STRATEGI PENGEMBANGAN HARGA DIRI ANAK USIA DINI Dwi Hastuti PG PAUD FKIP UAD Yogyakarta E-mail: [email protected] Abstrak Masa usia dini adalah saat yang paling tepat untuk menanamkan karakter dan kepribadian anak. Salah satu aspek kepribadian yang penting untuk dikembangkan adalah harga diri. Seorang anak dengan harga diri yang tinggi mampu menampilkan dirinya sebagai pribadi yang menyenangkan, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, mandiri, aktif, berani mengemukakan pendapat, dan percaya diri. Tulisan ini bermaksud untuk membahas tentang strategi pengembangan harga diri anak serta upaya-upaya konstruktif yang dilakukan bersama agar harga diri anak dapat berkembang dengan baik. Tulisan ini merupkan kajian literatur untuk menemukan formula baru tentang strategi pengembangan harga diri anak usia dini. Pembentukan harga diri merupakan sebuah proses yang berkesinambungan. Harga diri yang telah terbentuk pada usia dini akan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap perilaku kehidupan anak di kemudian hari. Sedemikian pentingnya pengembangan harga diri bagi setiap individu, maka perlu adanya kerjasama yang sinergis antara guru di sekolah dan orangtua. Kata Kunci: strategi, harga diri, anak usia dini Abstract Early childhood is the bestperiod to develop children’s characters and personalities. One of the important aspect needs to develop is self esteem. Children with high self esteem may perform themselves as an exciting, adaptive, independent, active, and confident children This article explains the strategies to develop children’s self esteem and the constructive efforts to make them grow properly. This paper is a review of the literature to find a new formula on the development strategy of self-esteem of early childhood. The formation of self-esteem is a continuous process. Esteem that has been formed at an early age will give a very significant influence on the behavior of children's lives in the future. So important development for the dignity of every individual, the need for synergistic cooperation between teachers in the school and parents. Key words: strategy, self esteem, early childhood JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 39 kelas, Pendahuluan Keberhasilan pada masa kanak-kanak menjadi landasan bagi keberhasilan pendidikan yaitu pengendalian diri, kebutuhan berprestasi, penguasaan, serta harga diri (self esteem). seseorang pada jenjang berikutnya. Usia dini Tulisan ini membahas tentang beberapa disebut sebagai golden age atau usia emas, solusi untuk memecahkan permasalahan tentang artinya apabila seorang anak mendapatkan pengembangan harga diri anak, dengan harapan pendidikan yang tepat, maka ia akan memiliki anak akan berkembang menjadi individu yang kesiapan belajar yang baik sebagai salah satu mampu menghadapi tantangan kehidupannya di kunci utama keberhasilan belajar pada jenjang masa yang akan datang. berikutnya. Sangat menyedihkan ketika ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa harga diri anak usia sekolah dasar lebih rendah daripada saat PEMBAHASAN 1. Pengertian Harga Diri Aliran psikologi yang usia taman kanak-kanak. Perhatian pendidik dan membicarakan masyarakat umumnya terhadap perkembangan esteematau anak lebih banyak mengarah pada aspek kognitif terutama Rogers dan Abraham Maslow. Rogers dan psikomotorik anak. Hal ini pun ditengarai membagi konsep diri menjadi tiga bagian, yaitu: terjadi pada para pendidik dan pengelola (1) ideal self, (2) self image, dan (3) self lembaga satuan esteem.Self image atau citra diri adalah persepsi pendidikan berupa sekolah formal. Sekolah kita terhadap diri kita. Sedangkan penilaian sebagai tempat mempersiapkan anak untuk dapat terhadap diri kita, baik-buruk, pintar-bodoh, hidup disebut self esteem. Orang yang memiliki self pendidikan lebih menyuguhkan baik khususnya di masa materi/pelajaran depannya yang tentang harga diri pentingnya banyak adalah self humanisme, lebih esteem yang optimal disebut ideal self atau diri mengedepankan perkembangan kognitif anak. yang ideal. Tinggi rendahnya self esteem Padahal, mengarungi kehidupan tidak semata- tergantung pada jarak antara diri yang ideal mata bermodalkan kecerdasan akademik. Lebih (ideal self) dan citra diri (self image). Apabila dari itu, sisi emosional seorang individu bahkan jaraknya panjang, harga dirinya rendah. Tapi bila dapat memegang peran lebih dominan daripada jaraknya intelegensi. Sejalan dengan tujuan sekolah untuk (Musbikin, 2004: 96) pendek, harga dirinya tinggi. mengembangkan kompetensi anak dari berbagai Johnson& Jonson (1991) berpendapat macam aspek, perlu disadari bahwa terdapat bahwa bicara tentang harga diri, berarti bicara beberapa sisi psikologis yang hendaknya juga mengenai satu aspek dalam konsep diri yang ditumbuhkan dalam proses pembelajaran di menentukan akan berkembang menjadi individu 40 Dwi Hastuti, Strategi Pengembangan Harga Diri Anak Usia Dini… seperti apakah anak-anak generasi bangsa kelak. terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa Konsep diri positif akhirnya akan membentuk seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. harga diri yang kuat. Harga diri merupakan Dapat penilaian tentang keberartian diri dan nilai menggambarkan sejauhmana individu tersebut seseorang menilai dirinya sebagai orang yang memiliki yang didasarkan atas proses diartikan bahwa keberartian, harga berharga, diri pembuatan konsep dan pengumpulan informasi kemampuan, dan tentang diri beserta pengalamannya. kompeten. Sementara menurut Burns (1993: 7) 383) harga diri adalah perasaan bahwa ‘diri’ itu mengatakan bahwa seperti juga dengan konsep penting dan efektif, dan melibatkan pribadi yang diri itu sendiri, harga diri pada masa kanak- sadar akan dirinya sendiri. Harter dalam Papalia (2009: kanak awal cenderung bersifat semua atau tidak Menurut Gilmore dalam Papalia (2009: sama sekali; ‘saya baik’ atau ‘saya jahat’. Baru 174) berpendapat bahwa,“….self esteem is a pada masa kanak-kanak tengah evaluasi personal personal judgement of worthiness that is a mengenai kemampuan personal that is expressed in attitude the berdasarkan internalisasi standar orangtua atau individual holds toward himself. Pendapat ini sosial anak menjadi penting dalam membentuk menjelaskan, harga diri merupakan penilaian atau mempertahankan perasaan keberhargaan individu terhadap kehormatan dirinya, yang diri. diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya. kompetensi dan Dalam beberapa literatur, juga digunakan istilah self-perception yang merupakan kumpulan dari keyakinan dan perasaan yang Demikian juga, harga diri merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan. anak miliki terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini Menurut pendapat beberapa ahli sangat berpengaruh pada perkembangan emosi, tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa harga perilaku dan penyesuaian diri anak di lingkungan diri adalah sosial. Anak-anak biasanya menilai dirinya kehormatan diri, melalui sikap terhadap dirinya masih dalam bentuk sederhana, contohnya ”Aku sendiri sudah bisa memakai baju sendiri” atau ”Aku diverbalisasikan dan menggambarkan sejauh punya teman banyak”. Setinggi apa harga diri mana individu tersebut menilai dirinya sebagai anak amat sangat berpengaruh pada masa orang yang memiliki kemampuan, keberartian, prasekolah berharga, dan kompeten. dimana mereka mulai belajar menguasai ketrampilan baru. Stuart dan Sundeen (1991) mengatakan bahwa harga diri adalah penilaian individu penilaian yang sifatnya individu implisit terhadap dan tidak Menurut Erikson dalam Diane E.Papalia (2008: 485) faktor penentu harga diri adalah pandangan anak akan kemampuan kerja JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 41 produktif mereka. Isu yang harus dipecahkan mudah frustrasi dan tidak bahagia. Ketika pada masa kanak-kanak pertengahan adalah dihadapkan tantangan, mereka mudah sekali yang untuk bilang ”tidak bisa”. Namun anak yang berkembang bersama resolusi krisis ini adalah terlalu memandang tinggi dirinya juga tidak kompetensi berdampak baik. Mereka akan cenderung merasa industri vs inferioritas. “Kebijakan” (competence), pandangan yang memandang diri sendiri mampu menguasai paling baik, tidak mau dikalahkan dan keterampilan dan menuntaskan tugas. meremehkan orang lain. Anak semacam ini akan Coopersmith (1967: 71) menyatakan sulit untuk menerima kekalahan dan sulit bahwa ciri-ciri