5259

advertisement
ARTIKEL
LAPORAN KASUS
PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN PADA Sdr. H
DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID DI RSJ PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG
Oleh :
ARIANA NOVIA
0131691
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
0
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
Karya Tulis Ilmah,
Ariana Novia*, Ana Puji Astuti**, M. Musta’in***
Pengelolaan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan Pada Sdr. H Di RSJ Dr. Soerojo
Magelang
ABSTRAK
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, klien sendiri merasakan sensai palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Halusinasi juga tampak
sebagai sesuatu yang bersifat “khayal”. Tujuan penulis ini untuk melaporkan atau
menggambarkan laporan pada Sdr. H di wisma Basukarna di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
dengan pengelolaan pasien gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
Metode yang digunakan dengan pendekatan metodologi keperawatan adalah
memberikan pengelolaan keperawatan pada kasus selama 2 hari yang berupa tindakan
keperawatan pada klien untuk mengatasi masalah yang di alami klien gangguan persepsi sensori:
halusinasi.Tehnik yang digunakan untuk pengumpulan data ini yaitu observasi, wawancara, dan
demonstrasi.
Hasil pengelolaan didapatkan pada klien mampu melakukan cara mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap, klien dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan harian. Tindakan yang diberikan pada klien tidak
menyebabkan masalah lain akibat gangguan persepsi sensori: halusinasi yang sama.
Saran bagi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang diharapkan dapat mengadakan
workshop/seminar tentang keperawatan jiwa, memberikan reward kepada perawat yang peduli
dengan pasien, mampu meningkatkan kinerja sebagai perawat di rumah sakit jiwa.
Kata kunci
Kepustakaan
: gangguan persepsi sensori : halusinasi, bercakap-cakap, melakukan kegiatan
harian
: 13 (2007-2015)
PENDAHULUAN
Skizofrenia
sebagai
penyakit
neurologis yang mempengaruhi persepsi
klien, cara berpikir, bahasa emosi, dan
perilaku sosialnya (Neurological disease that
affects a person’s perception, thinking,
language, emotion, and social nehavior)
(Yosep, 2007).
Menurut Faisal (2008) dalam Prabowo
(2014),
penyakit
Skizofrenia
atau
schizophrenia artinya kepribadian yang
terpecah, antar pikiran, perasaan dan
perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan
tidak
sesuai
dengan
pikiran
dan
perasaannya. Secara spesifik skizofrenia
adalah orang yang mengalami gangguan
emosi, pikiran dan perilaku.
Skizofrenia menyerang secara tibatiba. Perubahan perilaku yang sangat
dramatis terjadi dalam beberapa hari atau
minggu. Serangan yang mendadak selalu
memicu terjadinya periode akut secara
cepat. Beberapa penderita mengalami
gangguan seumur hidup, tapi banyak juga
yang bisa kembali hidup secara normal
dalam periode akut tersebut. Kebanyakan
didapati
bahwa
mereka
dikucilkan,
menderita depresi yang hebat dan tidak
dapatberfungsi sebagaimana layaknya orang
normal dalam lingkungannya. Dalam
beberapa kasus serangan dapat meningkat
menjadi skizofrenia kronis. Klien menjadi
buas, kehilangan karakter sebagai manusia
dalam kehidupan sosial, tidak memiliki
motivasi sama sekali, depresi, tidak memiliki
kepekaan tentang perasaannya sendiri dan
mengalami gangguan persepsi (Yosep, 2007).
Salah satu gejala dari skizofrenia
adalah
gangguan
persepsi
sensori:halusinasi.Persepsi sendiri adalah
1
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
proses diterimanya rangsangan sampai
13% dari penyakitnya secara keseluruhan
rangsangan tersebut disadari dan dimengerti
dan kemungkinan akan berkembang menjadi
penginderaan/sensasi. Gangguan persepsi
25% di tahun 2030. Gangguan jiwa
sensori:halusinasi merupakan gangguan atau
ditemukan di semua negara, pada
perubahan
persepsi
dimana
pasien
perempuan dan laki-laki, pada semua tahap
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
kehidupan, orang miskin atau kaya baik
tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
pedesaaan maupun perkotaan mulai dari
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
yang ringan sampai yang berat.
penghayatan yang dialami suatu persepsi
Menurut hasil survey WHO 2013,
melalui panca indra tanpa stimulus eksteren:
secara global saat ini di dunia dijumpai 450
persepsi palsu (Prabowo, 2014).
