korelasi antara iklim kelas dan kemandirian belajar

advertisement
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
KORELASI ANTARA IKLIM KELAS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR
DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA MAHASISWA
MATEMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
Widyaning Hapsari, Muh Ibnu Sina
¹Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Muhamadiyah Purworejo
[email protected]
² Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Muhamadiyah Purworejo
[email protected]
Abstrak
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang memiliki potensi untuk meningkatkan
kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah
sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Potensi tersebut dapat terwujud bila pembelajaran matematika
menekankan pada aspek peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengharuskan
peserta didik memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka
pengertian dan implikasi baru. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang saat ini masih kurang mendapatkan perhatian pendidik dalam
pembelajaran matematika. Oleh karenanya, diperlukan kajian mengenai faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara iklim kelas dan kemandirian belajar dengan kemampuan berpikir kreatif.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasi. Subjek dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Program Studi Matematika semester satu Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga jenis skala yaitu skala kemampuan
berpikir kreatif, skala iklim kelas, dan skala kemandirian belajar. Sedangkan analisis
menggunakan korelasi berganda dengan bantuan program komputasi statistik yaitu SPSS 16. Hasil
penelitian menunjukan adanya hubungan positif antara iklim kelas dan kemandirian belajar
dengan kemampuan berpikir kreatif pada mahasiswa Matematika Universitas Muhammadiyah
Purworejo yang ditunjukan oleh koefisien korelasi sebesar 0,684.
Kata kunci : berpikir kreatif, iklim kelas, kemandirian belajar, matematika
PENDAHULUAN
Secara
substansial,
mahasiswa
dituntut untuk mandiri, kreatif, dan
independen
dalam
menjalankan
aktivitasnya. Mahasiswa dituntut untuk bisa
berpikir lebih baik dibandingkan pihak
lainnya.
Pikiran-pikiran
mahasiswa
diperlukan untuk melahirkan perubahanperubahan positif menuju kemajuan
masyarakat. Dari semua jenis-jenis berpikir
dan tingkatan berpikir, nampaknya
mahasiswa perlu sampai pada level berpikir
kreatif. Berpikir kreatif adalah proses
bepikir yang memandang suatu hal dengan
THE 5TH URECOL PROCEEDING
cara berbeda, melibatkan pendekatan yang
lebih longgar dan terbuka.
Johnson
(2006)
mengemukakan
bahwa berpikir kritis dan kreatif
memungkinkan
individu
untuk
mempelajari masalah secara sistematis,
menghadapi berjuta tantangan dengan cara
terorganisasi, merumuskan pertanyaan
inovatif, dan merancang permasalahan
yang dipandang relatif baru. Sedangkan
Hendriana (2009) mengatakan bahwa
peserta didik hanya mencontoh dan
mencatat bagaimana cara menyelesaikan
soal yang telah dikerjakan oleh gurunya.
482
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Jika mereka diberikan soal yang berbeda
dengan soal latihan, maka mereka bingung
karena tidak tahu harus memulai dari mana.
Kenyataan di lapangan menurut
Crockcroft (Hendriana, 2009), materi
matematika sulit untuk diajarkan dan
dipelajari. Kesulitan ini terjadi karena
matematika merupakan pelajaran yang
berstruktur vertikal dimana terdapat suatu
runtutan untuk mempelajari materi
matematika. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Rohaeti (2008) yang mengatakan
bahwa para mahasiswa cenderung hanya
menghapalkan
sejumlah
rumus,
perhitungan
dan
langkah-langkah
penyelesaian soal yang telah dikerjakan
dosen atau yang ada dalam buku teks. Hal
ini menyebabkan kemampuan berpikir
kreatif mahasiswa tidak berkembang secara
optimal.
Oleh
karena
itu,
pada
pembelajaran matematika hendaknya
mahasiswa
dilatih
untuk
memiliki
keterampilan berpikir kreatif dalam
memperoleh, memilih, dan mengolah
informasi agar dapat bertahan dalam
keadaan yang selalu berubah dan
kompetitif.
Potensi tersebut dapat terwujud bila
pembelajaran matematika menekankan
pada aspek peningkatan kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang mengharuskan
mahasiswa memanipulasi informasi dan
ide-ide dalam cara tertentu yang memberi
mereka pengertian dan implikasi baru.
Namun menurut Munandar (2004)
pendidikan nasional saat ini umumnya
masih menekankan pada proses pemikiran
tingkat rendah. Dengan meningkatnya
kemampuan
berpikir
kreatif
akan
memberikan ruang yang luas bagi
perkembangan potensi siswa seperti
mengembangkan minat, mengasah bakat
dan kemampuan, serta memberi kepuasan
kepada
individu
untuk
mencapai
keberhasilan. Kemampuan berpikir kreatif
matematis amat diperlukan baik untuk masa
kini maupun masa dating terutama dalam
menghadapi situasi dunia yang selalu
berubah.
Beberapa
hasil
penelitian
mengindikasikan bahwa perkembangan
THE 5TH URECOL PROCEEDING
483
UAD, Yogyakarta
optimal dari kemampuan berpikir kreatif
berhubungan erat dengan cara mengajar
(Munandar, 2002). Dalam suasana yang
non-otoriter,
proses
belajar
akan
berlangsung atas prakarsa sendiri. Hal ini
dapat terjadi bila dosen memberi
kepercayaan
terhadap
kemampuan
mahasiswa untuk berpikir dan berani
mengemukakan gagasan baru, memberi
kesempatan untuk bekerja sesuai minat dan
kebutuhannya.
Dalam
suasana
pembelajaran yang demikian kemampuan
kreatif dapat tumbuh subur. Oleh karena itu
mahasiswa perlu diberi kesempatan untuk
menyibukan diri secara kreatif dan dosen
hendaknya dapat merangsang mahasiswa
untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan
kreatif. Dosen perlu mengusahakan sarana
dan prasarana yang diperlukan. Dalam hal
ini yang penting ialah memberi kebebasan
kepada mahasiswa untuk mengekspresikan
dirinya secara kreatif, tanpa merugikan
orang lain atau lingkungan (Munandar,
2004). Suasana lingkungan belajar yang
dipersepsikan oleh peserta didik disebut
dengan iklim kelas. Iklim kelas merupakan
salah satu faktor lingkungan yang turut
berkontribusi dalam perkembangan peserta
didik.
Selain faktor lingkungan, faktor dari
dalam diri juga dapat mempengarui
bagaimana individu berpikir. Salah satunya
adalah kemandirian mahasiswa dalam
belajar. Menurut Morrison (2012) bahwa:
“kemandirian adalah kemampuan untuk
mengerjakan tugas sendiri, menjaga diri
sendiri, dan memulai kegiatan tanpa harus
selalu diberi tahu apa yang harus
dilakukan”. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Barnadib (dalam Fatimah, 2006)
mengungkapkan bahwa: “kemandirian
meliputi perilaku mampu berinisiatif
mampu mengatasi masalah, mempunyai
rasa percaya diri dan dapat melakukan
sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.”
Kemandirian
belajar
peserta
didik
ditunjukkan dengan sikapnya yang mampu
menghadapi masalah dan tugasnya dengan
mandiri, tanpa harus bergantung pada
pekerjaan teman atau orang lain. Seiring
pertumbuhannya, peserta didik yang
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
mandiri akan mampu untuk menghadapi
masalah yang timbul dalam masyarakat dan
lingkungan tempat tinggalnya dengan cara
yang solutif, mengembangkan kematangan
sikap dan mental.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara
iklim kelas dan kemandirian belajar dengan
kemampuan
berpikir
kreatif
pada
mahasiswa
matematika.
Diharapkan
dengan mengetahui kontribusi dari variabel
lain terhadap kemampuan berpikir kreatif,
hal tersebut dapat dikembangkan untuk
mengoptimalkan kemampuan berpikir
kreatif pada mahasiswa Matematika.
Apabila iklim kelas memiliki kontribusi,
maka dengan demikian faktor lingkungan
menjadi hal yang penting untuk
perkembangan
kemampuan
berpikir
mahasiswa. Kemudian, orangtua atau guru
juga dapat memberikan dukungan dan
menstimulasi
mahasiswa
untuk
menunjukan kemandirian dalam belajar
apabila terdapat hubungan antara keduanya.
KAJIAN
LITERATUR
DAN
PENGAMBILAN HIPOTESIS
Kemampuan Berpikir Kreatif.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan
kemampuan untuk menghasilkan atau
mengembangkan sesuatu yang baru, yaitu
sesuatu yang berbeda dari ide-ide yang
dihasilkan kebanyakan orang. Coleman dan
Hammen (Yudha, 2004)
menyatakan
bahwa berpikir kreatif merupakan cara
berpikir yang menghasilkan sesuatu yang
baru dalam konsep, pengertian, penemuan
dan karya seni. Sejalan dengan pendapat
Coleman dan Hammen, (Sukmadinata,
2004) mengemukakan bahwa berpikir
kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk
meningkatkan kemurnian (originality) dan
ketajaman pemahaman (insight) dalam
mengembangkan sesuatu (generating).