anak dengan harga diri tinggi beradaptasi yang membatasi keleluasaannya. Jadi menunjukkan perilaku-perilaku seperti mandiri, harga diri yang sehat adalah harga diri yang aktif, berani mengemukakan pendapat, dan dapat membekali anak untuk berperilaku sesuai percaya diri. Sedangkan seseorang dengan harga dengan tuntutan dimana pun dia berada, tidak diri yang rendah menunjukkan perilaku seperti kurang atau berlebihan. kurang percaya diri, cemas, pasif, serta menarik diri dari lingkungan. bukanlah sejenis proyek untuk membuat anak- Anak dengan harga diri yang tinggi cenderung mengatribusikan Menurut Phelan (2009: 237) harga diri kegagalan atau anak merasa diri lebih baik, apapun keadaan mereka. Jika kualitas tertentu menjadi kekecewaan pada faktor di luar diri mereka atau kekurangan/kelemahan pada hidup seseorang, pada kebutuhan untuk berusaha lebih keras. Jika maka harga diri positif tidak bisa diperoleh pada awalnya gagal atau ditolak, mereka tetap dalam waktu seketika. Harga diri didasarkan gigih mencoba berbagai cara baru sampai pada kenyataan, bukan pada tipu muslihat. menemukan cara yang berhasil. (Papalia, 2009: 384) 2. Harga diri yang sehat dapat menjadi Komponen Harga Diri Menurut Felker (1974), komponen harga diri tameng bagi anak untuk menghadapi tantangan adalah: dalam hidupnya. Anak yang berpandangan a. Feeling of belonging, yaitu perasaan positif tentang dirinya akan mudah mengatasi individu bahwa dirinya merupakan bagian konflik dan tidak mudah tepengaruh oleh hal-hal dari suatu kelompok dan individu tersebut negatif. Mereka akan tumbuh menjadi individu diterima oleh anggota kelompok lainnya. Ia yang optimis. Di sisi lain, anak-anak yang akan memiliki penilaian yang positif akan berpandangan negatif atau rendah pada diri dirinya jika ia merasa diterima dan menjadi mereka sendiri akan menemui rintangan dalam bagian dari kelompok tersebut. Individu mengatasi masalah, menjadi pasif, menarik diri, akan menilai sebaliknya jika ia merasa 42 Dwi Hastuti, Strategi Pengembangan Harga Diri Anak Usia Dini… b. ditolak atau tidak diterima oleh kelompok manusia sama di sisiNya, bahwa yang tinggi dan tersebut. agung itu hanyalah Allah swt. Feeling of competence, yaitu perasaan individu bahwa ia mampu sesuatu untuk mencapai melakukan hasil yang Untuk manusia, membangkitkan Al-Qur’an menyatakan, diri ‘Kuntum Khaira Ummatin’. “Kamu adalah sebaik-baik diharapkan. Jika ia berhasil mencapai tujuan umat.” (QS. Ali Imran: 110). maka ia akan memberikan penilaian positif Dan dalam al-Qur’an Surat Ali Imran: 139, terhadap dirinya. Selain itu, ia merasa وال تهنوا وال تحزنوا وانتم االعلون إن percaya terhadap pikiran, perasaan dan كنتم مؤمنين tingkah laku yang berhubungan dengan c. harga kehidupannya. “Janganlah kamu bersikap lemah dan bersedih Feeling of worth, yaitu perasaan individu hati. Padahal kamulah orang yang tinggi bahwa dirinya berharga. Individu yang (derajatnya) jika kamu orang beriman.” memiliki perasaan berharga akan menilai Hal yang dilakukan Rasulullah saw. dirinya secara positif, merasa yakin terhadap untuk membangkitkan harga diri umatnya, antara diri sendiri, dan mempunyai harga diri atau lain adalah saat beliau bersama orang-orang fakir self respect. dan miskin. Mereka merupakan kelompok yang sering direndahkan dan dicaci maki. Untuk 3. Pengembangan Harga Diri dalam Islam membangkitkan harga diri mereka, Rasulullah Di antara tujuan penting yang diemban saw. memilih hidup di tengah-tengah mereka, oleh ajaran Islam ialah membangkitkan harga sehingga beliau memperoleh gelar Abul Masakin diri (bapaknya orang-orang miskin). manusia pada masa jahiliyah Arab. Masyarakat Arab waktu itu terbagi atas dua Upaya lain yang dilakukan Rasulullah golongan besar, yaitu golongan merdeka dan saw.untuk membangkitkan harga diri umatnya, golongan budak, kaya dan miskin, yang kuat dan adalah ketika beliau sangat memuliakan anak- yang lemah. Harga diri sekelompok masyarakat anak atau kaum perempuan. Beliau bersabda, dianggap begitu rendah, sehingga budak belian “Barangsiapa memiliki tiga anak perempuan, tidak tapi lalu ia melindungi mereka, mengasihi mereka, diperjualbelikan seperti binatang. Bahkan ibu memelihara mereka dengan baik, ia pasti masuk yang melahirkan bayi perempuan dianggap aib surga”. (HR. Bukhari) dianggap sebagai manusia, yang luar biasa. Dalam masyarakat seperti itulah Islam datang membawa ajaran yang jelas.Semua Demikianlah, pada saat anak perempuan dipandang rendah, justru Rasulullah saw. memuliakan. Betapa pada saat itu kehadiran anak JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 43 perempuan dianggap bencana, tapi Rasulullah menasehatinya secara diam-diam. Karena jika saw. menyebut Fatimah sebagai “Al-Kautsar”, anak dinasehati di depan umum, maka ia akan yang berarti ‘anugerah yang banyak.’ merasa malu dan harga dirinya pun akan turun. Sementara kepada cucu-cucunya, Hasan dan Husain, beliau berkali-kali mengatakan, “Sesungguhnya Hasan dan Husain adalah 4. Peran Orangtua dalam Mengembangkan Harga Diri Anak pemimpin pemuda ahli surga, ayah mereka lebih Menurut para psikolog, pengembangan baik dari mereka..” Demikian juga, beliau harga diri sangat dipengaruhi oleh pengalaman berkata, “Hasan dan Husain adalah penyejuk awal semasa kanak-kanak seseorang. Keluarga mataku di dunia.” sebagai tempat pendidikan pertama memiliki Itulah beberapa mengisahkan riwayat ungkapan-ungkapan yang Rasulullah peran dalam proses sosialisasi. Kepribadian seorang anak tergantung pada bagaimana saw. dalam rangka menanamkan rasa bangga pendidikan yang dibangun di dalamnya. Ketika kepada putri dan cucu-cucunya; yang tentu saja pendidikan yang diberikan baik, maka sejak dini menjadi seharusnya anak dapat memahami mana hal yang baik atau menanamkan rasa bangga ke dalam diri anak, buruk, yang bisa diterima atau tidak diterima, agar mereka memiliki harga diriyang tinggi. dan yang boleh dilakukan atau tidak boleh teladan bagaimana Fauzil Adhim (2001:70) menjelaskan dilakukan. Pendidikan tersebut tidak hanya bahwa dari kalangan ulama, yaitu Imam Syafi’i, diajarkan, tapi akan lebih berhasil jika orang tua seorang mujtahid mutlak keturunan Rasulullah memberikan contoh secara langsung melalui saw. melalui jalur ibu yang bersambung ke Al- perbuatan dan kebiasaan sehari-hari. Dan orang Hasan bin Ali bin Abu Thalib menasehatkan, tua lah yang menjadi sentral dan role model, “Barangsiapa menasehati saudaranya secara akan menjadi seperti apakah seorang anak. Apa diam-diam, berarti dia telah menasehati dan yang dilakukan orang tua akan merefleksi balik menginginkan kebaikannya; dan barangsiapa pada anaknya dalam bentuk citra diri, dan pola menasehatinya di tempat ramai, maka ia telah asuh orang tua akan mempengaruhi harga diri membuka anak. Orang tua yang berharga diri tinggi rahasianya dan memburukkan namanya.” cenderung memiliki anak yang berharga diri Dari ungkapan tersebut dapat dilihat betapa ajaran Islam itu sangat menjaga harga diri seseorang. Meskipun seorang anak telah tinggi, begitu juga sebaliknya. Pola asuh orang tua yang otoriter, mendidik dengan sifat permusuhan, senang melakukan suatu kesalahan, akan tetapi harga menghukum, dirinya anaknya, membentuk anak yang berkepribadian harus tetap dijaga yaitu dengan dan banyak cacian terhadap 44 Dwi Hastuti, Strategi Pengembangan Harga Diri Anak Usia Dini… murung, rendah diri, serta memendam kebencian perkembangan anak, menggunakan bahasa cinta dan permusuhan. Demikian juga apabila orang anak untuk memenuhi tangki emosionalnya, tua mengasuh secara demokratis dan bijaksana, melakukan komunikasi dengan memperhatikan maka tipe akan berkepribadian tumbuh seorang menyenangkan anak dan yang mampu kepribadian anak, serta memahami mekanisme pikiran anak. menyesuaikan diri dengn lingkungan. Orangtua Harga diri juga menyangkut perasaan yang demokratis cenderung membentuk harga bangga dari anak sebagai hasil dari belajar diri anak menjadi tinggi, sementara orang tua mengerjakan sesuatu atas usahanya sendiri yang otoriter dan permisif cenderung membentuk (Yustinus, 2006: 329). Pada tingkat ini, anak harga diri anak menjadi rendah. ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan Marzuki (2004: 13-132) berpendapat memuaskan rasa bahwa orangtua atau pendidik harus memberikan lingkungan, memanipulasi, respon positif kepada anak, yang ditunjukkan lingkungan itu. Anak yang berusia dua tahun dengan sikap, perhatian, serta mendengarkan yang bersifat ingin tahu dan agresif dapat secara aktif terhadap apa yang dikemukakan oleh menjadi sangat destruktif karena dorongan untuk anak. Apabila orangtua bersikap cuek terhadap memanipulasi dan menyelidiki ini menguasai apa yang dikemukakan anak, maka hal ini akan dirinya. membangkitkan perasaan perih pada nuraninya. kebutuhan Anak bahwa perasaan harga diri yang muncul dapat rusak. pendapatnya tak pantas untuk dikemukakan, Akibatnya dapat muncul perasaan dihina dan sebab dia sendiri menjadi tidak percaya bahwa marah. akhirnya berkesimpulan Apabila anak ingin orang untuk tahunya dan tua tentang mengubah menghalangi menyelidiki, maka apa yang dikemukakan ini sesuatu yang berarti, Berkaitan dengan peran orangtua dalam yang berhak didengarkan oleh orang lain. mencintai anaknya, harga diri juga dapat Bahkan berangkat dari perasaan ini akhirnya dia diartikan sebagai akan berkesimpulan bahwa dirinya tak berharga, mampu dan perasaan dicintai. Anak yang orang lain tak ada yang memerlukan, dan mencapai suatu keberhasilan tapi merasa tidak keberadaannya tak pernah diperhituungkan. dicintai akan memiliki harga diri yang rendah. kombinasi dari perasaan Harga diri bisa dibangun melalui proses Sebaliknya, anak yang merasa dicintai tapi pendisiplinan anak dengan syarat bahwa anak merasa kurang mampu juga akan memiliki harga merasa dicintai tanpa syarat. Ariesandi (2008: diri rendah. Jadi harga diri yang sehat merupakan 263-264) mengemukakan beberapa caranya yaitu hasil dari keseimbangan dari keduanya. dengan memberikan teladan pada anak melalui tindakan orangtua, memperhatikan usia dan Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa anak mendasari harga diri mereka pada JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 45 dua hal, yaitu mana memiliki harga diriyang semu. Mereka terlalu menerima sering menerima pujian untuk prestasi yang biasa mereka apa adanya) dan kompetensi diri seperti saja atau bahkan jelek. Mereka akan sulit untuk ”Aku pandai” atau ”aku bisa lari kencang” berkompetisi (Hildebrand, juga beberapa cara yang baik untuk meningkatkan menemukan bahwa kebanyakan anak yang punya harga dirianak yaitu: (1) identifikasi domain harga diri positif ternyata memiliki orangtua kompetensi yang dianggap penting bagi anak, (2) dengan karakteristik yang sama, yaitu juga punya dukungan emosional dan persetujuan sosial, (3) harga diri yang positif tentang diri mereka prestasi, (4) coping. (Santrock, 2007: 67) lingkungan penerimaan khususnya 1985). (sejauh orangtua Penelitian ini sebagai orangtua. Harter atau menerima dalam Santrock kritik. (2007: Ada 67) Berikut beberapa sisi perilaku orangtua menyatakan percaya bahwa intervensi harus yang dapat membentuk harga diri positif pada diberikan pada penyebab harga dirijika kita anak: menginginkan seseorang mengalami peningkatan a. Mutu perilaku dan performa tinggi dari harga diriyang signifikan. Anak akan memiliki orangtua harga diritertinggi ketika mereka dapat tampil b. Menerapkan batas-batas yang jelas mana dengan kompeten di domain yang dianggap perilaku yang boleh dan mana yang tidak penting bagi mereka. Karena itu anak harus dilakukan didorong untuk mengidentifikasi dan menghargai c. Bimbingan perilaku dan umpan balik dari arena dimana mereka bisa tampil kompeten. orangtua Dukungan emosional dan persetujuan d. Memperlakukan anak dengan respek dan kepercayaan diri e. Memberi perhatian dan terlibat sosial juga merupakan hal yang bisa mempengaruhi harga dirianak. Beberapa anak dalam kegiatan akademik dan sosial anak f. Pendekatan yang tidak memaksa untuk membentuk disiplin anak g. Memperlakukan anak secara demokratis yang memiliki harga diriyang rendah ternyata berasal dari keluarga bermasalah atau pernah mengalami kekerasan atau ditelantarkan-situasi dimana tidak ada dukungan emosional. Bagi beberapa anak, program formal seperti kakak asuh dapat menjadi sumber alternatif dukungan 5. Strategi Mengembangkan Harga Diri sosial dan persetujuan sosial; bagi anak yang Anak lain, dukungan ini bisa juga diperoleh dari Pada masa sekarang ini terlalu banyak anak yang tumbuh dan berkembang dengan menerima pujian yang kosong, dan karenanya sumber informal seperti guru, pelatih olahraga, atau orang dewasa lain. 46 Dwi