Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran Karya Tulis Ilmah, April 2016 Adin Setya Kemala*, Ana Puji Astuti**, M. Mustain*** Pengelolaan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Pada Ny.T di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soerojo Magelang ABSTRAK Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persesi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Tujuan penulis ini memberikan pengeloaan dan belajar mengembangkan peran dirii sebagai perawat dalam melaksanakan asuhan secara nyata dan komprehensif dan dapat melaporkan pengelolalan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gangguan persepsi halusinasi pendengaran di ruang W 4 Wisma Subadra di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan metodologi keperawatan salath satunya dengan memberikan pengelolaan kasus selama 2 hari pada pasien dalam mengatasi masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi, teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, demonstrasi. Hasil pengelolaan didapatkan klien mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap, klien dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi dengan menyibukkan diri dengan kegiatan. Tindakan yang diberikan kepada klien tidak menyebabkan masalah lain akibat gangguan persepsi sensori : halusinasi yang dialami. Saran untuk rumah sakit diharapkan dapat mengadakan workshop/seminar tentang keperawatan jiwa, memberikan reward kepada perawat yang peduli dengan pasien, mampu meningkatkan kinerja sebagai perawat di rumah sakit jiwa. Kata kunci : Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran, bercakap-cakap, menyibukkan diri dengan kegiatan. 1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo PENDAHULUAN Gangguan mental menurut sindrom PPDG III adalah pola perilaku seseorang yang biasanya berkhaitan dengan gejala penderitaan (distress) atau gangguan (kerusakan) pada satu atau lebih penting fungsi manusia, yang merupakan fungsi dari psikologis, perilaku, biologi, dan gangguan tidak hanya terletak pada hubungan antara manusia, tetapi juga masyarakat. (Joseph, 2015) Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Menurut Andreasen (2008) di Broken Brain, Revolusi biologi dalam psikiatri, bahwa bukti terkini tentang serangan skizofrenia merupakan suatu hal yang melibatkan perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan faktor genetik. Halusinasi yang dapat didefinisikan sebagai gangguan persepsi sensorik dari orang di mana tidak ada stimulus. Jenis halusinasi adalah halusinasi yang paling umum dari pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa. Pasien merasakan stimulus yang tidak ada. pasien merasa tidak ada suara saat ada suara stimulus. Melihat bayangan atau sesuatu yang menakutkan bila tidak ada bayangan tersebut. Mencium bau tertentu sementara yang lain tidak merasakan sensasi yang sama. Merasakan mencicipi sesuatu ketika tidak makan apa-apa. sensasi sentuhan ketika tidak ada di permukaan kulit (Joseph & Sutini 2014) Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi identik dengan skizofrenia. Di antara semua klien dengan pengalaman skizofrenia halusinasi. gangguan mental lainnya sering disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan depresi manik dan delirium. Halusinasi adalah gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang tidak terjadi. Sebuah persepsi indera tanpa rangsangan dari luar. Apresiasi mengalami persepsi tersebut melalui indra tanpa stimulus eksternal; persepsi yang salah. Tidak seperti ilusi di mana klien mengalami persepsi yang salah dari stimulus, yang salah persepsi halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. stimulus internal dianggap sebagai klien yang nyata ada. (Maramis, 1998, di Muhith 2015) Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien merasakan sesuatu yang tidak terjadi. Sebuah aplikasi dari indera tanpa rangsangan dari luar. Apresiasi yang dialami oleh persepsi melalui indera tanpa eksteren stimulus: persepsi palsu (Maramis 2005 di Prabowo, 2014). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia untuk membedakan stimulus internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberikan persesi atau pendapat tentang objek atau lingkungan tanpa stimulus yang nyata. Misalnya, klien mendengar suara-suara mengatakan ketika tidak ada yang berbicara (Kusumawati dan Hartono, 2010). Menurut (Stuart dan Laraia (2005) di Dermawan dan Rusdi (2013) halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam kisaran neurobiologi. Menurut WHO/World Health Organization (2009), kesehatan jiwa diperkirakan sebanyak 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa ditemukan diseluruh negara mulai dari yang ringan sampai yang berat. Menurut hasil survey kesehatan dunia 2013, saat ini di dunia dijumpai 450 orang dengan gangguan jiwa yang terdiri dari 150 juta depresi, 90 juta gangguan zat alkohol, 38 juta epilepsi, 25 juta skizofrenia, serta hampir 1 juta melakukan bunuh diri setiap tahun. Berdasarkan data dari Riskesdas/riset kesehatan daerah (2013), dan dikombinasikan dengan data Pusdatin Kemenkes/pusat data dan informasi kementerian kesehatan dengan waktu yang disesuaikan, prevalensi gangguan jiwa di Jawa Tengah sebanyak 0,23% untuk usia 15 tahun keatas dari jumlah penduduk 24.089.433 orang berarti sekitar 55.406 orang di provinsi Jawa Tengah mengalami gangguan jiwa berat dan lebih dari 1 juta 2 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo orang di Jawa Tengah mengalami gangguan mental emosional. Menurut data Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Semarang tahun 2014 sebanyak 589 orang menderita gangguan kejiwaan. Bahkan sebagian besar penderita gangguan jiwa adalah anak-anak sebanyak 111 orang. Melihat kondisi tersebut perlu memaksimalkan penanganan terhadap penderita gangguan jiwa. Oleh karena itu diperlukan sinergi instansi terkait, sehingga penanganan penderita gangguan jiwa dapat tertangani maksimal. Paling banyak persebaran penderita gangguan jiwa di Desa Rembes, Kecamatan Bringin dengan jumlah penderita sebanyak 17 orang. Dan data rekam medis Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang pada tahun 2014, F 20.3 atau undifferenitiated schizophrenia jumlahnya ada 1221 kasus, yang terdiri dari 837 klien pria dan 348 klien wanita. subyektif: klien mengatakan mendengar sosok yang menyuruhnya membayar seluruh biaya rumah sakit. Klien mengatakan mendengar seseorang yang akan membunuhnya. Klien mengatakan mendengar suara tersebut dapat terjadi dimana saja jika tempat itu sepi dan sendiri. Data objektif : klien tampak tegang, berbicara terbata-bata, dan proses pikir sirkumtansial. Proses pikir sirkumtansial adalah pembicaraan yang berbelit namun sampai pada tujuan pembicaraan. Dari hasil pengkajian yang didapatkan, penulis mengangkat masalah keperawatan “Gangguan Persepsi Sensori : Pendengaran” sebagai diagnosa utama. Halusinasi adalah penyerapan melalui panca indra tanpa adanya rangsang dari luar yang menimbulkan sensasi tidak nyata atau palsu bagi seseorang saat kesadaran individu penuh maupun tidak. Bentuk halusinasi dapat berupa suara maupun kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang kurang sempurna (Dermawan dan Rusdi, 2013; Kusumawati, 2010; Damaiyanti dan Iskandar, 2012). Rencana keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi masalah yang dialami Ny. T yaitu dengan melakukan SP 3 cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dan menyibukkan diri dengan kegiatan. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dilakukan langsung SP 3 karena klien sebelumnya sudah diajari cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan minum obat oleh perawat sebelumnya yang merawat klien. Pertama membina hubungan saling percaya dengan cara berjabat tangan dan memperkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan intervensi, menanyakan nama klien, menunjukkan METODE PENGELOLAAN Metode yang digunakan dengan cara wawancara untuk mendapatkan informasi serta data yang selengkaplengkapnya mengenai klien baik secara subyektif maupun obyektif. Dalam pengkajian hal yang dapat dilakukan yaitu : melakukan pengkajian persepsi. Persepsi yang dikaji adalah persepsi penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, peraba, kinestetik. Hasil Hasil pengelolaan didapatkan gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan dan pendengaran adalah halusinasi tidak muncul kembali setelah diberikan cara mengoroll halusinasi dengan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan. Diskusi Ny.T mengalami gangguan persepsi sensori :pendengaran sehingga penulis melakukan pengkajian persepsi. Hasil yang didapatkan ada 2 data yaitu : data 3 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo DAFTAR PUSTAKA Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama. empati, jujur, dan menepati janji setiap kali berinteraksi, menanyakan masalah yang sedang dihadapi klien, mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien. Pada pertemuan pertama penulis mengevaluasi terlebih dahulu cara menghardik, setelah itu penulis mengajari dengan cara obat, pada SP 2 ini penulis memberitahukan 6 benar obat ( jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat). menjelaskan efek samping yang biasanya timbul tanpa membuat klien merasa takut untuk minum obat. Obat yang didapatkan oleh klien yaitu risperidone dan trihexilpendyl. Pada pertemuan kedua penulis mengevaluasi klien dengan memberikan pertanyaan seputar SP 2 (obat), hubungan saling percaya juga tetap dilakukan . Setelah mengevaluasi klien, penulis mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap. Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET. Riskesdas 2015. Kesehatan Jiwa Menurut Riskesdas 2013. April 28 16.40 http:eprints.ums.ac.id/34303/7/BA B%201.pdf. Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Yosep, I., & Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama. Yosep, Iyus. (2007). Buku Ajar Keperawatan Jiwa Bandung: PT. Refika Aditama. Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Bandung: PT. Refika Aditama. KESIMPULAN Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari didapatkan hasil pada klien yaitu klien mau diajarkan tehnik bercakap-cakap. Klien mampu bercakap-cakap dengan teman klien secara santai tanpa ada hambatan dalam pembicaraan. Serta klien berusaha melakukan bercakap cakap bila halusinasi muncul. Dan klien mampu melakukan kegiatan jika halusinasinya muncul seperti menyapu, menonton tv atau membaca koran. Klien mengatakan klien sudah tidak mendengar suara-suara tersebut. Klien mengatakan mampu melakukan teknik menghardik, teknik obat, teknik bercakap-cakap dan aktivitas. klien antusias dengan pengobatannya dan mampu diarahkan untuk meminum obat yg diberikan oleh tim medis. Serta mau diarahkan mengisi jadwal kegiatan harian. Yusuf, AH;Rizky, F; Nihayati H.E. (2015) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medica 4 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo