THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta KORELASI ANTARA IKLIM KELAS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA MAHASISWA MATEMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO Widyaning Hapsari, Muh Ibnu Sina ¹Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Muhamadiyah Purworejo [email protected] ² Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Muhamadiyah Purworejo [email protected] Abstrak Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang memiliki potensi untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Potensi tersebut dapat terwujud bila pembelajaran matematika menekankan pada aspek peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengharuskan peserta didik memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang saat ini masih kurang mendapatkan perhatian pendidik dalam pembelajaran matematika. Oleh karenanya, diperlukan kajian mengenai faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara iklim kelas dan kemandirian belajar dengan kemampuan berpikir kreatif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasi. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Matematika semester satu Universitas Muhammadiyah Purworejo. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga jenis skala yaitu skala kemampuan berpikir kreatif, skala iklim kelas, dan skala kemandirian belajar. Sedangkan analisis menggunakan korelasi berganda dengan bantuan program komputasi statistik yaitu SPSS 16. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan positif antara iklim kelas dan kemandirian belajar dengan kemampuan berpikir kreatif pada mahasiswa Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo yang ditunjukan oleh koefisien korelasi sebesar 0,684. Kata kunci : berpikir kreatif, iklim kelas, kemandirian belajar, matematika PENDAHULUAN Secara substansial, mahasiswa dituntut untuk mandiri, kreatif, dan independen dalam menjalankan aktivitasnya. Mahasiswa dituntut untuk bisa berpikir lebih baik dibandingkan pihak lainnya. Pikiran-pikiran mahasiswa diperlukan untuk melahirkan perubahanperubahan positif menuju kemajuan masyarakat. Dari semua jenis-jenis berpikir dan tingkatan berpikir, nampaknya mahasiswa perlu sampai pada level berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah proses bepikir yang memandang suatu hal dengan THE 5TH URECOL PROCEEDING cara berbeda, melibatkan pendekatan yang lebih longgar dan terbuka. Johnson (2006) mengemukakan bahwa berpikir kritis dan kreatif memungkinkan individu untuk mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang permasalahan yang dipandang relatif baru. Sedangkan Hendriana (2009) mengatakan bahwa peserta didik hanya mencontoh dan mencatat bagaimana cara menyelesaikan soal yang telah dikerjakan oleh gurunya. 482 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Jika mereka diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan, maka mereka bingung karena tidak tahu harus memulai dari mana. Kenyataan di lapangan menurut Crockcroft (Hendriana, 2009), materi matematika sulit untuk diajarkan dan dipelajari. Kesulitan ini terjadi karena matematika merupakan pelajaran yang berstruktur vertikal dimana terdapat suatu runtutan untuk mempelajari materi matematika. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rohaeti (2008) yang mengatakan bahwa para mahasiswa cenderung hanya menghapalkan sejumlah rumus, perhitungan dan langkah-langkah penyelesaian soal yang telah dikerjakan dosen atau yang ada dalam buku teks. Hal ini menyebabkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa tidak berkembang secara optimal. Oleh karena itu, pada pembelajaran matematika hendaknya mahasiswa dilatih untuk memiliki keterampilan berpikir kreatif dalam memperoleh, memilih, dan mengolah informasi agar dapat bertahan dalam keadaan yang selalu berubah dan kompetitif. Potensi tersebut dapat terwujud bila pembelajaran matematika menekankan pada aspek peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengharuskan mahasiswa memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru. Namun menurut Munandar (2004) pendidikan nasional saat ini umumnya masih menekankan pada proses pemikiran tingkat rendah. Dengan meningkatnya kemampuan berpikir kreatif akan memberikan ruang yang luas bagi perkembangan potensi siswa seperti mengembangkan minat, mengasah bakat dan kemampuan, serta memberi kepuasan kepada individu untuk mencapai keberhasilan. Kemampuan berpikir kreatif matematis amat diperlukan baik untuk masa kini maupun masa dating terutama dalam menghadapi situasi dunia yang selalu berubah. Beberapa hasil penelitian mengindikasikan bahwa perkembangan THE 5TH URECOL PROCEEDING 483 UAD, Yogyakarta optimal dari kemampuan berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar (Munandar, 2002). Dalam suasana yang non-otoriter, proses belajar akan berlangsung atas prakarsa sendiri. Hal ini dapat terjadi bila dosen memberi kepercayaan terhadap kemampuan mahasiswa untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru, memberi kesempatan untuk bekerja sesuai minat dan kebutuhannya. Dalam suasana pembelajaran yang demikian kemampuan kreatif dapat tumbuh subur. Oleh karena itu mahasiswa perlu diberi kesempatan untuk menyibukan diri secara kreatif dan dosen hendaknya dapat merangsang mahasiswa untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif. Dosen perlu mengusahakan sarana dan prasarana yang diperlukan. Dalam hal ini yang penting ialah memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif, tanpa merugikan orang lain atau lingkungan (Munandar, 2004). Suasana lingkungan belajar yang dipersepsikan oleh peserta didik disebut dengan iklim kelas. Iklim kelas merupakan salah satu faktor lingkungan yang turut berkontribusi dalam perkembangan peserta didik. Selain faktor lingkungan, faktor dari dalam diri juga dapat mempengarui bagaimana individu berpikir. Salah satunya adalah kemandirian mahasiswa dalam belajar. Menurut Morrison (2012) bahwa: “kemandirian adalah kemampuan untuk mengerjakan tugas sendiri, menjaga diri sendiri, dan memulai kegiatan tanpa harus selalu diberi tahu apa yang harus dilakukan”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Barnadib (dalam Fatimah, 2006) mengungkapkan bahwa: “kemandirian meliputi perilaku mampu berinisiatif mampu mengatasi masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.” Kemandirian belajar peserta didik ditunjukkan dengan sikapnya yang mampu menghadapi masalah dan tugasnya dengan mandiri, tanpa harus bergantung pada pekerjaan teman atau orang lain. Seiring pertumbuhannya, peserta didik yang ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 mandiri akan mampu untuk menghadapi masalah yang timbul dalam masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya dengan cara yang solutif, mengembangkan kematangan sikap dan mental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara iklim kelas dan kemandirian belajar dengan kemampuan berpikir kreatif pada mahasiswa matematika. Diharapkan dengan mengetahui kontribusi dari variabel lain terhadap kemampuan berpikir kreatif, hal tersebut dapat dikembangkan untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir kreatif pada mahasiswa Matematika. Apabila iklim kelas memiliki kontribusi, maka dengan demikian faktor lingkungan menjadi hal yang penting untuk perkembangan kemampuan berpikir mahasiswa. Kemudian, orangtua atau guru juga dapat memberikan dukungan dan menstimulasi mahasiswa untuk menunjukan kemandirian dalam belajar apabila terdapat hubungan antara keduanya. KAJIAN LITERATUR DAN PENGAMBILAN HIPOTESIS Kemampuan Berpikir Kreatif. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk menghasilkan atau mengembangkan sesuatu yang baru, yaitu sesuatu yang berbeda dari ide-ide yang dihasilkan kebanyakan orang. Coleman dan Hammen (Yudha, 2004) menyatakan bahwa berpikir kreatif merupakan cara berpikir yang menghasilkan sesuatu yang baru dalam konsep, pengertian, penemuan dan karya seni. Sejalan dengan pendapat Coleman dan Hammen, (Sukmadinata, 2004) mengemukakan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Nicholl (Rohaeti, 2008) mengatakan bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjadi orang kreatif adalah: mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya; berpikir empat arah; memunculkan banyak gagasan; mencari kombinasi terbaik dari gagasan-gagasan itu; THE 5TH URECOL PROCEEDING 484 UAD, Yogyakarta memutuskan mana kombinasi terbaik; dan melakukan tindakan. Kemudian Balka (Mann, 2005) mengemukakan bahwa berfikir kreatif memuat kemampuan berfikir konvergen dan devergen yang meliputi kemampuan sebagai berikut: 1) merumuskan hipotesis matematik berdasarkan hubungan sebab akibat terhadap situasi matematik, 2) menentukan pola matematik, 3) mengajukan solusi baru ketika menghadapi kebuntuan berfikir, 4) mengajukan ide yang tidak biasa dan menilai konsekuensinya, 5) mengidentifikasi informasi yang hilang, 6) merinci masalah umum ke dalam masalah yang lebih rinci. Sumarmo (2010) merinci keterampilan yang terlibat dalam berfikir kreatif antara lain keterampilan kognitif: mengidentifikasi masalah dan peluang, menyusun masalah yang baik dan berbeda, mengidentifikasi data yang relevan dan yang tidak relevan, masalah dan peluang yang produktif; menghasilkan banyak ide (fluency), ide yang berbeda (flexybility) dan produk atau ide yang baru (originality), memeriksa dan menilai hubungan antara pilihan dan alternatif, mengubah pola pikir dan kebiasaan lama, menyusun hubungan baru, memperluas dan memperbaharui rencana atau ide. Keterampilan afektif yang termuat dalam berfikir kreatif antara lain: merasakan masalah dan peluang, toleran terhadap ketidakpastian, memahami lingkungan dan kekreatifan orang lain, bersifat terbuka, berani mengambil resiko, membangun rasa percaya diri, mengontrol diri, rasa ingin tahu, menyatakan dan merespon perasaan dan emosi dan mengantisipasi sesuatu yang tidak diketahui. Sedangkan keterampilan metakognitif yang termuat dalam berfikir kreatif antara lain: merancang strategi, menetapkan tujuan dan keputusan, memprediksi dari data yang tidak lengkap, memahami kekereatifan dan sesuatu yang tidak dipahami orang lain, mendiagnosa informasi yang tidak lengkap, membuat pertimbangan multipel, mengatur emosi dan memajukan elaborasi solusi masalah dan rencana. ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Berpikir kreatif akan dapat berkembang bila ditunjang oleh faktor personal dan situasional yaitu : 1) Kemampuan Kognitif : Termasuk di sini kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif; 2) Sikap yang terbuka : orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal maupun eksternal; 3) Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri : orang kreatif ingin menampilkan dirinya semampu dan semaunya, ia tidak terikat oleh konvensikovensi. Selain faktor tersebut, terdapat pula faktor situasi lingungan yang juga turut mempengaruhi kemampuan berpikir pada individu. Iklim kelas. Tarmidi (2003) menyatakan bahwa iklim kelas adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antara peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar. Ciri-ciri kelas yang memiliki iklim yang baik menurut Moedjiarto (2002) adalah sebagai berikut: 1) Suasana pembelajaran di kelas, tenang, jauh dari kegaduhan dan kekacauan; 2) Adanya hubungan yang akrab, penuh pengertian, dan rasa kekeluargaan antara civitas sekolah; 3) Di sekolah tampak adanya sikap mendahulukan kepentingan sekolah dan kepentingan banyak, sedangkan kepentingan pribadi mendapatkan tempat yang paling belakang; 4) Semua kegiatan sekolah diatur dengan tertib, dilaksanakan dan dilakukan dengan penuh tanggungjawab dan merata; 5) Siswa mendapat perlakuan adil, tidak dibedabedakan antara yang miskin dan kaya, pandai dan yang lamban berfikir, semuanya mendapat kesempatan yang sama untuk berprestasi sebaik-baiknya; 6) Di dalam kelas dapat dilihat adanya aktvitas belajar mengajar yang tinggi; 7) Siswa aktif mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang pelajaran yang kurang dipahami, sedangkan guru dengan senang hati senantiasa bersedia menjawabnya. Untuk pertanyaanpertanyaan yang tidak bisa dijawab, dengan THE 5TH URECOL PROCEEDING 485 UAD, Yogyakarta bijaksana guru meminta waktu untuk mencari data dan informasi lebih lanjut; 8) Siswa saling menghargai satu sama lainnya, dan terhadap gurunya siswa memiliki rasa hormat yang tinggi; 9) Meja dan kursi serta perlengkapan lainnya, yang terdapat di kelas senantiasa ditata dengan rapi dan dijaga kebersihannya; 10) Siswa ikut merawat kebersihan perabot sekolah dan kebersihan ruang kelas yang penugasannya dilakukan secara bergilir. Kemandirian Belajar. Kemandirian belajar merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada aktivitas, tanggung jawab, dan motivasi yang ada dalam diri siswa sendiri (Rusman, 2014). Rusman juga menjelaskan peserta didik yang sudah sangat mandiri dalam belajar mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Mengetahui dengan pasti apa yang ingin dicapai dalam kegiatan belajarnya. Karena itu siswa ingin ikut menentukan tujuan pembelajarannya; 2) Dapat memilih sumber belajar sendiri dan mengetahui ke