4123

advertisement
1
LAPORAN KASUS
PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
PENDENGARAN PADA TN. A DI RUANG P.1 WISMA
PUNTADEWA RSJ PROF. DR. SOEROJO
MAGELANG
Fitri Yanto*, Abdul Wakhid**, Wulansari***
ABSTRAK
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi
yang tidak terjadi dalam realitas. Halusinasi dapat melibatkan panca indera dan
sensasi tubuh. Kemampuan klien untuk berperan dalam menyelesaikan masalah
juga bervariasi. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengelolaan
gangguan persepsi sensori: halusinasi di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang.
Metode yang digunakan adalah memberikan pengolahan berupa perawatan
pasien dalam memenuhi kebutuhan dalam mengenal halusinasi dan cara
pencegahan halusinasi yang klien alami. Pengelolaan ini dilakukan selama 3 hari
pada Tn. A. tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tekhnik
wawancara, pemeriksaan fisik, obsevasi dan pengkajian primer dan sekunder.
Hasil pengelolaan didapatkan klien mampu mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik, mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap, dan
mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.
Disarankan bagi perawat untuk selanjutnya dalam melaksanakan peran
perawat sesuai dengan intervensi keperawatan jiwa secara rutin melalui
pendidikan kesehatan diharapkan mempercepat proses kesembuhan klien.
Kata Kunci: gangguan persepsi sensori: halusinasi
Kepustakaan : 18 (2005-2014)
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa yang terjadi
di era globalisasi dan persaingan
bebas
cenderung
meningkat.
Peristiwa kehidupan yang penuh
tekanan seperti kehilangan orang
yang dicintai, putusnya hubungan
sosial, pengangguran, masalah dalam
pernikahan, kesulitan ekonomi,
tekanan
di
pekerjaan
dan
deskriminasi
meningkat
resiko
penderita
gangguan
jiwa.
Peningkatan
angka
penderita
gangguan jiwa akan terus menjadi
masalah dan tantangan bagi tenaga
kesehatan. Sumber daya manusia
yang berkualitas sangat diharapkan
untuk mengatasi hal tersebut
(Suliswati, 2005).
Stress dan gangguan jiwa kini
tengah melanda calon legislatif.
Menurut beberapa ahli ilmu jiwa,
stress tersebut terjadi karena seorang
individu gagal memaknai kehidupan.
Kita akan sehat jiwa jika kita
memiliki jati diri sebagai bangsa,
bahkan ahli
jiwa modern
menyarankan agar bangsa kita tidak
meninggalkan sifat-sifat religiusitas
dan agama agar jiwa kita selalu
sehat.
Penanganan
masalah
1
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
2
kesehatan jiwa secara tepat dan tepat
memungkinkan hasil yang baik.
Berdasarkan penelitian ditemukan
bahwa pemulihan normal (25%) dan
kemandirian (25%) akan tercapai
jika pasien gangguan jiwa ditangani
dengan benar. Fakta menunjukkan
bahwa
produktivitas
pasien
gangguan
jiwa
masih
dapat
diharapkan (Keliat & Akemat, 2009:
2).
Setiap tahun jumlah penderita
gangguan jiwa semakin meningkat.
Menurut data Departemen Kesehatan
tahun 2007, jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia saat ini,
mencapai lebih 28 juta orang, dengan
kategori gangguan jiwa ringan 11,6
persen dan 0,46 persen menderita
gangguan jiwa berat (Anna, 2010).
Hasil penelitian World Health
Organitation (WHO) di Jawa
Tengah tahun 2009 menyebutkan
dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah
terdapat 3 orang yang mengalami
gangguan jiwa. Sementara 19 dari
setiap 1.000 warga Jawa Tengah
mengalami sress (Depkes RI, 2009)
RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang merupakan salah satu
rumah sakit jiwa di Jawa Tengah
yang menangani berbagai penyakit
yang diakibatkan oleh gangguan
mental dan kejiwaan. RSJ Prof. Dr.
