BAB I PENDAHULUAN Banyak perusahaan yang ingin meningkatkan kemampuannya dalam memperoleh, memproses, menganalisa dan mempergunakan informasi untuk kebaikan dan kepentingan competitive advantage perusahaan. Dalam dunia persaingan yang sangat sengit dan ketat ini, adalah penting bagi perusahaan untuk memperoleh suatu informasi. Informasi ini dapat diperoleh jika perusahaan tahu bagaimana memperolehnya, informasi dapat berguna jika perusahaan tahu bagaimana memproses dan menganalisa informasi tersebut. Walau banyak perusahaan yang secara keuangan mampu namun disayangkan masih banyak perusahaan yang ragu untuk berinvestasi dalam teknologi sistem informasi ini. Keraguan ini banyak disebabkan karena ketidakmampuan perusahaan untuk memelihara, mengelola dan kemampuan mengikuti perkembangan dan perubahan teknologi yang sangat cepat. Sekarang sudah banyak model perusahaan menawarkan jasa sebagai pembuat dan pengelola sistem informasi disebut model outsourcing. Ada juga insourcing yaitu pengembangan sistem informasi yang hanya melibatkan sumber daya internal perusahaan, sedangkan co-sourcing yaitu penempatan tenaga outsoucing dibawah pengawasan dan di dalam lingkungan bisnis sebagai perusahaan kliennya yang menggunaka jasa outsourcing. Berdasarkan fenomena tersebut diatas, penulis mencoba menganalisa masing-masing model tersebut dengan melihat kelebihan dan kelemahan penggunaan masing-masing model tersebut. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Outsourcing Outsourcing yaitu penggunaan pihak ketiga atau vendor untuk membangun dan mengembangkan suatu sistem informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan, sehingga pihak perusahaan cukup membeli beberapa paket sistem aplikasi yang siap dipakai karena paket aplikasi tersebut dibuat oleh vendor yang telah memiliki spesialisasi dibidang sistem aplikasinya. Sementara menurut Aalders (2002) menyatakan bahwa outsourcing adalah mengontrak/menyewa pihak ketiga untuk mengelola sebuah proses bisnis lebih efisien dan efektif daripada yang bisa dilakukan di dalam perusahaan sendiri. 2.2 Insourcing Pengertisn dari insourcing adalah sebuah model pengembangan dan dukungan sistem teknologi informasi yang dilakukan oleh para pekerja disuatu area fungsional dalam organisasi yaitu akunting, pemasaran, keuangan, produksi dengan bantuan dari pihak spesialis sistem informasi atau tanpa sama sekali. Model ini dikenal juga dengan istilah end user computing. Jadi insourcing adalah mengoptimalkan karyawan dalam perusahaan untuk dipekerjakan diluar perusahaan berdasarkan kompetensi dan minat karyawan itu sendiri dan difasilitasi oleh perusahaannya. Insourcing bisa dalam bentuk bekerja diluar perusahaan secara fulltime, fifty-fifty atau temporary. Kompensasi yang diterima juga mengikuti pola tersebut artiya mereka akan dibayar secara penuh oleh perusahaan yang menggunakannya atau sharing dengan perusahaan asalnya atau perusahaan asal hanya menanggung selisih gaji (Zilmahram;2009) Pengembangan sistem umumnya dilakukan dengan menggunakan SDLC (Systems Development Life Cycle) atau daur hidup pengembangan sistem. Dengan menggunakan SDLC ini, organisasi akan mengikuti 6 langkah penting, yang mencakup berbagai tahapan berikut : 2 1. Perencanaan, yaitu membentuk rencana pengembangan sistem informasi yang memenuhi rencana-rencana strategis dalam organisasi. 2. Penentuan lingkup, yaitu menentukan lingkup sistem yang diusulkan untuk dibangun. 3. Analisis, yaitu menentukan kebutuhan-kebutuhan sistem yang diusulkan. 4. Desain, yaitu merancang sistem yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperoleh pada tahapan analisis. 5. Implementasi, yaitu membuat sistem dan menyiapkan infrastruktur 2.3 Co sourcing Cosourcing dapat diartikan partnership dan didasarkan atas hubungan kerjasama jangka panjang. Pelaksanaan strategi cosourcing oleh suatu perusahaan pada intinya disebabkan semakin meningkatnya kegiatan bisnis suatu perusahaan pada satu sisi dan adanya keterbatasan SDM internal dari segi kuantitas maupun knowledge untuk mengatasi secara baik (efektif dan efisien) meningkatnya kegiatan bisnis tersebut. Strategi ini lebih terarah pada performa bisnis yang dilaksanakan setiap perusahaan. Trend globalisasi dan tantangan yang semakin besar pada lingkungan yang membutuhkan fleksibilitas, perkembangan berkelanjutan dan fokus kepada kompetensi inti perusahaan merupakan penyebab perusahaan memilih strategi cosourcing. 3 BAB III PEMBAHASAN Penulis akan membahas berbagai model di atas, dengan membagi model-model tersebut kedalam kategori alasan penggunaan model dan kelebihan serta kelemahan masingmasing model. 3..1 Outsourcing. 3.1.2 Alasan Outsoucing Menurut Hurley dan Schaumann (1997), salah satu alasan perusahaan menggunakan outsourcing adalah biaya. Biaya yang yang dikeluarkan perusahaan untuk menyediakan infrastruktur dan tenaga ahli di dalam perusahaan tidaklah murah dan tidaklah mudah mendapatkan tenaga ahli. Kesulitan-kesulitan tersebut dianggap membebani perusahaan jika harus melakukan semuanya sendiri, oleh karena itulah perusahaan mengambil keputusan untuk melakukan outsourcing karena diharapkan biaya yang dikeluarkan tidak sebesar jika perusahaan menyediakan semuanya sendiri. Selain alasan biaya, terdapat alasan lainnya yaitu : 1. Kualitas sistem informasi yang akan dipergunakan. 2. Masalah kinerja sistem informasi. 3. Penyederhanaan, perampingan, dan rekayasa sistem informasi. 4. Budaya perusahaan. 5. Tekanan dari pelaksana sistem informasi. 3.1.2 Kelebihan dan Kelemahan Model outsourcing. Berikut ini adalah kelebihan dari model outsourcing, yaitu 1. Perusahaan dapat berkonsentrasi pada bisnis yang ditangani 2. Kebutuhan tenaga kerja selamanya tetap terjamin. 3. Target perusahaan akan terpenuhi dengan tepat waktu. 4 4. Resiko ditanggung oleh pihak ketiga. Resiko kegagalan yang tinggi dan biaya teknologi yang semakin meningkat, akan lebih menguntungkan bagi perusahaan jika menyerahkan pengembangan sistem informasi kepada outsourcer agar tidak mengeluarkan investasi tambahan. 5. Biaya pengembangan sistem informasi dapat disesuaikan dengan anggaran dan kebutuhan perusahaan. Mahal atau murahnya biaya pengembangan sistem informasi tergantung jenis program yang dibeli 6. Memudahkan akses pada pasar global jika menggunakan vendoryang mempunyai reputasi baik. 7. Dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kas dalam aset perusahaan karena tidak perlunya aset untuk teknologi informasi 8. Outsourcer yang telah ahli dibidang pengembangan sistem dapat memberikan jasa yang lebih berkualitas dibandingkan dikerjakan sendiri oleh pihak internal perusahaan. 9. Mendapatkan kepakaran yang lebih baik dan teknologi yang lebih maju 10. Lebih menghemat biaya dan mengurangi risiko kegagalan investasi yang mahal. 11. Waktu pengembangan lebih cepat 12. Menghilangkan penyediaan sarana saat beban puncak terjadi dan cukup melakukan pengeluaran biaya sesuai dengan tambahan layanan yang diberikan pihak luar. Sementara itu terdapat kelemahan dari model ini yaitu : 1. Kehilangan kendali terhadap sistem dan data karena bisa saja pihak outsourcer menjual data ke pesaing. 