5358

advertisement
MANUSCRIPT
PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN PADA Sdr. S
DENGAN SKIZOFRENIA TAK TERINCI DI RUMAH SAKIT JIWA
PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
OLEH :
ULFAYATUN CHASANAH
0131769
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
Pengelolaan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. S Dengan Skizofrenia
Tak Terinci di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soerojo Magelang
Ulfayatun Chasanah*, Ana Puji Astuti**, Mukhamad Mustain***
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected]
ABSTRAK
Banyak sekali yang menderita gangguan jiwa di Indonesia, kasus gangguaan jiwa terbanyak
yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi, maka dari itu penulis mengangkat kasus kelolaan pada
klien gangguan persepsi sensori halusinasi sebagai masalah yang relevan untuk dilaporkan.
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penghiduan.
Penulis bertujuan untuk melaporkan pengelolaan gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran pada Sdr. S di Wisma Arjuna di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang.
Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan metodologi keperawatan yang meliputi
pengkajian, penentuan diagnosa, pemrioritasan diagnosa, intervensi, dan evaluasi, pengumpulan
data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, pengkajian.
Hasil pengelolaan didapatkan klien mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik, klien dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap . Tindakan yang diberikan kepada klien tidak menyebabkan masalah lain
akibat gangguan persepsi sensori: halusinasi yang dialami.
Saran bagi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang diharapkan dapat mengadakan
workshop/seminar tentang keperawatan jiwa, memberikan reward kepada perawat yang peduli
dengan pasien, mampu meningkatkan kinerja sebagai perawat di rumah sakit jiwa.
Kata kunci
: gangguan persepsi sensori: halusinasi
LATAR BELAKANG
Penyakit
skizofrenia
atau
schizophrenia artinya kepribadian yang
terpecah, antara pikiran, perasaan dan
perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan
tidak sesuai dengan pikiran dan perasaannya
(Faisal, 2008 dalam Prabowo, 2014).
Seseorang dengan skizofrenia mempunyai
gejala utama penurunan persepsi sensori:
halusinasi. Jenis halusinasi yang umum
terjadi adalah halusinasi pendengaran dan
penglihatan. Klien dengan skizofrenia sering
merasa stimulus yang sebenarnya tidak ada
(Damaiyanti, 2012). Halusinasi merupakan
salah satu gejala yang sering ditemukan pada
klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi
identik dengan skizofrenia. Seluruh klien
dengan skizofrenia diantaranya mengalami
halusinasi. Gangguan jiwa lain yang sering
juga disertai dengan gejala halusinasi adalah
gangguan maniak depresif dan delirium
(Maramis, 1998 dalam Muhith, 2015).
Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
pencerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar (Maramis, 1998 dalam
Muhith, 2015).
Menurut data dari rekam medis di
RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang, selama 3
tahun terakhir yaitu pada tahun 2013 sampai
2015 angka gangguan jiwa mengalami
peningkatan seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Soerojo Magelang Pada Tahun 2013-2015
N
o
1
2
3
Tahun
2013
2014
2015
Jumlah
Pasien jiwa
berdasarkan
jenis kelamin
LakiPerem
laki
puan
2539
1471
837
348
1036
638
4412
2457
Jumlah
Presentase (%)
4010
1185
1674
6869
58.38%
17.25%
24.37%
100.00
%
Sumber: instalasi rekam medik Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa banyak sekali yang menderita
gangguan jiwa di Indonesia, kasus
gangguaan jiwa terbanyak yaitu gangguan
persepsi sensori halusinasi, maka dari itu
penulis mengangkat kasus kelolaan pada
klien gangguan persepsi sensori halusinasi
sebagai masalah yang relevan untuk
dilaporkan.
METODE PENGELOLAAN
Pengkajian
Pengkajian
adalah
proses
pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status
kesehatan dan fungsional klien pada saat ini
dan waktu sebelumnya, serta untuk
menentukan pola respon klien saat ini dan
waktu sebelumnya. Pengkajian pada pasien
ini dilakukan dengan metode wawancara
dan menurut dari dari data rekam medis dan
perawat ruang.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Debora (2013), diagnosa
keperawatan merupakan penilaian klinis
terhadap kondisi individu, keluarga, atau
komunitas baik yang bersifat aktual, resiko,
atau masih merupakan gejala. Diagnosa
keperawatan yang muncul adalah gangguan
persepsi
sensori:
halusinasi.