Hastuti, Strategi Pengembangan Harga Diri Anak Usia Dini… Santrock (2007: 68) berpendapat bahwa harga diriakan meningkat ketika anak emosionalpada anak. Secara bertahap, anak anak belajar tentang apa yang membuat takut, menghadapi masalah dan mencoba mengatasinya bersalah, marah, atau sedih, dan begaimana daripada tetap orang lain bereaksi dalam menunjukkan emosi daripada ini, dan mereka mengadaptasikan perilaku menghindarinya, anak akan bersikap realistis, mereka dengan emosi-emosi tersebut. Anak juga jujur, mempelajari menghindarinya. memilih menghadapi dan tidak Jika anak masalah defensif. Hal ini akan menghasilkan evaluasi diri yang baik, yang akan menghasilkan antar emosi dan bagaimana mengekspresikannya. diri yang pada harga diri. Hal positif dalam empat kondisi mental berikut: (1) sebaliknya akan terjadi untuk harga diriyang Rasa Terikat; anak merasa adanya kepuasan rendah; evaluasi diri yang buruk akan membuat bathin dalam hubungannya dengan orang tua dan anak melakukan penyangkalan, menipu diri, lari keluarganya dari keterikatan, (2) Rasa Unik; anak merasa dirinya akhirnya persetujuan perbedaan meningkatkan masalah, yang pada akhirnya akan menghasilkan ketidaksetujuan diri. Usahakan anak sehingga mengalami perasaan menimbulkan rasa spesial. Ia menghargai sifat tertentu yang Menurut Branden (2005: 54) terdapat dua membuatnya istimewa ketika ia menerima aspek yang dapat menghambat perkembangan penghargaan atau pengakuan dari orang lain, (3) harga diri, yaitu perasaan takut dan perasaan Rasa berkuasa; perasaan yang bersumber dari bersalah. Perasaan takut muncul ketika anak memiliki sumber daya dan kemampuan untuk tidak mampu menghadapi fakta-fakta kehidupan mempengaruhi dengan penuh keberanian. Fakta-fakta tersebut contoh perilaku individu, falsafah, dan tindakan merupakan tanggapan negatif terhadap diri yang yang menjadi model untuk mewujudkan nilai- menjadikan anak hidup dalam ketakutan. Aspek nilai, cita-cita dan tolok ukur pribadi. Untuk kedua yang menghambat harga diri adalah membuat harga diri tinggi, keempat kondisi perasaan bersalah yang mencakup perasaan tersebut harus hadir secara terus menerus. Jika bersalah karena melanggar nilai-nilai moral. salah satu kondisi itu tidak cukup tersedia, akan Anak menghayati kesalahan sebagai sebuah berakibat gangguan terhadap harga diri. pelanggaran terhadap nilai kehidupan yang telah ditanamkan dalam diri oleh orang yang menguasainya, yaitu seseorang yang dianggap berharga dan ditakuti. lungkungannya, Beberapa strategi (4) Model; untuk meningkatkan harga diri anak, adalah: a. Hati-hati dengan ucapan. Anak sangat sensitif terhadap apa yang dikatakan orangtuanya, Kontrol emosi negatif yang muncul apalagi jika dikatakan berulang-ulang sampai merupakan salah satu aspek perkembangan diyakini oleh anak. Jadi hati-hati, apa yang JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 47 orangtua katakan seolah seperti pesan yang f. Lakukan hal-hal spontan yang membuat anak akan terprogram dalam diri anak. Hindari merasa dicintai, misalnya berikan pelukan kata-kata seperti ”Ah, payah kamu!” pada anak. b. Hindari membicarakan hal yang kurang baik g. Berikan tauladan yang baik. Sebagai orangtua menyangkut diri anak di hadapan anak juga tersebut. mencerminkan harga diri yang sehat seperti Apa yang ia dengar akan mempengaruhi persepsi diri anak. perlu memberikan contoh yang bersikap optimis dan tidak mudah menyerah. c. Puji usahanya meskipun belum membawa h. Deteksi dan alihkan pemikiran negatif anak. hasil. Contoh, katakan ”Bunda bangga kamu Contoh, anak mengatakan ”Aku tidak bisa sudah berusaha keras” bukan ”Kalau kamu main puzzle”, orangtua dapat mengalihkannya lebih berusaha, pasti bisa.” Ucapkan dengan dengan mengatakan “Wah kamu kan anak tulus dan tujukan khusus untuk anak sehingga pintar, pasti bisa. Puzzle memang agak lama anak menyelesaikannya. Ayo, kita kerjakan sama- merasa benar-benar dihargai dan sama, yuk!” diperhatikan. d. Hindari memuji terlalu berlebihan karena i. Buatlah suasana rumah seaman dan senyaman akan mengaburkan penilaian anak tentang mungkin bagi anak. Hindari pertengkaran di kesuksesan dan sulit baginya untuk melihat depan anak atau memberikan hukuman fisik kelebihan serta