PENGELOLAAN HALUSINASI PENDENGARAN PADA TN. T DENGAN SKIZOPRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG Faustino B. Marques*, Ana Puji Astuti, S.,Kep. Ns, M. Kes** Mustain S,Kep, Ns*** Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Menghardikadalahsuatutindakanuntukmengendalikandiriterhadaphalusinasidengantujuanm enolakterhadaphalusinasi yang muncultanpaujutnya. Kliendapatmelakukanini, makaklienakanmampumengendalikandiridantidakakanmengikutisuruhandarihalusinasi. Tujuandaripenulisanadalahuntukdapatmelaporkankelolahangangguanpersepsi: halusinasipendengaranpadaTn.T denganskizopreniatak terinci di RuangBasukarnaRumahSakitJiwa Prof. Dr. SoerojoMagelang . Metode yang digunakanadalahpengelolahanberupaperawatanklienuntukmengatasigangguanpersepsisensorihalusi nasipendengaran yang dilakukanselama 2 haripadaTn.T. Teknikpengumpulan data dilakukandenganmenggunakanteknikwawancara, inspeksi, pemeriksaanfisikdanobservasi Tindakan menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan kepada klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan bercakap-cakap. Hasilpengelolaandidapatkan, klienmampumengotrolhalusinasidengancaramenghardik, danmelakukanpenyusunanjadwalkegiatantentangbercakap-cakap. Saran bagitenagakesehatanjiwa agar dapatmengoptimalkancaramengontrolhalusinasidengancaramenghardik, bercakapcakapsebagaipenatalaksanaankomplementaruntukmendukungdalam proses penyembuhanpasien. Kata Kunci : Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran LATAR BELAKANG MASALAH Gangguan jiwa merupakan gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia (Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa Pasal 1). Gangguan jiwa terjadi sebagai bagian dari proses interaksi yang kompleks antara faktor-faktor seperti genetik, organo-biologis, psikologis serta sosiokultural. Data statisticWold Health Organitation(WHO) menyebutkan bahwa setiap saat 1% dari seluruh penduduk dunia berada dalam kondisi membutuhkan pertolongan dan pengobatan untuk berbagai bentuk gangguan jiwa. Angka kejadian (prevalensi) berbagai bentuk gangguan jiwa mulai dari spectrum ringan hingga berat di Asia Selatan dan Asia Timur adalah ± 25% (Efendi & Makhfudli, 2009). Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai penyakit tersendiri melainkan diduga sebagai suatu sindrom gangguan jiwa. Skizofrenia biasanya terdiagnosis pada masa remaja akhir dan dewasa awal dan jarang terjadi pada masa kanak-kanak. Insiden puncak awalnya adalah 15-25 tahun untuk pria dan 25-35 tahun untuk wanita (Videbeck, 2008). Seluruh klien dengan skizofrenia diantaranya mengalami halusinasi (Muhith, 2015). Halusinasi merupakan gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas. Salah satu manifestasi yang muncul adalah halusinasi yang membuat pasien tidak dapat menjalankan pemenuhan dalam kehidupan sehari-hari (Fitryasari dan Nihayati, 2014). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) di Indonesia prevalensi gangguan mental emosional yang di tunjukan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sekitar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensia gangguan jiwa berat seperti schizophrenia adalah 1.7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 0rang. Berdasarkan data Riskesdas (2013) dan dikombinasi dengan data Pusat data informasi Kementrian kesehatan dengan waktuyang disesuaikan, prevalensi gangguan jiwa di jawa tengah sebanyak 0.23% untuk usia 15 tahun ke atas dari jumlah penduduk 24.089.433 orang, berarti sekitr 55.406 0rang di provinsi Jawa Tengah mengalami gangguan mental emosional. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan penulis terkait dengan jumlah pasien skizofrenia di Rumah sakit jiwa Prof Dr Soerojo Magelang selama tahun 20132015,Diperoleh hasil mengalami jumlah yang flukuatif pada tahun 2013 jumlah pasien mencapai 4,010 orang(58,00%) dan menurun di tahun 2014 menjadi 1,825 orang(17,00%) atau mengalami penurunan sebanyak 2,825 orang atau(70,0%) akan tetapi, pada tahun 2015 jumlah pasien skizofrenia kembali meningkat menjadi 1,674 orang atau(24,0%) atau mengalami peningkatan sebanyak 489 orang(41,0%). Dari latar belakang diatas penulis tertarik, untuk melakuakan pengelolahan pada pasien gangguan jiwa dengan: halusinasi pendengaran. Disamping itu dari data statistik pada tabel 1.1 diatas pasien gangguan jiwa didominasi oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan hal ini bisa dibilang pasien laki-laki dua kali lipat dibandingkan dengan perempuan, oleh karena itu menarik bagi penulis untuk mengambil suatu kesimpulan bahwa hal ini dimungkinkan Karena:Laki-laki lebih memikirkan tanggung jawab dalam rumah tangga dibanding dengan perempuan, karena dalam suatu rumah tangga yang bertugas mencari nafkah adalah laki-laki.Laki-laki sebagai kepala rumah tangga adalah sumber pendapatan bagi istri dan anak sehingga suatu saat sumber pendapatan menurun, maka akan membebangi pikiran para lelaki, akhirnya menggangu pikiran sampai jatuh ke gangguan jiwa.Wanita sebagai ibu rumah tangga tugasnya menerima dan menyajikan, sedangkan tanggung jawab secara fisik dicurakan kepada kepala keluarga.Dari segi perilaku, laki-laki mudah terjerumus ke hal-hal yang negatif, seperti banyak menkonsumsi minuman keras seperti alcohol dan juga lakilaki pada umumnya terjerumus ke obatoabatan terlarang, yaitu obat-obatan narkotik, ganja dll. METODE PENELITIAN Metode yang digunakanadalahpengelolahanberupaperawat anklienuntukmengatasigangguanpersepsisens orihalusinasipendengaran yang dilakukanselama 2 haripadaTn.T. Teknikpengumpulan data dilakukandenganmenggunakanteknikwawanc ara, inspeksi, pemeriksaanfisikdanobservasi Tindakan menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan kepada klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan bercakap-cakap. HASIL PENELITIAN Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori yang menyebabkan seseorang kehilangan konsetrasi untuk mengontrol dirinya terhadap kenyataan dan palsu. Menurut (Pytryasari dan Nyhayati, (2014) halusinasi merupakan gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan ini menimbulkan klien lupa diri dan tidak bisa membandingkan mana kenyataan dan yang tidak nyata. Sesuai konsep Graven dan Hilme (2000) yang mengemukakan bahwa pengkajian merupakan pengumpulan data dari subjektif dan objektif secara sistimatis dengan tujuan membuat penentuan perencanaan, tindakan keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat dan hasil pengkajian itu dikelompokan menjadi faktor predisposisi dan faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor,mekanisme koping, dan kemampuan koping klien saat halusinasi muncul. Berdasarkan data diatas cukup kuat bagi penulis untuk merumus 3(tiga) diagnosa keperawatan yaitu, 1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran, 2. Resiko perilaku kekerasan.3. isolasi sosial menarik diri. Karena hasil pengkajian tersebut terdapat kesamaan antara data dari klien dan teori sebanyak 95% data tersebut sudah kuat bagi penulis untuk menegakkan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran. Karena keadaan ini bukan pertama kali terjadi pada klien,tetapi klien juga sudah pernah dirawat di RSJ Magelang pada tahun 2015 yang lalu dengan diagnosa keperawatan persepsi sensori halusinasi pendengaran dan telah dinyatakan sembuh pulang rawat jalan di Puskesmas Kebumen,namun kambuh lagi pada bulan maret 2016 sehingga keluarga memilih antar kembali klien ke RSJ Magelang pada tanggal 28 maret 2016 untuk dirawat secara intensif. Tindakan keperawatan adalah merupakan standar dari asuahan keperawatan yang berhubungan dengan aktifitas keperawatan profesional yang dilakukan oleh perawat,dimana implementasi dilakukan pada pasien, keluarga dan komunitas berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat (Keliat dan Akemat,2009). Implementasi yang dilakukan pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran adalah membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip halusinasinya (isi terapeutik, membantu klien mengenal caracara mengontrol halusinasi isi, waktu,frekuensi),membantu dan melatih klien untuk mengontrol halusinasinya dengan cara (menghardik, bercakap-cakap, melakukan aktivitas kegiatan, dan meminum obat), membantu klien membuat jadwal kegiatan harian, mendiskusikan dengan klien merencanakan pertemuan hari berikutnya, menanyakan kepeda klien tentang, waktu, tempat, topik yang akan dipelajari, dan memberikan pujian kepada klien kalau klien melakukan hal yang benar, menganjurkan klien untuk memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian klien untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. implementasi untuk melaksanakan perencanaan yang sudah disusun selama dua kali berinteraksi. Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.Menurut Riyadi (2013) mengatakan tujuan dari hubungan terapeutik antara perawat dan klien adalah kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatkan kehormatan diri, identitas pribadi yang jelas dan meningkatkan integritas pribadi, kemampuan untuk membentuk suatu hubungan, dan saling ketergantungan, hubungan interpersonal dengan kapasitas memberi dan menerima perhatian, meningkatkan fungsi dan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan untuk mencapai tujuan pribadi yang realistis. Untuk mencapai tujuan tersebut perawat diharapkan harus memberikan kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan, persepsi dan pikiran. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya pembentukan hubungan saling percaya utuk memperluas dan menerima semua aspek kepribadian serta dapat mengurangi ancaman yang diperlihatkan perawat kepada klien. Setelah dilakukan bina hubungan saling percaya kemudian membantu klien. Perlu diketahui bahwa sebelum klien dikelolah oleh penulis klien telah dirawat oleh perawat di ruang Basukarna RSJ Magelang dan telah terkaji isi, waktu dan frekuensi halusinasi. Dan klien juga telah diajari, bagaimana mengontrol halusinasi dengan menghardik, tetapi klien belum bisa mendemonstrasikan bagaimana cara menghardik yang benar. Oleh karena itu pada pertemuan hari pertama penulis melanjutkan intervensi dari perawat sebelumnya yaitu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Penulis tetap mempertahankan bina hubungan saling percaya dengan klien, kemudian memulai dengan interaksi dengan mengingatkan kembali, dan menjelaskan tujuan interaksi tentang apa yang akan dilakukan, dalam berinteraksi dengan klien, penulis menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan beberapa cara dan penulis melakukan validasi apa yang telah dijelaskan dan memberikan pujian kepada klien atas apa yang dilakukan klien sendiri. Setelah itu penulis mengajar 1 (satu) cara yaitu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, penulis memperagakan cara menghardik setelah itu memberikan kesempatan kepada klien untuk melakuakan sendiri dan penulis memberikan pujian atas apa yang dilakukan sendiri oleh klien.setelah melakukan implementasi penulis melakuakan validasi dan anjurkan kepada klien untuk dimasukan kedalam jadwal kegiatan harian. Setelah tindakan pertama dilakukan penulis merencanakan dengan klien tentang pertemuan hari berikutnya, waktu, tempat, dan topik yang akan dipelajari, dan beri kesempatan kepada klien yang menentukan. DISKUSI Setelah melakuakan implementasi, penulis melakukan evaluasi secara langsung kepada klien dengan tujuan apakah kliem sudah paham,apa yang telah diajarkan? dan apakah klien sudah bisa melakukan sendiri apa yang diajarkan? apakah yakin, klien bisa melakukan secara mandiri untuk mengontrol halusinasinya apa bila halusinasinya muncul? pertanyaan-pertanyaan diatas perlu dijawab oleh penulis yang telah memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan berdasarkan SOAP (Direja, 2011) untuk menilai sesuatu berhasil atau tidak dinilai melaui evaluasi. Perlu diketahui bahwa, pertemuan yang sangat singkat bagi penulis tidak memungkinkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami Tn. T secara tuntas, namun dengan waktu terbatas itu, penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang diangap prioritas dan selanjutnya melakukan tindakan, kenyataan klien telah paham apa yang telah diajarkan selama pertemuan dua kali. Terbukti klien merasa senang karena sering diperhatikan penulis, dan klien mampu melakukan/memperagakan apa yang telah diajarkan penulis Selama dua kali pertemuan. Yaitu pada pertemuan pertama penulis mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik. setelah itu penulis melakukan evaluasi dengan SOAP klien mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, dan klien mampu memperagakan dan menyebut kata-kata yang artinya menolak halusinasi. Pada pertemuan hari kedua penulis mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap,setelah itu penulis melakuakan evaluasi, klien mampu bergabung dengan teman danmelakukan bercakap-cakap dan ikut kegiatan bersama teman-teman diruang wisma Basukarna. Sesuai dengan faktafakta tersebut penulis menyatakan puas dengan hasil yang dicapai sesuai dengan harapan penulis maupun klien. Permasalahan Klien mengalami tiga masalah keperawatan, namun yang diprioritaskan dan melakuakan intervensi hanya satu, selain itu ada empat macam cara mengontrol halusinasi yang perlu diajari semua kepada klien, namun yang diajarkan hanya dua macam. Oleh sebab itu penulis masih meragukan dengan permasalahan lain yang dialami Tn. T, tetapi tidak semapt diatasi penulis, karena permasalahan yang belum diselesaikan masih diangap resiko bagi klien, dan dikawatirkan masalah tersebut dibiarkan terlalu lama, bisa berdampak negatif, yaitu klien mengalami perubahan perilaku yang melaju ke hal-hal yang kita tidak inginkan. Namun penulis tetap berkeyakinan bahwa permasalahan dan tindakan yang tidak sempat diselesaikan penulis, akan diselesaikan oleh para tenaga Kesehatan yang ada di RSJ Magelang pada umumnya, dan khususnya perawat diruangan Wisma Basukarna. Kesimpulan Skizoprenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi,hubungan interpersonal, serta dalam memecahkan masalah (Stuart, 2007). Adanya gangguan persepsi sensori :halusinasi dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Tanda dan gejala dari halusinasi antara lain : bicara sendiri, senyum sendiri, ketawa sendiri, DAFTAR PUSTAKA AH. Yusuf, Riski Pitryasari P.K.,Hanik Endang Nyhayati. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta ; Salemba Medika, 2015. Damayanti Mukhripah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama. Dermawan Dede & Rusdi.2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Gosyen publishing Efendi dan Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas teori dan praktek dalam Keperawatan. Jakarta Salembah Medika. Hamid, Achir Yani, (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Depkes RI. Keliat Anna & Aklemat. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC Keliat, Budi Ana (2005).Proses Keperwatan Kesehatan jiwa. Edisi kedua Jakarta ; EGC. Kusumawati dan Hartono 2010. Buku ajar Keperawatan. Jakarta Salemba Medika. Maramis Wf.2004. Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya: Airlangga University press. Nanda – I .2012. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC mengerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat dll. Saran Bagi Perawat pelaksana diharapkan lebih teliti lagi dalam melakukan pengkajian sehingga memperoleh data yang benar dan akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas lagi bagi pelaksana tentang gangguan persepsi sensori halusinasi terutama halusinasi pendengaran. Nasir, A. Abdul Muhith 2015. Buku Ajar Metodologi penelitian Kesehatahan. Mulia Medika Jogjakarta Potter pery (2009).Pundamental Of Nursing Buku 1. Edisi 7. Salemba Medika : Jakarata Prabowo Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta : Nuha Medika. Saleh Ahmat 2009. Konsep Dasar Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi. Simanjuntak, J. (2008). Konseling Gangguan Jiwa & Okultisme. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama Stuart & Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan. Jakarta : EGC Suliswati dan DKK 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Edisi 1 Jakarta : EGC Tim pengembang jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2013. Perbedaan pengetahuan keluarga tentang cara merawat pasien sebelum dan sesudah kegiatan family gathering pada halusinasi dengan klien skizofrenia. Jurnal keperawatan jiwa Volume 1. Videbeck.Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan jiwa (edisi revisi). Bandung: Refika Aditama