Soerojo Magelang menjadi rumah
sakit yang mandiri dalam pelayanan
kesehatan jiwa yang komprehensif
untuk kesehatan bersama yang
mempunyai
visi
dan
misi
melaksanakan pelaksanaan kesehatan
jiwa prima, melaksanakan pelayanan
ketergantungan,
nafza
prima,
melaksanakan pelayanan umum
prima sebagai penunjang pelayanan
kesehatan jiwa, mengembangkan
pelayanan pendidikan atau pelatihan
tenaga kesehatan serta melakukan
penelitian di bidang kesehatan jiwa.
Data rekam medis rumah
sakit jiwa Prof. Dr. Soeroyo
Magelang
pada
tahun
2013
schizofrenia tak terinci merupakan
diagnosa ke-2 terbesar setelah
schizofrenia paranoid dengan jumlah
kasus mencapai 1221 yang terbagi
atas 384 pasien laki-laki dan 837
pasien
perempuan.
Jika
di
presentasikan dari 4010 kasus yang
ada di rumah sakit jiwa Prof. Dr.
Soeroyo Magelang menunjukan
bahwa pasien yang mengalami
schizofrenia tak terinci adalah 30%.
Dari data yang didapatkan
penulis di atas, jumlah pasien dengan
Gangguan
Persepsi
Sensori:
Halusinasi di RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Magelang cukup tinggi yaitu
sebanyak 1221 kasus atau jika di
prosentasikan mencapai 30 %,
sehingga penulis tertarik untuk lebih
mendalami
tentang
pemberian
asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi agar nantinya dapat
memberikan asuhan keperawatan
secara optimal kepada klien.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan
adalah memberikan pengelolaan
berupa perawatan pasien dalam
memenuhi
kebutuhan
dalam
pencegahan
gangguan
persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.
Pengelolaan ini dilakukan selam 3
hari
pada
Tn.
A.
Tehnik
pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan tehnik wawancara,
pemeriksaan fisik dan observasi
pengkajian primer dan sekunder.
HASIL PENGELOLAAN
Hasil dari pengelolaan pada
klien Tn. A tidak menyebabkan
masalah lain akibat dari halusinasi
yang dialami klien dan klien mampu
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
3
mengontrol halusinasinya dengan
cara, menghardik, bercakap-cakap,
dan melakukan kegiatan yang
terjadwal.
PEMBAHASAN
Dari data yang diperoleh
selama interaksi bersama pasien,
penulis menetapkan masalah yang
dihadapi oleh pasien yaitu gangguan
persepsi
sensori:
halusinasi
pendengaran dengan data subyektif
sebagai berikut: klein mengatakan
mendengar
suara-suara
yang
menyuruhnya untuk marah, durasi
tidak menentu, waktunya siang pada
saat sendiri dan malam pada saat
akan tidur. Pasien merasa terganggu
dan pasien hanya diam saja Data
obyektif sebagai berikut: pasien
tampak suka menyendiri, klien
kadang-kadang tampak
melamun
klien juga tampak gelisah
INTERVENSI
Intervensi yang dilaukan pada
Tn. A, dengan masalah keperawatan
utama gangguan persepsi sensori:
Halusinasi pendengaran. membina
hubungan
saling
percaya,
mengidentifikasi jenis halusinasi
yang meliputi (isi, waktu, frekuensi),
mengidentifikasi situasi
yang
menimbulkan
halusinasi,
mengidentifikasi srespon pasien
terhadap halusinasi, mengajarkan
cara menghardik, menganjurkan
pasien memasukkan cara menghardik
kedalam jadwal kegiatan harian,
mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien.
Melatih
pasien
mengendalikan halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain,
menganjurkan
pasien
untuk
memasukan dalam jadwal harian
pasien,
mengevaluasi
jadwal
kegiatan pasien, melatih pasien cara
mengendalikan halusinasi dengan
cara
melakukan
kegiatan,
menganjurkan pasien memasukkan
kedalam
jadwal
kegiatan,
mengevaluasi kegiatan harian pasien,
memberikan pendidikan kesehatan
tentang pengguanaan obat secara
teratur,
menganjurkan
pasien
memasukkan
kedalam
jadwal
kegiatan harian.
IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan
adalah sebagai berikut: mengajarkan
cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik, mengajarkan pasien
mengendalikan halusinasi dengan
cara bercakap-cakap dengan orang
lain, mengajarkan pasien cara
mengendalikan halusinasi dengan
cara melakukan kegiatan.
EVALUASI
Evaluasi yang dilakukan pada
pasien Tn. A yaitu data subyektif:
klien mengatakan senang setelah
diajarkan
tekhnik
mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan, pasien mengatakan suarasuara yang menyuruh untuk marah
marah berkurang, data obyektif:
klien mampu mendemonstraikan cara
mengontrol
halusinasi
dengan
melakukan kegiatan, dan klien
mampu mendemonstrasikan secara
mandiri. Dalam pelaksanaannya
tercapai adapun faktor pendukung
yaitu klien merasa senang bisa
mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegiatan saat halusinasi
muncul. Rencana tindak lanjut cara
mengontrol halusinasi dengan cara
minum obat didelegasikan kepada
perawat ruangan.
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
4
DAFTAR PUSTAKA
Halusinasi.http://www.library.u
Anna. (2010). Kasus Kgangguan
pnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/2
Jiwa
Ringan
Meningkat.
07303030/bab2.pdf
(diakses
(http://health.kompas.com)
tanggal 1 Mei 2014 pukul 20.00
(diakses tanggal 25 April 2014
WIB)
pukul 21.17 WIB)
Keliat, B, A. Panjaitan R. U, Helena,
Baihaqi, M. (2007). Psikiatri Konsep
Dasar
dan
Gangguan.
Gangguan-
Bandung:
Refika
Aditama
Keperawatan (ter, Monica Ester)
edisi 8. Jakarta: EGC
Terapeutik
dalam
Keperawatan.
Praktik
Bandung:
PT
Refika Aditama
Asuhan
Keliat,
dkk.
(2009).
Model
Jakarta: Salemba Medika
Keliat, B, A. Akemat. 2010. Model
Praktik
Damaiyanti, M. (2008). Komunikasi
RI,
Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Keperawatan Profesional Jiwa.
Carpenito, L.J. (2006). Buku Saku
Depkes
N. 2006. Proses Keperawatan
Keperawatan
Profesional Jiwa. Jakarta: 2010.
Nanda. (2005). Panduan Dignosa
Keperawatan Nanda 2005-2006
Definisi Dan Klasifikasi (Terj.
(2007).
Workshop
Keperawatan
dan
Bimbingan Keperawatan Jiwa
Budi Santoso). Jakarta: Prima
Medika
NANDA.
(2012).
Diagnosis
RSJ Prof. Dr. Soerojo Tanggal
keperawatan nanda 2012-2014
26-27 Oktober 2007. Magelang
definisi dan klasifikasi. Jakarta:
(tidak diterbitkan)
EGC
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar
Dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan
Dan
Pelaksanaan
Strategi
Tindakan
Keperawatan edisi 1. Jakarta:
(2008).
Asuhan
Keperawatan dengan Gangguan
Persepsi
Fundamental
Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik
(alih bahasa: Yasmin Asih ... [et
al] : Editor Bahasa Indonesia
Salemba Medika
Harnawatiaj.
Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar
Sensori
Monica Ester, Dewi Yulianti,
Intan Parulinan. Edisi 4 Volume
1. Jakarta: EGC
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
5
S. N. Ade Herma Direja. (2011).
Asuhan
Keperawatan
Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku
Keperawatan
Jiwa
(terj,
Ramona. P) edisi 5. Jakarta:
EGC
Sulistiwati, dkk. (2005). Konsep
Dasar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: EGC
Vidbeck. Sheila L, (2008). Buku Ajar
Keperawatan
Jiwa.
Jakarta:
EGC
Yosep, Iyus. (2010). Keperawatan
Jiwa.
Bandung:
PT
Refika
Aditama
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Download