dirinya
anaknya, membentuk anak yang berkepribadian
harus
tetap
dijaga
yaitu
dengan
dan
banyak
cacian
terhadap
44 Dwi Hastuti, Strategi Pengembangan Harga Diri Anak Usia Dini…
murung, rendah diri, serta memendam kebencian
perkembangan anak, menggunakan bahasa cinta
dan permusuhan. Demikian juga apabila orang
anak untuk memenuhi tangki emosionalnya,
tua mengasuh secara demokratis dan bijaksana,
melakukan komunikasi dengan memperhatikan
maka
tipe
akan
berkepribadian
tumbuh
seorang
menyenangkan
anak
dan
yang
mampu
kepribadian
anak,
serta
memahami
mekanisme pikiran anak.
menyesuaikan diri dengn lingkungan. Orangtua
Harga diri juga menyangkut perasaan
yang demokratis cenderung membentuk harga
bangga dari anak sebagai hasil dari belajar
diri anak menjadi tinggi, sementara orang tua
mengerjakan sesuatu atas usahanya sendiri
yang otoriter dan permisif cenderung membentuk
(Yustinus, 2006: 329). Pada tingkat ini, anak
harga diri anak menjadi rendah.
ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan
Marzuki (2004: 13-132) berpendapat
memuaskan
rasa
bahwa orangtua atau pendidik harus memberikan
lingkungan,
memanipulasi,
respon positif kepada anak, yang ditunjukkan
lingkungan itu. Anak yang berusia dua tahun
dengan sikap, perhatian, serta mendengarkan
yang bersifat ingin tahu dan agresif dapat
secara aktif terhadap apa yang dikemukakan oleh
menjadi sangat destruktif karena dorongan untuk
anak. Apabila orangtua bersikap cuek terhadap
memanipulasi dan menyelidiki ini menguasai
apa yang dikemukakan anak, maka hal ini akan
dirinya.
membangkitkan perasaan perih pada nuraninya.
kebutuhan
Anak
bahwa
perasaan harga diri yang muncul dapat rusak.
pendapatnya tak pantas untuk dikemukakan,
Akibatnya dapat muncul perasaan dihina dan
sebab dia sendiri menjadi tidak percaya bahwa
marah.
akhirnya
berkesimpulan
Apabila
anak
ingin
orang
untuk
tahunya
dan
tua
tentang
mengubah
menghalangi
menyelidiki,
maka
apa yang dikemukakan ini sesuatu yang berarti,
Berkaitan dengan peran orangtua dalam
yang berhak didengarkan oleh orang lain.
mencintai anaknya, harga diri juga dapat
Bahkan berangkat dari perasaan ini akhirnya dia
diartikan sebagai
akan berkesimpulan bahwa dirinya tak berharga,
mampu dan perasaan dicintai. Anak yang
orang lain tak ada yang memerlukan, dan
mencapai suatu keberhasilan tapi merasa tidak
keberadaannya tak pernah diperhituungkan.
dicintai akan memiliki harga diri yang rendah.
kombinasi
dari perasaan
Harga diri bisa dibangun melalui proses
Sebaliknya, anak yang merasa dicintai tapi
pendisiplinan anak dengan syarat bahwa anak
merasa kurang mampu juga akan memiliki harga
merasa dicintai tanpa syarat. Ariesandi (2008:
diri rendah. Jadi harga diri yang sehat merupakan
263-264) mengemukakan beberapa caranya yaitu
hasil dari keseimbangan dari keduanya.
dengan memberikan teladan pada anak melalui
tindakan orangtua, memperhatikan usia dan
Sebuah
penelitian
mengungkapkan
bahwa anak mendasari harga diri mereka pada
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 45
dua
hal,
yaitu
mana
memiliki harga diriyang semu. Mereka terlalu
menerima
sering menerima pujian untuk prestasi yang biasa
mereka apa adanya) dan kompetensi diri seperti
saja atau bahkan jelek. Mereka akan sulit untuk
”Aku pandai” atau ”aku bisa lari kencang”
berkompetisi
(Hildebrand,
juga
beberapa cara yang baik untuk meningkatkan
menemukan bahwa kebanyakan anak yang punya
harga dirianak yaitu: (1) identifikasi domain
harga diri positif ternyata memiliki orangtua
kompetensi yang dianggap penting bagi anak, (2)
dengan karakteristik yang sama, yaitu juga punya
dukungan emosional dan persetujuan sosial, (3)
harga diri yang positif tentang diri mereka
prestasi, (4) coping. (Santrock, 2007: 67)
lingkungan
penerimaan
khususnya
1985).
