deskripsi analisis implementasi model problem based

advertisement
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
DESKRIPSI ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED
INSTRUCTION TERHADAP REGULASI DIRI MAHASISWA
Nurhidayati 1), Itsna Iftayani2)Umi Pratiwi3)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ,Universitas Muhammadiyah Purworejo
email: [email protected]
2
Fakultas Ilmu Sosial , Universitas Muhammadiyah Purworejo
email: [email protected]
31
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Muhammadiyah Purworejo
Email: [email protected]
1
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan model Problem Based Instruction pada
pembelajaran Perkembangan Peserta Didik untuk membentuk/memperkuat regulasi diri mahasiswa.
Langkah langkah PBI diantaranya: 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah, 2. Berfokus pada
keterkaitan antar disiplin Pertanyaan dan masalah, 3.Penyelidikan otentik, 4. Menghasilkan suatu
produk/karya dan memamerkannya. Sedangkan indikator penilaian regulasi diri: pencapaian tujuan
pembelajaran, observasi diri, penilaian diri dan penguatan diri. Penelitian inimerupakanpenelitian
deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan dokumentasi hasil penelitian ini
menunjukkan dengan penerapan problem based instruction prosentase kemampuan regulasi diri
mahasiswa dari ke empat indikator yaitu: 1)pencapaian tujuan 75 %, 2) observasi diri 70 %) penilaian
diri 73% 4) penguatan diri 70 %. Jadi implementasi model pembelajaran PBI dapat memperkuat
kemampuan regulasi diri mahasiswa.
Keywords: Problem Based Instructiont, Regulasi Diri
PENDAHULUAN
Mutu Pendidikan Indonesia sampai saat ini
belum menunjukkan kegemilangannya, hal ini
bisa dilihat dari berbagai data tentang kualitas
pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan
EFA Global Monitoring Report 2011: The
Hidden Crisis, Armed Conflict and Education
yang dikeluarkan oleh UNESCO, Indeks
pembangunan pendidikan Indonesia sebesar 0,
934. Nilai ini menempatkan Indonesia pada
posisi ke 69 dari 127 negara di Dunia. Indeks
pengembangan pendidikan dikatakan tinggi jika
mencapai 0,95-1, medium 0,80-0,949 dan
rendah jika dibawah 0,80 (Runtuwene, 2013).
Kurangnya kesadaran untuk belajar juga
menjadi salah satu masalah dalam penurunan
kualitas pendidikan Indonesia. Belajar belum
menjadi kebutuhan bagi mahasiswa sehingga
mahasiswa hanya belajar ketika ujian
berlangsung atau ketika mengerjakan tugas yang
diberikan oleh dosen padahal idealnya individu
yang sudah memasuki masa remaja akhir, sudah
mencapai kemandirian dan dapat mengatur
belajarnya dengan baik. Regulasi belajar yang
THE 5TH URECOL PROCEEDING
tinggi dapat meningkatkan kedisiplinan pada
remaja (Duckworth dkk, 2010).
Regulasi diri dalam belajar penting untuk
dimiliki mahasiswa karena dapat membantu
menciptakan kebiasaan belajar yang baik dan
memperkuat kemampuan mereka, menerapkan
strategi belajar yang dapat meningkatkan hasil
belajar, memonitor prestasi dan mengevaluasi
peningkatan hasil belajar mahasiswa (Zumbrunn
dkk, 2011). Selain itu mahasiswa juga akan
mampu meningkatkan minat, motivasi dan
managemen diri yang dapat dimanfaatkan dalam
bidang akademis maupun diluar akademis
(Wolters, 2010).
Salah satu model pembelajaran dengan
pendekatan berpusat pada mahasiswa adalah
problem based instruction. Problem based
instruction
(PBI)
merupakan
model
pembelajaran di mana siswa aktif menyelesaikan
masalah yang kompleks dalam situasi yang
realistis. Sebagai model pembelajaran, hal ini
menunjukkan bahwa belajar apapun dapat
dicapai melalui "petunjuk belajar" yang
berfungsi baik untuk intrik pelajar dan
130
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
memastikan hasil belajar yang berkualitas tinggi.
Hal ini dapat digunakan untuk mengajarkan
pelajaran individu, unit, atau bahkan seluruh
kurikulum.
Melalui model pembelajaran
problem
based
instruction
diharapkan
kemampuan regulasi diri mahasiswa meningkat
sehingga motivasi dan hasil belajar mereka pun
dapat optimal.
KAJIAN LITERATUR
Problem based instruction merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu siswa untuk merespon informasi yang
sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial
dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun
kompleks (Ratumawan, 2002:2013).
Strategi pembelajaran menggunakan masalah
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang berfikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esendi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa
terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan
masalah dan konsep dari berbagai isi materi
pelajaran. Strategi ini mencakup pengumpulan
informasi berkaitan dengan pertanyaan,
menyitesa, dan mempresentasikan penemuanya
kepada orang lain. (Depdiknas, 2003:4)
Problem Based Instruction adalah metode
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Melalui pendekatan ini, peserta didik secara
progresif diberikan lebih banyak bertanggung
jawab atas pembelajaran mereka sendiri dan
menjadi semakin independen, tidak bergantung
pada guru. PBI menghasilkan pelajar yang
mandiri yang dapat terus belajar sendiri dalam
hidup dan dalam karir yang mereka pilih
(Barrows, 2005).
Pembelajaran berbasis masalah merupakan
pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan
dengan cara menyajikan suatu permasalahan,
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan,
memfasilitasi penyelidikan dan membuka
dialog. Metode ini sangat potensial untuk
mengembangkan kemandirian peserta didik
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
melalui pemecahan masalah yang bermakna bagi
kehidupan siswa (Mulyatiningsih, 2010).
Problem Based Instruction merupakan model
pembelajaran yang diminati siswa, karena
dengan model pembelajaran ini siswa menjadi
bertanggung jawab untuk pembelajaran mereka
sendiri,
mengembangkan
kebiasaan
penyelidikan aktif, dan belajar teknik penelitian
yang efektif. Tujuan utama dari PBI:
a. Terlibat masalah yang mereka hadapi dalam
kehidupan dan karir dengan inisiatif dan
antusiasme.
b. Memecahkan masalah secara efektif
menggunakan basis pengetahuan yang
terintegrasi, fleksibel dan mudah digunakan.
c. Menggunakan keterampilan belajar yang
efektif “self-directed”untuk terus belajar
sebagai kebiasaan seumur hidup.
d. Terus memantau dan menilai kecukupan
pengetahuan mereka, pemecahan masalah
dan keterampilan self-directed learning.
e. Berkolaborasi secara efektif sebagai anggota
kelompok.
f. Peserta didik paling dilatih untuk
memecahkan masalah otentik dalam
kelompok,
sedangkan
guru
hanya
memberikan stimulasi dan menjadi
fasilitator. Metode yang digunakan
ditentukan secara individual.
Langkah-langkah
pembelajaran
berbasis
masalah
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
kemudian memberi tugas atau masalah
untuk dipecahkan.
b. Guru
menjelaskan
logistik
yang
dibutuhkan, prosedur yang harus dilakukan
dan memotivasi peserta didik supaya
terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah
yang dipilih.
c. Guru
membantu
peserta
didik
mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut (menetapkan topik, tugas,
jadwal, dll.)
d. Guru mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
bereksperimen
untuk
mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah,
pengumpulan data, dan merumuskan
hipotesis.
131
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
e. Guru membantu peserta didik dalam
menyiapkan laporan hasil pemecahan
masalah yang menjadi tugasnya.
f. Guru membantu peserta didik untuk
melakukan refleksi atau mengevaluasi
proses-proses penyelidikan yang dilakukan
untuk menyelesaikan masalah.
Terdapat beberapa ciri PBI (Problem Based
Instruction) menurut Ibrahim dan Nur (2000)
yaitu:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
PBI (Problem
Based
Instruction) mengorganisasikan
kehidupan
nyata dan pengalaman siswa sebagai bahan
pengajaran. Kehidupan nyata dan pengalaman
siswa inilah yang dijadikan sebagai sumber
pertanyaan atau masalah bagi siswa itu sendiri.
Hal ini akan membantu siswa dalam
mempertajam pola pikir kritis siswa terhadap
lingkungan, sehingga kepekaan siswa dan rasa
ingin tahu siswa menjadi meningkat.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Pertanyaan
dan
masalah
yang
bermunculan pada siswa tidak harus berada
pada satu disiplin ilmu saja. Namun, masalah
tersebut saling berkaitan dengan disiplin ilmu
yang lain. Sehingga siswa dapat berpikir secara
lebih luas dan holistik, tidak terkotak-kotak
pada satu disiplin ilmu saja. Pola pikir yang luas
dan holistik akan membantu anak berpikir
secara meluas tanpa membedakan disiplin ilmu
yang berkaitan.
c. Penyelidikan otentik
PBI (Problem
Based
Instruction) mengharuskan
siswa
untuk
melakukan penyelidikan terhadap masalah nyata
melalui analisis masalah, observasi dan
eksperimen. Selama penyelidikan siswa dapat
mencari segala informasi dari berbagai sumber
pembelajaran untuk memecahkan masalah yang
terjadi. Selain itu, dengan adanya penyelidikan
otentik ini, secara tidak langsung membuat siswa
mengalami sendiri dalam mencari sebuah
konsep. Hal itu akan membantu siswa dalam
membangun
pengetahuannya
sendiri (konstruktivisme).
d. Menghasilkan suatu produk/karya dan
memamerkannya
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
PBI (Problem
Based
Instruction) menuntut
siswa
untuk
menghasilkan suatu produk tertentu dalam
sebuah karya seperti poster, puisi, laporan,
gambar dan sebagainya. Produk ini dihasilkan
dari proses pemecahan masalah yang berhasil
dipecahkan oleh siswa. Setelah menghasilkan
suatu produk, siswa juga harus memamerkan
hasil karyanya. Hal ini menimbulkan suatu
kepuasan terhadap diri siswa, sehingga
semangat kompetisi untuk menghasilkan karya
terbaik dapat terus menerus dibangun.
e. Kerjasama
Kerjasama dalam pembelajaran ini cukup
bervariasi, dapat secara berpasangan, kelompok
kecil maupun dalam kelompok besar. Kerjasama
akan mendorong siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir melalui tukar pendapat
serta berbagai penemuan yang berhasil
ditemukan bersama. Selain itu kerjasama juga
dapat membantu siswa dalam mengembangkan
motivasi pada diri masing-masing siswa.
Regulasi diri dalam belajar merupakan
proses yang membantu siswa dalam mengelola
pikiran, perilaku, dan emosi mereka agar
berhasil mengatur pengalaman belajar mereka.
Proses ini terjadi ketika tindakan siswa
bermanfaat dan proses belajar diarahkan pada
perolehan informasi atau keterampilan (Sharon,
2011).
Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan regulasi diri siswa dalam belajar
yaitu:
a. Instruksi langsung dan modeling
Ketika guru memberikan contoh atau
inspirasi kepada siswa dan memberikan tugas
yang dapat dikerjakan dengan cara mereka
sendiri maka siswa akan lebih mudah memahami
dan memulai mengerjakan tugasnya dengan
semangat. Pemberian instruksi langsung ini
lebih efektif pada tingkat satuan pendidikan
dasar dan menengah, akan tetapi juga berperan
pada beberapa mahasiswa Sharon, 2011).