2. Mengurangi keunggulan kompetitif karena pihak outsourcer tidak dapat diharapkan untuk menyediakannya karena outsourcer juga harus memikirkan klien lain. 3. Menjadi sangat tergantung pada pihak luar sehingga sangat sulit bagi perusahaan untuk mengambil alih kembali sistem yang sedang berjalan. 4. Proses pembelajaran pelaksana sistem informasi membutuhkan jangka waktu yang cukup lama. 5. Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan terampil. 5 6. Jika terjadi gangguan pada sistem, maka perusahaan akan menanggung risiko keterlambatan penanganan karena kendali ada pada outsourcer yang harus dihubungi terlebih dahulu. 7. Jika kekuatan menawar ada pada outsourcer, maka perusahaan akan kehilangan kendali dalam memutuskan sesuatu apalagi terdapat konflik antara perusahaan dan outsourcer 8. Ada peluang sistem informasi yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan dikarenakan vendor tidak memahami kebutuhan sistem dalam perusahaan tersebut. 9. Transfer knowledge terbatas karena pengembangan sistem informasi sepenuhnya dilakukan oleh vendor. 10. Relatif sulit melakukan perbaikan dan pengembangan sistem informasi karena pengembangan perangkat lunak dilakukan olehvendor, sedangkan perusahaan umumnya hanya terlibat sampai rancangan kebutuhan sistem. Mfasili Kunci utama dalam kesuksesan outsourcing adalah pemilihan vendor yang tepat (choose the right vendor) karena outsourcing merupakan kerjasama jangka panjang sehingga penunjukkan vendor yang tepat sebagai mitra perusahaan menjadi sangat krusial baik dari pertimbangan aspek teknologi, bisnis, maupun tujuan finansial. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan dituntut untuk dapat memahami dasar pertimbangan dalam pemilihan vendor. Faktor-faktor yang harus diperhatikan antar lain : Pengetahuan/kemampuan dalam industri yang dibidanginya (Industry Knowledge) Kemampuan teknis Kemampuan keuangan Kemampuan dalam menyampaikan infrastruktur jasa yang dikelolanya 3.2 Insourcing 3.2.1 Alasan Insourcing Berdasarkan pengamatan penulis, bahwa alasan perusahaan menggunakan model ini dalam membangun sistem informasi karena perusahaan merasa lebih paham mengenai apa yang dibutuhkan atas suatu sistem informasi yang diinginkan, dan juga perusahaan dapat 6 memberdayakan karyawannya sehingga juga dapat sebagai pemelihara infrastruktur yang ada. 3.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Insourcing (Jogiyanto 2003) Kelebihan dalam menerapkan metode insourcing diantaranya : 1. Umumnya sistem informasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena karyawan yang ditugaskan mengerti kebutuhan sistem dalam perusahaan. 2. Biaya pengembangannya relatif lebih rendah karena hanya melibatkan pihak perusahaan. 3. Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera direalisasikan dan dapat segera melakukan perbaikan untuk menyempurnakan sistem tersebut. 4. Sistem informasi yang dibangun sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan dokumentasi yang disertakan lebih lengkap. 5. Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance) terhadap sistem informasi karena proses pengembangannya dilakukan oleh karyawan perusahaan tersebut. 6. Adanya insentif tambahan bagi karyawan yang diberi tanggung jawab untuk mengembangkan sistem informasi perusahaan tersebut. 7. Lebih mudah melakukan pengawasan (security access) dan keamanan data lebih terjamin karena hanya melibatkan pihak perusahaan. 8. Sistem informasi yang dikembangkan dapat diintegrasikan lebih mudah dan lebih baik terhadap sistem yang sudah ada. Sedangkan kelemahan dalam menerapkan metode insourcing diantaranya : 1. Pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yang lama karena konsentrasi karyawan harus terbagi dengan pekerjaan rutin sehari-hari sehingga pelaksanaannya menjadi kurang efektif dan efisien. 2. Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum tentu perusahaan mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada peluang teknologi yang digunakan kurang canggih (tidak up to date). 3. Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi operator dan programmer sehingga ada konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan. 7 4. Adanya demotivasi dari karyawan ditugaskan untuk mengembangkan sistem informasi karena bukan merupakan core competency pekerjaan mereka. 5. Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang sistem informasi dapat menyebabkan kesalahan persepsi dalam pengembangan distem dan kesalahan/resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab perusahaan (ditanggung sendiri). 6. Kompetensi karyawan yang tidak optimal dimanfaatkan didalam perusahaan. 7. Terjadinya perubahan yang mengakibatkan beberapa kompetensi tertentu tidak dibutuhkan lagi didalam perusahaan. 8. Kesulitan dalam menyatakan kebutuhan users sehingga menyulitkan spesialis TI dalam memahaminya dan seringkali hal ini menyebabkan SI yang dibuat kurang memenuhi kebutuhan user. 9. Adanya resiko yang harus ditanggung sendiri oleh perusahaan jika terjadi masalah atau kesalahan dalam pendefinisian kebutuhan data dan informasi. 10. Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang SI/TI yang kompeten dan memiliki skill yang memadai dapat menyebabkan kesalahan/resiko yang harus ditanggung sendiri oleh perusahaan. 3.3 Cosourcing 3.3.1 Alasan Cosourcing Ketika perusahaan memiliki keinginan untuk membenamkan investasinya kedalam teknologi informasi tetapi tidak memiliki pengetahuan yang cukup bagaimana membangun, memanfaatkan dan menganalisa suatu sistem informasi tetapi ingin mengetahui kegunaan dari sistem informasi maka perusahaan menggunakan model cosourcing sehingga perusahaan pun dapat belajar kepada penyedia jasa atau outsourcing bagaimana memelihara dan mengikuti perkembangan teknologi. Keputusan perusahaan untuk mengembangkan sistem informasi dengan Co sourcingberdasarkan beberapa hal, seperti misalnya target pengembangan sistem informasi yang ingin dicapai oleh perusahaan. Perusahaan memakai jasa pihak ketiga/vendor ingin melengkapi kekurangan-kekurangan sistem informasi yang dimiliki perusahaan, pihak ketiga 8 yang memiliki skill lebih dari departemen IT internal perusahaan akan menutupi kekurangankekurangan tersebut atas informasi yang disampaikan oleh pihak internal perusahaan. Disamping target yang ingin dicapai, perusahaan harus memperhitungkan budget yang telah dianggarkan. Keputusan memakai Co sourcing akan memakan biaya yang sangat besar karena melibatkan banyak pihak. Harus diperhitungkan kontribusi aktivitas TI setelah dikembangkan terhadap operasi dan posisi bisnis, apakah sesuai dengan jumlah yang telah dianggarkan. Apabila pengembangan sistem informasi yang lebih sempurna sangat mendesak untuk dilakukan, alasan seperti ini memungkinkan untuk mengambil metode Co sourcing dalam pengembangan SI dalam perusahaan. Kemampuan sumber daya (resources) dari departemen sistem informasi juga merupakan faktor penting dalam mengambil metode pengembangan sistem informasi. Jika departemen sistem informasi tidak mempunyai sumber daya yang baik, misalnya tidak mempunyai analis dan pemrograman yang berkualitas dan tidak mempunyai teknologi yang memadai, hal ini sangat memerlukan pihak ketiga/vendor. Selain itu, perusahaan merasa perlu dan ingin melakukan transfer teknologi dan transfer pengetahuan dari vendor ke dalam perusahaan. 