(sejauh
orangtua
Penelitian
ini
sebagai orangtua.
Harter
atau
menerima
dalam
Santrock
kritik.
(2007:
Ada
67)
Berikut beberapa sisi perilaku orangtua
menyatakan percaya bahwa intervensi harus
yang dapat membentuk harga diri positif pada
diberikan pada penyebab harga dirijika kita
anak:
menginginkan seseorang mengalami peningkatan
a. Mutu perilaku dan performa tinggi dari
harga diriyang signifikan. Anak akan memiliki
orangtua
harga diritertinggi ketika mereka dapat tampil
b. Menerapkan batas-batas yang jelas mana
dengan kompeten di domain yang dianggap
perilaku yang boleh dan mana yang tidak
penting bagi mereka. Karena itu anak harus
dilakukan
didorong untuk mengidentifikasi dan menghargai
c. Bimbingan perilaku dan umpan balik dari
arena dimana mereka bisa tampil kompeten.
orangtua
Dukungan emosional dan persetujuan
d. Memperlakukan anak dengan respek dan
kepercayaan diri
e. Memberi perhatian dan terlibat
sosial
juga
merupakan
hal
yang
bisa
mempengaruhi harga dirianak. Beberapa anak
dalam
kegiatan akademik dan sosial anak
f. Pendekatan yang tidak memaksa untuk
membentuk disiplin anak
g. Memperlakukan anak secara demokratis
yang memiliki harga diriyang rendah ternyata
berasal dari keluarga bermasalah atau pernah
mengalami kekerasan atau ditelantarkan-situasi
dimana tidak ada dukungan emosional. Bagi
beberapa anak, program formal seperti kakak
asuh dapat menjadi sumber alternatif dukungan
5.
Strategi Mengembangkan Harga Diri
sosial dan persetujuan sosial; bagi anak yang
Anak
lain, dukungan ini bisa juga diperoleh dari
Pada masa sekarang ini terlalu banyak
anak yang tumbuh dan berkembang dengan
menerima pujian yang kosong, dan karenanya
sumber informal seperti guru, pelatih olahraga,
atau orang dewasa lain.
46 Dwi Hastuti, Strategi Pengembangan Harga Diri Anak Usia Dini…
Santrock (2007: 68) berpendapat bahwa
harga
diriakan
meningkat
ketika
anak
emosionalpada anak. Secara bertahap, anak anak
belajar tentang apa yang membuat
takut,
menghadapi masalah dan mencoba mengatasinya
bersalah, marah, atau sedih, dan begaimana
daripada
tetap
orang lain bereaksi dalam menunjukkan emosi
daripada
ini, dan mereka mengadaptasikan perilaku
menghindarinya, anak akan bersikap realistis,
mereka dengan emosi-emosi tersebut. Anak juga
jujur,
mempelajari
menghindarinya.
memilih
menghadapi
dan
tidak
Jika
anak
masalah
defensif.
Hal
ini
akan
menghasilkan evaluasi diri yang baik, yang akan
menghasilkan
antar
emosi
dan
bagaimana mengekspresikannya.
diri
yang
pada
harga
diri.
Hal
positif dalam empat kondisi mental berikut: (1)
sebaliknya akan terjadi untuk harga diriyang
Rasa Terikat; anak merasa adanya kepuasan
rendah; evaluasi diri yang buruk akan membuat
bathin dalam hubungannya dengan orang tua dan
anak melakukan penyangkalan, menipu diri, lari
keluarganya
dari
keterikatan, (2) Rasa Unik; anak merasa dirinya
akhirnya
persetujuan
perbedaan
meningkatkan
masalah,
yang
pada
akhirnya
akan
menghasilkan ketidaksetujuan diri.
Usahakan anak
sehingga
mengalami
perasaan
menimbulkan
rasa
spesial. Ia menghargai sifat tertentu yang
Menurut Branden (2005: 54) terdapat dua
membuatnya istimewa ketika ia menerima
aspek yang dapat menghambat perkembangan
penghargaan atau pengakuan dari orang lain, (3)
harga diri, yaitu perasaan takut dan perasaan
Rasa berkuasa; perasaan yang bersumber dari
bersalah. Perasaan takut muncul ketika anak
memiliki sumber daya dan kemampuan untuk
tidak mampu menghadapi fakta-fakta kehidupan
mempengaruhi
dengan penuh keberanian. Fakta-fakta tersebut
contoh perilaku individu, falsafah, dan tindakan
merupakan tanggapan negatif terhadap diri yang
yang menjadi model untuk mewujudkan nilai-
menjadikan anak hidup dalam ketakutan. Aspek
nilai, cita-cita dan tolok ukur pribadi. Untuk
kedua yang menghambat harga diri adalah
membuat harga diri tinggi, keempat kondisi
perasaan bersalah yang mencakup perasaan
tersebut harus hadir secara terus menerus. Jika
bersalah karena melanggar nilai-nilai moral.
salah satu kondisi itu tidak cukup tersedia, akan
Anak menghayati kesalahan sebagai sebuah
berakibat gangguan terhadap harga diri.
pelanggaran terhadap nilai kehidupan yang telah
ditanamkan
dalam
diri
oleh
orang
yang
menguasainya, yaitu seseorang yang dianggap
berharga dan ditakuti.
lungkungannya,
Beberapa strategi
(4)
Model;
untuk meningkatkan
harga diri anak, adalah:
a. Hati-hati dengan ucapan. Anak sangat sensitif
terhadap apa yang dikatakan orangtuanya,
Kontrol emosi negatif yang muncul
apalagi jika dikatakan berulang-ulang sampai
merupakan salah satu aspek perkembangan
diyakini oleh anak. Jadi hati-hati, apa yang
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 47
orangtua katakan seolah seperti pesan yang
f. Lakukan hal-hal spontan yang membuat anak
akan terprogram dalam diri anak. Hindari
merasa dicintai, misalnya berikan pelukan
kata-kata seperti ”Ah, payah kamu!”
pada anak.
b. Hindari membicarakan hal yang kurang baik
g. Berikan tauladan yang baik. Sebagai orangtua
menyangkut diri anak di hadapan anak
juga
tersebut.
mencerminkan harga diri yang sehat seperti
Apa
yang
ia
dengar
akan
mempengaruhi persepsi diri anak.
perlu
memberikan
contoh
yang
bersikap optimis dan tidak mudah menyerah.
c. Puji usahanya meskipun belum membawa
h. Deteksi dan alihkan pemikiran negatif anak.
hasil. Contoh, katakan ”Bunda bangga kamu
Contoh, anak mengatakan ”Aku tidak bisa
sudah berusaha keras” bukan ”Kalau kamu
main puzzle”, orangtua dapat mengalihkannya
lebih berusaha, pasti bisa.” Ucapkan dengan
dengan mengatakan “Wah kamu kan anak
tulus dan tujukan khusus untuk anak sehingga
pintar, pasti bisa. Puzzle memang agak lama
anak
menyelesaikannya. Ayo, kita kerjakan sama-
merasa
benar-benar
dihargai
dan
sama, yuk!”
diperhatikan.
d. Hindari memuji terlalu berlebihan karena
i. Buatlah suasana rumah seaman dan senyaman
akan mengaburkan penilaian anak tentang
mungkin bagi anak. Hindari pertengkaran di
kesuksesan dan sulit baginya untuk melihat
depan anak atau memberikan hukuman fisik
kelebihan serta kekurangan dirinya yang
pada anak. Di rumah, anak sepatutnya juga
sebenarnya. Anak yang biasa mendengar
merasa dihargai haknya selain dicintai.
pujian ”Kamu anak paling hebat di kelas”
akan
membentuk
harapan
kurang
hargailah pilihannya. Contoh, anak diberi
realistis dan rasa takut gagal. Anak akan
kesempatan untuk memilih baju yang akan
mengasosiasikan
atau
dipakai bepergian. Jika orangtua cemas akan
diperhatikan, dia harus selalu menjadi yang
pilihannya nanti kurang sesuai, orangtua dapat
paling hebat.
membatasi item pilihannya terlebih dahulu.
untuk
yang
j. Berikan kesempatan memilih pada anak dan
dicintai
e. Ketika anak berhasil mencapai sesuatu,
k. Jeli dan cepat atasi jika anak mengalami
buatlah dia merasa keberhasilan tersebut
masalah di luar rumah, misalnya diejek teman
untuk
untuk
di sekolah. Beri penguatan pada anak dan
menyenangkan hati orang lain. Misalnya,
bicarakan masalah ini dengan pihak sekolah
”Wow, bagus sekali gambarmu. Pasti kamu
jika sudah sangat mempengaruhi anak.
dirinya
sendiri
bukan
bangga sekali!” bukan “Bagus, Papa senang
punya anak seperti kamu.”