Nicholl (Rohaeti, 2008) mengatakan bahwa
langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk menjadi orang kreatif adalah:
mengumpulkan
informasi
sebanyakbanyaknya;
berpikir
empat
arah;
memunculkan banyak gagasan; mencari
kombinasi terbaik dari gagasan-gagasan itu;
THE 5TH URECOL PROCEEDING
484
UAD, Yogyakarta
memutuskan mana kombinasi terbaik; dan
melakukan tindakan.
Kemudian Balka (Mann, 2005)
mengemukakan bahwa berfikir kreatif
memuat kemampuan berfikir konvergen
dan devergen yang meliputi kemampuan
sebagai berikut: 1) merumuskan hipotesis
matematik berdasarkan hubungan sebab
akibat terhadap situasi matematik, 2)
menentukan
pola
matematik,
3)
mengajukan solusi baru ketika menghadapi
kebuntuan berfikir, 4) mengajukan ide yang
tidak biasa dan menilai konsekuensinya, 5)
mengidentifikasi informasi yang hilang, 6)
merinci masalah umum ke dalam masalah
yang lebih rinci.
Sumarmo
(2010)
merinci
keterampilan yang terlibat dalam berfikir
kreatif antara lain keterampilan kognitif:
mengidentifikasi masalah dan peluang,
menyusun masalah yang baik dan berbeda,
mengidentifikasi data yang relevan dan
yang tidak relevan, masalah dan peluang
yang produktif; menghasilkan banyak ide
(fluency), ide yang berbeda (flexybility) dan
produk atau ide yang baru (originality),
memeriksa dan menilai hubungan antara
pilihan dan alternatif, mengubah pola pikir
dan kebiasaan lama, menyusun hubungan
baru, memperluas dan memperbaharui
rencana atau ide. Keterampilan afektif yang
termuat dalam berfikir kreatif antara lain:
merasakan masalah dan peluang, toleran
terhadap
ketidakpastian,
memahami
lingkungan dan kekreatifan orang lain,
bersifat terbuka, berani mengambil resiko,
membangun rasa percaya diri, mengontrol
diri, rasa ingin tahu, menyatakan dan
merespon perasaan dan emosi dan
mengantisipasi sesuatu yang tidak
diketahui.
Sedangkan
keterampilan
metakognitif yang termuat dalam berfikir
kreatif antara lain: merancang strategi,
menetapkan tujuan dan keputusan,
memprediksi dari data yang tidak lengkap,
memahami kekereatifan dan sesuatu yang
tidak dipahami orang lain, mendiagnosa
informasi yang tidak lengkap, membuat
pertimbangan multipel, mengatur emosi
dan memajukan elaborasi solusi masalah
dan rencana.
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Berpikir
kreatif
akan
dapat
berkembang bila ditunjang oleh faktor
personal dan situasional yaitu : 1)
Kemampuan Kognitif : Termasuk di sini
kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan
melahirkan
gagasan-gagasan
baru,
gagasan-gagasan yang berlainan, dan
fleksibilitas kognitif; 2) Sikap yang terbuka
: orang kreatif mempersiapkan dirinya
menerima stimuli internal maupun
eksternal; 3) Sikap yang bebas, otonom, dan
percaya pada diri sendiri : orang kreatif
ingin menampilkan dirinya semampu dan
semaunya, ia tidak terikat oleh konvensikovensi. Selain faktor tersebut, terdapat
pula faktor situasi lingungan yang juga turut
mempengaruhi kemampuan berpikir pada
individu.
Iklim
kelas.