mana dia dapat menemukan bahan-bahan belajar yang diinginkan serta belajar tidak tergantung dengan orang lain; 3) Dapat menilai tingkat kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaannya atau untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ada hubungan positif antara ilim kelas dan kemandirian belajar dengan kemampuan berpikir kreatif pada mahasiswa matematika UM Purworejo METODE PENELITIAN Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif, iklim kelas, dan kemandirian belajar. Kemampuan berpikir kreatif didefinisikan kemampuan untuk menghasilkan atau mengembangkan sesuatu yang baru, yaitu sesuatu yang berbeda dari ide-ide yang dihasilkan kebanyakan orang. Aspek yang membangun variabel ini antara lain keterampilan kognitif, keterampilan afektif, dan keterampilan metakognitif. Kemudian, iklim kelas yaitu segala situasi yang muncul ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antara peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar. Aspek iklim kelas meliputi suasana pembelajaran di kelas, hubungan antar individu, sikap saling menghormati, keteraturan, keadilan, aktivitas belajar, keaktifan proses pembelajaran di kelas, saling menghargai antar siswa, kerapihan dan kebersihan kelas, tanggung jawab merawat kelas. Sedangkan kemandirian belajar diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada aktivitas, tanggung jawab, dan motivasi yang ada dalam diri siswa sendiri. Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diketahui untuk skala kemampuan berpikir kreatif memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,838 dengan aitem sebanyak 15. Skala iklim dengan alpha cronbach sebesar 0,881 dan aitem sebanyak 30. Sedangkan untuk skala kemandirian belajar dengan alpha cronbach sebesar 0,857 dan aitem sejumlah 17. Selain uji reliabilitas, dilakukan juga uji validitas oleh dua orang psikolog yang meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Subjek penelitian adalah mahasiswa program studi matematika yang berjumlah 44 orang. Teknik sampling yang digunakan yaitu sampling kuota. Data didapatkan melalui skala kemampuan berpikir kreatif, skala iklim kelas, dan skala emandirian belajar. Penelitian dilakukan di Universitas Muhammadiyah Purworejo. Kemudian, data diolah menggunakan bantuan program statistik SPSS 16.0 dan dianalisis melalui teknik analisis korelasi berganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis korelasi ganda diperoleh Rxy sebesar 0,684 dengan p ≤ 0,00 yang artinya terdapat hubungan signifikan antara iklim kelas dan kemandirian belajar dengan kemampuan berpikir kreatif. Sementara R² yaitu 0,468 yang menunjukan sumbangan efektif iklim kelas dan kemandirian belajar sebesar 46,8% terhadap kemampuan berpikir THE 5TH URECOL PROCEEDING 486 UAD, Yogyakarta kreatif pada mahasiswa, sedangkan sebesar 53,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil korelasi masing-masing variabel bebas terhadap variabel tergantung yang dilakukan dengan analisis korelasi pearson’s product moment juga menunjukan adanya hubungan signifikan. Korelasi antara iklim kelas dengan kemampuan berpikir kreatif menunjukan angka sebesar 0,564 dengan p = 0,00 (p < 0,05) yang berarti ada korelasi positif yang signifikan. Sedangkan hubungan antara kemandirian belajar dan kemampuan berpikir kreatif juga menunjukan adanya korelasi yang positif dan signifikan, yaitu ditunjukan dengan angka koefisien korelasi sebesar 0,461 ; p = 0,002 (p < 0,05) Hal tersebut membuktikan bahwa faktor lingkungan berupa yang berupa iklim kelas memberikan kontribusi dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada mahasiswa. Hoy dan Miskel dalam Hadiyanto (2003) sebagaimana dikutip Silalahi (2008), menyatakan bahwa iklim kelas merupakan kualitas lingkungan kelas yang terus menerus dialami oleh guru yang mempengaruhi tingkah laku siswa dalam menciptakan proses pembelajaran yang kondusif. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengkaji tentang pengaruh situasi di tempat belajar yaitu sekolah maupun kelas terhadap perkembangan prestasi peserta didik. Antara lain penelitian oleh Sari (2013) yang menyimpulkan adanya hubungan antara iklim kelas dengan motivasi belajar. Saat peserta didik mempersepsikan suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan, hal tersebut mempengaruhi afeksi serta kognisinya, sehingga peserta didik dapat berpikir dengan lebih kritis dan kreatif. Sementara itu, kemandirian belajar juga telah menjadi kajian pada penelitian sebelumnya, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Maryam (2015). Penelitian tersebut membuktikan adanya hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar. Artinya, siswa yang menunjukan otonomi dan kemandirian dalam belajarnya cenderung dapat mengoptimalkan daya ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 pikir kreatifnya sehingga memiliki prestasi yang baik. Berdasarkan sebaran data kemampuan berpikir kreatif pada mahasiswa, dapat dilihat bahwa sebanyak 64% mahasiswa memiliki kemampuan berpikir kreatif yang berada pada tingkat sedang, sebanyak 27% berkemampuan tinggi, dan 9% rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 1. UAD, Yogyakarta kemandirian belajar tinggi sedang rendah Gambar 3. Sebaran kemandirian belajar Berdasarkan besar sumbangan efektif, diketahui bahwa iklim sekolah memiliki sumbangan yang lebih besar yaitu 30,2% dibandingkan kemandirian belajar sebesar 19,4% terhadap kemampuan bepikir kreatif pada mahasiswa. Hal tersebut menunjukan bahwa kondisi lingkungan memberikan pengaruh lebih besar terhadap kemampuan berpikir mahasiswa dibandingkan sikap mandiri dalam belajar. kemampuan berpikir kreatif tinggi sedang rendah Gambar 1. Sebaran kemampuan berpikir kreatif Kemudian, untuk skor iklim kelas, sebanyak 68% menunjukan skor dalam kategori sedang, 30% kategori tinggi, dan 2% rendah. Hal tersebut berarti sebagian besar mahasiswa memiliki persepsi yang cukup baik terhadap suasana lingkungan di kelas. Sebaran data terlihat pada gambar 2. iklim kelas tinggi sedang rendah KESIMPULAN Dari hasil penelitian disimpulkan adanya hubungan signifikan antara iklim kelas dan kemandirian belajar dengan kemampuan berpikir kreatif pada mahasiswa program studi matematikan Universitas Muhammadiyah Purworejo. Diharapkan dengan hasil penelitian ini, dosen maupun orangtua dapat membantu mahasiswa dalam mengoptimalkan kemampuan berpikirnya. Berkaitan dengan iklim kelas, dosen memiliki peran signifikan dalam membangun suasana pembelajaran yang mendukuang optimalisasi daya pikir kreatif mahasiswa. Selain itu, mahasiswa juga dapat diberikan motivasi dan dirangsang agar dapat mengembangkan kemandirian dalam belajar. Gambar 2. Sebaran iklim kelas REFERENSI Pada gambar 3, tampak sebanyak 77% mahasiswa memiliki skor kemandirian belajar pada tingkat sedang, rendah 14%, dan 9% dalam kategori tinggi. Artinya sebagian besar mahasiswa telah memiliki sikap mandiri dalam belajar. THE 5TH URECOL PROCEEDING 487 Hadiyanto & Subiyanto. (2003). Pengembalian Kebebasan Guru untuk Mengkreasikan Iklim Kelas dalam Manajemen Berbasis Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.040 Januari 2003. Jakarta: Depdiknas. ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Hendriana, H. (2009). Pembelajaran Dengan Pendekatan Metaphorical Thinking Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik Dan Kepercayaan Diri Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung : Tidak diterb itkan. Sukmadinata, N.S (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya. Sumarmo,U. (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah disajikan pada Seminar Nasional FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan Johnson, E. (2006). Contextual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Learning Center. Tarmidi. 2006. “Iklim Kelas dan Prestasi Belajar”. Skripsi. Fakultas Kedokteran USU. Mann, E.L. (2005). Mathematical Creativity and School mathematics : indicators of Mathematical Creativity in middle School Student. University of Connecticut Yudha, A. S. (2004). Berpikir Kreatif Pecahkan Masalah. Bandung: Kompas Cyber Media. Moedjiarto. 2002. Sekolah Unggulan Pendidikan Partisipator dengan Pendekatan Sistem. Surabaya. Duta Graha Pustaka. Munandar, S.C.U. (2004). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta. Morrison Goorge S.. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta : PT Indeks Rohaeti, E. E. (2008). Pembelajaran Dengan Pendekatan Eksplorasi Untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan. Rusman (2014). Model-model pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Silalahi, Juniman. 2008. “Pengaruh Iklim Terhadap Motivasi Belajar”. Jurnal Pembelajaran Volume 30 No. 02. Universitas Negeri Padang Press. THE 5TH URECOL PROCEEDING 488 ISBN 978-979-3812-42-7