l. Tetapkan harapan realistis pada anak, sesuai
dengan tahapan perkembangannya. Misalnya
tidak menuntut anak untuk segera bisa baca
48 Dwi Hastuti, Strategi Pengembangan Harga Diri Anak Usia Dini…
tulis di usia 4 tahun. Dengan menyesuaikan
p. Mengembangkan kemandirian anak. Hindari
harapan dengan kemampuan anak akan
anak dibiasakan untuk selalu dilayani atau
memperbesar
dibantu
kemungkinan
anak
untuk
mengalami keberhasilan yang penting untuk
dalam
melakukan
hal-hal
yang
sebenarnya sudah bisa ia lakukan sendiri.
meningkatkan harga dirinya. Namun di sisi
q. Apabila anak menunjukkan harga diri yang
lain, orangtua juga harus tahu kapan harapan
rendah, orangtua juga dapat minta bantuan
bisa
dengan
dari psikolog anak untuk bersama-sama
bertambahnya usia anak. Ini berguna untuk
menemukan dan mengatasi rintangan apa
memacu anak meningkatkan kemampuannya
yang membuat anak berpandangan negatif
tapi tetap harus berpedoman pada kesiapan
tentang dirinya.
ditingkatkan
seiring
anak. Misalnya anak mulai tertarik pada buku,
tidak
ada
salahnya
orangtua
mulai
mengenalkannya pada huruf tapi dengan cara
bermain dan tanpa paksaan.
siapa
yang
Implementasi Pengembangan Harga Diri
Anak pada Pembelajaran
Tony
m. Hindari suasana kompetisi di rumah. Contoh
kompetisi
6.
lebih
cepat
Wagner
(2008)
mengemukakantentang tujuh kemampuan yang
harus dimiliki anak di masa depan, yaitu terampil
menghabiskan makanan. Jika ini menjadi
berpikir
kritis
dan
memecahkan
kebiasaan dan si bungsu terus menerus kalah,
kolaborasi
maka akan terbentuk penilaian diri yang
mengembangkan kemampuan memimpin yang
kurang baik.
berpengaruh,
berbasis
mampu
masalah,
jaringan
mengubah
arah
dan
dan
n. Kenali kemampuan anak sehingga orangtua
bergerak secara cepat, efektif, dan beradaptasi,
dapat merefleksikannya pada anak. Contoh,
memiliki daya inisiatif dan berkewirausahaan,
ketika anak bilang tidak bisa pakai kaus kaki,
bicara dan menulis secara efektif, mengakses dan
orangtua dapat mengatakan ”Susah ya pakai
menganalisis informasi, dan bersikap selalu ingin
kaus kakinya...tapi lihat kamu sudah bisa
tahu dan berimajinasi.
pakai baju dan celana sendiri!”
Dalam tulisan tersebut Tony Wagner
o. Hargai inisiatif anak meski belum membawa
mengajak para pendidik untuk selalu mengingat
hasil yang sempurna. Contoh, “Wah rajin
peran pentingnya dalam menanamkan nilai
sekali anak Mama, mau merapikan mainan
kepada anak. Hal tersebut dapat dimulai dengan
sendiri” bukan “Wah kok merapikannya asal-
menjadikan guru sebagai contoh yang baik (role
asalan…jadinya harus Mama rapikan lagi
models) bagi anak.Langkah berikutnya adalah
deh.”
memberikan ruang pengembangan minat dan
bakat pada anak. Guru melakukan habituasi atau
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 49
pembiasaan dengan berperan sebagai fasilitator
b. Mengungkapkan tanggapan berupa pujian
dan memonitoring penerapan nilai oleh anak.
pada anak yang mampu melakukan sesuatu,
Apabila pembiasaan telah dilakukan dengan
dan memberikan dorongan ketika anak gagal
baik, maka perlu adanya kontinuitas agar nilai
melakukan sesuatu. Tanggapan juga tidak
dapat terinternalisasi dalam diri anak.
sekedar pujian, namun dapat berupa tindakan.
Dalam membentuk harga diri anak,
c. Menolong anak yang mengalami hambatan.
orangtua memiliki peran yang dominan. Akan
Berikan contoh-contoh yang membangkitkan
tetapi dalam pembelajaran di sekolah guru juga
semangat anak, misal tentang perjuangan
memiliki peran dalam beberapa hal mendasar.
tokoh atau ilmuwan.
Peran tersebut adalah menemukan kemampuan
unik anak, mengapresiasi prestasi dan hasil kerja
anak,
memuji
anak
dengan spesifik,
dan
menonjolkan sisi positif anak.
d. Melatih anak untuk membuat pernyataan
positif mengenai dirinya.
e. Tidak memberikan kritik yang membuat anak
merasa dipermalukan.