3.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Cosourcing Kelebihan Cosourcing yaitu : 1. Adanya sharing knowledge antar organisasi. 2. Pengembangan sistem berada didalam pengawasan dan pengarahan perusahaan. 3. Kualitas sistem informasi yang dikembangkan dapat dikendalikan oleh perusahaan. 4. Lebih fokus pada pengembangan sistem informasi terhadap bentuk jenis bisnis. 5. Permasalahan yang timbul menjadi tanggug jawab kedua belah pihak (risk sharing) dan penyelesaiannya dapat didiskusikan bersama. 6. Adanya sharing knowledge antara karyawan perusahaan tersebut dengan wakil dari vendor. Hal ini dapat menyempurnakan sistem informasi yang dikembangkan dimana karyawan perusahaan menguasai kebutuhan sistem dalam perusahaan, sedangkanvendor menguasai bidang teknologi informasi. 9 7. Teknologi yang akan dikembangkan dapat dinegosiasikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan. 8. Biaya pengembangan sistem informasi relatif murah karena terdapat sharing cost yang ditanggung bersama oleh perusahaan dan vendor. Kelemahan cosourcing yaitu : 1. Terdapat kekhawatiran tentang keamanan sistem informasi karena adanya peluang penyalahgunaan sistem informasi oleh vendor, misalnya pembajakan atau pembocoran informasi perusahaan. 2. Perbedaan kepentingan organisasi sehingga dapat terjadi konflik kepentingan antara perusahaan dan vendor. 3. Relatif sulit melakukan perbaikan dan pengembangan sistem informasi karena pengembangan perangkat lunak dilakukan olehvendor, sedangkan perusahaan umumnya hanya terlibat sampai rancangan kebutuhan sistem. 4. Perusahaan harus menyesuaikan dengan komponen teknologi yang dimiliki oleh vendor, yang umumnya lebih canggih. 5. Rahasia perusahaan diketahui oleh pihak luar. 6. Keamanan sistem kurang terjamin. 7. Ada kemungkinan terjadinya pola pikir yang berbeda antara perusahaan dan partner dan berdampak pada perpecahan dalam tim tersebut. 8. Sulitnya melakukan modifikasi sistem karena ada dua pihak yang terkait dalam proses pembuatannya. 9. Sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat berpindah ke perusahaan pesaing. 10 BAB IV PENUTUP Pemilihan alternatif pengembangan sistem informasi yang tepat merupakan suatu keharusan bagi suatu organisasi. Kesalahan di dalam pemilihan alternatif akan menyebabkan investasi yang telah dilakukan serta waktu yang terpakai akan menjadi sia-sia. Menilik 3 (tiga) model tersebut diatas merupakan suatu pilihan yang memiliki nilai lebih dan nilai kurang, sehingga semua dikembalikan kepada perusahaan, apa yang terbaik menurutnya. Perusahaan pun bisa mengombinasikan model-model tersebut, untuk departemen tertentu bisa menggunakan model outsourcing sedang departemen lain menggunakan model insourcing. Semua dapat Semua ditimbang dari prioritas, segi kemampuan finasial, kemampuan infrastruktur dan yang penting kemampuan sumber daya manusianya dalam hal memperoleh, memproses serta menganalisa data yang sudah menjadi informasi untuk kepentingan perusahaan 11 BAB V DAFTAR PUSTAKA http://wewew.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/12/03/kelebihan-dan-kelemahan-outsorcinginsorcing-dan-cosourcing/ Jogiyanto. 2001. Analisis Dan Desain Sistem Informasi. Andi Offset, Yogyakarta. O’Brien, J. A. and G. M. Marakas. 2010. Introduction to Information Systems, fifteenth edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. Zilmahram, T. 2009. Outsourcing dan Insourcing.http://habahate.blogspot.com/2009/06/ outsourcing-dan-insourcing.html. 12