analisis kelayakan sistem terhadap sistem surveilans tb

advertisement
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
ANALISIS KELAYAKAN SISTEM
TERHADAP SISTEM SURVEILANS TB-HIV SPASIAL ONLINE
Noor Alis Setiyadi1, Dahroni2, M. Amin Sunarhadi3, Bhisma Murti5, Endang Sutisna Sulaeman5
2
1-3
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, [email protected]
Prodi Ilmu Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta, [email protected],
[email protected]
5
Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret Surakarta,
[email protected], [email protected]
Abstrak
Salah satu peran kabupaten/kota untuk mengendalikan penyakit adalah bagaimana memantapkan
surveilans epidemiologi tuberkulosis-human immunodeficiency virus pada wilayahnya.
kabupaten/kota merupakan perannya terhadap upaya pengendalian penyakit. Satu model surveilans
tersebut telah dikembangkan untuk membantu pengambilan keputusan dalam penanggulangan
penyakit tuberkulosis-human immunodeficiency. Namun sistem tersebut belum bisa diaplikasikan
sebelum dilakukan uji kelayakan terlebih dahulu untuk menilai sejauh mana sistem tersebut layak
digunakan atau tidak. Untuk menjelaskan kelayakan atau penerimaan petugas program tuberkulosis
di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
pendekatan diskriptif. Instrumen penelitian adalah kuesioner terbuka dan tertutup. Teknik sampling
yang digunakan adalah purposive sampling dengan mengambil seluruh petugas tuberkulosis di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Sukoharjo sebagai respondennya. Analisis dilakukan dengan
menggunakan analisis deskriptif dan eksploratif. Penilaian responden= <25% pada variabel kualitas
informasi, antarmuka, kecepatan dan kemudahan akses, keamanan sistem, dan kepuasan responden.
Namun demikian, 95,4% (77-100) responden menilai model sistem surveilans TB/HIV berbasis
spasial online ini adalah layak digunakan. Responden memberi masukan yang sangat beragam pada
antarmuka, menu login dan menu menu lain setelah responden masuk log in sebagai pengguna sistem
surveilans tersebut. Sistem surveilans yang telah dikembangkan adalah dibutuhkan untuk membantu
penyediaan informasi dalam pengambilan keputusan, meskipun masih membutuhkan pengembangan
dan perbaikan sistem informasi.
Kata kunci : kelayakan sistem TB/HIV, surveilans spasial online
pengumpulan data penyakit secara
PENDAHULUAN
sistematik, analisis dan interpretasi data
Kementrian Kesehatan Indonesia
yang bertujuan untuk menurunkan angka
memperkirakan terdapat 1 dari 3 kasus
kesakitan dan kematian tuberkulosis.
tuberkulosis masih belum terdeteksi oleh
(Kemenkes, 2014). Studi nasional pada
program, hal ini menjadi tantangan untuk
surveilans epidemiologi tuberkulosis
mencapai sasaran strategi pengendalian
merupakan hal terpenting dibanding
tuberkulosis secara nasional (Kemenkes,
dengan melakukan uji kerentanan pada
2015). Hal ini membutuhkan peran dari
mayoritas pasien, padahal uji kerentanan
stakeholder-stakeholder terutama tingkat
hanya diperuntukkan pada kasus-kasus
kabupaten/kota.
Salah
satu
peran
individu tertentu (WHO, 2003). Kegiatan
stakeholder di tingkat kabupaten/kota
surveilans rutin dapat menjadi dasar survei
adalah
pemantapan
surveilans
prevalensi tuberkulosis dalam suatu
epidemiologi tuberkulosis (Kemenkes,
wilayah (WHO, 2007).
2014).
Selama ini, pengumpulan data
Surveilans tuberkulosis adalah
TB-HIV dilakukan dengan metode SIMrangkaian
kegiatan
mulai
dari
RS, SITT, dan SIHA yang dilakukan
THE 5TH URECOL PROCEEDING
31
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
secara online. Namun masih terdapat
kekurangan yaitu, petugas masih tetap
mencatat secara manual di buku tulis, data
tidak bisa diunggah karena seringnya
gangguan, terjadinya data ganda, dan tidak
terdapat data masukan secara spasial baik
di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
(BBKPM), dan dinas kesehatan yang
mempunyai wilayah cakupan program
kesehatan (Setiyadi N.A, 2015).