Pada proses pembelajaran secara umum,
f. Mengajarkan anak agar mampu mengambil
untuk mengembangkan harga diripada anak,
keputusan akan sesuatu dan tindak lanjuti
guru dapat melakukan langkah-langkah sebagai
dengan
berikut:
apakah keputusannya itu baik atau justru
a. Menunjukkan proses pencapaian prestasi
sebaliknya.
belajar kepada anak. Hal ini bisa dilakukan
guru
dengan
menggunakan
mengajarkan
tentang
mengenali
g. Membangun struktur diri pada anak melalui
alat-alat
pendekatan positif. Dalam hal ini terdapat
sederhana, seperti gambar diagram pada
pemberian tanggungjawab dan penumbuhan
kertas, kartu kompetensi anak yang memuat
kedisiplinan.
informasi proses pencapaian kompetensi anak,
dll. Adanya bukti-bukti ini akan memberikan
KESIMPULAN
gambaran pada diri anak betapa mereka
Pembentukan
harga
diri
merupakan
mengalami perkembangan kemampuan dari
sebuah proses yang berkesinambungan. Harga
waktu
itu,
diri yang telah terbentuk pada usia dini akan
menunjukkan hasil tugas juga bisa bermakna
memberikan pengaruh yang sangat signifikan
sangat
Selain
terhadap perilaku kehidupan anak di kemudian
mengetahui kemampuannya, mereka juga
hari. Langkah-langkah nyata dan penggunaan
dapat memberikan penilaian terhadap dirinya
strategi yang tepat perlu dilakukan guru dan
sendiri secara keseluruhan.
pihak
ke
waktu.
banyak
pada
Tidak
diri
hanya
anak.
sekolah
dalam
rangka
menuangkan
pengembangan harga diri anak dalam proses
50 Dwi Hastuti, Strategi Pengembangan Harga Diri Anak Usia Dini…
pembelajaran. Harus disadari bahwa tumbuhnya
Papalia, E.Diane dkk. (2008). Human
Development. Jakarta: Kencana,.9th
edition
perhargaan terhadap diri tidak terlepas dari
bagaimana orang lain menghargai diri anak.
Sedemikian pentingnya pengembangan harga
Papalia
diri bagi setiap individu, maka perlu adanya
kerjasama yang sinergis antara guru di sekolah
dan orangtua.
DAFTAR PUSTAKA
Adhim, M. Fauzil. (2001). Bersikap Terhadap
Anak. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.
Al-Qur’an dan Terjemahan. (2012). Jakarta: PT
Khazanah Mimbar Plus
Ariesandi S. (2008). Rahasia Mendidik Anak
Agar Sukses dan Bahagia, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Branden N. (2005). The Power of Self-Esteem.
New York: Bantam.
Burns
RB. (1993). Konsep Diri: Teori,
Pengukuran,
Perkembangan
dan
Perilaku. Jakarta: Arcan.
Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self
Esteem. San Francisco, California: W.H.
Freemen and Co.
Felker, D.W.(1974). Helping children to like
themselves.
Minneapolis:
Burgess
Publishing Company.
Johnson ,D.W. &Johnson, F.P. (1991). Joining
Together: Group Theory & Group Skills,
(4th Edition). New York: Prentice-Hall,
Inc.
Marzuki, A. Choiran. (2004). Anak Saleh dalam
Asuhan Ibu Muslimah. Yogyakarta:
Mitra Pustaka.
Musbikin, Imam. (2004). Mendidik Anak Ala
Shinchan. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Olds Feldman. (2009). Human
Development.
Jakarta:
Salemba
Humanika.
Phelan, W. Thomas. (2009). 1-2-3 Magic, Cara
Ajaib Mendisiplinkan Anak Umur 2-12
Tahun. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak.
Jakarta: Penerbit Erlangga,
Stuart &Sundeen. (1991). Principle and Practice
of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosty
Company
Wagner, Tony. (2008).The Global Achievement
Gap: Why Even Our Best Schools Don't
Teach the New Survival Skills Our
Children Need-and What We Can Do
About It. New York: Basic Books
Verna
Hildebrand. (1985). Guiding Your
Children. Macmillan: Collier Macmillan
Publishers.
Yustinus Semiun, OFM., (2006). Kesehatan
Mental: Pandangan Umum Mengenai
Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental
serta
Teori-teori
yang
Terkait.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Download