Pasien
mengatakan mendengar suara-suara, suara
muncul saat pasien sendirian. Respon pasien
saat suara muncul hanya diam menyendiri,
kadang marah sendiri. Suara-suara yang
didengar pasien muncul 3-4 kali sehari yaitu
pagi, siang, sore dan malam hari. Menurut
Kusumawati dan Hartono (2010), halusinasi
sendiri adalah hilangnya kemampuan
manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata.
Rencana Keperawatan
Rencana
Keperawatan
yang
dilakukan penulis untuk mengatasi halusinasi
pada Sdr. S yaitu bina hubungan saling
percaya, kaji jenis, isi, waktu, frekuensi dan
respon saat halusinasi muncul, intervensi
ketiga yaitu ajarkan cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik dan bercakapcakap.
Pembahasan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi
menjadi prioritas utama sesuai yang di
kemukakan Christensen dan Kenney (2009)
prioritas sesuai dengan sifat keseriusan atau
mengancam jiwa. Bila halusinasi tidak segera
ditangani akan mengakibatkan pasien lamalama menjadi berperilaku marah yang lebih
parah tidak hanya akan membanting barang
saja melainkan dapat melukai orang
disekitarnya dan melukai dirinya. Sesuai
dengan fase halusinasi pasien yaitu fase
conquering yaitu pasien merasa panik dan
dikuasai oleh halusinasinya dengan perilaku
yang bisa saja pasien amuk, perilaku panik,
resiko melukai diri/melukai orang lain yang
tentu saja berbahaya bila tidak segera
ditangani dapat mencederai apa saja yang
ada disekitar pasien.
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis
pada kasus Sdr. S adalah agar klien dapat
mengontrol halusinasi pendengaran yang
dialaminya. Dengan intervensi bina hungan
saling percaya. Bina hubungan saling percaya
yaitu tehnik yang dilakukan oleh perawat
untuk menumbuhkan rasa saling percaya
antara klien-perawat (Direja, 2011). Langkah
yang dilakukan antara lain: menyapa klien
dengan ramah, memperkenalkan diri dan
menanyakan identitas klien dengan sopan,
menemani klien dalam melakukan kegiatan
rutin di wisma seperti memotong kuku,
merokok, berolahraga di pagi hari.
Untuk tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya sesuai dengan yang dibutuhkan
klien kaji jenis, isi, waktu, frekuensi, dan
respon saat halusinasi datang tujuannya agar
dapat mengenal baik jenis, isi, waktu,
frekuensi halusinasi yang dialami dengan
mendorong bila klien sudah mampu
otomatis klien dengan sendirinya tau cara
apa yang harus dia lakukan agar
halusinasinya pergi.
Rencana yang dibutuhkan klien
selanjutnya adalah cara mengontrol
halusinasi bila halusinasi muncul, dengan
menghardik dan bercakap-cakap. Bila
halusinasi yang tidak menyenangkan muncul
pasien bisa mengontrol dengan menghardik
dan apabila isi suara halusinasi yang
menyenangkan muncul datang pasien dapat
mengontrolnya dengan bercakap-cakap.
Kesimpulan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan pada klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran
didapatakan evaluasi dengan hasil yaitu klien
sudah mampu melakukan tehnik menghardik
dengan benar, klien mampu bercakap-cakap
dengan perawat dengan baik serta mampu
memasukkan kegiatan kedalam buku jadwal
kegiatan harian.
Daftar Pustaka
Christensen, P. J., & Kenney, J. W. (2009).
Proses Keperawatan Aplikasi Model
Konseptual. Edisi 4. Jakarta: EGC .
Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan
Keperawatan Jiwa. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Debora, Oda. (2013). Proses Keperawatan
dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:
Salemba Medika.
Direja, A. H. S. (2011). Buku Ajar
Keperawatan Psikiatri. Edisi 3.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Kusumawati, F., & Hartono. Y. (2010). Buku
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan
Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
CV ANDI OFFSET.
Prabowo,
Eko.
(2014).
Buku
Ajar
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi
Asuhan
Keperawatan
Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rekam Medis. (2016). Angka Kejadian Kasus
Gangguan Jiwa Tahun 2013-2015 di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo
Magelang.
Download