Melalui
http://stbgis.com/,
sistem surveilan TB/HIV berbasis spasial
online dikembangkan dan telah dapat
diakses oleh petugas tuberkulosis
Puskesmas dan dinas kesehatan Kabupaten
Sukoharjo. Analisis kelayakan sistem
merupakan studi didalam rencana atau
metode yang ditawarkan secara praktek
berdarkan pada faktor seperti pasar,
kompetisi, kemampuan teknologi, tenaga
kerja, dan sumberdaya keuangan. studi
kelayakan merupakan langkah penting
dalam suatu pengembangan sistem
informasi. terdapat 2 faktor terpenting
dalam studi kelayakan, yaitu meyakinkan
pengguna
bahwa
sistem
yang
dikembangkan akan memenuhi kebutuhan
fungsional pengguna, dan sistem tersebut
akan bekerja secara efektif dalam
lingkungan organisasi (Palvia & Palvia,
1988).
Dalam hal sistem surveilans ini,
pengguna sistem ini perlu melakukan studi
kelayakan
terhadap
sistem
yang
dikembangkan sehingga sistem surveilans
tersebut dapat berguna dan bermanfaat
untuk pengendalian kasus tuberkulosis di
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Sukoharjo
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan pendekatan diskriptif
yang dilaksanakan di Wilayah Dinas
Kesehatan Sukoharjo.
Instrumen
penelitian
adalah
kuesioner terbuka dan tertutup. Kuesioner
tertutup untuk mengukur kelayakan sistem
dimana menggunakan 6 indikator, yaitu
kualitas informasi, kualitas antarmuka
sistem, kecepatan dan kemudahan akses
informasi, keamanan sistem, kepuasan
pelanggan, kelayakan model sistem dari
sudut pandang responden. Adapun untuk
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
kuesioner
terbuka,
variabel
yang
ditanyakan meliputi halaman depan, menu
log-in sistem surveilans, dan usulan
terhadap keseluruhan menu dalam model
sistem tersebut.
Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling agar dapat
menggambarkan populasinya (Battaglia,
2008). Dalam penelitian ini responden
yang diambil adalah seluruh petugas
tuberkulosis di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Sukoharjo karena itu yang
mewakili petugas program tuberkulosis.
Jumlah responden adalah 14 orang yang
terdiri dari 12 petugas program
tuberkulosis
puskesmas
Kabupaten
Sukoharjo, 1 Petugas program tuberkulosis
dinas kesehatan, dan 1 kepala Bidang
Pemberantasa Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Dinas Kesehatan Sukoharjo.
Instrumen
pengambilan
data
menggunakan kuesioner tertutup dan
terbuka. Tertutup artinya responden
memilih jawaban yang sudah ada dalam
instrumen, dan terbuka artinya responden
dapat menjawab pada kuesioner dengan
bebas berdasarkan pengalaman dan
pandangan
responden
terhadap
pertanyaan. Adapun uji validitas yang
digunakan adalah validitas isi.
Analisis
dilakukan
dengan
menggunakan analisis deskriptif (Belinda
Barton, 2014). Analisis deskriptip yang
dimaksud
adalah
menggambarkan
parameter variabel, yaitu 1) Karakteristik
responden (jenis kelamin dan masa kerja
petugas), 2) Enam (6) item analisis
kelayakan (kualitas informasi, kualitas
antarmuka/ interface, kecepatan dan
kemudahan akses, kemanan sistem,
kepuasan pelanggan, dan kelayakan
model), 3) persepsi responden terhadap
sistem surveilans TB/HIV spasial online.
dan eksploratif, yaitu mengungkapkan
isian responden pada kuesioner terbuka.
Hal ini dilihat dari sisi halaman depan
laman, menu masuk/ log-in, dan menu
tampilan spasialnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sebagaimana dijelaskan bahwa,
untuk melihat sejauh mana tingkat
32
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
kelayakan sistam dan kepercayaan
pengguna terhadap sistem yang akan
digunakan, maka kelayakan sistem
surveilan TB/HIV berbasis spasial online
ini diukur melaui kualitas informasi,
kualitas antarmuka sistem, kecepatan dan
kemudahan akses informasi, keamanan
4
sistem, kepuasan pelanggan, kelayakan
model sistem dari sudut pandang
responden.
Tabel 1. Karakteristik responden
No Variable
Persentase
Batas
kepercaya 5
an
1
Jenis Kelamin
46%
21,71-73,40
-Laki-laki
54%
26,59-78,28
-Perempuan
2
Masa Kerja
Rata-rata
8,3 (0-30)
3,70-12,97
(min:max)
6
Jenis kelamin petugas program
tuberkulosis dipuskesmas dan dinas
kesehatan berimbang dengan rerata masa
kerja 8,3 tahun. Dalam masa kerja,
walaupun didapatkan rentang yang baru
menjadi petugas program tuberkulosis,
petugas
tersebut
dapat
menjawab
pertanyaan dengan baik.
Tabel 2. Analisis kelayakan model
surveilan TB/HIV berbasis spasial online
No Variabel
Persentase Batas
kepercayaan
1
Kualitas
Informasi
20.4(1618,91-21,89
(nilai
24)
maksimal
25)
Rata-rata
(min:max)
2
Kualitas
antarmuka
(Interface)
22,2(1420,45-23,95
sistem (nilai 27)
maksimal
30)
Rata-rata
(min:max)
3
Kecepatan
dan
15,6(1314,67-16,66
kemudahan
18)
akses
THE 5TH URECOL PROCEEDING
informasi
(nilai
maksimal
16)
Rata-rata
(min:max)
Keamanan
sistem (nilai
maksimal
30)
Rata-rata
(min:max)
Kepuasan
Pelanggan
(nilai
maksimal
20)
Rata-rata
(min:max)
Kelayakan
model
sistem
surveilans
TB/HIV
berbasis
spasial
online (nilai
maksimal
125)
Rata-rata
(min:max)
UAD, Yogyakarta
22,0(1625)
20,33-23,80
15,0(1017)
13,89-16,24
95,4(77100)
89,77-100
Dari 6 variabel penilaian, 95,4%
responden menilai bahwa model ini sesuai
dengan pandangan mereka bagaimana
model surveilan tuberkulosis seharusnya.
Namun dari sisi faktor-faktor lain masih
dibawah 50% penilaiannya. Hal ini berarti
bahwa kualitas informasi, kecepatan,
keamanan,
dan
kepuasan
petugas
menggunakan model sistem surveilan ini
masih menjadi permasalah jika model ini
nantinya benar-benar akan digunakan
untuk memonitor kasus tuberkulosis dan
HIVdi
wilayah
Dinas
Kesehatan
Sukoharjo.
33
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Table 3. Persepsi Responden terhadap
Sistem Surveilans TB/HIV Spasial online
Tema
Isi
Halaman Warna
Depan
- Sudah bagus dan sesuai
- Dibuat lebih menarik
- Setuju
- Kurang bervariasi
- Sudah
sesuai
dan
enak
dipandang tidak mencolok
- Warna sudah sesuai dengan logo
puskesmas (hijau)
- Sudah bagus
- Masih kurang mencolok, buat
warna yang lebih cerah
- Terlalu polos, kurang menarik.