kekurangan dirinya yang pada anak. Di rumah, anak sepatutnya juga sebenarnya. Anak yang biasa mendengar merasa dihargai haknya selain dicintai. pujian ”Kamu anak paling hebat di kelas” akan membentuk harapan kurang hargailah pilihannya. Contoh, anak diberi realistis dan rasa takut gagal. Anak akan kesempatan untuk memilih baju yang akan mengasosiasikan atau dipakai bepergian. Jika orangtua cemas akan diperhatikan, dia harus selalu menjadi yang pilihannya nanti kurang sesuai, orangtua dapat paling hebat. membatasi item pilihannya terlebih dahulu. untuk yang j. Berikan kesempatan memilih pada anak dan dicintai e. Ketika anak berhasil mencapai sesuatu, k. Jeli dan cepat atasi jika anak mengalami buatlah dia merasa keberhasilan tersebut masalah di luar rumah, misalnya diejek teman untuk untuk di sekolah. Beri penguatan pada anak dan menyenangkan hati orang lain. Misalnya, bicarakan masalah ini dengan pihak sekolah ”Wow, bagus sekali gambarmu. Pasti kamu jika sudah sangat mempengaruhi anak. dirinya sendiri bukan bangga sekali!” bukan “Bagus, Papa senang punya anak seperti kamu.” l. Tetapkan harapan realistis pada anak, sesuai dengan tahapan perkembangannya. Misalnya tidak menuntut anak untuk segera bisa baca 48 Dwi Hastuti, Strategi Pengembangan Harga Diri Anak Usia Dini… tulis di usia 4 tahun. Dengan menyesuaikan p. Mengembangkan kemandirian anak. Hindari harapan dengan kemampuan anak akan anak dibiasakan untuk selalu dilayani atau memperbesar dibantu kemungkinan anak untuk mengalami keberhasilan yang penting untuk dalam melakukan hal-hal yang sebenarnya sudah bisa ia lakukan sendiri. meningkatkan harga dirinya. Namun di sisi q. Apabila anak menunjukkan harga diri yang lain, orangtua juga harus tahu kapan harapan rendah, orangtua juga dapat minta bantuan bisa dengan dari psikolog anak untuk bersama-sama bertambahnya usia anak. Ini berguna untuk menemukan dan mengatasi rintangan apa memacu anak meningkatkan kemampuannya yang membuat anak berpandangan negatif tapi tetap harus berpedoman pada kesiapan tentang dirinya. ditingkatkan seiring anak. Misalnya anak mulai tertarik pada buku, tidak ada salahnya orangtua mulai mengenalkannya pada huruf tapi dengan cara bermain dan tanpa paksaan. siapa yang Implementasi Pengembangan Harga Diri Anak pada Pembelajaran Tony m. Hindari suasana kompetisi di rumah. Contoh kompetisi 6. lebih cepat Wagner (2008) mengemukakantentang tujuh kemampuan yang harus dimiliki anak di masa depan, yaitu terampil menghabiskan makanan. Jika ini menjadi berpikir kritis dan memecahkan kebiasaan dan si bungsu terus menerus kalah, kolaborasi maka akan terbentuk penilaian diri yang mengembangkan kemampuan memimpin yang kurang baik. berpengaruh, berbasis mampu masalah, jaringan mengubah arah dan dan n. Kenali kemampuan anak sehingga orangtua bergerak secara cepat, efektif, dan beradaptasi, dapat merefleksikannya pada anak. Contoh, memiliki daya inisiatif dan berkewirausahaan, ketika anak bilang tidak bisa pakai kaus kaki, bicara dan menulis secara efektif, mengakses dan orangtua dapat mengatakan ”Susah ya pakai menganalisis informasi, dan bersikap selalu ingin kaus kakinya...tapi lihat kamu sudah bisa tahu dan berimajinasi. pakai baju dan celana sendiri!” Dalam tulisan tersebut Tony Wagner o. Hargai inisiatif anak meski belum membawa mengajak para pendidik untuk selalu mengingat hasil yang sempurna. Contoh, “Wah rajin peran pentingnya dalam menanamkan nilai sekali anak Mama, mau merapikan mainan kepada anak. Hal tersebut dapat dimulai dengan sendiri” bukan “Wah kok merapikannya asal- menjadikan guru sebagai contoh yang baik (role asalan…jadinya harus Mama rapikan lagi models) bagi anak.Langkah berikutnya adalah deh.” memberikan ruang pengembangan minat dan bakat pada anak. Guru melakukan habituasi atau JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 49 pembiasaan dengan berperan sebagai fasilitator b. Mengungkapkan tanggapan berupa pujian dan memonitoring penerapan nilai oleh anak. pada anak yang mampu melakukan sesuatu, Apabila pembiasaan telah dilakukan dengan dan memberikan dorongan ketika anak gagal baik, maka perlu adanya kontinuitas agar nilai melakukan sesuatu. Tanggapan juga tidak dapat terinternalisasi dalam diri