Tarmidi
(2003)
menyatakan bahwa iklim kelas adalah
segala situasi yang muncul akibat hubungan
antara guru dan peserta didik atau hubungan
antara peserta didik yang menjadi ciri
khusus dari kelas dan mempengaruhi proses
belajar mengajar. Ciri-ciri kelas yang
memiliki iklim yang baik menurut
Moedjiarto (2002) adalah sebagai berikut:
1) Suasana pembelajaran di kelas, tenang,
jauh dari kegaduhan dan kekacauan; 2)
Adanya hubungan yang akrab, penuh
pengertian, dan rasa kekeluargaan antara
civitas sekolah; 3) Di sekolah tampak
adanya sikap mendahulukan kepentingan
sekolah
dan
kepentingan
banyak,
sedangkan
kepentingan
pribadi
mendapatkan tempat yang paling belakang;
4) Semua kegiatan sekolah diatur dengan
tertib, dilaksanakan dan dilakukan dengan
penuh tanggungjawab dan merata; 5) Siswa
mendapat perlakuan adil, tidak dibedabedakan antara yang miskin dan kaya,
pandai dan yang lamban berfikir, semuanya
mendapat kesempatan yang sama untuk
berprestasi sebaik-baiknya; 6) Di dalam
kelas dapat dilihat adanya aktvitas belajar
mengajar yang tinggi; 7) Siswa aktif
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
pelajaran yang kurang dipahami, sedangkan
guru dengan senang hati senantiasa
bersedia menjawabnya. Untuk pertanyaanpertanyaan yang tidak bisa dijawab, dengan
THE 5TH URECOL PROCEEDING
485
UAD, Yogyakarta
bijaksana guru meminta waktu untuk
mencari data dan informasi lebih lanjut; 8)
Siswa saling menghargai satu sama lainnya,
dan terhadap gurunya siswa memiliki rasa
hormat yang tinggi; 9) Meja dan kursi serta
perlengkapan lainnya, yang terdapat di
kelas senantiasa ditata dengan rapi dan
dijaga kebersihannya; 10) Siswa ikut
merawat kebersihan perabot sekolah dan
kebersihan ruang kelas yang penugasannya
dilakukan secara bergilir.
Kemandirian Belajar. Kemandirian
belajar merupakan kemampuan untuk
melakukan kegiatan belajar yang bertumpu
pada aktivitas, tanggung jawab, dan
motivasi yang ada dalam diri siswa sendiri
(Rusman, 2014). Rusman juga menjelaskan
peserta didik yang sudah sangat mandiri
dalam belajar mempunyai karakteristik
sebagai berikut: 1) Mengetahui dengan
pasti apa yang ingin dicapai dalam kegiatan
belajarnya. Karena itu siswa ingin ikut
menentukan tujuan pembelajarannya; 2)
Dapat memilih sumber belajar sendiri dan
mengetahui ke mana dia dapat menemukan
bahan-bahan belajar yang diinginkan serta
belajar tidak tergantung dengan orang lain;
3) Dapat menilai tingkat kemampuan yang
diperlukan
untuk
melaksanakan
pekerjaannya atau untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapinya dalam
kehidupan.
Hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini adalah ada hubungan positif
antara ilim kelas dan kemandirian belajar
dengan kemampuan berpikir kreatif pada
mahasiswa matematika UM Purworejo
METODE PENELITIAN
Variabel yang diteliti dalam penelitian
ini adalah kemampuan berpikir kreatif,
iklim kelas, dan kemandirian belajar.
Kemampuan berpikir kreatif didefinisikan
kemampuan untuk menghasilkan atau
mengembangkan sesuatu yang baru, yaitu
sesuatu yang berbeda dari ide-ide yang
dihasilkan kebanyakan orang. Aspek yang
membangun variabel ini antara lain
keterampilan kognitif, keterampilan afektif,
dan keterampilan metakognitif. Kemudian,
iklim kelas yaitu segala situasi yang muncul
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
akibat hubungan antara guru dan peserta
didik atau hubungan antara peserta didik
yang menjadi ciri khusus dari kelas dan
mempengaruhi proses belajar mengajar.
Aspek iklim kelas meliputi suasana
pembelajaran di kelas, hubungan antar
individu, sikap saling menghormati,
keteraturan, keadilan, aktivitas belajar,
keaktifan proses pembelajaran di kelas,
saling menghargai antar siswa, kerapihan
dan kebersihan kelas, tanggung jawab
merawat kelas. Sedangkan kemandirian
belajar diartikan sebagai kemampuan untuk
melakukan kegiatan belajar yang bertumpu
pada aktivitas, tanggung jawab, dan
motivasi yang ada dalam diri siswa sendiri.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas,
diketahui untuk skala kemampuan berpikir
kreatif memiliki koefisien reliabilitas
sebesar 0,838 dengan aitem sebanyak 15.
