Makalah Kesehatan Mental Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Mental. Dosen Pengajar : Kadek Suranata, S.Pd., M.Pd., Kons. Disusun Oleh : Kelompok 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kadek Dian Ayu Pusparini Ni Wayan Budiani Nengah Ismi Izhardianti Anak Agung Ayu Dewi Sutyaningsih I Komang Sumianto IGN Alit Paramartha Bayu Dharma Putra Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan Konseling Univesitas Pendidikan Ganesha 2012 1 (1111011055) (1111011045) (1111011074) (1111011091) (1111011068) (1111011075) (1111011064) Kata Pengantar Puji syukuh kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini di buat dengan tujuan agar semua mahasiswa dapat memahami tentang “Kesehatan Mental”. Banyak hambatan atau kesulitan sehingga makalah ini mungkin kurang sempurna, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik untuk penyempurnaan makalah ini. Dan kami ucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada pihak-pihak tertentu yang telah memotivasi kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Singaraja, 15 Maret 2012 Penulis 2 Daftar Isi Kata Pengantar.............................................................................................................ii Daftar Isi......................................................................................................................iii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2 1.3 Tujuan.....................................................................................................................2 1.4 Manfaat...................................................................................................................2 Bab II Pembahasan 2.1 Pengertian Kesehatan Mental.................................................................................3 2.2 Ciri-ciri Kesehatan Mental.....................................................................................5 2.3 Gangguan Kesehatan Mental.................................................................................6 2.4 Agama dan Kesehatan Mental...............................................................................9 Bab III Penutup 3.1 Kesimpulan............................................................................................................11 3.2 Saran......................................................................................................................12 Daftar Pustaka 3 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Beberapa tingkah laku masyarakat yang beraneka ragam mendorong para ahli Ilmu Psikologi untuk menyelidiki apa penyebab perbedaan tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, juga menyelidiki penyebab seseorang tidak mampu memperoleh ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupannya.Usaha ini kemudian melahirkan satu cabang termuda dari ilmu Psikologi, yaitu Kesehatan mental (Mental Hygiene) (Yusak Burhanuddin, 1999: 10). Kesehatan mental, sebagai disiplin ilmu yang merupakan bagian dari psikologi agama, terus berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari masyarakat yang selalu membutuhkan solusi-solusi dari berbagai problema kehidupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi belum mampu memenuhi kebutuhan ruhani, bahkan menambah permasalahanpermasalahan baru, seperti kecemasan dengan kemewahan hidup. Akibat lain adalah rasionalitas teknologi lebih diutamakan sehingga nilai kemanusiaan diabaikan. Di samping itu, adanya perhatian manusia yang besar terhadap kesejahteraan hidupnya, serta adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya dilakukan pembinaan kesejahteraan hidup bersama ikut mempercepat perkembangan ilmu kesehatan mental. Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbanganyangsignifikandalamprosespembelajaran. Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan beberapa prinsip dalam belajar, yakni : 1. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan 2. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain. 3. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya. 4. Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya. 5. Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya. 6. Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis. 7. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar. 4 Kesehatan mental merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami menunjang keberhasilan pendidikan itu sendiri. Melaui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu. Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya. Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal. Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan guru untuk mengetahui kesehatan mental anak didik dalam melaksanakan tugas profesionalnya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari kesehatan mental? 2. Bagaimanakah ciri-ciri dari kesehatan mental ? 3. Apa sajakah gangguan kesehatan mental tersebut ? 4. Bagaimanakah keterkaitan antara agama dan kesehatan mental ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari kesehatan mental. 