orang dengan gangguan jiwa yang terdiri
Halusinasi adalah dapat didefinisikan
dari:150 juta depresi, 90 juta gangguan
sebagai terganggunya persepsi sensori
penggunaan zat dan alkohol, 38 juta 2
seseorang dimana tidak terdapat stimulus.
epilepsi, 25 juta skizofrenia, serta hampir 1
Tipe halusinasi yang paling sering adalah
juta melakukan bunuh diri setiap tahun.
halusinasi
pendengaran,
penglihatan,
Di Indonesia prevalensi gangguan
penciuman, pengecapan. Pasien merasakan
mental emosional yang ditujukan dengan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien
gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah
merasa tidak ada suara padahal tidak ada
sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau
stimulus suara. Melihat bayangan orang atau
sekitar 14 juta orang. Sedangkan Prevalensi
sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada
gangguan jiwa berat, seperti schizofrenia
bayangan tersebut. Membaui bau – bauan
adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar
tertentu padahal orang lain tidak merasakan
400.000 orang (Riskesdas, 2013)
sensasi serupa. Merasakan mengecap
Berdasarkan data dari Riset kesehatan
sesuatu padahal tidak sedang makan
dasar/Riskesdas (2013) dan dikombinasikan
apapun. Merasakan sensasi rabaan padahal
dengan
data
Pusat
data
dan
tidak ada apapun dalam permukaan kulit (
informasi/pusdatin kemenkes dengan waktu
Yosep & Sutini, 2014)
yang di sesuaikan, prevalensi gangguan jiwa
Menurut hasil dari World Health
di jawa tengah sebanyak 0,23 % untuk usia
Organization/WHO klien dengan skizofrenia
15 tahun ke atas dari jumlah penduduk
mengalami halusinasi. Hasilnya sebagai
24.089.433 orang berarti sekitar 55.406
berikut : Menurut WHO, 2009 kesehatan
orang di provinsi jawa tengah mengalami
jiwa di perkirakan sebanyak 450 juta orang di
gangguan jiwa berat, dan lebih dari 1 juta
seluruh dunia mengalami gangguan mental,
orang di Jawa Tengah mengalami gangguan
terdapat sekitar 10% orang dewasa
mental emosional.
mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25%
Berdasarkan data instalasirekammedis
penduduk di perkirakan akan mengalami
di RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelangtahun 2013
gangguan jiwa pada usia tertentu selama
angkagangguanjiwalebihmeningkatdaritahun
hidupnya. Gangguan jiwa yang mencapai
2015.
Tabel 1.1 Data JumlahPasienSkizofrenia di RumahSakitJiwa Prof. Dr. SoerojoMagelangTahun 20132015
No.
Tahun
1. 2013
2. 2014
3. 2015
Jumlah
PasienJiwaBerdasarkanJenisKelamin
Laki-laki
Perempuan
2539
1471
837
348
1036
638
4412
2457
Jumlah
4010
1185
1674
6869
Sumber: RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
2
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
METODE PENGELOLAAN
Metode yang digunakan dengan cara
wawancara untuk mendapatkan informasi
serta data yang selengkap-lengkapnya
mengenai klien baik secara subyektif
maupun obyektif. Dalam pengkajian hal yang
dapat dilakukan yaitu : melakukan
pengkajian persepsi. Persepsi yang dikaji
adalah persepsi pendengaran, penglihatan,
penciuman, pengecapan, perabaan dan
sinestetik.
saat halusinasi itu muncul maka pasien
dapat mengalihkan dengan mengobrol
dengan teman-temannya dan dapat
mengalihkan
halusinasinya
dengan
melakukan kegiatan yang sudah ada.
Implementasi keperawatan yang
dilakukan pada Sdr. H dengan Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di
ruang Basukarna RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang,
berdasarkan
serangkaian
perencanaan, maka dilakukan implementasi
keperawatan yang mengacu pada tujuan
yang pertama yaitu membina hubungan
saling percaya dilakukan dengan menyapa
pasien, mengajak pasien berjabat tangan,
kemudian
memperkenalkan
diri,
menanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai, menjelaskan tujuan
pertemuan. Bina hubungan saling percaya
manfaatnya yaitu supaya pasien dapat
menceritakan atau terbuka apa yang
dirasakan saat ini.
Tindakan
selanjutnya
adalah
mengenalkan jenis halusinasi yang muncul
pada Sdr. H kemudian mengajarkan caracara mengontrol halusinasi. Pada hari
pertama tindakan yang dilkaukan adalah
mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap. Ini bertujuan
supaya saat halusinasi tersebut muncul
dapat dialihkan dengan cara bercakap-cakap
atau mengobrol dengan orang yang ada di
sekitar. Penulis memberikan contoh untuk
mengontrol halusinasi bercakap-cakap dan
penulis meminta kepada pasien untuk
mempraktekkan
cara
bercakap-cakap.
Penulis
juga
mengajarkan
untuk
memasukkan ke dalam jadwal buku kegiatan
harian. Untuk tindakan hari yang kedua
adalah melatih pasien untuk mengontrol
halusinasi dengan melatih kegiatan harian.
Tujuan dari tindakan tersebut adalah supaya
pasien dapat mengalihkan halusinasi saat
muncul.
Evaluasi pada hari Senin, 11 April 2016
pasien mengatakan halusinasinya hilang
untuk sementara ini, biasanya pasien
mendengar suara/bisikan. Pasien dapat
mengatasinya dengan bercakap-cakap. Saat
diajarkan pasien mengikuti arahan dari
perawat dan pasien kooperatif.
HASIL PENGELOLAAN
Hasil
pengelolaan
didapatkan
gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran adalah halusinasi tidak muncul
kembali, setelah diberikan cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dan
melatih kegiatan harian.
PEMBAHASAN
Pasien mendengar suara-suara seperti
menyuruh pasien untuk pergi dari rumah,
pasien mendengar suara tersebut 2-3 kali
dalam setiap hari. Pasien mengalami
halusinasi pada fase conquering yaitu pasien
merasa ketakutan saat halusinasi itu datang.
Pasien pada fase ini harus ditangani segera
karena pada fase ini pasien dapat
menyebabkan pasien akan mencederai diri
sendiri, mengamuk atau memarahi orang
lain.
Intervensi yang disusun pada klien
dengan
gangguan
persepsi
sensori:
halusinasi pendengaran adalah membina
hubungan
saling
percaya
dengan
menggunakan komunikasi terpeutik dengan
cara menyapa nama pasien dengan ramah,
memperkenalkan
nama
perawat,
menanyakan
nama
lengkap
pasien,
menjeladkan tujuan pertemuan. Manfaat
dari membina hubungan saling percaya
supaya pasien dapat menceritakan apa yang
dirasakan dan pasien bisa percaya pada
perawat. Intervensi selanjutnya yaitu
mengkaji isi dari halusinasi yang dirasakan,
mengkaji jenis, frekuensi dan respon saat
halusinasi itu muncul. Intervensi yang ketiga
adalah melatih cara mengontrol halusinasi
dengan mengajarkan strategi pelaksanaan
yaitu dengan melatih bercakap-cakap dan
melatih kegiatan harian tujuannya supaya
3
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Evaluasi pada hari Selasa 12 April 216
Pasien mengatakan sudah bisa mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dan
bisa melakukan dengan mengontrol
halusinasi melakukan kegiatan harian. Pasien
juga bisa membaca koran dan pasien juga
terlihat menulis di buku catatan kegiatan
harian.
Faktor pendukung dalam pemberian
asuhan keperawatan ini yaitu pasien
kooperatif, pasien mau bercerita apa yang
dialami saat ini dan penulis bisa untuk
menjalin hubungan saling percaya dengan
pasiennya untuk memudahkan dalam
melakukan
pengkajian
untuk
lebih
mengetahui apa yang saat ini dialami oleh
pasiennya.
Hambatan-hambatan
yang
muncul ketika melakukan pengkajian yaitu
pasien kurang konsentrasi saat wawancara,
saat dilakukan pengkajian untuk membina
hubungan saling percaya dengan pasien juga
waktunya sangat sedikit.
Saran bagi RSJ. Prof. Dr. Soerojo
Magelang diharapkan dapat mengadakan
seminar tentang keperawatan jiwa dan
mampu meningkatkan kinerja sebagai
perawat dirumah sakit jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi
Asuhan
Keperawatan
Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Riskesdas 2015. Kesehatan Jiwa Menurut
Riskesdas 2013. April 28 16.40
http:eprints.ums.ac.id/34303/7/BAB
%201.pdf.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan
Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
CV ANDI OFFSET.
Dinkes Kota Jateng. (2012). BAB I
Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Jiwa Pada Ny.W Dengan Perilaku
Kekerasan di Ruang Srikandi Rumah
Sakit
Jiwa
Surakarta.
file://
D:/KTI%20Ulfa%202016/04.%20BAB
%20I.pdf.
Yosep, I., & Sutini, T. (2014). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Yosep, Iyus. (2007). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa Bandung: PT. Refika Aditama.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pasien sudah mampu melakukan cara
mengontrol
halusinasi
dengan
cara
bercakap-cakap dan melatih mengontrol
halusinasi dengan melatih kegiatan harian.
4
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Download