Skala iklim dengan alpha cronbach sebesar
0,881 dan aitem sebanyak 30. Sedangkan
untuk skala kemandirian belajar dengan
alpha cronbach sebesar 0,857 dan aitem
sejumlah 17. Selain uji reliabilitas,
dilakukan juga uji validitas oleh dua orang
psikolog yang meliputi validitas isi dan
validitas konstruk.
Subjek penelitian adalah mahasiswa
program studi matematika yang berjumlah
44 orang. Teknik sampling yang digunakan
yaitu sampling kuota. Data didapatkan
melalui skala kemampuan berpikir kreatif,
skala iklim kelas, dan skala emandirian
belajar. Penelitian dilakukan di Universitas
Muhammadiyah Purworejo. Kemudian,
data diolah menggunakan bantuan program
statistik SPSS 16.0 dan dianalisis melalui
teknik analisis korelasi berganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis korelasi ganda
diperoleh Rxy sebesar 0,684 dengan p ≤
0,00 yang artinya terdapat hubungan
signifikan antara iklim kelas dan
kemandirian belajar dengan kemampuan
berpikir kreatif. Sementara R² yaitu 0,468
yang menunjukan sumbangan efektif iklim
kelas dan kemandirian belajar sebesar
46,8% terhadap kemampuan berpikir
THE 5TH URECOL PROCEEDING
486
UAD, Yogyakarta
kreatif pada mahasiswa, sedangkan sebesar
53,2% dipengaruhi oleh faktor lain.
Hasil korelasi masing-masing variabel
bebas terhadap variabel tergantung yang
dilakukan dengan analisis korelasi
pearson’s
product
moment
juga
menunjukan adanya hubungan signifikan.
Korelasi antara iklim kelas dengan
kemampuan berpikir kreatif menunjukan
angka sebesar 0,564 dengan p = 0,00 (p <
0,05) yang berarti ada korelasi positif yang
signifikan. Sedangkan hubungan antara
kemandirian belajar dan kemampuan
berpikir kreatif juga menunjukan adanya
korelasi yang positif dan signifikan, yaitu
ditunjukan dengan angka koefisien korelasi
sebesar 0,461 ; p = 0,002 (p < 0,05)
Hal tersebut membuktikan bahwa
faktor lingkungan berupa yang berupa iklim
kelas memberikan kontribusi dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
pada mahasiswa. Hoy dan Miskel dalam
Hadiyanto (2003) sebagaimana dikutip
Silalahi (2008), menyatakan bahwa iklim
kelas merupakan kualitas lingkungan kelas
yang terus menerus dialami oleh guru yang
mempengaruhi tingkah laku siswa dalam
menciptakan proses pembelajaran yang
kondusif.
Penelitian-penelitian
sebelumnya
telah mengkaji tentang pengaruh situasi di
tempat belajar yaitu sekolah maupun kelas
terhadap perkembangan prestasi peserta
didik. Antara lain penelitian oleh Sari
(2013) yang menyimpulkan adanya
hubungan antara iklim kelas dengan
motivasi belajar. Saat peserta didik
mempersepsikan suasana pembelajaran
yang nyaman dan menyenangkan, hal
tersebut mempengaruhi afeksi serta
kognisinya, sehingga peserta didik dapat
berpikir dengan lebih kritis dan kreatif.
Sementara itu, kemandirian belajar
juga telah menjadi kajian pada penelitian
sebelumnya, diantaranya penelitian yang
dilakukan oleh Maryam (2015). Penelitian
tersebut membuktikan adanya hubungan
antara kemandirian belajar dengan prestasi
belajar. Artinya, siswa yang menunjukan
otonomi dan kemandirian dalam belajarnya
cenderung dapat mengoptimalkan daya
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
pikir kreatifnya sehingga memiliki prestasi
yang baik.
Berdasarkan sebaran data kemampuan
berpikir kreatif pada mahasiswa, dapat
dilihat bahwa sebanyak 64% mahasiswa
memiliki kemampuan berpikir kreatif yang
berada pada tingkat sedang, sebanyak 27%
berkemampuan tinggi, dan 9% rendah. Hal
tersebut dapat dilihat pada gambar 1.