2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari kesehatan mental. 3. Untuk mengetahui gangguan dari kesehatan mental. 4. Untuk mengetahui keterkaitan antara agama dan kesehatan mental. 1.4 Manfaat 1. Untuk mengetahui lebih dalam makna dari kesehatan mental tersebut. 2. Sebagai masukan bagi mahasiswa dan dosen itu sendiri. 3. Sebagai acuan bagi penyusunan makalah selanjutnya. 5 Bab II Pembahasan 2.1 Pengertian Kesehatan Mental. Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau “mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu kesehatan mental) (Yusak Burhanuddin, 1999: 9). Menurut Kartini Kartono dan Jenny Andary dalam Yusak (1999: 9-10), ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa rakyat. Sebagaimana seorang dokter harus mengetahui faktor-faktor penyebab dan gejalagejala penyakit yang diderita pasiennya. Sehingga memudahkan dokter untuk mendeteksi penyakit dan menentukan obat yang tepat. Definisi mereka berdua menunjukan bahwa kondisi mental yang sakit pada masyarakat dapat disembuhkan apabila mengetahui terlebih dulu hal-hal yang mempengaruhi kesehatan mental tersebut melalui pendekatanhygiene mental. Dalam perjalanan sejarahnya, pengertian kesehatan mental mengalami perkembangan sebagai berikut : b. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa (neurosis dan psikosis). Pengertian ini terelihat sempit, karena yang dimaksud dengan orang yang sehat mentalnya adalah mereka yang tidak terganggu dan berpenyakit jiwanya. Namun demikian, pengertian ini banyak mendapat sambutan dari kalangan psikiatri (Sururin,2004: 142) Kembali pada istilah neorosis, pada awalnya kata tersebut berarti ketidakberesan dalam susunan syaraf. Namun, setelah para ahli penyakit dan ahli psikologi menyadari bahwa ketidakberesan tingkah laku tersebut tidak hanya disebabkan oleh ketidakberesan susunan 6 syaraf, tetapi juga dipengaruhi oleh sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain, maka aspek mental (psikologi) dimasukkan pula dalam istilah tersebut. c. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. Pengertian ini lebih luas dan umum, karena telah dihubungkan dengan kehidupan sosial secara menyeluruh. Dengan kemampuan penyesuaian diri, diharapkan akan menimbulkan ketentraman dan kebahagiaan hidup. d. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik). e. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, maupun menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan yang bias, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang ada semaksimal mungkin (Sururin,2004: 144). Kesehatan mental (mental hygiens) adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsipprinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan ruhani (M. Buchori dalam Jalaluddin,2004: 154) Menurut H.C. Witherington, kesehatan mental meliputi pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan Psikologi, kedokteran, Psikiatri, Biologi, Sosiologi, dan Agama (M. Buchori dalam Jalaluddin,2004: 154) Kesehatan Mental merupakan kondisi kejiwaan manusia yang harmonis. Seseorang yang memiliki jiwa yang sehat apabila perasaan, pikiran, maupun fisiknya juga sehat. Jiwa (mental) yang sehat keselarasan kondisi fisik dan psikis seseorang akan terjaga. Ia tidak akan mengalami kegoncangan, kekacauan jiwa (stres), frustasi, atau penyakit-penyakit kejiwaan lainnya. Dengan kata lain orang yang memiliki kesehatan mental juga memiliki kecerdasan baik secara intelektual, emosional, maupun spiritualnya. 7 Pada umumnya pribadi yang normal memiliki mental yang sehat. Demikian sebaliknya, bagi yang pribadinya abnormal cenderung memiliki mental yang tidak sehat (Yusak Baharuddin, 1999: 13). Orang yang bermental sehat adalah mereka yang memiliki ketenangan batin dan kesegaran jasmani. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis( penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial) orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan baghagia dalam kondisi apapun, ia akan juga selalu intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengandalikan dirinya sendiri. 2.2 Ciri-ciri Kesehatan Mental. Ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan kedalam enam kategori, yaitu: 1. Memiliki sikap batin yang positif terhadap dirinya sendiri. 2. Aktualisasi diri. 3. Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psiskis yang ada. 4. Mampu berotonom terhadap diri sendiri ( mandiri). 5. Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada. 6. Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri. Di samping itu pula, untuk memahami jiwa yang sehat, dapat diketahui dari beberapa ciri seseorang yang memiliki mental yang sehat. Dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1959 memberikan batasan mental yang sehat adalah sebagai berikut : 1. Dapat menyesuaikan diri secara konstuktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk banginya. 2. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya. 3. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima. 4. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas. 8 5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan. 6. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran dikemudian hari. 7. Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif. 8. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar. 2.3 Gangguan Mental. Gangguan mental dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal atau perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat, perilaku tersebut baik yang berupa pikiran, perasaan maupun tindakan. Ada beberapa jenis penyakit mental, dengan beberapa gangguan dalam setiap kategori. Ini bervariasi dari ringan sampai parah dan adalah mungkin bagi gangguan ini dapat me Ada empat jenis penyakit mental: 1. Gangguan organik otak Jenis gangguan ini adalah akibat langsung dari fisik (seluruh tubuh) perubahan dan penyakit yang mempengaruhi otak. Hal ini menyebabkan perubahan untuk beberapa derajat kebingungan dan delusi selain kecemasan dan kemarahan. Beberapa penyakit ini adalah: A. penyakit degeneratif: 1). Huntington: penyakit-penyakit genetik yang terdiri dari gerakan abnormal, demensia, dan masalah psikologis. 2). Multiple Sclerosis: gangguan sistem kekebalan tubuh yang mempengaruhi sistem saraf pusat (otak & saraf tulang belakang). 3). Pikun 4). Parkinson: gangguan saraf yang menyebabkan kelumpuhan. B. Kardiovaskular: gangguan-gangguan Ini berhubungan dengan jantung, stroke, dan gangguan yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi. 9 C. Trauma diinduksi: Ini semua berhubungan dengan cedera otak, perdarahan dan gegar otak. D. Intoksikasi: Obat dan Alkohol terkait, obat dan gejala penarikan alkohol. 2. Mood dan Kecemasan Beberapa gangguan utama dalam kategori ini adalah: depresi, fobia, gangguan Panic. Ini bisa begitu ringan. Beberapa penyebab penyakit ini disebabkan oleh situasi sebelumnya, misalnya: terutama peristiwa traumatis, seperti korban pelecehan seksual dan veteran perang biasanya memiliki kepanikan dan fobia. 3. Gangguan kepribadian Ada 3 kelompok gangguan kepribadian : 1). Odd Perilaku yang tidak biasa - termasuk 1. Kepribadian paranoid: perasaan bahwa setiap orang dan segala sesuatu diketahui mereka namun pada kenyataannya hal ini tidak benar. 2. Skizofrenia Kepribadian – apatis terhadap orang lain dan tidak ada keinginan untuk bersosialisasi. 2). Dramatis, atau perilaku emosional tak menentu Ini termasuk di dalamnya : a. Antisocial: menghindari orang b. Borderline kepribadian-menentu emosi dan berhubungan dengan orang. c. Munafik kepribadian-perhatian pencari-manipulator – Cenderung melebih-lebihkan hubungan-”semua orang mencintai saya”. 3. Cemas takut. Termasuk: a. Avoidant : gangguan kepribadian-takut mengambil risiko, mudah tertipu, hiper-sensitif, menghindari segala sesuatu yang mencakup interaksi sosial. 10 b. Dependent: gangguan kepribadian-karena kelalaian, miskin, telah ditinggalkan dan merasa itu akan terjadi lagi. c. Obsesif-kompulsif : gangguan kecemasan, menarik pikiran dan obsesi tentang hal-hal yang tidak nyata 4. Gangguan psikotik Gangguan psikotik adalah kumpulan penyakit yang sangat mempengaruhi proses otak dan berpikir. Orang-orang ini mengalami kesulitan berpikir rasional dan penilaian mereka terganggu. Hidup kehidupan sehari-hari menjadi sangat sulit. Namun, untuk yang terburuk dari gangguan ini ada perawatan yang tersedia. Gejala yang paling umum penyakit ini biasanya delusi dan halusinasi. Delusi percaya fakta tertentu bahkan setelah fakta-fakta tersebut telah terbukti salah. Halusinasi mirip dengan delusi dalam keyakinan yang salah, namun halusinasi dirasakan dengan indra dan tidak pikiran. ”Mendengar hal” atau “melihat sesuatu” adalah contoh dari halusinasi. Beberapa gejala lain adalah: perilaku aneh (mungkin berbahaya untuk diri sendiri atau orang lain), kurangnya kebersihan pribadi, penurunan minat dalam melakukan hal-hal, pola bicara aneh yang tidak dimengerti, perubahan suasana hati, kesulitan hubungan, lambat atau gerakan-gerakan aneh. Gangguan psikotik yang utama adalah: 1. Skizofrenia: orang-orang ini memiliki gejala yang bertahan lebih lama dari enam bulan, gejala seperti delusi, dan halusinasi adalah gejala biasa dari gangguan ini. 2. Schizophreniform: Orang-orang yang menderita gangguan ini juga memiliki gejala Schizophrenia, tetapi tidak bertahan lebih lama dari enam bulan. 3. Gangguan schizoafektif-orang-orang ini memiliki keduanya skizofrenia dan suasana hati lain atau gangguan afektif seperti gangguan bipolar. 4. Gangguan Delusional: orang-orang ini memiliki delusi bahwa terakhir tidak kurang dari sebulan. Delusi ini dapat pikiran aneh seperti yang diikuti, atau, mirip dengan paranoia, orang lain berpikir yang ganging melawan mereka 5. Penyalahgunaan Obat- gangguan psikotik-psikotik yang disebabkan oleh konsumsi alkohol atau obat-obatan, gejala-gejala ini biasanya bingung dan gagap dalam bicara, delusi, dan halusinasi. 11 2.4 Agama dan Kesehatan Mental. Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Namun untuk menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya sulit dilakukan, hal ini Karena manusia ternyata memiliki unsur batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk kepada Zat yang gaib, ketundukan ini merupakan bagian dari faktor intern manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (Self) ataupun hati nurani (conscience of man). Beberapa temuan dalam bidang kedokteran dijumpai sejumlah kasus yang membuktikan adanya hubungan antara agama dengan kesehatan mental manusia. Orang yang merasa takut langsung akan kehilangan nafsu makan, atau buang air. Atau dalam keadaan kesal dan jengkel, maka perut seseorang akan merasa kembung. Dalam kedokteran dikenal ada beberapa macam pengobatan antara laing dengan menggunakan bahan-bahan kimia, cairan suntik atau dengan meminum obat. Atau bisa juga dengan menggunakan sorot sinar laser, getaran arus listrik, dan lain sebagainya. Selain itu juga dikenal pengobatan tradisional dengan cara pijat, suntik jarum sampai keperdukunan. Ketika saraf tubuh manusia terputus dengan dunia luar , maka mereka akan dapat berhubungan dengan dunia khayal atau dalam arti lain mereka akan berhalusinasi sehingga meraka tidak akan sadarkan diri untuk beberapa waktu. Rasa halusinasi ini terjadi ketika manusia merasa takut karena berdosa atau melakukan sesuatu yang membuat dirinya mengecil dari orang lain, penuhkeraguan ketika memutuskan sesuatu permasalahan, mereka akan terbawa jauh dari kenyataan hidup yang sebenarnya. Dan orang yang seperti ini tidak akan mengalami kemajuan sama sekali baik dari sisi keagamaan maupun dari sisi sosialnya. Jika seseorang berada dalam keadaan normal, seimbang, hormon dan kimiawinya, maka ia akan selalu berada dalam keadaan aman. Perubahan yang terjadi dalam kejiwaan ini disebut dnegan spektrum hidup. Barangkali hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap peyerahan diri seseorang terhadap sesuatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikappasrah yang semacam ini diduga akan memberi sikap positif seperti rasa bahagia, rasa aman, senang, puas, sukses, merasa dicintai. 12 Sikap yang demikian merupakan bagian dari kebutuhan mendasar manusia yang harus dipenuhi sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Maka kondisi yang seperti ini akan membawa manusia dalam keadaan yang tenang dan normal sehingga manusia dapat melaksanakan aktivitas keseharian mereka dengan penuh rasa percaya diri dan merasakan ketenangan dalam diri mereka karena sebagian dari kebutuhan dasar mereka sudah terpenuhi. Ketika kebutuhan dasar mereka belum terpenuhi, maka manusia akan merasa cemas, khawatir, ragu-ragu dan tidak merasakan ketenagan dalam hidupnya sehingga ketika mereka beraktivitas mereka tidak akan maksimal dan hasil yang mereka peroleh pun tidak akan 13 Bab III Penutup 3.1 Kesimpulan Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, maupun menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangankegoncangan yang bias, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang ada semaksimal mungkin (Sururin,2004: 144). Maka dari itu ada beberapa ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan kedalam enam kategori, yaitu: 1. Memiliki sikap batin yang positif terhadap dirinya sendiri. 2. Aktualisasi diri. 3. Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psiskis yang ada. 4. Mampu berotonom terhadap diri sendiri ( mandiri). 5. Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada. 6. Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri. Ada beberapa jenis penyakit mental, dengan beberapa gangguan dalam setiap kategori. Ini bervariasi dari ringan sampai parah dan adalah mungkin bagi gangguan ini dapat me Ada empat jenis penyakit mental: 1. Gangguan organik otak 2. Mood dan Kecemasan 3. Gangguan kepribadian 4. Gangguan psikotik Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yang 14 disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Namun untuk menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya sulit dilakukan, hal ini Karena manusia ternyata memiliki unsur batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk kepada Zat yang gaib, ketundukan ini merupakan bagian dari faktor intern manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (Self) ataupun hati nurani (conscience of man). 3.2 Saran Dari kesimpulan di atas kami menyarankan kepada semua pihak bahwa kesehatan mental sesorang sangat penting untuk diperhatikan karena ciri-ciri dan ngangguan mental pada seseorang dapat diamati dari tingkah laku maupun sikap yang ditunjukkan seseorang tersebut. 15 Daftar Pustaka http://luluasegaf.wordpress.com/2010/12/19/kesehatan-mental-dan-implikasinya-dalampembelajaran/ http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2010/12/pengertian-kesehatan-mental-dankonsep.html http://www.dikutip.com/2010/10/definisi-kesehatan-mental.html http://krewengcool.blogspot.com/2011/07/agama-dan-kesehatan-mental-psikologi.html http://aris-anakpintar.blogspot.com/2011/06/agama-dan-kesehatan-mental.html http://radensomad.com/hubungan-agama-dan-kesehatan.html 16