HIV-TB identik warna putih dan
merah
atau
hijau
untuk
kesehatan
Hijau sudah bagus
Logo
- Kurang besar
- P2 TB-HIV Dinas Kesehatan
Kab.Sukoharjo
- Sudah bagus
- Sudah sesuai
- Harus ada logo aplikasi
tersendiri
- Alangkah baiknya jika ada logo
khusus umtuk membedakan web
persebaran TB dengan yang lain
- Logo sudah bagus hanya kurang
lebih besar
- Untuk HIV pita merah. TB
gambar stop TB atau TOSS TB
(temukan obati sampai sembuh)
Header
- Sudah sesuai
- Ukuran kurang besar
- Cukup menarik
- Sudah baik
- Sudah sesuai
- Sudah bagus (kurang logo
system)
- Tampilan header kurang lebih
besar dan warna yang lebih cerah
- Sebelah kanan kasih logo log in
kurang kelihatan
Menu
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
- Tambahkan menu suspek TB
nya biar kita tahu penyebaran
kasus
- Menarik
- Sudah baik
- Untuk TB-HIV digabung saja
tidak sendiri-sendiri
- Tambahan: 1.) Untuk cara
memasukkan data 2.) Simbol
pemetaan agar lebih lengkap dan
komunikatif
- Hendaknya diberi warna yang
lain agar jelas
- Sudah cukup lengkap
Cukup
Isian Informasi
- Sudah bagus
- Indikator program
- Bisakah peta persebaran TB
dibuat per Kecamatan
- Sudah baik
- Pada data suspek, masih ada
yang perlu ditambahkan yaitu
umur suspek yang diperiksa dan
hasil pemeriksaan sebaiknya
dicantumkan
- Sudah sesuai dengan kebutuhan
- Untuk di kolom 4 ditambahi
tempat layanan LTB, MDR,
Puskesmas,
BPKPM,
atau
rumah sakit rujukannya
- Yang perlu ditambahkan yaitu
kolom tempat layanan pasien TB
(Puskesmas)
agar
mudah
menulusuri informasi
- Satu dengan informasi yang ada,
diharapkan informasi yang
ditampilkan yang terbaru
- Terlalu banyak dan kurang
menarik untuk dibaca (tata
letaknya)
- Tampak depan url sudah cukup
bagus hanya tampilan warna
yang harus lebih cerah
- Data suspek harus lebih lengkap.
Umur, jenis kelamin, sudah
diperiksa BTA atau belum, Hasil
?
Cukup
Menu Login
- Pengguna
bisa
mendapatkan
34
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
-
-
-
-
18 February 2017
gambaran tentang
TB di Sukoharjo
Menarik dan cukup
mudah
Peta persebaran TB
per Kecamatan
Sangat
mudah
untuk
mengaksesnya
Website
sudah
bagus akan tetapi
untuk pemetaan TB
sebaiknya
ditambahkan untuk
pemetaan penderita
TB Anak dan TB
exstra paru yang
diobati
bukan
hanya TB yang
positif
Lancar langsung
connect
kalau
sinyal internet full
Akan lebih baik
bila ditambahkan
status TB nya
sesuai
dengan
klarifikasinya.
Kausu baru BTA +,
BTA -, TB Anak,
TB EP (extra paru),
kasus TB ulang,
dan
TB
RO
(TBMDR)
Informasi yang kita
perlukan
mudah
kita cari
Pengoperasiannya
cepat
Kesan yang saya
terima
dengan
adanya system ini
saya sangat senang
karena
bias
mengakses
perkembangan TB
Untuk menu saya
kira sudah cukup,
hanya
perlu
tambahan
isian
menu yang lebih
lengkap
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
- Tambahan
peta
atau disendirikan
antara
penderita
TB, Kat 1, TB
MDR dan TB XDR
(extreme
drug
resistance)
- Kurang
paham
karena tidak bisa
menggunakan
laptop atau online
Usulan
- Menu sudah oke tinggal menambahkan
suspek TB saja
- Website cukup menarik mungkin perlu
rincian data tersendiri yang berisi data TB per
Kecamatan
- Untuk pemetaan TB, daerah dengan jumlah
penderita banyak sebaiknya diberi warna
untuk membedakan daerah dengan jumlah
penderita yang banyak atau sedikit
- Sudah sesuai dengan kebutuhan
- Akan lebih baik bila sistem ini berjalan sesuai
dengan system pendataan di SITT (Sistem
Informasi Tuberkulosis Terpadu) dan
digabung dengan elektronik tuberkulosis
(ETB marger), sehingga TB sensitive dan TB
resisten dapat terlihat dan tidak terlalu
banyak entry nya
- Akan lebih simple jika ada bridging system
antara SITT (yang saat ini digunakan laporan
resmi ke kemenkes) di url dan system ini,
sehingga petugas tidak perlu entry lagi data
kasus, tinggal memasukaan koordinat
sehingga mengurangi kesalahan data
- Baik dan setuju untuk dikembangkan
Username dan password dibedakan tiap
kecamatan peta yang ditampilkan per
puskesmas, per kecamatan, kerahasiaan data
selalu dijaga.
- url ini di kembangkan lebih detail supaya
disetiap
puskesmas
bias
melihat
perkembangan TB sampai ke tingkat desa
url mohon disosialisasikan ke petugas TB
puskesmas dan perlu pelatihan untuk
pengenalan website lebih lanjut
Pembahasan
Jenis kelamin pemegang program
tuberkulosis hampir sama proporsinya
antara laki-laki dan perempuan. Kaitannya
dengan uji kelayakan sistem surveilans
online ini bahwa kemampuan dibidang
35
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
informasi dan teknologi tidak bisa
dibedakan lagi bahwa laki-laki lebih
kompeten
dalam
mengoperasikan
informasi dan teknologi.
Rata-rata lama kerja petugas 8,3
tahun dengan rentang 0-30 tahun
menunjukkan bahwa para petugas
mempunyai catatan kinerja dalam
pekerjaannya dengan baik. Senada dengan
itu dijelaskan bahwa karyawan yang
mempunyai masa kerja lebih lama menjadi
lebih produktif karena mereka mempunyai
catatan dalam keberhasilan kerja dan lebih
mengerti dalam pekerjaannya (McEnrue,
1988).
Studi kelayakan dilakukan untuk
melihat kemungkinan terhadap suatu
sistem layak diteruskan atau tidak
(Syaifullah & Widianto, 2014).
Meskipun kualitas informasi
dalam studi kelayakan ini presentasinya
20,4% (18,91-21,89), namun kualitas
informasi sangat berpengaruh dengan
kepuasan pelanggan. Kualitas informasi
pada website 77% berpengaruh positif
terhadap kepuasan pelanggan dan
kepuasan pelanggah mempengaruhi 54,8%
terhadap minat beli ulang (Kristiono,
2015). Informasi merupakan hal yang
sangat penting pada level manajemen
klien, unit kesehatan, dan perencanaan
sistem dan manajemen kesehatan. Tidak
hanya pengambil kebijakan dan tingkat
manajer yang membutuhkan informasi
untuk pengambilan keputusan, namun juga
penyedia layanan termasuk dokter, petugas
kesehatan,
dan
pekerja
kesehatan
masyarakat (Theo Lippeveld, 2000).
Kualitas antarmuka bagi pengguna
diniliai masih kurang, hal ini digambarkan
bahwa
hanya
22.22%(20,45-23,95)
kelayakannya. Laman harus berisikan
penulis, alamat, tanggal, alamat laman
jejaring, informasi relevan, informasi yang
jelas, dan struktur navigasi yang jelas
(Katerattanakul & Siau, 1999). Kualitas
dari suatu laman dapat diukur melalui 4
kategori yaitu, konten (tepat waktu,
relevan, multi bahasa/ budaya, variasi
tampilan, ketepatan, objektif, dan
wewenang), desain (menarik, ketepatan,
warna, gambar / suara / video, dan teks),
organisasi (indeks, pemetaan, konsistensi,
link, logo, dan domain), dan kemudahan
digunakan (user-friendly) yang terdiri dari
kegunaan, keandalan, fitur interaktif,
kemanan/privasi,
dan
kustomatisasi
(Hasan & Abuelrub, 2011).
Sistem surveilans ini nantinya
merupakan salah satu laman pemerintah
(governmental website) dimana selain
karakteristik, desainnya, fitur yang biasa
pada pemerintahan, hal yang lain yang
tidak kalah penting adalah yang berkaitan
dengan kemudahan akses, kualitas, dan
keamanan (Hasan & Abuelrub, 2011).
Data yang dikirim dari tingkat dasar ke
menengah dan nasional yang akan dianalisi
oleh unit manajemen dasar, menengah
bahkan skala nasional untuk tujuan
pengawasan dan meningkatkan program
kesehatan (WHO, 2003)
Saat ini, surveilans TB-HIV
dilakukan menggunakan data rutin dari
layanan dengan menggunakan SITT dan
SIHA, namun survei periodik dan sentinel
dilakukan bila diperlukan (Kemenkes,
2014). Selain kasus tuberkulosis reguler,
surveillance
untuk
resisten
obat
tuberkulosis
juga
penting
untuk
memberikan indikasi jelas terhadap
kualitas pengobatan. surveilans HIV juga
harus dilakukan untuk merencanakan,
mengelolan dan mengevaluasi programnya
(WHO, 2003).
Berdasarkan hasil, dari ke-6
variabel untuk analisa kelayakan sistem,
hanya poin tentang kelayakanlah yang
mendapatkan nilai tertinggi, yaitu
95%(89,77-100). Hal ini menunjukkan
bahwa sistem ini bisa meyakinkan
pengguna bahwa sistem ini sesuai dengan
kebutuhan, dan efektif (Palvia & Palvia,
1988).
THE 5TH URECOL PROCEEDING
36
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
SIMPULAN
Sistem surveilans yang telah
dikembangkan dipandang dibutuhkan
dalam membantu penyediaan informasi
dalam pengambilan keputusan, meskipun
masih membutuhkan pengembangan dan
perbaikan sistem informasi.
SARAN
Perlunya
diperbaiki
kualitas
informasi, tampilan, kecepatan dan
kemudahan akses informasi, dan kemanan
sistem sehingga tercapai kepuasan petugas
tuberkulosis dalam menggunakan sistem
tersebut.
Data yang dimasukkan disesuaikan
dengan data yang dimasukkan ke sistem
SITT dan SIHA sehingga tidak terjadi data
rangkap dan mengurangi beban kerja
petugas tuberkulosis di PUSKESMAS.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada Dirjen
DIKTI yang telah mendanai penelitian
Hibah Kerjasama Perguruan Tinggi
(PEKERTI) ini sampai tahun ke-2.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat
(LPPM)
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
yang
mendukung
penelitian
ini.
Dinas
Kesehatan Kabupaten Sukohajo beserta
petugas tuberkulosisnya dalam memberi
masukan proses penelitian ini.
REFERENSI
Battaglia, M. P. (2008). Nonprobability
Sampling (pp. 523-526): SAGE
Publications
Belinda Barton, J. P. (2014). Medical
Statistics A Guide to SPSS, Data
Analysis
and
Critical
Appraisal.pdf (Second ed.). UK:
JohnWiley & Sons Ltd.
Hasan, L., & Abuelrub, E. (2011).
Assessing the quality of web sites.
Applied
Computing
and
Informatics, 9(1), 11-29.
Katerattanakul, P., & Siau, K. (1999).
Measuring information quality of
web sites: development of an
instrument. Paper presented at the
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Proceedings
of
the
20th
international
conference
on
Information Systems, Charlotte,
North Carolina, USA.
Kemenkes. (2014). Pedoman Nasional
Pengendalian
Tuberkulosis.
Jakarta, Indonesia: Kementrian
Kesehatan RI.
Kemenkes. (2015). Tuberkulosis Temukan
Sampai
Sembuh.
Indonesia:
Pusdatin, Kementrian Kesehatan
Indonesia.
Kristiono, H. H. (2015). Analisis Pengaruh
Kualitas
Informasi
Website
Terhadap Minat Beli Ulang
Pelanggan
Belanja
Online.
diakses 30 Januari, 2017, dari
http://eprints.mdp.ac.id/id/eprint/1
354
McEnrue, M. P. (1988). Length of
Experience and the Performance
of Managers in the Establishment
Phase of Their Careers. The
Academy of Management Journal,
31(1), 175-185.
Palvia, P., & Palvia, S. (1988). The
feasibility study in information
systems: an analysis of criteria and
contents.
Information
&
Management, 14(5), 211-224.
Setiyadi N.A, J., Arozaq Miftahul, Hakam
Fahmi, Murti Bhisma, and
Sulaeman E.S (2015). Analisis
Sistem Pencatatan Dan Pelaporan
Online Tb/ Hiv Di Bbkpm
Surakarta. Paper presented at the
The 2nd University Research
Coloquium 2015 Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Syaifullah, S., & Widianto, J. (2014). Studi
Kelayakan Sistem Informasi
Akademik Berbasis Web Pada
Poltekes Kemenkes Riau Dengan
Menggunakan Metode Kelayakan
Telos. Jurnal Sains dan Teknologi
Industri; Vol 11, No 2 (2014): Juni
2014.
Theo Lippeveld, R. S., Claude Bodart.
(2000).
Design
and
Implementation
of
Health
Information System. Genewa:
World Health Organization.
37
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
WHO.
(2003). TUBERCULOSIS A
Manual for Medical Students
diakses
dari
http://apps.who.int/iris/handle/106
65/68559
WHO. (2007). Assessing Tuberculosis
Prevalence through Populationbased Surveys.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
38
ISBN 978-979-3812-42-7
Download