UAD, Yogyakarta
kemandirian belajar
tinggi
sedang
rendah
Gambar 3. Sebaran kemandirian belajar
Berdasarkan besar sumbangan efektif,
diketahui bahwa iklim sekolah memiliki
sumbangan yang lebih besar yaitu 30,2%
dibandingkan kemandirian belajar sebesar
19,4% terhadap kemampuan bepikir kreatif
pada mahasiswa. Hal tersebut menunjukan
bahwa kondisi lingkungan memberikan
pengaruh lebih besar terhadap kemampuan
berpikir mahasiswa dibandingkan sikap
mandiri dalam belajar.
kemampuan berpikir kreatif
tinggi
sedang
rendah
Gambar 1. Sebaran kemampuan
berpikir kreatif
Kemudian, untuk skor iklim kelas,
sebanyak 68% menunjukan skor dalam
kategori sedang, 30% kategori tinggi, dan
2% rendah. Hal tersebut berarti sebagian
besar mahasiswa memiliki persepsi yang
cukup baik terhadap suasana lingkungan di
kelas. Sebaran data terlihat pada gambar 2.
iklim kelas
tinggi
sedang
rendah
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian disimpulkan
adanya hubungan signifikan antara iklim
kelas dan kemandirian belajar dengan
kemampuan
berpikir
kreatif
pada
mahasiswa program studi matematikan
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Diharapkan dengan hasil penelitian ini,
dosen maupun orangtua dapat membantu
mahasiswa
dalam
mengoptimalkan
kemampuan berpikirnya. Berkaitan dengan
iklim kelas, dosen memiliki peran
signifikan dalam membangun suasana
pembelajaran
yang
mendukuang
optimalisasi daya pikir kreatif mahasiswa.
Selain itu, mahasiswa juga dapat diberikan
motivasi dan dirangsang agar dapat
mengembangkan
kemandirian
dalam
belajar.
Gambar 2. Sebaran iklim kelas
REFERENSI
Pada gambar 3, tampak sebanyak 77%
mahasiswa memiliki skor kemandirian
belajar pada tingkat sedang, rendah 14%,
dan 9% dalam kategori tinggi. Artinya
sebagian besar mahasiswa telah memiliki
sikap mandiri dalam belajar.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
487
Hadiyanto
&
Subiyanto.
(2003).
Pengembalian Kebebasan Guru
untuk Mengkreasikan Iklim Kelas
dalam Manajemen Berbasis Sekolah.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
No.040 Januari 2003. Jakarta:
Depdiknas.
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Hendriana, H. (2009). Pembelajaran
Dengan Pendekatan Metaphorical
Thinking Untuk Meningkatkan
Kemampuan
Pemahaman
Matematik, Komunikasi Matematik
Dan Kepercayaan Diri Siswa
Sekolah
Menengah
Pertama.
Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Bandung : Tidak diterb itkan.
Sukmadinata, N.S (2004). Kurikulum dan
Pembelajaran
Kompetensi.
Bandung: Yayasan Kesuma Karya.
Sumarmo,U.
(2002).
Alternatif
Pembelajaran Matematika dalam
Menerapkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Makalah disajikan pada
Seminar Nasional FPMIPA UPI:
Tidak diterbitkan
Johnson, E. (2006). Contextual Teaching
and Learning. Bandung : Mizan
Learning Center.
Tarmidi. 2006. “Iklim Kelas dan Prestasi
Belajar”.
Skripsi.
Fakultas
Kedokteran USU.
Mann,
E.L.
(2005).
Mathematical
Creativity and School mathematics :
indicators
of
Mathematical
Creativity in middle School Student.
University of Connecticut
Yudha, A. S. (2004). Berpikir Kreatif
Pecahkan
Masalah.
Bandung:
Kompas Cyber Media.
Moedjiarto. 2002. Sekolah Unggulan
Pendidikan Partisipator dengan
Pendekatan Sistem. Surabaya. Duta
Graha Pustaka.
Munandar, S.C.U. (2004). Pengembangan
kreativitas anak berbakat. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Morrison Goorge S.. 2012. Dasar-Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Jakarta : PT Indeks
Rohaeti, E. E. (2008). Pembelajaran
Dengan Pendekatan Eksplorasi
Untuk Mengembangkan Kemampuan
Berpikir
Kritis
Dan
Kreatif
Matematik Siswa Sekolah Menengah
Pertama. Disertasi Sekolah Pasca
Sarjana UPI. Bandung : Tidak
Diterbitkan.
Rusman
(2014).
Model-model
pembelajaran. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Silalahi, Juniman. 2008. “Pengaruh Iklim
Terhadap Motivasi Belajar”. Jurnal
Pembelajaran Volume 30 No. 02.
Universitas Negeri Padang Press.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
488
ISBN 978-979-3812-42-7
Download