penerapan representasi pengetahuan berbasis aturan

advertisement
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
PENERAPAN REPRESENTASI PENGETAHUAN BERBASIS ATURAN
DALAM PENGEMBANGAN SISTEM PENENTUAN OBAT BAGI FARMASIS
Imam Riadi1), Sri Winiarti2), Herman Yuliansyah3)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Ahmad Dahlan
email: [email protected]
2
Fakultas Teknologi Industri,Universitas Ahmad Dahlan
Email: [email protected]
3Fakultas Teknologi Industri,Universitas Ahmad Dahlan
[email protected]
1
Abstrak
Dalam membangun aplikasi berbasis kecerdasan buatan, salah satu komponennya, yaitu
adanya basis pengetahuan. Basis pengetahuan berfungsi sebagai tempat yang menampung
pengetahuan untuk dijadikan sebagai sumber data bagi mesin inferensi dalam proses
pelacakan. Salah satumodel representasi pengetahuan yang banyak digunakan dalam
membangun mesin inferensi adalah berbasis aturan dengan produksi If-Then. Dalam makalah
ini akan dijelaskan penerapan pengetahuan berbasis aturan dalam menentukan formulasi obat
yang dapat digunakan oleh seorang farmasi klinis dalam menentukan komposisi obat bagi
pasien yang berkonsultasi. Sistem dibuat menggunakan sistem operasi android, dan diujikan
dengan menggunakan metode User Acceptance Test dan Usability Test. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa penerapan sistem represe ntasi pengetahuan berbasis aturan dapat
digunakan untuk menentukan komposisi obat bagi seorang farmasi klinisdengan kelayakan
88,75%.
Kata Kunci:Android, Berbasis Aturan, Farmasi Klinis,Komposisi obat
1. PENDAHULUAN
Tersedianya apotik yang menjual obat
bebas ataupun obat dengan resep dokter
sangat membantu masyarakat (pasien) dalam
menangani kebutuhan obat.Pasien pada
umumnya datang ke apotek menyampaikan
keluhan dan obat yang ingin dibeli untuk
menghilangkan rasa sakit, namun pasien tidak
menceritakan histori penyakit atau riawayat
obat yang pernah diminum. Akibatnya dapat
terjadi kesalahan saat pihak apoteker
memberikan obat yang diminta pasien, akan
tetapi sebenarnya dia tidak bisa minum obat
tersebut karena ada riwayat penyakit lain.
Kasus ini termasuk dalam golongan pelayanan
farmasi klinik berdasarkan komunikasi
langsung dengan pasien (Siregar &
Kumolosasi, 2006).
Dalam rangka meningkatkan penggunaan
obat yang rasional, farmasis memiliki peran
penting terutama dalam mengidentifikasi serta
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan penggunaan obat atau Drug Related
Problems (DRPs) baik yang bersifat potensial
maupun actual. Permasalahan penggunaan
obat di tempat pelayanan disebut sebagai
Drug Related Problems (DRPs),(Rahmawati,
2008).
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas,
perlu adanya suati sistem yang dapat
membantu para farmasi klinis dalam
menentukan resep obat sebagai simulator bagi
farmasis.Pengembangan
aplikasi
untuk
membantu farmasi klinis dalam membuat
komposisi obat pasien dengan menyesuaikan
riwayat penyakit pasien. Sistem akan
memberikan notifikasi apabila terjadi
kesalahan dalam peramuan komposisi obat
untuk pasien yang memiliki riwayat penyakit
komplikasi,.
Dengan
demikian
akan
meminimalkan kesalahan dalam penentuan
ramuan obat bagi pasien atau untuk
mengurangi resiko Drug Related Problems
dalam rangka meminimalkan terjadi kesalahan
pemilihan atau pemberian obat terhadap
1361
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
pasien. Manfaat lain dapat dirasakan oleh
apotik. Dengan adanya sebuah sistem yang
dapat menyimpan histori obat pasien yang
pernah
melakukan
transaksi
akan
meningkatkan
layanan
apotik
dalam
memberikan informasi obat yang sesuai
kebutuhan konsumen.
UAD, Yogyakarta
ini.Adapun tahapan dalam penelitian ini
digambarkan pada gambar 1.
Kajian Penelitian Terdahulu
Melakukan eksplorasi
2. KAJIAN LITERATUR DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS (JIKA
ADA)
Studi literatur yang telah dilakukan terkait
dengan topik dalam makalah ini mengacu
pada
beberapareferensi
yang
telah
dipublikasi.Seperti sistem peringatan berbasis
teknologi masa depan menjanjikan untuk
memberikan peningkatan akses terhadap
keamanan informasi dan dukungan kognitif
untuk masing-masing komponen dari proses
peringatan.
Secara
khusus,
tujuan
meningkatkan keselamatan pengguna melalui
keputusan yang terkait dengan resiko kualitas
yang lebih tinggi dapat dicapai dengan
memanfaatkan
kemampuan
teknologi
interaktif
dan
kemampuannya
untuk
personalisasi informasi peringatan melalui
modifikasi konten yang dinamis (Walgater
and Mayhorn, 2005). Dalam makalah lain
yang ditulis oleh InSook Cho and Hyeoun-Ae
Park dalam publikasinya memaparkan terkait
pengembangan rekam medik bagi perawat
yang menggunakan pendekatan sistematis
untuk
menganalisis,
merancang,
melaksanakan, dan mengevaluasi sistem
catatan keperawatan elektronik berbasis
terminologi. Dalam penelitian tersebut
mampu untuk mengevaluasi efektivitas user
interface dan kosakata yang dikembangkan,
sehingga memberikan dasar untuk perbaikan
untuk penelitian selanjutnya (Cho, I and Park,
Hyeoun-Ae,2009).
3. METODE PENELITIAN
Tahapan penelitian yang dilakukan dalam
peneltian ini berangkat dari analisis hasil
kajian penelitian terdahulu yang telah
dilakukan.Berdasarkan studi awal penelitian
yang dilakukan, telah ditemukan akar
permasalahan yang diangkat dalam penelitian
Pengembangan sistem
Gambar 1. Tahapan Penelitian
Untuk tahapan pengembangan sistem
digunakan konsep pengembangan sistem
dengan model System Development Life Cycle
(Pressman, 2007).Tahapan pengembangan
sistem digambarkan pada gambar 2.
Perencanaan
Analisis
Antar muka &
Basis data
Desain
Impleme
ntasi
Proses
Bisnis&
Diagram
Alir Data
Coding dan
testing
Pengguna
an
Gambar 2. Tahapan Pengembangan Sistem
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini menghasilkan sebuah
perangkat lunak berupa sistem notifikasi
penentuan obat bagi farmasi klinis berbasis
teknologi android bagi ini dibangun sesuai
dengan
kebutuhan
para
farmasi
klinis(apoteker). Trend teknologi android saat
ini, menyebabkan hampir 60% para pemakai
1362
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
smartphone di Indonesia lebih memilih
sistem operasi ini dibandingkan sistem operasi
IOS. Sistem ini dibangun berdasarkan
pengetahuan seorang pakar di bidang farmasi
klinis yang kemudian dikompilasi dengan
kasus pasien yang pernah berkonsultasi
tentang obat. Hasil kompilasi pengetahuan ini
disusun ke dalam sebuah basis aturan yang
nantinya akan digunakan sebagai sumber
pengetahuan pada saat menentukan formula
obat yang sesuai dengan riwayat pasien.
Proses kerja dari sistem ini adalah semua data
obat yang telah didata oleh pakar farmasi
diambil untuk membangun pengetahuan obat,
aturan dan kasus pasien .Setelah pasien
menginputkan data, sistem kemudian akan
melakukan pelacakan untuk
menentukan
apakah obat yang diberikan dapat dikonsumsi
UAD, Yogyakarta
oleh pasien berdasarkan riwayat pasien.
Apabila ramuan obat yang diberikan oleh
apoteker sesuai dengan riwayat pasien, maka
system akan memberi notifikasi berupa
rekomendasi obat.
Dari analisis yang dilakukan terhadap
masalah yang telah dikaji dan berdasarkan
data yang telah diperoleh melalui observasi,
wawancara dan pendokumentasian, maka
dihasilkan sebuah basis pengetahuan yang
disajikan pada table 1.Basis pengetahuan yang
didapat berupa data obat, data kasus/riwayat
pasien
serta
rekomenadasi.Tabel
1
menjelaskan tabel basis pengetahuan untuk
sistem notifikasi dalam penentuan obat bagi
farmasi klinis.
Tabel 1.Contoh Basis Pengetahuan dalam penentuan Komposisi Obat
Kode
Kasus
Jenis
Kasus
Obat
Tujuan
Nama Generik
K1
K2
K3
Under
Dosed
Interaksi
Obat
Dapat menjelaskan hubungan
kekurangan dosis obat
(under dosed) dengan kadar obat
dalam darah dan
perubahan manifestasi klinis
penderita epilepsy
Indeks
Keamanan
Kehamilan
Nama Dagang
Fenitoin
Phenytoin
D
Fenitoin
Phenytoin Sodium
D
Fenitoin
Kutoin
D
(kejang)
Karbamazepin
Karbamazepin
Karbamazepin
Carbamazepin
Bamgetol
Tegretol
D
D
D
Dapat menjelaskan pengaruh
interaksi obat dengan
perubahan kadar obat dalam darah
dan perubahan
manifestasi klinik penderita
Fenitoin
Fenitoin
Phenytoin
Phenytoin Sodium
D
D
Fenitoin
Karbamazepin
Karbamazepin
Karbamazepin
Rifampicin
Kutoin
Carbamazepin
Bamgetol
Tegretol
Rifampicin
D
D
D
D
-
Isoniazid
Ethambutol
Dekstrosa
Ethambutol
A
A
A
A
Insulin
A
Isoniazid
Ethambutol
PenurunanF Dapat menjelaskan hubungan antara Dekstrosa
penurunanfungsi alat tubuh/hati
ungsi
Ethambutol
pada geriatric yaitu
Organ
tubuh
alumindengan perubahan kadar Insulin
obat dan manifestasi klinikpada
pasien dengan DM Tipe 1
1363
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Dari basis pengetahuan yang diperoleh seperti
tabel 1, diturunkan menjadi suatu tabel
keputusan. Tabel keputusan berfungsi untuk
UAD, Yogyakarta
membantu proses inferensi.Tabel keputusan
disajikan pada tabel 2.
Tabel 2.Contoh tabel Keputusan untuk Sistem Notifikasi Untuk Penentuan Obat bagi farmasi
Klinis
BP
Usia
Gender
1
2
66 thn
L
18 thn
L
1 thn
L
History
3
Didiagnosis
rheumatoid
arthritis
dan
terapi
mendapat
sulfasalazin, methotrexate,
dan hydroxychloroquine
yang digunakan sejak 3
bulan yang lalu. Untuk
menghilangkan rasa sakit
Mr. SS sering membeli
fenilbutazon. akhir - akhir
ini
Mr.
SS
sering
merasakan nyeri pada
perut,
Rasa
nyeri
meningkat
ketika
ia
makan. Ia pergi ke apotek
untuk membeli antacid dan
anti muntah. Selain itu, ia
juga ingin membeli salep
kulit untuk menghilangkan
bisul di punggungnya.
Menggunakan antasida
selama 3 tahun untuk
mengobati dispepsia nya.
Sakit sering muncul
dimalam hari, dia pergi ke
apotek untuk mendapatkan
obat sakit perut dan
penghilang rasa gatal di
rambutnya.
Telah menjalani
mengobatan flek dengan
INH selama 3 bulan,
sekarang dia telah
menderita batuk, serta
demam selama 3 hari
terakhir. Ibunya ingin
membeli ibuprofen, dan
juga purol, SB
menggunakan diapers
sehari-hari, tapi akhir-akhir
ini ia tampak kemerahan di
bagian pantatnya.
BP
(tekanan
darah)
HR
(kecepatan
denyut)
Tanda Vital
Pulse
(deny
RR
ut
(kecepatan
nadi)
pernafasan)
6
7
_
21x/minute
TD
(tekanan
darah)
4
135/85
mmHg;
5
86x/minute
130/80
mmHg
_
_
_
105/75
mmHg
Asma selama
8 tahun
_
_
_
30x/minute
_
Flek selama 3
bulan
Dari tabel 2 dijadikan sebagai basis untuk
proses pelacakan dalam sistem penentuan obat
bagi farmasi klinis. Beberapa contoh aturan
yang digunakan dari tabel 1, dijadikan sebagai
8
_
PH (pasien
histori /
riwayat
penyakit
pasien )
9
Rheumatoid
Arthritis
selama 3
bulan,
dyspepsia
selama
setahun yang
lalu.
suatu keputusan atau inferensi saat proses
pelacakan terjadi dalam sistem. Tabel 2
berikut merupakan bentuk sajian representasi
pengetahuan dengan basis aturan If…then.
1364
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Tabel 2.Contoh Bentuk Aturan dengan model produksi If .. Then
Kode
Aturan
Aturan
[R1]
Jika pasien berusia 66 tahun(A)dan Gender laki-laki(B) dan memiliki histori
Didiagnosis rheumatoid arthritis(C)dan pasien mendapat terapi sulfasalazin,
methotrexate serta hydroxychloroquine yang digunakan sejak 3 bulan(D)dan
menggunakan fenilbutazon dan sering merasa nyeri perut dan rasa nyeri meningkat
ketika makan(E)dan tekanan darah 135/85 mmHg(F)dan kecepatan denyut
86x/minute(G)dankecepatan pernafasan 21x/minute(H)dan memiliki riwayat penyakit
Rheumatoid Arthritis selama 3 bulan, dyspepsia selama setahun yang lalu(F)dan
berat badan 78kg(I) maka (K1) rekomendasi adalah
1. Kebiasaan membeli fenilbutason untuk menghilangkan rasa sakit dihentikan.
2. Konsul ke dokter untuk mendapat obat dispepsia atau memberi obat dispepsia
yang termasuk OWA misal omeprazol atau famotidin
3. Memberi informasi cara minum antasid dan obat dispepsia yang benar
4. Obat bisul diberika ichtyol atau yang mengandung antibiotik dan termasuk OWA,
misalnya salep gentamisin sulfat
Jika pasien berusia 28 tahun(J)dan gender adalah perempuan(K) dan memiliki
histori Hamil 30 minggu(L) dan sakit gigi(M) dan tekanan darah 130/80 mmHg(O)
dan denyut nadi 82x/minute(P) dan kecepatan pernafasan 23x/minute(Q) dan riwayat
penggunaan obat Sulfasalazin,methotrexate, ydroxychloroquine, Mylanta sejak 3
bulan yang lalu(R) dan berat badan 87 Kg(S) dan riwayat keluarga ayah
hipertensi dan ibu DM Type 2(T), maka (K2) rekomendasinya adalah
1.Kebiasaan konsumsi herbal dihilangkan pada masa kehamilan
2. obat yang paling baik adalah parasetamol atau ke dokter untuk mendapat resep
analgetik untuk ibu hamil
[R2]
[R3]
[R4]
[R5]
Jika pasien berusia 18 tahun dan gender laki-lakidan pasien mengkonsumsi
antasida selama 3 tahun untuk mengobati dispepsianya dan sakit sering muncul di
malam hari dan pasien pergi ke apotek untuk mendapatkan obat sakit perut dan
penghilang rasa gatal dirambutnya dan tekanan darah 130/80 mmHg dan memiliki
histori asma selama 8 tahun dan pasien mengkonsumsi obat antacid Nifedipin 2x1
dan gula darah 185 mg/dL dan dan riwayat keluarga ibu DM Type 2 serta ayah
stroke dan kebiasaan pasien suka makan coklat serta makanan pedas maka
rekomendasi adalah
1. Kebiasaan coklat dan pedas dihilangkan
2. Obat sakit perut selain antasid harus dengan resep dokter atau golongan H2
blocker jika masuk OWA
3. disertai informasi mengenai cara penggunaan peditox dan lifestyle yang baik
supaya tidak tertular Penghilang rasa gatal jika penyebabnya kutu diberi
obat Peditox
Jika pasien berusia 32 tahun dan gender perempuandan hamil sudah 20 minggu,
mengalami kembung, pusing, dan sembelit dan pasien membeli vegeta agar dapat
buang air besar dengan lancar dan tekanan darah 130/80 mmHg dan memiliki histori
Hypertensi sejak tahun lalu dan berat badan 45 kg dan homoglobin 10 mg/dL dan
kebiasaan makan Ikan asin maka rekomendasi adalah
1. Konsul ke dokter untuk batuk
2. Obat demam disarankan parasetamol sirup
3. Informasi penggunaan parasetamol sirup, jika perlu dan dosis disesuaikan
dengan umur dan BB
4. kebiasaan penggunaan diapres dihentikan
5. Disarankan salep untuk ruam popok, misal baby dee
Jika pasien berusia 1 tahun dan gender laki-lakidan pasien telah menjalani
mengobatan flek dengan INH selama 3 bulan, sekarang dia telah menderita batuk,
serta demam selama 3 hari terakhir dan pasien menggunakan diapers sehari-hari,
tapi akhir-akhir ini ia tampak kemerahan di bagian pantatnya dan telah menjalani
mengobatan flek dengan INH selama 3 bulan, sekarang dia telah menderita batuk,
serta demam selama 3 hari terakhir dan kecepatan pernafasan 30x/minute dan
memiliki histori Flek selama 3 bulan dan suhu badan 38,50C dan riwayat keluarga
ibu menderita Asma dan pasien alergi Penicillin maka rekomendasi adalah
1. Konsul ke dokter untuk batuk
2. Obat demam disarankan parasetamol sirup
3. Informasi penggunaan parasetamol sirup, jika perlu dan dosis disesuaikan
dengan umur dan BB
4. kebiasaan penggunaan diapres dihentikan
5. Disarankan salep untuk ruam popok, misal baby dee
Dengan adanya basis aturan seperti yang
terlihat pada tabel 2 dijadikan sebagai mesin
inferensi dalam pelacakan untuk memperoleh
keputusan obat yang sesuai dengan kebutuhan
1365
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
pasien.Aplikasi system notifikasi penentuan
obat bagi farmasi klinis ini dibangun untuk
menangani masalah pasien yang berkonsultasi
obat di suatu apotek. Basis aturan dibuat
berdasarkan
kasus-kasus
pasien
yang
berkonsultasi ke suatu apotek, sehingga proses
ini disebut farmasi klinis di apotek. Kasuskasus yang diperoleh dalam penelitian ini
diperoleh dari buku praktikum farmasi klinis
pada program studi Farmasi Universitas
Ahmad Dahlan, dengan sumber pakar farmasi
klinis Dyah Perwita,Ph.D
Dari tabel 2 untuk mengetahui proses
pelacakan untuk memperoleh keputusan
berupa rekomendasi seorang apoteker bagi
pasien, maka dibuat alur pelacakan sistem
dengan menggunakan model pelacakan
forward chaining. Dari tabel 3 tersebut dapat
diketahui bahwa proses pelacakan yang
digunakan untuk membuat keputusan tindakan
pada sistem notifikasi penentuan obat bagi
farmasi klinis ini menggunakan metode
pelacakan maju atau Forward chaining.
Dalam pembuatan graph pelacakan untuk
UAD, Yogyakarta
memudahkan dibuat disajikan dengan
menggunakan simbolik huruf. Simbol huruf
mewakili representasi pengetahuan dari setiap
fakta sehingga menuju Konklusi atau
kesimpulan. Seperti gambar 3 merupakan
ilustrasi dari representasi pengetahuan untuk
kasus pertama (1). Huruf A,B dan seterusnya
sebagai simbolik yang merupakan representasi
dari setiap fakta yang tersaji pada tabel 5.4.
Dengan bentuk aturan yang disimbolkan
denagn huruf. Sebagai contoh :
rule 1[R1] menjadi :
IF A and B and C and D and E
and F and G Then K1
rule2[R2] menjadi :
IF J and K and L and M and N
and O and P and Qand Rand Sand
T Then K2
Ilustrasi proses pelacakan digambarkan dalam
bentuk graph pelacakan forward chaining
seperti yang terlihat pada gambar 3a dan 3b.
A
and
C
and
B
E
G
F
H
Keputus
an R1
(K1)
D
Gambar 3a.Graph pelacakan metode Forward Chaining untuk Rule 1 (R1)
J
O
and
L
and
and
K
Q
S
and
and
N
P
R
T
Keputus
an R2
(K2)
M
Gambar 3b.Graph pelacakan metode Forward Chaining untuk Rule 2 (R2)
Untuk mempermudah pengguna, maka
sistem dibuat menggunakan sistem operasi
android.Hal
ini
untuk
mempermudah
pengguna dalam memberikan konsultasi obat
kepada pasien, baik yang datang ke apotik
maupun dari masyarakat yang ingin
berkonsultasi secara online.Pakar adalah
seorang ahli Farmasi yang sudah teruji
kepakarannya.
Berfungsi
memberikan
pengetahuan dan aturan serta rekomendasi
keputusan. Untuk menggambarkan cara kerja
1366
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
sistem, diilustrasikan proses kerja sistem
Login as
expert
Pharmaceutical
expert insert
pharmaceutical
knowledge
UAD, Yogyakarta
seperti gambar 4.
Case data and
knowlege is saved
to the system
The system gives
notification to
the pharmacist
Login as
patien
The system received
the recommendation of
pharmacists
Case of
patients
System forward
recommendation
to patients
The Patients receive notifications
and recommendations
Gambar 4.Ilustrasi cara kerja sistem penentuan komposisi obat bagi
farmasi klinis
Pengujian sistem
Sistem yang dibuat telah diujikan dengan
menggunakan responden dari mahasiswa
apoteker Farmasi S2 universitas Ahmad
Dahlan. Dalam pengujian ini menggunakan
pengujian alfa test dan black box test.
Pengujian dilakukan dengan memberikan
kusioner sekaligus responden praktek secara
langsung dalam mengoperasikan sistem yang
telah tersedia di application store android.
Pengujian menekankan pada validasi rule
serta kesesuaian fungsi-fungsi setiap fitur
dengan kebutuhan pengguna. Dari hasil
pengujian alpha test pada didapatkan hasil
bahwa responden yang menyatakan Sangat
Setuju sebesar 36,25 %, responden yang
menyatakan Setuju 52,5%. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa sistem secara
keseuruhan dapat dnyatakan setuju untuk
diimplementasikan.Dari
hasil
pengujian
tersebut dapat direpresentasikan dalam sebuah
grafik seperti gambar 5.
Dari hasil pengujian dengan metode alfa test
dapat disimpulkan jumlah kelayakan sistem
ini mencapai 88.75% ini didapatkan dari
jumlah kumulatif responden yang menjawab
antara sangat setuju dan setuju.Dengan
demikian sistem notifikasi dalam penentuan
obat pasien berbasis aturan bagi apoteker
(farmasi klinik) layak untuk digunakan.
1367
Bobot Pertanyaan
THE 5TH URECOL PROCEEDING
8
7
6
5
4
3
2
1
0
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Hasil Pengujian Metode Alfa Test
SS, 7
6
5
SS, 5
SS, 3
3
5
5
5
SS, 2
C, 1
C, 0
C, 0
4
SS, 3
SS, 3
C,
SS,11
C, 2
SS, 1
C, 1
C, 0
4
4
C,
SS,22
C,
SS,22
1
C, 0
SS
Gambar 5. Grafik Hasil Pengujian Alfa Test
5. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian sistem yang telah
dilakukan, untuk sistem untuk penentuan
komposisi obat bagi farmasi klinis layak
digunakan sebagai alat bantu bagi farmasi
klinis. Pada penelitian ini telah membuktikan
bahwa representasi pengetahuan dengan
menggunakan model basis aturan dapat
digunakan untuk membangun sistem dalam
penentuan obat bagi seorang farmasi klinis
dengan tingkat kelayakan 88,75%.
6. DAFTAR PUSTAKA
1. InSook Cho and Hyeoun-Ae Park ,
2009,Development and evaluation of
a
terminologybased
electronic
nursing record system, journal Study
Health
TechnologyInformation.2009;146:4
98-502.
2. Pressman,Roger
S.,2007.
Rekayasa
Perangkat: pendekatan praktisi
(Buku I). Yogyakarta: Andi & Mc
Graw-Hill Book Co.
3. Rahmawati dkk. 2008. Problem Pemilihan
Obat pada Pasien Rawat Inap
1368
Geriatri di RSUPDR. Sardjito
Yogyakarta.Jurnal
Farmasi
Indonesia.(Vol. 4 No. 1; 23–29).
4. Siregar, C & Kumolosasi, E, 2006.
Farmasi klinik: teori dan penerapan,
Jakarta: EGC, 2006 xxii, 650 hlm:
Indeks
Farmasi-Penelitian
Kumlosasi, EGC penerbit buku
kedokteran 2006.
5. Wogalter, M.S,D.M. DeJoy and K.R.
Laughery (Eds). London: Taylor &
Francis. Wogalter, M.S and
Mayhorn, C.B, 2005.Providing
cognitive support with technologybasedwarning
systems,
jurnal
Ergonomics, Vol. 48, No. 5, 15
April 2005, 522 – 533.
6. Wogalter, M.S, 2006, Future technologybased warning systems, Journal
Abergo. Wogalter, M. S., &
Mayhorn, C. B. (2006).The future of
risk
communication:
Technologybased warning systems
(Chap. 63). In M. S. Wogalter (Ed.)
Handbook of Warnings (pp. 783793).
Download