1 LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN PADA TN. A DI RUANG P.1 WISMA PUNTADEWA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG Fitri Yanto*, Abdul Wakhid**, Wulansari*** ABSTRAK Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas. Halusinasi dapat melibatkan panca indera dan sensasi tubuh. Kemampuan klien untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengelolaan gangguan persepsi sensori: halusinasi di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Metode yang digunakan adalah memberikan pengolahan berupa perawatan pasien dalam memenuhi kebutuhan dalam mengenal halusinasi dan cara pencegahan halusinasi yang klien alami. Pengelolaan ini dilakukan selama 3 hari pada Tn. A. tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tekhnik wawancara, pemeriksaan fisik, obsevasi dan pengkajian primer dan sekunder. Hasil pengelolaan didapatkan klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap, dan mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan. Disarankan bagi perawat untuk selanjutnya dalam melaksanakan peran perawat sesuai dengan intervensi keperawatan jiwa secara rutin melalui pendidikan kesehatan diharapkan mempercepat proses kesembuhan klien. Kata Kunci: gangguan persepsi sensori: halusinasi Kepustakaan : 18 (2005-2014) PENDAHULUAN Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan, kesulitan ekonomi, tekanan di pekerjaan dan deskriminasi meningkat resiko penderita gangguan jiwa. Peningkatan angka penderita gangguan jiwa akan terus menjadi masalah dan tantangan bagi tenaga kesehatan. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diharapkan untuk mengatasi hal tersebut (Suliswati, 2005). Stress dan gangguan jiwa kini tengah melanda calon legislatif. Menurut beberapa ahli ilmu jiwa, stress tersebut terjadi karena seorang individu gagal memaknai kehidupan. Kita akan sehat jiwa jika kita memiliki jati diri sebagai bangsa, bahkan ahli jiwa modern menyarankan agar bangsa kita tidak meninggalkan sifat-sifat religiusitas dan agama agar jiwa kita selalu sehat. Penanganan masalah 1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 2 kesehatan jiwa secara tepat dan tepat memungkinkan hasil yang baik. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa pemulihan normal (25%) dan kemandirian (25%) akan tercapai jika pasien gangguan jiwa ditangani dengan benar. Fakta menunjukkan bahwa produktivitas pasien gangguan jiwa masih dapat diharapkan (Keliat & Akemat, 2009: 2). Setiap tahun jumlah penderita gangguan jiwa semakin meningkat. Menurut data Departemen Kesehatan tahun 2007, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini, mencapai lebih 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6 persen dan 0,46 persen menderita gangguan jiwa berat (Anna, 2010). Hasil penelitian World Health Organitation (WHO) di Jawa Tengah tahun 2009 menyebutkan dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah terdapat 3 orang yang mengalami gangguan jiwa. Sementara 19 dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah mengalami sress (Depkes RI, 2009) RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang merupakan salah satu rumah sakit jiwa di Jawa Tengah yang menangani berbagai penyakit yang diakibatkan oleh gangguan mental dan kejiwaan. RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang menjadi rumah sakit yang mandiri dalam pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif untuk kesehatan bersama yang mempunyai visi dan misi melaksanakan pelaksanaan kesehatan jiwa prima, melaksanakan pelayanan ketergantungan, nafza prima, melaksanakan pelayanan umum prima sebagai penunjang pelayanan kesehatan jiwa, mengembangkan pelayanan pendidikan atau pelatihan tenaga kesehatan serta melakukan penelitian di bidang kesehatan jiwa. Data rekam medis rumah sakit jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang pada tahun 2013 schizofrenia tak terinci merupakan diagnosa ke-2 terbesar setelah schizofrenia paranoid dengan jumlah kasus mencapai 1221 yang terbagi atas 384 pasien laki-laki dan 837 pasien perempuan. Jika di presentasikan dari 4010 kasus yang ada di rumah sakit jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang menunjukan bahwa pasien yang mengalami schizofrenia tak terinci adalah 30%. Dari data yang didapatkan penulis di atas, jumlah pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang cukup tinggi yaitu sebanyak 1221 kasus atau jika di prosentasikan mencapai 30 %, sehingga penulis tertarik untuk lebih mendalami tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi agar nantinya dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal kepada klien. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam memenuhi kebutuhan dalam pencegahan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran. Pengelolaan ini dilakukan selam 3 hari pada Tn. A. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi pengkajian primer dan sekunder. HASIL PENGELOLAAN Hasil dari pengelolaan pada klien Tn. A tidak menyebabkan masalah lain akibat dari halusinasi yang dialami klien dan klien mampu Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 3 mengontrol halusinasinya dengan cara, menghardik, bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan yang terjadwal. PEMBAHASAN Dari data yang diperoleh selama interaksi bersama pasien, penulis menetapkan masalah yang dihadapi oleh pasien yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dengan data subyektif sebagai berikut: klein mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk marah, durasi tidak menentu, waktunya siang pada saat sendiri dan malam pada saat akan tidur. Pasien merasa terganggu dan pasien hanya diam saja Data obyektif sebagai berikut: pasien tampak suka menyendiri, klien kadang-kadang tampak melamun klien juga tampak gelisah INTERVENSI Intervensi yang dilaukan pada Tn. A, dengan masalah keperawatan utama gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran. membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi jenis halusinasi yang meliputi (isi, waktu, frekuensi), mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi, mengidentifikasi srespon pasien terhadap halusinasi, mengajarkan cara menghardik, menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik kedalam jadwal kegiatan harian, mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, menganjurkan pasien untuk memasukan dalam jadwal harian pasien, mengevaluasi jadwal kegiatan pasien, melatih pasien cara mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan, mengevaluasi kegiatan harian pasien, memberikan pendidikan kesehatan tentang pengguanaan obat secara teratur, menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. IMPLEMENTASI Implementasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, mengajarkan pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, mengajarkan pasien cara mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan. EVALUASI Evaluasi yang dilakukan pada pasien Tn. A yaitu data subyektif: klien mengatakan senang setelah diajarkan tekhnik mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, pasien mengatakan suarasuara yang menyuruh untuk marah marah berkurang, data obyektif: klien mampu mendemonstraikan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, dan klien mampu mendemonstrasikan secara mandiri. Dalam pelaksanaannya tercapai adapun faktor pendukung yaitu klien merasa senang bisa mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan saat halusinasi muncul. Rencana tindak lanjut cara mengontrol halusinasi dengan cara minum obat didelegasikan kepada perawat ruangan. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 4 DAFTAR PUSTAKA Halusinasi.http://www.library.u Anna. (2010). Kasus Kgangguan pnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/2 Jiwa Ringan Meningkat. 07303030/bab2.pdf (diakses (http://health.kompas.com) tanggal 1 Mei 2014 pukul 20.00 (diakses tanggal 25 April 2014 WIB) pukul 21.17 WIB) Keliat, B, A. Panjaitan R. U, Helena, Baihaqi, M. (2007). Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan. Gangguan- Bandung: Refika Aditama Keperawatan (ter, Monica Ester) edisi 8. Jakarta: EGC Terapeutik dalam Keperawatan. Praktik Bandung: PT Refika Aditama Asuhan Keliat, dkk. (2009). Model Jakarta: Salemba Medika Keliat, B, A. Akemat. 2010. Model Praktik Damaiyanti, M. (2008). Komunikasi RI, Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC Keperawatan Profesional Jiwa. Carpenito, L.J. (2006). Buku Saku Depkes N. 2006. Proses Keperawatan Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: 2010. Nanda. (2005). Panduan Dignosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Definisi Dan Klasifikasi (Terj. (2007). Workshop Keperawatan dan Bimbingan Keperawatan Jiwa Budi Santoso). Jakarta: Prima Medika NANDA. (2012). Diagnosis RSJ Prof. Dr. Soerojo Tanggal keperawatan nanda 2012-2014 26-27 Oktober 2007. Magelang definisi dan klasifikasi. Jakarta: (tidak diterbitkan) EGC Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Pelaksanaan Strategi Tindakan Keperawatan edisi 1. Jakarta: (2008). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Persepsi Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik (alih bahasa: Yasmin Asih ... [et al] : Editor Bahasa Indonesia Salemba Medika Harnawatiaj. Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Sensori Monica Ester, Dewi Yulianti, Intan Parulinan. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 5 S. N. Ade Herma Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terj, Ramona. P) edisi 5. Jakarta: EGC Sulistiwati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC Vidbeck. Sheila L, (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Yosep, Iyus. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo