MANUSCRIPT PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN PADA Sdr. S DENGAN SKIZOFRENIA TAK TERINCI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG OLEH : ULFAYATUN CHASANAH 0131769 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 Pengelolaan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. S Dengan Skizofrenia Tak Terinci di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soerojo Magelang Ulfayatun Chasanah*, Ana Puji Astuti**, Mukhamad Mustain*** Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran [email protected] ABSTRAK Banyak sekali yang menderita gangguan jiwa di Indonesia, kasus gangguaan jiwa terbanyak yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi, maka dari itu penulis mengangkat kasus kelolaan pada klien gangguan persepsi sensori halusinasi sebagai masalah yang relevan untuk dilaporkan. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Penulis bertujuan untuk melaporkan pengelolaan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran pada Sdr. S di Wisma Arjuna di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan metodologi keperawatan yang meliputi pengkajian, penentuan diagnosa, pemrioritasan diagnosa, intervensi, dan evaluasi, pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, pengkajian. Hasil pengelolaan didapatkan klien mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, klien dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap . Tindakan yang diberikan kepada klien tidak menyebabkan masalah lain akibat gangguan persepsi sensori: halusinasi yang dialami. Saran bagi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang diharapkan dapat mengadakan workshop/seminar tentang keperawatan jiwa, memberikan reward kepada perawat yang peduli dengan pasien, mampu meningkatkan kinerja sebagai perawat di rumah sakit jiwa. Kata kunci : gangguan persepsi sensori: halusinasi LATAR BELAKANG Penyakit skizofrenia atau schizophrenia artinya kepribadian yang terpecah, antara pikiran, perasaan dan perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan perasaannya (Faisal, 2008 dalam Prabowo, 2014). Seseorang dengan skizofrenia mempunyai gejala utama penurunan persepsi sensori: halusinasi. Jenis halusinasi yang umum terjadi adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan. Klien dengan skizofrenia sering merasa stimulus yang sebenarnya tidak ada (Damaiyanti, 2012). Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi identik dengan skizofrenia. Seluruh klien dengan skizofrenia diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan maniak depresif dan delirium (Maramis, 1998 dalam Muhith, 2015). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998 dalam Muhith, 2015). Menurut data dari rekam medis di RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang, selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2013 sampai 2015 angka gangguan jiwa mengalami peningkatan seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang Pada Tahun 2013-2015 N o 1 2 3 Tahun 2013 2014 2015 Jumlah Pasien jiwa berdasarkan jenis kelamin LakiPerem laki puan 2539 1471 837 348 1036 638 4412 2457 Jumlah Presentase (%) 4010 1185 1674 6869 58.38% 17.25% 24.37% 100.00 % Sumber: instalasi rekam medik Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa banyak sekali yang menderita gangguan jiwa di Indonesia, kasus gangguaan jiwa terbanyak yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi, maka dari itu penulis mengangkat kasus kelolaan pada klien gangguan persepsi sensori halusinasi sebagai masalah yang relevan untuk dilaporkan. METODE PENGELOLAAN Pengkajian Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu sebelumnya. Pengkajian pada pasien ini dilakukan dengan metode wawancara dan menurut dari dari data rekam medis dan perawat ruang. Diagnosa Keperawatan Menurut Debora (2013), diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap kondisi individu, keluarga, atau komunitas baik yang bersifat aktual, resiko, atau masih merupakan gejala. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi. Pasien mengatakan mendengar suara-suara, suara muncul saat pasien sendirian. Respon pasien saat suara muncul hanya diam menyendiri, kadang marah sendiri. Suara-suara yang didengar pasien muncul 3-4 kali sehari yaitu pagi, siang, sore dan malam hari. Menurut Kusumawati dan Hartono (2010), halusinasi sendiri adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Rencana Keperawatan Rencana Keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi halusinasi pada Sdr. S yaitu bina hubungan saling percaya, kaji jenis, isi, waktu, frekuensi dan respon saat halusinasi muncul, intervensi ketiga yaitu ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan bercakapcakap. Pembahasan Gangguan persepsi sensori: halusinasi menjadi prioritas utama sesuai yang di kemukakan Christensen dan Kenney (2009) prioritas sesuai dengan sifat keseriusan atau mengancam jiwa. Bila halusinasi tidak segera ditangani akan mengakibatkan pasien lamalama menjadi berperilaku marah yang lebih parah tidak hanya akan membanting barang saja melainkan dapat melukai orang disekitarnya dan melukai dirinya. Sesuai dengan fase halusinasi pasien yaitu fase conquering yaitu pasien merasa panik dan dikuasai oleh halusinasinya dengan perilaku yang bisa saja pasien amuk, perilaku panik, resiko melukai diri/melukai orang lain yang tentu saja berbahaya bila tidak segera ditangani dapat mencederai apa saja yang ada disekitar pasien. Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis pada kasus Sdr. S adalah agar klien dapat mengontrol halusinasi pendengaran yang dialaminya. Dengan intervensi bina hungan saling percaya. Bina hubungan saling percaya yaitu tehnik yang dilakukan oleh perawat untuk menumbuhkan rasa saling percaya antara klien-perawat (Direja, 2011). Langkah yang dilakukan antara lain: menyapa klien dengan ramah, memperkenalkan diri dan menanyakan identitas klien dengan sopan, menemani klien dalam melakukan kegiatan rutin di wisma seperti memotong kuku, merokok, berolahraga di pagi hari. Untuk tindakan yang akan dilakukan selanjutnya sesuai dengan yang dibutuhkan klien kaji jenis, isi, waktu, frekuensi, dan respon saat halusinasi datang tujuannya agar dapat mengenal baik jenis, isi, waktu, frekuensi halusinasi yang dialami dengan mendorong bila klien sudah mampu otomatis klien dengan sendirinya tau cara apa yang harus dia lakukan agar halusinasinya pergi. Rencana yang dibutuhkan klien selanjutnya adalah cara mengontrol halusinasi bila halusinasi muncul, dengan menghardik dan bercakap-cakap. Bila halusinasi yang tidak menyenangkan muncul pasien bisa mengontrol dengan menghardik dan apabila isi suara halusinasi yang menyenangkan muncul datang pasien dapat mengontrolnya dengan bercakap-cakap. Kesimpulan Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran didapatakan evaluasi dengan hasil yaitu klien sudah mampu melakukan tehnik menghardik dengan benar, klien mampu bercakap-cakap dengan perawat dengan baik serta mampu memasukkan kegiatan kedalam buku jadwal kegiatan harian. Daftar Pustaka Christensen, P. J., & Kenney, J. W. (2009). Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual. Edisi 4. Jakarta: EGC . Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama. Debora, Oda. (2013). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika. Direja, A. H. S. (2011). Buku Ajar Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Yogyakarta: Nuha Medika. Kusumawati, F., & Hartono. Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET. Prabowo, Eko. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Rekam Medis. (2016). Angka Kejadian Kasus Gangguan Jiwa Tahun 2013-2015 di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang.