THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta DESKRIPSI ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP REGULASI DIRI MAHASISWA Nurhidayati 1), Itsna Iftayani2)Umi Pratiwi3) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ,Universitas Muhammadiyah Purworejo email: [email protected] 2 Fakultas Ilmu Sosial , Universitas Muhammadiyah Purworejo email: [email protected] 31 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: [email protected] 1 Abstract Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan model Problem Based Instruction pada pembelajaran Perkembangan Peserta Didik untuk membentuk/memperkuat regulasi diri mahasiswa. Langkah langkah PBI diantaranya: 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah, 2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin Pertanyaan dan masalah, 3.Penyelidikan otentik, 4. Menghasilkan suatu produk/karya dan memamerkannya. Sedangkan indikator penilaian regulasi diri: pencapaian tujuan pembelajaran, observasi diri, penilaian diri dan penguatan diri. Penelitian inimerupakanpenelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan dokumentasi hasil penelitian ini menunjukkan dengan penerapan problem based instruction prosentase kemampuan regulasi diri mahasiswa dari ke empat indikator yaitu: 1)pencapaian tujuan 75 %, 2) observasi diri 70 %) penilaian diri 73% 4) penguatan diri 70 %. Jadi implementasi model pembelajaran PBI dapat memperkuat kemampuan regulasi diri mahasiswa. Keywords: Problem Based Instructiont, Regulasi Diri PENDAHULUAN Mutu Pendidikan Indonesia sampai saat ini belum menunjukkan kegemilangannya, hal ini bisa dilihat dari berbagai data tentang kualitas pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan EFA Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan oleh UNESCO, Indeks pembangunan pendidikan Indonesia sebesar 0, 934. Nilai ini menempatkan Indonesia pada posisi ke 69 dari 127 negara di Dunia. Indeks pengembangan pendidikan dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1, medium 0,80-0,949 dan rendah jika dibawah 0,80 (Runtuwene, 2013). Kurangnya kesadaran untuk belajar juga menjadi salah satu masalah dalam penurunan kualitas pendidikan Indonesia. Belajar belum menjadi kebutuhan bagi mahasiswa sehingga mahasiswa hanya belajar ketika ujian berlangsung atau ketika mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen padahal idealnya individu yang sudah memasuki masa remaja akhir, sudah mencapai kemandirian dan dapat mengatur belajarnya dengan baik. Regulasi belajar yang THE 5TH URECOL PROCEEDING tinggi dapat meningkatkan kedisiplinan pada remaja (Duckworth dkk, 2010). Regulasi diri dalam belajar penting untuk dimiliki mahasiswa karena dapat membantu menciptakan kebiasaan belajar yang baik dan memperkuat kemampuan mereka, menerapkan strategi belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar, memonitor prestasi dan mengevaluasi peningkatan hasil belajar mahasiswa (Zumbrunn dkk, 2011). Selain itu mahasiswa juga akan mampu meningkatkan minat, motivasi dan managemen diri yang dapat dimanfaatkan dalam bidang akademis maupun diluar akademis (Wolters, 2010). Salah satu model pembelajaran dengan pendekatan berpusat pada mahasiswa adalah problem based instruction. Problem based instruction (PBI) merupakan model pembelajaran di mana siswa aktif menyelesaikan masalah yang kompleks dalam situasi yang realistis. Sebagai model pembelajaran, hal ini menunjukkan bahwa belajar apapun dapat dicapai melalui "petunjuk belajar" yang berfungsi baik untuk intrik pelajar dan 130 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 memastikan hasil belajar yang berkualitas tinggi. Hal ini dapat digunakan untuk mengajarkan pelajaran individu, unit, atau bahkan seluruh kurikulum. Melalui model pembelajaran problem based instruction diharapkan kemampuan regulasi diri mahasiswa meningkat sehingga motivasi dan hasil belajar mereka pun dapat optimal. KAJIAN LITERATUR Problem based instruction merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk merespon informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumawan, 