ARTIKEL LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN PADA Sdr. H DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID DI RSJ PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG Oleh : ARIANA NOVIA 0131691 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 0 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran Karya Tulis Ilmah, Ariana Novia*, Ana Puji Astuti**, M. Musta’in*** Pengelolaan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan Pada Sdr. H Di RSJ Dr. Soerojo Magelang ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, klien sendiri merasakan sensai palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Halusinasi juga tampak sebagai sesuatu yang bersifat “khayal”. Tujuan penulis ini untuk melaporkan atau menggambarkan laporan pada Sdr. H di wisma Basukarna di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dengan pengelolaan pasien gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran. Metode yang digunakan dengan pendekatan metodologi keperawatan adalah memberikan pengelolaan keperawatan pada kasus selama 2 hari yang berupa tindakan keperawatan pada klien untuk mengatasi masalah yang di alami klien gangguan persepsi sensori: halusinasi.Tehnik yang digunakan untuk pengumpulan data ini yaitu observasi, wawancara, dan demonstrasi. Hasil pengelolaan didapatkan pada klien mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap, klien dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian. Tindakan yang diberikan pada klien tidak menyebabkan masalah lain akibat gangguan persepsi sensori: halusinasi yang sama. Saran bagi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang diharapkan dapat mengadakan workshop/seminar tentang keperawatan jiwa, memberikan reward kepada perawat yang peduli dengan pasien, mampu meningkatkan kinerja sebagai perawat di rumah sakit jiwa. Kata kunci Kepustakaan : gangguan persepsi sensori : halusinasi, bercakap-cakap, melakukan kegiatan harian : 13 (2007-2015) PENDAHULUAN Skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa emosi, dan perilaku sosialnya (Neurological disease that affects a person’s perception, thinking, language, emotion, and social nehavior) (Yosep, 2007). Menurut Faisal (2008) dalam Prabowo (2014), penyakit Skizofrenia atau schizophrenia artinya kepribadian yang terpecah, antar pikiran, perasaan dan perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan perasaannya. Secara spesifik skizofrenia adalah orang yang mengalami gangguan emosi, pikiran dan perilaku. Skizofrenia menyerang secara tibatiba. Perubahan perilaku yang sangat dramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Serangan yang mendadak selalu memicu terjadinya periode akut secara cepat. Beberapa penderita mengalami gangguan seumur hidup, tapi banyak juga yang bisa kembali hidup secara normal dalam periode akut tersebut. Kebanyakan didapati bahwa mereka dikucilkan, menderita depresi yang hebat dan tidak dapatberfungsi sebagaimana layaknya orang normal dalam lingkungannya. Dalam beberapa kasus serangan dapat meningkat menjadi skizofrenia kronis. Klien menjadi buas, kehilangan karakter sebagai manusia dalam kehidupan sosial, tidak memiliki motivasi sama sekali, depresi, tidak memiliki kepekaan tentang perasaannya sendiri dan mengalami gangguan persepsi (Yosep, 2007). Salah satu gejala dari skizofrenia adalah gangguan persepsi sensori:halusinasi.Persepsi sendiri adalah 1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo proses diterimanya rangsangan sampai 13% dari penyakitnya secara keseluruhan rangsangan tersebut disadari dan dimengerti dan kemungkinan akan berkembang menjadi penginderaan/sensasi. Gangguan persepsi 25% di tahun 2030. Gangguan jiwa sensori:halusinasi merupakan gangguan atau ditemukan di semua negara, pada perubahan persepsi dimana pasien perempuan dan laki-laki, pada semua tahap mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya kehidupan, orang miskin atau kaya baik tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra pedesaaan maupun perkotaan mulai dari tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu yang ringan sampai yang berat. penghayatan yang dialami suatu persepsi Menurut hasil survey WHO 2013, melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: secara global saat ini di dunia dijumpai 450 persepsi palsu (Prabowo, 2014). orang dengan gangguan jiwa yang terdiri Halusinasi adalah dapat didefinisikan dari:150 juta depresi, 90 juta gangguan sebagai terganggunya persepsi sensori penggunaan zat dan alkohol, 38 juta 2 seseorang dimana tidak terdapat stimulus. epilepsi, 25 juta skizofrenia, serta hampir 1 Tipe halusinasi yang paling sering adalah juta melakukan bunuh diri setiap tahun. halusinasi pendengaran, penglihatan, Di Indonesia prevalensi gangguan penciuman, pengecapan. Pasien merasakan mental emosional yang ditujukan dengan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah merasa tidak ada suara padahal tidak ada sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau stimulus suara. Melihat bayangan orang atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan Prevalensi sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada gangguan jiwa berat, seperti schizofrenia bayangan tersebut. Membaui bau – bauan adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar tertentu padahal orang lain tidak merasakan 400.000 orang (Riskesdas, 2013) sensasi serupa. Merasakan mengecap Berdasarkan data dari Riset kesehatan sesuatu padahal tidak sedang makan dasar/Riskesdas (2013) dan dikombinasikan apapun. Merasakan sensasi rabaan padahal dengan data Pusat data dan tidak ada apapun dalam permukaan kulit ( informasi/pusdatin kemenkes dengan waktu Yosep & Sutini, 2014) yang di sesuaikan, prevalensi gangguan jiwa Menurut hasil dari World Health di jawa tengah sebanyak 0,23 % untuk usia Organization/WHO klien dengan skizofrenia 15 tahun ke atas dari jumlah penduduk mengalami halusinasi. Hasilnya sebagai 24.089.433 orang berarti sekitar 55.406 berikut : Menurut WHO, 2009 kesehatan orang di provinsi jawa tengah mengalami jiwa di perkirakan sebanyak 450 juta orang di gangguan jiwa berat, dan lebih dari 1 juta seluruh dunia mengalami gangguan mental, orang di Jawa Tengah mengalami gangguan terdapat sekitar 10% orang dewasa mental emosional. mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% Berdasarkan data instalasirekammedis penduduk di perkirakan akan mengalami di RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelangtahun 2013 gangguan jiwa pada usia tertentu selama angkagangguanjiwalebihmeningkatdaritahun hidupnya. Gangguan jiwa yang mencapai 2015. Tabel 1.1 Data JumlahPasienSkizofrenia di RumahSakitJiwa Prof. Dr. SoerojoMagelangTahun 20132015 No. Tahun 1. 2013 2. 2014 3. 2015 Jumlah PasienJiwaBerdasarkanJenisKelamin Laki-laki Perempuan 2539 1471 837 348 1036 638 4412 2457 Jumlah 4010 1185 1674 6869 Sumber: RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang 2 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo METODE PENGELOLAAN Metode yang digunakan dengan cara wawancara untuk mendapatkan informasi serta data yang selengkap-lengkapnya mengenai klien baik secara subyektif maupun obyektif. Dalam pengkajian hal yang dapat dilakukan yaitu : melakukan pengkajian persepsi. Persepsi yang dikaji adalah persepsi pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, perabaan dan sinestetik. saat halusinasi itu muncul maka pasien dapat mengalihkan dengan mengobrol dengan teman-temannya dan dapat mengalihkan halusinasinya dengan melakukan kegiatan yang sudah ada. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Sdr. H dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di ruang Basukarna RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, berdasarkan serangkaian perencanaan, maka dilakukan implementasi keperawatan yang mengacu pada tujuan yang pertama yaitu membina hubungan saling percaya dilakukan dengan menyapa pasien, mengajak pasien berjabat tangan, kemudian memperkenalkan diri, menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai, menjelaskan tujuan pertemuan. Bina hubungan saling percaya manfaatnya yaitu supaya pasien dapat menceritakan atau terbuka apa yang dirasakan saat ini. Tindakan selanjutnya adalah mengenalkan jenis halusinasi yang muncul pada Sdr. H kemudian mengajarkan caracara mengontrol halusinasi. Pada hari pertama tindakan yang dilkaukan adalah mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap. Ini bertujuan supaya saat halusinasi tersebut muncul dapat dialihkan dengan cara bercakap-cakap atau mengobrol dengan orang yang ada di sekitar. Penulis memberikan contoh untuk mengontrol halusinasi bercakap-cakap dan penulis meminta kepada pasien untuk mempraktekkan cara bercakap-cakap. Penulis juga mengajarkan untuk memasukkan ke dalam jadwal buku kegiatan harian. Untuk tindakan hari yang kedua adalah melatih pasien untuk mengontrol halusinasi dengan melatih kegiatan harian. Tujuan dari tindakan tersebut adalah supaya pasien dapat mengalihkan halusinasi saat muncul. Evaluasi pada hari Senin, 11 April 2016 pasien mengatakan halusinasinya hilang untuk sementara ini, biasanya pasien mendengar suara/bisikan. Pasien dapat mengatasinya dengan bercakap-cakap. Saat diajarkan pasien mengikuti arahan dari perawat dan pasien kooperatif. HASIL PENGELOLAAN Hasil pengelolaan didapatkan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran adalah halusinasi tidak muncul kembali, setelah diberikan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dan melatih kegiatan harian. PEMBAHASAN Pasien mendengar suara-suara seperti menyuruh pasien untuk pergi dari rumah, pasien mendengar suara tersebut 2-3 kali dalam setiap hari. Pasien mengalami halusinasi pada fase conquering yaitu pasien merasa ketakutan saat halusinasi itu datang. Pasien pada fase ini harus ditangani segera karena pada fase ini pasien dapat menyebabkan pasien akan mencederai diri sendiri, mengamuk atau memarahi orang lain. Intervensi yang disusun pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran adalah membina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terpeutik dengan cara menyapa nama pasien dengan ramah, memperkenalkan nama perawat, menanyakan nama lengkap pasien, menjeladkan tujuan pertemuan. Manfaat dari membina hubungan saling percaya supaya pasien dapat menceritakan apa yang dirasakan dan pasien bisa percaya pada perawat. Intervensi selanjutnya yaitu mengkaji isi dari halusinasi yang dirasakan, mengkaji jenis, frekuensi dan respon saat halusinasi itu muncul. Intervensi yang ketiga adalah melatih cara mengontrol halusinasi dengan mengajarkan strategi pelaksanaan yaitu dengan melatih bercakap-cakap dan melatih kegiatan harian tujuannya supaya 3 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Evaluasi pada hari Selasa 12 April 216 Pasien mengatakan sudah bisa mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dan bisa melakukan dengan mengontrol halusinasi melakukan kegiatan harian. Pasien juga bisa membaca koran dan pasien juga terlihat menulis di buku catatan kegiatan harian. Faktor pendukung dalam pemberian asuhan keperawatan ini yaitu pasien kooperatif, pasien mau bercerita apa yang dialami saat ini dan penulis bisa untuk menjalin hubungan saling percaya dengan pasiennya untuk memudahkan dalam melakukan pengkajian untuk lebih mengetahui apa yang saat ini dialami oleh pasiennya. Hambatan-hambatan yang muncul ketika melakukan pengkajian yaitu pasien kurang konsentrasi saat wawancara, saat dilakukan pengkajian untuk membina hubungan saling percaya dengan pasien juga waktunya sangat sedikit. Saran bagi RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang diharapkan dapat mengadakan seminar tentang keperawatan jiwa dan mampu meningkatkan kinerja sebagai perawat dirumah sakit jiwa. DAFTAR PUSTAKA Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Riskesdas 2015. Kesehatan Jiwa Menurut Riskesdas 2013. April 28 16.40 http:eprints.ums.ac.id/34303/7/BAB %201.pdf. Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET. Dinkes Kota Jateng. (2012). BAB I Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny.W Dengan Perilaku Kekerasan di Ruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa Surakarta. file:// D:/KTI%20Ulfa%202016/04.%20BAB %20I.pdf. Yosep, I., & Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama. Yosep, Iyus. (2007). Buku Ajar Keperawatan Jiwa Bandung: PT. Refika Aditama. KESIMPULAN DAN SARAN Pasien sudah mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dan melatih mengontrol halusinasi dengan melatih kegiatan harian. 4 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo