5331

advertisement
PENGELOLAAN HALUSINASI PENDENGARAN PADA TN. T DENGAN SKIZOPRENIA DI RUMAH SAKIT
JIWA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
Faustino B. Marques*, Ana Puji Astuti, S.,Kep. Ns, M. Kes** Mustain S,Kep, Ns***
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Menghardikadalahsuatutindakanuntukmengendalikandiriterhadaphalusinasidengantujuanm
enolakterhadaphalusinasi
yang
muncultanpaujutnya.
Kliendapatmelakukanini,
makaklienakanmampumengendalikandiridantidakakanmengikutisuruhandarihalusinasi.
Tujuandaripenulisanadalahuntukdapatmelaporkankelolahangangguanpersepsi:
halusinasipendengaranpadaTn.T denganskizopreniatak terinci di RuangBasukarnaRumahSakitJiwa
Prof. Dr. SoerojoMagelang .
Metode
yang
digunakanadalahpengelolahanberupaperawatanklienuntukmengatasigangguanpersepsisensorihalusi
nasipendengaran
yang
dilakukanselama
2
haripadaTn.T.
Teknikpengumpulan
data
dilakukandenganmenggunakanteknikwawancara, inspeksi, pemeriksaanfisikdanobservasi Tindakan
menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan kepada klien mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik dan bercakap-cakap.
Hasilpengelolaandidapatkan,
klienmampumengotrolhalusinasidengancaramenghardik,
danmelakukanpenyusunanjadwalkegiatantentangbercakap-cakap.
Saran
bagitenagakesehatanjiwa
agar
dapatmengoptimalkancaramengontrolhalusinasidengancaramenghardik,
bercakapcakapsebagaipenatalaksanaankomplementaruntukmendukungdalam proses penyembuhanpasien.
Kata Kunci
: Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
LATAR BELAKANG MASALAH
Gangguan jiwa merupakan gangguan
dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan
gejala atau perubahan perilaku yang
bermakna, serta
dapat menimbulkan
penderitaan
dan
hambatan
dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia
(Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2014
tentang Kesehatan Jiwa Pasal 1). Gangguan
jiwa terjadi sebagai bagian dari proses
interaksi yang kompleks antara faktor-faktor
seperti genetik, organo-biologis, psikologis
serta sosiokultural. Data statisticWold Health
Organitation(WHO) menyebutkan bahwa
setiap saat 1% dari seluruh penduduk dunia
berada
dalam
kondisi
membutuhkan
pertolongan dan pengobatan untuk berbagai
bentuk gangguan jiwa. Angka kejadian
(prevalensi) berbagai bentuk gangguan jiwa
mulai dari spectrum ringan hingga berat di
Asia Selatan dan Asia Timur adalah ± 25%
(Efendi & Makhfudli, 2009).
Skizofrenia merupakan penyakit yang
mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan,
dan perilaku yang aneh dan terganggu.
Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai
penyakit tersendiri melainkan diduga sebagai
suatu sindrom gangguan jiwa. Skizofrenia
biasanya terdiagnosis pada masa remaja akhir
dan dewasa awal dan jarang terjadi pada
masa kanak-kanak. Insiden puncak awalnya
adalah 15-25 tahun untuk pria dan 25-35
tahun untuk wanita (Videbeck, 2008). Seluruh
klien
dengan
skizofrenia
diantaranya
mengalami halusinasi (Muhith, 2015).
Halusinasi merupakan
gangguan
persepsi sensori dari suatu obyek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan
persepsi sensori ini meliputi seluruh panca
indra. Halusinasi merupakan salah satu gejala
gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penciuman.
Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. Pasien mengalami perubahan
dalam hal orientasi realitas. Salah satu
manifestasi yang muncul adalah halusinasi
yang membuat pasien tidak dapat
menjalankan pemenuhan dalam kehidupan
sehari-hari (Fitryasari dan Nihayati, 2014).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas, 2013) di Indonesia prevalensi
gangguan mental emosional yang di tunjukan
dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan
adalah sekitar 6% untuk usia 15 tahun ke atas
atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan
prevalensia gangguan jiwa berat seperti
schizophrenia adalah 1.7 per 1000 penduduk
atau sekitar 400.000 0rang.
Berdasarkan data Riskesdas (2013)
dan dikombinasi dengan data Pusat data
informasi Kementrian kesehatan dengan
waktuyang disesuaikan, prevalensi gangguan
jiwa di jawa tengah sebanyak 0.23% untuk
usia 15 tahun ke atas dari jumlah penduduk
24.089.433 orang, berarti sekitr 55.406 0rang
di provinsi Jawa Tengah mengalami gangguan
mental emosional.
Berdasarkan pengumpulan data yang
dilakukan penulis terkait dengan jumlah
pasien skizofrenia di Rumah sakit jiwa Prof Dr
Soerojo Magelang selama tahun 20132015,Diperoleh hasil mengalami jumlah yang
flukuatif pada tahun 2013 jumlah pasien
mencapai 4,010 orang(58,00%) dan menurun
di tahun 2014 menjadi 1,825 orang(17,00%)
atau mengalami penurunan sebanyak 2,825
orang atau(70,0%) akan tetapi, pada tahun
2015 jumlah pasien skizofrenia kembali
meningkat menjadi 1,674 orang atau(24,0%)
atau mengalami peningkatan sebanyak 489
orang(41,0%). Dari latar belakang diatas
penulis
tertarik,
untuk
melakuakan
pengelolahan pada pasien gangguan jiwa
dengan: halusinasi pendengaran. Disamping
itu dari data statistik pada tabel 1.1 diatas
pasien gangguan jiwa didominasi oleh laki-laki
dibandingkan dengan perempuan hal ini bisa
dibilang pasien laki-laki dua kali lipat
dibandingkan dengan perempuan, oleh
karena itu menarik bagi
penulis untuk
mengambil suatu kesimpulan bahwa hal ini
dimungkinkan
Karena:Laki-laki
lebih
memikirkan tanggung jawab dalam rumah
tangga dibanding dengan perempuan, karena
dalam suatu rumah tangga yang bertugas
mencari nafkah adalah laki-laki.Laki-laki
sebagai kepala rumah tangga adalah sumber
pendapatan bagi istri dan anak sehingga suatu
saat sumber pendapatan menurun, maka
akan membebangi pikiran para lelaki,
akhirnya menggangu pikiran sampai jatuh ke
gangguan jiwa.Wanita sebagai ibu rumah
tangga tugasnya menerima dan menyajikan,
sedangkan tanggung jawab secara fisik
dicurakan kepada kepala keluarga.Dari segi
perilaku, laki-laki mudah terjerumus ke hal-hal
yang negatif, seperti banyak menkonsumsi
minuman keras seperti alcohol dan juga lakilaki pada umumnya terjerumus ke obatoabatan terlarang, yaitu obat-obatan
narkotik, ganja dll.
METODE PENELITIAN
Metode
yang
digunakanadalahpengelolahanberupaperawat
anklienuntukmengatasigangguanpersepsisens
orihalusinasipendengaran
yang
dilakukanselama
2
haripadaTn.T.
Teknikpengumpulan
data
dilakukandenganmenggunakanteknikwawanc
ara, inspeksi, pemeriksaanfisikdanobservasi
Tindakan menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan kepada klien
mengontrol
halusinasi
dengan
cara
menghardik dan bercakap-cakap.
HASIL PENELITIAN
Halusinasi adalah gangguan persepsi
sensori yang menyebabkan
seseorang
kehilangan konsetrasi untuk mengontrol
dirinya terhadap kenyataan dan palsu.
Menurut (Pytryasari dan Nyhayati, (2014)
halusinasi merupakan gangguan persepsi
sensori dari suatu obyek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan ini
menimbulkan klien lupa diri dan tidak bisa
membandingkan mana kenyataan dan yang
tidak nyata.
Sesuai konsep Graven dan Hilme
(2000)
yang
mengemukakan
bahwa
pengkajian merupakan pengumpulan data
dari subjektif dan objektif secara sistimatis
dengan
tujuan
membuat
penentuan
perencanaan, tindakan keperawatan kepada
individu, keluarga dan masyarakat dan hasil
pengkajian itu dikelompokan menjadi faktor
predisposisi dan faktor presipitasi, penilaian
terhadap stressor,mekanisme koping, dan
kemampuan koping klien saat halusinasi
muncul. Berdasarkan data diatas cukup kuat
bagi penulis untuk merumus 3(tiga) diagnosa
keperawatan yaitu, 1. Gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran, 2. Resiko
perilaku kekerasan.3. isolasi sosial menarik
diri. Karena hasil pengkajian tersebut terdapat
kesamaan antara data dari klien dan teori
sebanyak 95% data tersebut sudah kuat bagi
penulis
untuk
menegakkan
diagnosa
keperawatan gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran. Karena keadaan ini
bukan pertama kali terjadi pada klien,tetapi
klien juga sudah pernah dirawat di RSJ
Magelang pada tahun 2015 yang lalu dengan
diagnosa keperawatan persepsi sensori
halusinasi pendengaran dan telah dinyatakan
sembuh pulang rawat jalan di Puskesmas
Kebumen,namun kambuh lagi pada bulan
maret 2016 sehingga keluarga memilih antar
kembali klien ke RSJ Magelang pada tanggal
28 maret 2016 untuk dirawat secara intensif.
Tindakan
keperawatan
adalah
merupakan
standar
dari
asuahan
keperawatan yang berhubungan dengan
aktifitas keperawatan profesional yang
dilakukan oleh perawat,dimana implementasi
dilakukan pada pasien, keluarga dan
komunitas berdasarkan rencana keperawatan
yang telah dibuat (Keliat dan Akemat,2009).
Implementasi yang dilakukan pada
klien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran adalah membina
hubungan
saling
percaya
dengan
menggunakan prinsip halusinasinya (isi
terapeutik, membantu klien mengenal caracara
mengontrol
halusinasi
isi,
waktu,frekuensi),membantu dan melatih klien
untuk mengontrol halusinasinya dengan cara
(menghardik, bercakap-cakap, melakukan
aktivitas kegiatan, dan meminum obat),
membantu klien membuat jadwal kegiatan
harian,
mendiskusikan
dengan
klien
merencanakan pertemuan hari berikutnya,
menanyakan kepeda klien tentang, waktu,
tempat, topik yang akan dipelajari, dan
memberikan pujian kepada klien kalau klien
melakukan hal yang benar, menganjurkan
klien untuk memasukan ke dalam jadwal
kegiatan harian klien untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. implementasi untuk
melaksanakan perencanaan yang sudah
disusun selama dua kali berinteraksi.
Implementasi adalah tindakan keperawatan
yang
dilaksanakan
sesuai
dengan
rencana.Menurut Riyadi (2013) mengatakan
tujuan dari hubungan terapeutik antara
perawat dan klien adalah kesadaran diri,
penerimaan
diri,
dan
meningkatkan
kehormatan diri, identitas pribadi yang jelas
dan
meningkatkan
integritas
pribadi,
kemampuan untuk membentuk suatu
hubungan, dan saling ketergantungan,
hubungan interpersonal dengan kapasitas
memberi
dan
menerima
perhatian,
meningkatkan fungsi dan kemampuan
terhadap kebutuhan yang memuaskan untuk
mencapai tujuan pribadi yang realistis. Untuk
mencapai
tujuan
tersebut
perawat
diharapkan harus memberikan kesempatan
kepada klien untuk mengekspresikan
perasaan, persepsi dan pikiran.
Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa pentingnya pembentukan
hubungan saling percaya utuk memperluas
dan menerima semua aspek kepribadian serta
dapat
mengurangi
ancaman
yang
diperlihatkan perawat kepada klien. Setelah
dilakukan bina hubungan saling percaya
kemudian membantu klien. Perlu diketahui
bahwa sebelum klien dikelolah oleh penulis
klien telah dirawat oleh perawat di ruang
Basukarna RSJ Magelang dan telah terkaji isi,
waktu dan frekuensi halusinasi. Dan klien juga
telah
diajari,
bagaimana
mengontrol
halusinasi dengan menghardik, tetapi klien
belum bisa mendemonstrasikan bagaimana
cara menghardik yang benar. Oleh karena itu
pada pertemuan hari pertama penulis
melanjutkan
intervensi
dari
perawat
sebelumnya yaitu mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik. Penulis tetap
mempertahankan bina hubungan saling
percaya dengan klien, kemudian memulai
dengan interaksi dengan mengingatkan
kembali, dan menjelaskan tujuan interaksi
tentang apa yang akan dilakukan, dalam
berinteraksi
dengan
klien,
penulis
menjelaskan cara mengontrol halusinasi
dengan beberapa cara dan penulis melakukan
validasi apa yang telah dijelaskan dan
memberikan pujian kepada klien atas apa
yang dilakukan klien sendiri. Setelah itu
penulis mengajar 1 (satu) cara yaitu
mengontrol
halusinasi
dengan
cara
menghardik, penulis memperagakan cara
menghardik
setelah
itu
memberikan
kesempatan kepada klien untuk melakuakan
sendiri dan penulis memberikan pujian atas
apa yang dilakukan sendiri oleh klien.setelah
melakukan implementasi penulis melakuakan
validasi dan anjurkan kepada klien untuk
dimasukan kedalam jadwal kegiatan harian.
Setelah tindakan pertama dilakukan penulis
merencanakan
dengan
klien
tentang
pertemuan hari berikutnya, waktu, tempat,
dan topik yang akan dipelajari, dan beri
kesempatan kepada klien yang menentukan.
DISKUSI
Setelah
melakuakan
implementasi,
penulis melakukan evaluasi secara langsung
kepada klien dengan tujuan apakah kliem
sudah paham,apa yang telah diajarkan? dan
apakah klien sudah bisa melakukan sendiri
apa yang diajarkan? apakah yakin, klien bisa
melakukan secara mandiri untuk mengontrol
halusinasinya apa bila halusinasinya muncul?
pertanyaan-pertanyaan diatas perlu dijawab
oleh penulis yang telah memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Evaluasi adalah
proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi
dilakukan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan berdasarkan SOAP (Direja, 2011)
untuk menilai sesuatu berhasil atau tidak
dinilai melaui evaluasi. Perlu diketahui bahwa,
pertemuan yang sangat singkat bagi penulis
tidak memungkinkan untuk menyelesaikan
permasalahan yang dialami Tn. T secara
tuntas, namun dengan waktu terbatas itu,
penulis mencoba mengidentifikasi masalah
yang diangap prioritas dan selanjutnya
melakukan tindakan, kenyataan klien telah
paham apa yang telah diajarkan selama
pertemuan dua kali. Terbukti klien merasa
senang karena sering diperhatikan penulis,
dan klien mampu melakukan/memperagakan
apa yang telah diajarkan penulis Selama dua
kali pertemuan. Yaitu pada pertemuan
pertama
penulis
mengajarkan
cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik.
setelah itu penulis melakukan evaluasi dengan
SOAP klien mampu melakukan cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik,
dan klien mampu memperagakan dan
menyebut kata-kata yang artinya menolak
halusinasi.
Pada pertemuan hari kedua
penulis mengajarkan cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap,setelah
itu penulis melakuakan evaluasi, klien
mampu bergabung dengan teman
danmelakukan bercakap-cakap dan ikut
kegiatan bersama teman-teman diruang
wisma Basukarna. Sesuai dengan faktafakta tersebut penulis menyatakan puas
dengan hasil yang dicapai sesuai dengan
harapan penulis maupun klien.
Permasalahan Klien mengalami
tiga masalah keperawatan, namun yang
diprioritaskan dan melakuakan intervensi
hanya satu, selain itu ada empat macam
cara mengontrol halusinasi yang perlu
diajari semua kepada klien, namun yang
diajarkan hanya dua macam. Oleh sebab
itu penulis masih meragukan dengan
permasalahan lain yang dialami Tn. T,
tetapi tidak semapt diatasi penulis, karena
permasalahan yang belum diselesaikan
masih diangap resiko bagi klien, dan
dikawatirkan masalah tersebut dibiarkan
terlalu lama, bisa berdampak negatif,
yaitu klien
mengalami perubahan
perilaku yang melaju ke hal-hal yang kita
tidak inginkan. Namun penulis tetap
berkeyakinan bahwa permasalahan dan
tindakan yang tidak sempat diselesaikan
penulis, akan diselesaikan oleh para
tenaga Kesehatan yang ada di RSJ
Magelang
pada
umumnya,
dan
khususnya perawat diruangan Wisma
Basukarna.
Kesimpulan
Skizoprenia
adalah
suatu
penyakit otak persisten dan serius yang
mengakibatkan
perilaku
psikotik,
pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
memproses
informasi,hubungan
interpersonal, serta dalam memecahkan
masalah (Stuart, 2007).
Adanya
gangguan
persepsi
sensori :halusinasi dapat dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor predisposisi dan
faktor presipitasi. Tanda dan gejala dari
halusinasi antara lain : bicara sendiri,
senyum
sendiri,
ketawa
sendiri,
DAFTAR PUSTAKA
AH. Yusuf, Riski Pitryasari P.K.,Hanik Endang
Nyhayati. Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta ; Salemba Medika,
2015.
Damayanti Mukhripah & Iskandar. 2012.
Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung
: Refika Aditama.
Dermawan Dede & Rusdi.2013. Konsep dan
Kerangka
Kerja
Asuhan
Keperawatan
Jiwa.
Gosyen
publishing
Efendi dan Makhfudli, 2009. Keperawatan
Kesehatan Komunitas teori dan
praktek dalam Keperawatan. Jakarta
Salembah Medika.
Hamid, Achir Yani, (2000). Buku Pedoman
Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa
Teori dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta : Depkes RI.
Keliat Anna & Aklemat. 2007. Model Praktik
Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC
Keliat, Budi Ana (2005).Proses Keperwatan
Kesehatan jiwa. Edisi kedua Jakarta ;
EGC.
Kusumawati dan Hartono 2010. Buku ajar
Keperawatan. Jakarta Salemba
Medika.
Maramis Wf.2004. Ilmu Kedokteran Jiwa,
Surabaya:
Airlangga
University
press.
Nanda – I .2012. Diagnosis keperawatan
definisi dan klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
mengerakan
bibir
tanpa
suara,
pergerakan mata yang cepat dll.
Saran
Bagi Perawat pelaksana diharapkan lebih
teliti lagi dalam melakukan pengkajian
sehingga memperoleh data yang benar
dan akurat sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien, serta dapat
memberikan wawasan yang lebih luas lagi
bagi pelaksana tentang
gangguan
persepsi sensori halusinasi terutama
halusinasi pendengaran.
Nasir, A. Abdul Muhith 2015. Buku Ajar
Metodologi penelitian Kesehatahan.
Mulia Medika Jogjakarta
Potter pery (2009).Pundamental Of Nursing
Buku 1. Edisi 7. Salemba Medika :
Jakarata
Prabowo Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi
Asuhan
Keperawatan
Jiwa.Yogyakarta : Nuha Medika.
Saleh Ahmat 2009. Konsep Dasar Perubahan
Persepsi Sensori : Halusinasi.
Simanjuntak, J. (2008). Konseling Gangguan
Jiwa & Okultisme. Jakarta PT
Gramedia Pustaka Utama
Stuart & Sundeen. 2007. Buku Saku
Keperawatan. Jakarta : EGC
Suliswati dan DKK 2005. Konsep Dasar
Keperawatan Jiwa. Edisi 1 Jakarta :
EGC
Tim pengembang jurnal Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.2013. Perbedaan
pengetahuan keluarga tentang cara
merawat pasien sebelum dan
sesudah kegiatan family gathering
pada halusinasi dengan klien
skizofrenia. Jurnal keperawatan jiwa
Volume 1.
Videbeck.Sheila L. 2008. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa.
Bandung : Refika Aditama
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan jiwa (edisi
revisi). Bandung: Refika Aditama
Download