2002:2013). Strategi pembelajaran menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esendi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran. Strategi ini mencakup pengumpulan informasi berkaitan dengan pertanyaan, menyitesa, dan mempresentasikan penemuanya kepada orang lain. (Depdiknas, 2003:4) Problem Based Instruction adalah metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Melalui pendekatan ini, peserta didik secara progresif diberikan lebih banyak bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri dan menjadi semakin independen, tidak bergantung pada guru. PBI menghasilkan pelajar yang mandiri yang dapat terus belajar sendiri dalam hidup dan dalam karir yang mereka pilih (Barrows, 2005). Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog. Metode ini sangat potensial untuk mengembangkan kemandirian peserta didik THE 5TH URECOL PROCEEDING UAD, Yogyakarta melalui pemecahan masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa (Mulyatiningsih, 2010). Problem Based Instruction merupakan model pembelajaran yang diminati siswa, karena dengan model pembelajaran ini siswa menjadi bertanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri, mengembangkan kebiasaan penyelidikan aktif, dan belajar teknik penelitian yang efektif. Tujuan utama dari PBI: a. Terlibat masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan dan karir dengan inisiatif dan antusiasme. b. Memecahkan masalah secara efektif menggunakan basis pengetahuan yang terintegrasi, fleksibel dan mudah digunakan. c. Menggunakan keterampilan belajar yang efektif “self-directed”untuk terus belajar sebagai kebiasaan seumur hidup. d. Terus memantau dan menilai kecukupan pengetahuan mereka, pemecahan masalah dan keterampilan self-directed learning. e. Berkolaborasi secara efektif sebagai anggota kelompok. f. Peserta didik paling dilatih untuk memecahkan masalah otentik dalam kelompok, sedangkan guru hanya memberikan stimulasi dan menjadi fasilitator. Metode yang digunakan ditentukan secara individual. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian memberi tugas atau masalah untuk dipecahkan. b. Guru menjelaskan logistik yang dibutuhkan, prosedur yang harus dilakukan dan memotivasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. c. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.) d. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, bereksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, dan merumuskan hipotesis. 131 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 e. Guru membantu peserta didik dalam menyiapkan laporan hasil pemecahan masalah yang menjadi tugasnya. f. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau mengevaluasi proses-proses penyelidikan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Terdapat beberapa ciri PBI (Problem Based Instruction) menurut Ibrahim dan Nur (2000) yaitu: a. Pengajuan pertanyaan atau masalah PBI (Problem Based Instruction) mengorganisasikan kehidupan nyata dan pengalaman siswa sebagai bahan pengajaran. Kehidupan nyata dan pengalaman siswa inilah yang dijadikan sebagai sumber pertanyaan atau masalah bagi siswa itu sendiri. Hal ini akan membantu siswa dalam mempertajam pola pikir kritis siswa terhadap lingkungan, sehingga kepekaan siswa dan rasa ingin tahu siswa menjadi meningkat. b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin Pertanyaan dan masalah yang bermunculan pada siswa tidak harus berada pada satu disiplin ilmu saja. Namun, masalah tersebut saling berkaitan dengan disiplin ilmu yang lain. Sehingga siswa dapat berpikir secara lebih luas dan holistik, tidak terkotak-kotak pada satu disiplin ilmu saja. Pola pikir yang luas dan holistik akan membantu anak berpikir secara meluas tanpa membedakan disiplin ilmu yang berkaitan. c. Penyelidikan otentik PBI (Problem Based Instruction) mengharuskan siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah nyata melalui analisis masalah, observasi dan eksperimen. Selama penyelidikan siswa dapat mencari segala informasi dari berbagai sumber pembelajaran untuk memecahkan masalah yang terjadi. Selain itu, dengan adanya penyelidikan otentik ini, secara tidak langsung membuat siswa mengalami sendiri dalam mencari sebuah konsep. Hal itu akan membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri (konstruktivisme). d. Menghasilkan suatu produk/karya dan memamerkannya THE 5TH URECOL PROCEEDING UAD, Yogyakarta PBI (Problem Based Instruction) menuntut siswa untuk menghasilkan suatu produk tertentu dalam sebuah karya seperti poster, puisi, laporan, gambar dan sebagainya. Produk ini dihasilkan dari proses pemecahan masalah yang berhasil dipecahkan oleh siswa. Setelah menghasilkan suatu produk, siswa juga harus memamerkan hasil karyanya. Hal ini menimbulkan suatu kepuasan terhadap diri siswa, sehingga semangat kompetisi untuk menghasilkan karya terbaik dapat terus menerus dibangun. e. Kerjasama Kerjasama dalam pembelajaran ini cukup bervariasi, dapat secara berpasangan, kelompok kecil maupun dalam kelompok besar. Kerjasama akan mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir melalui tukar pendapat serta berbagai penemuan yang berhasil ditemukan bersama. Selain itu kerjasama juga dapat membantu siswa dalam mengembangkan motivasi pada diri masing-masing siswa. Regulasi diri dalam belajar merupakan proses yang membantu siswa dalam mengelola pikiran, perilaku, dan emosi mereka agar berhasil mengatur pengalaman belajar mereka. Proses ini terjadi ketika tindakan siswa bermanfaat dan proses belajar diarahkan pada perolehan informasi atau keterampilan (Sharon, 2011). Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk meningkatkan regulasi diri siswa dalam belajar yaitu: a. Instruksi langsung dan modeling Ketika guru memberikan contoh atau inspirasi kepada siswa dan memberikan tugas yang dapat dikerjakan dengan cara mereka sendiri maka siswa akan lebih mudah memahami dan memulai mengerjakan tugasnya dengan semangat. Pemberian instruksi langsung ini lebih efektif pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah, akan tetapi juga berperan pada beberapa mahasiswa Sharon, 2011). Petunjuk dan praktek mandiri Guru yang berperan sebagai fasilitator, dapat memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa dan membiarkan siswa untuk mempraktekkan secara mandiri. Guru hanya memberikan arahan dan bantuan jika siswa mengalami kesulitan. 132 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Ketika menggunakan metode ini, siswa dengan sendirinya akan lebih mandiri dan tidak banyak bergantung kepada guru sehingga dapat bermanfaat untuk kemandirian siswa. b. Dukungan sosial dan umpan balik Dukungan sosial dari guru dan teman sebaya menjadi penting dalam meningkatkan regulasi belajar siswa. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mendapat dukungan dari guru dan teman sekolahnya lebih konsisten dalam meningkatkan regulasi dirinya (Patrick, Ryan, & Kaplan, 2007).Kebiasaan “introspeksi diri” Kebiasaan untuk melihat dan memperbaiki kebiasaan diri siswa dalam belajar menjadi hal penting dalam meningkatkan regulasi diri siswa. Dengan terbiasa mengamati perubahan kebiasaan mereka dan keberhasilan mereka dalam mencapai tujuan maka siswa akan lebih mudah untuk memperbaiki kesalahan yang mereka lakukan sehingga siswa dapat membuat revolusi baru terkait dengan kebiasaan belajar mereka. Menurut Eggen & Kauchak (1997), ada 4 aspek utama dalam regulasi diri yaitu: a. Pencapaian tujuan, dengan tujuan yang realistis dan diatur oleh siswa sendiri akan lebih efektif apabila tujuan itu direncanakan oleh guru. Guru dapat membantu siswa bagaimana membuat suatu tujuan. b. Observasi diri. Berdasarkan tujuan yang sudah dibuat, siswa dapat memonitor perkembangan yang sudah dilakukan, misalnya dengan membuat check list, bagan atau bentuk lainnya. Observasi diri dapat merubah perilaku dan kebiasaan siswa dalam belajar dengan efektif, apalagi jika mendapat dukungan dari guru. c. Penilaian diri. Secara berkala, siswa diminta untuk menilai perkembangan yang sudah dibuat. Selain digunakan untuk mengukur perubahan kebiasaan dalam belajar, hal ini juga digunakan sebagai alat evaluasi untuk melihat, apakah cara yang dilakukan siswa untuk merubah kebiasaannya sudah cukup efektif atau belum sehingga dapat mencari cara yang lebih tepat untuk mengubah kebiasaan dalam belajar. d. Penguatan diri. Penguatan atau reinforcement dapat membantu siswa untuk mengubah kebiasaan dalam belajar. Hal ini THE 5TH URECOL PROCEEDING UAD, Yogyakarta bisa dilakukan dengan memberikan hadiah kepada diri sendiri ketika berhasil mengubah kebiasaan belajar dan member hukuman ketika mereka tidak dapat mencapai tujuan. Pemilihan model pembelajaran PBI pada pemecahan masalah pada pembelajaran di kelas menjadi salah satu alternative pembelajaran yang dapat diterapkan karena banyak sekali manfaat yang akan diperoleh dari penerapan model ini. Penelitian yang telah dilakukano leh Rusmiyati (2007) bahwa pengembangan model pembelajaran Problem Based Instruction dapat menumbuhkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Lisnawati (2010) menunjukkan hasil bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan prestasi belajar siswa SMA. Pada penelitian lain Dewi (2008:92) mengemukakan proses dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan sains biasa disebut dengan Keterampilan Proses Sains (Science Proces sSkill). Rangkaian bentuk kegiatan keterampilanproses adalah kegiatan mengamati,menggolongkan, menafsirkan, meramalkan,menerapkan konsep, merencanakan penelitian,dan mengomunikasikan (Djamarah, 2005:8 ) Mengingat idealnya konsep pembelajaran PBI tersebut maka penerapan model pembelajaran ini diterapkan pada mata kuliah PPD dan pada penerapan model pembelajaran ini akan di observasi keterkaitannya dengan regulasi diri mahasiswa yang telah mengikuti perkuliahan PPD dengan model ini METODE PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriftif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan Observasi,dan Dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester 3 yang program studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang berjumlah 25 orang. Model pembelajaran problem based instruction diterapkan pada mata kuliah perkembangan peserta didik. 133 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Devinisi operasional model Problem Based instruction dalam penelitian ini adalah:model pembelajaran yang memiliki langkah langkah diataranya:1.Pengajuan pertanyaan atau masalah, 2.Berfokus pada keterkaitan antar disiplinPertanyaan dan masalah, 3.Penyelidikan otentik, 4. Menghasilkan suatu produk/karya dan memamerkannya. Definisi operasional regulasi diri dalam penelitian ini adalah: kemampuan individu dalam menetapkan tujuan pembelajaran, observasi diri, penilaian diri dan penguatan diri. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil observasi digunakan sebagai informasi bahwa model pembelajaran problem based instruction belum pernah digunakan dalam proses pembelajaran mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Penerapan problem based instruction pada perkuliahan perkembangan Peserta didik sebagai berikut: Pada pertemuan ke-1: Dosen memberikan materi tentang perkembangan sosial dan memberikan contoh kongkrit yang ada di lingkungan sekitar mahasiswa di beri tugas: Mencari masalah “di lapangan” terkait dengan perkembangan sosial dalam hal ini kreativitas dalam menyajikan data menjadi penting karena menggambarkan mahasiswa dapat menentukan pencapaian tujuan dan tugas dibahas pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan ke-2: Diskusi tentang permasalahan sosial di lapangan, mahasiswa mengumpulkan laporan penelitian mini di lapangan dalam bentuk teks &power point serta mempresentasikannya Pada pertemuan ke-3: Pada materi Perkembangan bahasa & emosi dosen memberi tugas untuk mereview film “miracle worker” Mencari permasalahan dalam film & memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada (sesuai dengan teori) Tugas tersebut dikerjakan dirumah & dibahas minggu depan. Pada pertemuan ke-4: Diskusi hasil review film “miracle worker” dan evaluasi dari dosen Sedangkanpada pertemuan ke-5: Penayangan kreativitas anak-anak Indonesia, diskusi & evaluasi dari dosen. THE 5TH URECOL PROCEEDING UAD, Yogyakarta Pada indikator pencapaian tujuan, Mahasiswa terlihat telah memahami instruksi dari dosen dan dapat menentukan pencapaian tujuan terbukti ketika diberi instruksi untuk mencari masalah “di lapangan” terkait dengan perkembangan sosial, tiap kelompok langsung menentukan rencana kegiatan tersebut. Pada indikator Observasi diri, mahasiswa terlihat sudah memiliki kemampuan memonitoring perkembangan tugas yang sedang dilakukan. Pada indikator penilaian diri, mahasiswa di beri tugas untuk membuat jurnal pribadi terkait dengan capaian pembelajarannya, di dalam jurnal tersebut mahasiswa memaparkan terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran dan monitoring perkembangan tugasnya. Pada indikator Penguatan diri, mahasiswa sudah mampu memberikan penguatan dan penghargaan terhadap dirinya, sehingga mahasiswa jadi mengetahui rancangan belajar yang akan di tempuh. Tabel.1. Hasil Analisis Deskriptif Regulasi Diri Nilai Indikator 1 234 71.25 66,50 69,35 75% 70% 73% 66,50 70% Ratarata 68,4 72% Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kemampuan regulasi diri mahasiswa dari ke empat indikator adalah: 1)pencapaian tujuan 75 %,2)observasi diri 70%, 3) penilaian diri 73% dan 4) penguatan diri 70 %. Dari penerapan model PBI terlihatmahasiswa menjadi terbiasa mengerjakan tugas melalui instruksi sederhana dari dosen dan mengerjakan sendiri dengan pemilihan ide yang dipilih sendiri serta kreativitas dalam penyusunan laporan atau pengerjaan tugasnya sehingga mahasiswa dapat mengatur baik dirinya maupun kelompoknya secara mandiri tanpa banyak ikut campur dari dosen. Kemampuan mengatur dirinya sendiri untukmengerjakan tugas ini secara bertahap terus berkembang. Hal ini dapat dilihat dari kondisi ketika perkuliahan dari pertemuan awal hingga peremuan akhir. Pada pertemuan awal mahasiswa masih ragu untuk mencari ide terkait 134 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 dengan instruksi untuk mencari masalahperkembangan peserta didik yang ada di sekitar tempat tinggal, banyak mahasiswa yang masih bertanya terkait dengan bagaimana kriteria dan pelaporannya padahal sudah diinstrusikan membuat laporan dengan format bebas. Dengan menerapkan model pembelajaran problem based instruction mahasiswa lebih mandiri, tidak bergantung pada dosen ketika mengerjakan tugas dan percaya diri dalam mengungkapkan pendapat atau memecahkan masalah jika dibandingkan ketika mahasiswa yang masih diberikan perkuliahan dengan model pembelajaran dengan model sebelumnya. UAD, Yogyakarta Gollwitzer, Peter M. (2010). Selfregulation strategies improve selfdiscipline in adolescents: benefits of mental contrasting and implementation intentions. Educational Psychology, Vol. 31, No. 1, January 2011, 17–26. DOI. 10.1080/01443410.2010.506003. Wolters, Christhoper A. (2010). (borrow, 2005). Department of Educational Psychology University of Houston. Ibrahim, M., dan Nur, M. (2004). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:UNESA University Press. KESIMPULAN Model pembelajaran PBI merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mandiri karena langkah-langkah yang dilaksanakan memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mencari masalah, mendiskusikannya, mempresentasikannya serta menghasilkan produk baru. Model pembelajaran ini juga penting dalam membentuk kemampuan regulasi diri siswa karena dengan langkah-langkah yang dilakukan akan dapat membantu mahasiswa belajar merencanakan dan membuat konsep belajarnya sendiri. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa regulasi mahasiswa dapat dikatakan baik karena mencapai target yang diharapkan. REFERENSI Barrows, Harold. (2005). THEORY NAME: Problem-based Instruction (PBI). Department of Instructional Design, Development, & Evaluation Syracuse University. Zumbrunn, Sharon; Tadlock, Joshep &Roberts, Elizabeth Danielle (2011).Encouraging Self Regulated Learning in the Classroom: A Review of the Literature Metropolitan Educational Research Concortium (MERC), Virginia Commonwealth University. Duckworth, Angela Lee; Grant, Heidi; Loew, Benjamin, Oettingen, Gabriele & THE 5TH URECOL PROCEEDING 135 ISBN 978-979-3812-42-7