anak. sekedar pujian, namun dapat berupa tindakan. Dalam membentuk harga diri anak, c. Menolong anak yang mengalami hambatan. orangtua memiliki peran yang dominan. Akan Berikan contoh-contoh yang membangkitkan tetapi dalam pembelajaran di sekolah guru juga semangat anak, misal tentang perjuangan memiliki peran dalam beberapa hal mendasar. tokoh atau ilmuwan. Peran tersebut adalah menemukan kemampuan unik anak, mengapresiasi prestasi dan hasil kerja anak, memuji anak dengan spesifik, dan menonjolkan sisi positif anak. d. Melatih anak untuk membuat pernyataan positif mengenai dirinya. e. Tidak memberikan kritik yang membuat anak merasa dipermalukan. Pada proses pembelajaran secara umum, f. Mengajarkan anak agar mampu mengambil untuk mengembangkan harga diripada anak, keputusan akan sesuatu dan tindak lanjuti guru dapat melakukan langkah-langkah sebagai dengan berikut: apakah keputusannya itu baik atau justru a. Menunjukkan proses pencapaian prestasi sebaliknya. belajar kepada anak. Hal ini bisa dilakukan guru dengan menggunakan mengajarkan tentang mengenali g. Membangun struktur diri pada anak melalui alat-alat pendekatan positif. Dalam hal ini terdapat sederhana, seperti gambar diagram pada pemberian tanggungjawab dan penumbuhan kertas, kartu kompetensi anak yang memuat kedisiplinan. informasi proses pencapaian kompetensi anak, dll. Adanya bukti-bukti ini akan memberikan KESIMPULAN gambaran pada diri anak betapa mereka Pembentukan harga diri merupakan mengalami perkembangan kemampuan dari sebuah proses yang berkesinambungan. Harga waktu itu, diri yang telah terbentuk pada usia dini akan menunjukkan hasil tugas juga bisa bermakna memberikan pengaruh yang sangat signifikan sangat Selain terhadap perilaku kehidupan anak di kemudian mengetahui kemampuannya, mereka juga hari. Langkah-langkah nyata dan penggunaan dapat memberikan penilaian terhadap dirinya strategi yang tepat perlu dilakukan guru dan sendiri secara keseluruhan. pihak ke waktu. banyak pada Tidak diri hanya anak. sekolah dalam rangka menuangkan pengembangan harga diri anak dalam proses 50 Dwi Hastuti, Strategi Pengembangan Harga Diri Anak Usia Dini… pembelajaran. Harus disadari bahwa tumbuhnya Papalia, E.Diane dkk. (2008). Human Development. Jakarta: Kencana,.9th edition perhargaan terhadap diri tidak terlepas dari bagaimana orang lain menghargai diri anak. Sedemikian pentingnya pengembangan harga Papalia diri bagi setiap individu, maka perlu adanya kerjasama yang sinergis antara guru di sekolah dan orangtua. DAFTAR PUSTAKA Adhim, M. Fauzil. (2001). Bersikap Terhadap Anak. Yogyakarta: Titian Ilahi Press. Al-Qur’an dan Terjemahan. (2012). Jakarta: PT Khazanah Mimbar Plus Ariesandi S. (2008). Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Branden N. (2005). The Power of Self-Esteem. New York: Bantam. Burns RB. (1993). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta: Arcan. Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self Esteem. San Francisco, California: W.H. Freemen and Co. Felker, D.W.(1974). Helping children to like themselves. Minneapolis: Burgess Publishing Company. Johnson ,D.W. &Johnson, F.P. (1991). Joining Together: Group Theory & Group Skills, (4th Edition). New York: Prentice-Hall, Inc. Marzuki, A. Choiran. (2004). Anak Saleh dalam Asuhan Ibu Muslimah. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Musbikin, Imam. (2004). Mendidik Anak Ala Shinchan. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Olds Feldman. (2009). Human Development. Jakarta: Salemba Humanika. Phelan, W. Thomas. (2009). 1-2-3 Magic, Cara Ajaib Mendisiplinkan Anak Umur 2-12 Tahun. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga, Stuart &Sundeen. (1991). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosty Company Wagner, Tony. (2008).The Global Achievement Gap: Why Even Our Best Schools Don't Teach the New Survival Skills Our Children Need-and What We Can Do About It. New York: Basic Books Verna Hildebrand. (1985). Guiding Your Children. Macmillan: Collier Macmillan Publishers. Yustinus Semiun, OFM., (2006). Kesehatan Mental: Pandangan Umum Mengenai Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental serta Teori-teori yang Terkait. Yogyakarta: Penerbit Kanisius