Petunjuk dan praktek mandiri
Guru yang berperan sebagai fasilitator, dapat
memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa
dan membiarkan siswa untuk mempraktekkan
secara mandiri. Guru hanya memberikan arahan
dan bantuan jika siswa mengalami kesulitan.
132
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Ketika menggunakan metode ini, siswa dengan
sendirinya akan lebih mandiri dan tidak banyak
bergantung kepada guru sehingga dapat
bermanfaat untuk kemandirian siswa.
b. Dukungan sosial dan umpan balik
Dukungan sosial dari guru dan teman sebaya
menjadi penting dalam meningkatkan regulasi
belajar siswa. Penelitian menunjukkan bahwa
siswa yang mendapat dukungan dari guru dan
teman sekolahnya lebih konsisten dalam
meningkatkan regulasi dirinya (Patrick, Ryan, &
Kaplan, 2007).Kebiasaan “introspeksi diri”
Kebiasaan untuk melihat dan memperbaiki
kebiasaan diri siswa dalam belajar menjadi hal
penting dalam meningkatkan regulasi diri siswa.
Dengan terbiasa mengamati
perubahan
kebiasaan mereka dan keberhasilan mereka
dalam mencapai tujuan maka siswa akan lebih
mudah untuk memperbaiki kesalahan yang
mereka lakukan sehingga siswa dapat membuat
revolusi baru terkait dengan kebiasaan belajar
mereka.
Menurut Eggen & Kauchak (1997), ada 4
aspek utama dalam regulasi diri yaitu:
a. Pencapaian tujuan, dengan tujuan yang
realistis dan diatur oleh siswa sendiri akan
lebih efektif apabila tujuan itu direncanakan
oleh guru. Guru dapat membantu siswa
bagaimana membuat suatu tujuan.
b. Observasi diri. Berdasarkan tujuan yang
sudah dibuat, siswa dapat memonitor
perkembangan yang sudah dilakukan,
misalnya dengan membuat check list, bagan
atau bentuk lainnya. Observasi diri dapat
merubah perilaku dan kebiasaan siswa
dalam belajar dengan efektif, apalagi jika
mendapat dukungan dari guru.
c. Penilaian diri. Secara berkala, siswa diminta
untuk menilai perkembangan yang sudah
dibuat. Selain digunakan untuk mengukur
perubahan kebiasaan dalam belajar, hal ini
juga digunakan sebagai alat evaluasi untuk
melihat, apakah cara yang dilakukan siswa
untuk merubah kebiasaannya sudah cukup
efektif atau belum sehingga dapat mencari
cara yang lebih tepat untuk mengubah
kebiasaan dalam belajar.
d. Penguatan
diri.
Penguatan
atau
reinforcement dapat membantu siswa untuk
mengubah kebiasaan dalam belajar. Hal ini
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
bisa dilakukan dengan memberikan hadiah
kepada diri sendiri ketika berhasil mengubah
kebiasaan belajar dan member hukuman
ketika mereka tidak dapat mencapai tujuan.
Pemilihan model pembelajaran PBI pada
pemecahan masalah pada pembelajaran di kelas
menjadi salah satu alternative pembelajaran
yang dapat diterapkan karena banyak sekali
manfaat yang akan diperoleh dari penerapan
model ini.
Penelitian yang telah dilakukano leh
Rusmiyati (2007) bahwa pengembangan model
pembelajaran Problem Based Instruction dapat
menumbuhkan keterampilan proses sains siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Lisnawati (2010)
menunjukkan hasil bahwa penerapan model
pembelajaran
berbasis
masalah
dapat
meningkatkan keterampilan proses sains dan
prestasi belajar siswa SMA. Pada penelitian lain
Dewi (2008:92) mengemukakan proses dalam
melakukan aktivitas-aktivitas yang terkait
dengan sains biasa disebut dengan Keterampilan
Proses Sains (Science Proces sSkill). Rangkaian
bentuk kegiatan keterampilanproses adalah
kegiatan mengamati,menggolongkan, menafsirkan,
meramalkan,menerapkan
konsep,
merencanakan penelitian,dan mengomunikasikan (Djamarah, 2005:8 )
Mengingat idealnya konsep pembelajaran
PBI tersebut maka
penerapan model
pembelajaran ini diterapkan pada mata kuliah
PPD dan pada penerapan model pembelajaran
ini akan di observasi keterkaitannya dengan
regulasi diri mahasiswa yang telah mengikuti
perkuliahan PPD dengan model ini
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Deskriftif kualitatif dengan
menggunakan
teknik
pengumpulan
Observasi,dan Dokumentasi.
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa
semester 3 yang program studi Pendidikan
Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purworejo yang
berjumlah 25 orang. Model pembelajaran
problem based instruction diterapkan pada mata
kuliah perkembangan peserta didik.
133
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Devinisi operasional model Problem Based
instruction dalam penelitian ini adalah:model
pembelajaran yang memiliki langkah langkah
diataranya:1.Pengajuan
pertanyaan
atau
masalah, 2.Berfokus pada keterkaitan antar
disiplinPertanyaan dan masalah, 3.Penyelidikan
otentik, 4. Menghasilkan suatu produk/karya dan
memamerkannya.
Definisi operasional regulasi diri dalam
penelitian ini adalah: kemampuan individu
dalam menetapkan tujuan pembelajaran,
observasi diri, penilaian diri dan penguatan diri.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil observasi digunakan sebagai informasi
bahwa model pembelajaran problem based
instruction belum pernah digunakan dalam
proses pembelajaran mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik.
Penerapan problem based instruction pada
perkuliahan perkembangan Peserta didik sebagai
berikut:
Pada pertemuan ke-1: Dosen memberikan
materi tentang perkembangan sosial dan
memberikan contoh kongkrit yang ada di
lingkungan sekitar mahasiswa di beri tugas:
Mencari masalah “di lapangan” terkait dengan
perkembangan sosial dalam hal ini kreativitas
dalam menyajikan data menjadi penting karena
menggambarkan mahasiswa dapat menentukan
pencapaian tujuan dan tugas dibahas pada
pertemuan berikutnya.
Pada pertemuan ke-2: Diskusi tentang
permasalahan sosial di lapangan, mahasiswa
mengumpulkan laporan penelitian mini di
lapangan dalam bentuk teks &power point serta
mempresentasikannya
Pada pertemuan ke-3: Pada materi
Perkembangan bahasa & emosi dosen memberi
tugas untuk mereview film “miracle worker”
Mencari permasalahan dalam film &
memberikan solusi terhadap permasalahan yang
ada (sesuai dengan teori) Tugas tersebut
dikerjakan dirumah & dibahas minggu depan.
Pada pertemuan ke-4: Diskusi hasil review
film “miracle worker” dan evaluasi dari dosen
Sedangkanpada pertemuan ke-5: Penayangan
kreativitas anak-anak Indonesia, diskusi &
evaluasi dari dosen.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
Pada
indikator
pencapaian
tujuan,
Mahasiswa terlihat telah memahami instruksi
dari dosen dan dapat menentukan pencapaian
tujuan terbukti ketika diberi instruksi untuk
mencari masalah “di lapangan” terkait dengan
perkembangan sosial, tiap kelompok langsung
menentukan rencana kegiatan tersebut.
Pada indikator Observasi diri, mahasiswa
terlihat
sudah
memiliki
kemampuan
memonitoring perkembangan tugas yang sedang
dilakukan.
Pada indikator penilaian diri, mahasiswa di
beri tugas untuk membuat jurnal pribadi terkait
dengan capaian pembelajarannya, di dalam
jurnal tersebut mahasiswa memaparkan terkait
dengan pencapaian tujuan pembelajaran dan
monitoring perkembangan tugasnya.
Pada indikator Penguatan diri, mahasiswa
sudah mampu memberikan penguatan dan
penghargaan terhadap dirinya, sehingga
mahasiswa jadi mengetahui rancangan belajar
yang akan di tempuh.
Tabel.1. Hasil Analisis Deskriptif Regulasi Diri
Nilai Indikator
1
234
71.25 66,50 69,35
75%
70%
73%
66,50
70%
Ratarata
68,4
72%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
kemampuan regulasi diri mahasiswa dari ke
empat indikator adalah: 1)pencapaian tujuan 75
%,2)observasi diri 70%, 3) penilaian diri 73%
dan 4) penguatan diri 70 %.
Dari
penerapan
model
PBI
terlihatmahasiswa menjadi terbiasa mengerjakan
tugas melalui instruksi sederhana dari dosen dan
mengerjakan sendiri dengan pemilihan ide yang
dipilih sendiri serta kreativitas dalam
penyusunan laporan atau pengerjaan tugasnya
sehingga mahasiswa dapat mengatur baik
dirinya maupun kelompoknya secara mandiri
tanpa banyak ikut campur dari dosen.
Kemampuan
mengatur
dirinya
sendiri
untukmengerjakan tugas ini secara bertahap
terus berkembang. Hal ini dapat dilihat dari
kondisi ketika perkuliahan dari pertemuan awal
hingga peremuan akhir. Pada pertemuan awal
mahasiswa masih ragu untuk mencari ide terkait
134
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
dengan
instruksi
untuk
mencari
masalahperkembangan peserta didik yang ada di
sekitar tempat tinggal, banyak mahasiswa yang
masih bertanya terkait dengan bagaimana
kriteria dan pelaporannya padahal sudah
diinstrusikan membuat laporan dengan format
bebas.
Dengan menerapkan model pembelajaran
problem based instruction mahasiswa lebih
mandiri, tidak bergantung pada dosen ketika
mengerjakan tugas dan percaya diri dalam
mengungkapkan pendapat atau memecahkan
masalah jika dibandingkan ketika mahasiswa
yang masih diberikan perkuliahan dengan model
pembelajaran dengan model sebelumnya.
UAD, Yogyakarta
Gollwitzer, Peter M. (2010). Selfregulation strategies improve selfdiscipline in adolescents: benefits of
mental contrasting and implementation
intentions.
Educational Psychology, Vol. 31, No. 1,
January
2011,
17–26.
DOI.
10.1080/01443410.2010.506003.
Wolters, Christhoper A. (2010). (borrow, 2005).
Department of Educational Psychology
University of Houston.
Ibrahim, M., dan Nur, M. (2004).
Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
Surabaya:UNESA University Press.
KESIMPULAN
Model pembelajaran PBI merupakan salah
satu model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih mandiri
karena langkah-langkah yang dilaksanakan
memberikan kebebasan kepada mahasiswa
untuk mencari masalah, mendiskusikannya,
mempresentasikannya
serta
menghasilkan
produk baru. Model pembelajaran ini juga
penting dalam membentuk kemampuan regulasi
diri siswa karena dengan langkah-langkah yang
dilakukan akan dapat membantu mahasiswa
belajar merencanakan dan membuat konsep
belajarnya sendiri. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa regulasi mahasiswa dapat
dikatakan baik karena mencapai target yang
diharapkan.
REFERENSI
Barrows, Harold. (2005). THEORY NAME:
Problem-based
Instruction
(PBI).
Department of Instructional Design,
Development, & Evaluation Syracuse
University.
Zumbrunn, Sharon; Tadlock, Joshep &Roberts,
Elizabeth Danielle (2011).Encouraging
Self Regulated Learning in the
Classroom: A Review of the Literature
Metropolitan Educational Research
Concortium (MERC), Virginia
Commonwealth University.
Duckworth, Angela Lee; Grant, Heidi; Loew,
Benjamin, Oettingen, Gabriele &
THE 5TH URECOL PROCEEDING
135
ISBN 978-979-3812-42-7
Download