KONTRAK DAN OUTSOURCING DI INDONESIA

advertisement
Indrasari Tjandraningsih
AKATIGA – Pusat Analisis Sosial
Bandung
Dipresentasikan dalam lokakarya Contract and Agency Labour
Jakarta, 19 September 2011
 Kontrak dan outsourcing adalah bentuk konkrit dari
sebuah konsep dan kebijakan yang dibangun oleh
modal untuk memperkecil resiko berusaha yang
muncul karena gejolak ekonomi.
 Semakin sering terjadi gejolak ekonomi global yang
berdampak amat luas ke berbagai penjuru dunia.
 Gejolak ekonomi menyebabkan resiko berusaha
meningkat dan perlu disiasati agar tidak menimbulkan
kerugian
 Krisis moneter 1997 : jatuhnya nilai mata uang rupiah
- terutama untuk industri ekspor jatuh karena harga
bahan baku meningkat tetapi harga produk turun.
 Krisis AS 2008 - Meskipun terjadi di AS tetapi
dampaknya amat besar bagi Indonesia dan negaranegara lain karena Sistem Produksi Global dan
Subkontrak Internasional dalam kerangka Pembagian
Kerja Internasional
 Krisis AS 2008 berdampak pada industri di Indonesia
karena daya beli masy AS turun dan permintaan
produk Indonesia ikut turun
 Situasi ini menimbulkan ketidakpastian usaha dan
penurunan pendapatan dan keuntungan pengusaha
yang harus disiasati dengan menekan biaya. Biaya
tenaga kerja adalah yang paling mudah dikurangi.
 Itulah sebabnya kontrak dan outsourcing jadi laku.
 Keterampilan buruh rendah
 Kelebihan pasokan tenaga kerja
 Kesulitan kesempatan kerja – kompetisi tinggi –




solidaritas dan kebersamaan rendah
Perpecahan serikat pekerja/buruh
Konflik kepentingan di kalangan birokrasi dan elit
masyarakat – sumber penghasilam
Birokrasi korup
Minim perlindungan pemerintah
 Sebagai praktik yang merupakan konsekuensi dari
sebuah konsep dan pemikiran serta peraturan, kontrak
dan outsourcing harus dihadapi di berbagai tingkatan
: internasional – nasional – lokal dan beragam strategi
 Di tingkat internasional perlu kerjasama antar serikat
– afiliasi2 internasional serikat buruh untuk
menghadapi kelompok modal
internasional/multinasional -MNC
 Di tingkat nasional dengan mengoreksi regulasi
ketenagakerjaan dan kebijakan pengembangan
industri serta SDM
 Di tingkat lokal dengan membuktikan kepada
perusahaan bahwa praktik kontrak dan outsourcing
lebih merugikan perusahaan dibandingkan
menguntungkan karena tidak terjadi akumulasi
keterampilan pekerja atau kesetiaan pekerja terhadap
perusahaan. Secara biaya ekonomi mungkin
berkurang tetapi secara keseluruhan biaya sosial
merugikan.
 Perbedaan cara melihat persoalan utama dalam
praktik kontrak dan outsourcing : peraturan sudah
benar vs peraturan harus diubah
 Perbedaan membaca situasi praktik kontrak dan
outsourcing antara serikat di tingkat pusat dan daerah
 perbedaan strategi
 Konflik kepentingan di antara para aktivis serikat
 Identitas sebagai buruh terpecah-belah –
pengelompokan buruh
 Popularitas organisasi buruh menurun – minat
menjadi anggota serikat berkurang
 Persatuan serikat mulai dibangun di tingkat pusat dan
daerah
 Inisiatif serikat di daerah/di tingkat pabrik dalam
melawan buruh kontrak dan outsourcing
bermunculan – sebagai acuan bagi serikat di tingkat
pusat
 Contoh-contoh perlawanan dari serikat di luar negeri
 Jaringan internasional antar serikat buruh
 Dukungan studi untuk memahami secara kritis
fenomena kontrak dan outsourcing dari kelompok
nonserikat buruh
 Pembagian tugas di antara dan di dalam organisasi




serikat
Memperkuat solidaritas dan kohesivitas antar buruh
dan antara buruh dengan masyarakat luas
Mengembangkan strategi dengan berbagai
pendekatan
Memperluas jaringan dengan kelompok-kelompok
nonburuh
Menggandeng media massa
Download